Tugas Bahasa Indonesia
BATIK
FARMASI S-1
♠ Rachmi Parwati, 10330008 ♠ Septiana Meliana, 10330020
♣ Mutmainah, 10330023 ♣ Fitria Ningsih, 10330030
♥ Kinanthi A, 10330034 ♥ Friska Meinida, 10330036
♦ Nova Fitriani, 10330048 ♦ Anik Sri W, 10330056
♫ Risa Erlina, 10330057
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah ini disusun
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia. Tulisan ini membahas tentang
batik.
Kami ingin berterima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini, kepada :
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perlindungan yang diberikan-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kedua orang tua, atas dorongan moriil dan materilnya.
Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia Dra.Zhulhasbi Hoesny.MM yang telah
membimbing makalah ini.
Dengan kebesaran hati, kami menyadaari banyaknya kekurangan dan kesalahan yang
terdapaat dalam tulisan ini. Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami harapkan untuk
menyempurnakan tulisan ini.
Jakarta, Maret 2011
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Abstrak
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Pembahasan
1.4 Metode
Bab II Isi
2.1 Pengertian
ii
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki banyak keanekaragaman seperti, keanekaragaman agama,
suku, bahasa hingga budaya. Dari segi budaya terbagi lagi menjadi beberapa kesenian
yaitu, seni tari, seni musik, dan seni rupa. Perkembangan seni rupa di Indonesia sudah
dimulai sejak zaman nenek moyang, salah satu buktinya adalah dengan adanya batik.
Batik adalah karya urun tangan banyak insan karena melibatkan banyak
kepandaian, perangkat, dan tahap proses-proses yang kait-mengait sebagai kearifan
yang tersempurnakan selama berabad-abad.
1.2 Rumusan Masalah
Meninjau pembahasan tentang seni rupa luas, maka masalah yang akan kami bahas
hanya mencakup seni batik saja.
1.3 Tujuan Pembahasan
Tujuan kami membahas batik yaitu untuk mengetahui dan mengenal lebih dalam
tentang batik.
1.4 Metode
Metode yang kami gunakan untuk mengumpulkan data yaitu, dengan membaca
literatur serta mencari informasi melalui internet.
1
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Batik
Batik berasal dari kata “tik” yang terdapat di dalam kata titik. Titik berarti juga tetes.
Memang di dalam membuat kain batik dilakukan pula penetesan lilin di atas kain putih.
Ada juga yang mencari asal kata batik di dalam sumber-sumber tertulis kuno. Menurut
pendapat ini, kata batik dihubungkan dengan kata tulis atau lukis. Dengan demikian,
asal mula batik dihubungkan pula dengan seni lukis dan gambar pada umumnya.
Selain itu batik memiliki perngertian salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Batik
juga dapat mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan
menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Pengertian kedua
adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan
motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan.
2.2 Sejarah Batik
Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII
yang ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih
didominasi dengan bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah
perkembangannya batik mengalami perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan
binatang dan tanaman lambat laun beralih pada motif abstrak yang menyerupai awan,
relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya melalui penggabungan corak
lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal
sekarang ini. Batik di Indonesia sudah ada pada kerajaan majapahit. Batik dahulu hanya
diperuntukan untuk keluarga raja-raja saja. Seiring dengan perkembangan zaman, batik
di Indonesia pun ikut berkembang menjadi kesenian yang hampir ada di seluruh
wilayah Indonesia.
2
2.3 Jenis-jenis Batik
2.3.1 Batik Priangan
Secara umum batik priangan menunjuk pada identitas karya batik yang
berkembang diwilayah Priangan, Jawa Barat, dan Banten. Rumpun batik ini
bercirikan corak atau ragam hias yang kaya, yang terinspirasi peristiwa sejarah,
flora-fauna, dan tata nilai sosial budaya. Warna-warnanya cerah, cenderung
terang pancarannya. Karna batik priangan sejak awal menggunakan warna
indigo, maka diduga batik sudah ada dijaman kerajaan Tarumanagara, yaitu
sekitar 1000 tahun yang lalu. Motif-motif yang sudah menjadi ciri karya batik
periangan adalah : Merak Ngibing, Merak Menari, Mojang Geulis, Kutaraja,
Doblang, Buluhayam Jagad, Curang Manggu, Lereng Tuding, Limar Isen,
Sidang Belut, dan Pegatmaru. Para pembatik Jawa Barat berkonsentrasi
dibeberapa tempat yang hingga kini di hormati sebagai sentra-sentra penggiat
batik khas Priangan, yaitu Garut, Tasikmalaya, Sukapura, Indramayu, dan
Cirebon.
2.3.1.1 Garut
Tradisi membatik dan usaha batik didalam masyarakat Garut
berlangsung turun-temurun. Walau demikian, popularitasnya baru
mencuat setelah tahun 1945 sehingga muncullah istilah Batik Garutan.
Gaya batik garutan yang khas adalah corak-coraknya yang tegas serta
warna kekuningannya yang khas, yaitu gumading. Secara keseluruhan
lebih ceria karena memasukan warna-warna ungu, hijau dan merah.
2.3.1.2 Tasikmalaya
Komunitas penbatik Tasikmalaya masih giat berkarya diwilayah
Cigeureung, desa Nagasari kecamatan Cipedes. Tidak ada perbedaan
yang jelas antara batik Tasik dengan batik Garutan, keduanya
mengusung berbagai motif yang kuat akan ragam hias geometris, flora,
dan fauna dengan keceriaan warna-warna merah, biru, coklat, hijau, serta
latar warna kekuningan. Ciri tersendiri karya batik tulis desa Sukapura
3
adalah motif-motifnya antara lain, motif Kutaraja, motif Parang Jaksa,
dan motif Doblang. Ciri lain yang menbedakan adalah kecenderungan
pada warna-warna tanah dan proses pewarnaan yang lebih rumit.
2.3.2 Batik Pesisir
Pada abad ke -19 bermunculan banyak pengusaha berdarah campuran dikota-
kota bandar pesisir utara yang mengeluarkan batik-batik tulis yang khusus di
rancang untung pasar asing. Berkembangnya batik-batik tulis dengan
kandungan perlambang dan makna asing melahirkan corak-vorak gaya baru di
dalam keanekaragaman batik tulis di pulau Jawa. Motif yang lahir dari pengaruh
Eropa antara lain buketan serta tokoh dongeng anak-anak Cinderella dan putih
Salju, Topi Merah, dan serigala. Pengaruh Tiongkok terwujud dalam bentuk
antara lain burung Phoenix, Kupu-kupu dan naga. Sedangkan pengaruh India
terlihat pada bentuk-bentuk geometris. Lalu diperkenalkan warna-warna baru ke
dalam rancangan sebuah batik jadilah apa yang kini kita semua ketahui sebagai
batik pesisiran.
2.3.2.1 Betawi
Batik Betawi mendapat ke khususannya dari lokasi strategis Batavia
sebagai kota benteng Belanda menjadi wadah perbauran berbagai suku
dan bangsa. Gejala ini meninggalkan kekhasan-kekhasan yang dimiliki
masyarakat betawi. Penduduk betawi gemar memesan batik dari luar
daerah dengan rancangan-rancangan mereka sendiri hasilnya adalah
karya-karya batik yang jelas menghadirkan campur sari batik-batik
pesisir seperti batik Cirebon dan patik Pekalongan. Juga sering muncul
kombinasi warna biru dan putih motif Kompeni. Jenis batik betawi
yang akhirnya menjadi klasik adalah tapinya memiliki motif lokchan
dan buketan, dengan tumpal khas yang disebut pucuk rebung dan
warna kuat seperti hijau daun pisang muda, merah setrop, terakota, dan
jingga menyala.
4
2.3.2.2 Indramayu
Batik Indramayu memiliki pribadi tersendiri senyawa bartu daru dua
unsur yang berbeda. Batik Indramayu sering disebut batik dermayon
dan banyak bertutur tentang kekayaan kelautan setempat. Dominan
adalah corak-corak ceria berbentuk udang, cumi, tumbuhan laut, dan
kapal, sebagai mana tampak pada batik iwakentong, karang gurdo, dan
bunga karang. Pengaruh tiongkok terlihat pada hadirnya motif-motif
liong, lokchan, serta bunga-bungaan yang umum menghiasi keramik
klasik tiongkok. Ciri lain adalah latar putih yang dihidupkan dengan
warna-warna cerah seperti merah, hijau, biru, dan kuning.
2.3.2.3 Cirebon
Para pembatik Cirebon banyak terinspirasi oleh alam sekitar,
contohnya terumbu karang yang diwujudkan pada motif sunyaragi.
Dari sekian banyak motif batik Cirebon, motif awan-awan mega
mendung paling di inget orang sebagai ke khasan Cirebon, sampai kota
Cirebon pun menobatkannya sebagai lambangnya.
2.3.2.4 Pekalongan
Sejak dahulu Pekalongan termasyhur bukan hanya sebagai salah satu
penghasil batik terkemuka melainkan juga bandar batik terbesar di
Indonesia. Batik tulis dan batik cap, maupun bahan dengan motif batik
(motif di cetak mesin), sama-sama hadir untuk mengangkat Pekalongan
sebagai pusat tekstil dan batik. Yang perlu dicatat dari Pekalongan
adalah batik tulis Encim, Hokokai, dan Jawa Hokokai. Tiga rancangan
batik warisan leluhur yang hingga kini masih diteruskan oleh hanya
segelintir penggiat batik keturunan Tionghoa. Batik tulis ragam
Hokokai masih dilestarikan oleh pusat batik Liem Ping Wie di daerah
Kedungwuni dan pusat batik Ouey Soe Chun.
5
2.3.2.5 Rembang (Lasem)
Seperti juga batik pesisiran lainnya batik Lasem di warnai oleh
campursari pengaruh budaya-budaya Jawa, Arab, India, dan Eropa.
Akan tetapi batik Lasem memiliki ciri yang membedakan dari batik
pesisir lainnya, yaitu warna merah darah ayam. Kehadiran warna unik
ini mendorong lahirnya suatu jenis batik tulis yang di beri nama Batik
Tiga Negeri, suatu rancangan yang mengusung tiga warna khas dari
tiga pusat budidaya batik di Jawa: merah darah ayam Lasem, biru
Pekalongan, dan soga Solo.
2.3.2.6 Tuban
Dituban tenun asli dan batik dengan sendirinya memiliki sejarah yang
panjanng. Isi alam dan cerita-cerita rakyat, seperti cerita panji jawa
timur, menjadi rujukan para seniman batik Tuban dalam berekspresi.
Rumpun warna yang mereka gunakan ternyata sedikit beda dari
kebiasaan warna batik Pesisiran yang cerah. B atik Tuban walaupun
warna-warni, cenderung gelap dan terasa agak kasar dikulit. Ini karena
batik Tuban tidak menggunakan kain katun mori seperti umumnya
tetapi menggunakan kain gedog. Menenun kain gedog menggunakan
alat tenun tradisional yang diletakan diatas pangkuan. Hasil tenun
sangat ditentukan oleh lebar alat tenun dan kepandaian penenun.
2.3.3 Batik Pedalaman
Jika batik Pesisir kaya akan cerapan makna dan gaya ragam budaya dunia,
batikPedalaman lahir dari akar-akar budaya lokal yang merebak di lingkungan
keraton (istana) kerajaan Mataram dan keturunannya. Batik Pedalaman pada
awalnya menghadirkan motif-motif yang melambangkan kasta atau status sosial
pemakainya. Aturan yang berkenan dengan warna, motif, dan ragam hias suatu
rancangan batik sudah ditentukan oleh kaidah-kaidah yang digariskan oleh titah
6
penguasa. Rancangan batik juga diciptakan untuk menjadi symbol suatu turunan
(“trah” keluarga ) sehingga suatu garis turunan sering kali membuat sebuah
motif khusus, layaknya insignia atau emblem, untuk dipakai oleh para anggota
keluarga secara turun-temurun.
2.3.3.1 Banyumas
Batik tulis dab batik cap Banyumasan adalah kekayaan budaya lokal
yang terancam punah. Dari sekitar 60 pengusaha batik tradisional yang
ada di tahun 1980-an, kini hanya tinggal satu yang masih bertahan,
yaitu batik Hadipriyanto di Banyumas. Pada awal abad ke-20, Kwee
Lei Go mendirikan batik Hadipriyanto dan hingga generasi ketiga kini
masih teus bertahan melawan pasang-surut zaman yang sering kali
berat dilalui. Ragam hias Batik Banyumas mirip dengan dengan ragam
hias Jogjakarta maupun Solo. Yang membedakan hanyalah kadar
warna soga yang jauh lebih pekat pada batik Banyumas.
2.3.3.2 Bagelen – Purworejo
Latar belakang yang dinapasi keagamaan yang beragam menjadikan
Bagelen kaya akan tradisi-tradisi seni budaya, termasuk tradisi batik.
Batik Bagelen didominasi oleh motif-motif perlambangan yang
digunakan pada candi-candi kuno, seperti ceplok dan sulur-sulur khas
yang diberi nama Lung Semongko dan Melati Contong. Motif klasik
batik Pedalaman banyak berakar di Purworejo, seperti Sri Rama,
Semen, dan Semen Kreni.
2.3.3.3 Jogjakarta
Sementara ahli berpendapat bahwa motif-motif tertua batik klasik
dating dari lingkungan keraton Mataram yang dikuasai Penembahan
7
Senopati di Plered, Imogiri, yang kini berada diwilayah Bantul,
Jogjakarta. Setelah beberapa keturunan, kerajaan berpindah ke
Kartasura, kemudian kesurakarta.
2.3.3.4 Bayat
Letak Bayat dekat dengan Imogiri, dataran tinggi yang dihormati
sebagai lokasi makam para raja dan bangsawan kerajaan Mataram dan
turunannya. Karena letaknya ada pada pertempuran Keraton Surakarta
(solo) dan Keraton Jogjakarta, Bayat secara turun-temurun melakoni
tradisi batik yang sangat menyatu dengan kedua istana ini. Batik bayat
dengan demikian, merupakan lumbung kekayaan ragam batik klasik
Jawa. Sampai pelosok-pelosok dapat dijumpai para pembatik rumahan.
Begitu terpecayanya Bayat sebagai sumber pembuatan batik klasik
tulen.
2.3.3.5 Surakarta (Solo)
Keraton Surakarta membangun kembali perbendaharaan perlambangan
motif bagi lingkungan kerajaan, bangsawan, maupun abdi-abdi-nya.
Ditetapkan motif-motif baru untuk digunakan pada upacara-upacara
keraton dan dikembangkan warna-warna cirri khas batik keraton solo,
yakni kuning dan soga yang kuat. Batik klasik, yang resminya hanya
untuk kalangan keraton, pada keadaan tertentu diperkenankan untuk
dimodifikasi sehingga dapat dikenakan oleh orang awam. Batik seperti
ini disebut batik sodagaran dan populer dikalangan saudagar Laweyan,
pusat jual-beli batik terbesar Solo pada masa lampau.
2.3.3.6 Pacitan
Walau letaknya terisolir di pantai selatan Jawa Timur, pacitan terkenal
akan karya-karya batiknya berkat kakak-beradik Coenraad yang seabad
8
lalu menjalankan usaha batik disitu. Pengaruh gaya Solo pada karya-
karya batik Pacitan sangatlah kentara. Namun diluar itu, berkembang
pula gaya pacitan sendiri ,yang ditandai motif-motif klasik pedalaman
dangan warna-warna yang lebih pekat dari soga. Kerajinan batik tulis
asli Pacitan terdapat di desa Lorok, Wiyoro kecamatan Ngadirojo, dan
di wilayah Arjowinangun kota Pacitan.
2.3.3.7 Sragen
Seni batik Sragen berpusat di daerah kuyang, desa kliwonan,
kecamatan Mayaran. Banyak hasil batik tulis sragen ditunjukan untuk
memenuhi pesanan dari solo. Perannya sebagai pemasok merangsang
para pembatik setempat untuk terus berekreasi agar dapat selalu
selangkah didepan. Para penggiat batik Sreagen mandiri menciptakan
teknik batiknya sendiri, yaitu “sablon lilin”, di mana selembar kain
dilukisi dengan malam. Selanjutnya, batik yang sudah bermotif itu
diimbuhi detail-detail dengan menggunakan canting.
2.3.4 Batik Madura
Madura, pulau kecil di ujung timur Jawa, memiliki peran nyata didalam
perkembangan sejarah budaya Indonesia, termasuk didalamnya pengembangan
batik. Meskipun memiliki watak tersendiri yang berciri ragam hias kelautan,
motif-motif dari daratan Jawa bnayak muncul dalam karya-karya batik Madura.
Warna-warna kuat merah, hijau, jingga, kuning, dan biru yang didampingi
garis-garis tegas pada motif-motif yang lugas mencerminkan sisi perangai orang
Madura yang gagah, pemberani, dan terbuka. Teknik pengolahannya pun masih
asli karena umumnya bertahan pada cara-cara tradisional menggunakan canting
dan pewarna alam yang ramah lingkungan.
9
2.3.4.1 Batik Gentong
Yang unik dimiliki Madura adalah batik gentong. Dinamakan batik
gentong karena pencelupan warna dilakukan didalam gentong yang
tertanam di tanah. Teknik gentong hanya dilakukan untuk satu jenis
warna saja, yaitu indigo. Tidak dapat dipastikan kapan teknik ini mulai
ada di Madura. Celupan indigo gentong berbeda karena warna lebih
utuh, awet, dan memiliki kepekaan merata. Satu gentong mampu
menampung beberapa helai kain sekaligus. Dibutuhkan waktu hingga
empat bulan untuk proses. Kain direndam, dibilas, dibiarkan menetes
hingga kering, untuk direndam lagi. Demikian berulang-ulang lagi.
Didalam adat istiadat orang Madura, konon batik gentong
sesungguhnya bukan dikenakan sebagai pakaian melainkan sebagai
lilitan selempang untuk menyimpan benda-benda berharga atau jimat.
Batik gentong di masa silam diberi nilai keramat serta diwariskan
sebagai pusaka.
2.4 Pembuatan Batik Tulis
2.4.1 Ketel
Sebagai perajin batik mengikuti aturan mencuci kain mori dengan ramuan
merang dan merebusnya dulu sebelum siap dibatik. Kalangan pembatik
menyebutnya “ diketeli ”. selain merang, minyak kacang juga dipakai untuk
melicinkan permukaan kain, melemaskan bahannya, dan merapatkan
benangnya. Di Sukapura rendam-bilas dilakukan hingga 15 kali sebelum kain
dinyatakan layak membatik.
2.4.2 Nyoret
Ada corak-corak batik tertentu, seperti pola-pola geometris atau cerita, yang
10
membutuhkan proses “nyoret” sebelum “nglowong”. Nyoret adalah
menggambar pola pada kain pensil.
2.4.3 Nglowong
Nglowong adalah tahap pertama pelekatan malam (lilin) dengan cap atau
canting. Nglowong pada satu sisi kain disebut dengan “ngengreng”.
2.4.4 Nembok
Nembok adalah pengimbuhan malam tahap kedua untuk membuat warna-warna
yang tertutup menjadi tegas setelah pencelupan berikut. Malam untuk “nembok”
biasanya lebih liat dan kuat melekat pada kain.
2.4.5 Medel
Pencelupan warna pertama pada kain batik. Pada proses pembuatan batik klasik
pedalaman, medel adalah pemberian warna biru tua sebagai latar dan pemberi
bentuk luar pola. Pada batik modern, medel bisa menggunakan warna apapun
karena tidak ada pakem (aturan tradisi).
2.4.6 Ngerok atau nglorod
Merontokan malam dengan menggunakan “cawuk” (pisau tumpul), sikat atau
alat-alat kerik lainnya disebut “ngerok”. Bila malam dilepaskan dari kain
dengan cara merebus kain, maka prosesnya disebut “nglorod”.
2.4.7 Mbironi
Mbironi adalah pelekatan malam tahap ketiga untuk mempertegas pola. Mbironi
hanya menutup bagian-bagian tertentu yang diharapkan tetap berwarna gelap.
11
2.4.8 Nyolet
Nyolet adalah pembubuhan warna dengan kuas pada bagian-bagian kain yang
sudah digambari pola dengan malam. Tujuannya memberi efek warna-warni
pada kain atau untuk menonjolkan motif-motif tertentu. Proses ini kuat pada
batik pesisiran.
2.4.9 Nyoga
Nyoga adalah pencelupan tahap kedua. Asli kata “soga”, yaitu sejenis tanaman
keras yang kulit batangnya digunakan untuk mendapatkan warna coklat khas
batik pedalaman.
2.5 Pewarnaan
Nenek moyang mewariskan kearifan bagaimana tanaman yang tumbuk di sekeliling
kita dapat menjadi sumber pewarna alami yang indah. Tanpa mencemari lingkungan.
2.5.1 Indigo
Pohon dan daun “indigo” (indigofera), sejenis tanaman perdu yang
menghasilkan warna nila atau biru.
2.5.2 Kayu nangka
Kulit dan batang kayu nagka (artocarpus heteropyllus) digunakan untuk
menghasilkan warna kuning.
2.5.3 Jelawe
Buah jelawe (terminalia cattapa) yang direbus digunakan untuk menghasilkan
warna kuning kecoklatan.
12
2.5.4 Batang tinggi
Kulit dan batang pohon tingi (teriops candoleanaam) menghasilkan warna
kecoklatan khas soga.
2.5.5 Daun mangga kweni
Daun mangga (mangifera indica) terutama daun mangga kweni yang
dikeringkan digunakan untuk menghasilkan warna kuning.
2.5.6 Batang mahoni
Kulit kayu mahoni (mahonia japonica) menghasilkan warna coklat
kemerahan.
2.5.7 Mengkudu
Pohon mengkudu (morindra citrifolia) menghasilkan buah mengkudu atau
lebih dikenal umum sebagai buah noni atau pace, akarnya menghasilkan warna
merah.
2.6 Cap Batik
Proses pembuatan cap batik meliputi tahap-tahap berikut ini:
2.6.1 Pola digambar pada selembar kertas sebagai panduan.
2.6.2 Lembaran tembaga dipotong dengan dilengkungkan mengikuti pola pada
kertas. Bila tidak ada tembaga lembaran, kabel tembaga harus ditempa dulu
sampai pipih.
13
2.6.3 Untuk membuat pola titik-titik, tembaga dipotong-potong seperti sisir
kemudian dilengkungkan sesuai ragam hias yang dikehendaki.
2.6.4 Potongan-potongan tembaga yang telah dibentuk mengikuti pola kemudian
disatukan, diikat dengan patri, dan didudukkan pada lempengan tembaga. Patri
dibuat dari boraks dan seng sari (zinc).
2.6.5 Untuk mengunci serta menghaluskan permukaan cap, maka cap yang sudah
terbentuk sesuai pola direndam digenangan getah gondorukem panas. Angkat
dan biarkan dingin mengering. Lalu, cap berlapis getah gondorukem di amplas
dan di kikir sampai pertmukaannya rata dan halus.
2.6.6 Untuk mengilatkan, permukaan cap dioles dan digosok
bara arang.
2.7 Batik Indonesia Mendunia
Pada tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO (United Nations Educational, Scientific and
Cultural Organization) resmi menerima pencalonan batik Indonesiaa sebagai Warisan
Budaya Tak Berujud Bagi Kemanusiaan ( Intangible Cultural Heritage for Humanity),
yang meliputi kriteria sebagai berikut:
1) Tradisi tutur (oral tradition )
2) Seni pertunjukan ( performing arts)
3) Praktik sosial ( social practices )
4) Upacara adat ( rituals )
5) Perayaan ( festive events )
6) Pengetahuan dan keterampilan yang berkenaan dengan alam dan jagad raya
atau pengetahuan dan keterampilan untuk menghasilkan kerajinan tangan
14
tradisional (knowledge and skills concerning nature and universel knowledge
and skills to produce traditional crafts).
Batik Indonesia memenuhi setidaknya tiga dari kriteria UNESCO tersebut:
Batik Indonesia adalah tradisi tutur dimana pengetahuan serta kearifan diajarkan
turun-temurun.
Batik Indonesia adalah praktik sosial karenaa makna, ragam hias, dan fungsinya
yang melembagakan peran-peran dan struktur hubungan sosial.
Batik Indonesia mengandung makna-makna luhur yang diciptakan untuk
menghormati upacara-upacara adat.
Untuk memperoleh pengukuhan sebagai Warisan Budaya Tak Berujud untuk
Kemanusiaan, keenam kriteria harus terpenuhi. Hingga kini masih berlangsung proses
penguatan fakta yang dapat mendukung kelaikan batik Indonesia untuk menerima
pengukuhan.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Batik adalah teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah
pewarnaan sebagian dari kain. Berdasarkan cara pembuatannya, batik dibagi menjadi dua
jenis yaitu batik tulis dan batik cap. Batik tulis sendiri disetiap daerah mempunyai ciri
khas tersendiri, khususnya motif dan warnanya berdasarkan nilai historis dari masing-
masing daerah. Salah satu contohnya dari jenis batik pesisiran yaitu batik Indramayu.
Batik Indramayu dominan dengan corak-corak ceria berbentuk udang, cumi, tumbuhan
laut, dan kapal, sebagai mana tampak pada batik iwakentong, karang gurdo, dan bunga
karang. Ciri lainnya adalah latar putih yang dihidupkan dengan warna-warna cerah
seperti merah, hijau, biru, dan kuning. Batik juga sudah diakui dunia dengan dicatatnya
oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Berujud Bagi Kemanusiaan pada tanggal 2
Oktober 2009.
3.2 Saran
Sebagai generasi muda sudah seharusnya kita melestarikan dan mencintai warisan
budaya bangsa, salah satunya batik. Dengan hal yang sederhana saja misalkan, dengan
memakai batik dalam acara-acara resmi seperti acara pernikahan, seminar, rapat dan lain-
lain. Bahkan batik juga dapat dipakai untuk aktifitas sehari-hari seperti daster, kaos, tas,
sepatu dan sebagainnya.
16
Lampiran
4.1 Motif mega mendung dari Cirebon 4.2 Motif batik gentong
4.3 Motif Jawa hokokai
4.4 Motif merak merah
iii
4.5 Motif sekar jagad
Bambang Yudhoyono,Ani.2010.Batikku Pengabdian Cinta Tak Berkata.Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
www.seasite.niu.Edu/Indonesian/budaya_bangsa/batik
http/wikipedia.org/wiki/batik
http://nesaci.com/pengertian-batik-dan-sejarah-batik-indonesia/
v