Bakterisida Sintetik (BSSt)
Bakterisida Anorganik Tradisionil
Antibiotik (AB)
Bakterisida Sintetik (BSSt)
Penyakit oleh bakteri:
relatif tidak dapat disembuhkan dengan BSSt kemoterapetan yang digunakan dalam praktik proteksi tanaman secara kimiawi
2-Bromo-2-nitropropanol-1,3-diol (bronopol, Bronocol”)
Nickel dimethyldithiocarbamate (Sankel”)
Phenazine mono-oxide (Phenazin”)
3-allylkoxy-1,2-benzisothiazol 1,1-dioxide (probenazole, Oryzemate”)
2-(2,3-dichlotophenyl)-aminocarboxyl-3,4,5,6-tetrachlorobenzoic acid (teeloftalam, Shirahagen)
CONTOH BAKTERISIDA SINTETIK
Bakterisida Anorganik Tradisionil
(Cu (OH)2).CaSO4 (Bordeaux mixture dan sejenisnya)
Campuran basic Copper Chloride Kasugamycin (Kasugamycin”-Bordeaux)
Antibiotik (AB)
Senyawa kimia yang diproduksi oleh suatu mikro-organisme
dalam jumlah sangat kecil dapat menghambat pertumbuhan atau membunuh organisme yang lain
Kelemahan AB dalam pengendalian bakteri
tidak seefektif bahan kimia terhadap cendawan
tidak memiliki persistensi yang cukup tinggi
bila diaplikasikan sebagai agens protektif
konsentrasi efektif harus dipertahankan selama jaringan tanaman rentan terhadap bakteri
diperlukan aplikasi berulang-ulang dalam inter-val waktu yang pendek
Fitotoksik
Ketepatan waktu aplikasi merupakan hal yang kritis
Waktu aplikasi biasanya didasarkan atas
Monitoring atau prediksi keberadaan patogen pada jaringan yang rentan
Kepekaan musiman tanaman inang
Konidisi cuaca yang sesuai untuk terjadinya infeksi
Informasi tentang biologi & epidemiologi penyakit
Tipe aplikasi antibiotik
Penyemprotan pada tanaman
Injeksi pada tanaman berkayu infus berdasarkan
gravitasi injeksi bertekanan
Perlakuan benih
Perlakuan pada air irigasi
Penyemprotan pada tanaman
Yang paling umum digunakan adalah :
Streptomisin sulfat, oksitetrasiklin dan kasugamisin
Aplikasi Sebagai suspensi WP
Streptomisisin umumnya 50-100 g/ml atau 1.7-3.4 kg per ha
Harus melapisi seluruh permukaan tanamanPerlu volume semprot tinggi 560 – 3400 l per ha tergantung
ukuran pohon (tanaman)
Aplikasi seyogyanya dilakukan pada periode tidak berangin
Injeksi antibiotik pada tanaman berkayu
Yang paling umum digunakan dalam cara ini :
Oksitetrasiklin-HCl
Aplikasi dilakukan satu kali dalam satu tahun setelah panen, tetapi sebelum daun gugur
Terdapat dua metode umum untuk memasukkan tetrasiklin ke dalam tanaman berkayu
Metode pertama infus berdasarkan gravitasi yang dikembangkan oleh Nylan dan
Moller (1973) dibuat lubang sedalam 4 cm ; diameter 0.5 cm dengan
menggunakan bor pada batang di bawah cabang utama
2 - 8 lubang tiap tanaman tergantung ukuran pohon
Pipa plastik kones dimasukkan ke dalam lubang, sebagai adaptor memasukkan cairan dari selang infus ke dalam pohon
1- 4 liter larutan antibiotik dalam konsentrasi 50-200 g/ml akan berdifusi ke dalam pohon dalam waktu 2-7 hari
Keefektifan infus grafitasi
Keefektifan tergantung pada transpirasi air secara aktif dalam tanaman
infus harus dilakukan pada periode sebelum daun gugur (menua)
cara ini paling efektif untuk memasukkan tetrasiklin ke dalam pohon peach (Rosen-berger dan Jones1977)
Dapat dengan volume lebih rendah tentunya dengan
konsentrasi antibiotik yang lebih tinggi, tetapi berisiko meningkatkan fitoto-ksisitas pada batang atau daun
Metode kedua (Cara injeksi bertekanan )
Lubang (dengan bor) dipasak dengan “jarum” injeksi” larutan antibiotik ditekan dengan injektor tekanan
hidrolik sebesar 2.5 – 14.0 kg/cm2
waktu lebih singkat dibandingkan metode infus gravitasi
masalah metode ini, sejumlah larutan keluar sebagai bocoran melalui luka yang terdapat pada pohon
Dosis akan sangat tergantung pada ukuran pohon
Metode kedua (lanjutan)
Rosenberger dan Jones (1977) 1.25 g oksitetrasiklin–HCl menghasilkan remisi gejala
penyakit-X pada tanaman peach dengan diameter batang 17 cm
Dengan dosis 2.5 g oksitetrasiklin–HCl pada batang berukuran 9 cm tidak menyebabkan gangguan pada tanaman
Di negara bagian New York, USA, 0.4-1.25 g bahan aktif tiap pohon direkomendasikan untuk perlakuan tarhadap penyakit-X pada tanaman peach
pohon yang bediameter 7.5 cm atau kurang
direkomendasikan tidak diberi perlakuan dengan injeksi karena batangnya akan mengalami kerusakan
Perlakuan benihdengan perendaman
Perlakuan benih
Antibiotik fitotoksik
Membatasi penggunannya pada benih
Perlakuan benih dalam bentuk debu (dust) tidak efektif
Taylor dan Dye (1976), pelumuran 2.5 g streptomisin per kg benih efektif dalam pengendalian
penyakit halo blight pada buncis dan hawar bakteri pada pea
Perendaman benih dalam 0.5 % larutan strepto-misin selama 2 jam
efektif untuk mengeliminasi bakteri
biasanya fitotoksik
fitotoksik direduksi melalui pembilasan benih dengan 0.5 % (w/v) NaOCl setelah perlakuan antibiotik (Humaydan et al. 1980)
Benih mengalami gangguan ketika
ditumbuhkan pada kondisi intensitas cahaya tinggi (Harman et al 1986)
Perlakuan dengan pasta (pelumuran)
Bisa menggunakan formulasi pasta atau
Formulasi WP dibuat pasta
Kemudian dilumurkan pada benih (dicampur dan diaduk);Benih tebungkus oleh pasta
Faktor pembatas penggunaan antibiotik dalam pengendalian bakteri patogen
Faktor pembatas utama Resistansi fitobakteri terhadap antibiotik
Cara penanggulangan resistansi antibiotik seyogyanya tidak digunakan sebagai cara
tunggal
Pendekatan PHT dengan berbagai kom-ponen pengendalian, seperti
sanitasi, tanaman resistan dan penggunaan bahan kimia tipe lain
Sebagai contoh
Beer 1978 :
pada tanaman pir dan apel pada awal musim untuk mereduksi inokulum primer
Penyemprotan campuran Bordeaux
dikombi-nasikan dengan antibiotik selama periode pembungaan sangat efektif dalam pengendalian penyakit fire blight
Kemampuan eradikan antibiotik sangat terbatas
Konsel dan Cornils 1978 Streptomisin tidak mampu mencegah per-
kembangan penyakit fire bliht bila
jumlah sel Erwinia amylovora yang menginfiltrasi tunas Cotoneaster melebihi 103 sel
bakteri sudah dalam suatu stadium pertumbuhan eksponensial sebelum aplikasi streptomisin
Aplikasi antibiotik pada permukaan tanaman
bersifat sistemik hanya secara lokal
tidak dapat diharapkan sebagai pengeradikasi bakteri yang telah mapan secara sistemik, seperti
Pseudomonas solanacearum Agrobacterium tumefaciens
Sedikit antibiotik yang tersedia dalam pengendalian penyakit tanaman secara komersial
METODE APLIKASI BAKTERISIDA
Aplikasi pada Benih
Aplikasi pada Daun
Injeksi pada batang
Aplikasi Air Irigasi atau Tanah
Top Related