A. Bacaan gharib
Ghorib artinya asing. Bacaan ghorib adalah bacaan asing.Yaitu bacaan yang tidak sebagaimana biasanya sehingga dikhawatirkan salah dalam membacanya .Agar tidak turut latah danmembiarkan terjadinya kesalahan, alangkah baiknya apabila kita mencatat ayat-ayat yang mengandung bacaan ghorib.
Macam- macam bacaan gharib antara lain:
1.Sakta(سكته)
Saktah adalah berhenti sejenak tanpa bernafas, dengan tujuan untuk meluruskan arti ayat. Di dalam mushkhafros mulutsmani, ‘saktah’ ditandai dengan khuruf ‘SIN ’kecil pada ayat yang mengandung ‘saktah’.
Menurut Imam Hafs, saktah hanya ada di 4 tempat yaitu surat (18:1-2), (36:52), (75:27) dan (83:14). Pada contoh di bawah ini, huruf ‘SIN’ (sebagai tanda saktah) terletak antara kata berwarna merah dan kata berwarna biru .Diantara kedua kata itulah terjadi saktah.
Berikut ini adalah ayat yang mengandung saktah:
Surat Al-Kahfi (18) antaraayat 1 dan 2:عوجاقيما
SuratYasiin (36) ayat 52: منمرفدنا
Surat Al-Muthoffifiinayat 14:كآلبلران
2.Sajdah( سجده)
Sajdah di dalam Alqur’an ditandai dengan gambar berbentuk kubah.Disunnahkan bagi pembaca dan pendengar untuk melakukan sujud tilawah ketika membaca/mendengar ayat sajdah.Disunnahkan melakukan sujud tilawah baik ketika sedang sholat atau diluar sholat.Di dalam sholat, sunnahnya hanya ketika imam melakukan sujud tilawah, jika tidak, maka ma’mum tidak boleh sujud sendiri (karena ma’mun harus mengikuti imam).Di luar sholat, disyaratkan menghadap qiblat dan suci dari hadats, boleh diawali dengan.berdiri atau duduk, dengan di awali takbirotul ikhrom ataupun tidak. Jika di awali takbir maka Ditutup dengan salam, jika tanpa takbir maka tidak perlu salam. Sujud tilawah yang dilakukan saat shalat tidak didahului takbir lagi serta tidak diakhiri salam
(sudah takbirotul ikhrom diawal sholat dan salam pada akhir shalat).
3.Imalah
Imalah adalah pembacaan fathah yang miring kekasroh
Contoh pada surat Hud (11) Bunyi RO dibaca RE (seperti مجرهاbunyi REmot) sehingga menjadi majREha.
4.Isymam
Isymam adalah menampakkan dhommah yang terbuang dengan isyarat bibir ketika membaca kata ‘LAATA’MANNA’ pada surat Yusuf (12) ayat 11.
Teks lengkap surat Yusuf (12) ayat 11 adalah sebagai berikut:التأمنا
cara bacanya “laa ta’manna” Nah, karena ini termasuk bacaan isymam, cara membacanya yaitu “laa ta’mannuna”, namun kata “nuu” yang menjadi tambahan hanya diisyaratkan dengan gerakan bibir ditambah mencucu tanpa suara. Jadi suara yang kedengaran hanya sebatas “laa ta’manna”.
5.Naql
Naql adalah memindahkan simbol/baris kasroh pada huruf HAMZAH ke huruf LAM, yaitu pada surat Al-Hujuroot ayat 11 .بئساالسم
Naql, yaitu memindahkan harakat suatu huruf ke huruf sukun sebelumnya. Menurut imam Hafs, bacaan ini juga hanya ada dalam surat al Hujurat ayat 11 االسم .بئسAlasan bacaan naql pada kata االسم yaitu terdapatnya dua hamzah washal (hamzah yang tidak terbaca di tengah kalimat), yakni hamzah pada al ta’rif daismu (salah satu dari sepuluh kata benda yang berhamzah washal), yang mengapit lam sehingga menjadi tidak terbaca di kala sambung dengan kata sebelumnya. Di antara manfaat bacaan naql ini adalah untuk memudahkan umat Islam membacanya.
6.Tashil
Tashil adalah , yaitu meringankan hamzah kedua (dari dua hamzah yang beriringan) dengan bunyi leburan hamzah dengan alif.Terdapat dalam surat Fushilat 44yang berbunyi عأجمي
Dilihat dari tulisannya, bacaannya seharusnya aa’jamiyyuwa ‘arabiyy. Tapi untuk bacaan ini, hamzah pertama dan kedua cara bacanya agak diringankan. Ketika bertemu dua hamzah qatha’ yang berurutan pada satu kata maka melafadzkan kata semacam ini bagi orang Arab
terasaberat, sehingga bacaan seperti ini bisa meringankan.
B. Musykilat
Musykilat adalah bacaan-bacaan yang antara tulisan dengan cara membacanya berbeda. Hal ini bertujuan agar kita dalam membacanya lebih berhati-hati dan terhindar dari kesalahan membaca.
Sebab terjadinya perbedaan :
1. Ada huruf yang tertulis tapi dibaca dengan suara atau bunyi lain
2. Ada huruf dalam kata tertulis tapi tidak dibaca.3. Ada tandan shifir (bulatan kecil di atas alif) ada 2
yaitu :a. Shifir Mustadhir ; bulatan kecil di atas huruf alif
yang berada di tengah kata sehingga huruf alif tersebut tidak berfungsi dan dibaca pendek.
b. Shifir Mustahil : bulatan lonjong kecil di atas alif yang
berada di akhir kata yang memiliki fungsi jika waqaf maka dibaca panjang dan jika washol dibaca pendek
Jenis-jenis bacaan musykilat :
1. Perubahan suara, yaitu suara huruf ص di ganti dengan suara huruf س, ini berada di 3 tempat : QS.Al-Baqarah ayat 245, QS.Al-A’raf ayat 69, dan QS.Ath-thur ayat 37 (yang ini boleh dibaca tetap (س atau di ganti dengan ص
2. Huruf ro’ di baca tebal
Biasanya jika ada Ro’ Sukun didahului dengan harakat kasrah, maka Ro’ tersebut dibaca tipis, tetapi pada kata-kata tertentu justru harus dibaca tebal
3. Huruf wawu tidak dibaca
Yaitu terdapat huruf wawu dalam sebuah kata, tapi tidak dibaca.
Missal : kata زگوه, صلوه dan lainnya
dibaca pendek ”وا “ .4
Yaitu terdapat وا dlam sebuah kata, tapi dibaca pendek, Missal : kata ا lانبو
5. Harakat “ ه ”
Dalam Al-Qur’an terdapat beberapa kata yang membacanya tidak sesuai dengan kaidah penulisannya.
Missal : عليه, فيه dan lainnya
6. Nun washol/ nun iwadl
Adalah jika ada tanwin yang bertemu dengan hamzah washol, maka cara membacanya suara tanwin harus di ganti dengan nun kasrah.
Missal : الوصيه خيرن
7. Hamzah sukun saat waqaf dan washol
Dalam Al-Qur’an terdapat hamzah sukun yang jika dibaca setelah waqaf
( ibtida’), maka suara hamzah sukun menjadi suara Ya’ sukun (panjang), namun jika dibaca washol, maka hamzah sukun tidak berubah.
Missal : ايتوني menjadi تونيىاl
Saat washol tidak berubah/tetap ايتوني
dibaca pendek " ئ" .8 Yaitu terdapatnya ئ dalam sebuah kata,tapi dibaca pendek. Misal: kata ئ , تلقا ئ ورا dan sebagainya.
dibaca pendek ”أو“ .9Yaitu terdapat nya dalam sebuah kata,tapi dibaca pendekMissal: kata أولئك, أولوا dan sebagainya.
10. Huruf alif tidak dibacaYaitu terdapatnya huruf alif dalam sebuah kata,tetapi tidak dibacaMissal: kata تايئسوا, جايء
ا ..." .11 ..." dibaca pendek
Terdapatnya "... ا ..." dalam sebuah kata, tapi dibaca pendek.
Missal: kata افائن , مالئه dan sebagainya.
ا ..." .12 dibaca pendek
Terdapatnya ... ا dalam sebuah kata, tapi dibaca pendek.
Missal: kata ثمودا , ندعوا dan sebagainya.
ا ..." .13 saat waqof
Terdapatnya ... ا dalam sebuah kata, saat waqof dibaca panjang
Missal: الرسوال , السبيال dan sebagainya.
ا ..." .14 saat washal
Terdapatnya ... ا dalam sebuah kata, saat washal dibaca pendek
Missal: الرسوال , السبيال dan sebagainya.
Ghorib artinya asing/aneh. Banyak lafal dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang aneh bacaannya. Maksudnya aneh adalah ada beberapa bacaan dalam Al-Qur’an yang tidak sesuai dengan kaidah aturan membaca yang umum atau yang biasa berlaku dalam kaidah bacaan bahasa Arab. Hal ini menunjukkan adanya keistimewaan Al-Qur’an yang mengandung kemukjizatan yang sangat tinggi.
A. Macam-macam Ghorib
Ada 8 jenis bacaan ghorib, yaitu:
1. Imaalah
Yaitu memiringkan antara harakat fathah dan kasrah. Jadi, bacaannya condong miring dari harakat fathah ke kasrah. Atau seolah-olah dibaca re . Imaalah hanya terdapat satu kata dalam Al-Qur’an, yaitu dalam Surah Huud ayat 41:
2. Isymaam
Yaitu memoyongkan bibir. Posisinya berada di tengah-tengah gunnah tetapi tidak merubah bunyi gunnahnya. Dalam Al-Qur’an Isymaam hanya ada 1, yaitu di Surah Yusuf ayat 11:
3. Tashiil (ringan)
Yaitu meringankan Hamzah yang kedua. Atau meringankan bacaan antara Hamzah dan Alif. Di dalam Al-Qur’an hanya terdapat satu kali, yaitu di Surah Fushshilat ayat 44:
4. Nuunun ‘iwadh (nun pengganti)
Yaitu mengganti tanwin dengan nun ketika bacaan diwasholkan.
5. Nuunun Lilwiqooyah (nun untuk menjaga)
Yaitu menjaga tanwin agar tidak hilang. Dijaga ketika diwasholkan. Apabila tidak diwasholkan maka tidak perlu dijaga. Nun yang ditambah pada bacaan apabila mana-mana kalimah yang berakhir dengan Tanwin (baris dua) bertemu dengan mana-mana kalimah yang bermula dengan Alif Lam ( ال ) atau Hamzah Wasal ( ا ) . Nun Wiqayah dibaca dengan baris bawah (kasrah).
Contohnya ada di surat Al- Baqarah 180:
6. Naqlun
Yaitu memindahkan harakat Hamzah ke harakat Lam. Dalam Al-Qur’an hanya terdapat di Surah Al-Hujuraat ayat 11, yaitu:
Keterangan: Lam alif (ال) dibaca kasrah Lam-nya , sedangkan kata ismun ( م� �س� hamzah-nya (اtidak dibaca.
7. Arraum
Yaitu membaca dengan setengah harakat dan jika ingin berhenti di huruf yang sebelumnya sukun.
Contohnya: Surat Ar-Rahman ayat 29:
8. Saktah
Yaitu berhenti sejenak tanpa bernafas. Hal ini bermaksud agar tidak merubah maknanya.
Contohnya:
Surat Al-Muthoffifin ayat 14:
�ال ان� ك ر� �ل� } ب �ون� ب �س� �ك ي �وا �ان ك ما �ه�م �وب ق�ل {14ع�ل�ى
Surat Al-Qiyamah ayat 27:
ا و�ق�يل� ر� {27} ق"م�ن�
Surat Yaasiin ayat 52:
�ا �ن �ع�ث ب م�ن �ا �ن �ل و�ي �ا ي �وا ه�ذ�ا م�ن ق�ال �ا ق�د�ن �ون� مر� ل س� �م�ر� ال و�ص�د�ق� ح�م�ن� الر و�ع�د� {52} م�ا
1. In the Name of Allâh, the Most Beneficent, the Most Merciful.
2. Imalah
Secara bahasa imalah berasal dari kata أم00ال – يمي00ل – إمال00ة
yang )الرمح( berarti memiringkan atau membengkokkan (tombak),
sedangkan secara istilah imalah berarti memiringkan fathah ke arah
kasrah atau memiringkan alif ke arah ya’ (Abi Thahir, 311). Bacaan ini
banyak ditemui pada bacaan Imam Hamzah dan al-Kisa’i, di antaranya
pada kata yang diakhiri alif layyinah, seperti الضحى، قلى، سجى، هدى.
Khusus riwayat Imam Hafs hanya terdapat pada kata مجراه00ا
(QS.Hud:41). Dalam qira’ah sab’ah ada bacaan yang menyerupai
imalah, yakni taqlil atau baina baina dari Imam Warsy pada lafadz yang
berwazan على، ف�على، ف�على�ف (Arwani Amin, 18), hanya saja taqlil lebih
mendekati fathah seperti bunyi re pada kata mereka.
Bacaan imalah merupakan salah satu dialek bahasa Arab standar
(fasih) untuk penduduk Najed dari suku Tamim, Qais dan Asad. Bacaan
imalah ini bermanfaat untuk memudahkan pengucapan huruf, karena
lidah itu akan terangkat bila membaca fathah dan turun bila membaca
imalah dan tentunya turunnya lidah itu lebih ringan dari terangkatnya
lidah. (Abi Thahir, 312)
Alif layyinah itu menyerupai huruf ya’, dengan membaca imalah
diharapkan pendengar tahu asal kata tersebut, sebaliknya dengan
membaca fathah dianggap tidak berakhiran alif layyinah.
3. Naql
Secara bahasa naql berasal dari kata نقل – ينقل – نقال berarti memindah; menggeser. Adapun secara istilah naql berarti memindahkan harakat suatu huruf ke huruf sebelumnya, sebagaimana yang banyak ditemui pada riwayat Imam Hamzah dan Warsy, yakni setiap ada al ta’rif atau tanwin bertemu hamzah, contoh باآلخرة terbaca بالخرة dan عذاب أليم terbaca عذابنليم .Dalam riwayat Hafs bacaan naql hanya ada di satu tempat yaitu pada
kata االسم Alasan bacaan naql pada kata .(QS. al-Hujurat:11) بئس
yaitu terdapatnya dua hamzah washal (hamzah yang tidak terbaca االسم
di tengah kalimat), yakni hamzah pada al ta’rif dan ismu (salah satu dari
sepuluh kata benda yang berhamzah washal), yang mengapit lam
sehingga menjadi tidak terbaca di kala sambung dengan kata
sebelumnya. Di antara manfaat bacaan naql ini adalah untuk
memudahkan umat Islam membacanya.
4. Ibdal (Penggantian)
A. Penggantian Hamzah dengan Ya’Ibdal yang dimaksud di sini adalah إبدال الهمزة الس00اكنة بالي00اء
(mengganti hamzah sukun dengan ya’. Semua imam qira’at sepakat
mengganti hamzah qatha’ –bila tidak disambung dengan kata
sebelumnya- yang jatuh setelah hamzah washal dengan ya’ sukun,
seperti لقاءنا ائت (QS. Yunus:15), في السموات ائتوني (QS .al-Ahqaf:4).
Adapun bacaan Imam Warsy, al-Susy dan Abu Ja’far, hamzah qatha’
dalam kalimat tersebut diganti ya’ ketika diwashalkan. (Abdul Fattah,
1981:143)
B. Penggantian Shad dengan SiinYakni mengganti shad dengan siin pada kata .QS) يبص00ط al-
Baqarah:245) dan بصطة (QS. al-A’raf:69) untuk selain bacaan Nafi’, al-
Bazzi, Ibnu Dzakwan, Syu’bah, Ali Kisa’i, Abu Ja’far dan Khalad. (Ibid,
119) sedangkan pada .QS) بمص00يطر al-Ghasyiyah:22) Imam Ashim
membaca sebagaimana tulisan mushaf, lain halnya dengan المصيطرون
(QS. al-Thur:37) kata ini bisa dibaca dengan mengganti shad dengan
siin atau dibaca tetap sebagaimana tulisannya. (Ibid, 306)
Alasan digantinya shad dengan siin pada semua kalimat di atas
yaitu mengembalikan pada asal katanya, sedangkan alasan
ditetapkannya shad yaitu mengikuti rasm/khat utsmani al-Qur’an dan
juga untuk menyesuaikan sifat ithbaq dengan huruf sesudahnya (tha’)
yang mempunyai sifat isti’la’. (al-Qaisy, 1987:I/34)
5. Isymam
Yaitu membaca harakat kata yang diwaqaf tanpa ada suara dengan
mengangkat dua bibir setelah mensukunkan huruf yang dirafa’, seperti
. نس00تعين Dalam bacaan Imam Hisyam, diisymamkannya kata قي00ل
dengan mencampur dlammah dan kasrah dalam satu huruf, demikian
juga Imam Hamzah membaca isymam kata الصراط dengan صراط،
memadukan bunyi dan ص Abdul) ز Fattah, 1981:15). Namun dalam
bacaan Hafs isymam hanya ada kata ال تأمنا (QS. Yusuf:11), yakni lidah
melafadzkan tanpa ال تأمنن00ا ada perubahan suara alias tetap sama
dengan tulisannya اT .ال تأمن
Secara bahasa bisa difahami bahwa memang asal dari kalimat itu
terdapat dua nun yang diidharkan, yang awal didlammah dan kedua
difathahkan (Ibid, 161). Sementara itu rasm al-Qur’an hanya menulis
satu nun sehingga untuk mempertemukan keduanya dipilih jalan
tengah yaitu secara bunyi mengikuti rasm dan gerakan bibir mengikuti
kata asal.
6. Tash-hil
Arti tash-hil secara bahasa “memberi kemudahan atau keringanan”,
sedangkan dalam istilah qiraat, tash-hil diartikan membaca hamzah
kedua (dari dua hamzah yang beriringan) dengan bunyi leburan hamzah
dengan alif, seperti أأنتم .dan lain-lain أأنذرتهم،
Hanya saja dalam riwayat Hafs bacaan tash-hil hanya satu yaitu أأعجمي
Ketika bertemu dua hamzah qatha’ yang .(QS. al-Fushshilat:44) وعربي
berurutan pada satu kata maka melafadzkan kata semacam ini bagi
orang Arab terasa berat, sehingga bacaan seperti ini bisa meringankan.
Juga ada tash-hil yang berasal dari mad lazim, sebagaimana yang
dikemukakan Imam Nasr Makky ada enam tempat, yaitu
1. Surat al-An’am ayat 143 : ن�� �ي �ي �ث �ن � األ� م� م� أ �ن� ح�ر ي �ر� ق�ل� ء�الذك
2. Surat al-An’am ayat 144 : ن�� �ي �ي �ث �ن � األ� م� م� أ �ن� ح�ر ي �ر� ق�ل� ء�الذك
3. Surat Yunus 51 : �ون� ل �ع�ج� ت �س� �ه� ت �م� ب �ت �ن ن� و�ق�د� ك آآل�
4. Surat Yunus 91 : �د�ين �م�ف�س� �ت� م�ن� ال �ن �ل� و�ك �ت� ق�ب ن� و�ق�د� ع�ص�ي آآل�
5. Surat Yunus 59 : ر�ون� �ف�ت ه� ت �م� ع�ل�ى الل �م� أ �ك �ذ�ن� ل ه� أ ق�ل� آلل
6. Surat al-Naml 59 : �ون� ر�ك �ش� ما ي� �ر� أ ي ه� خ� (Nashr Makky, 137) آلل
7. Madd & Qasr
Dalam qiraat sab’ah khususnya bacaan Hafs, banyak ditemukan kata
yang tertulis dalam rasm utsmani pendek tapi dibaca panjang dan
tertulis panjang dibaca pendek, di antaranya:
a- ملك terbaca مالك
Imam Ashim dan Ali Kisa’i membaca mim dengan alif, sedang yang
lain membaca pendek. Mereka yang membaca dengan alif beralasan
sesuai dengan ayat al-Qur’an :الملك مالك اللهم dan bukan قل ملك
juga karena maalik berarti dzat yang memiliki, sedangkan malik الملك
berarti tuan atau penguasa sehingga dalam al-Quran Allah berfirman:
الناس yang berarti tuhan manusia dan tidak cocok makna yang ملك
seperti itu untuk kata hari pembalasan يوم الدين (al-Qaisy, I/26).
b-أنا terbaca أن ketika washal
Alasan dipendekkannya nun ketika washal pada semua kata أنا
(dlamir yang berarti saya), adalah karena alif tersebut hanya berfungsi
menjelaskan harakat sebagaimana menambahkan ha’ ketika berhenti (
.( ه00اء الس00كت Ketika ada kata benda yang hurufnya sedikit lalu
diwaqafkan dengan sukun maka bunyinya akan janggal dan diberi
tambahan alif itu agar bunyi nun tetap sebagaimana asalnya.
Sedangkan tidak ditambahkannya alif ketika washal karena nun sudah
berharakat. (al-Qaisy, 1987:II/61)
Ada juga lafadz yang mirip dengan أنا yaitu ,(QS. Al-Kahfi:38) لكنا
yakni dibaca pendek ketika washal dan dibaca panjang ketika waqaf.
Hal itu dikarenakan asal dari لكن + dan bukan لكن + أنا adalah لكنا
. نحن
c- الرسوال، الظنونا، قواريرا
Imam Nafi’, Abu Bakar, Hisyam, al-Kisa’i membaca kata di atas
dengan tanwin, sementara yang lain termasuk Imam Ashim riwayat
Hafs membacanya dengan tanpa tanwin. Semua ulama
mewaqafkannya dengan alif kecuali Hamzah dan Qonbul, keduanya
mewaqafkan tanpa alif (al-Qaisy, 1987:II/352).
Alasan mereka yang mewaqafkan dengan alif adalah karena
mengikuti rasm atau khat mushaf yang mencantumkan alif dan ketika
washal alifnya tidak terbaca, khusus kata قواريرا tidak ditanwin karena
sighat muntahal jumu’ yang termasuk isim ghairu munsharif.
Sedangkan السبيال الرسوال، ’meskipun bukan termasuk jama الظنونا،
akan tetapi ia disamakan dengan syair yang akhir baitnya (qafiyah)
terdapat fathah yang dipanjangkan dengan alif (Ibid, II/353).
d- أولئك، أولوا، المالء
Dalam rasm utsmani ada beberapa huruf yang tertulis tapi tidak
terbaca seperti ولئ00ك أول00و، المالءأ , ada pula yang tak tertulis tapi
terbaca seperti هذه، ذلك Inilah yang merupakan keunikan dari . هذا،
rasm al-Qur’an yang penuh rahasia dan mukjizat.
8. Shilah
Kaidah umum yang berkaitan dengan ha’ dlamir berbunyi bahwa
apabila ada ha’ dlamir yang tidak didahului huruf mati maka harus
dipaanjangkan seperti به dan juga له، untuk menguatkan huruf ha’
perlu ditambahkan huruf mad setelahnya, inilah ijma para ulama
qira’ah (al-Qaisy, 1987:I/44), sebaliknya apabila ha didahului huruf yang
disukun maka dibaca pendek, seperti .منه، إلي0ه Para ulama qurra’
kecuali Ibnu Katsir, kurang senang menggabungkan dua huruf sukun
yang dipisah oleh huruf lemah yaitu ha, sehingga mereka membuang
huruf mad setelah ha’ dan inilah madzhab Imam Sibawaih. (Ibid, I/42)
Dalam riwayat Hafs ditemukan ha’ dlamir yang dipanjangkan walau
didahului huruf mati seperti ويخلد فيه مهانا (QS. al-Furqan:69). Dalam
hal ini Imam Hafs sama bacaannya dengan Ibnu Katsir, yaitu membaca
shilah ha’ (panjang). Alasannya diketahui bahwa ha’ adalah huruf
lemah sebagaimana juga hamzah, sehingga ketika ha’ dikasrahkan,
maka sebagai ganti dari wawu sukun adalah ya’ untuk menguatkan ha’.
Dalam perkataan Arab sendiri jarang dijumpai wawu sukun yang
didahului kasrah, sehingga menjadi atau فيهي ,al-Qaisy) عليهي I/42).
Dan ada pula ha’ yang dipendekkan (kendatipun tidak didahului huruf
mati) dengan mendlammahkan ha’ tanpa shilah, yaitu .QS) يرضه لكم
Al-Zumar:7), bacaan seperti juga dijumpai pada bacaan Imam Hamzah,
Nafi’, Ya’qub (Abdul Fattah, 1981:274).
Alasan dipanjangkannya kata yaitu فيه mengembalikannya pada
asalnya, yang mana berasal dari kata 0ه Ketika digabung dengan . هو
menjadi في , فيهو akan tetapi ha’ didahului ya’ sukun yang identik
dengan kasrah sehingga harakat ha’ harus disesuaikan dengan harakat
sebelumnya dan mengganti huruf mad wawu menjadi ya’ untuk
menyesuaikannya dengan kasrah sehingga menjadi dan فيهي huruf
mad diganti dengan harakat kasrah berdiri: فيه .
Mengenai alasan dipendekkannnya ha’ pada kata dan يرض00ه
semacamnya yaitu mengembalikannya pada tulisan mushaf yang tidak
terdapat wawu mad setelah ha’.
9. Memfathah atau mendlammah dlad
Dalam al-Qur’an ada lafadz serupa yang diulang tiga kali dalam
satu ayat yaitu Kata tersebut adalah masdar .(QS. al-Ruum:54) ضع�ف
dari يضع�ف–ضع�ف . Para ulama qira’ah berbeda dalam membaca
harakat dlad, Imam Hamzah dan syu’bah memfathah dlad dan ulama
lainnya -kecuali Imam Hafs- membacanya dengan dlammah. Sedang
Imam Hafs sendiri membaca fathah dan dlammah.
Alasan terjadinya perbedaan itu karena dalam ilmu sharaf, kata
يضع�ف–ضع�ف itu mempunyai dua masdar yaitu dan ض�ع�ف , ض�ع�ف
sebagaimana yang terjadi pada kata فقر juga mempunyai dua masdar
yakni ق�ر�ف dan ف�ق�ر (al-Qaisy, II/213).
10. Basmalah dalam Surat Taubat
Dalam Mushaf Utsmani semua surat al-Qur’an diawali dengan basmalah
kecuali surat al-Bara’ah atau surat al-taubat. Terkait dengan hal itu
Ubay bin Ka’ab berkata bahwa Rasulullah pernah menyuruh kami
menulis basmalah di setiap awal surat, dan tidak memerintahkan kami
menulisnya di awal surat al-Bara’ah, oleh karenanya surat tersebut
digabungkan dengan surat al-Anfal dan itu lebih utama karena adanya
keserupaan keduanya. Imam Ashim berkata: Basmalah tidak ditulis di
awal surat al-Bara’ah, karena basmalah itu berarti rahmat atau kasih
sayang, sedangkan al-Bara’ah merupakan surat adzab atau siksaan. (al-
Qaisy, 1987:I/20)
Para ulama fiqh berbeda pendapat mengenai hukum membaca
basmalah di awal surat al-Bara’ah ini, Imam Ibnu Hajar dan al-Khatib
mengharamkan membaca basmalah di awal surat ini dan
memakruhkan membacanya di tengah surat. Sedangkan Imam Ramli
dan para pengikutnya memakruhkan membaca basmalah di awal surat
dan mensunnahkan membacanya di tengah surat sebagaimana surat-
surat yang lain. (Abdul Fattah, 1981:13)