PUSAT KONSERVASI PENYU HIJAU DI PULAU DERAWAN, KALIMANTAN TIMURTEMA: “BIOMIMETIC ARCHITECTURE”
HICMA EDWIN ROSADI-09660006
183 | P a g e
BAB V
KONSEP PERANCANGAN
5.1 Konsep Perancangan
Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Pusat Konservasi Penyu
Hijau ini adalah mencakup tiga aspek yang terdiri dari prinsip-prinsip yang ada
dalam Biomimetic Architecture, empat sistem yang terdapat pada penyu hijau juga
konsep ini dikuatkan dengan penambahan integrasi keislaman di dalamnya.
Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai tiga aspek yang memperkuat konsep
dasar dari Perancangan Pusat Konservasi Penyu Hijau di Pulau Derawan,
Kalimantan Timur.
5.1.1 Prinsip Biomimetic Architecture
Prinsip-prinsip Biomimetic Architecture yang dipakai di dalam konsep
yaitu:
Meniru sistem yang berasal dari alam
Meniru fungsi yang berasal dari alam
Meniru proses yang berasal dari alam
5.1.2 Penyu Hijau
Penyu Hijau memiliki banyak sistem yang dapat digunakan, namun dalam
perancangan pusat konservasi penyu ini hanya menggunakan lima sistem penyu
hijau yang terdiri dari:
a. Sistem Pencernaan
Selektifitas dalam jenis lamun yang di makan
Efisiensi sistem pencernaan
PUSAT KONSERVASI PENYU HIJAU DI PULAU DERAWAN, KALIMANTAN TIMURTEMA: “BIOMIMETIC ARCHITECTURE”
HICMA EDWIN ROSADI-09660006
184 | P a g e
Memaksimalkan protein (zat baik) dan meminimalkan selulosa dan
lignin (zat jahat) dari makanan
Sensor kimiawi untuk mengetahui jenis makanan
Pengaruh bolak-balik yang positif terhadap tanaman lamun
(Grazing)
b. Sistem Ekskresi
Proses pengeluaran air yang mengandung garam pada mata untuk
mengurangi kadar garam pada tubuh
Saluran kemih yang menyalurkan kemih ke kloaka tidak langsung
menuju kandung kemih
c. Sistem Respirasi
Pernapasan dengan paru-paru menggunakan sistem anaerobik
Proses pernapasan yang menggunakan satu saluran yang kemudian
bercabang-cabang di dalam paru-paru
d. Sistem Skeleton
Tulang rusuk dan sebagian besar vertebrae bersatu dengan
karapaks
Memiliki dua lapisan pelindung yang terdiri dari lapisan atas
(karapaks) dan lapisan bawah (plastron)
e. Sistem Reproduksi
Simbiosis penyu hijau dengan sumber pangan di dalam kehidupan
Proses kopulasi di perairan dengan cara timbul tenggelam
PUSAT KONSERVASI PENYU HIJAU DI PULAU DERAWAN, KALIMANTAN TIMURTEMA: “BIOMIMETIC ARCHITECTURE”
HICMA EDWIN ROSADI-09660006
185 | P a g e
5.2 Konsep Dasar
Penjabaran konsep dasar dalam Perancangan Pusat Konservasi Penyu
Hijau di Pulau Derawan adalah sebagai berikut:
Gambar 5.1 Skema Konsep Dasar(Sumber: Hasil Analisis, 2013)
PUSAT KONSERVASI PENYU HIJAU DI PULAU DERAWAN, KALIMANTAN TIMURTEMA: “BIOMIMETIC ARCHITECTURE”
HICMA EDWIN ROSADI-09660006
186 | P a g e
5.3 Konsep Kawasan
Penggunaan material dan struktur di sekitar tapak untuk menjaga
kelestarian habitat dari penyu hijau agar kegiatan konservasi penyu hijau berjalan
maksimal. Konsep kawasan yang digunakan sejalan dengan tujuan konservasi
yaitu untuk melestarikan penyu hijau dan lingkungan sekitar tapak.
Gambar 5.2 Konsep Kawasan(Sumber: Hasil Analisis, 2013)
PUSAT KONSERVASI PENYU HIJAU DI PULAU DERAWAN, KALIMANTAN TIMURTEMA: “BIOMIMETIC ARCHITECTURE”
HICMA EDWIN ROSADI-09660006
187 | P a g e
5.4 Konsep Tapak
Konsep tapak pada perancangan Pusat Konservasi Penyu Hijau ini
menerapkan lima sistem penyu hijau yang telah di tentukan pada setiap aspek
meliputi pola tatanan massa sirkulasi,
5.4.1 Pola Tatanan Massa
Pola tatanan massa bangunan disusun berdasarkan penerapan dari sistem
yang terdapat dalam penyu hijau yang memberikan dampak positif bagi
lingkungan sekitar yang bertujuan agar tidak merugikan penyu hijau yang berada
di Pulau Derawan. Salah satu hal yang positif ialah penggunaan tata massa yang
tidak banyak menggunakan lahan agar area vegetasi untuk merangsang penyu
hijau untuk naik ke pantai peneluran tetap terjaga.
PUSAT KONSERVASI PENYU HIJAU DI PULAU DERAWAN, KALIMANTAN TIMURTEMA: “BIOMIMETIC ARCHITECTURE”
HICMA EDWIN ROSADI-09660006
188 | P a g e
Gambar 5.3 Konsep Pola Tatanan Massa(Sumber: Hasil Analisis, 2013)
PUSAT KONSERVASI PENYU HIJAU DI PULAU DERAWAN, KALIMANTAN TIMURTEMA: “BIOMIMETIC ARCHITECTURE”
HICMA EDWIN ROSADI-09660006
189 | P a g e
5.4.2 Vegetasi
Jenis vegetasi yang digunakan adalah vegetasi yang banyak tumbuh di
Pulau Derawan dengan tujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan
merangsang penyu hijau untuk naik bertelur ke pantai peneluran.
Gambar 5.4 Konsep Vegetasi(Sumber: Hasil Analisis, 2013
PUSAT KONSERVASI PENYU HIJAU DI PULAU DERAWAN, KALIMANTAN TIMURTEMA: “BIOMIMETIC ARCHITECTURE”
HICMA EDWIN ROSADI-09660006
190 | P a g e
5.5 Konsep Zoning Ruang
Konsep zona ruang dalam perancangan Pusat Konservasi Penyu Hijau ini
menerapkan sistem selektifitas pencernaan penyu hijau dengan tujuan untuk
menghindarkan kontak langsung antara area wisata dengan area pantai peneluran
agar kegiatan konservasi penyu hijau tidak terganggu dengan kegiatan wisata.
Gambar 5.5 Konsep Zoning Ruang(Sumber: Hasil Analisis, 2013)
PUSAT KONSERVASI PENYU HIJAU DI PULAU DERAWAN, KALIMANTAN TIMURTEMA: “BIOMIMETIC ARCHITECTURE”
HICMA EDWIN ROSADI-09660006
191 | P a g e
5.6 Konsep Bentuk
Konsep bentuk mengambil dari sistem, fungsi dan proses yang pada penyu
hijau yang memiliki manfaat baik sehingga memberikan dampak yang baik juga
bagi perancangan maupun lingkungan sekitar.
Gambar 5.6 Konsep Bentuk Bangunan(Sumber: Hasil Analisis, 2013)
PUSAT KONSERVASI PENYU HIJAU DI PULAU DERAWAN, KALIMANTAN TIMURTEMA: “BIOMIMETIC ARCHITECTURE”
HICMA EDWIN ROSADI-09660006
192 | P a g e
5.7 Konsep Struktur
Struktur bangunan yang diterapkan pada bangunan Pusat Konservasi
Penyu Hijau ini mengunakan jenis struktur dan material yang memberikan
dampak positif bagi bangunan maupun lingkungan sekitar:
Penggunaan konstruksi baja agar bangunan aman dari korosi air laut
Penggunaan konstruksi panggung dan atap pelana untuk melestarikan
struktur khas bangunan Kalimantan Timur.
Gambar 5.7 Konsep Struktur(Sumber: Hasil Analisis, 2013)
PUSAT KONSERVASI PENYU HIJAU DI PULAU DERAWAN, KALIMANTAN TIMURTEMA: “BIOMIMETIC ARCHITECTURE”
HICMA EDWIN ROSADI-09660006
193 | P a g e
5.8 Konsep Utilitas
Konsep utilitas yang terdapat pada Pusat Konservasi Penyu Hijau ini
terdiri dari utilitas air bersih, utilitas air kotor, utilitas penanggulangan kebakaran
dan utilitas jaringan listrik.
5.8.1 Utilitas Air Bersih
Sumber air bersih pada perancangan Pusat Konservasi Penyu Hijau ini
hanya berasal dari air PDAM dan air laut. Sumber air bor tidak digunakan dengan
tujuan untuk menjaga kadar air tanah pada Pulau Derawan. Air yang berasal dari
PDAM digunakan untuk kebutuhan pengguna bangunan sedangkan air laut
digunakan untuk kebutuhan penangkaran penyu hijau dan penanaman rumput laut.
Gambar 5.8 Konsep Utilitas Air Bersih(Sumber: Hasil Analisis, 2013)
PUSAT KONSERVASI PENYU HIJAU DI PULAU DERAWAN, KALIMANTAN TIMURTEMA: “BIOMIMETIC ARCHITECTURE”
HICMA EDWIN ROSADI-09660006
194 | P a g e
8.2 Utilitas Air Kotor
Untuk sisa penggunaan air tawar pada setiap bangunan dibuatkan saluran
untuk pembuangan air kotor, yang kemudian di saluran-saluran air kotor dari
setiap bangunan tersebut dipertemukan dengan saluran air kotor utama pada
kawasan. Saluran utama air kotor kawasan ini tidak dibuang ke laut, melainkan di
arahkan ke kolam buatan. Sebelum air kotor memasuki ke kolam, air kotor
tersebut melewati sebuah saluran filterisasi. Air yang sudah di filter secara
otomatis akan mengalir ke kolam, yang nantinya air tersebut bisa di manfaatkan
untuk penyiraman tanaman dan menanggulangi bahaya kebakaran.
Sedangkan sisa penggunaan air laut pada kolam penangkaran penyu hijau
dan kolam penanaman rumput laut menerapkan sistem ‘’grazing’’ penyu hijau
dimana air sisa kolam penangkaran di manfaatkan untuk kolam penanaman
rumput laut. Kemudian sisa air dari kolam rumput laut dapat di manfaatkan untuk
sumber air tawar dengan menggunakan filter reverse osmosis yang digunakan
sebagai cadangan air untuk kebutuhan pengguna bangunan.
PUSAT KONSERVASI PENYU HIJAU DI PULAU DERAWAN, KALIMANTAN TIMURTEMA: “BIOMIMETIC ARCHITECTURE”
HICMA EDWIN ROSADI-09660006
195 | P a g e
Gambar 5.9 Konsep Utilitas Air Kotor (Air PDAM)(Sumber: Hasil Analisis, 2013)
Gambar 5.10 Konsep Utilitas Air Kotor (Air Asin)(Sumber: Hasil Analisis, 2013)
5.8.3 Utilitas Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Sistem untuk menanggulangi bahaya kebakaran yaitu setiap bangunan
diberikan mesin pompa air. Kemudian apabila terjadi kebakaran disalah satu
bangunan, mesin pompa air tersebut secara otomatis akan menyerap air yang
berada pada kolam, lalu air langsung dikeluarkan untuk meredamkan api. Sistem
ini termasuk langkah awal untuk menanggulangi kebakaran dan agar api tidak
merambat kebangunan yang lain.
PUSAT KONSERVASI PENYU HIJAU DI PULAU DERAWAN, KALIMANTAN TIMURTEMA: “BIOMIMETIC ARCHITECTURE”
HICMA EDWIN ROSADI-09660006
196 | P a g e
Gambar 5.11 Konsep Utilitas Penanggulangan Kebakaran(Sumber: Hasil Analisis, 2013)
5.8.4. Utilitas Pengolahan Sampah
Pengolahan sampah pada perancangan menerapkan proses respirasi pada
penyu hijau yang mengikat oksigen dengan lobus kemudian mengeluarkannya
melalui 1 jalur laring dengan cara membuat tempat sampah di setiap titik tertentu
yang kemudian dikeluarkan melalui jalur dermaga untuk kemudian dibuang ke
tempat pembuangan sampah akhir di pulau yang lebih besar.
PUSAT KONSERVASI PENYU HIJAU DI PULAU DERAWAN, KALIMANTAN TIMURTEMA: “BIOMIMETIC ARCHITECTURE”
HICMA EDWIN ROSADI-09660006
197 | P a g e
Gambar 5.12 Konsep Utilitas Pengolahan Sampah(Sumber: Hasil Analisis, 2013)
Top Related