42
42
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
5.1.1 Kelurahan Jimbaran
Jimbaran adalah sebuah kelurahan yang terdiri dari satu desa adat, 14 banjar
dinas dan 12 banjar adat di wilayah Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung,
Provinsi Bali, terletak diantara 08o14'17" - 08
o50'57" Lintang Selatan dan
115o05'02" - 115
o15'09" Bujur Timur. Sebelah Utara berbatasan dengan
Kelurahan Kelan, di sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Benoa,
di sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Ungasan dan di sebelah Barat
berbatasan dengan Samudera Hindia, dengan luas wilayah 20,50 km2. Kelurahan
Jimbaran adalah satu dari sekian tujuan wisata di Pulau Bali yang memiliki obyek
wisata pantai yang terkenal dengan nama Pantai Jimbaran. Pantai jimbaran tidak
berbeda jauh dengan pantai-pantai tujuan wisata di Bali. Pantai ini menyajikan
keindahan pasir pantainya dan pemandangan sunset di sore hari. Yang
membedakan dengan pantai-pantai tujuan wisata lainnya di Bali adalah pantai ini
merupakan destinasi wisata kuliner pantai. Sepanjang pantai Jimbaran hingga
pantai Kedonganan terhampar kafe-kafe dan restaurant dengan menu spesial ikan
laut.
Penduduk Kelurahan Jimbaran Berdasarkan hasil registrasi tahun 2012
berjumlah 32.598 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 16.752 jiwa dan
perempuan 15.846 jiwa. Rata-rata kepadatan penduduk adalah sebesar 1.590
jiwa/km2. Kelurahan Jimbaran pada mulanya merupakan kampung nelayan serta
43
petani. Semenjak di wilayah pantai Jimbaran muncul banyak tempat makan hasil
laut (seafood) yang pertama di Bali selatan serta beberapa hotel bertaraf
internasional, kini mata pencaharian penduduk lokal lebih ke arah pariwisata.
5.1.2 Kondisi hotel
Hotel yang menjadi obyek penelitian terdiri dari hotel bintang lima sebanyak
lima buah dan hotel bintang empat sebanyak tiga buah. Kondisi hotel-hotel
tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.1 sampai dengan 5.6. Selanjutnya nama-nama
hotel tersebut akan disingkat menjadi:
A : Intercontinental Bali Resort
B : Four Season Resort Bali at Jimbaran
C : Ayana Resort & Spa Bali
D : Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa
E : Le Meridien Bali Jimbaran
F : Jimbaran Puri Bali
G : Keraton Jimbaran Resort
H : Karma Jimbaran
Fasilitas yang dimiliki hotel mencerminkan kelas hotel tersebut. Hotel
bintang lima yang memiliki fasilitas terlengkap adalah Intercontinental Bali
Resort dan Le Meridien Jimbaran, sedangkan kategori bintang empat fasilitas
terlengkap adalah Keraton Jimbaran Resort. Jenis fasilitas hotel dapat dilihat pada
Tabel 5.1.
44
Tabel. 5.1
Fasilitas yang Dimiliki Hotel
No. Fasilitas PROPER Non PROPER
A B C D E F G H
1. Kamar √ √ √ √ √ √ √ √
2. Kolam renang √ √ √ √ √ √
3. Restaurant/cafe/bar √ √ √ √ √ √ √ √
4. Spa √ √ √ √ √ √ √ √
5. Laundry √ √ √ √ √ √ √
6. Layanan penitipan anak √ √ √
7. Galeri perbelanjaan √ √ √ √ √
8. Pusat bisnis √ √ √ √ √
9. Pusat kebugaran √ √ √ √ √ √ √
10. Layanan medis √ √ √ √
11. Salon kecantikan √ √
12. Ruang pertemuan √ √ √ √ √
Hotel yang memiliki area dan bangunan terluas adalah Ayana Resort & Spa
Bali, yaitu 70 hektar dan 35 hektar. Hotel dengan luas area terkecil adalah Le
Meridien Bali Jimbaran dan Keraton Jimbaran Resort yaitu seluas 1,5 hektar. Luas
area dan bangunan masing-masing hotel dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2
Luas Area dan Bangunan Hotel
No. Nama Hotel Luas Area (ha) Luas Bangunan (ha)
Hotel PROPER
1. Intercontinental Bali Resort 14,0 7,0
2. Four Season Resort Bali at Jimbaran 13,8 -
3. Ayana Resort & Spa Bali 70,0 35,0
Hotel Non PROPER
4. Kayu Manis Jimbaran Private Estate
& Spa 3,0 -
5. Le Meridien Bali Jimbaran 1,5 -
6. Jimbaran Puri Bali 2,5 -
7. Keraton Jimbaran Resort 1,5 -
8. Karma Jimbaran 8,0 -
45
Hotel yang memiliki kamar terbanyak adalah Intercontinental Bali Resort
yaitu sebanyak 417 kamar. Rata-rata tingkat hunian kamar tertinggi adalah Ayana
Resort & Spa Bali yaitu dengan 308 kamar/hari atau sekitar 83,7%. Tingkat
hunian kamar hotel berfluktuasi setiap bulan. Salah satu faktor yang
mempengaruhi adalah musim liburan yang berbeda pada setiap wilayah, seperti
libur musim dingin di Jepang bulan Pebruari – Maret, di Australia bulan Juni –
Agustus, di Eropa bulan Desember – Maret. Jumlah kamar dan tingkat hunian
masing-masing hotel dapat dilihat pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3
Jumlah Kamar, Tingkat Hunian Kamar, Persentase Hunian
No. Nama Hotel Jumlah
kamar/villa
Rata-rata Tingkat
Hunian Kamar
per Hari
Persentase
Hunian per
Bulan (%)
Hotel PROPER
1. Intercontinental Bali
Resort 417 265 63,5
2. Four Season Resort
Bali at Jimbaran 147 78 53,0
3. Ayana Resort & Spa
Bali 368 308 83,7
Hotel Non PROPER
4. Kayu Manis Jimbaran
Private Estate & Spa 19 8 42,1
5. Le Meridien Bali
Jimbaran 118 88 74,6
6. Jimbaran Puri Bali 64 34 53,1
7. Keraton Jimbaran
Resort 102 67 65,7
8. Karma Jimbaran 40 10 25,0
Sumber air bersih hotel berasal dari Air Bawah Tanah (ABT) dan Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM). Peruntukkan air bersih digunakan untuk kegiatan
46
kamar mandi/toilet, dapur/restaurant, laundry, spa, penyiraman dan pengisian air
kolam. Debit pemakaian air bersih terbanyak adalah Four Season Resort Bali at
Jimbaran yaitu sebesar 32.663 m3/bulan, mengingat Four Season Resort Bali at
Jimbaran memiliki fasilitas yang cukup lengkap, serta tipe bangunan berupa villa
lengkap dengan kolam renang pribadi sehingga penggunaan air bersihnya cukup
besar. Sumber dan pemakaian air bersih masing-masing hotel dapat dilihat pada
Tabel 5.4.
Tabel 5.4
Sumber dan Debit Pemakaian Air Bersih
No. Nama Hotel Sumber Air
Bersih
Debit Pemakaian Air
Bersih (m3/bulan)
Hotel PROPER
1. Intercontinental Bali Resort PDAM 23.200
2. Four Season Resort Bali at
Jimbaran PDAM 32.663
3. Ayana Resort & Spa Bali ABT 22.650
Hotel Non PROPER
4. Kayu Manis Jimbaran
Private Estate & Spa PDAM 950
5. Le Meridien Bali Jimbaran ABT 3.716
6. Jimbaran Puri Bali PDAM 2.796
7. Keraton Jimbaran Resort ABT 12.134
8. Karma Jimbaran ABT dan
PDAM 5.346
Hotel yang memiliki jumlah karyawan terbanyak adalah Ayana Resort & Spa
Bali yaitu sebanyak 1.233 orang dan tersedikit adalah Kayu Manis Jimbaran
Private Estate & Spa yaitu sebanyak 105 orang. Jumlah karyawan ini terdiri dari
karyawan tetap dan kontrak. Jumlah karyawan juga mempengaruhi volume
pemakaian air bersih dan produksi air limbah domestik. Jumlah karyawan masing-
masing hotel dapat dilihat pada Tabel 5.5.
47
Tabel 5.5
Jumlah Karyawan
No. Nama Hotel Jumlah Karyawan (orang)
Hotel PROPER
1. Intercontinental Bali Resort 846
2. Four Season Resort Bali at Jimbaran 643
3. Ayana Resort & Spa Bali 1.233
Hotel Non PROPER
4. Kayu Manis Jimbaran Private Estate &
Spa 105
5. Le Meridien Bali Jimbaran 153
6. Jimbaran Puri Bali 202
7. Keraton Jimbaran Resort 145
8. Karma Jimbaran 127
5.2 Pengelolaan Air Limbah
Seluruh hotel sudah melakukan kegiatan pengelolaan limbah cair (air limbah)
dengan membangun IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Penanganan limbah
cair dengan menggunakan peralatan khusus berupa unit pengolah limbah (IPAL),
agar air limbah yang akan dibuang dapat memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dan mampu dipergunakan untuk kebutuhan lainnya seperti untuk irigasi tanaman,
mencuci kendaraan, dan menyiram halaman (Sudipa, 2006).
5.2.1 Prasarana pengolahan air limbah
IPAL kedelapan hotel memiliki tipe yang sama yaitu menggunakan proses
fisik, biologi dan kimia dengan sistem aerob. Ada pula yang menggunakan
tambahan bakteri untuk membantu proses pengolahan air limbah, yaitu EM
(Effective Microorganisme), baik itu dibikin sendiri oleh hotel maupun beli
pabrikan. Keseluruhan proses pengolahan air limbah tidak menggunakan bahan
kimia. Yang membedakan proses IPAL antara hotel-hotel tersebut adalah jumlah
48
kompartemen/bak. Proses pengolahan air limbah sederhana terdiri dari bak
pengumpul (inlet), bak aerasi, dan bak sedimentasi (bak penampung akhir)
sebelum outlet menuju ke media lingkungan. Sumber oksigen pada proses aerasi
berasal dari blower. Hotel yang memiliki kapasitas IPAL terbesar adalah Ayana
Resort & Spa Bali yaitu sebesar 920 m3/hari yang dibagi menjadi dua unit IPAL.
Prasarana pengolahan air limbah hotel di delapan lokasi penelitian dapat dilihat
pada Tabel 5.6.
5.2.2 Kuantitas air limbah
Air limbah hotel termasuk kategori air limbah domestik, dikarenakan
bersumber dari kegiatan seperti: kamar mandi/toilet, dapur/restoran, laundry,
kolam, spa dan penyiraman. Debit air limbah tergantung dari tingkat hunian
kamar dan fasilitas yang ada di hotel. Hotel yang memiliki rata-rata debit air
limbah harian tertinggi adalah Ayana Resort & Spa Bali yaitu sebesar 571,8
m3/hari dan terendah adalah Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa yaitu
sebesar 8,4 m3/hari. Rata-rata debit air limbah harian masing-masing hotel dapat
dilihat pada Tabel 5.7.
49
49
Tabel 5.6
Prasarana Pengolahan Air Limbah
No Nama Hotel Proses IPAL Diagram Alir Proses Kapasitas
(m3/hari)
Penggunaan
Tambahan
Bakteri
Penggunaan
Bahan Kimia
Hotel PROPER
1. Bali Intercontinental Fisika,
Biologi,
Kimia
Inlet equalization tank aeration tank
settling tank clorinator tank sump pit
tangki penampungan filtrasi Outlet ke
lagoon
(lampiran 11. Gambar 1 - 8)
600 Tidak ada Tidak ada
2. Four Season Resort
Bali at Jimbaran
Fisika,
Biologi,
Kimia
sumpit tank equalisasi aeration tank
setling tank chlorinasi rectifier tank
sand filter carbon filter make up tank
Outlet dipompa ke tower
(lampiran 11. Gambar 21 – 32)
380 Tidak ada Tidak ada
3. Ayana Resort & Spa
Bali
Fisika,
Biologi,
Kimia
Grit chamber equalizing tank aeration
tank sedimentation tank defoaming
tank flocculation tank clarifier tank
intermediate tank sand filter treated
water tank
(lampiran 11. Gambar 45 – 50)
920 Tidak ada Tidak ada
50
No Nama Hotel Proses IPAL Diagram Alir Proses Kapasitas
(m3/hari)
Penggunaan
Tambahan
Bakteri
Penggunaan
Bahan Kimia
Hotel Non PROPER
4. Kayu Manis
Jimbaran Private
Estate & Spa
Fisika,
Biologi,
Kimia
Inlet rotor disk Outlet
(lampiran 11. Gambar 63 – 66)
10 EM4 Tidak ada
5. Le Meridien Bali
Jimbaran
Fisika,
Biologi,
Kimia
Inlet Bak penampung clarifier
Biodex bak penampung effluent
(lampiran 11. Gambar 74 – 78)
150 EM4 Tidak ada
6. Jimbaran Puri Bali Fisika,
Biologi,
Kimia
Inlet bak aerasi bak penampung
(lampiran 11. Gambar 91 – 94)
30 Tidak ada Tidak ada
7. Keraton Jimbaran
Resort
Fisika,
Biologi,
Kimia
Inlet primary tank 1 primary tank 2
DO tank Bio media tank Clarifier tank
1 Clarifier tank 2 final tank Outlet
untuk penyiraman
(lampiran 11. Gambar 100 – 103)
210 EM4 Tidak ada
8. Karma Jimbaran Fisika,
Biologi,
Kimia
Inlet primary tank 1 primary tank 2
tank clarifier tank final tank Outlet
untuk penyiraman
(lampiran 11. Gambar 116 – 119)
Tidak
tersedia
data
Tidak ada Tidak ada
51
51
Tabel 5.7
Rata-rata Debit Air Limbah Hotel per Hari
No Nama Hotel Debit Air Limbah
(m3)
Hotel PROPER
1. Bali Intercontinental 407,2
2. Four Season Resort Bali at Jimbaran 290,9
3. Ayana Resort & Spa Bali 571,8
Hotel Non PROPER
4. Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa 8,4
5. Le Meridien Bali Jimbaran 98,1
6. Jimbaran Puri Bali 24,9
7. Keraton Jimbaran Resort 45,4
8. Karma Jimbaran 47,6
Debit air limbah pada Tabel 5.8 adalah rata-rata debit harian selama tiga
bulan terakhir (Oktober-Desember 2014). Persentase debit air limbah
dibandingkan dengan penggunaan air bersih dapat dilihat pada Tabel 5.8.
Tabel 5.8
Rata-rata Penggunaan Air Bersih dan Debit Air Limbah per Bulan
No Nama Hotel
Debit
Pemakaian
Air Bersih
(m3)
Debit Air
Limbah
(m3)
Persentase
(%)
Hotel PROPER
1. Bali Intercontinental 23.200 12.216 52,7
2. Four Season Resort Bali at
Jimbaran
32.663 8.727 26,7
3. Ayana Resort & Spa Bali 22.650 17.154 75,7
Hotel Non PROPER
4. Kayu Manis Jimbaran Private
Estate & Spa
950 253 26,5
5. Le Meridien Bali Jimbaran 3.716 2.943 79,2
6. Jimbaran Puri Bali 2.796 746 26,7
7. Keraton Jimbaran Resort 12.134 1.362 11,2
8. Karma Jimbaran 5.346 1.427 26,7
52
Tabel 5.8 menunjukkan bahwa persentase debit air limbah dibandingkan
dengan penggunaan air bersih tertinggi adalah Le Meridien yaitu sebesar 79,2%
dan terendah adalah Keraton Jimbaran Resort sebesar 11,2%.
5.2.3 Kualitas air limbah
Kualitas air limbah menunjukkan spesifikasi air limbah yang diukur dari
jumlah kandungan bahan pencemar didalam air limbah. Hasil analisis kualitas air
limbah di efluen IPAL yang diambil pada saat penelitian dapat dilihat pada Tabel
5.9.
Tabel 5.9
Hasil Analisis Kualitas Air Limbah
Nama Hotel
Hasil Uji
TSS
(mg/L) pH
BOD5
(mg/L)
COD
(mg/L)
NH3
(mg/L)
NO3
(mg/L)
NO2
(mg/L)
H2S
(mg/L)
Hotel PROPER
Intercontinental
Bali Resort
7,90 6,85 1,16 2,12 0,09* 17,38* 0,004 0,042*
Four Season Resort
Bali at Jimbaran
4,05 7,52 3,75 7,69 0,09* 14,23* 0,014 ttd
Ayana Resort &
Spa Bali
10,02 7,12 3,24 7,69 0,65* 1,33 0,014 ttd
Hotel Non PROPER
Kayu Manis
Jimbaran Private
Estate & Spa
8,33 7,60 11,60 23,18 1,47* 2,17 0,004 ttd
Le Meridien Bali
Jimbaran
37,62 6,86 6,76 13,47 0,62* 0,66 15,501* ttd
Jimbaran Puri Bali 17,50 7,17 4,15 6,64 2,97* 14,98* 0,051 0,051*
Keraton Jimbaran
Resort
20,31 7,60 7,25 12,60 7,21* 1,02 0,012 0,017*
Karma Jimbaran 16,88 6,88 4,38 11,35 3,51* 15,16* 0,191* 0,034*
Baku Mutu
(Pergub No. 8/
2007)
50 6-9 30 50 0,02 10 0,06 0,01
Keterangan:
* : melebihi baku mutu
53
Tabel 5.9 menerangkan bahwa parameter yang melewati baku mutu sesuai
dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 tentang Baku Mutu
Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup adalah:
a. parameter NO3 (baku mutu sebesar 10 mg/L): Intercontinental Bali Resort,
Four Season Resort Bali at Jimbaran, Jimbaran Puri Bali, dan Karma
Jimbaran;
b. parameter NO2 (baku mutu sebesar 0,06 mg/L): Le Meridien Bali Jimbaran
dan Karma Jimbaran;
c. parameter NH3 (baku mutu sebesar 0,02 mg/L): Intercontinental Bali Resort,
Four Season Resort Bali at Jimbaran, Ayana Resort & Spa Bali, Kayu Manis
Jimbaran Private Estate & Spa, Le Meridien Bali Jimbaran, Jimbaran Puri
Bali, Keraton Jimbaran Resort, dan Karma Jimbaran;
d. parameter H2S (baku mutu sebesar 0,01 mg/L): Intercontinental Bali Resort,
Jimbaran Puri Bali, Keraton Jimbaran Resort, dan Karma Jimbaran.
Hotel yang memiliki parameter melebihi baku mutu terbanyak untuk kategori
bintang empat adalah Karma Jimbaran yaitu sebanyak 4 (empat) parameter, antara
lain: NO3, NO2, NH3 dan H2S dan untuk kategori bintang lima adalah
Intercontinental Bali Resort yaitu sebanyak 3 (tiga) parameter, antara lain: NO3,
NH3 dan H2S.
5.2.4 Beban pencemaran air limbah
Kondisi air limbah tergantung dari tingkat hunian hotel, semakin tinggi
tingkat hunian hotel, semakin tinggi pula beban pencemaran air limbah yang
54
dihasilkan. Beban pencemaran air limbah masing-masing hotel dapat dilihat pada
Tabel 5.10.
Tabel 5.10
Beban Pencemaran Air Limbah
No Nama Hotel Beban Pencemaran Air Limbah (kg/hari)
TSS BOD COD NH3 NO3 NO2 H2S
Hotel PROPER
1. Intercontinental
Bali Resort 3,217 0,472 0,862 0,039 7,076 0,002 0,017
2. Four Season Resort
Bali at Jimbaran 1,178 1,090 2,239 0,028 4,140 0,004 -
3. Ayana Resort &
Spa Bali 5,732 1,850 4,401 0,372 0,760 0,008 -
Hotel Non PROPER
4. Kayu Manis
Jimbaran Private
Estate & Spa
0,070 0,097 0,195 0,012 0,018 0,000 -
5. Le Meridien Bali
Jimbaran 3,691 0,663 1,321 0,061 0,065 1,521 -
6. Jimbaran Puri Bali 0,436 0,103 0,165 0,074 0,373 0,001 0,001
7. Keraton Jimbaran
Resort 0,922 0,329 0,572 0,327 0,046 0,001 0,001
8. Karma Jimbaran 0,803 0,208 0,540 0,167 0,722 0,009 0,002
Tabel 5.10 menunjukkan bahwa beban pencemaran air limbah antara hotel
peserta PROPER dan non PROPER tidak jauh berbeda. Beban pencemaran air
limbah hotel bintang lima tidak selalu lebih besar dari hotel bintang empat. Hal ini
bisa dilihat dari beban pencemaran untuk parameter BOD Karma Jimbaran lebih
besar dari Intercontinental Bali Resort.
5.2.5 Ketaatan perusahaan dalam pengelolaan air limbah
Hasil pengamatan terhadap sarana pengolahan air limbah pada delapan hotel
bintang empat dan lima di Kelurahan Jimbaran, terdapat bahwa hotel-hotel
55
tersebut telah memiliki sarana IPAL untuk mengolah air limbah. Berdasarkan
kuisioner yang dibagikan kepada pengelola hotel terkait dengan kegiatan
pengelolaan air limbah, dapat dilihat perbandingan tingkat pengetahuan dan
pemahaman pengelola hotel antara yang sudah ikut PROPER dengan yang belum
ikut PROPER seperti terlihat pada Lampiran 1, dimana beberapa hotel non
PROPER telah melakukan ketentuan sesuai yang diamanatkan dalam peraturan
dan terdapat dua hotel yang belum melakukan kegiatan pengendalian pencemaran
air, yaitu Kayu Manis Jimbaran dan Karma Jimbaran.
5.3 Pengelolaan Limbah Udara/Gas
5.3.1 Sumber pencemar udara
Emisi (limbah udara) hotel dari sumber tidak bergerak berasal dari genset dan
boiler. Genset berfungsi sebagai cadangan listrik bila ada pemadaman listrik dari
PLN, sehingga pengoperasian genset tidak terjadwal, namun pemanasan (warming
up) rutin dilakukan setiap minggu. Boiler berfungsi menghasilkan uap untuk
keperluan laundry dan air panas. Seluruh hotel memiliki genset, namun tidak
semua hotel memiliki boiler. Hotel yang memiliki bolier adalah Intercontinental
Bali Resort, Four Season Resort Bali at Jimbaran dan Ayana Resort & Spa Bali.
Hotel lainnya sumber air panas berasal dari heat pump dan untuk keperluan
laundry bekerjasama dengan pihak ketiga. Hotel yang memiliki genset dan boiler
terbanyak adalah Ayana Resort & Spa Bali. Data genset dan boiler masing-masing
hotel dapat dilihat pada Tabel 5.11.
56
Tabel 5.11
Data Genset dan Boiler
No Nama Hotel Data Genset Data Boiler
Jumlah Kapasitas Jumlah Kapasitas
Hotel PROPER
1. Intercontinental Bali
Resort
(lampiran 11. Gambar
9 – 12)
4 unit 1.250 KVA 2 unit 6 ton/hari
2. Four Season Resort
Bali at Jimbaran
(lampiran 11. Gambar
33 – 36)
4 unit 800 KVA 3 unit 2 unit @ 750
kg/jam
1 unit 1.600
kg/jam
3. Ayana Resort & Spa
Bali
(lampiran 11. Gambar
51 – 54)
4 unit 3 unit @
1.260 KVA
1 unit 1.700
KVA
8 unit 1.500 kg/jam
Hotel Non PROPER
4. Kayu Manis Jimbaran
Private Estate & Spa
(lampiran 11. Gambar
67)
1 unit 800 KVA - -
5. Le Meridien Bali
Jimbaran
(lampiran 11. Gambar
79 – 80)
2 unit 750 KVA - -
6. Jimbaran Puri Bali
(lampiran 11. Gambar
95 - 96)
1 unit 1.000 KVA - -
7. Keraton Jimbaran
Resort
(lampiran 11. Gambar
104 -105)
1 unit 550 KVA - -
8. Karma Jimbaran
(lampiran 11. Gambar
120 – 121)
2 unit 500 KVA - -
5.3.2 Kualitas udara emisi
Hotel yang telah mengukur kualitas udara emisi cerobong genset dan boiler
adalah Ayana Resort & Spa Bali, Intercontinental Bali Resort, Four Season
Resort Bali at Jimbaran dan Keraton Jimbaran Resort. Kualitas emisi cerobong
57
genset dan boiler keempat hotel tersebut secara detail dapat dilihat pada Lampiran
2 sampai dengan 5. Kualitas udara emisi cerobong genset berdasarkan
kapasitasnya dapat dilihat pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12
Kualitas Udara Emisi Cerobong Genset
No Kapasitas Genset
(KVA)
Hasil Uji
Lokasi NO2
(mg/m3)
SO2
(mg/m3)
Partikel
(mg/m3)
1. 1.700 1,49 6,39 45,80 Ayana Resort & Spa
Bali
2. 1.260 4,46 6,83 52,73 Ayana Resort & Spa
Bali
3. 1.250 2,74 6,63 56,96 Intercontinental Bali
Resort
4. 800 0,81 5,63 132,55 Four Season Resort
Bali at Jimbaran
5. 550 9,00 25,90 58,00 Keraton Jimbaran
Resort
Baku Mutu (Pergub
No. 8/2007)
1.000,00 800,00 350,00
Tabel 5.12 memperlihatkan bahwa semua hasil uji emisi cerobong genset
dibawah baku mutu yang ditetapkan. Untuk parameter NO2 tertinggi adalah
Keraton Jimbaran Resort dan terendah adalah Four Season Resort Bali at
Jimbaran. Untuk parameter SO2 tertinggi adalah Keraton Jimbaran Resort dan
terendah adalah Four Season Resort Bali at Jimbaran. Untuk parameter partikel
tertinggi adalah Four Season Resort Bali at Jimbaran dan terendah adalah Ayana
Resort & Spa Bali. Kualitas udara emisi cerobong boiler dapat dilihat pada Tabel
5.13.
58
Tabel 5.13
Kualitas Udara Emisi Cerobong Boiler
No Kapasitas Boiler
(Kg/jam)
Hasil Uji
Lokasi NO2
(mg/m3)
SO2
(mg/m3)
Partikel
(mg/m3)
1. 6.000 1,92 11,25 22,55 Intercontinental
Bali Resort
2. 1.600 0,11 182,10 191,40 Four Season
Resort Bali at
Jimbaran
3. 1.500 1,83 10,18 30,30 Ayana Resort &
Spa Bali
4. 750 0,71 30,30 17,60 Four Season
Resort Bali at
Jimbaran
Baku Mutu
(Pergub No.
8/2007)
1.000,00 800,00 350,00
Tabel 5.13 memperlihatkan bahwa Four Season Resort Bali at Jimbaran
memiliki emisi tertinggi untuk parameter SO2 dan partikel, sedangkan NO2
tertinggi adalah Intercontinental Bali Resort.
5.3.3 Ketaatan terhadap kewajiban mengelola limbah udara/gas (emisi)
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sumber emisi tidak bergerak yaitu
boiler dan genset, hotel yang belum memiliki sarana dan prasarana sampling pada
cerobong dan belum melakukan pengukuran/uji kualitas udara emisi cerobong
secara rutin oleh hotel non PROPER antara lain: Kayu Manis Jimbaran Private
Estate & Spa, Jimbaran Puri Bali, dan Karma Jimbaran. Penjelasan kegiatan
pengelolaan limbah udara/emisi lebih detail dapat dilihat pada Lampiran 6.
59
5.4 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
5.4.1 Sumber, jenis dan volume limbah B3
Hotel yang belum mengidentifikasi dan mengiventarisasi jenis limbah B3
yang dihasilkan antara lain: Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa, Jimbaran
Puri Bali, dan Karma Jimbaran. Hotel yang menghasilkan limbah B3 terbanyak
adalah Ayana Resort & Spa Bali yaitu sebesar 181,9 kg/bulan, dan paling sedikit
adalah Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa sebesar 5,003 kg/bulan.
Volume limbah B3 masing-masing hotel dapat dilihat pada Tabel 5.14, sedangkan
data limbah B3 masing-masing hotel lebih detail dapat dilihat pada Lampiran 7.
Tabel 5.14
Volume Limbah B3 per Bulan
No
Jenis
Limbah
B3
Volume Limbah B3 (kg)
A B C D E F G H
1. Batere
bekas
1,800 0,500 45,500 1,200 30,000 0,300 5,900 3,000
2. Lampu
bekas
49,800 13,000 33,900 0,003 20,000 16,200 8,300 10,000
3. Aki bekas - 25,000 57,500 - 50,000 8,300 4,200
4. Oli bekas 30,000 15,000 45,000 3,800 3,000 12,000 4,500 12,000
5. Kain
majun
- 1,300 - - - - - -
6. Filter oli - - - - 0,420 0,420 0,400
7. Cartridge
bekas
- 1,000 - - - - - -
8. Kemasan
bekas B3
- 10,300 - - - - - -
Total 81,600 66,100 181,900 5,003 103,420 37,220 18,700 29,600
5.4.2 Prasarana pengelolaan limbah B3
Prasarana pengelolaan limbah B3 yang ada di hotel sebatas pada
penyimpanan sementara di gudang sebelum diserahkan kepada pihak ketiga untuk
60
pengolahan lebih lanjut. Hotel yang belum memiliki tempat penyimpanan
sementara limbah B3 adalah Jimbaran Puri Bali dan Karma Jimbaran. Kedua hotel
tersebut belum memisahkan antara limbah B3 dengan sampah lainnya, sehingga
limbah-limbah tersebut tercampur menjadi satu di tempat penampungan sampah.
Ada juga hotel yang telah memiliki Tempat Penyimpanan Sementara (TPS)
limbah B3, tetapi masih terdapat sampah non B3 didalam TPS limbah B3, yaitu
Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa, dan Le Meridien Jimbaran.
Ketersediaan dan kondisi TPS limbah B3 di masing-masing hotel dapat dilihat
pada Tabel 5.15.
Untuk pengelolaan limbah B3 lanjutan, pihak hotel bekerjasama dengan pihak
ketiga, yaitu pengangkut, pemanfaat/pengolah/penimbun. Hotel yang telah
melakukan pengelolaan limbah B3 lanjutan adalah Ayana Resort & Spa, Four
Season Resort Bali at Jimbaran, dan Bali Intercontinental.
5.4.3 Ketaatan terhadap kewajiban mengelola limbah B3
Berdasarkan kuisioner yang dibagikan kepada pengelola hotel terkait dengan
kegiatan pengelolaan limbah B3, dapat dilihat perbandingan tingkat pengetahuan
dan pemahaman pengelola hotel antara yang sudah ikut PROPER dengan yang
belum ikut PROPER pada Lampiran 8, dimana terlihat bahwa hotel peserta
PROPER sudah taat secara teknis dan administrasi dalam pengelolaan limbah B3,
sedangkan untuk hotel non PROPER, ada yang sama sekali belum mengelola
limbah B3nya seperti Jimbaran Puri Bali dan Karma Jimbaran.
61
61
Tabel 5.15
Ketersediaan dan Kondisi TPS Limbah B3
No Uraian Hotel PROPER Hotel Non PROPER
A B C D E F G H
1. Ketersediaan
TPS Limbah
B3
Ada Ada Ada Ada Ada Tidak ada Ada Tidak ada
2. Kondisi
penyimpanan
limbah B3
Penyimpanan
dan
pengemasan
limbah B3
sudah sesuai
dengan
ketentuan
yang berlaku
(Lampiran
11. Gambar
13-18)
Penyimpanan
dan
pengemasan
limbah B3
sudah sesuai
dengan
ketentuan
yang berlaku
(Lampiran 11.
Gambar 37-
42)
- Kebersihan
TPS limbah
B3 kurang
terjaga
- Terkena
limpasan air
hujan
- Pengemasan
limbah B3
tidak sesuai
peraturan
- Penempatan
B3 dan
limbah B3
menjadi satu
(Lampiran 11.
Gambar 55-60)
- Limbah yang
disimpan
dalam TPS
limbah B3
bercampur
dengan
sampah
anorganik
seperti: kaca,
kertas, logam.
- Penempatan
dan
pengemasan
limbah B3
tidak sesuai
peraturan.
(Lampiran 11.
Gambar 68-71)
Limbah yang
disimpan dalam
TPS limbah B3
bercampur
dengan sampah
anorganik
seperti: kaca,
keramik.
(Lampiran 11.
Gambar 81-86)
- Limbah oli
bekas
disimpan di
r. genset.
- Limbah B3
lainnya
masih
bercampur
dengan
sampah
anorganik
yang
disimpan di
tempat
sampah
sementara
(Lampiran 11.
Gambar 97)
Penyimpanan
dan pengemasan
limbah B3
sudah sesuai
dengan
ketentuan yang
berlaku
(Lampiran 11.
Gambar 106-
111)
- Limbah oli
bekas
disimpan di
r. genset.
- Limbah B3
lainnya
masih
bercampur
dengan
sampah
anorganik
yang
disimpan di
tempat
sampah
sementara
62
62
5.5 Pengelolaan Limbah Padat (Sampah)
5.5.1 Sumber, jenis dan volume sampah
Kedelapan hotel ini bekerjasama dengan pihak ketiga yaitu PT. Jimbaran
Lestari untuk pengelolaan sampah. Sumber dan jenis sampah yang dihasilkan
hotel sejenis yaitu termasuk sampah domestik, hanya volumenya yang berbeda,
hal tersebut dapat dilihat pada Lampiran 9. Hotel yang menghasilkan sampah
terbanyak adalah Ayana Resort & Spa yaitu sebesar 684,54 kg/hari dan paling
sedikit adalah Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa sebesar 4,83 kg/hari.
Volume sampah masing-masing hotel berdasarkan jenisnya dapat dilihat pada
Tabel 5.16.
Tabel 5.16
Volume Sampah per Hari
No Jenis Sampah Volume Sampah (kg)
A B C D E F G H
1. Kertas 3,18 5,62 12,52 0,33 5,05 - 2,41 -
2. Logam 0,58 4,40 4,37 0,75 1,39 - 0,20 -
3. Kaca 1,19 1,67 7,58 1,85 1,53 - 0,49 -
4. Plastik 1,40 8,00 6,32 - 4,14 - 1,04 -
5. Lilin 0,23 0,39 2,77 - 0,12 - -
6. Organik:
- sampah
kebun
- sampah dapur
335,76 545,67 650,98
1,90
163,26
89,08
121,41 -
7. Campuran - - - - - 92,43 - 153,53
Total 342,34 565,75 684,54 4,83 175,49 181,51 125,55 153,53
5.5.2 Prasarana pengelolaan sampah
Pihak hotel bertanggungjawab untuk mengumpulkan sampah di area hotel
dan menampungnya di tempat penyimpanan sampah. Sampah yang terkumpul
belum terpilah, pemilahan sampah dilakukan oleh pihak ketiga karena ini sudah
63
termasuk dalam perjanjian kerja sama, demikian pula dengan kegiatan
pengomposan. Bak sampah terpilah (organik dan anorganik) biasanya terdapat di
dapur, sedangkan di area publik tidak terdapat bak sampah terpilah. Gambar
prasarana pengelolaan sampah di masing-masing hotel dapat dilihat pada
Lampiran 11.
Pengambilan sampah oleh Jimbaran Lestari ke masing-masing hotel
dilaksanakan setiap hari yaitu pada pagi hari antara pukul 04.00 – 06.30 wita
dengan harga sesuai kontrak yang disepakati dan senantiasa bervariasi.
5.5.3 Ketaatan terhadap kewajiban mengelola sampah
Berdasarkan kuisioner yang dibagikan kepada pengelola hotel dan hasil
pengamatan di lapangan, hotel yang belum menginventarisasi jenis dan jumlah
sampah yang dihasilkan adalah Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa,
Jimbaran Puri Bali, dan Karma Jimbaran. Untuk semua hotel baik PROPER
maupun non PROPER belum melaksanakan kegiatan pengelolaan sampah dengan
prinsip 3R (reduce, reuse, recycle). Kegiatan pemilahan sampah pun belum
dilakukan oleh hotel, hal ini dapat terlihat tidak tersedianya bak sampah terpilah
khususnya di tempat-tempat umum (public area). Tempat sampah terpilah (basah
dan kering) hanya tersedia di dapur, dikarenakan untuk penyimpanan sampah
basah (sisa makanan) disimpan dalam ruang pendingin untuk mencegah terjadinya
pembusukan sebelum diangkut pihak ketiga. Kegiatan pengelolaan sampah yang
dilakukan hotel dapat dilihat pada Lampiran 10.
64
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Kinerja Pengelolaan Air Limbah
Berdasarkan Tabel 5.7 terdapat tiga hotel yang belum pernah mengukur debit
air limbah, yaitu: Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa, Jimbaran Puri Bali dan
Karma Jimbaran. Menurut Qasim (1985), debit air limbah dapat dihitung dengan
pertimbangan 80% dari penggunaan air bersih. Bila dilihat dari tipe ketiga hotel
tersebut adalah berupa villa dengan kolam renang pribadi, maka tipe bangunannya
serupa dengan Four Season Resort Bali at Jimbaran, sehingga perhitungan debit
ketiga hotel tersebut menggunakan persentase debit air limbah dari penggunaan
air bersih Four Season Resort Bali at Jimbaran yaitu adalah sebesar 26,7% (Tabel
5.8).
Persentase debit air limbah dari penggunaan air bersih tidak selalu mencapai
80%, hal ini tergantung pada jenis/tipe bangunan hotel. Tipe bangunan villa
(dengan kolam renang pribadi), cottages dan kamar (building), berbeda-beda
besaran penggunaan air bersih dan debit air limbah yang dihasilkan. Bangunan
villa dengan kolam renang pribadi membutuhkan air bersih yang banyak, namun
air limbah yang dihasilkan kecil, karena air bersih banyak digunakan untuk
pengisian kolam dan biasanya penyiraman didalam villa juga menggunakan air
bersih, bukan air hasil olahan IPAL seperti yang terjadi di Keraton Jimbaran
Resort. Air backwash kolam renang diresapkan ke tanah, tidak mengalir ke IPAL,
sehingga tidak tercatat dalam flow meter di IPAL.
65
Perbandingan antara kapasitas IPAL dengan debit air limbah yang diolah
berdasarkan Tabel 5.6 dan 5.7, maka seluruh hotel debit air limbah yang diolah
lebih kecil dari kapasitas IPAL nya, persentasenya sebagai berikut:
1. Intercontinental Bali Resort: kapasitas IPAL 600 m3/hari, rata-rata debit air
limbah 407,2 m3/hari, persentase air limbah yang diolah 67,8% dari kapasitas
IPAL;
2. Four Season Resort Bali at Jimbaran: kapasitas IPAL 380 m3/hari, rata-rata
debit air limbah 290,9 m3/hari; persentase air limbah yang diolah 76,6% dari
kapasitas IPAL;
3. Ayana Resort & Spa Bali: kapasitas IPAL 920 m3/hari, rata-rata debit air
limbah 571,8 m3/hari, persentase air limbah yang diolah 62,2% dari kapasitas
IPAL;
4. Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa: kapasitas IPAL 10 m3/hari, rata-
rata debit air limbah 8,4 m3/hari, persentase air limbah yang diolah 84% dari
kapasitas IPAL;
5. Le Meridien Bali Jimbaran: kapasitas IPAL 150 m3/hari, rata-rata debit air
limbah 98,1 m3/hari, persentase air limbah yang diolah 65,4% dari kapasitas
IPAL;
6. Keraton Jimbaran: kapasitas IPAL 210 m3/hari, rata-rata debit air limbah 45,4
m3/hari, persentase air limbah yang diolah 21,6% dari kapasitas IPAL;
7. Jimbaran Puri Bali: kapasitas IPAL 30 m3/hari, rata-rata debit air limbah 24,9
m3/hari, persentase air limbah yang diolah 83% dari kapasitas IPAL.
66
Untuk hotel Karma Jimbaran tidak bisa dibandingkan karena tidak tersedia data
kapasitas IPAL. Debit air limbah yang diolah melebihi kapasitas IPAL bisa
mempengaruhi kualitas air limbah yang dihasilkan. IPAL tidak bisa bekerja
optimal dikarenakan beban air limbah yang diolah melebihi kapasitasnya.
Faktor lain yang mempengaruhi kualitas air limbah adalah teknologi
pengolahan air limbah yang digunakan. Perencanaan IPAL dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain (Qasim, 1985): desain populasi, standar air olahan
yang diinginkan, karakteristik air limbah, efisiensi pengolahan, pemilihan proses
pengolahan, pemilihan peralatan pengolahan, ketersediaan energi dan sumber
daya, perencanaan ekonomi, dan lain-lain.
6.1.1 Proses pengolahan air limbah
Pengolahan limbah atau pembenahan air limbah, pada dasarnya adalah
membuang zat pencemar yang terdapat dalam air atau berubah bentuknya
sehingga menjadi tidak berbahaya lagi bagi kehidupan organisme (Mahida, 1993).
Pengolahan air limbah dilakukan secara bertahap melalui proses:
a. pengolahan primer, meliputi: penyaringan kasar, penangkap pasir dan
pengendapan I;
b. pengolahan sekunder, meliputi: tangki aerasi, tangki pengendapan;
c. pengolahan lanjutan, meliputi: pengolahan lumpur.
Dengan melihat proses diatas, maka pengolahan air limbah dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu (Mahida, 1993):
67
a. pengolahan secara fisik yang terjadi pada saringan kasar, penangkap pasir,
pengendapan I dan pengendapan II;
b. pengolahan secara biologi yang terjadi pada aerasi dan pengaktifan lumpur
karena pada proses tersebut terjadi pengaktifan mikroorganisme secara
aerobik;
c. pengolahan secara kimia yang terjadi pada aerasi karena pada bangunan ini
terjadi pengikatan oleh oksigen terhadap unsur maupun senyawa yang
terdapat pada air limbah.
Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa seluruh IPAL hotel menggunakan proses
fisik, biologi dan kimia, hanya saja jumlah dan komposisi bak pengolahan
bervariasi. Bila dilihat dari output (kualitas air limbah) yang dihasilkan (Tabel
5.9), maka dapat disusun peringkat IPAL terbaik, yaitu sebagai berikut:
1. Intercontinental Bali Resort;
2. Ayana Resort & Spa Bali;
3. Four Season Resort Bali at Jimbaran;
4. Jimbaran Puri Bali;
5. Karma Jimbaran;
6. Le Meridien Bali Jimbaran;
7. Keraton Jimbaran Resort;
8. Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa.
Intercontinental Bali Resort memiliki IPAL terbaik bila dibandingkan dengan
yang lain, dimana disini proses pengolahan lengkap, terdiri dari pengolahan
primer dan sekunder, serta berlangsung proses fisik, biologi dan kimia. Proses
68
aerasi berlangsung selama 24 jam. Bila melihat parameter kunci yang umum
digunakan sebagai indikator kualitas air limbah yaitu BOD, COD dan TSS
(Santika dan Alaerts, 1984), maka kualitas air limbah Intercontinental Bali Resort
lebih baik dibanding hotel lainnya. Proses pengolahan air limbah paling sederhana
adalah Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa dan Jimbaran Puri Bali, hanya
terdiri dari bak inlet - bak aerasi - bak penampung akhir, tidak terdapat bak
pengendapan. Jumlah kompartemen (bak) dan lamanya waktu aerasi berbanding
lurus dengan penurunan kadar BOD, COD dan TSS (Anwari dkk, 2011).
Untuk melihat kerja IPAL memang dilihat dari kualitas air limbah yang
dihasilkan, disamping juga harus melihat bagaimana sistem tersebut dioperasikan
serta bagaimana pemeliharaannya. Kualitas air limbah yang dihasilkan
mencerminkan kerja IPAL dengan tolok ukurnya adalah baku mutu air limbah.
Oleh karena itu, hotel sebaiknya melakukan evaluasi secara periodik untuk
mengetahui kerja IPALnya. Beban bahan organik (COD, BOD) air limbah yang
makin besar menyebabkan penurunan kemampuan degradasi IPAL, sehingga
tingkat efisiensi pengolahan mengalami penurunan. Untuk mengantisipasi
peningkatan beban bahan organik air limbah dimasa yang akan datang, maka
perlu dilakukan karakterisasi kondisi operasi dan optimasi proses pengolahan air
limbah sehingga diperoleh tingkat efisiensi pengolahan yang tinggi (Fitrahani dkk,
2012).
69
6.1.2 Analisis Kualitas Air Limbah
Kualitas air limbah hotel untuk masing-masing parameter dapat diuraikan
seperti dibawah ini.
A. TSS (Total Suspended Solid)
Hotel yang memiliki kandungan TSS tertinggi adalah Le Meridien Bali
Jimbaran yaitu sebesar 37,62 mg/L dan terendah adalah Four Season Resort Bali
at Jimbaran yaitu sebesar 4,05 mg/L. Bila dibandingkan dengan baku mutu air
limbah, maka nilai TSS kedelapan hotel dibawah baku mutu yang ditetapkan.
Nilai TSS masing-masing hotel terlihat pada Gambar 6.1.
Gambar 6.1
Kualitas Air Limbah untuk Parameter TSS
Keterangan:
A : Intercontinental Bali Resort
B : Four Season Resort Bali at Jimbaran
C : Ayana Resort & Spa Bali
D : Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa
E : Le Meridien Bali Jimbaran
F : Jimbaran Puri Bali
G : Keraton Jimbaran Resort
H : Karma Jimbaran
70
Zat tersuspensi yang ada dalam air terdiri dari berbagai macam zat, misalnya
pasir halus, liat, dan lumpur alami yang merupakan bahan-bahan anorganik atau
dapat pula berupa bahan-bahan organik yang melayang-layang dalam air. Bahan-
bahan organik yang merupakan zat tersuspensi terdiri dari berbagai jenis senyawa
seperti selulosa, lemak, protein yang melayang-layang dalam air atau dapat juga
berupa mikroorganisme seperti bakteri, algae, dan sebagainya. Zat-zat padat yang
berada dalam suspensi dapat dibedakan menurut ukurannya sebagai partikel
tersuspensi koloidal (partikel koloid) dan partikel tersuspensi biasa (partikel
tersuspensi). Jenis partikel koloid tersebut adalah penyebab kekeruhan dalam air.
Air alam sebenarnya terdapat partikel-partikel dengan berbagai macam skala
ukuran, terlebih lagi air limbah yang mengandung banyak partikel yang bersifat
inorganis (tanah liat, kwarts) dan organis (protein, sisa tanaman, ganggang dan
bakteri). Keberadaan bahan inorganis dan organis ini dapat dihilangkan dengan
proses sedimentasi (Reynold dkk, 1996).
Berdasarkan diagram alir proses IPAL pada Tabel 5.7, seluruh air limbah
dialirkan masuk ke bak penampung awal, untuk mengendapkan partikel lumpur,
pasir, dan kotoran organik tersuspesi. Selain sebagai bak pengendapan, juga
berfungsi sebagai bak pengontrol aliran, serta bak pengurai senyawa organik yang
berbentuk padatan, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur.
Proses disini berlangsung tidak terlalu lama sekitar 45-90 menit (Tchobanoglous
dkk, 2003), sehingga persentase penurunan kandungan lumpur tidak banyak,
sehingga diperlukan pengolahan lanjutan seperti proses pengendapan.
71
Penelitian lain tentang pengolahan air limbah, kadar TSS dapat diturunkan
dengan penambahan kapur dengan dosis 1,1% dan ozonisasi selama 5 – 20 menit.
Pemberian ozon kedalam larutan limbah maka akan semakin banyak flok yang
terbentuk, sehingga flok-flok ini akan menyerap koloid-koloid air limbah. Hal ini
menyebabkan kadar TSS dalam limbah turun (Isyuniarto dkk, 2008). Pemberian
biji kelor sebagai koagulan juga dapat menurunkan TSS. Biji kelor mengandung
suatu zat aktif 4α-4r-rhamnosyloxy-benzyl-isothiocyanate yang berfungsi sebagai
protein kationik. Zat aktif ini dapat membantu menurunkan gaya tolak-menolak
antara partikel koloid dalam air. Prinsip utama mekanismenya adalah adsorbs dan
netralisasi tegangan protein tersebut. Ion-ion logam yang terlarut akan diadsorbsi
oleh biji kelor sedangkan koloid yang terbentuk akan terjadi netralisasi muatan
oleh protein yang terkandung dalam kelor tersebut. Efektivitas biji kelor dalam
menurunkan TSS sekitar 91,52 – 99,93% dengan dosis antara 0,5 – 1,50 gr/L
(Nugreha, 2010).
Untuk penurunan kandungan TSS lebih lanjut, pihak hotel dapat
menggunakan sistem wetland. Tanaman yang digunakan antara lain: melati air
dan bambu air. Tanaman melati air mampu menurunkan kandungan TSS sebanyak
34 mg/L dan tanaman bambu air mampu menurunkan kandungan TSS sebanyak
33 mg/L (Made dkk, 2013). Selain berfungsi untuk memperindah taman, tanaman
ini mampu mereduksi bahan pencemar, hal ini dapat memberikan manfaat ganda
bagi hotel.
72
B. Derajat Keasaman (pH)
Hotel yang memiliki nilai pH tertinggi adalah Kayu Manis Jimbaran Private
Estate & Spa dan Keraton Jimbaran Resort yaitu sebesar 7,6, terendah adalah
Intercontinental Bali Resort yaitu sebesar 6,85. Bila dibandingkan dengan baku
mutu air limbah, maka nilai pH kedelapan hotel masih berada diantara range baku
mutu yang ditetapkan. Nilai pH masing-masing hotel terlihat pada Gambar 6.2.
Gambar 6.2
Kualitas Air Limbah untuk Parameter pH
pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan. pH merupakan
parameter yang penting dan praktis karena banyak reaksi-reaksi kimia dan
biokimia yang penting berlangsung pada pH tertentu atau kisaran pH yang sempit.
Batas toleransi organisme perairan terhadap pH bervariasi dan dipengaruhi oleh
banyak faktor meliputi suhu, oksigen terlarut, alkalinitas, adanya anion dan kation
serta organisme (Mahida, 1993). Limbah domestik biasanya mempunyai pH
mendekati netral (Jenie dkk, 1993), ini bisa dilihat pH air limbah hotel berkisar
antara 6,85 – 7,6.
73
Nilai pH berpengaruh terhadap jumlah kompartemen dan lamanya waktu
aerasi. Seiring banyaknya jumlah kompartemen dan lamanya waktu aerasi,
kecenderungan nilai pH yang didapatkan makin besar (Anwari dkk, 2011).
C. BOD (Biological Oxygen Demand)
Hotel yang memiliki kandungan BOD tertinggi adalah Kayu Manis Jimbaran
Private Estate & Spa yaitu sebesar 11,602 mg/L dan terendah adalah
Intercontinental Bali Resort yaitu sebesar 1,158 mg/L. Bila dibandingkan dengan
baku mutu air limbah, maka nilai BOD kedelapan hotel dibawah baku mutu yang
ditetapkan. Nilai BOD masing-masing hotel terlihat pada Gambar 6.3.
Gambar 6.3
Kualitas Air Limbah untuk Parameter BOD
BOD merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk
menguraikan (mengoksidasikan) hampir semua zat organis yang terlarut dan
sebagian zat-zat organis yang tersuspensi dalam air (Santika dan Alaerts, 1984).
Jenis bakteri yang mampu mengoksidasi zat organis, pada umumnya berada di
74
setiap air alam, sehingga tidak selalu perlu ditambahkan bakteri untuk
mengoksidasi zat organis dalam air buangan. Adanya bahan organik dalam air
buangan limbah akan merangsang pertumbuhan mikroorganisme perairan dan
dengan kehadiran material organik dalam jumlah besar menimbulkan
bertambahnya jumlah populasi mikroorganisme perairan. Jika limbah organik
yang dilepaskan ke perairan semakin banyak, nilai BOD akan semakin meningkat
pula. Hal ini mengakibatkan menurunnya kandungan oksigen terlarut dalam air,
sehingga terjadi defisiensi oksigen (Mahida, 1993).
Uji BOD ini dilakukan dalam waktu inkubasi 5 hari pada temperatur 20oC
dan disingkat BOD5. Reaksi oksidasi zat organis dengan oksigen didalam air
dengan waktu 5 hari dimana sebanyak 75% zat organis teroksidasi. Uji BOD juga
dapat dipergunakan untuk menaksir beban pencemaran zat organis pada badan air
sungai, air danau maupun di instalasi pengolahan air limbah yang menerima air
buangan yang mengandung zat organis tersebut (Santika dan Alaerts, 1984).
Pada penelitian lain, Setiarini, dkk (2013), kandungan BOD dapat diturunkan
dengan menggunakan sistem wetland dengan tumbuhan kana (Canna indica) dan
biofilter. Konsentrasi organik BOD diremoval dengan baik oleh mikroba yang
melekat di akar tumbuhan. Nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroba yang hidup di
akar tumbuhan berasal dari karbon organik yang ada pada tumbuhan kana yang
dihasilkan dari proses fotosintesis. Selain itu, mikroba akar juga menyerap
kandungan air limbah sebagai nutrisi makanannya, seperti asam amino pada
lemak dan protein serta vitamin yang larut dalam air. Efisiensi removal BOD
menggunakan tumbuhan kana dapat mencapai 95%. Bila hotel mengembangkan
75
sistem wetland, maka akan dapat meningkatkan kualitas air limbah yang
dihasilkan, sebaiknya tanaman yang dipilih tidak untuk dikonsumsi.
D. COD (Chemical Oxygen Demand)
Hotel yang memiliki kandungan COD tertinggi adalah Kayu Manis Jimbaran
Private Estate & Spa yaitu sebesar 23,184 mg/L dan terendah adalah
Intercontinental Bali Resort yaitu sebesar 2,116 mg/L. Bila dibandingkan dengan
baku mutu air limbah, maka nilai COD kedelapan hotel dibawah baku mutu yang
ditetapkan. Nilai COD masing-masing hotel terlihat pada Gambar 6.4.
Gambar 6.4
Kualitas Air Limbah untuk Parameter COD
Untuk mengetahui jumlah bahan organik di dalam air dapat dilakukan uji
yang lebih cepat dari uji BOD5 yaitu berdasarkan reaksi kimia dari suatu bahan
oksidan, uji tersebut disebut uji COD, yaitu suatu uji yang menentukan jumlah
oksigen yang dibutuhkan oleh bahan oksidan, misalnya kalium dikromat, untuk
mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat didalam air. COD biasanya
76
menghasilkan nilai kebutuhan oksigen yang lebih tinggi dari uji BOD5 karena
bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi biologi dan mikroorganisme dapat ikut
teroksidasi dalam uji COD, seperti selulosa (Fardiaz, 1992).
Salah satu metode efektif dalam menurunkan kadar COD salah satunya
adalah dengan teknik fito-biofilm yang merupakan kombinasi teknologi pengolahan air
limbah dengan menggunakan tanaman kangkung air dan biofilm yang terbentuk dari
media sarang tawon. Teknik fito-biofilm ini mampu menurunkan parameter COD sebesar
95 % (Marlisa, 2012).
E. NH3 (Ammonia)
Hotel yang memiliki kandungan NH3 tertinggi adalah Keraton Jimbaran
Resort yaitu sebesar 7,211 mg/L dan terendah adalah Intercontinental Bali Resort
dan Four Season Resort Bali at Jimbaran yaitu sebesar 0,096 mg/L. Bila
dibandingkan dengan baku mutu air limbah, maka semua sampel melebihi baku
mutu yang ditetapkan. Nilai NH3 masing-masing hotel terlihat pada Gambar 6.5.
Gambar 6.5
Kualitas Air Limbah untuk Parameter NH3
77
Nitrogen yang berada di air dapat bersumber dari air seni, tinja, sisa makanan,
zat kimia dan lainnya. Urin dan zat organik lainnya yang masuk kedalam air
kebanyakan akan berubah menjadi amonia. Amonia akan dikonsumsi oleh bakteri
autothrop sehingga terkonversi menjadi nitrit dan selanjutnya menjadi nitrat,
proses ini disebut nitrifikasi. Nitrat selanjutnya diproses oleh bakteri heterothrop
sehingga berubah kembali menjadi gas nitrogen yang kemudian kembali ke udara,
proses ini disebut denitrifikasi.
Agar proses nitrifikasi dapat berjalan baik, maka perlu dijaga kondisi
lingkungan agar bakteri autothrop dapat berkembang. Bakteri jenis autothrop,
memerlukan beberapa kondisi optimal dalam perkembangan dan aktivitasnya.
Beberapa syarat kondisi tersebut adalah nilai DO (oksigen terlarut) dan juga
dalam kondisi yang hangat selain itu pH tetap dalam rentang 6,8-7,5 karena diluar
rentang tersebut bakteri autothrop tidak akan aktif sehingga proses nitrifikasi tidak
adakan terjadi. Tanpa ketiga syarat tadi, proses nitrifikasi tidak akan berjalan
sempurrna.
Proses nitrifikasi (proses berubahnya amonia menjadi ion nitrat) adalah
proses yang sangat membutuhkan oksigen. Sebagai gambaran, proses penguraian
1 mg BOD didalam air, memerlukan 1 mg oksigen. Pada proses penguraian 1,2
mg amonia memerlukan 4,6 mg oksigen. Berdasarkan proses yang ada di IPAL
dengan menggunakan sistem aerasi, ternyata belum mampu menurunkan kadar
amonia. Penambahan bahan kimia mampu menurunkan kadar amonia, seperti
pada penelitian Prihananto (2006), yaitu dengan menggunakan chlor tablet
78
sebagai oksidator pada air limbah. Dosis efektif yang diberikan adalah 30 g/L
mampu menurunkan kadar NH3 sebesar 65,39%.
F. NO2 (Nitrit)
Hotel yang memiliki kandungan NO2 tertinggi adalah Le Meridien Bali
Jimbaran yaitu sebesar 15,501 mg/L, sedangkan kandungan NO2 terendah adalah
Intercontinental Bali Resort dan Kayu Manis Jimbaran Private Estate & Spa yaitu
sebesar 0,004 mg/L. Bila dibandingkan dengan baku mutu air limbah, maka nilai
NO2 dua hotel diatas baku mutu yang ditetapkan, yaitu: Le Meridien Bali
Jimbaran dan Karma Jimbaran. Nilai NO2 masing-masing hotel terlihat pada
Gambar 6.7.
Gambar 6.6
Kualitas Air Limbah untuk Parameter NO2
Adanya kandungan nitrit dalam limbah menunjukkan sedikit dari senyawa
nitrogen organik yang mengalami oksidasi. Kandungan nitrit hanya sedikit dalam
limbah baru, tetapi dalam limbah basi ditemukan kandungan nitrit dalam jumlah
besar (Mahida, 1993), hal ini dapat terlihat pada air limbah Le Meridien Jimbaran,
kemungkinan pada saat sampling, air limbah sudah berada di IPAL untuk
79
beberapa lama sehingga amonia sudah teroksidasi menjadi nitrit. Operasional
aerator di Le Meridien di setting secara automatis tergantung dari tingkat hunian
hotel. Tingkat hunian > 60% maka dua unit blower beroperasi 24 jam, bila tingkat
hunian < 60% dua unit blower beroperasi selama 12 secara bergantian. Pada saat
penelitian, tingkat hunian hotel < 60%, sehingga blower beroperasi belum cukup
menguraikan nitrit agar menjadi nitrat.
Kandungan nitrit ini dapat diturunkan salah satunya dengan menggunakan
arang aktif, seperti pada penelitian Irmanto (2009) yang menggunakan ampas kopi
sebagai arang aktif. Ampas kopi ini berfungsi sebagai adsorben atau bahan
penyerap yang dapat menurunkan kadar nitrit hingga 52,35% pada pH optimum 7
dan waktu kontak 30 menit.
G. NO3 (Nitrat)
Hotel yang memiliki kandungan NO3 tertinggi adalah Intercontinental Bali
Resort yaitu sebesar 17,378 mg/L dan terendah adalah Le Meridien Bali Jimbaran
yaitu sebesar 0,66 mg/L. Bila dibandingkan dengan baku mutu air limbah, maka
nilai NO3 empat hotel diatas baku mutu yang ditetapkan, yaitu: Intercontinental
Bali Resort, Four Season Resort Bali at Jimbaran, Jimbaran Puri Bali, dan Karma
Jimbaran. Nilai NO3 masing-masing hotel terlihat pada Gambar 6.6.
Nitrat berasal dari limbah domestik atau dari nitrit yang mengalami proses
nitrifikasi. Bahan organik berupa protein yang terdapat dalam air limbah
terdekomposisi menjadi amonia dengan bantuan mikroorganisme pengurai yang
terdapat dalam air limbah. Pada kondisi aerobik amonia teroksidasi menjadi nitrit,
80
kemudian nitrit dioksidasi lagi menjadi nitrat, sehingga senyawa kimia yang
paling banyak ditemukan adalah nitrat.
Gambar 6.7
Kualitas Air Limbah untuk Parameter NO3
Nitrat dapat menyebabkan pencemaran karena dapat menimbulkan eutrofikasi
sehingga mengurangi jumlah oksigen terlarut dan menaikkan BOD5. Proses
pengolahan air limbah yang ada di hotel berupa sistem aerasi mampu
mengoksidasi amonia hingga menjadi nitrat, namun bila dibandingkan dengan
baku mutu air limbah, dimana terdapat empat hotel yang melewati baku mutu,
maka diperlukan adanya tambahan proses lagi, seperti penggunaan arang aktif
yang mampu menurunkan kandungan nitrat. Seperti pada penelitian Irmanto
(2009), kandungan nitrat dapat diturunkan dengan menggunakan arang aktif dari
ampas kopi. Pada pH optimum 7 dan waktu kontak 30 menit, persentase
penurunan kadar nitrat 86,40%.
81
Kelebihan zat nitrogen didalam air, baik dalam bentuk ammonia maupun
nitrat dan nitri dapat memberikan efek yang merugikan karena dapat meracuni
makhluk hidup di air dan mempercepat proses tumbuhnya alga yang merugikan.
H. H2S (Sulfida)
Hotel yang memiliki kandungan H2S tertinggi adalah Jimbaran Puri Bali yaitu
sebesar 0,051 mg/L, sedangkan empat hotel lainnya tidak terdeteksi kandungan
H2S yaitu Four Season Resort Bali at Jimbaran, Ayana Resort & Spa Bali, Kayu
Manis Jimbaran Private Estate & Spa, Le Meridien Bali Jimbaran, dan Jimbaran
Puri Bali. Bila dibandingkan dengan baku mutu air limbah, maka nilai H2S
keempat hotel diatas baku mutu yang ditetapkan, yaitu: Intercontinental Bali
Resort, Jimbaran Puri Bali, Keraton Jimbaran, dan Karma Jimbaran. Nilai H2S
masing-masing hotel terlihat pada Gambar 6.8.
Gambar 6.8
Kualitas Air Limbah untuk Parameter H2S
82
Pada air limbah, sulfida merupakan hasil pembusukan zat organik berupa
hidrogen sulfida (H2S) oleh bakteri. Hidrogen sulfida yang diproduksi oleh
mikroorganisme pembusuk dari zat-zat organik bersifat racun terhadap ganggang
dan mikroorganisme lainnya, tetapi sebaliknya hidrogen sulfida dapat digunakan
oleh bakteri fotosintetik sebagai donor elektron/hidrogen untuk mereduksi
karbondioksida (CO2). Hasil pembusukan zat-zat organik tersebut menimbulkan
bau busuk yang tidak menyenangkan pada lingkungan sekitarnya. Proses
pengolahan secara anaerob dapat menghasilkan gas H2S. Oleh karena itu, perlu
ditambahkan proses aerob dengan bantuan kompresor udara (Afif dkk, 2011).
6.1.3 Analisis beban pencemaran air limbah
Beban pencemaran adalah jumlah suatu unsur pencemar yang terkandung
dalam air atau air limbah. Beban pencemaran air limbah hotel bervariasi
tergantung pada debit dan kualitas air limbah. Bila beban pencemaran dilihat dari
masing-masing parameter, maka Intercontinental Bali Resort memiliki 3 (tiga)
beban pencemaran tertinggi untuk parameter BOD, COD dan NO3. Air limbah
hotel ini memang secara tidak langsung dibuang ke badan air (sungai, laut) karena
dimanfaatkan untuk penyiraman taman atau pengisian air kolam ikan, sehingga
tidak langsung mempengaruhi beban air sungai/laut. Selain itu belum ada regulasi
terkait beban pencemaran air limbah maksimum yang diperbolehkan bagi hotel
untuk membuang ke lingkungan, baru sebatas pada baku mutu air limbah saja,
sehingga belum ada pengendalian debit air limbah.
83
Kinerja hotel dalam pengelolaan limbah cair (air limbah) dengan melihat
pemenuhan ketentuan teknis (pemasangan flow meter, pengujian kualitas air
limbah) dan administrasi (perizinan dan pelaporan), hotel peserta PROPER lebih
baik daripada non PROPER. Bila dilihat dari pemenuhan baku mutu air limbah,
maka kinerja IPAL hotel peserta PROPER lebih baik daripada non PROPER, ini
dapat dilihat dari jumlah parameter yang mebihi baku mutu terbanyak, yaitu
sebanyak 4 (empat) parameter: NH3, NO3, NO2 dan H2S adalah Karma Jimbaran
(non PROPER).
6.2 Kinerja Pengelolaan Limbah Udara/Gas
Empat hotel yang telah mengukur kualitas udara emisi cerobong genset
boiler, yaitu: Ayana Resort & Spa, Four Season Resort Bali at Jimbaran, Bali
Intercontinental dan Keraton Jimbaran.
6.2.1 Analisis kualitas emisi genset
Hotel yang memiliki kadar NO2 tertinggi adalah Keraton Jimbaran yaitu
sebesar 9 mg/m3 dan terendah adalah Four Season Resort Bali at Jimbaran yaitu
sebesar 0,805 mg/m3.
Bila dibandingkan dengan baku mutu, maka seluruh hasil uji
emisi genset keempat hotel dibawah baku mutu. Kandungan NO2 keempat hotel
dapat dilihat pada Gambar 6.9.
84
Gambar 6.9
Kualitas Emisi Cerobong Genset untuk Parameter NO2
Hotel yang memiliki kadar SO2 tertinggi adalah Keraton Jimbaran yaitu
sebesar 25,9 mg/m3 dan terendah adalah Four Season Resort Bali at Jimbaran
yaitu sebesar 5,625 mg/m3.
Bila dibandingkan dengan baku mutu, maka seluruh
hasil uji emisi genset keempat hotel dibawah baku mutu. Kandungan SO2 keempat
hotel dapat dilihat pada Gambar 6.10.
Gambar 6.10
Kualitas Emisi Cerobong Genset Parameter SO2
85
Hotel yang memiliki kadar partikel tertinggi adalah Four Season Resort Bali
at Jimbaran yaitu sebesar 132,55 mg/m3 dan terendah adalah Ayana Resort & Spa
Bali yaitu sebesar 45,8 mg/m3.
Bila dibandingkan dengan baku mutu, maka
seluruh hasil uji emisi genset keempat hotel dibawah baku mutu. Kandungan
partikel keempat hotel dapat dilihat pada Gambar 6.11.
Gambar 6.11
Kualitas Emisi Cerobong Genset Parameter Partikel
Kapasitas genset besar tidak selalu menghasilkan emisi tinggi, demikian pula
kapasitas genset kecil tidak selalu menghasilkan emisi lebih rendah. Tinggi
rendahnya emisi genset dipengaruhi oleh waktu operasional, rutinitas
pemeliharaan, usia genset, periode penggantian filter oli, serta kualitas bahan
bakar.
Emisi gas buang pada engine diesel genset dapat diturunkan dengan
menggunakan alat penghemat BBM Electric Fuel Treatment (EFT) dengan beban
statis, seperti pada penelitian Hariyadi dkk (2013). Uji terap EFT berupa
86
konfigurasi pemasangan EFT baik secara seri maupun parallel mampu
memperoleh efisiensi BBM rata-rata sebesar 6,58% pada beban 60% dan
penurunan kadar emisi gas buang antara 20-24%.
6.2.2 Analisis kualitas emisi boiler
Hotel yang memiliki boiler adalah Ayana Resort & Spa, Four Season Resort
Bali at Jimbaran, Bali Intercontinental Hotel dan kesemuanya telah mengukur
kualitas emisi cerobong boilernya. Kapasitas boiler besar tidak selalu
menghasilkan emisi tinggi, demikian pula kapasitas boiler kecil tidak selalu
menghasilkan emisi lebih rendah. Tinggi rendahnya emisi boiler dipengaruhi oleh
waktu operasional, rutinitas pemeliharaan, usia boiler, serta kualitas bahan bakar.
Hotel yang memiliki kadar NO2 tertinggi adalah Bali Intercontinental yaitu
sebesar 1,92 mg/m3 dan terendah adalah Four Season Resort Bali at Jimbaran
yaitu sebesar 0,11 mg/m3.
Bila dibandingkan dengan baku mutu, maka seluruh
hasil uji emisi boiler dibawah baku mutu. Kandungan NO2 ketiga hotel dapat
dilihat pada Gambar 6.12.
Metode pengendalian emisi NOx pada boiler terdiri dari pemilihan bahan
bakar rendah nitrogen, metode pengendalian proses pembakaran, serta
menggunakan bahan kimia pengurai NOx menjadi N2 dan H2O (http://artikel-
teknologi.com/metode-mengendalikan-emisi-no2-pada-gas-buang-boiler/).
87
Gambar 6.12
Kualitas Emisi Cerobong Boiler Parameter NO2
Hotel yang memiliki kadar SO2 tertinggi adalah Four Season Resort Bali at
Jimbaran yaitu sebesar 182,1 mg/m3 dan terendah adalah Ayana Resort & Spa
Bali yaitu sebesar 10,18 mg/m3.
Bila dibandingkan dengan baku mutu, maka
seluruh hasil uji emisi boiler dibawah baku mutu. Kandungan SO2 ketiga hotel
dapat dilihat pada Gambar 6.13.
Gambar 6.13
Kualitas Emisi Cerobong Boiler Parameter SO2
88
Metode pengendalian emisi SO2 pada boiler terdiri dari mengganti bahan
bakar boiler dengan gas alam (dapat mengurangi emisi SO2 sampai dengan 0%)
atau bahan bakar rendah sulfur, memodifikasi sistem pembakaran serta
memodifikasi sistem setelah proses pembakaran (http://artikel-
teknologi.com/metode-mengendalikan-emisi-so2-pada-gas-buang-boiler/).
Untuk skala industri, teknologi pembersihan gas buang SO2 dan NOx dengan
menggunakan teknik iradiasi berkas elektron yang lebih dikenal dengan istilah
EBFGT (Electron Beam Flue Gas Treatment). Teknologi ini dapat mengurangi
kadar polutan gas buang SO2 dan NOx secara bersamaan sampai batas ambang
aman untuk lingkungan (Sudjatmoko, 2008).
Hotel yang memiliki kadar partikel tertinggi adalah Four Season Resort Bali
at Jimbaran (boiler kapasitas 1.600 kg/jam) yaitu sebesar 191,4 mg/m3 dan
terendah adalah Four Season Resort Bali at Jimbaran (boiler kapasitas 750
kg/jam) yaitu sebesar 17,6 mg/m3.
Bila dibandingkan dengan baku mutu, maka
seluruh hasil uji emisi boiler dibawah baku mutu. Kandungan partikel ketiga hotel
dapat dilihat pada Gambar 6.14.
Kinerja hotel dalam pengelolaan limbah udara/emisi, dilihat dari pemenuhan
ketentuan teknis (sarana dan prasarana sampling dan pengujian kualitas emisi) dan
administrasi (pelaporan), hotel peserta PROPER lebih baik daripada non
PROPER. Bila dilihat dari pemenuhan baku mutu emisi, maka kinerja hotel
peserta PROPER dan non PROPER baik, karena semua hasil uji emisi dibawah
baku mutu yang ditetapkan.
89
Gambar 6.14
Kualitas Emisi Cerobong Boiler Parameter Partikel
6.3 Kinerja Pengelolaan Limbah B3
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sarana pengelolaan limbah B3 pada
delapan hotel bintang empat dan lima di Kelurahan Jimbaran, terdapat bahwa
hotel peserta PROPER telah memiliki Tempat Penyimpanan Sementara (TPS)
limbah B3, sedangkan hotel non PROPER yang telah memiliki TPS limbah B3
adalah Le Meridien Jimbaran, Kayu Manis Jimbaran dan Keraton Jimbaran,
sedangkan hotel yang lain limbah B3 nya masih tercampur dengan sampah
anorganik. Hal tersebut dilakukan karena minimnya pembinaan Pemda kepada
perusahaan dan kurangnya pendidikan dan pelatihan karyawan terhadap
pengelolaan limbah padat B3 (Dhani dkk, 2013).
Limbah B3 merupakan limbah yang dihasilkan dari kegiatan industri atau
kegiatan lain, harus diupayakan pengelolaannya karena apabila dibuang secara
langsung kedalam lingkungan dapat membahayakan bagi manusia dan ekosistem
90
lingkungan. Pengolahan limbah B3 dimaksudkan untuk dapat sedikit mungkin
diminimalisir jika perlu diusahakan sampai nol sehingga tidak membahayakan
bagi kehidupan, untuk itu perlu diupayakan pemanfaatan teknologi guna
mendukung pelaksanaan pengelolaan limbah B3 dengan sistem 3R (Reduce,
Reuse, dan Recycle) (Nugroho, 2013).
Salah satu limbah B3 yang dihasilkan industri perhotelan adalah oli atau
minyak pelumas bekas. Suatu metode pengolahan yang dapat mereduksi zat
pencemar yang ditimbulkan oleh minyak pelumas bekas, salah satunya adalah
metode Acid Clay Treatment dengan menggunakan adsorben kaolin yang telah
diaktivasi dengan asam sulfat, dimana dapat menurunkan kadar Pb sebesar
56,71% pada 150 mL minyak pelumas bekas, konsentrasi adsorben 10 gram,
waktu kontak 10 menit dan pH 4,4 (Pratiwi, 2013).
Kinerja hotel dalam pengelolaan limbah B3, dilihat dari pemenuhan ketentuan
teknis (sarana TPS limbah B3) dan administrasi (perizinan dan pelaporan), hotel
peserta PROPER lebih baik daripada non PROPER. Hotel non PROPER yaitu
Jimbaran Puri Bali dan Karma Jimbaran sama sekali belum mengidentifikasi jenis
limbah B3 yang dihasilkan serta belum memiliki TPS limbah B3.
6.4 Kinerja Pengelolaan Sampah
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap sarana pengelolaan sampah pada
delapan hotel bintang empat dan lima di Kelurahan Jimbaran, terdapat bahwa
semua hotel bekerjasama dengan pihak ketiga untuk pengolahan sampah, pihak
hotel hanya mengumpulkan dan menampung sampah di tempat penampungan
91
sampah hotel. Baik hotel PROPER maupun non PROPER, belum tersedia bak
sampah terpilah khususnya di tempat umum (public area), tempat sampah terpilah
(sampah basah dan kering) hanya tersedia di dapur. Untuk sampah dapur (kitchen
waste) disimpan dalam ruang pendingin untuk memperlambat proses pembusukan
dan mengurangi bau.
Sampah yang dihasilkan oleh kegiatan hotel dapat dioptimalkan dan prospek
pengembangannya yaitu daur ulang untuk sampah jenis plastik dan kertas, serta
composting untuk sampah jenis sisa makanan dan sisa halaman (Sofyan, 2014).
Salah satu kegiatan daur ulang sampah plastik adalah mengolahnya menjadi
minyak. Hal ini dilakukan karena pada dasarnya plastik berasal dari minyak bumi,
sehingga tinggal dikembalikan ke bentuk semula. Minyak pirolisis dari sampah
plastik ini memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan karakteristik
minyak diesel (Ramadhan dkk, 2012).
Kinerja hotel dalam pengelolaan limbah padat (sampah), dilihat dari kegiatan
pemilahan sampah, hotel peserta PROPER dan non PROPER sama-sama belum
melakukan kegiatan tersebut. Dilihat dari administrasi (pelaporan), hotel peserta
PROPER lebih baik daripada non PROPER, karena sudah melaporkan secara
rutin kepada instansi terkait. Hotel non PROPER yang sudah melaporkan kegiatan
pengelolaan sampah secara rutin kepada instansi terkait adalah Le Meridien
Jimbaran dan Keraton Jimbaran.
Secara keseluruhan, tercermin bahwa kinerja hotel dalam pengelolaan limbah
cair, udara, B3 dan sampah, dari sisi pemenuhan ketentuan teknis dan
92
administrasi, menunjukkan kinerja hotel peserta PROPER lebih baik daripada
hotel non PROPER.
Belum banyak hotel yang mengikuti PROPER, baru sekiar 21% dari seluruh
hotel bintang empat dan lima di Provinsi Bali yang sudah mengikuti PROPER.
Hal ini disebabkan karena keterbatasan dana dan SDM dari pemerintah untuk
melakukan evaluasi PROPER. Sedangkan dari pihak perusahaan, belum banyak
perusahaan yang mengetahui tentang PROPER meskipun itu adalah program
Nasional. Pada awalnya perusahaan yang mengikuti PROPER banyak terdapat
kekurangan, namun seiring dengan pembinaan yang dilakukan secara
berkelanjutan, perusahaan terus meningkatkan kinerjanya sehingga mendapatkan
peringkat terbaik. Keuntungan yang diperoleh perusahaan yang mengikuti
PROPER dengan peringkat taat (peringkat Biru, Hijau, dan Emas) adalah
mendapatkan kemudahan memperoleh kredit dari bank (BUMN) karena
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah bekerjasama dengan bank
tersebut dan menginformasikan daftar perusahaan yang taat dalam penilaian
PROPER. Bagi perusahaan yang tidak taat (peringkat Merah dan Hitam),
disinsentif yang diperoleh adalah blowup hasil pemeringkatan PROPER di media
massa, sehingga diharapkan dapat menjadi efek jera bagi perusahaan dan
berupaya untuk meningkatkan kinerja pengelolaan lingkungannya.
93
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Hotel peserta PROPER menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan
dengan hotel non PROPER dalam pengelolaan limbah cair, udara, B3 dan
sampah. Demikian juga kinerja IPAL hotel peserta PROPER lebih baik
dibandingkan dengan hotel non PROPER. Pengelola hotel non PROPER belum
sepenuhnya mampu melakukan kewajiban dalam memantau dan mengelola
limbah hotel.
7.2 Saran
1. Hotel non PROPER agar meningkatkan kinerja pengelolaan limbahnya
khususnya untuk hotel: Kayu Manis Jimbaran, Jimbaran Puri Bali, dan Karma
Jimbaran. Disarankan hoel yang bersangkutan melakukan kegiatan
pengendalian pencemaran air yang meliputi: menguji kualitas air limbah
setiap bulan dan mengajukan permohonan Izin Pembuangan Limbah Cair
(IPLC); kegiatan pengendalian pencemaran udara yang meliputi:
menyediakan prasarana sampling emisi dan menguji kualitas emisi cerobong;
kegiatan pengelolaan limbah B3 yang meliputi: mendata jenis dan volume
limbah B3 yang dihasilkan, menyediakan bangunan TPS limbah B3, dan
mengajukan izin TPS limbah B3; serta kegiatan pengelolaan sampah yang
meliputi menginventarisasi jumlah dan jenis sampah yang dihasilkan.
94
2. Menyediakan tempat sampah terpilah dan melaksanakan metode 3R (Reuse,
Reduce dan Recycle) bagi seluruh hotel. Dengan kondisi sampah yang sudah
terpilah antara sampah organik dan anorganik akan dapat meningkatkan nilai
ekonomi sampah tersebut.
95
DAFTAR PUSTAKA
Afif, M., Oktiawan, W., dan Sumiyati, S. 2011. ”Evaluasi dan Optimalisasi
Instalasi Pengolahan Air Limbah Perikanan, Kota Pekalongan” (tesis).
Semarang: Universitas Diponegoro.
Anwari, F., Muslim, G.R., Hadi, A., dan Mirwan, A. 2011. Studi Penurunan
Kadar BOD, COD, TSS dan pH Limbah Pabrik Tahu Menggunakan
Metode Aerasi Bertingkat. Jurnal Prestasi, Vol: 1, No: 1.
Arbani, I.M.D. 2014. ”Kinerja Pengelolaan Limbah Cair Rumah Sakit di Kota
Denpasar” (tesis). Denpasar: Universitas Udayana.
Arikunto, S. 1983. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.
Bina Aksara.
Ayana Resort and Spa. 2014. Laporan Pelaksanaan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup Periode Juli – Desember 2014. Badung.
Badan Lingkungan Hidup Provinsi Bali. 2014. Laporan Pelaksanaan PROPER
2013-2014 di Provinsi Bali. Denpasar.
Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. 2013. Bali dalam Angka Tahun 2013.
Denpasar.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung. 2013. Kecamatan Kuta Selatan Dalam
Angka 2013. Badung
Bali Intercontinental Resort. 2014. Laporan Pelaksanaan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup Periode Juli – Desember 2014. Badung.
Cahyana, G.H. 2009. Opsi Modifikasi IPAL Aerobik Eksisting dengan
Menerapkan Zontech Water Treatment (Studi Kasus IPAL Hotel). Jurnal
Sosioteknologi Terapan, Vol: XII.
Dhani, M. dan Trihadiningrum, Y. 2013. ”Kajian Pengelolaan Limbah Padat Jenis
B3 di Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya” (skripsi). Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Dinas Pariwisata Provinsi Bali. 2014. Direktori 2014. Denpasar.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: PT. Kanisius.
96
Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Fitrahani, L.Z., Indrasti, N.S., dan Suprihatin. 2012. Karakterisasi Kondisi
Operasi dan Optimasi Proses Pengolahan Air Limbah Industri Pangan.
Jurnal Agroindustri Indonesia. Vol: 1, No: 2.
Four Season Resort at Jimbaran. 2014. Laporan Pelaksanaan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup Periode Juli – Desember 2014. Badung.
Gomes, F.C. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: ANDI
OFFSET.
Hammer, M.J. 1986. Water and Wastewater Technology, SI Version. New York :
John Wiley & Sons.
Hariyadi, S., Fakhrurroja, H., dan Tanu, E. 2012. Analisis Hasil Uji Terap Alat
Penghemat BBM Electric Fuel Treatment Pada Engine Diesel Genset 35
KVA dengan Beban Statis. UPT. Bandung: Balai Pengembangan
Instrumentasi LIPI.
Harmayani, K.D. dan Konsukartha, I.G.M. 2007. Pencemaran Air Tanah Akibat
Pembuangan Limbah Domestik di Lingkungan Kumuh. Studi Kasus
Banjar Ubung Sari, Kelurahan Ubung. Jurnal Permukiman Natah, Vol: 5,
No: 2.
Herlambang, A. 2006. Pencemaran Air dan Strategi Penanggulangannya. JAI,
Vol: 2, No: 1.
Irmanto, S. 2009. Penurunan Kadar Amonia, Nitrit dan Nitrat Limbah Cair
Industri Tahu Menggunakan Arang Aktif dari Ampas Kopi. Jurnal
Molekul, Vol: 4, No: 2.
Isyuniarto, A. 2008. Pengaruh Waktu Ozonisasi Terhadap Penurunan Kadar BOD,
COD, TSS dan Fosfat pada Limbah Cair Rumah Sakit. Jurnal Ganendra,
Vol: XII, No: 1.
Jenie, B.S.L. dan Rahayu, W.P. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2014. Petunjuk Teknis
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PROPER) 2014. Jakarta.
Keraton Jimbaran Resort. 2014. Laporan Pelaksanaan Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan Hidup Periode Juli – Desember 2014. Badung.
97
Kuhre, W.L. 1996. Sertifikasi ISO 14001 Sistem Manajemen Lingkungan. Jakarta:
Prehallindo.
Lensiana. 2010. ”Partisipasi Hotel dalam Pengelolaan Lingkungan di Kecamatan
Gianyar (Studi Kasus Terhadap Sistem Pengelolaan Limbah Hotel)”
(tesis). Denpasar: Universitas Udayana.
Lestyono, R. 2011. Dampak Negatip Perkembangan Pariwisata Terhadap
Lingkungan Fisik Pesisir. Studi Kasus: Pantai Pangandaran. Jurnal
Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol: 2, No: 2.
Made, D. dan Sugito. 2013. Penurunan TSS dan Phospat Air Limbah Puskesmas
Janti Kota Malang dengan Wetland. Jurnal Teknik WAKTU, Vol: 11, No:
1.
Maharani, S.E., Suarna, I.W., dan Suyasa, I.W.B. 2007. Karakteristik Sampah dan
Persepsi Masyarakat Terhadap Pengelolaan Sampah di Kecamatan
Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur. Jurnal
Ecotrophic, Vol: 2, No: 1.
Mahida, U.N. 1993. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada.
Mara, D. 1976. Pengolahan Air Limbah di Daerah Beriklim Panas. (Widiadi,
Pentj). Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Marlisa, D.F., Sumiyati, S., dan Sutrisno, E. 2012. “Potensi Fito-biofilm dalam
Penurunan Kadar BOD dan COD pada Limbah Domestik dengan
Tanaman Kangkung Air (Ipomoea aquatica) Media Biofilter Sarang
Tawon (Studi kasus: Perumahan Graha Mukti, Tlogosari Semarang)” (skripsi).
Semarang: Universitas Diponegoro.
Nugreha, Sumiyati, S., dan Samudro, G. 2010. Pengolahan Air Limbah Kegiatan
Penambangan BatuBara Menggunakan Biokoagulan: Studi Penurunan
Kadar TSS, Total Fe dan Total Mn Menggunakan Biji Kelor (Moringa
oleifeara). Jurnal Presipitasi, Vol: 7, No: 2.
Nugroho, S.S. 2013. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Perspektif Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jurnal Sosial. Vol: 14, No: 2.
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Tj. Samigan. [Penerjemah]; Srigandono
[Editor]. Terjemahan dari: Fundamental of Ecology. Yogyakarta: Gajah
Mada Press.
98
Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pengendalian
Pencemaran dan Perusakan lingkungan Hidup.
Peraturan Gubernur Bali Nomor 8 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Lingkungan
Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2014 tentang Program
Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup.
Pratiwi, Y. 2013. Pengolahan Minyak Pelumas Bekas Menggunakan Metode Acid
Clay Treatment. Jurnal Teknik Sipil. Vol: 13, No: 1.
Prihananto, A. 2006. “Efektifitas Dosis Chlor Tablet sebagai Oksidator dalam
Menurunkan Kadar Amoniak (NH3) pada Limbah Cair Rumah Sakit
Roemani Semarang” (skripsi). Semarang: Universitas Diponegoro.
Pujiastuti, P., Ismail, B., dan Pranoto. 2013. Kualitas dan Beban Pencemaran
Perairan Waduk Gajah Mungkur. Jurnal EKOSAINS, Vol: V, No: 1.
Qasim, S.R. 1985. Wastewater Treatment Plant. Planning, Design, and
Operation. Texas: CBS International Edition.
Ramadhan, A. dan Ali, M. 2012. Pengolahan Sampah Plastik menjadi Minyak
Menggunakan Proses Pirolisis. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan. Vol: 4,
No: 1.
Ratman, C.S. dan Syafrudin. 2010. Penerapan Pengelolaan Limbah B3 di PT.
Toyota Motor Manufacturing Indonesia. Jurnal PRESIPITASI, Vol: 7, No:
2.
Reynold, T.D. dan Richards, P.A. 1996. Unit Operations and Processes in
Environmental Engineering. Second Edition. Boston: PWS Publishing
Company.
Santika, S.S. dan Alaerts, G. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Penerbit
Usaha Nasional.
Satori, D. dan Komariah, A. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta C.V.
Schermerhorn, J., Hunt, J., dan Osborn, R. 1991. Managing Organizational
Behavior, 4th. Ed. New York: John Wiley & Sons.
Setiyono. 2001. Dasar Hukum Pengelolaan Limbah B3. Jurnal Teknologi
Lingkungan, Vol: 2, No: 1.
99
Setiarini, D.W. dan Mangkoedihardjo, S. 2013. Penurunan BOD dan COD pada
Air Limbah Katering Menggunakan Konstruksi Subsurface-Flow Wetland
dan Biofilter dengan Tumbuhan Kana (Canna indica). Jurnal Sains dan
Seni Pomits, Vol: 2, No: 1.
Sitompul, D.F., Sutisna, M., dan Pharmawati, K. 2013. Pengolahan Limbah Cair
Hotel Aston Braga City Walk dengan Proses Fitoremediasi menggunakan
Tumbuhan Enceng Gondok. Jurnal Institut Teknologi Nasional, Vol: 1,
No: 2.
Sofyan, L. 2015. “Studi Pengelolaan Sampah Hotel dan Prospek
Pengembangannya di Kota Makassar (Studi Kasus Hotel Grand Clarion,
Hotel Sahid Jaya dan Hotel Imperial Aryaduta di Kota Makassar)”
(skripsi). Makassar: Universitas Hasanuddin.
Soufyan, N. dan Morimura, T. 1988. Perancangan dan Pemeliharaan Sistem
Plambing. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.
Sudipa, I.N. 2006. “Studi Kualitas Pengelolaan Air Limbah di Hotel Alila Ubud”
(tesis). Denpasar: Universitas Udayana.
Sudjatmoko. 2008. Analisis Aspek Teknis dan Ekonomis Pengolahan Gas Buang
dengan Berkas Elektron. Jurnal GANENDRA. Vol: 11, No: 2.
Sugiharto. 1987. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Cetakan Pertama.
Jakarta: UI Press.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatife, Kualitatife, dan R & D.
Bandung: ALFABETA.
Supriyanto, B. 2000. Pengelolaan Air Limbah yang Berwawasan Lingkungan
Suatu Strategi dan Langkah Penanganannya. Jurnal Teknologi
Lingkungan, Vol: 1, No: 1.
Surat Keputusan Menparpostel No. KM 37/PW. 340/MPPT-86 tentang Peraturan
Usaha dan Penggolongan Hotel.
Tchobanoglous, G., Burton, F.L., dan Stensel, H.D. 2003. Wastewater
Engineering: Treatment and Reuse. 4th ed. Metcalf & Eddy Inc. New
York: McGraww-Hill.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah.
100
Wardi, I.N. 2011. Pengelolaan Sampah Berbasis Sosial Budaya: Upaya Mengatasi
Masalah Lingkungan di Bali. Jurnal Bumi Lestari, Vol: 11, No: 1.
Wibowo, M. dan Andreani, F. 2013. Analisis Penerapan Sistem Manajemen
Limbah Berdasarkan Sertifikasi Eco-Hotel di Sheraton Surabaya Hotel and
Towers. Jurnal Hospitality dan Manajemen Jasa, Vol: 2, No: 1.
http://artikel-teknologi.com/metode-mengendalikan-emisi-no2-pada-gas-buang-
boiler/ (diunggah tanggal 28 Mei 2015)
http://artikel-teknologi.com/metode-mengendalikan-emisi-so2-pada-gas-buang-
boiler/ (diunggah tanggal 28 Mei 2015)
101
101
Top Related