75 | H o r m o n p e n g a t u r k a d a r m i n e r a l t u b u h
BAB IV
Hormon Pengatur Kadar Mineral Tubuh
4.1. Kelenjar Paratiroid (PTH)
Kelenjar paratiroid merupakan kelenjar endokrin
kecil berbentuk oval. Pada mamalia kelenjar ini biasanya
dijumpai berjumlah dua pasang, walaupun terkadang ada
yang mempunyai 5 – 6 paratiroid. Kelenjar ini secara
embriologi berasal dari kantung brakial (faringeal) ketiga
dan keempat. Kelenjar paratiroid yang berkembang di
dalam kantung faringeal ketiga akan berkembang menjadi
kelenjar paratiroid inferior. Sedangkan kelenjar paratiroid
yang berkembang di dalam kantung faringel ke-empat akan
bekembang menjadi kelenjar paratiroid superior. Kelenjar
ini berkembang lambat, dan mencapai ukuran dewasa ketika
menginjak usia sekitar 20 tahun (Gartner & Hiatt 2001:
315).
Kelenjar paratiroid terletak menempel pada bagian
posterior kelenjar tiroid. Normalnya tiap kelenjar paratiroid
terletak pada kedua kutub (superior dan inferior) di kiri dan
kanan lobus kelenjar tiroid. Kelenjar paratiroid mungkin
juga dapat ditemukan di daerah bawah leher, bahkan sampai
ke dada (Gartner & Hiatt 2001: 314). Masing-masing
kelenjar paratiroid dibungkus kapsul jaringan ikat kolagen
tipis. Kelenjar ini berbentuk bulat oval dengan panjang
sekitar 5 mm, lebar 4 mm, dan tebal sekitar 2 mm. Berat
76 | H o r m o n p e n g a t u r k a d a r m i n e r a l t u b u h
kelenjar ini berkisar antara 25-50 mg. Kapsul jaringan ikat
akan melebar masuk ke dalam parenkim kelenjar untuk
membentuk septa bersamaan dengan masuknya pembuluh
darah, limf, dan saraf. Septa ini berfungsi untuk
memyokong parenkim kelenjar. Parenkim kelenjar tersusun
dari korda atau kelompokan sel epitel yang dikelilingi
jaringan ikat reticular. Stroma jaringan ikat pada individu
yang sudah tua sering mengandung sel lemak, yang bisa
mencapai diatas 60% dari keseluruhan kelenjar. Parenkim
kelenjar paratiroid tersusun dari dua tipe sel:
A. Sel utama (chief cell)
Sel parenkim fungsional utama dari kelenjar
paratiroid adalah chief cell. Chief cell berdiameter sekitar
5-8 µm, dan terwarna sedikit eosinofilik. Sel ini mempunyai
granula pigmen lipofuchsin yang terletak tersebar di
sepanjang sitoplasma. Sel ini juga mengandung granula
sekretori berisi PTH. Mikroskop electron menunjukkan
satu kompleks Golgi juxtanuklear, mitokondria yang
panjang dan reticulum endoplasma kasar dalam jumlah yang
melimpah. Beberapa chief cell memiliki kompleks Golgi
yang lebih kecil, granula sekretori halus, dan sejumlah besar
glikogen. Sel ini diduga dalam kondisi tidak aktif.
B. Sel oksifil
Sel oksifil merupakan sel berdiameter besar (6-10
µm), jumlahnya sedikit, dan lebih terwarna eosin
dibandingkan chief cell. Sel oksifil tampak terisolasi dalam
77 | H o r m o n p e n g a t u r k a d a r m i n e r a l t u b u h
suatu kelompok. Sel ini memiliki mitokondria lebih banyak
dibandingkan chief cell, tapi apparatus Golginya lebih kecil
dan reticulum endoplasma kasarnya lebih sedikit. Glikogen
tampak dijumpai dalam sitosol dan dikelilingi mitokondria.
Fungsi sel oksifil sampai sekarang belum jelas, namun
diduga sel ini bersama-sama dengan sel intermedia
merupakan chief cell yang sedang tidak aktif.
C. Sel intermedia
Kelenjar paratiroid berfungsi mensekresikan hormon
paratiroid (PTH/Paratiroid Hormone). PTH berfungsi
mengatur serum kalsium dan kadar fosfat. PTH dapat
meningkatkan kadar serum kalsium melalui 3 cara yaitu (1)
bekerja langsung pada tulang, dengan cara menaikkan
tingkat resorbsi osteoklastik dan memicu pemecahan matriks
tulang (2) bekerja langsung pada ginjal, dengan
meningkatkan reabsorbsi ion kalsium di tubulus ginjal dan
menghambat reabsopsi ion fosfat dari filtrat glomerular (3)
memicu absorbsi kalsium dari usus halus, hal ini melibatkan
vitamin D.
Sekresi kelenjar paratiroid dirangsang oleh turunnya
kadar kalsium darah. Bersamaan dengan disekresikannya
kalsitonin oleh sel C kelenjar tiroid, kadar kalsium darah
dipertahankan dalam jumlah yang sangat sedikit. Hormon
paratiroid adalah regulator yang paling penting dalam
mempertahankan kadar kalsium darah, dan sangat penting
dalam kehidupan. Sedangkan kalsitonin tampaknya
78 | H o r m o n p e n g a t u r k a d a r m i n e r a l t u b u h
berperan membentuk mekanisme komplementer untuk
keseimbangannya.
(Young et al. 2006: 336)
Mekanisme pembentukan hormone paratiroid adalah
ribosom retikulum endoplasma kasar akan mensintesis
precursor (preproparathyroid hormone). Prekursor ini
akan membelah dengan cepat ketika ditransport ke lumen
retikukulum endoplasma kasar untuk membentuk
proparathyroid hormone dan suatu polipeptida. Ketika
mencapai kompleks Golgi, proparathyroid hormone akan
membelah lagi membentuk PTH dan polipeptida kecil.
PTH dikemas dalam bentuk granula sekretori kecil padat.
Granula sekretori ini berdiameter 200-400 nm, muncul dari
kompleks apparatus Golgi dan bergerak ke pinggir sel. PTH
akan dikeluarkan dari permukaan sel dengan cara eksositosis
(Gartner & Hiatt 2001: 315).
Hormon paratiroid memiliki berat molekul 9500,
yang disintesis dan disekresikan oleh “chief cell” dari
kelenjar paratiroid melalui perangsangan kadar Ca2+
sistemik. Reseptor kalsium dari kelenjar paratiroid menjadi
aktif karena pengaruh kadar PKC intrasel, ion Ca2+ dan IP3,
sehingga produksi dan sekresi PTH meningkat. Peran dari
PTH untuk mengatur kadar kalsium di cairan ekstrasel.
Mekanisme kerja PTH melalui pengaktifan cAMP dan PKA
yang berakhir dengan reseptor biologis yang dikehendaki.
PTH secara struktural merupakan rantai polipeptida
tunggal yang terdiri dari 84 asam amino, 34 asam amino
pertama, memiliki aktivitas spesifik. PTH awalnya
79 | H o r m o n p e n g a t u r k a d a r m i n e r a l t u b u h
disintesis sebagai prohormon dengan berat molekul 12.000,
yang disintesis dalam RE dan selnjutnya menuju ke aparatus
golgi dan membentuk PTH. PTH disimpan dalam granula
dan setelah mengalami proses pematangan, akan
disekresikan. PTH aktif bila terjadi pelepasan asam amino
33-34 dan menunju ke darah atau jaringan.
Jumlah Ca2+ pd orang dewasa normal berkisar 1.000-
1.200 g, dan sekitar 99% terdapat dalam tulang sbg
hidroksiapatit. Dari sejumlah 1 g Ca yang terdapat dalam
cairan ekstrasel kira-kira 54% dalam bentuk terionisasi dan
sisanya berikatan dengan albumin, membentuka anion
dengan fosfat dan sitrat dan ion Ca bebas yang diperlukan
dalam proses pembekuan darah, kontraksi otot skelet dan
melaksanakan fungsi saraf.
Fungsi PTH adalah mempertahankan kadar Ca2+
cairan ekstrasel, melalui absorpsi Ca2+ melalui saluran cern;,
penyimpanan dalam serta mengaktivasi kerja tulang ; serta
ekskresi Ca2+ melalui urin, feses, keringat dan ASI. Sekresi
PTH terutama dipengaruhi oleh kadar Ca2+ darah atau sel
kelenjar paratiroid. Bila kadar Ca2+ rendah, sekresi PTH
meningkat, dan bila terjadi hipokalsemia dalam waktu lama,
akan terjadi hipertrofi dan hiperplasi kelenjar paratiroid.
Sebaliknya pada keadaan hiperkalsemia selain dipengaruhi
oleh PTH, keseimbangan Ca2+ tubuh juga dipengaruhi
kadar vitamin D, dan kalsitonin; dipengaruhi berbagai
hormon (hormon pertumbuhan, hormon reproduksi, tiroksin,
glukokortikoid dan hormon pankreas) dan asupan mineral
(fosfat anorganik dan sitrat).
80 | H o r m o n p e n g a t u r k a d a r m i n e r a l t u b u h
Kelainan yang diakibatkan oleh asupan Ca antara lain
bila terjadi penurunan kadar ion Ca darah dapat
menyebabkan tetani, akibat absorpsi Ca pada saluran
pencernaan sangat sedikit. Pada penderita nefritis atau
defisiensi paratiroid menyebabkan ekskresi Ca meningkat
melalui urin. Gangguan tubuli ginjal yang menyebabkan
bertambahnya retensi fosfat, akan mempermudah penurunan
Ca plasma. Pada tulang sebagian Ca mudah dapat diganti,
dan sebagian besar merupakan cadangan yg stabil. PTH
dapat menambah kecepatan resorpsi ion Ca dan fosfat dari
bagian tulang yang stabil. Pengaruh PTH pada mobilisasi ion
Ca dari tulang ke plasma hanya terjadi bila kadar ion Ca
plasma lebih dari 7 mg % . Hormon paratiroid akan
mempercepat resorpsi tulang melalui peningkatan kecepatan
diferensiasi sel-sel mesenkim menjadi osteoklas, dan
memperpanjang masa paruh sel pada tulang.
4.2. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar endokrin yang
cukup besar, dengan berat sekitar 1 ons pada orang dewasa (
Patton, 2010: 579). Secara embriologi, sebagian besar
kelenjar ini berasal dari pertumbuhan ke bawah epitel lidah
fetal. Sementara sel-sel yang berfungsi mensekresi
kalsitonin berasal dari elemen ultimobrachial dari kantong
brachial ke-empat (Young, 2006: 333). Kelenjar tiroid
terletak di leher, pada bagian depan dari trakhea bagian atas,
di bawah laring (Young, 2006: 333).
81 | H o r m o n p e n g a t u r k a d a r m i n e r a l t u b u h
Sajian: Kelenjar Tiroid & Paratiroid
Pewarnaan: Hematoxylin Eosin
Perbesaran: 40 x 10 Keterangan gambar:
P : Paratiroid
V: Vaskular
F : Folikel kelenjar tiroid
L : Lemak univakuolar
82 | H o r m o n p e n g a t u r k a d a r m i n e r a l t u b u h
Sajian :
Kelenjar Paratiroid
Pewarnaan: Hematoxylin Eosin Perbesaran: 40 X 10
Keterangan gambar:
P : Paratiroid
V : Vaskular
L : Lemak univakuolar
83 | H o r m o n p e n g a t u r k a d a r m i n e r a l t u b u h
Kelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin yang
berbentuk seperti seperti kupu-kupu. Kelenjar ini terdiri dari
dua lobus yang dihubungkan oleh daerah yang sempit yang
disebut istmus. Pada kebanyakan kelenjar endokrin,
sejumlah kecil hormon disimpan dalam granula sekretori
intraselular. Namun kelenjar tiroid, mempunyai struktur
yang khas yang memungkinnya menyimpan produk diluar
sel, yaitu pada lumen folikel.
Pada manusia, jumlah folikel tiroid berjumlah sekitar 2-3
puluh juta, yang mampu menampung persediaan hormone
untuk beberapa minggu (Fawcett, 1994: 490).
Folikel tiroid berbentuk bulat berdiameter 0,2 – 0,9
mm yang tersusun atas epitel selapis kubus mengelilingi
ruang folikel. Folikel tiroid mengandung cairan koloid
kental yang mengandung protein. Di sekitar folikel terdapat
jaringan kapiler yang mengelilingi masing-masing folikel.
Kapiler-kapiler tersebut berfungsi memberi nutrisi dan
hormon regulator ke sel-sel kelenjar. Kapiler tersebut juga
berfungsi menampung produk sekretori dan sampah
metabolisme (Young, et al. 2006: 333 ; Martini, 2001: 594).
Epitel folikel tiroid mamalia mengandung 2 tipe sel: (1) Sel
principal (sel folikular), sel principal merupakan sel yang
paling mendominasi epitel folikel tiroid. Sel ini mempunyai
mikrovili pendek. Sel principal berfungsi membentuk T3
dan T4 (2) Sel parafolikular (sel C), sel parafolikular bisa
ditemukan soliter, maupun berkelompok. Besarnya 2-3 kali
ukuran sel principal. Pada manusia sel ini hanya mencapai
0,1 % berat epitel kelenjar. Sel ini berfungsi mensekresi
kalsitonin ( Fawcett, 1994: 492 ; Young, et al. 2006: 334).
84 | H o r m o n p e n g a t u r k a d a r m i n e r a l t u b u h
Kelenjar tiroid berfungsi mensekresi hormon: (1)
tiroksin (T4 atau tetraiodotironin) dan T3 (triiodotironin), T4
dalam sistem sirkulasi akan dikonversi menjadi T3 dengan
melepaskan satu unit iodotironin. T3 lebih potensial
dibandingkan T4 dan merupakan bentuk metabolik aktif dari
hormon (2) Kalsitonin berfungsi mengatur tingkat kalsium
darah bersama-sama dengan hormon paratiroid. Kalsitonin
berfungsi menurunkan kadar kalsium darah dengan cara
menghambat dekalsifikasi tulang pada proses reabsorbsi
osteoklastik dan merangsang aktivitas osteoblas. Kontrol
sekresi kalsitonin hanya tergantung dari kadar kalsium darah
dan tidak dipengaruhi oleh tingkat hormon pituitary maupun
hormon paratiroid (Young 2006: 333).
Mekanisme pembentukan hormone tiroid melalui sel-
sel folikel kelenjar tiroid mensintesis protein globular yang
disebut tiroglobulin dan mensekresikannya ke dalam koloid
folikel tiroid. Masing-masing molekul tiroglobulin
mengandung asam amino tirosinase yang merupakan
komponen pembentuk hormon tiroid. Pembentukan hormon
tiroid melibatkan tiga langkah utama:
1. Ion iodide diabsorbsi dari makanan di saluran
pencernaan dan dibawa ke kelenjar tiroid melalui aliran
darah. Protein carrier di membran basal sel-sel folikel
mentransport ion Iodide (I-) ke dalam sitoplasma. Sel-sel
folikel secara normal mempertahankan konsentrasi Iodide
intraseluler beberapa kali lebih tinggi daripada
konsentrasinya di cairan ruang ekstraseluler.
2. Ion-ion Iodide berdifusi ke permukaan apikal masing-
masing sel folikel. Ion tersebut dengan bantuan enzim
85 | H o r m o n p e n g a t u r k a d a r m i n e r a l t u b u h
tiroid peroksidase akan dikonversi menjadi bentuk aktif
Iodine ( I+). Rangkaian reaksi ini juga akan mengikat
satu atau dua molekul Iodide menjadi molekul tirosin dari
tiroglobulin.
3. Molekul tirosin yang mengandung ion Iodide kemudian
berpasangan membentuk molekul hormon tiroid yang
tetap terikat ke tiroglobulin. Proses pembentukan
pasangan ini kemungkinan terjadi karena adanya tiroid
peroksidase. Hormon tiroksin juga dikenal dengan nama
Tetraiodotironin (T4) yang mengandung empat ion iodide.
Triiodotironin (T3) adalah molekul serupa yang
mengandung tiga ion iodide. Terkadang, masing-masing
molekul tiroglobulin mengandung 4 sampai 8 molekul
dari T3 atau T4 atau keduanya (Martini, 2001: 595).
Faktor pengendali utama tingkat pelepasan hormone
tiroid adalah konsentrasi hormone TSH (Tiroid Stimulating
Hormone) dalam darah. TSH akan merangsang transport
iodide ke dalam sel folikel dan merangsang produksi
tiroglobulin dan tiroid peroksidase. TSH juga berfungsi
merangsang lepasnya hormon tiroid. Tahapan yang terjadi
dengan dilepaskannya TSH:
1. Sel-sel folikel melepaskan tiroglobulin dari folikel secara
endositosis.
2. Enzim lisosom kemudian akan memecah protein
sehingga asam amino dan hormon tiroid masuk ke dalam
sitoplasma sel. Asam amino akan di daur ulang dan akan
dipakai untuk mensintesis tiroglobulin.
3. Molekul T3 dan T4 yang lepas kemudian akan berdifusi
melalui membrane basal dan masuk ke dalam peredaran
86 | H o r m o n p e n g a t u r k a d a r m i n e r a l t u b u h
darah. Kurang lebih 90 % sekresi tiroid adalah T4. T3
hanya disekresikan dalam jumlah kecil.
4. Kurang lebih 75% molekul T4 dan 70% molekul T3 yang
masuk ke pembuluh darah akan berikatan dengan protein
transport yang disebut thyroid binding globulin (TBGs).
Kebanyakan sisa T3 dan T4 yang terdapat dalam peredaran
darah terikat ke transtiretin atau yang biasa dikenal
sebagai tiroid binding prealbumin (TBPA). Bisa juga
sisa tersebut terikat ke salah satu plasma protein yaitu
albumin. Hanya sebagian kecil hormon tiroid yang tidak
berikatan (kurang lebih sekitar 0,3 % T3 dan 0,03% T4
yang bersirkulasi akan berdifusi secara bebas ke dalam
jaringan perifer (Martini, 2001: 596).
Terdapat keseimbangan antara hormon tiroid yang
terikat dan hormon tiroid yang tidak terikat. Pada saat
tertentu hormon tiroid bebas terikat ke carrier, pada tingkat
yang sama dimana ikatan hormon dilepaskan. Ketika
hormon tiroid yang tidak terikat berdifusi ke dalam
pembuluh darah dan jaringan lain, keseimbangan akan
terganggu. Protein carrier kemudian akan melepaskan
hormon tiroid tambahan sampai keseimbangan baru
tercapai. Ikatan hormon tiroid menunjukkan suatu
cadangan yang cukup besar. Aliran darah secara normal
megandung lebih dari suplai hormon tiroid yang dibutuhkan
selama seminggu (Martini, 2010: 596).
TSH memegang peranan penting dalam sintesis dan
pengeluaran hormon tiroid. Tanpa adanya TSH folikel tiroid
akan menjadi tidak aktif, sehingga tidak terjadi sintesis
87 | H o r m o n p e n g a t u r k a d a r m i n e r a l t u b u h
ataupun sekresi. TSH akan berikatan ke reseptor membran,
dengan menstimulasi adenilat siklase akan mengaktifkan
enzim-enzim yang memegang peranan dalam sintesis
hormon (Martini, 2001: 596).
Sajian : Kelenjar Tiroid & Paratiroid
Pewarnaan: Hematoxylin Eosin
Perbesaran: 4 x 10
Keterangan gambar:
A : Kelenjar Tiroid
B : Kelenjar Paratiroid
88 | H o r m o n p e n g a t u r k a d a r m i n e r a l t u b u h
Sajian : Kelenjar Tiroid
Pewarnaan: Hematoxylin Eosin
Perbesaran: 40 x 10
Keterangan gambar:
F : Sel folikular (sel principal)
P : Sel parafolikular (sel C)
89 | H o r m o n p e n g a t u r k a d a r m i n e r a l t u b u h
Sajian : Kelenjar Tiroid
Pewarnaan: Hematoxylin Eosin
Perbesaran: 40 x 10 Keterangan gambar:
V : Vaskular
L : Lemak univakuolar
Hormon tiroid terdiri atas T3 triiodotironin) dan T4
(tetraiodotironin), merupakan glikoprotein dan merupakan
derivat dari asam amino tirosin. T3 lebih berperan banyak
dalam metabolism disebut triiodotironin, T4 umumnya
90 | H o r m o n p e n g a t u r k a d a r m i n e r a l t u b u h
sebagai prohormon. Hormon tiroid yang sintesis distimulasi
oleh TSH. TSH dari sirkulasi terikat pada reseptor membran
basal kelnjar tiroid, melalui pengaktifan adenilat siklase oleh
protein G. Stimulasi yang lama oleh reseptor tiroid
mengakibatkan peningkatan sintesis prekusor hormon tiroid
yaitu tiroglobulin. Tiroglobulin di hasilkan pada retikulum
endoplasmik kasar dan mempunyai berat molekul 660.000
yang mengalami glikosilasi dan 100 residu tirosin yang
mengalami iodinasi serta digunakan untuk sintesisi hormon
tiroid T3 dan T4. Di dalam plasma T3 dan T4 terikat pada
suatu carrier glikoprotein yang disebut Thyroksin-binding
globulin dan kemudian disebar keseluruh tubuh.
Mekanisme pembentukan hormon tiroid antara lain
iodida inorganik (iodium) masuk dalam aliran darah,
selanjutnya masuk ke kelanjar tiroid melalui transport aktif
yang dikombinasi dengan pompa Na+. Pompa Na+
berhubungan dengan suplai energi untuk tranpor aktif.
Iodida terikat oleh protein tiroglobulin yang mengandung
asam amino tirosin. Dalam satu buah tiroglobulin dapat
menampung lebih dari 100 iodida. Sebelum masuk dalam
tiroglobulin iodida akan diaktifkan terlebih dahulu menjadi
iodida aktif melalui enzim peroksidase, O2, dan konsentrasi
NADPH melalui reaksi oksidasi menjadi iodida aktif. Pada
saat berikatan dengan tiroglobulin terjadi reaksi iodinasi
dimana iodida berikatan dengan tirosin. Terdapat 2 tempat
aktif pada tirosin yang dapat ditempati oleh iodida sehingga
membentuk DIT dan MIT. Setelah iodinasi akan terjadi
Coupling antara DIT dan MIT, jika coupling DIT-MIT
disebut T3 dan DIT-DIT disebut T4. Pada kondisi ini masih
91 | H o r m o n p e n g a t u r k a d a r m i n e r a l t u b u h
terikat dengan tiroglobulin, lalu masuk dalam granula
melalui pinositosis dan akan disimpan. Jika tubuh
membutuhkan maka terjadi sekresi T3 dan T4 melalui reaksi
hidrolisis melepaskan hormon dari ikatan tiroglobulin. DIT
dan MIT kembali dimetabolisme untuk selanjutnya
mengadakan iodinasi lagi, sedangkan T3 dan T4 akan
dipakai masuk dalam sirkulasi darah. Reaksi ini diatur oleh
TSH, sifatnya meningkatkan aktifitas tahapan reaksi ini.
Peranan hormon tiroid yaitu meningkatkan fungsi
pompa natrium melalui meningkatkan kebutuhan ATP,
meningkatkan konsumsi oksigen pada rantai pernafasan dan
meningkatkan mekanisme transkripsi gen melalui
peningkatan sintesis protein shingga balans nitrogen positif
yang diperlukan untuk perkembangan normal.
Regulasi kelenjar tiroid, jika T3 dan T4 meningkat
dalam darah sehingga menghambat hipofisis untuk
mengeluarkan TSH, maka stimulasi terhadap kelenjar tiroid
menurun dan akibatnya T3 dan T4 menurun. T3 dan T4 yang
meningkat dalam darah ini akan menghambat hipotalamus
untuk mengeluarkan TRH, selanjutnya hipofisis dihambat
dalam menghasilkan TSH, stimulasi terhadap kelenjar tiroid
menurun dan produski T3-T4 juga menurun.
Hormon tiroid bekerja melalui reseptor intrasel
(seperti steroid). Pada penyakit grave’s (tirotoksikosis)
terbentuk suatu antibodi yang disebut thyroid stimulating
antibodies, karena dapat berperan seperti TSH. TSHAb
terikat pada reseptor TSH. Regulasi terjadi melalui down
92 | H o r m o n p e n g a t u r k a d a r m i n e r a l t u b u h
regulation sekresi TSH oleh T3 dan T4 melalui negative
feedback control. Pompa Na ini dapat saja terganggu
akibatnya maka pemasukan iodida terganggu, pembentukan
hormon tiroid menurun dan metabolisme tubuh juga
menurun. Zat-zat yang mempunyai sifat kompetitif dengan
iodida juga dapat mengganggu mekanisme pembentukan
hormon tiroid. Pada wanita hamil mengalami eutiroid,
dimana terjadi peningkatan tiroglobulin dan peningkatan T3-
T4. Pada penderita yang memiliki kolesterol meningkat,
sebaiknya terjadi penambahan hormon tiroid, karena dalam
hal ini dapat mempengaruhi penurunan jumlah kolesterol
dengan meningkatkan metabolisme. Namun pemberian
hormon ini harus di kontrol jangan sampai terjadi
hipertiroid, tetapi hanya untuk penurunan kadar kolesterol.
Top Related