51
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelaksanaan Tindakan
4.1.1 Kondisi Awal
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 01 Majasari Kecamatan Pagentan
Kabupaten Banjarnegara.Siswa yang digunakan dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas 5 dengan siswa berjumlah 31 siswa. Berdasarkan data awal
hasil belajar IPA diketahui bahwa dari 31 siswa yang tuntas terdapat 18 siswa atau
55,55% dari kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang sudah ditentukan sekolah
yaitu 70. Hasil belajar IPA dapat dilihat dari tabel 4.1.
Tabel 4.1
Distribusi Hasil Belajar IPA Pra Sklus
No Rentang Skor Frekuensi Keterangan Jumlah
Persentase Ketuntasan
1 90-100 9 27,80% Tuntas 18
2 70-89 9 27,80% Tuntas
3 50-69 11 35,36% Tidak Tuntas 13
4 30-49 2 6,08% Tidak Tuntas
5 0-29 - - Tidak Tuntas
Jumlah 31 100%
Rata-Rata 63,70
Nilai Tertinggi 80
Nilai Terendah 45
KKM 70
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai pra siklus mata
pelajaran IPA belum sesuai dengan kriteria yang diharapkan dari sekolah karena
masih banyak siswa yang mendapat nilai belum tuntas yaitu dari 31 siswa
diketahui nilai rata-rata 68,54, masih terdapat 13 siswa (44,45%) yang mendapat
nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70), sedangkan siswa yang
mendapatkan nilai tuntas yaitu terdapat 18 siswa (55,55%).Nilai tertinggi yang
diperoleh pada pra siklus 80, sedangkan nilai terendah 45.
52
Tabel 4.2
Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus
No Skor
Ketuntasan
Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Jumlah Persentase
1 ≥70 Tuntas 18 55,55%
2 < 70 Tidak Tuntas 13 44,45 %
Berdasarkan pada tabel 4.2, ketuntasan hasil belajar siswa mencapai
55,55% yaitu sebanyak 18 siswa. Sedangkan hasil belajar siswa yang belum tuntas
sebanyak 44,45% yaitu sebanyak 13 siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram 4.1 berikut ini.
Diagram 4.1
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus
Berdasarkan data hasil belajar IPA pra siklus diketahui bahwa masih
banyak siswa yang belum tuntas, maka dilakukan upaya-upaya tindakan perbaikan,
yaitu dengan menerapkan model pembelajaran CTL (contextual teaching and
learning)dengan menggunakan alat peraga pada mata pelajaran IPA, dengan alur
sebagai berikut:
53
4.1.2 Siklus I
1) Perencanaan Tindakan
Dengan melihat kondisi awal ketuntasan hasil belajar IPA pada siswa
kelas 5 SD Negeri 01 Majasari maka menjadi acuan untuk dilakukan tindakan
dalam meningkatkan hasil belajar IPA. Dengan perencanaan siklus 1 guru
melakukan kegiatan sebagai berikut: (1) Menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) pada mata pelajaran IPA kelas 5 semester 2 dengan
kompetensi dasar mendeskripsikan sifat-sifat cahaya dengan model
pembelajaran CTL, (2) mempersiapkan sumber dan alat peraga yang akan
digunakan dalam pembelajaran. (3) menyusun dan menyiapkan lembar kerja
kelompok dan tes evaluasi, (4) membuat dan menyiapkan instrumen lembar
observasi yang bertujuan untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas siswa
dalam pembelajaran yang dilakukan dan (5) merencanakan langkah-langkah
pembelajaran yang akan dilakukan.
2) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Setelah dilakukan perencanaan dengan melibatkan guru kelas 5 maka
selanjutnya yaitu pelaksanaan tindakan yang disatukan dengan observasi.
Pelaksanaan tindakan dan observasi dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah
disepakati antara peneliti, guru kelas 5 dan observer. Dalam kegiatan
pembelajaran pada siklus 1 ini dilaksanakan oleh guru kelas 5 sedangkan yang
bertindak sebagai observer adalah teman sejawat dan peneliti. Pada siklus 1 ini
materi pokok yang akan diajarkan adalah cahaya dan sifat-sifatnya. Alokasi
waktu yang digunakan adalah 3 x 35 menit pada setiap pertemuan. Siklus 1
dilakukan pertemuan sebanyak 3 kali pertemuan dengan rinciannya sebagai
berikut.
1. Pertemuan I
Pertemuan pertama pada siklus I dilaksanakan melalui rencana yang
telah disusun sebelum penelitian dilakukan sesuai dengan langkah-langkah
54
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model
pembelajaran CTL (contextual teaching and learning) dengan bantuan alat
peraga. Tindakan yang dilakukan pada pertemuan I adalah sebagai berikut;
a) Salam Pembuka; b) Berdoa; c) Absensi; d) Apersepsi, meminta siswa
menutup mata dan menanyakan: “Dengan menutup mata apakah kalian bisa
melihat?”, “Mengapa tidak bisa melihat?”; e) Menyampaikankompetensi
dasaryang akandicapaidalampembelajaran.
Setelah kegiatan awal dilaksanakan, guru mempersiapkan diri untuk
memberikan materi sifat-sifat cahaya dengan langkah-langkah sebagai
berikut; 1) Menggali pemahaman siswa dengan menyampaikan pertanyaan:
“Ketika senter kamu nyalakan, bagaimana arah rambatan yang keluar dari
senter tersebut?”, “Apakah ada perbedaan antara senter yang dinyalakan dan
diarahkan ke benda bening dan gelap?”; 2) Guru menjelaskan materi cahaya
dan sifat-sifatnya; 3) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok,
masing-masing kelompok terdiri dari lima siswa; 4) Guru menyampaikan
aturan dan tugas yang harus diselesaikan dalam berdiskusi; 5) Guru
membagikan lembar kerja tugas kelompk dan siswa mempelajari apa yang
harus dilakukan dalam kelompok; 6) Siswa mengambil alat peraga yang
disediakan guru untuk digunakan dalam percobaan yaitu karton, lilin, senter,
benda dengan permukaan kasar dan licin, benda yang bening, gelap, dan
bewarna; 7) Siswa melakukan percobaan mengenai sifat-sifat cahaya di
dalam kelompok diskusi; 9) Perwakilan setiap kelompok melaporkan hasil
diskusi dan siswa lain menanggapi atau bertanya; 10) Guru memberi
penghargaan pada setiap kelompok yang sudah melaporkan hasil diskusi,
siswa bertanya dan menanggapi kelompok lain; 11) Siswabersama guru
bertanya jawab tentang hal-hal yang belum dipahami; 12) Dengan
bimbingan guru siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran yang sudah
dipelajari siswa.
55
Pembelajaran diselesaikan dengan kegiatan akhir yang bertujuan
supaya dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang sudah
dipelajari pada kegiatan inti. Dalam kegiatan akhir guru melakukan kegiatan
sebagai berikut; a) Melakukan refleksi dengan “Meminta pendapat siswa
tentang proses pembelajaran yang sudah berlangsung (apakah
menyenangkan atau sebaliknya)”; b) Memberikan pertanyaan berkaitan
dengan materi yang sudah dijelaskan.
2. Pertemuan II
Pertemuan II pada siklus I dilaksanakan sesuai dengan RPP yang
sudah direncanakan sebelum pembelajaran. Tindakan yang dilakukan pada
pertemuan ke II kegiatan awal yaitu; a) Salam Pembuka; b) Berdoa; c)
Absensi; d) Apersepsi, dengan menanyakan kembali materi yang sudah
diajarkan sebelumnya; e) Menyampaikan kompetensi dasar yang
akandicapaidalampembelajaran.
Langkah awal kegiatan inti yaitu Menggali pemahaman siswa
dengan menyampaikan pertanyaan: “Kalian pernah melihat pensil yang
dimasukkan ke dalam air jernih?”, “Pensil tersebut terlihat
bagaimana?”,“Pernahkah kalian melihat pelangi?”. Langkah selanjutnya
yang dilaksanakan pada kegiatan inti sama seperti pertemuan pertama.
Tetapi percobaan yang dilakukan pada pertemuan pertama dan ke dua
terdapat perbedaan. Pertemuan pertama siswa melakukan percobaan sifat-
sifat cahaya, seperti cahaya merambat lurus, cahaya menembus benda
bening dan cahaya dapat dipantulkan. Sedangkan pertemuan ke II siswa
melakukan percobaan sifat-sifat cahaya, seperti cahaya dapat dibiaskan,
bayangan pada cermin cembung, cekung, dan datar. Setelah proses
pembelajaran dilaksanakan siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang
hal-hal yang belum diketahui atau dipahami. Kegiatan inti ditutup dengan
kesimpulan yang disampaikan siswa melalui bimbingan guru.
56
Kegiatan akhir pembelajaran dilaksanakan melaui kegiatan sebagai
berikut; a) Melakukan refleksi dengan “Meminta pendapat siswa tentang
proses pembelajaran yang sudah berlangsung (apakah menyenangkan atau
sebaliknya)”; b) Memberikan pertanyaan berkaitan dengan materi yang
sudah dijelaskan. Kegitan akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari pada
kegiatan inti.
3. Pertemuan III
Pertemuan III pada siklus I dilaksanakan kegiatan sebagai berikut;
a) Salam Pembuka; b) Berdoa; c) Absensi; d) Agar dapat mengingatkan
kembali meteri pada pertemuan II, guru mengajukan pertanyaan seputar
materi yang telah diajarkan pada pertemuan II melalui apersepsi; e)
Menyampaikan kompetensi dasar yang akandicapaidalampembelajaran.
Kemudian dilanjutkan pada kegiatan inti yaitu siswa melakukan percobaan
sifat-sifat cahaya, seperti cahaya terdiri dari berbagai warna. Langkah-
langkah pembelajaran yang dilaksanakan pada pertemuan ke III sama
seperti pertemuan I dan II, karena model pembelajaran yang digunakan
sama yaitu CTL.
Setelah memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan
menyimpulkan pelajaran yang sudah dipelajari. Pada akhir proses
pembelajaran diadakan evaluasi secara menyeluruh. Selanjutnya pertemuan
ke III diakhiri dengan kegiatan tes pada akhir siklus I. Kegiatan tes
dilaksanakan untuk mengetahui dan mendapatkan nilai hasil belajar siswa
setelah diberi tindakan pada iklus I.
3) Hasil Tindakan
1. Hasil Pengamatan Guru dan Siswa
Hasil pengamatan kinerja guru dalam proses pembelajaran IPA pada
siklus I sudah baik akan tetapi belum maksimal. Pada indikator kegiatan awal
57
diperoleh skor 67,7 dengan kategori tinggi, karena guru dalam membuka
pelajaran belum sesuai dengan indikator yang diharapkan terutama dalam
memeriksa kesiapan belajar siswa, kegiatan inti memperoleh skor 51,3 dengan
kategori cukup, karena dalam kegiatan inti guru belum melakukan kegiatan
dengan maksimal, terdapat beberapa nomor item yang mendapatkan skor 2,
dan kegiatan akhir memperoleh skor 22,5 dengan kategori rendah, karena
pada kegiatan akhir guru kurang memperhatikan siswa dalam melakukan
refleksi atau membuat kesimpulan.
Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPA pada
siklus I belum terlaksana dengan baik dapat dilihat dari jumlah skor yang
diperoleh dari masing-masing indikator. Indikator kesiapan siswa dalam
mengikuti pelajaran memperoleh skor 42,5 dengan kategori cukup, karena
siswa masih kurang siap dalam mengikuti pembelajaran disebabkan
kurangnya motivasi dari guru. Indikator kemampuan siswa dalam
mengerjakan lembar kerja memperoleh skor 27,5 dengan kategori rendah,
karena dalam mengerjakan soal siswa belum bersungguh-sungguh dan masih
terdapat siswa melihat jawaban siswa lain. Indikator aktif mengajukan
pertanyaan dalam pembelajaran memperoleh skor 45 dengan kategori cukup,
karena sebagian besar siswa tidak mengajukan pertanyaan pada guru.
Indikator bekerjasama dalam kelompok memperoleh skor 62,5 dengan
kategori tinggi, karena siswa masih kurang aktif dalam bekerjasama dengan
kelompok, sehingga skor yang diperoleh tidak maksimal. Indikator keberanian
memperoleh skor 35 dengan kategori rendah, karena sebagian besar siswa
masih memiliki keberanian yang sangat kurang dalam bertanya ataupun
melaporkan hasil diskusi.
58
2. Hasil Belajar IPA
Untuk mengetahui hasil belajar IPA yang dilakukan dengan tes tertulis
pada pertemuan III siklus I pada materi sifat-sifat cahaya kelas 5 siswa SDN
01 Majasari, tersaji dalam tabel 4.3berikut ini:
Tabel 4.3
Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus I
No Rentang
Skor
Frekuensi Keterangan Jumlah
Persentase Ketuntasan
1 90-100 8 25,81% Tuntas 28
2 70-89 20 64,52% Tuntas
3 50-69 3 9,67% Tidak Tuntas 3
4 30-49 - - Tidak Tuntas
5 0-29 - - Tidak Tuntas
Jumlah 31 100%
Rata-Rata 78,70
Nilai Tertinggi 95
Nilai Terendah 65
KKM 70
Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa pada siklus I hasil
belajar IPA kelas 5 mengalami peningkatan dari pra siklus. Nilai rata-rata
yang diperoleh kelas mencapai 78.70. Nilai tertinggi yaitu 95, sedangkan nilai
terendah yaitu 65. Siswa yang memperoleh nilai mencapai KKM sebanyak 28
siswa (90,33%) lebih baik dari pra siklus yang hanya mencapai 55,55%.
Sedangkan siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM sebanyak 3 siswa
(9,67%) sedangkan pra siklus mencapai 44,45%.
Tabel4.4
Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I
No Skor
Ketuntasan
Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Jumlah Persentase
1 ≥70 Tuntas 28 90,33 %
2 < 70 Tidak Tuntas 3 9,67 %
59
Berdasarkan pada tabel 4.4, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan
ketuntasan hasil belajar IPA. Pada pra siklus, ketuntasan hasil belajar IPA
siswa kelas 5 hanya berjumlah 13 siswa dengan persentase 55,55%. Setelah
mendapat tindakan pada siklus I meningkat menjadi 28 siswa dengan
persentase 90,33%. Sedangkan hasil belajar siswa yang belum tuntas pada pra
siklus sebelum tindakan berjumlah 13 siswa dengan persentase 44,45%.
Setelah mendapat tindakan pada siklus I menurun menjadi berjumlah 3 siswa
dengan persentase 9,67%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 4.2
sebagai berikut.
Diagram 4.2
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus I
Berdasarkan diagram 4.2 tindakan pada siklus I dikatakan berhasil
karena hasil yang diperoleh siswa semakin meningkat. Meskipun terjadi
peningkatan ketuntasan hasil belajar IPA siswa setelah tindakan pada siklus I,
namun peningkatan tersebut dikatakan belum mencapai kriteria ketuntasan
yang ditentukan oleh sekolah. Siswa hanya mengalami ketuntasan klasikal
dalam belajar (≥ 70). Secara individual siswa belum dikatakan tuntas, karena
berdasarkan kriteria ketuntasan hasil belajar yang ditentukan oleh sekolah
yaitu 100%, ketuntasannya siklus I mencapai 90,33% dari total siswa di kelas
5.
60
3. Perbandingan Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar Pra Siklus dan
Siklus I
Adapun perbandingan ketuntasan hasil belajar pra siklus dan setelah
tindakan pada siklus I yang disajikan pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5
Distribusi Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa
Pra Siklus Dengan Siklus I
No Skor
Ketuntasan
Kriteria
Ketuntasan
Pra Siklus Siklus I
Jumlah
Siswa
Persentase
(%) Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
1 ≥70
Tuntas 18 55,55% 28 90,33%
2 < 70
Belum Tuntas 13 44,45% 3 9,67%
Jumlah 31 100% 31 100%
Berdasarkan data tabel 4.5, menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar IPA siswa kelas 5. Pada pra siklus siswa yang tuntas mencapai18
siswa dengan persentase 55,55%, sedangkan siswa yang belum tuntas belajar
mencapai 13 siswa dengan persentase 44,45%. Setelah mendapat tindakan
pada siklus I, jumlah siswa yang hasil belajarnya tuntas meningkat menjadi 28
siswa dengan persentase 90.33%, sedangkan jumlah siswa yang belum tuntas
menurun menjadi 3 siswa dengan persentase 9,67%. Hal ini menunjukkan
adanya peningkatan hasil belajar IPA siswa 5, meskipun peningkatan hasil
belajar siswa belum sesuai dengan kriteria ketuntasan yang diharapkan
sekolah yaitu 100% dari 31 siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat diagram
distribusi perbandingan hasil belajar pra siklus dengan siklus I yang tersaji
pada diagram 4.3 berikut ini.
61
Diagram 4.3
Perbandingan Hasil Belajar Pra Siklus dan Siklus I
Berdasarkan diagram 4.3, maka terjadi peningkatan hasil belajar pra
siklus dan setelah tindakan pada siklus I, terjadi peningkatan 35%.
4.1.3 Observasi dan Refleksi Pertemuan I, Pertemuan II, dan Pertemuan II
1. Observasi
Pengamatan atau observasi dilaksanakan secara intensif dengan
mengambil gambar dan mengisi lembar observasi secara berkelanjutan. Guru
berkolaborasi dengan teman sejawat untuk mengamati proses pembelajaran yang
sedang dilaksanakan. Hasil pengamatan pertemuan I, II, dan III adalah sebagai
berikut; 1) Siswa mulai aktif dalam proses pembelajaran; 2) Siswa mulai mandiri
dalam melakukan percobaan dan menganalisis data hasil percobaan serta siswa
sangat antusias dan semangat dalam melakukan percobaan dengan menggunakan
alat peraga yang sudah disedikan guru. Namun dalam siklus I, guru belum dapat
memfasilitasi dan membimbing siswa secara optimal, terbukti dari hasil observasi
yang dilakukan observer masih terdapat siswa yang pasif dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi, dapat disimpulkan bahwa guru sudah
melaksanakan pembelajaran dengan baik dalam menggunakan model
62
pembelajaran CTL. Namun guru masih memberikan bimbingan secara kelompok
dan belum melakukan bimbingan secara individual pada siswa yang secara
individu mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan
sehingga masih ada siswa yang bermain sendiri dan belum semua siswa berperan
aktif dalam pembelajaran.
2. Refleksi
Releksi dilaksanakan untuk mengulas pembelajaran yang sudah
dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran CTL. Hasil belajar siswa
dapat ditingkatkan, dapat dilihat dari analisis hasil evaluasi siklus I, diketahui
nilai rata-rata 78,70, masih ada 3 siswa (9,67%) yang mendapatkan nilai di bawah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) sedangkan yang mendapatkan nilai di
Atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) berjumlah 28 siswa..
Kegiatan pembelajaran pada siklus I, ditemukan beberapa kekurangan
dalam proses pembelajaran antara lain; a) Pengelolaan kelas kurang baik; b)
Masih terdapat siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran, hal ini dapat
dilihat dari respon aktivitas siswa dalam pemelajaran IPA. Respon aktivitas siswa
dalam pembelajaran IPA siklus I yaitu indikator kesiapan siswa dalam mengikuti
pembelajaran memperoleh skor 42,5 dengan kategori cukup, indikator
kemampuan siswa dalam mengerjakan soal memperoleh skor 27,5 dengan
kategori rendah, indikator aktif mengajukan pembelajaran memperoleh skor 45
dengan kategori cukup, indikator bekerjasama dalam kelompok memperoleh skor
62,5 dengan kategori tinggi, dan indikator yang terakhir keberanian memperoleh
skor 35 dengan kategori rendah. Berdasarkan faktor-faktor penyebab kegagalan
pada siklus I, peneliti mencoba memberikan solusi untuk memecahkan masalah
supaya proses pembelajaran dan hasil belajar yang diperoleh siswa dapat
meningkat, solusi yang diberikan antara lain sebagai berikut:
1. Melakukan bimbingan pada semua siswa yang antara lain:
a) Agar siswa aktif bertanya saat proses penjelasan materi.
63
b) Agar siswa berinteraktif positif saat materi pembelajaran disajikan.
c) Agar siswa aktif berdiskusi untuk melakukan percobaan dan
menyelesaikan masalah yang diberikan.
d) Agar siswa secara aktif memberikan rangkuman.
2. Guru lebih memotivasi siswa dalam proses pembelajaran sehingga dalam
pelaksanaan lebih efektif dan siswa mampu menyimpulkan materi hasil
percobaan.
4.1.4 Siklus II
1) Perencanaan Tindakan
Hasil refleksi pada siklus 1 merupakan pertimbangan pelaksanaan
pembelajaran pada siklus 2. Dalam perencanaan siklus 2 guru melakukan kegiatan
sebagai berikut: (1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada
mata pelajaran IPA kelas 5 semester 2 dengan kompetensi dasar membuat suatu
karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan
menerapkan sifat-sifat cahaya dengan model pembelajaran CTL; (2)
mempersiapkan sumber dan alat peraga yang akan digunakan dalam
pembelajaran; (3) menyusun dan menyiapkan lembar kerja kelompok dan tes
evaluasi; (4) membuat dan menyiapkan instrumen lembar observasi yang
bertujuan untuk mengamati kinerja guru dan kegiatan siswa dalam pembelajaran
yang dilakukan dan; (5) merencanakan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilakukan.
2) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Setelah dilakukan perencanaan dengan melibatkan guru kelas 5 maka
selanjutnya yaitu pelaksanaan tindakan yang disatukan dengan observasi.
Pelaksanaan tindakan dan observasi dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah
disepakati antara peneliti, guru kelas 5 dan observer. Dalam kegiatan
pembelajaran pada siklus II ini yang bertindak sebagai guru adalah guru kelas 5
64
sedangkan yang bertindak sebagai observer adalah teman sejawat dan peneliti.
Pada siklus II ini materi pokok yang akan diajarkan adalah merancang
karya/model dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. Alokasi waktu yang
digunakan adalah 3 x 35 menit pada setiap pertemuan. Siklus II dilakukan
pertemuan sebanyak 3 kali pertemuan dengan rinciannya sebagai berikut.
1. Pertemuan I
Pertemuan pertama pada siklus II dilaksanakan melalui rencana yang
telah disusun sebelum penelitian dilakukan sesuai dengan langkah-langkah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model
pembelajaran CTL (contextual teaching and learning) dengan bantuan alat
peraga. Tindakan yang dilakukan pada pertemuan ke I adalah sebagai berikut;
a) Salam Pembuka; b) Berdoa; c) Absensi: d) Apersepsi, dengan menayakan
materi yang sudah dipelajari yaitu sifat-sifat cahaya; e) Menyampaikan
kompetensi dasar yang akan dicapai dalam pembelajaran.
Setelah kegiatan awal dilaksanakan, guru mempersiapkan diri untuk
memberikan materi model atau karya sederhana serta kelainan pada mata dan
penyebabnya dengan langkah-langkah sebagai berikut; 1) Menggali
pemahaman siswa dengan menyampaikan pertanyaan: “Siapa yang tahu, ada
berapa kelainan mata yang biasa diderita orang dan sebutkan?”, “Pernahkah
kalian melihat periskop?”, “Apa manfaat periskop bagi kita?”. Langkah-
langkah pembelajaran yang dilaksanakan pada kegiatan inti sama seperti
langkah-langkah kegiatan inti siklus I.
Pembelajaran diselesaikan dengan kegiatan akhir yang bertujuan
supaya dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang sudah
dipelajari pada kegiatan inti. Dalam kegiatan akhir guru melakukan kegiatan
sebagai berikut; a) Melakukan refleksi dengan “Memintapen dapat siswa
tentang proses pembelajaran yang sudah berlangsung (apakah menyenangkan
atau sebaliknya)”; b) Memberikan pertanyaan berkaitan dengan materi yang
sudah dijelaskan.
65
2. Pertemuan II
Pertemuan ke II pada siklus II dilaksanakan sesuai dengan RPP yang
sudah direncanakan sebelum pembelajaran. Tindakan yang dilakukan pada
pertemuan ke II kegiatan awal yaitu; a) Salam Pembuka; b) Berdoa; c)
Absensi; d) Apersepsi, dengan menanyakan kembali materi yang sudah
diajarkan sebelumnya; e) Menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai
dalam pembelajaran.
Langkah awal kegiatan inti yaitu menggali pemahaman siswa dengan
menyampaikan pertanyaan: “Bagaimana cara untuk membuat cakram
warna?”, “Apa fungsi dari cakram warna?”, “Kenapa setelah mambuat suatu
karya kita harus mengujinya?”. Langkah selanjutnya yang dilaksanakan pada
kegiatan inti sama seperti pertemuan pertama. Tetapi pembuatan model atau
karya yang dibuat pada pertemuan pertama dan ke dua terdapat perbedaan.
Pertemuan pertama siswa membuat periskop. Sedangkan pertemuan ke II
siswa membuat cakram warna. Setelah proses pembelajaran dilaksanakan
siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang belum diketahui
atau dipahami. Kegiatan inti ditutup dengan kesimpulan yang disampaikan
siswa melalui bimbingan guru.
Kegiatan akhir pembelajaran dilaksanakan melaui kegiatan sebagai
berikut; a) Melakukan refleksi dengan “Meminta pendapat siswa tentang
proses pembelajaran yang sudah berlangsung (apakah menyenangkan atau
sebaliknya)”; b) Memberikan pertanyaan berkaitan dengan materi yang sudah
dijelaskan. Kegitan akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui
pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari pada kegiatan inti.
3. Pertemuan III
Pertemuan ke III pada siklus II dilaksanakan kegiatan sebagai berikut;
a) Salam Pembuka; b) Berdoa; c) Absensi; d) Agar dapat mengingatkan
kembali meteri pada pertemuan II, guru mengajukan pertanyaan seputar
66
materi yang telah diajarkan pada pertemuan II melalui apersepsi; e)
Menyampaikan kompetensi dasar yang akan dicapai dalam pembelajaran.
Kemudian dilanjutkan pada kegiatan inti yaitu siswa membuat karya atau
model kaca pembesaratau lup. Langkah-langkah pembelajaran yang
dilaksanakan pada pertemuan ke III sama seperti pertemuan I dan II, karena
model pembelajaran yang digunakan sama yaitu CTL.
Setelah memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan
menyimpulkan pelajaran yang sudah dipelajari. Pada akhir proses
pembelajaran diadakan evaluasi secara menyeluruh. Selanjutnya pertemuan ke
III diakhiri dengan kegiatan tes pada akhir siklus II. Kegiatan tes dilaksanakan
untuk mengetahui dan mendapatkan nilai hasil belajar yang diperoleh siswa
setelah diberi tindakan pada iklus II.
3) Hasil Tindakan
1. Hasil Pengamatan Guru dan Siswa
Hasil pengamatan kinerja guru dalam proses pembelajaran IPA pada
siklus II mengalami peningkatan yang baik dibandingkan dengan siklus I.
Pada kegiatan awal diperoleh skor 72,5 dengan kategori tinggi, indikator ini
sudah lebih meningkat dibandingkan dengan siklus I meskipun
peningkatannya tidak cukup baik karena pada kegiatan awal guru masih
kurang dalam memotivasi siswa. Kegiatan inti memperoleh skor 63,45 dengan
kategori tinggi, karena pada kegiatan inti guru sudah bekerja maksimal
sehingga mengalami peningkatan yang cukup jauh dibandingkan dengan
siklus I. Kegiatan akhir memperoleh skor 33,75 dengan kategori rendah,
karena pada kegiatan akhir mengalami peningkatan meskipun kategori yang
diperoleh masih sama yaitu kategori rendah.
Hasil pengamatan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPA
pada siklus II sudah terlaksana dengan baik karena mengalami peningkatan
dibandingkan dengan siklus I. Indikator kesiapan siswa dalam mengikuti
67
pelajaran memperoleh skor 56,25 dengan kategori cukup, pada indikator
tersebut jumlah skor yang diperoleh sudah mengalami peningkatan tetapi
kategori yang diperoleh masih belum meningkat yaitu dengan kategori cukup.
Indikator kemampuan siswa dalam mengerjakan lembar kerja memperoleh
skor 28,75 dengan kategori rendah, karena dalam mengerjakan soal siswa
belum bersungguh-sungguh dan masih terdapat siswa melihat jawaban siswa
lain sehingga pada siklus II peningkatanya hanya 1 dari siklus I. Indikator
aktif mengajukan pertanyaan dalam pembelajaran memperoleh skor 58,75
dengan kategori cukup, karena pada siklus II siswa sudah aktif dalam bertanya
dan rata-rata siswa bertanya lebih dari satu kali sehingga pada indikator ini
skor yang diperoleh siswa meningkat tetapi kategori yang diperoleh masih
sama yaitu cukup. Indikator bekerjasama dalam kelompok memperoleh skor
75 dengan kategori tinggi. Indikator keberanian memperoleh skor 46,25
dengan kategori cukup, karena keberanian siswa pada siklus I semakin
meningkat, siswa sudah berani menanggapi, berpendapat, bertanya, dan
melaporkan hasil diskusi sehingga skor lebih baik dari siklus I.
4. Hasil Belajar IPA
Untuk mengetahui hasil belajar IPA yang dilakukan dengan tes tertulis
pada pertemuan III siklus II pada materi sifat-sifat cahaya kelas 5 siswa SDN
01 Majasari, tersaji dalam tabel 4.6berikut ini:
Tabel 4.6
Distribusi Hasil Belajar IPA Siklus II
No Rentang Skor Frekuensi Keterangan Jumlah
Persentase Ketuntasan
1 90-100 13 41,94% Tuntas 31
2 70-89 18 58,06% Tuntas
3 50-69 - - Tidak Tuntas -
4 30-49 - - Tidak Tuntas
5 0-29 - - Tidak Tuntas
Jumlah 31 100%
Rata-Rata 85,80
Nilai Tertinggi 100
Nilai Terendah 70
KKM 70
68
Berdasarkan tabel 4.6, dapat diketahui bahwahasil belajar yang
diperoleh siswa pada siklus II mengalami peningkatan dari siklus I. Seluruh
siswa kelas 5 mencapai nilai KKM yaitu 70 dan sebagaian besar siswa
mendapatkan nilai yang memuaskan. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas
mencapai 85.80. Nilai tertinggi yaitu 100, sedangkan nilai terendah yaitu 70.
Hal ini menunjukkan bahwa hasil tindakan dari siklus I dan siklus II berhasil
dengan baik.
Tabel 4.7
Distribusi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siklus II
No Skor
Ketuntasan
Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa
Jumlah Persentase
1 ≥70 Tuntas 31 100%
2 < 70 Tidak Tuntas - -
Berdasarkan pada tabel 4.7, dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan
ketuntasan hasil belajar IPA. Pada pra siklus, ketuntasan hasil belajar IPA
siswa kelas 5 hanya berjumlah 18 siswa dengan persentase 55,55%. Setelah
mendapat tindakan pada siklus I meningkat menjadi berjumlah 28 siswa
dengan persentase 90,33%. Pada siklus II hasil belajar IPA siswa kelas 5
meningkat, semua siswa mendapatkan nilai tuntas dengan persentase 100%.
Sedangkan hasil belajar siswa yang belum tuntas pada pra siklus sebelum
tindakan berjumlah 13 siswa dengan persentase 44,45%. Setelah mendapat
tindakan pada siklus I menurun menjadi 3 siswa dengan persentase 9,67%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram 4.4 sebagai berikut.
69
Diagram 4.4
Ketuntasan Hasil Belajar IPA SiklusII
Berdasarkan diagram 4.4 tindakan pada siklus II dikatakan berhasil
karena hasil yang diperoleh siswa semakin meningkat dibandingkan siklus I.
Nilai yang diperoleh semua siswa kelas 5 mencapai KKM. Semua siswa
memperoleh nilai tuntas dengan persentase 100%.
5. Perbandingan Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar Siklus I dan Siklus
II
Adapun perbandingan ketuntasan hasil belajar tindakan siklus I dan
tindakan pada siklus II yang disajikan pada tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.8
Distribusi Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa
Siklus I Dengan Siklus II
No Skor
Ketuntasan
Kriteria
Ketuntasan
Siklus I Siklus II
Jumlah
Siswa
Persentase
(%) Jumlah
Siswa
Persentase
(%)
1 ≥70
Tuntas 28 90,33% 31 100%
2 < 70
Belum Tuntas 3 9,67% - -
Jumlah 31 100% 31 100%
70
Berdasarkan data tabel 4.8, menunjukkan adanya peningkatan hasil
belajar IPA siswa kelas 5. Pada siklus I siswa yang tuntas mencapai 28 siswa
dengan persentase 90,33%. Siswa yang belum tuntas belajar terdapai 3 siswa
dengan persentase 9,67%. Setelah dilakukan tindakan siklus II, semua siswa
kelas 5 mencapai nilai KKM atau semua siswa tuntas dengan persentase
100%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar belajar IPA
siswa kelas 5, sehingga siklus II nilai yang diperoleh siswa sudah sesuai
dengan kriteria yang diharapkan sekolah yaitu 100%. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat diagram distribusi perbandingan hasil belajar siklus dengan
siklus II yang tersaji pada diagram 4.5 berikut ini.
Diagram 4.5
Perbandingan Hasil Belajar IPA Siklus I dan Siklus III
Berdasarkan diagram 4.5, maka terjadi peningkatan hasil belajar tindakan
siklus I dan tindakan pada siklus II, terjadi peningkatan 9,67%.
71
Adapun perbandingan ketuntasan hasil belajar pra siklus, tindakan siklus
I dan tindakan pada siklus II yang disajikan pada tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9
Distribusi Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa
Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II
N
o
Skor
Ketunta
san
Kriteria
Ketuntas
an
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Juml
ah
Siswa
(%) Juml
ah
Siswa
(%) Jumla
h
Siswa
(%)
1 ≥70 Tuntas 18 55,5
5%
28 90,33
%
31 100%
2 < 70 Belum
Tuntas
13 44,4
5%
3 9,67% - -
Jumlah 31 100
%
31 100% 31 100%
Berdasarkan data tabel 4.9, dapat diketahui peningkatan hasil belajar IPA
dari pra siklus, siklus I, dan siklus II.Data pada tabel 4.14 menunjukkan
peningkatan hasil belajar IPA yang cukup tinggi hingga mencapai persentase
100%. Pada pra siklus siswa yang tuntas hanya mencapai 18 siswa dengan
persentase 55,55%, sedangkan siswa yang belum tuntas mencapai 13 siswa
dengan persentase 44,45%. Setelah dilakukan tindakan siklus I siswa yang tuntas
mengalami peningkatan, yaitu mencapai 28 siswa dengan persentase 90,33%.
Siswa yang belum tuntas belajar terdapat 3 siswa dengan persentase 9,67%.
Setelah dilakukan tindakan siklus II, semua siswa kelas 5 mencapai nilai KKM
atau semua siswa tuntas dengan persentase 100%. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas 5 sebelum tindakan atau pra siklus
dan setelah tindakan siklus I serta siklus II, sehingga pembelajaran yang
dilaksanakan dapat dikatakan berhasil dengan baik. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat diagram distribusi perbandingan hasil belajar siklus dengan siklusII yang
tersaji pada diagram 4.6 berikut ini.
72
Diagram 4.6
Perbandingan Hasil Belajar IPA pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
Berdasarkan diagram 4.6, dapat diketahui terjadi peningkatan antara pra
siklus dan setelah tindakan siklus I serta siklus II. Pada pra siklus menuju siklus I
terjadi peningkatan 35%, siklus I menuju siklus II terjadi peningkatan 9,67%,
sedangkan dari pra siklus menuju siklus II terjadi peningkatan 44,67%.
4.1.5 Observasi dan Refleksi Pertemuan I, Pertemuan II, dan Pertemuan III
1. Observasi
Pengamatan atau observasi dilaksanakan secara intensif dengan
mengambil gambar dan mengisi lembar observasi secara berkelanjutan. Guru
berkolaborasi dengan teman sejawat untuk mengamati proses pembelajaran yang
sedang dilaksanakan. Hasil pengamatan pertemuan I, II, dan III adalah sebagai
berikut; 1) Siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran yang berlangsung pada
siklus II; 2) Siswa lebih mandiri dalam melakukan percobaan dan menganalisis
data hasil percobaan serta siswa sangat antusias dan semangat dalam melakukan
percobaan dengan menggunakan alat peraga yang sudah disedikan guru pada
73
kegiatan siklus II. Kekurangan pada hasil refleksi siklus I antara lain; a)
Pengelolaan kelas kurang baik; b) Masih terdapat siswa yang belum aktif dalam
proses pembelajaran. Berdasarkan kekurangan dari siklus I, peneliti memberikan
masukan supaya pada tindakan siklus II dapat berjalan lebih baik dan peneliti
memberikan berbagai solusi untuk memecahkan masalah, seperti; 1) Melakukan
bimbingan kepada semua siswa; 2) Guru lebih memotivasi siswa dalam proses
pembelajaran agar siswa lebih aktif.
Berdasarkan hasil observasi siklus II, dapat disimpulkan bahwa guru
sudah melaksanakan pembelajaran dengan baik dalam menggunakan model
pembelajaran CTL. Guru dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus
I dan solusi yang diberikan oleh peneliti diterapkan pada siklus II dengan baik
sehingga keaktifan dan hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus II menjadi
lebih baik dan maksimal.
2. Refleksi
Refleksi dilaksanakan untuk mengulas pembelajaran yang sudah
dilaksanakan dengan model pembelajaran CTL. Hasil implementasi pertemuan I,
pertemuan II, dan pertemuan III pada siklus II menunjukkan bahwa model
pembelajaran CTL dapat meningkatkan perhatian dan ketertarikan siswa ketika
proses pembelajaran. Keberhasilan siklus II dapat diketahui dari meningkatnya
proses dan hasil pembelajaran siswa sebagai berikut:
1. Analisis hasil evaluasi belajar siklus II dari 31 siswa diketahui nilai rata-rata
85,80, seluruh siswa (100%) mendapatkan nilai sama dengan atau di atas
KKM yaitu 70.
2. Keterlaksanaan pembelajaran oleh guru atau aktivitas guru pada siklus II,
indikator kegiatan awal memperoleh skor 72,5 dengan kategori tinggi,
indikator kegiatan inti memperoleh skor 63,45 dengan kategori tinggi, dan
indikator kegiatan akhir memperoleh skor 33,75 dengan kategori rendah.
74
3. Respon aktivitas siswa dalam pembelajaran siklus II, indikator kesiapan siswa
dalam mengikuti pembelajaran memperoleh skor 56,25 dengan kategori
cukup, indikator kemampuan siswa dalam mengerjakan lembar soal
memperoleh skor 28,75 dengan kategori rendah, indikator aktif mengajukan
pertanyaan dalam pembelajaran memperoleh skor 58,75 dengan kategori
cukup, indikator bekerjasama dalam kelompok memperoleh skor 75 dengan
kategori tinggi, dan indikator keberanian memperoleh skor 46,25 dengan
kategori cukup.
Penggunaan model pembelajaran CTL dengan bantuan alat peraga dapat
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi sifat-sifat cahaya dan
pemanfaatanya, diantaranta:
1. Kecakapan siswa semakin berkembang, terutama pada kecakapan berpikir,
social, dan personal.
2. Perhatian dan partisipasi siswa dalam belajar semakin meningkat ketika
menggunakan model pembelajaran yang bervariasi.
3. Kemampuan siswa dalam memahami materi bertambah ketika melakukan
percobaan sendiri dalam proses pembelajaran.
4.2 Hasil Analisis Data
4.2.1 Analisis Hasil Refleksi Pembelajaran Siklus I dan Siklus II
1. Hasil Tindakan Terhadap Aktivitas Guru dan Siswa dalam Proses
Pembelajaran
Kinerja guru dalam proses pembelajaran IPA pada siklus I dan siklus
II dapat diketahuidengan analisis sebagai berikut; a) Indikator kegiatan awal
pada siklus I skor yang diperoleh adalah 67,5 dengan kategori tinggi,
sedangkan siklus II kinerja guru memperoleh skor 72,5 dengan kategori
tinggi; b) Indikator kegiatan inti pada siklus I skor yang diperoleh adalah 51,3
dengan kategori cukup, sedangkan siklus II memperoleh skor 63,45 dengan
kategori tinggi; c) Indikator kegiatan akhir pada siklus I skor yang diperoleh
75
adalah 22,5 dengan rendah, sedangkan siklus II memperoleh skor 33,75
dengan kategori rendah. Kenerja guru pada setiap siklus mengalami
peningkatan karena kekurangan-kekurangan pada siklus I selalu memjadi
catatan untuk guru dan memperbaikinya pada siklus II.
Respon aktivitas siswa pada proses pembelajaran siklus I dan siklus II
dapat diketahui dengan analisis sebagai berikut; a) Indikator kesiapan siswa
dalam mengikuti pelajaran pada siklus I memperoleh skor 42,5 dengan
kategori cukup, sedangkan siklus II memperoleh skor 56,25 dengan kategori
cukup; b) Indikator kemampuan siswa dalam mengerjakan lembar kerja pada
siklus I memperoleh skor 27,5 dengan kategori rendah, sedangkan siklus II
memperoleh skor 28,75 dengan kategori rendah; c) Indikator aktif
mengajukan pertanyaan dalam pembelajaran pada siklus I memperoleh skor
45 dengan kategori cukup, sedangkan siklus II memperoleh skor 58,75 dengan
kategori cukup; d) Indikator bekerjasama dalam kelompok pada siklus I
memperoleh skor 62,5 dengan kategori tinggi, sedangkan siklus II
memperoleh skor 75 dengan kategori tinggi; e) Indikator keberanian siklus I
memperoleh skor 35 dengan kategori rendah, sedangkan siklus II memperoleh
skor 46,25 dengan kategori cukup. Respon aktivitas siswa setiap siklus
mengalami peningkatan karena siswa sudah mulai senang dalam melakukan
pembelajaran dengan mandiri atau memecahkan masalah sendiri.
2. Hasil Belajar IPA
Setelah proses pembelajaran berlangsung pada siklus I dan siklus II,
guru dapat mengetahui apakah siswa sudah mengerti dan memahami materi
atau sebaliknya. Berdasarkan analisis hasil evaluasi pra siklus, siklus I dan
siklus II, nilai mata pelajaran IPA dapat ditunjukkan pada tabel 4.10, sebagai
berikut.
76
Tabel 4.10
Distribusi Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa
Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II
No Skor
Ketuntasan
Kriteria
Ketuntasan
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jumlah
Siswa
(%) Jumlah
Siswa
(%) Jumlah
Siswa
(%)
1 ≥70 Tuntas 18 55,55% 28 90,33% 31 100%
2 < 70 Belum Tuntas 13 44,45% 3 9,67% - -
Jumlah 31 100% 31 100% 31 100%
Analisis hasil evaluasi sebelum tindakan, siklus I, dan siklus II dapat
dilihat pada tabel 4.10, sebagai berikut; 1) Pada pra siklus, hampir sebagian
siswa memperoleh nilai rendah yaitu terdapat 13 siswa (44,45%) yang
mendapatkan nilai di bawah Kriteria Ketuntasa Minimal (KKM=70) dan 18
siswa (55,55%) sudah mencapai nilai di atas KKM dengan nilai rata-rata kelas
mencapai 63,70; b) Pada siklus I, analisis hasil evaluasi belajar dari 31 siswa
diketahui nilai rata-rata 78,80 terdapat 3 siswa (9,67%) yang mendapat nilai di
bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70), sedangkan yang
mendapatkan nilai di atas KKM berjumlah 28 siswa (90,33%); c) Pada siklus
II, analisis hasil evaluasi belajar dari 31 siswa diketahui nilai rata-rata kelas
adalah 85,80, seluruh siswa 31 (100%) mendapatkan nilai di atas Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM=70).
Perbadingan hasil evaluasi pra siklus, siklus I, dan siklus II dapat
dilihat pada diagram 4.7 sebagai berikut.
Diagram 4.3
Perbandingan Analisis Hasil EvaluasiPra Siklus, Siklus I, dan Siklus II
77
4.3 Pembahasan
Berdasarkan penerapan tindakan siklus I dan siklus II dapat dikatakan
bahwa model pembelajaran CTL (contextual teaching and learning) dengan
menggunakan alat peraga sebagai solusi dan dapat diterapkan dalam pembelajaran
untuk usaha meningkatkan hasil dan proses pembelajaran. Pada proses
pembelajaran guru tidak hanya percaya bahwa siswa akan mampu dan berhasil,
tetapi dapat meningkatkan keaktifan dan keberanian siswa dalam proses
pembelajaran. Belajar dipandang sebagai proses aktif dalam mengkonstruksikan
makna melalui interaksi dengan lingkungan sekitar dengan menghubungkan
pengetahuan yang sedang dipelajari dengan pengetahuan yang telah diperoleh
sebelumnya sehingga proses belajar dapat mempengaruhi hasil belajar yang
diperoleh siswa.
Hasil belajar dipengaruhi oleh proses pembelajaran, maka dalam proses
pembelajaran guru perlu melakukan penilaian untuk mengetahui keberhasilan
belajar siswa, baik selama proses pembelajaran maupun setelah siswa mengikuti
satuan pelajaran tertentu. Keberhasilan proses belajar siswa ditunjukkan oleh
kinerja siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Untuk mengetahui
informasi mengenai keberhasilan proses belajar siswa, guru dapat mengguakan
berbagai cara, sebagai contoh guru bisa menggunakan lembar observasi sebagi
informasi mengetahui keaktifan dan keberanian pada proses pembelajaran. Pada
penelitian ini skala instrumen penilain yang digunakan peneliti dalam proses
pembelajaran menggunakan skala Likert dengan kriteria tingkat keberhasilan
kategori sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah. Berdasarkan
kategori tersebut peneliti dapat menetukan keberhasilan proses pembelajaran
siklus I dan siklus II selanjutnya hasil observasi dakaitkan dengan hasil evaluasi
secara tertulis.
Hasil tindakan dengan menggunakan model pembelajaran CTL yang
dibantu dengan alat peraga, hasil belajar siswa dapat ditingkatkan hingga
78
mencapai kategori sangat tinggi. Kenaikan nilai ketuntasan siswa pada pra siklus,
siklus I, dan siklus II adalah sebagai berikut; a) Jumlah siswa yang sudah tuntas
sebelum tindakan hanya mencapai 55,55%, kemudian pada siklus I dan siklus II
hasil belajar yang diperoleh siswa meningkat. Siklus I jumlah siswa yang sudah
tuntas mencapai 90,33%, kemudian siklus II semua siswa (100%) sudah mencapai
KKM; b) Berdasarkan nilai rata-rata kelas pada pra siklus nilai yang dicapai
adalah 63,70, kemudian pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh mengalami
peningkatan menjadi 78,70 dan siklus II nilai rata-rata kelas lebih banyak
mengalami peningkatan yaitu 85,80 dengan; c) Pengamatan kinerja guru
paindikator kegiatan awal pada siklus I skor yang diperoleh adalah 67,5 dengan
kategori tinggi, sedangkan siklus II kinerja guru memperoleh skor 72,5 dengan
kategori tinggi, indikator kegiatan inti pada siklus I skor yang diperoleh adalah
51,3 dengan kategori cukup, sedangkan siklus II memperoleh skor 63,45 dengan
kategori tinggi, indikator kegiatan akhir pada siklus I skor yang diperoleh adalah
22,5 dengan rendah, sedangkan siklus II memperoleh skor 33,75 dengan kategori
rendah; d) Pengamatan aktivitas siswa pada indikator kesiapan siswa dalam
mengikuti pelajaran pada siklus I memperoleh skor 42,5 dengan kategori cukup,
sedangkan siklus II memperoleh skor 56,25 dengan kategori cukup, indikator
kemampuan siswa dalam mengerjakan lembar kerja pada siklus I memperoleh
skor 27,5 dengan kategori rendah, sedangkan siklus II memperoleh skor 28,75
dengan kategori rendah, indikator aktif mengajukan pertanyaan dalam
pembelajaran pada siklus I memperoleh skor 45 dengan kategori cukup,
sedangkan siklus II memperoleh skor 58,75 dengan kategori cukup, indikator
bekerjasama dalam kelompok pada siklus I memperoleh skor 62,5 dengan
kategori tinggi, sedangkan siklus II memperoleh skor 75 dengan kategori tinggi,
indikator keberanian siklus I memperoleh skor 35 dengan kategori rendah,
sedangkan siklus II memperoleh skor 46,25 dengan kategori cukup. Nilai yang
diperoleh masing-masing siswa mengalami peningkatan disetiap siklus, selain itu
hasil kinerja guru dan respon aktivitas siswa juga mengalami peningkatan yang
79
positif pada setiap pertemuan, hal ini disebabkan karena pada proses
pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran CTL dengan bantuan alat
peraga.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang mengembangkan pembelajaran
menggunakan model pembelajaran CTL (contextual teaching and learning).
Berikut adalah beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Tati
Hendrawati (2011) dengan judul peningkatan hasil belajar IPA tentang energi
panas melalui model pembelajaran CTL dan benda nyata bagi siswa kelas VI
SDN 1 Purwasari pada semester II tahun 2010/2011. Hasil penelitian dengan
kesimpulan penggunaan pendekatan contextual teaching and lerning (CTL) dan
benda nyata dapat meningkatkan hasil belajar materi energi panas. Hasil belajar
tersebut mencapai tingkat penguasaan sebesar 77%.
Hasil penelitian yang lain adalah penelitian yang dilakukan oleh Jemikem
(2011) dengan judul meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia dalam menulis
puisi melalui pendekatan CTL siswa kelas VI SDN Blengorkulon Kebumen
semester II tahun pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian dengan kesimpulan
menggunakan pendekatan contextual teaching and learning (CTL) dapat
meningkatkan hasil belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia serta meningkatkan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Pada pra siklus siswa yang tuntas
sebanyak 42%, meningkat pada siklus I menjadi 65%, pada siklus II lebih optimal
peningkatannya menjadi 86,9%. Penggunaan model pembelajaran CTL dengan
bantuan alat peraga sangat efektif, karena mampu untuk mempermudah siswa
dalam memahami materi mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dengan penggunaan
model pembelajaran CTL pada mata pelajaran Bahasa Indonesia diperoleh hasil
tes yang baik dengan nilai rata-rata 82,33.
Dari hasil penelitian lain juga dilakukan oleh Dwi Handayani (2012)
dengan judul peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui pembelajaran
CTL pada mata pelajaran melakukan prosedur administrasi pokok bahasan
melakukan surat menyurat di SMK Kristen Sala Tiga. Hasil penelitian dengan
80
kesimpulan dengan menggunakan model pembelajaran contextual teaching and
learning dapat meningkatkat hasil belajar yang diperoleh. Hal ini dapat dibuktikan
dari pencapaian target yaitu 86% siswa mampu mencapai hasil belajar di atas
KKM atau di atas nilai 70.
Hipotesis tindakan adalah dugaan sementara dari masalah yang diteliti.
Adapun hipotesis tindakan setelah dilakukan tindakan dalam penelitian ini adalah
penerapan model pembelajaran CTL (contextual teaching and learning) dengan
menggunakan alat peraga dapat meniingkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 di
SDN 01 Majasari Kecamatan Pagentan Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran
2013/2014.
Berdasarkan hasil-hasil yang telah dicapai, model pembelajaran CTL
menggunakan alat peraga dapat diimplementasikan pada proses pembelajaran
sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan-kekurangan yang terdapat di Sekolah
Dasar, misalnya ketersediaan buku mata pelajaran, siswa kurang aktif, dan siswa
tidak bisa memberikan contoh yang relevan dengan kehidupan sehari-hari
sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa rendah. Berdasarkan masalah-masalah
di SD, maka dengan menggunkan model pembelajaran CTL dengan alat peraga
dapat menigkatkan hasil belajar yang diperoleh dan proses pembelajaran yang
berlangsung. Keberhasilan dari hasil belajar berkaitan erat dengan proses
pembelajaran dan sesuai dengan tujuan model pembelajaran CTL (contextual
teaching and learning).
Top Related