34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Lokasi Penelitian
Karang Taruna Citra Suara Muda Soka Salatiga merupakan tempat
yang dipilih penulis untuk melakukan penelitian. Karang taruna ini berada di
Soka, RT 02 RW 07, kelurahan Sidorejo Lor, kecamatan Sidorejo, kota
Salatiga.
4.2 Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah 10 anggota karang taruna yang hasil pre-
testnya menunjukkan komunikasi interpersonal sedang, rendah, dan sangat
rendah. Dalam hal ini kesamaan antara kedua kelompok dapat dilihat dari
hasil uji homogenitas harus menghasilkan Asymp. Sig. (2-tailed)>0.050, dan
dalam penelitian ini hasil uji homogenitas yaitu 0,753 yang berarti Asymp. Sig.
(2-tailed)>0.050. Dari 10 anggota karang taruna dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tabel 4.1 dibawah ini
merupakan deskripsi mengenai kondisi kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol sebelum diberikan perlakuan (treatment).
35
Tabel 4.1 Deskripsi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
No Nama Kelompok Usia Jenis Kelamin
1 AN Eksperimen 15 tahun Laki-laki
2 RV Eksperimen 14 tahun Laki-Laki
3 OK Eksperimen 15 tahun Laki-laki
4 DN Eksperimen 14 tahun Perempuan
5 IN Eksperimen 15 tahun Perempuan
6 SP Kontrol 18 tahun Laki-laki
7 DU Kontrol 18 tahun Laki-laki
8 ND Kontrol 16 tahun Perempuan
9 EV Kontrol 17 tahun Perempuan
10 PR Kontrol 16 tahun Perempuan
36
Kemudian pada Tabel 4.2 dibawah ini akan dijelaskan mengenai
skor pre test komunikasi interpersonal kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol :
Tabel 4.2 Hasil pre test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Aspek
Nama
Keterbukaan Empati Dukungan Kepositifan Kesetaraan Jumlah
KE KK KE KK KE KK KE KK KE KK KE KK KE KK
AN SP 23 17 18 12 15 9 12 8 12 12 80 58
RV DU 16 24 13 17 10 16 9 12 11 16 59 85
OK ND 28 24 23 22 20 18 18 18 21 20 110 102
DN EV 28 30 20 24 21 20 20 17 18 21 107 112
IN PR 26 21 26 18 17 19 18 12 20 16 107 86
121 116 100 93 83 82 77 67 82 85 463 443
Dari tabel 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian ini
terdapat 10 remaja yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu 5 remaja sebagai
kelompok kontrol dan 5 remaja sebagai kelompok eksperimen. Jumlah skor
keseluruhan kelompok eksperimen yaitu 463 sedangkan jumlah skor yang
diperoleh kelompok kontrol adalah 443.
Setelah dilakukan uji homogenitas pada hasil skala komunikasi
interpersonal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, tidak terdapat
37
perbedaan yang signifikan antara kedua kelompok dengan ditunjukkan Asymp.
Sig. (2-tailed) 0.753 > 0.050 , sedangkan mean rank kelompok eksperimen
5,80 dan mean rank kelompok kontrol adalah 5,20.
Berdasarkan rancangan penelitian dan hasil analisis di atas, selanjutnya
akan diberikan treatment pada kelompok eksperimen yaitu dengan diberikan
layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama sebanyak 8 kali pertemuan,
sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan treatment. Penyusunan topik
dalam kegiatan bimbingan kelompok teknik sosiodrama berdasarkan aspek
komunikasi interpersonal menurut Joseph A. DeVito.
Tabel 4.3 berikut ini merupakan susuna program layanan bimbingan
kelompok yang diberikan kepada kelompok eksperimen.
Tabel 4.3 Program layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama
Aspek Topik Tujuan Rencana
Pelaksa-
naan
Alokasi
Waktu
dan
Pertemuan
Bentuk
Kegiatan
Keter-
bukaan
Berinteraksi
dan
menyampaikan
sesuatu kepada
orang lain,
1.Individu
mampu
berinteraksi dan
berkomunikasi
secara baik
April
2014
2x60
menit
a. Ceramah
b. Permainan
c. Sosiodrama
38
tanpa
merahasiakan
sesuatu
dengan individu
lain
2.Individu
mampu
menyampaikan
pendapatnya
kepada individu
lain
Empati Merasakan dan
memahami apa
yang dialami
oleh orang lain
1.Individu
mampu
menumbuhkan
dan
mengekspresikan
rasa empati
April
2014
2x60
menit
a. Ceramah
b. Permainan
c. Sosiodrama
Dukung-
an
Menjalin kerja
sama serta
memberi
nasehat dan
semangat
1.Individu
mampu menjalin
kerja sama
dengan individu
lain
2.Individu
mampu berbagi
motivasi untuk
April
2014
2x60
menit
a. Ceramah
b. Permainan
c. Sosiodrama
39
individu lain
Keposi-
tifan
Berpikir positif
dan
menghargai
orang lain
1.Individu
mampu berfikir
positif dalam
berbagai hal
2.Individu
mampu
menghargai
pendapat
individu lain
April
2014
1x60
menit
a. Ceramah
b. Permainan
c. Sosiodrama
Keseta-
raan
Menerima
pendapat orang
lain serta
memahami
perbedaan
1.Individu
mampu
menerima
kritikan dari
individu lain
2.Individu
mampu
menghargai
perbedaan cara
pandang individu
lain
April
2014
1x60
menit
a. Ceramah
b. Permainan
c. Sosiodrama
40
4.3 Pelaksanaan Penelitian
4.3.1 Perijinan Penelitian
Penulis memberikan surat ijin penelitian kepada Ketua Karang
Taruna Citra Suara Muda Soka Salatiga yang prosedur awalnya surat ijin
diberikan kepada bagian Tata Usaha Program Studi Bimbingan dan
Konseling dan nantinya pihak Tata Usaha akan memberikan surat ijin
yang disetujui oleh dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP)
untuk diserahkan kepada pihak Karang Taruna Citra Suara Muda Soka
Salatiga.
Berdasarkan ijin tersebut, penulis membicarakan prosedur
penelitian yang berupa uji instrument, pre test, post test, dan treatment
kepada Ketua Karang Taruna. Uji instrument dan pre test dilaksanakan
pada bulan Maret 2014. Sedangkan untuk pelaksanaan layanan (treatment)
dan post test dilakukan mulai awal April 2014 sampai selesai dan
dilakukan sesuai hasil persetujuan anggota karang taruna yang menjadi
subjek penelitian.
4.3.2 Tes Awal (Pre test)
Pre test dilaksanakan pada tanggal 21 Maret 2014 dengan
menyebarkan skala komunikasi interpersonal yang berjumlah 33 item
pernyataan pada 20 anggota Karang Taruna Citra Suara Muda Salatiga.
Setelah dianalisis terdapat 10 anggota karang taruna yang memiliki
41
komunikasi interpersonal dengan kategori sangat rendah, rendah, dan
cukup rendah. Selanjutnya anggota karang taruna tersebut dibagi secara
random menjadi 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dengan jumlah 5
anggota karang taruna dan kelompok kontrol dengan jumlah 5 karang
taruna. Berdasarkan uji homogenitas yang dibantu dengan SPSS 16.0 for
Windows, dari kedua kelompok dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen, sehingga penelitian dapat dilanjutkan.
4.3.3 Perlakuan
Treatment diberikan dengan memberi layanan bimbingan
kelompok teknik sosiodrama sesuai rancangan program yang sudah dibuat
oleh penulis sebanyak 8 sesi dan dilaksanakan pada jam-jam tertentu
sesuai dengan kesepakatan dengan anggota kelompok. Layanan ini
dikatakan berhasil apabila kelompok eksperimen setelah post test
menunjukkan peningkatan Komunikasi Interpersonal dan hasilnya lebih
tinggi dari kelompok kontrol. Adapun sesi eksperimen dengan layanan
bimbingan kelompok teknik sosiodrama sebagai berikut :
1. Pertemuan pertama (Sesi I)
Sesi pertama dilakukan pada hari Rabu, tanggal 2 April 2014 pukul
15.30 WIB. Penulis menyiapkan satuan layanan bimbingan kelompok
teknik sosiodrama, skenario sosiodrama, serta materi yang akan
diberikan saat layanan berlangsung.
42
a. Tahap pembentukan kelompok (Perencanaan)
Sesi pertama merupakan awal dari pertemuan bimbingan kelompok
teknik sosiodrama yang merupakan tahap pembentukan kelompok.
Kegiatan diawali dengan berdoa, yang dipimpin oleh pemberi layanan.
Selanjutnya, pemberi layanan menjelaskan pengertian, tujuan, asas dan
prosedur dari kegiatan bimbingan kelompok teknik sosiodrama,
menyepakati kontrak waktu, serta memberikan motivasi agar anggota
kelompok antusias dalam mengikuti layanan yang diberikan.
Topik yang dipilih untuk pertemuan pertama yaitu komunikasi
yang baik. Tujuan dari pertemuan pertama ini adalah agar individu dapat
berinteraksi dan berkomunikasi secara baik dengan individu lain, serta
dapat menyampaikan pendapat maupun apa yang ada dalam dirinya
kepada individu lain. Selanjutnya penulis mengajak kelompok untuk
melakukan permainan yaitu permainan “Siapa Dia?”. Permainan ini
dimaksudkan untuk lebih mengenal antar anggota kelompok.
b. Tahap Peralihan
Penulis menegaskan kembali prosedur bimbingan kelompok teknik
sosiodrama dan menanyakan kembali kesiapan anggota kelompok untuk
mengikuti kegiatan selanjutnya.
43
b. Tahap Kegiatan
Tahap kegiatan diawali penulis dengan menjelaskan mengenai
yang akan dibahas, yaitu komunikasi yang baik. Selain itu, penulis juga
menjelaskan prosedur pelaksanaan sosiodrama, yakni sebagai berikut :
a) Fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang
disosiodramakan yakni mengenai komunikasi yang baik.
Kemudian diadakan tanya jawab untuk memperjelas masalah dan
peranan-peranan yang akan dimainkan.
b) Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan
kebutuhan skenarionya, dan memilih individu yang akan
memegang peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat
dilakukan secara suka rela, setelah fasilitator mengemukakan ciri-
ciri masing-masing peran, usulan dari anggota kelompok yang lain,
atau berdasarkan kedua-keduanya.
c) Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya.
Kelompok penonton adalah anggota kelompok lain yang tidak ikut
menjadi pemain atau yang memainkan peran sebagai peran
sampingan. Tugas kelompok penonton adalah untuk
mengobservasi pelaksanaan permainan. Hasil observasi kelompok
penonton merupakan bahas diskusi setelah permainan selesai.
44
d) Setelah semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan untuk
berembug beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana
sosiodrama itu akan dimainkan. Setelah siap, dimulailah
permainan. Masing-masing pemain memerankan perannya
berdasarkan imajinasinya tentang peran yang dimainkannya.
Pemain diharapkan dapat memperagakan konflik-konflik yang
terjadi, mengekspresikan perasaan-perasaan, dan memperagakan
sikap-sikap tertentu sesuai dengan peranan yang dimainkannya.
e) Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai evaluasi
pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan-
tanggapan kelompok penonton. Diskusi diarahkan untuk
membicarakan tanggapan mengenai bagaimana para pemain
membawakan perannya sesuai dengan ciri-ciri masing-masing
peran, cara pemecahan masalah, dan kesan-kesan pemain dalam
memainkan perannya.
f) Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan
permainan atau tidak.
45
Gambar 4.1 menunjukkan kegiatan bimbingan kelompok teknik
sosiodrama yang dilakukan di ruang sekretariat CSM.
Gambar 4.1
c. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi pertama
akan segera berakhir. Penulis mengajak kelompok untuk mengevaluasi
kegiatan yang berlangsung. Penulis juga menjelaskan rencana layanan
sesi selanjutnya dan kegiatan diakhiri dengan do’a.
Berdasarkan hasil penelitian proses berupa observasi penulis
terhadap respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias anggota
sangat tinggi, dibuktikan dengan keterlibatan semua anggota kelompok
dalam memerankan peran masing-masing.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan anggota, penulis
menyimpulkan bahwa melalui kegiatan bimbingan kelompok teknik
46
sosiodrama dengan topik keterbukaan, anggota kelompok dapat melatih
diri untuk berinteraksi dengan orang lain.
2. Pertemuan kedua (Sesi II)
Sesi II dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 4 April 2014 pukul
15.30 WIB. Penulis menyiapkan satuan layanan bimbingan kelompok
teknik sosiodrama, skenario sosiodrama, serta materi yang akan
disampaikan saat layanan berlangsung.
a. Tahap Pembentukan Kelompok (Perencanaan)
Pada tahap ini kegiatan diawali dengan do’a yang dipimpin oleh
salah satu anggota kelompok. Pemberi layanan memberikan motivasi
agar anggota kelompok antusias dalam mengikuti layanan yang
diberikan.
Topik yang dipilih untuk pertemuan kedua yaitu sikap terbuka
dalam kehidupan bermasyarakat. Tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa
mampu menjelaskan makna sikap terbuka dalam kehidupan
bermasyarakat dan memberikan contoh-contoh sikap saling terbuka
dalam kehidupan bermasyarakat. Selanjutnya penulis mengajak anggota
kelompok untuk melakukan permainan yaitu permainan “Cerita Bakso”.
Permainan ini dimaksudkan untuk menyegarkan kembali anggota
kelompok sehingga semakin bersemangat dalam mengikuti layanan.
47
b. Tahap Peralihan
Penulis menegaskan kembali prosedur layanan bimbingan
kelompok teknik sosiodrama dan menanyakan kesiapan anggota untuk
mengikuti kegiatan selanjutnya.
b. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan menjelaskan tentang topik
yang akan dibahas, yaitu sikap saling terbuka dalam kehidupan
bermasyarakat. Selain itu, penulis juga menjelaskan prosedur
pelaksanaan sosiodrama, yakni sebagai berikut :
a) Fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang
disosiodramakan yakni sikap saling terbuka dalam kehidupan
bermasyarakat. Kemudian diadakan tanya jawab untuk
memperjelas masalah dan peranan-peranan yang akan dimainkan.
b) Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan
kebutuhan skenarionya, dan memilih individu yang akan
memegang peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat
dilakukan secara suka rela, setelah fasilitator mengemukakan ciri-
ciri masing-masing peran, usulan dari anggota kelompok yang lain,
atau berdasarkan kedua-keduanya.
c) Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya.
Kelompok penonton adalah anggota kelompok lain yang tidak ikut
48
menjadi pemain atau yang memainkan peran sebagai peran
sampingan. Tugas kelompok penonton adalah untuk
mengobservasi pelaksanaan permainan. Hasil observasi kelompok
penonton merupakan bahas diskusi setelah permainan selesai.
d) Setelah semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan untuk
berembug beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana
sosiodrama itu akan dimainkan. Setelah siap, dimulailah
permainan. Masing-masing pemain memerankan perannya
berdasarkan imajinasinya tentang peran yang dimainkannya.
Pemain diharapkan dapat memperagakan konflik-konflik yang
terjadi, mengekspresikan perasaan-perasaan, dan memperagakan
sikap-sikap tertentu sesuai dengan peranan yang dimainkannya.
e) Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai evaluasi
pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan-
tanggapan kelompok penonton. Diskusi diarahkan untuk
membicarakan tanggapan mengenai bagaimana para pemain
membawakan perannya sesuai dengan ciri-ciri masing-masing
peran, cara pemecahan masalah, dan kesan-kesan pemain dalam
memainkan perannya.
f) Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan
permainan atau tidak.
49
Gambar 4.2 menunjukkan kegiatan bimbingan kelompok teknik
sosiodrama yang dilakukan di ruang sekretariat CSM.
Gambar 4.2
c. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi kedua
akan segera berakhir. Penulis mengajak kelompok untuk mengevaluasi
kegiatan yang berlangsung. Penulis juga menjelaskan rencana layanan
sesi selanjutnya dan kegiatan diakhiri dengan do’a.
Berdasarkan hasil penelitian proses berupa observasi penulis
terhadap respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias anggota
sangat tinggi, dibuktikan dengan keterlibatan semua anggota dalam
memerankan peran masing-masing.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan anggota, penulis
menyimpulkan bahwa melalui kegiatan bimbingan kelompok teknik
50
sosiodrama dengan topik sikap terbuka dalam kehidupan bermasyarakat ,
anggota kelompok dapat melatih diri untuk bersikap lebih terbuka dalam
kehidupan bermasyarakat dan mampu mengutarakan hal yang terpendam
dalam diri anggota kelompok.
3. Pertemuan ketiga (Sesi III)
Sesi III dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 5 April 2014 pukul
15.30 WIB. Penulis menyiapkan satuan layanan bimbingan kelompok
teknik sosiodrama, skenario sosiodrama, serta materi yang digunakan.
a. Tahap Pembentukan Kelompok (Perencanaan)
Pada tahap ini kegiatan diawali dengan do’a yang dipimpin oleh
salah satu anggota kelompok. Pemberi layanan memberikan motivasi
agar anggota kelompok antusias dalam mengikuti layanan.
Topik yang dipilih untuk pertemuan kedua yaitu menumbuhkan
rasa empati. Tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa mampu menjelaskan
cara menumbuhkan rasa empati dan melatih diri untuk dapat
menumbuhkan rasa empati yang dimiliki. Selanjutnya penulis mengajak
anggota kelompok untuk melakukan permainan yaitu “Bercermin”.
Permainan ini dimaksudkan untuk menyegarkan kembali anggota
kelompok sehingga semakin bersemangat dalam mengikuti layanan.
51
b. Tahap Peralihan
Penulis menegaskan kembali prosedur layanan bimbingan
kelompok teknik sosiodrama dan menanyakan kesiapan anggota untuk
mengikuti kegiatan selanjutnya.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan menjelaskan tentang topik
yang akan dibahas, yaitu menumbuhkan rasa empati. Penulis juga
menjelaskan prosedur pelaksanaan sosiodrama, yakni sebagai berikut :
a) Fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang
disosiodramakan yakni mengenai komunikasi yang baik.
Kemudian diadakan tanya jawab untuk memperjelas masalah dan
peranan-peranan yang akan dimainkan.
b) Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan
kebutuhan skenarionya, dan memilih individu yang akan
memegang peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat
dilakukan secara suka rela, setelah fasilitator mengemukakan ciri-
ciri masing-masing peran, usulan dari anggota kelompok yang lain,
atau berdasarkan kedua-keduanya.
c) Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya.
Kelompok penonton adalah anggota kelompok lain yang tidak ikut
menjadi pemain atau yang memainkan peran sebagai peran
52
sampingan. Tugas kelompok penonton adalah untuk
mengobservasi pelaksanaan permainan. Hasil observasi kelompok
penonton merupakan bahas diskusi setelah permainan selesai.
d) Setelah semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan untuk
berembug beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana
sosiodrama itu akan dimainkan. Setelah siap, dimulailah
permainan. Masing-masing pemain memerankan perannya
berdasarkan imajinasinya tentang peran yang dimainkannya.
Pemain diharapkan dapat memperagakan konflik-konflik yang
terjadi, mengekspresikan perasaan-perasaan, dan memperagakan
sikap-sikap tertentu sesuai dengan peranan yang dimainkannya.
e) Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai evaluasi
pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan-
tanggapan kelompok penonton. Diskusi diarahkan untuk
membicarakan tanggapan mengenai bagaimana para pemain
membawakan perannya, cara pemecahan masalah, dan kesan-kesan
pemain dalam memainkan perannya.
f) Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan
permainan atau tidak.
53
Gambar 4.3 menunjukkan kegiatan bimbingan kelompok teknik
sosiodrama yang dilakukan di ruang sekretariat CSM.
Gambar 4.3
b. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi ketiga
akan segera berakhir. Penulis mengajak kelompok untuk mengevaluasi
kegiatan yang berlangsung. Penulis juga menjelaskan rencana layanan
sesi selanjutnya dan kegiatan diakhiri dengan do’a.
Berdasarkan hasil penelitian proses berupa observasi penulis
terhadap respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias anggota
sangat tinggi, dibuktikan dengan keterlibatan semua anggota dalam
memerankan peran masing-masing.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan anggota, penulis
menyimpulkan bahwa melalui kegiatan bimbingan kelompok teknik
54
sosiodrama dengan topik menumbuhkan rasa empati, anggota kelompok
dapat melatih diri untuk lebih memiliki rasa empati terhadap orang lain.
4. Pertemuan keempat (Sesi IV)
Sesi IV dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 6 April 2014
pukul 15.30 WIB. Penulis menyiapkan satuan layanan bimbingan
kelompok teknik sosiodrama, skenario sosiodrama, serta materi yang
akan disampaikan saat layanan berlangsung.
a. Tahap Pembentukan Kelompok (Perencanaan)
Pada tahap ini kegiatan diawali dengan do’a yang dipimpin oleh
salah satu anggota kelompok. Pemberi layanan memberikan motivasi
agar anggota kelompok antusias dalam mengikuti layanan.
Topik yang dipilih untuk pertemuan keempat yaitu empati dalam
komunikasi. Tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa mampu menjelaskan
makna empati dalam komunikasi dan mampu mengubah sikap menjadi
olebih empati ketika berkmunikasi. Selanjutnya penulis mengajak
anggota kelompok untuk melakukan permainan yaitu “Lempar Spidol”.
Permainan ini dimaksudkan untuk menyegarkan kembali anggota
kelompok sehingga semakin bersemangat dalam mengikuti layanan.
55
b. Tahap Peralihan
Penulis menegaskan kembali prosedur layanan bimbingan
kelompok teknik sosiodrama dan menanyakan kesiapan anggota untuk
mengikuti kegiatan selanjutnya.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan menjelaskan tentang topik
yang akan dibahas, yaitu empati dalam komunikasi. Penulis juga
menjelaskan prosedur pelaksanaan sosiodrama, yakni sebagai berikut :
a) Fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang
disosiodramakan yakni empati dalam komunikasi. Kemudian
diadakan tanya jawab untuk memperjelas masalah dan peranan-
peranan yang akan dimainkan.
b) Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan
kebutuhan skenarionya, dan memilih individu yang akan
memegang peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat
dilakukan secara suka rela, setelah fasilitator mengemukakan ciri-
ciri masing-masing peran, usulan dari anggota kelompok yang lain,
atau berdasarkan kedua-keduanya.
c) Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya.
Kelompok penonton adalah anggota kelompok lain yang tidak ikut
menjadi pemain atau yang memainkan peran sebagai peran
56
sampingan. Tugas kelompok penonton adalah untuk
mengobservasi pelaksanaan permainan. Hasil observasi kelompok
penonton merupakan bahas diskusi setelah permainan selesai.
d) Setelah semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan untuk
berembug beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana
sosiodrama itu akan dimainkan. Setelah siap, dimulailah
permainan. Masing-masing pemain memerankan perannya
berdasarkan imajinasinya tentang peran yang dimainkannya.
Pemain diharapkan dapat memperagakan konflik-konflik yang
terjadi, mengekspresikan perasaan-perasaan, dan memperagakan
sikap-sikap tertentu sesuai dengan peranan yang dimainkannya.
e) Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai evaluasi
pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan
penonton. Diskusi diarahkan untuk membicarakan tanggapan
mengenai bagaimana para pemain membawakan perannya sesuai
dengan ciri-ciri masing-masing peran, cara pemecahan masalah,
dan kesan-kesan pemain dalam memainkan perannya.
f) Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan
permainan atau tidak.
57
Gambar 4.4 menunjukkan kegiatan bimbingan kelompok teknik
sosiodrama yang dilakukan di ruang sekretariat CSM.
Gambar 4.4
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi keempat
akan segera berakhir. Penulis mengajak kelompok untuk mengevaluasi
kegiatan yang berlangsung. Penulis juga menjelaskan rencana layanan
sesi selanjutnya dan kegiatan diakhiri dengan do’a.
Berdasarkan hasil penelitian proses berupa observasi penulis
terhadap respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias anggota
sangat tinggi, dibuktikan dengan keterlibatan semua anggota dalam
memerankan peran masing-masing.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan anggota, penulis
menyimpulkan bahwa melalui kegiatan bimbingan kelompok teknik
58
sosiodrama dengan topik empati dalam komunikasi, anggota dapat
melatih diri untuk lebih berempati saat berkomunikasi.
5. Pertemuan kelima (Sesi V)
Sesi V dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 9 April 2014 pukul
15.30 WIB. Penulis menyiapkan satuan layanan bimbingan kelompok
teknik sosiodrama, skenario sosiodrama, serta materi yang digunakan.
a. Tahap Pembentukan Kelompok (Perencanaan)
Pada tahap ini kegiatan diawali dengan do’a yang dipimpin oleh
salah satu anggota kelompok. Pemberi layanan memberikan motivasi
agar anggota kelompok antusias dalam mengikuti layanan.
Topik yang dipilih untuk pertemuan kelima yaitu menjalin
kerjasama dengan orang lain. Tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa
mampu menjelaskan cara menjalin kerjasama dengan orang lain dan
dapat melatih diri untuk menjalin kerjasama dengan orang lain.
Selanjutnya penulis mengajak anggota kelompok untuk melakukan
permainan yaitu permainan “Kapal Karam”. Permainan ini dimaksudkan
untuk menyegarkan kembali anggota kelompok sehingga semakin
bersemangat dalam mengikuti layanan.
59
b. Tahap Peralihan
Penulis menegaskan kembali prosedur layanan bimbingan
kelompok teknik sosiodrama dan menanyakan kesiapan anggota untuk
mengikuti kegiatan selanjutnya.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan menjelaskan tentang topik
yang akan dibahas, yaitu menjalin kerjasama dengan orang lain. Penulis
juga menjelaskan prosedur pelaksanaan sosiodrama, sebagai berikut :
a) Fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang
disosiodramakan yakni menjalin kerjasama dengan orang lain.
Kemudian diadakan tanya jawab untuk memperjelas masalah dan
peranan-peranan yang akan dimainkan.
b) Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan
kebutuhan skenarionya, dan memilih individu yang akan
memegang peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat
dilakukan secara suka rela, setelah fasilitator mengemukakan ciri-
ciri masing-masing peran, usulan dari anggota kelompok yang lain,
atau berdasarkan kedua-keduanya.
c) Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya.
Kelompok penonton adalah anggota kelompok lain yang tidak ikut
menjadi pemain atau yang memainkan peran sebagai peran
60
sampingan. Tugas kelompok penonton adalah untuk
mengobservasi pelaksanaan permainan. Hasil observasi kelompok
penonton merupakan bahas diskusi setelah permainan selesai.
d) Setelah semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan untuk
berembug beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana
sosiodrama itu akan dimainkan. Setelah siap, dimulailah
permainan. Masing-masing pemain memerankan perannya
berdasarkan imajinasinya tentang peran yang dimainkannya.
Pemain diharapkan dapat memperagakan konflik-konflik yang
terjadi, mengekspresikan perasaan-perasaan, dan memperagakan
sikap-sikap tertentu sesuai dengan peranan yang dimainkannya.
e) Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai evaluasi
pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan-
tanggapan kelompok penonton. Diskusi diarahkan untuk
membicarakan tanggapan mengenai bagaimana para pemain
membawakan perannya, cara pemecahan masalah, dan kesan-kesan
pemain dalam memainkan perannya.
f) Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan
permainan atau tidak.
61
Gambar 4.5 menunjukkan kegiatan bimbingan kelompok teknik
sosiodrama yang dilakukan di ruang sekretariat CSM.
Gambar 4.5
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi kelima
akan segera berakhir. Penulis mengajak kelompok untuk mengevaluasi
kegiatan yang berlangsung. Penulis juga menjelaskan rencana layanan
sesi selanjutnya dan kegiatan diakhiri dengan do’a.
Berdasarkan hasil penelitian proses berupa observasi penulis
terhadap respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias anggota
sangat tinggi, dibuktikan dengan keterlibatan semua anggota dalam
memerankan peran masing-masing.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan anggota, penulis
menyimpulkan bahwa melalui kegiatan bimbingan kelompok teknik
62
sosiodrama dengan topik menjalin kerjasama dengan orang lain, anggota
kelompok dapat melatih diri untuk menjalin kerjasama dengan orang lain
6. Pertemuan keenam (Sesi VI)
Sesi VI dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 11 April 2014
pukul 15.30 WIB. Penulis menyiapkan satuan layanan bimbingan
kelompok teknik sosiodrama, skenario sosiodrama, serta materi yang
akan disampaikan saat layanan berlangsung.
a. Tahap Pembentukan Kelompok (Perencanaan)
Pada tahap ini kegiatan diawali dengan do’a yang dipimpin oleh
salah satu anggota kelompok. Pemberi layanan memberikan motivasi
agar anggota kelompok antusias dalam mengikuti layanan.
Topik yang dipilih untuk pertemuan keenam yaitu berbagi
motivasi. Tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa mampu menjelaskan
makna cara berbagi motivasi dan berlatih untuk dapat berbagi motivasi
kepada orang lain, terutama kepada orang terdekat. Selanjutnya penulis
mengajak anggota kelompok untuk melakukan permainan yaitu “Badai
Berhembus”. Permainan ini dimaksudkan untuk menyegarkan kembali
anggota sehingga semakin bersemangat dalam mengikuti layanan.
63
b. Tahap Peralihan
Penulis menegaskan kembali prosedur layanan bimbingan
kelompok teknik sosiodrama dan menanyakan kesiapan anggota untuk
mengikuti kegiatan selanjutnya.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan menjelaskan tentang topik
yang akan dibahas, yaitu berbagi motivasi. Selain itu, penulis juga
menjelaskan prosedur pelaksanaan sosiodrama, yakni sebagai berikut :
a) Fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang
disosiodramakan yakni mengenai berbagi motivasi. Kemudian
diadakan tanya jawab untuk memperjelas masalah dan peranan-
peranan yang akan dimainkan.
b) Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan
kebutuhan skenarionya, dan memilih individu yang akan
memegang peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat
dilakukan secara suka rela, setelah fasilitator mengemukakan ciri-
ciri masing-masing peran, usulan dari anggota kelompok yang lain,
atau berdasarkan kedua-keduanya.
c) Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya.
Kelompok penonton adalah anggota kelompok lain yang tidak ikut
menjadi pemain atau yang memainkan peran sebagai peran
64
sampingan. Tugas kelompok penonton adalah untuk
mengobservasi pelaksanaan permainan. Hasil observasi kelompok
penonton merupakan bahas diskusi setelah permainan selesai.
d) Setelah semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan untuk
berembug beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana
sosiodrama itu akan dimainkan. Setelah siap, dimulailah
permainan. Masing-masing pemain memerankan perannya
berdasarkan imajinasinya tentang peran yang dimainkannya.
Pemain diharapkan dapat memperagakan konflik-konflik yang
terjadi, mengekspresikan perasaan-perasaan, dan memperagakan
sikap-sikap tertentu sesuai dengan peranan yang dimainkannya.
e) Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai evaluasi
pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan-
tanggapan kelompok penonton. Diskusi diarahkan untuk
membicarakan tanggapan mengenai bagaimana para pemain
membawakan perannya, cara pemecahan masalah, dan kesan-kesan
pemain dalam memainkan perannya.
f) Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan
permainan atau tidak.
65
Gambar 4.6 menunjukkan kegiatan bimbingan kelompok teknik
sosiodrama yang dilakukan di ruang sekretariat CSM.
Gambar 4.6
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi keenam
akan segera berakhir. Penulis mengajak kelompok untuk mengevaluasi
kegiatan yang berlangsung. Penulis juga menjelaskan rencana layanan
sesi selanjutnya dan kegiatan diakhiri dengan do’a.
Berdasarkan hasil penelitian proses berupa observasi penulis
terhadap respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias anggota
sangat tinggi, dibuktikan dengan keterlibatan semua anggota dalam
memerankan peran masing-masing.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan anggota, penulis
menyimpulkan bahwa melalui kegiatan bimbingan kelompok teknik
66
sosiodrama dengan topik berbagi motivasi, anggota kelompok dapat
melatih diri untuk dapat berbagi motivasi kepada orang lain.
7. Pertemuan ketujuh (Sesi VII)
Sesi VII dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 12 April 2014
pukul 15.30 WIB. Penulis menyiapkan satuan layanan bimbingan
kelompok teknik sosiodrama, skenario sosiodrama, serta materi yang
akan disampaikan saat layanan berlangsung.
a. Tahap Pembentukan Kelompok (Perencanaan)
Pada tahap ini kegiatan diawali dengan do’a yang dipimpin oleh
salah satu anggota kelompok. Pemberi layanan memberikan motivasi
agar anggota kelompok antusias dalam mengikuti layanan .
Topik yang dipilih untuk pertemuan ketujuh berpikir positif.
Tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa mampu menjelaskan makna
berpikir positif, menyebutkan manfaat berpikir positif, serta
membiasakan diri untuk berpikir positif. Selanjutnya penulis mengajak
anggota kelompok untuk melakukan permainan yaitu “Imajinasi”.
Permainan ini dimaksudkan untuk menyegarkan kembali anggota
kelompok sehingga semakin bersemangat dalam mengikuti layanan.
67
b. Tahap Peralihan
Penulis menegaskan kembali prosedur layanan bimbingan
kelompok teknik sosiodrama dan menanyakan kesiapan anggota untuk
mengikuti kegiatan selanjutnya.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan menjelaskan tentang topik
yang akan dibahas, yaitu berpikir positif. Selain itu, penulis juga
menjelaskan prosedur pelaksanaan sosiodrama, yakni sebagai berikut :
a) Fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang
disosiodramakan yakni mengenai berpikir positif. Kemudian
diadakan tanya jawab untuk memperjelas masalah dan peranan-
peranan yang akan dimainkan.
b) Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan
kebutuhan skenarionya, dan memilih individu yang akan
memegang peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat
dilakukan secara suka rela, setelah fasilitator mengemukakan ciri-
ciri masing-masing peran, usulan dari anggota kelompok yang lain,
atau berdasarkan kedua-keduanya.
c) Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya.
Kelompok penonton adalah anggota kelompok lain yang tidak ikut
menjadi pemain atau yang memainkan peran sebagai peran
68
sampingan. Tugas kelompok penonton adalah untuk
mengobservasi pelaksanaan permainan. Hasil observasi kelompok
penonton merupakan bahas diskusi setelah permainan selesai.
d) Setelah semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan untuk
berembug beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana
sosiodrama itu akan dimainkan. Setelah siap, dimulailah
permainan. Masing-masing pemain memerankan perannya
berdasarkan imajinasinya tentang peran yang dimainkannya.
Pemain diharapkan dapat memperagakan konflik-konflik yang
terjadi, mengekspresikan perasaan-perasaan, dan memperagakan
sikap-sikap tertentu sesuai dengan peranan yang dimainkannya.
e) Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai evaluasi
pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan-
tanggapan kelompok penonton. Diskusi diarahkan untuk
membicarakan tanggapan mengenai bagaimana para pemain
membawakan perannya sesuai dengan ciri-ciri masing-masing
peran, cara pemecahan masalah, dan kesan-kesan pemain dalam
memainkan perannya.
f) Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan
permainan atau tidak.
69
Gambar 4.7 menunjukkan kegiatan bimbingan kelompok teknik
sosiodrama yang dilakukan di ruang sekretariat CSM.
Gambar 4.7
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi ketujuh
akan segera berakhir. Penulis mengajak kelompok untuk mengevaluasi
kegiatan yang berlangsung. Penulis juga menjelaskan rencana layanan
sesi selanjutnya dan kegiatan diakhiri dengan do’a.
Berdasarkan hasil penelitian proses berupa observasi penulis
terhadap respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias anggota
sangat tinggi, dibuktikan dengan keterlibatan semua anggota dalam
memerankan peran masing-masing.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan anggota, penulis
menyimpulkan bahwa melalui kegiatan bimbingan kelompok teknik
70
sosiodrama dengan topik berpikir positif, anggota kelompok dapat lebih
memiliki pikiran yang positif dalam menghadapi berbagai hal yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
8. Pertemuan kedelapan (Sesi VIII)
Sesi VIII dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 13 April 2014
pukul 15.30 WIB. Penulis menyiapkan satuan layanan bimbingan
kelompok teknik sosiodrama, skenario sosiodrama, serta materi layanan
yang akan disampaikan saat layanan berlangsung.
a. Tahap Pembentukan Kelompok (Perencanaan)
Pada tahap ini kegiatan diawali dengan do’a yang dipimpin oleh
salah satu anggota kelompok. Pemberi layanan memberikan motivasi
agar anggota kelompok antusias dalam mengikuti layanan.
Topik yang dipilih untuk pertemuan kedelapan yaitu menghargai
perbedaan pendapat. Tujuan yang ingin dicapai yaitu siswa mampu
menjelaskan makna menghargai perbedaan pendapat dan bersikap lebih
menghargai perbedaan pendapat. Selanjutnya penulis mengajak anggota
kelompok untuk melakukan permainan yaitu permainan “Berdirilah
Jika”. Permainan ini dimaksudkan untuk menyegarkan kembali anggota
kelompok sehingga semakin bersemangat dalam mengikuti layanan.
71
b. Tahap Peralihan
Penulis menegaskan kembali prosedur layanan bimbingan
kelompok teknik sosiodrama dan menanyakan kesiapan anggota untuk
mengikuti kegiatan selanjutnya.
c. Tahap Kegiatan (Pelaksanaan)
Tahap kegiatan diawali penulis dengan menjelaskan tentang topik
yang akan dibahas, yaitu menghargai perbedaan pendapat. Selain itu,
penulis juga menjelaskan prosedur pelaksanaan sosiodrama, yakni
sebagai berikut :
a) Fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang
disosiodramakan yakni menghargai perbedaan pendapat.
Kemudian diadakan tanya jawab untuk memperjelas masalah dan
peranan-peranan yang akan dimainkan.
b) Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan
kebutuhan skenarionya, dan memilih individu yang akan
memegang peran tertentu. Pemilihan pemegang peran dapat
dilakukan secara suka rela, setelah fasilitator mengemukakan ciri-
ciri masing-masing peran, usulan dari anggota kelompok yang lain,
atau berdasarkan kedua-keduanya.
c) Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya.
Kelompok penonton adalah anggota kelompok lain yang tidak ikut
72
menjadi pemain atau yang memainkan peran sebagai peran
sampingan. Tugas kelompok penonton adalah untuk
mengobservasi pelaksanaan permainan. Hasil observasi kelompok
penonton merupakan bahas diskusi setelah permainan selesai.
d) Setelah semua peran terisi, para pemain diberi kesempatan untuk
berembug beberapa menit untuk menyiapkan diri bagaimana
sosiodrama itu akan dimainkan. Setelah siap, dimulailah
permainan. Masing-masing pemain memerankan perannya
berdasarkan imajinasinya tentang peran yang dimainkannya.
Pemain diharapkan dapat memperagakan konflik-konflik yang
terjadi, mengekspresikan perasaan-perasaan, dan memperagakan
sikap-sikap tertentu sesuai dengan peranan yang dimainkannya.
e) Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai evaluasi
pelaksanaan permainan berdasarkan hasil observasi dan tanggapan-
tanggapan kelompok penonton. Diskusi diarahkan untuk
membicarakan tanggapan mengenai bagaimana para pemain
membawakan perannya sesuai dengan ciri-ciri masing-masing
peran, cara pemecahan masalah, dan kesan-kesan pemain dalam
memainkan perannya.
f) Dari hasil diskusi dapat ditentukan apakah perlu diadakan ulangan
permainan atau tidak.
73
Gambar 4.8 menunjukkan kegiatan bimbingan kelompok teknik
sosiodrama yang dilakukan di ruang sekretariat CSM.
Gambar 4.8
d. Tahap Penutup (Penilaian)
Dalam kegiatan penutup, penulis menjelaskan bahwa sesi
kedelapan akan segera berakhir. Penulis mengajak kelompok untuk
mengevaluasi kegiatan yang berlangsung. Penulis juga menjelaskan
rencana layanan sesi selanjutnya dan kegiatan diakhiri dengan do’a.
Berdasarkan hasil penelitian proses berupa observasi penulis
terhadap respon anggota kelompok, diketahui bahwa antusias anggota
sangat tinggi, dibuktikan dengan keterlibatan semua anggota dalam
memerankan peran masing-masing.
Berdasarkan evaluasi yang diberikan anggota, penulis
menyimpulkan bahwa melalui kegiatan bimbingan kelompok teknik
74
sosiodrama dengan topik menghargai perbedaan pendapat, anggota dapat
melatih diri untuk lebih menghargai pendapat orang lain.
4.3.4 Test Akhir (Post test)
Post test dilaksanakan pada hari Sabtu, 19 April 2014 dengan
menyebarkan skala komunikasi interpersonal yang berjumlah 33 item
pernyataan pada subjek penelitian, yaitu 10 anggota Karang Taruna Citra
Suara Muda Soka Salatiga. Lima anggota karang taruna pada kelompok
eksperimen dan lima anggota karang taruna pada kelompok kontrol. Tabel
4.4 di bawah ini akan dijelaskan mengenai skor pre test dan post test skala
komunikasi interpersonal kelompok eksperimen
Tabel 4.4 Hasil pre test dan post test skala komunikasi
interpersonal kelompok eksperimen
Nama Keterbukaan Empati Dukungan Kepositifan Kesetaraan Jumlah
KE Pre
test
Post
test
Pre
test
Post
test
Pre
test
Post
test
Pre
test
Post
test
Pre
test
Post
test
Pre
test
Post
test
AN 23 31 18 24 15 20 12 18 12 20 80 113
RV 16 29 13 20 10 25 9 17 11 19 59 110
OK 28 28 23 30 20 25 18 24 21 29 110 136
DN 28 33 20 30 21 22 20 22 18 25 107 132
IN 26 30 26 29 17 19 18 21 20 26 107 125
121 151 100 133 83 111 77 102 82 119 463 616
75
Dari tabel 4.4 diketahui bahwa terdapat peningkatan skor skala
komunikasi interpersonal masing-masing subjek penelitian pada kelompok
eksperimen. Skor skala komunikasi interpersonal pre test kelompok
eksperimen menyatakan bahwa 5 subjek penelitian merupakan remaja
yang memiliki komunikasi interpersonal kategori sangat rendah yaitu skor
antara 33-59, kategori rendah yaitu skor 60-86, kategori sedang yaitu skor
114-140. Sedangkan pada hasil post test skala komunikasi interpersonal
yang telah disebarkan, diketahui bahwa skor skala komunikasi
interpersonal masing-masing remaja meningkat, yakni kedalam kategori
sedang yaitu skor 114-140, dan berkategori tinggi yaitu skor 141-167.
Hasil pre test dan post test kelompok eksperimen akan dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis Mann Whitney. Analisis data menggunakan
Statistical Product and Service Solution for Windows (SPSS) versi 1.6.
4.4 Analisis Data
4.4.1 Analisis Data Observasi
Observasi dilaksanakan pada saat pemberian layanan bimbingan
kelompok teknik sosiodrama. Observasi dilakukan oleh pemberi layanan dan
kelompok penonton. Lembar observasi terlampir pada setiap satuan layanan
bimbingan kelompok, dan dari lembar observasi tersebut dapat terlihat hasil
observasi anggota kelompok saat diberikan layanan.
76
Tabel 4.5 merupakan lembar observasi oleh pemberi layanan pada saat
layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama berlangsung, yakni pada sesi
I, sesi II, sesi IV, sesi V, sesi VI, sesi VII, dan sesi VIII.
Tabel 4.5 Tabel lembar observasi pemberi layanan sesi I, sesi II, sesi IV,
sesi V, sesi VI, sesi VII, sesi VIII
Aspek yang diobservasi Sangat
Baik Baik
Cukup
Baik
Kurang
Baik
Antusias anggota kelompok
Partisipasi anggota kelompok
Respon anggota kelompok
Kelancaran layanan
Suasana layanan
Catatan khusus :
Berdasarkan hasil lembar observasi layanan bimbingan kelompok
teknik sosiodrama oleh pemberi layanan pada sesi I, sesi II, sesi IV, sesi V,
sesi VI, sesi VII, dan sesi VIII dapat disimpulkan bahwa pada aspek antusias
anggota kelompok, partisipasi anggota kelompok, serta respon anggota
kelompok termasuk kedalam kategori sangat baik, dan untuk aspek kelancaran
layanan dan suasana layanan termasuk kedalam kategori baik.
Berikut merupakan hasil lembar observasi oleh kelompok penonton
saat layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama pada sesi I, sesi II, sesi
IV, sesi V, sesi VI, sesi VII, sesi VIII berlangsung.
77
Tabel 4.6 Tabel lembar observasi oleh kelompok penonton sesi I, sesi II,
sesi IV, sesi V, sesi VI, sesi VII, sesi VIII
Aspek yang diobservasi Sangat
Baik Baik
Cukup
Baik
Kurang
Baik
Manfaat layanan
Respon anggota kelompok
Antusias anggota kelompok
Catatan khusus :
Berdasarkan hasil lembar observasi layanan bimbingan kelompok
teknik sosiodrama oleh kelompok penonton pada sesi I, sesi II, sesi IV, sesi V,
sesi V, sesi VI, sesi VII, sesi VIII dapat disimpulkan pada aspek manfaat
layanan, respon anggota kelompok, dan antusias anggota kelompok termasuk
kedalam kategori sangat baik.
Berikut merupakan hasil lembar observasi oleh pemberi layanan saat
layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama sesi III berlangsung.
Tabel 4.7 Tabel lembar observasi pemberi layanan sesi III
Aspek yang diobservasi Sangat
Baik Baik
Cukup
Baik
Kurang
Baik
Antusias anggota kelompok
Partisipasi anggota kelompok
Respon anggota kelompok
Kelancaran layanan
Suasana layanan
Catatan khusus :
78
Berdasarkan hasil lembar observasi layanan bimbingan kelompok
teknik sosiodrama oleh pemberi layanan pada sesi III dapat disimpulkan
bahwa pada aspek antusias anggota kelompok dan partisipasi anggota
kelompok termasuk kedalam kategori sangat baik, dan untuk aspek respon
anggota kelompok, kelancaran layanan, dan suasana layanan termasuk
kedalam kategori baik.
Berikut merupakan hasil lembar observasi oleh kelompok penonton
saat layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama pada sesi III
berlangsung.
Tabel 4.8 Tabel lembar observasi oleh kelompok penonton sesi III
Aspek yang diobservasi Sangat
Baik Baik
Cukup
Baik
Kurang
Baik
Manfaat layanan
Respon anggota kelompok
Antusias anggota kelompok
Catatan khusus :
Berdasarkan hasil lembar observasi layanan bimbingan kelompok
teknik sosiodrama oleh kelompok penonton pada sesi III dapat disimpulkan
pada aspek manfaat layanan, respon anggota kelompok, dan antusias anggota
kelompok termasuk kedalam kategori sangat baik.
79
4.4.2 Analisis Data Skala Komunikasi Interpersonal
Analisis data menggunakan teknik analisis Mann Whitney. Data yang
dianalisis adalah data skor post test skala komunikasi interpersonal pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4.9 merupakan perbandingan hasil post test skala komunikasi
interpersonal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Tabel 4.9 Tabel perbandingan hasil post test skala komunikasi
interpersonal pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
Nama Keterbukaan Empati Dukungan Kepositifan Kesetaraan Jumlah
KE KK KE KK KE KK KE KK KE KK KE KK KE KK
AN SP 31 21 24 15 20 9 18 8 20 12 113 65
RV DU 29 27 10 17 25 13 17 16 19 20 110 93
OK ND 28 24 30 22 25 18 24 18 29 20 136 102
DN EV 33 30 30 24 22 20 22 17 25 21 132 112
IN PR 30 21 29 18 19 19 21 12 26 16 125 86
151 123 133 96 111 79 102 71 119 89 616 458
Berikut merupakan hasil analisis data perbandingan hasil post test
skala komunikasi interpersonal pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol yang diuji menggunakan analisis data Mann Whithey.
80
Tabel 4.10 Hasil analisis data perbandingan hasil post test skala
komunikasi interpersonal pada kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Jumlah kelompok eksperimen 5 7.80 39.00
kelompok kontrol 5 3.20 16.00
Total 10
Test Statisticsb
Jumlah
Mann-Whitney U 1.000
Wilcoxon W 16.000
Z -2.402
Asymp. Sig. (2-tailed) .016
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .016a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0, diketahui
bahwa terdapat perbedaan antara mean rank kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol. Setelah diberikan treatment berupa layanan bimbingan
kelompok teknik sosiodrama pada kelompok eksperimen, mean rank hasil
skala komunikasi interpersonal pada kelompok eksperimen sebesar 7.80.
81
Sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak mendapatkan treatment berupa
layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama, mean rank hasil skala
komunikasi interpersonal pada kelompok kontrol sebesar 3.20. Sehingga,
mean rank hasil skala komunikasi interpersonal kelompok eksperimen lebih
besar dibandingkan mean rank hasil skala komunikasi interpersonal kelompok
kontrol.
Berdasarkan hasil analisis di atas, diketahui bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara hasil skala komunikasi interpersonal kelompok eksperimen
dengan hasil skala komunikasi interpersonal kelompok kontrol. Hal tersebut
dibuktikan dengan hasil Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0.016 < 0.050.
Berikut merupakan hasil analisis data perbandingan hasil pre test dan
post test skala komunikasi interpersonal yang diuji menggunakan analisis data
Mann Whitney.
Tabel 4.11 Hasil analisis data perbandingan hasil pre test dan post
test skala komunikasi interpersonal pada kelompok eksperimen
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Jumlah pre test 5 3.10 15.50
post test 5 7.90 39.50
Total 10
82
Test Statisticsb
Jumlah
Mann-Whitney U .500
Wilcoxon W 15.500
Z -2.522
Asymp. Sig. (2-tailed) .012
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Berdasarkan hasil analisis data menggunakan SPSS 16.0, diketahui
bahwa terdapat perbedaan antara mean rank hasil pre test dan post test skala
komunikasi interpersonal pada kelompok eksperimen. Mean rank hasil pre
test skala komunikasi interpersonal adalah 3.10, sedangkan mean rank post
test skala komunikasi interpersonal adalah 7.90. Mean rank hasil post test
skala komunikasi interpersonal lebih besar dibanding hasil pre test skala
komunikasi interpersonal pada kelompok eksperimen.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara hasil pre test dan post test skala komunikasi
interpersonal pada kelompok eksperimen. Hal tersebut dibuktikan dengan
hasil Asymp. Sig (2-tailed) hasil analisis berjumlah 0.012 < 0.050.
83
4.5 Uji Hipotesis
Hipotesis yang diajukan penulis adalah layanan bimbingan kelompok
teknik sosiodrama dapat meningkatkan komunikasi interpersonal pada remaja
Karang taruna Citra Suara Muda Soka Salatiga.
Berdasarkan hasil analisis data yang membandingkan hasil post test
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang menghasilkan Asymp. Sig
(2-tailed) sebesar 0.016 < 0.050 sehingga dinyatakan ada perbedaan yang
signifikan antara hasil post test kelompok kontrol dengan kelompok
eksperimen. Selain itu, ada peningkatan komunikasi interpersonal yang
signifikan, dibuktikan dengan hasil analisis data hasil pre test dan post test
kelompok eksperimen dengan hasil Asymp Sig (2-tailed) 0.012<0.050
sehingga dinyatakan signifikan. Berdasarkan hasil analisis data tersebut maka
hipotesis yang diajukan penulis dapat diterima.
4.6 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data yang membandingkan hasil post test
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang menghasilkan Asymp. Sig
(2-tailed) sebesar 0.016 < 0.050 sehingga dinyatakan ada perbedaan yang
signifikan antara hasil post test kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
Selain itu, ada peningkatan komunikasi interpersonal yang signifikan,
dibuktikan dengan hasil analisis data hasil pre test dan post test kelompok
eksperimen dengan hasil Asymp. Sig (2-tailed) 0.012 < 0.050 sehingga
dinyatakan signifikan.
84
Menurut DeVito (2011), komunikasi interpersonal adalah proses
penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau
sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang
untuk memberikan umpan balik yang dicirikan oleh adanya keterbukaan,
empati, sikap mendukung, sikap positif, dan kesetaraan. Jika komunikasi
interpersonal tinggi, individu akan mengembangkan sikap-sikap seperti yang
disebutkan oleh DeVito (2011) yakni sikap keterbukaan, empati, mendukung,
sikap positif, dan sikap kesetaraan. Begitu pula sebaliknya. Sehingga
komunikasi interpersonal individu perlu ditingkatkan. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan komunikasi interpersonal adalah melalui
bimbingan kelompok teknik sosiodrama, sebab tujuan sosiodrama menurut
Romlah (2001) antara lain yaitu : (a) agar siswa dapat menghayati dan
menghargai perasaan orang lain, (b) dapat belajar bagaimana membagi
tanggung jawab, (c) dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam
situasi kelompok secara spontan, (d) merangsang kelas untuk berpikir dana
memecahkan masalah.
Dalam penelitian ini, terdapat 2 kelompok yang menjadi subjek
penelitian. Kelompok eksperimen merupakan kelompok yang diberikan
treatment berupa bimbingan kelompok teknik sosiodrama, sedangkan
kelompok kontrol tidak mendapatkan treatment. Dalam setiap sesinya,
anggota kelompok eksperimen melaksanakan sosiodrama sesuai topik yang
dapat meningkatkan komunikasi interpersonal.
85
Layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama diberikan kepada
kelompok eksperimen dalam 8 sesi pertemuan. Penyusunan topik layanan
berdasarkan pada aspek-aspek komunikasi interpersonal menurut DeVito.
Menurut DeVito, aspek-aspek komunikasi interpersonal yaitu : (a)
keterbukaan. (b) empati. (c) sikap mendukung. (d) sikap positif. (e)
kesetaraan.
Dalam setiap sesi layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama
dilakukan observasi oleh pemimpin kelompok dan kelompok penonton dengan
menggunakan lembar observasi yang telah disediakan. Dengan menggunakan
hasil observasi tersebut diketahui bahwa disetiap sesi layanan, anggota
kelompok sangat antusias dan menunjukkan sikap yang diharapkan sesuai
dengan tujuan layanan pada setiap sesinya. Layanan diberikan di tempat yang
nyaman sehingga anggota kelompok dapat mengikuti layanan dengan baik.
Pada setiap sesinya, anggota kelompok dipersilahkan untuk memainkan peran
dalam kegiatan sosiodrama sesuai dengan peran masing-masing anggota yang
telah disepakati bersama.
Setelah kedelapan sesi dilaksanakan, penulis menyebarkan skala
komunikasi interpersonal kepada kedua kelompok, baik kelompok eksperimen
maupun kelompok kontrol sebagai post test. Hasil post test akan menjadi
pembanding kedua kelompok tersebut.
Berdasarkan hasil post test, diketahui bahwa terjadi peningkatan
komunikasi interpersonal pada kelompok eksperimen. Hasil tersebut diketahui
86
dari hasil analisis data skor pre test dan post test pada kelompok eksperimen.
Sedangkan pada kelompok kontrol tidak terjadi peningkatan yang signifikan.
Namun, kelompok kontrol pada penelitian ini juga mengalami peningkatan
komunikasi interpersonal. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
yang mempengaruhi komunikasi interpersonal diluar pengaruh dari treatment
penelitian ini.
Dengan demikian, layanan bimbingan kelompok teknik sosiodrama
telah meningkatkan komunikasi interpersonal pada remaja Karang Taruna
Citra Suara Muda Soka Salatiga.
Top Related