15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Gresik. Penelitian ini
dilakukan di Kabupaten Gresik karena Kabupaten Gresik mengalami
pergeseran struktur perekonomian, dari primer ke sekunder. Selain itu,
Kabupaten Gresik termasuk salah satu Kabupaten yang memiliki PDRB
cukup tinggi di Jawa Timur.
1.2. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif dengan memberikan
gambaran yang sistematis faktual dan akurat berdasarkan data yang ada,
dimana penelitian ini tidak hanya menafsirkan data saja tetapi disertai
analisa dan interpretasi data tersebut. Dalam penelitian ini memberikan
gambaran potensi ekonomi (sektor unggulan) yang ada di Kabupaten Gresik
tahun 2011-2015
1.3. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini digunakan data kuantitatif yang apabila menurut
sumbernya termasuk data sekunder. Data sekunder menggunakan data
runtut waktu (time series) atau disebut data tahunan. Keseluruhan data yang
16
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)
Kabupaten Gresik. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan
Usaha Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Kabupaten Gresik dan
Provinsi Jawa Timur tahun 2011-2015
2. Data kesempatan kerja di Kabupaten Gresik dan Provinsi Jawa Timur
tahun 2011-2015
3. Laju pertumbuhan sektor di Kabupaten Gresik dan Provinsi Jawa Timur
tahun 2011-2015
1.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
yang diperoleh merupakan data-data dari berbagai literatur yang berkaitan
baik berupa catatan-catatan, dokumen, arsip, maupun artikel. Data yang
diperoleh kemudian disusun dan diolah sesuai dengan kepentingan dan
tujuan penelitian. Untuk tujuan penelitian di mana data yang dibutuhkan
adalah data pertumbuhan ekonomi dan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kabupaten Gresik dan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2011-2015
yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Gresik dan
Provinsi Jawa Timur.
17
1.5. Teknik Analisis Data
Analisis data pada dasarnya yaitu memperkirakan atau dengan
menentukan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari perubahan suatu
(beberapa) kejadian terhadap sesuatu (beberapa) kejadian lainnya, serta
memperkirakan atau meramalkan kejadian lainnya. Kejadian (event) dapat
dinyatakan sebagai perubahan nilai variabel.
1.5.1. Analisis Location Quotient (LQ)
Teknik analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk
menentukan kategori suatu sektor termasuk dalam sektor yang berpotensi
atau sektor unggulan atau sektor non-unggulan. Analisis ini merupakan
usaha untuk mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan ekonomi dalam suatu
daerah dengan cara membandingkan perannya dalam perekonomian daerah
itu dengan perananan kegiatan ekonomi sejenis dalam perekonomian
regional atau nasional.
Alat analisis ini digunakan dalam menentukan sektor unggulan atau
ekonomi basis atau perekonomian wilayah. Sektor unggulan yang
berkembang dengan baik tentunya mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, yang pada akhirnya dapat
meningkatkan pendapatan daerah secara optimal.
Dengan alat analisis Location Quotient (LQ) ini dapat
membandingkan tentang besarnya peranan suatu sektor disuatu daerah
18
terhadap besarnya peranan sektor tersebut ditingkat nasional. Perhitungan
Location Quotient (LQ) menggunakan rumus : (Tarigan, 2004:78)
( )
⁄
⁄
Keterangan :
LQ = Nilai Location Quotient
Si = PDRB Sektor i di Kabupaten Gresik
S = PDRB total Kabupaten Gresik
Ni = PDRB sektor i di Provinsi Jawa Timur
N = PDRB total di Provinsi Jawa Timur
Beradasarkan rumus diatas, maka ada 3 kemungkinan nilai LQ yang
ditemukan yaitu :
1. Nilai LQ di sektor i = 1
Hal ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di Kabupaten Gresik
adalah sama dengan laju pertumbuhan sektor yang sama dengan dalam
perekonomian Provinsi Jawa Timur.
2. Nilai LQ di sektor i > 1
Hal ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di Kabupaten Gresik
adalah lebih besar dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor yang
sama dengan perekonomian Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian,
sektor i merupakan sektor unggulan sekaligus basis ekonomi untuk
dikembangkan lebih lanjut oleh Kabupaten Gresik.
19
3. Nilai LQ di sektor i < 1
Hal ini berarti bahwa laju pertumbuhan sektor i di Kabupaten Gresik
adalah lebih kecil dibandingkan dengan laju pertumbuhan sektor yang
sama dengan dalam perekonomian Provinsi Jawa Timur. Dengan
demikian, sektor i bukan merupakan sektor unggulan Kabupaten Gresik
dan bukan merupakan basis ekonomi serta tidak prospektif untuk
dikembangkan lebih lanjut oleh Kabupaten Gresik.
3.4.2. Analisis Shift Share
Menurut Widodo (2006) analisis shift share digunakan untuk
mengetahui perubahan struktur ekonomi daerah (Kabupaten/Propinsi) dan
membandingkannya dengan regional (Propinsi/Negara). Dari perbandingan
tersebut dapat diketahui seberapa besar kinerja perekonomian daerah
didasarkan pada keunggulan kompetitif sektoral dalam suatu regional.
Analisis shift share merupakan salah satu teknik kuantitatif yang
biasa yang digunakan untuk menganalisis perubahan struktur ekonomi
daerah relatif terhadap struktur ekonomi wilayah administratif yang lebih
tinggi sebagai pembanding atau referensi. Untuk tujuan tersebut, analisis ini
menggunakan 3 informasi dasar yang saling berhubungan, yaitu : Pertama,
pertumbuhan ekonomi referensi propinsi/nasional (national growth effect)
yang menunjukkan bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi nasional
terhadap perekonomian daerah. Kedua, pergeseran proporsional
(propotional shift) yang menunjukkan perubahan relatif kinerja suatu sektor
20
di daerah tertentu terhadap sektor yang sama di referensi propinsi atau
nasional. Pergeseran proporsional (propotional shift) disebut juga pengaruh
bauran industri (Mij). Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui
apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada industri-industri yang
tumbuh lebih cepat ketimbang perekonomian yang dijadikan referensi.
Ketiga, pergeseran differensial (differential shift) yang memberikan
informasi dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah
(lokal) dengan perekonomian yang dijadikan referensi. Jika pergeseran
differensial dari suatu industri adalah positif, maka industri tersebut relatif
lebih tinggi daya saingnya dibandingkan industri yang sama pada
perekonomian yang dijadikan referensi. Pergeseran differensial disebut juga
pengaruh keunggulan kompetitif (Cij).
Rumus yang digunakan untuk analisis Shift Share adalah :
1. Dampak riil pertumbuhan ekonomi daerah :
Dij = Nij + Mij + Cij atau Eij* - Eij
2. Pengaruh pertumbuhan ekonomi referensi
Nij = Eij x r n
3. Pergeseran proportional (proportional shift) / pengaruh bauran industri
Mij = Eij (rin – rn)
4. Pengaruh keunggulan kompetitif (differeintial shift)
Cij = Eij (rij – rin)
Keterangan :
Eij = PDRB sektor i daerah j
21
Ein = PDRB sektor i provinisi/nasional
rij = laju pertumbuhan di sektor i daerah j
rin = laju pertumbuhan di sektor i provinsi/nasional
r n = laju pertumbuhan ekonomi provinsi/nasional
Propotional Shift menunjukkan perubahan aktivitas ekonomi
Nasional/Propinsi pada sektor i dibandingkan dengan total perubahan
aktivitas Nasional/Propinsi. Selain itu, menunjukkan apakah perubahan
aktivitas ekonomi tersebut cepat atau lebih lambat daripada pertumbuhan
aktivitas perekonomian nasional secara keseluruhan. Jika Propotional Shift
bernilai positif (+) maka menunjukkan bahwa perkembangan aktivitas
ekonomi daerah yang bersangkutan lebih cepat dari pada perkembangan
rata-rata seluruh aktivitas ekonomi daerah secara keseluruhan (Propinsi).
Differential Shift (Competitive Share) digunakan untuk
membandingkan aktivitas ekonomi Kabupaten atau Kota terhadap aktivitas
ekonomi propinsi nasional pada sektor yang sama. Differential Shift juga
digunakan sebagai indikator yang menunjukkan kinerja kompetitif ekonomi
wilayah dengan wilayah-wilayah lainnya. Jika Differential Shift bernilai
positif berarti aktivitas ekonomi Kabupaten/Kota pada sektor i adalah
kompetitif, begitupun sebaliknya.
Kombinasi hasil analisis Proportional Shift dan Differential Shift
tersebut menghasilkan 4 indikator :
22
1. Bila nilai Proportional Shift dan Differential Shift positif (+) berarti
sektor ini mempunyai peranan penting dalam perekonomian internal
terhadap sistem perekonomian yang lebih luas (eksternal)
2. Bila nilai Proportional Shift positif (+) dan Differential Shift negatif (-)
berarti sektor ini hanya dapat meningkatkan peranannya dalam lingkup
internal saja.
3. Bila nilai Proportional Shift negatif (-) dan Differential Shift positif (+)
berarti sektor ini hanya dapat meningkatkan peranannya dalam wilayah
yang lebih luas, tetapi tidak dapat meningkatkan perekonomian internal
4. Bila nilai Proportional Shift dan Differential Shift negatif (-) berarti
sektor ini tidak mempunyai peranan dalam memajukan perekonomian
internal maupun eksternal.
3.4.3. Analisis Tipologi Klasen
Analisis tipologi kalssen dapat digunakan untuk mengidentifikasi
sektor-sektor unggulan di suatu daerah. Alat analisis ini dapat digunakan
melalui pendekatan sektoral, dimana merupakan perpaduan antara Locationt
Quotient (LQ) dan Shift Share (SS). Menurut Sjafrizal (2008: 180) analisis
tipologi klassen dibagi menjadi empat klasifikasi sektor, yaitu:
1. Sektor unggulan (developer sector) (kuadran I), yaitu sektor yang
memililki keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif.
Klasifikasi ini dilambangkan dengan nilai SS (+) dan LQ > 1.
23
2. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) (Kuadran II), yaitu pada
sektor yang hanya memilki keunggulan kompetitif saja. Klasifikasi ini
dilambangkan dengan nilai SS (+) dan LQ < 1.
3. Sektor potensial yang masih dapat berkembang (developing sector)
(Kuadran III), yaitu sektor potensial yang hanya memiliki keunggulan
komparatif saja. Klasifikasi ini dilambangkan dengan nilai SS (-) dan
LQ> 1.
4. Sektor terbelakang (underdeveloped sector) (Kuadran IV) yaitu pada
sektor ini tidak memilki keunggulan komparatif, sehingga sektor ini
disebut sektor terbelakang. Klasifikasi ini dilambangkan dengan nilai
SS (-) dan LQ < 1.
Table 3.1. Klasifikasi Sektoral Menurut Tipologi Klassen
Kontribusi Sektoral
Laju per-
tumbuhan sektoral
LQ > 1 LQ < 1
SS (+) Sektor Unggulan
(developed sector)
Kuadran I
Sektor Maju tapi
Tertekan (stagnant
sector)
Kuadran II
SS (-) Sektor Potensial
(developing sector)
Kuadran III
Sektor Terbelakang
(underdeveloped
sector)
Kuadran IV
24
1.6. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan
kepada suatu variabel atau konstruk dengan cara memberikan arti atau
menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel tersebut (M. Nazir,
1998:152).
1. Sektor Basis
Sektor yang mampu melayani pasar di Kabupaten Gresik maupun diluar
Kabupaten gresik.
2. Pertumbuhan Sektor
Pertumbuhan sektor diukur dengan Pendapatan Domestik Regional
Bruto Kabupaten Gresik yang dilihat dari sektor unggul dan non-
unggul.
3. Klasifikasi Sektor Unggulan
Sektor-sektor yang ada di Kabupaten Gresik diklasifikasikan menjadi
sektor unggul dan non-unggul, sehingga dapat memudahkan pemerintah
dalam mengambil kebijakan untuk membangun perekonomian daerah.
Top Related