BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode
deskriptif analitik yang bertujuan untuk menganalisis hubungan dua variabel
(Alimul, 2003). Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross
Sectional yaitu mempelajari dinamika korelasi (Notoadmodjo, 2003).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang memiliki
kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Arikunto, 2002). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh ibu hamil trimester II sebanyak 52 orang pada
bulan Februari di Desa Sowan Lor Wilayah Kerja Puskesmas Kedung I
Kabupaten Jepara.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan metode
sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi
(Nursalam, 2001). Penentuan sampel dengan sampel jenuh atau total
populasi dengan alasan jumlah sampel sedikit yaitu ibu hamil sebanyak 52
orang yang ada di Desa Sowan Lor Wilayah Kerja Puskesmas Kedung I
Kecamatan Kabupaten Jepara. Adapun kriteria sampel sebagai berikut :
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum yang harus di penuhi
oleh subyek sehingga dapat diikutsertakan ke dalam penelitian
(Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini kriteria inklusinya adalah :
1) Ibu-ibu hamil trimester II di Desa sowan lor Wilayah Kerja
Puskesmas Kedung I Kabupaten Jepara.
2) Bersedia menjadi responden.
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah hal-hal yang menyebabkan sampel yang
memenuhi kriteria tidak diikutsertakan dalam penelitian (Nursalam,
2003). Dalam penelitian ini kriteria eksklusinya adalah:
1) Ibu-ibu hamil trimester II di Desa sowan lor Wilayah Kerja
Puskesmas Kedung I Kabupaten Jepara.
2) Ibu tidak mau mengisi lembar kuesioner
3) Ibu yang tidak bersedia bersedia menjadi responden.
Variabel/sub variabel
Definisi Operasional Parameter Hasil Ukur
Skala
1 2 3 4 5 1. Umur (th) 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Pendapatan 5. Tingkat Pengetahuan
Lamanya kehidupan ibu hamil yang dihitung sejak tahun lahir sampai tahun saat dilakukan penelitian dengan angka tahun Lamanya ibu hamil menjalani pendidikan formal yang berhasil ditempuh oleh ibu hamil Kegiatan ibu hamil untuk mencari nafkah, baik untuk sendiri maupun keluarga. Jumlah penghasilan yang dimiliki oleh ibu hamil yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Suatu proses untuk mengetahui ataumengingat kembali apakah ibu hamil tahu atau mengerti tentang zat besi (Fe). Tingkat pengetahuan yang dimaksud adalah pengertian, caramengkonsumsi, pelaksanaan, akibat defisiensi zat besi (Fe).
Diukur dengan alat ukur metode kuesioner A Diukur dengan alat ukur metode kuesioner A Diukur dengan alat ukur metode kuesioner A Diukur dengan dengan alat ukur metode kuesioner A Diukur denganmetode kuesioner B yang terdiri 10 pertanyaan nilai item maksimal 1 yaitu: 1 : Ibu hamil
menjawab benar pada pertanyaan.
0 : Ibu hamil salah dalam menjawab pada pertanyaan
Dengan kategori umur a. < 20 tahun b. 20-25 tahun c. 26-30 tahun d. > 30 Tahun Dengan kategori a. Dasar (SD-SMP) b. Menengah (SMA) c. Tinggi (DIII-PT) Dengan kategori a. Ibu RT b. Buruh c. Petani d. Swasta e. PNS Dengan kategori a. Pendapatan lebih
tinggi (Rp >
C. Definisi Operasional
6. Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe)
Kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe) selama masa keamilan san dapat dinilai dengan score penelitian
Pengukuran dengan metode observasi pada kuesioner C yang terdiri dari 10 pernyataan yang terdiri pertanyaan Favourable dengan nilai item maksimal 1 yaitu: 1 : Ibu hamil
menjawab Ya pertanyaan.
0 : Ibu hamil Tidak dalam menjawab pertanyaan.
Unfavourable : 0. Ibu hamil Tidak
dalam menjawab pertanyaan.
1. Ibu hamil menjawab Ya pertanyaan
Skor tertinggi = 10 Skor terendah = 0 Untuk menjelaskan secara deskriptif dengan kategorikan: Patuh : 6-10 (> 50%) Tidak patuh : 0-5 (<50% )
Ordinal
D. Metode Pengumpulan Data
1. Alat Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan adalah
kuesioner yang disampaikan langsung kepada responden untuk
mengetahui tingkat pengetahuan tentang zat besi (Fe) ibu hamil dan
kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe). adapun instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a) Kuesioner A: data pribadi yang terdiri atas: nomer kode ibu, umur ibu,
alamat, pendidikan, pekerjaan, pendapatan.
b) Kuesioner B: untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu tentang zat
besi (Fe) yang terdiri dari atas 10 item pertanyaan yang meliputi
pertanyaan tentang zat besi (Fe).
c) Kuesioner C: untuk mengukur kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet
zat besi (Fe) pada ibu hamil dalam bentuk lembar observasi yang,
dimana pernyataan vafourabel yang terdiri atas 2 jawaban Ya (2) Tidak
(1) dan jawaban unvafourabel dengan 2 jawaban Tidak (1), Ya (2)
2. Cara pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengajukan ijin terlebih
dahulu ke Desa Sowan Lor Wilayah Kerja Puskesmas Kedung I kemudian
mengadakan pendekatan kepada responden, memperkenalkan diri, dan
menjelaskan maksud dan tujuan kepada responden jika responden setuju
maka mempersilahkan untuk membaca lembar persetujuan kemudian
tanda tangan. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden dan
diminta untuk memilih jawaban sesuai point yang ada. Setelah setuju
pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung dengan
responden dengan menggunakan panduan daftar pertanyaan yang telah
disiapkan pada kuesioner dan lembar observasi.
3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Setelah instrumen yang akan digunakan berupa kuesioner sebagai
alat peneliti selesai disusun, kemudian dilakukan uji validitas dan
reabilitas karena suatu kuesioner dikatakan valid jika kuesioner mampu
untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut
(Notoatmodjo, 2002).
a. Uji Validitas
Uji validitas yang akan digunakan untuk mengukur relevan
tidaknya pengukuran dan pengamatan yang dilakukan pada penelitian.
(Notoatmodjo, 2002). Pada pengujian validitas kuesioner dilakukan
dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item pertanyaan
terhadap skor total seluruh pertanyaan dengan menggunakan uji Rank
Spearman dengan rumus (Notoatmodjo, 2002). Dengan bantuan
program SPSS apabila hasil uji dari tiap item pertanyaan dieproleh
p value < 0,05, maka item pertanyan tersebut valid dan dapat
digunakan. Pengujian validitas pada penelitian ini akan dilakukan
terhadap 20 responden dalam hal ini ibu hamil di Desa sowan kidul
wilayah kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten Jepara. Adapun hasil
pengujian validitas terhadap 20 item tersebut adalah hasilnya valid,
karena berdasarkan nilai signifikansi pada r hitung yang diperoleh
nilainya < 0,05. Hasil uji validitas, selengkapnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 2. Uji Validitas Angket
Angket Pengetahuan Angket Kepatuhan
Mengkonsumsi Zat besi No Rxy p value Kriteria No rxy p value Kriteria
1 0.527 0.003 Valid 1 0.615 0.000 Valid 2 0.658 0.000 Valid 2 0.643 0.000 Valid 3 0.431 0.018 Valid 3 0.523 0.003 Valid 4 0.531 0.003 Valid 4 0.667 0.000 Valid 5 0.494 0.006 Valid 5 0.694 0.000 Valid 6 0.676 0.000 Valid 6 0.660 0.000 Valid 7 0.785 0.000 Valid 7 0.568 0.001 Valid 8 0.447 0.013 Valid 8 0.564 0.001 Valid 9 0.522 0.003 Valid 9 0.657 0.000 Valid
10 0.439 0.015 Valid 10 0.555 0.001 Valid
Nampak dari tabel di atas, nilai p value < 0,05 yang berarti
kedua instrumen tergolong valid.
b. Uji reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji yang akan dilakukan untuk mengetahui
apakah instrumen yang digunakan telah reliabel (Notoatmodjo, 2002).
Setelah diketahui bahwa setiap item-item pertanyaan cukup valid, di
lanjutkan dengan analisa reliabilitas untuk mengetahui apakah
instrumen tersebut cukup konsisten untuk mengukur gejala yang sama
pada pengukuran yang berulang. Pada awalnya tinggi rendahnya
reliabilitas tes tercermin oleh nilai Cronbach Alpha (Ghozali, 2002).
Dimana kuesioner dikatakan reliabel jika indeks reliabilitas yang
diperoleh paling tidak mencapai 0,60 (Sugiyono,1999). Adapun dasar
menggunakan keputusan:
1) Jika r Alpha positif dan r Alpha > r tabel, maka butir atau variabel
tersebut reliabel.
2) Jika r Alpha positif dan r Alpha < r tabel, maka butir atau variabel
tersebut tidak reliabel.
3) Jika r Alpha > r Alpha tapi bertanda negatif, maka butir atau
variabel tersebut tetap reliabel.
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya
berbeda dalam rentang 0 sampai dengan 1. Semakin mendekati angka
1 reliabilitasnya semakin tinggi, sebaliknya jika semakin mendekati
angka 0 reliabilitasnya semakin rendah. Hasil analisis reliabilitas
diperoleh r11 = 0,747 untuk angket pengetahuan sedangkan
untuk angket kepatuhan mengkonsumsi zat besi sebesar 0,821.
Keduanya melebihi 0,6 yang berarti bahwa kedua instrumen reliabel.
E. Metode Pengolahan Data dan Analisa Data
1. Prosedur Pegolahan Data
Menurut Arikunto (2002) pengolahan data dilakukan dengan tahap-
tahap sebagai berikut :
a. Editing
Editing adalah pengecekan jumlah kuesioner, kelengkapan data, di
antaranya kelengkapan identitas, lembar kuesioner dan kelengkapan
isian kuesioner sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian dapat
dilengkapi segera oleh peneliti.
1) Lengkap : semua jawaban sudah terisi jawabannya.
2) Jelas : apakah cukup jelas terbaca.
3) Relevan : apakah relevan dengan pertanyaannya.
4) Konsisten : apakah jawabannya konsisten dengan petunjuknya.
b. Coding
Coding adalah melakukan pemberian kode berupa angka untuk
memudahkan pengolahan data. Angka yang digunakan dalam tingkat
pengetahuan tentang zat besi (Fe) penelitian ini adalah 1 dan 2, angka
1 untuk jawaban sesuai dengan ketentuan (benar) dan angka 2 untuk
jawaban yang tidak sesuai dengan ketentuan (salah). Angka yang
digunakan untuk mengukur kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat
besi (Fe) pada ibu hamil dengan ketentuan pernyataan favourable
dengan menjawab Ya nilai (2), menjawab tidak nilai (1), Pernyataan
unfavourable dengan menjawab tidak nilai (2), menjawab ya dengan
nilai (1) .
c. Entri
Entri adalah memasukkan data yang di peroleh menggunakan fasilitas
computer dengan mengunakan sistem atau program SPSS for windows
SPSS for windows versi 10.0
d. Cleaning
Memeriksa kembali data yang telah dientri kelengkapan dan
kebenarannya.
2. Analisis Data
a. Analisa Univariat
Penelitian melakukan analisis univariat dengan tujuan yaitu
analisis deskriptif variabel penelitian. Analisa univariat digunakan
untuk mengestimasi parameter populasi untuk data numerik terutama
ukuran-ukuran tendensi sentral berkatagorik dengan distribusi
frekuansi.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat berfungsi untuk mengetahui hubungan antara
variabel dependen dengan independen. Untuk menguji kepastian
sebaran data yang diperoleh, peneliti akan mengunakan uji kenormalan
data dengan uji Kolmogorof Smirnov. Untuk menganalisis data
karakteristik dan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang zat besi
(Fe) dengan kepoatuhan dalam mengkonsumsi tablet besi (Fe), data
berdistribusi tidak normal mengunakan uji Spearman Rho, dengan nilai
p value <0,05. Pengujian menggunakan tingkat kepercayaan 95%
dengan menggunakan program komputer SPSS Versi 10.0.
(Notoatmodjo, 2003).
F. Etika Penelitian
Menurut Nursalam (2001), dalam melakukan penelitian, peneliti harus
memperhatikan masalah etika penelitian yaitu :
1. Lembar persetujuan diberikan kepada responden.
Tujuannya adalah supaya subyek mengetahui maksud dan tujuan
penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika
subyek bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan.
Jika subyek menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan
menghormati responden.
2. Anonimiti.
Untuk menjaga kerahasian identitas subyek, peneliti tidak akan
mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data
(kuesioner) yang diisi oleh subyek.
3. Confidenciality.
Kerahasian informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti.
G. Jadwal Penelitian
Terlampir
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian ini untuk mengethaui hubungan
karakteristik dan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang zat besi dengan
kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat besi di Desa Sowan Lor wilayah
Puskesmas Kedung Kabupaten Jepara, maka data yang diperoleh dari
pengisian kuesioner selanjutnya dianalisis secara univariate dan bivariate.
Analisis univariate digunakan untuk memberikan penjelasan atau gambaran
dari setiap variabel yang diteliti yaitu: karakteristik ibu hamil, pengetahuan ibu
hamil tentang zat besi dan tingkat kepatuhannya dalam mengkonsumsi zat
besi, sedangkan analisis bivariate digunakan untuk menguji hubungan antara
varibel tersebut.
1. Analisis Univariate
a. Gambaran Usia Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kedung
Kabupaten Jepara
Usia ibu hamil secara terperinci dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut:
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Usia Ibu Hamil Pada bulan juli di Desa sowan lor Wilayah Kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten Jepara
No Umur Frekuensi Persentase 1 < 20 tahun 2 3,8 2 21-25 tahun 19 36,5 3 26-30 tahun 20 38,5 4 > 30 tahun 11 21,2 Jumlah 52 100
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden
(38,5%) berusia antara 26 sampai 30 tahun dan sebagian kecil responden
(3,8%) berusia < 20 tahun.
b. Gambaran Tingkat Pendidikan pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja
Puskesmas
Tingkat pendidikan pada ibu hamil dalam penelitian ini
dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu pendidikan dasar (jika responden
berpendidikan tamat SD atau SMP), pendidikan menengah (lulusan SMA
atau sederajat) dan pendidikan tinggi (jika responden Perguruan Tinggi).
Hal ini berdasarkan program pemerintah yaitu wajib belajar 9 tahun.
Tingkat pendidikan pada ibu hamil secara terperinci dapat dilihat pada
tabel 4.2 berikut:
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu Hamil Pada bulan juli di Desa sowan lor Wilayah Kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten Jepara
No Pendidikan Frekuensi Persentase
1 Pendidikan dasar 31 59,6 2 Pendidikan menengah 17 32,7 3 Pendidikan Tinggi 4 7,7
Jumlah 52 100
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar responden
(59,6%) pada pendidikan dasar dan sebagian kecil responden (7,7%)
berpendidikan tinggi.
c. Gambaran Pekerjaan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Mayoritas pekerjaan ibu hamil sebagai ibu rumah tangga, hanya
sebagian kecil yang bekerja sebagai PNS. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel 4.3.
Tabel 4.3. Jenis Pekerjaan Ibu Hamil Pada bulan juli di Desa sowan lor Wilayah Kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten Jepara
No Pekerjaan Frekuensi Persentase
1 Ibu rumah tangga 20 38,5 2 Buruh 11 21,2 3 Petani 8 15,4 4 Swasta 11 21,2 5 PNS 2 3,8
Jumlah 52 100
Berdasarkan tabel 4.3 tersebut diketahui bahwa sebagian besar
(38,5%) ibu hamil sebagai ibu rumah tangga dan sebagian kecil (3,8%)
sebagai PNS.
d. Gambaran Pendapatan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas
Mayoritas pendapatan ibu hamil yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari lebih dari Rp 1.000.000. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 4.4. Pendapatan Ibu Hamil Pada bulan juli di Desa sowan lor Wilayah Kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten Jepara
No Pendapatan Frekuensi Persentase
1 < Rp 1000.000. 18 34,6 2 >
Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Zat Besi (Fe) di
Wilayah Kerja Puskesmas
Tingkat pengetahuan ibu tentang zat besi dalam penelitian ini
diukur dengan menggunakan kuesioner dengan 10 pertanyaan. Setiap
pertanyaan diberi skor antara 0 sampai 1. Apabila responden dapat
menjawab semua pertanyaan dengan benar maka total skornya adalah 10.
Tingkat pengetahuan diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu rendah (0-
3), sedang (4-7) dan tinggi (8-10). Tingkat pengetahuan ibu tentang zat
besi secara terperinci dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5. Tingkat Pengetahuan tentang Zat Besi Ibu Hamil Pada bulan juli di Desa sowan lor Wilayah Kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten Jepara
No Pengetahuan Frekuensi Persentase
1 Rendah 9 17,3 2 Sedang 34 65,4 3 Tinggi 9 17,3 Jumlah 52 100
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa sebagian besar responden
(65,4%) mempunyai tingkat pengetahuan yang sedang, selebihnya 17,3%
dalam kategori rendah dan tinggi.
a. Gambaran kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi Zat Besi (Fe)
di Wilayah Kerja Puskesmas
Tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi dalam
penelitian ini diukur dengan menggunakan kuesioner dengan 10
pertanyaan. Setiap pertanyaan diberi skor antara 0 sampai 1. Tingkat
kepatuha diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu tidak patuh (0-5) dan
patuh (6-10). Tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi
secara terperinci dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6. Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkosnumsi Zat Besi di Desa sowan lor Wilayah Kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten Jepara
No Tingkat kepatuhan Frekuensi Persentase
1 Tidak patuh 26 50,0 2 Patuh 26 50,0
Jumlah 52 100
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa 50% ibu hamil sudah patuh
dalam mengkonsumsi zat besi dan 50% tidak patuh.
2. Analisis Bivariate
Analisis bivariate dalam penelitian ini menggunakan korelasi rank
Spearman antara umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan tingkat
pengetahuan dengan tingkat kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat
besi. Apabila nilai p value < 0,05 dapat disimpulkan Ho ditolak atau Ha
diterima. Hasil analisis bivariate selengkapnya dapat dilihat pada table
berikut.
Tabel 4.6 Hasil Analisis Bivariate
No Hubungan Variabel rxy p value Kriteria 1. Hubungan umur dengan kepatuhan
mengkonsumsi zat besi 0,107 0,451
Ho diterima
2. Hubungan pendidikan dengan kepatuhan mengkonsumsi zat besi
0,491 0,000 Ho ditolak
3. Hubungan pekerjaan dengan kepatuhan mengkonsumsi zat besi
0,453 0,001 Ho ditolak
4. Hubungan pendapatan dengan kepatuhan mengkonsumsi zat besi
0,394 0,004 Ho ditolak
5. Hubungan pengetahuan tentang zat besi dengan kepatuhan mengkonsumsi zat besi
0,519 0,000 Ho ditolak
4.64
7.00
4.42
5.50
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
< 20 tahun 21-25 tahun 26-30 tahun > 30 tahun
Umur Ibu Hamil
Sko
rK
ep
atu
han
Men
gko
nsu
msiZ
at
Besi
a. Hubungan antara Umur dengan Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil
dalam Mengkonsumsi Zat Besi
Berdasarkan table 4.6 , nilai korelasi rank Spearman untuk
variabel umur sebesar 0,107 dengan p value = 0,451 > 0,05, yang
berarti bahwa Ho diterima, dengan kata lain tidak ada hubungan antara
umur dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi zat besi. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada kecenderungan semakin tua usia ibu
hamil ataupun semakin muda usianya diikuti dengan semakin patuh
atau tidak patuh dalam mengkonsumsi zat besi. Tidak adanya
hubungan antara umur dengan kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi zat besi dapat dilihat pula dari rata-rata skor kepatuhan
ditinjau dari umurnya seperti pada grafik berikut.
Gambar 1. Rata-rata Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil dalam Mengkonsumsi Zat Besi Ditinjau dari Umur
Nampak dari grafik tersebut rata-rata tingkat kepatuhan
tertinggi pada usia 26-30 tahun, sedangkan ibu hamil dengan usia
kurang dari 20 tahun memiliki tingkat kepatuhan dengan urutan kedua,
selanjutnya diikuti dengan usia lebih dari 30 tahun dan peringkat
terakhir pada usia 21-25 tahun. Dari data tersebut nampak bahwa tidak
ada hubungan antara umur ibu hamil dengan patuh tidaknya dalam
mengkonsumsi zat besi.
b. Hubungan antara Pendidikan dengan Tingkat Kepatuhan Ibu
Hamil dalam Mengkonsumsi Zat Besi
Korelasi untuk pendidikan dengan kepatuhan dalam
mengkonsumsi zat besi sebesar 0,491 dengan value = 0,000 < 0,05
yang berarti bahwa Ho ditolak, dengan demikian ada hubungan positif
antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan kepatuhan dalam
mengkonsumsi zat besi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan ibu semakin tinggi pula tingkat kepatuhan dalam
mengkonsumsi zat besi. Lebih jelasnya dapat dilihat dari grafik
berikut.
4.52
7.18
6.00
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pendidikan dasar Pendidikan
menengah
Pendidikan Tinggi
Pendidikan Ibu Hamil
Sko
rK
ep
atu
han
Men
gko
nsu
msiZ
at
Besi
Gambar 2. Rata-rata Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil dalam
Mengkonsumsi Zat Besi Ditinjau dari Pendidikan
Nampak dari grafik di atas, rata-rata tingkat kepatuhan ibu
hamil yang berpendidikan dasar lebih rendah daripada yang
berpendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin tinggi tinggi pendidikan ibu hamil diikuti dengan
tingginya tingkat kepatuhannya dalam mengkonsumsi zat besi.
c. Hubungan antara Pekerjaan dengan Tingkat Kepatuhan Ibu
Hamil dalam Mengkonsumsi Zat Besi
Korelasi untuk pekerjaan dengan kepatuhan dalam
mengkonsumsi zat besi sebesar 0,453 dengan p value = 0,001 < 0,05
yang berarti bahwa Ho ditolak, dengan demikian ada hubungan positif
antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan kepatuhan dalam
mengkonsumsi zat besi. Lebih jelasnya dpaat dilihat dari grafik
berikut.
8.00
6.91
6.38
4.734.55
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Ibu rumah
tangga
Buruh Petani Swasta PNS
Pekerjaan Ibu Hamil
Sko
rK
ep
atu
han
Men
gko
nsu
msiZ
at
Besi
Gambar 3. Rata-rata Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil dalam
Mengkonsumsi Zat Besi Ditinjau dari Pekerjaan
Nampak dari grafik di atas, untuk ibu hamil yang bekerja
sebagai PNS memiliki tingkat kepatuhan yang tertinggi, selanjutnya
diikuti dengan ibu hamil yang bekerja sebagai swasta, petani, buruh
dan peringkat terakhir untuk ibu hamil yang hanya sebagai ibu rumah
tangga. Dari data tersebut menunjukkan bahwa semakin mapan
pekerjaannya semakin tinggi kesadaran untuk mengkonsumsi zat besi.
Perbedaan ini disebabkan pula interaksi yang terjadi antara ibu hamil
dengan lingkungan pekerjaannya atau pengalaman ibu-ibu lainnya di
lingkungan pekerjaan. Ibu hamil yang bekerja sebagai PNS berada
pada lingkungan yang berpendidikan, sehingga informasi mudah
diperoleh dan dapat mempengaruhi kesadarannya dalam menjaga
kesehatan termasuk pula untuk mengkonsumsi zat besi. Sebaliknya
semakin kurang mampan pekerjaan ibu hamil seperti buruh maupun
yang hanya sebagai ibu rumah tangga berada pada lingkungan yang
kurang mendukung, seperti berpendidikan rendah sehingga kurang
memperoleh informasi tentang kesehatan ibu hamil. Di samping itu
dengan pendidikan yang lebih rendah lebih mudah percaya dengan
pantangan-pantangan makanan atau tahayul ketika hamil yang justru
dapat mempengaruhi rendahnya kualitas kesehatan ibu hamil. Kondisi
tersebut berdampak pada rendahnya kepatuhan dalam mengkonsumsi
zat besi.
d. Hubungan antara Pendapatan dengan Tingkat Kepatuhan Ibu
Hamil dalam Mengkonsumsi Zat Besi
Korelasi antara tingkat pendapatan dengan tingkat kepatuhan
ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi sebesar 0,394 dengan p value
= 0,004 yang berarti bahwa Ho ditolak, dengan kata lain ada hubungan
positif antara tingkat pendidikan dengan kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi zat besi. Semakin tinggi tingkat pendapatan semakin
tinggi pula kepatuhan dalam mengkonsumsi zat besi. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada grafik berikut.
3.94
6.32
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
< Rp 1.000.000 >= Rp 1.000.000
Pendapatan Ibu Hamil
Sko
rK
ep
atu
han
Men
gko
nsu
msiZ
at
Besi
Gambar 4. Rata-rata Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil dalam
Mengkonsumsi Zat Besi Ditinjau dari Pendapatan
Berdasarkan grafik tersebut nampak bahwa rata-rata tingkat
kepatuhan ibu hamil yang memiliki pendapatan > Rp 1.000.000 lebih
tinggi daripada yang memiliki pendapatan < Rp 1.000.000. Hal ini
disebabkan karena semakin tinggi pendapatan lebih berpeluang besar
dapat memenuhi kebutuhan tenatang gizi dan kesehatan ibu hamil,
termasuk pula dalam mengkonsumsi zat besi.
a. Hubungan antara Pengetahuan dengan Tingkat Kepatuhan Ibu
Hamil dalam Mengkonsumsi Zat Besi
Hubungan antara tingkat pengetahuan tentang zat besi dengan
kepatuhan mengkonsumsi zat besi sebesar 0,519 dengan pvalue =
0,000 < 0,05, yang berarti Ho ditolak. Dengan demikian hipotesis yang
7.44
5.53
3.44
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Rendah Sedang Tinggi
Pengetahuan Ibu Hamil tentang Zat Besi
Sko
rK
ep
atu
han
Men
gko
nsu
msiZ
at
Besi
menyatakan ada hubungan positif antara pengetahuan ibu tentang zat
besi dengan kepatuhan mengkonsumsi zat besi diterima. Semakin
tinggi pengetahuan ibu tentang zat besi semakin patuh pula dalam
mengkonsumsi zat besi. Lebih jelasnya dpaat dilihat dari grafik
berikut.
Gambar 5. Rata-rata Tingkat Kepatuhan Ibu Hamil dalam
Mengkonsumsi Zat Besi Ditinjau dari Pengetahuan tentagn Zat Besi
Nampak dari grafik tersebut, rata-rata kepatuhan ibu hamil
yang memiliki pengetahuan tinggi lebih tinggi daripada ibu hamil
dengan pengetahuan sedang dan rendah. Perbedaan ini menunjukkan
bahwa samakin mengetahui tentang zat besi berarti semakin
mengatahui pula manfaat-manfaatnya bagi kesehatan ibu hamil
sehingga berpengaruh pada tingginya tingkat kepatuhan dalam
mengkonsumsi zat besi.
B. Pembahasan
1. Hubungan Umur dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Zat Besi
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan antara umur dengan tingkat kepatuhan mengkonsumsi zat besi
pada ibu hamil di Desa sowan lor wilayah Puskemas Kedung I Kabupaten
Jepara terbukti dari p value = 0,451 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi usia, tidak diikuti dengan tingginya tingkat kepatuhannya
ataupun sebaliknya. Umur ibu balita yang masih muda juga tidak
menjamin lebih patuh dalam mengkonusmi zat besi atau sebaliknya
semakin tua usia ibu hamil juga tidak menjamin bahwa ia semakin patuh
mengkonsumsi zat besi. Banyak faktor lain yang berhubungan dengan
perilaku. Faktor-faktor tersebut meliputi tingkat pendidikan, jenis
pekerjaan, pendapatan dna pengetahuan ibu tentan zat besi. Hal ini sesuai
dengan penelitian lailatul Izzah (2006), yang mengkaji faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian anemia yang menyatakan bahwa usia Ibu
tidak berhubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di wilayah
kerja Puskesmas Batang II Tahun 2006.
2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kepatuhan Mengkonsumsi
Zat Besi
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara
tingkat pendidikan dengan tingkat kepatuhan mengkonsumsi zat besi pada
ibu hamil di Desa sowan lor wilayah Puskemas Kedung Kabupaten Jepara
terbukti dari p value = 0,000 < 0,05 dengan korelasi sebesar 0,491.
Korelasi positif ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
ibu hamil semakin tinggi pula tingkat kepatuhannya dalam mengkonsumsi
zat besi. Tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi pola kehidupannya
termasuk dalam hal kesehatan. Semakin tinggi pendidikan seseorang akan
diikuti dengan tingginya pengetahuan termasuk pengetahuan tentang
kehamilannya, zat-zat apa yang diperlukan sehingga terdorong untuk lebih
patuh dalam mengkonsumsi zat besi ketika hamil. Tablet zat besi (Fe) bagi
wanita hamil sangat dibutuhkan karena kebutuhan zat besi (Fe) pada saat
hamil sangat tinggi dan perlu dipersiapkan sedini mungkin sebelum hamil
sampai saat melahirkan, dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) pada ibu
hamil sebanyak satu tablet zat besi (Fe) setiap hari selama 90 hari pada
masa kehamilan dan 40 hari setelah melahirkan. Kebutuhan zat besi (Fe)
meningkat pada saat hamil dan melahirkan, dimana ketika hamil seorang
ibu tidak saja dituntut memenuhi kebutuhan zat besi (Fe) untuk dirinya,
tetapi juga harus memenuhi kebutuhan zat besi (Fe) untuk pertumbuhan
janinnya (Depkes, 1998). Tingkat pendidikan turut menentukan mudah
tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang
mereka peroleh. Dari kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri amat
diperlukan seseorang lebih tanggap adanya masalah defisiensi zat besi (Fe)
pada ibu hamil dan bisa mengambil tindakan secepatnya (Kodyat, 1993).
Tingkat pendidikan turut pula menentukan rendah tidaknya seseorang
menyerap dan memakai pengetahuan tentang zat besi (Fe) yang mereka
peroleh. Keadaan defisiensi zat besi (Fe) pada ibu hamil sangat ditentukan
oleh banyak faktor antara lain tingkat pendidikan ibu hamil. Tingkat
pendidikan ibu hamil yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi
sehingga pengetahuan tentang zat besi (Fe) menjadi terbatas dan
berdampak pada terjadi defisiensi zat besi (Fe) (Suhardjo, Riyadi, 1990).
3. Hubungan Pekerjaan dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Zat Besi
Pekerjaan ibu juga berhubungan positif dengan kepatuhan dalam
mengkonsumsi zat besi, terbukti dari koefisien korelasi sebesar 0,453
dengan pvalue = 0,001 < 0,05. Pekerjaan ibu hamil yang semakin mapan,
cenderung lebih merasa tercukupi kebutuhannya sehingga akan berdampak
pada tingginya kesadaran akan pentingnya kesehatan, salah satunya adalah
berperilaku patuh mengkonsumsi zat besi. Banyak ibu-ibu bekerja mencari
nafkah, baik untuk kepentingan sendiri maupun keluarga, menurut Depkes
(2002), faktor bekerja saja nampak belum berperan sebagai timbulnya
suatu masalah pada ibu hamil, tetapi kondisi kerja yang menonjol sebagai
faktor yang mempengaruh konsumsi tablet zat besi (Fe) pada ibu hamil.
Dengan kata lain pekerjaan yang lebihmapan akan mempengaruhi tingkat
kepatuhan ibu hamil dalam konsumsi zat besi.
4. Hubungan Pendapatan dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Zat Besi
Pendapatan juga berhubungan positif dengan kepatuhan dalam
mengkonsumsi zat besi pada ibu hamil di Desa sowan lor wilayah kerja
Puskesmas Kedung Kabupaten Jepara terbukti dari koefisien korelasi
sebesar 0,394 dengan p value = 0,004 < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin tinggi pendapatan ibu hamil diikuti pula dengan tingginya
kepatuhan dalam mengkonsumsi zat besi, sebaliknya semakin rendah
pendapatannya dikuti pula dengan rendahnya kepatuhan dalam
mengkonsumsi zat besi. Adanya hubungan positif tersebut disebabkan
karena ibu hamil yang memiliki pendapatan yang lebih dapat menentukan
kuantitas dan kualitas makananan yang dikonsumsi seperti sayur-sayuran
hijau yang mengandung zat besi, termasuk pula kualitasnya dalam
menjaga kesehatan kehamilannya dengan cara mengkomsumsi tabet Fe.
Dalam upaya ini maka tingkat kepatuhannnya mengkonsumsi zat besi juga
lebih tinggi daripada ibu yang memiliki pendapatan kurang. Namun,
pendapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi yang menunjang
bagi keadaan defisiensi zat besi (Fe) pada ibu hamil yang memadai,
terutama dalam kasus dimana kepercayaan atau takhayul mengenai jenis
makanan dan praktek pengolahan masakan yang membawa akibat merusak
pada keadaan gizi (Berg, 1986). akibatnya dalam pemilihan makanan yang
mengandung zat besi (Fe), tidak bisa di beli atau dikonsumsi oleh ibu
hamil.
5. Hubungan Pengetahuaan dengan Kepatuhan Mengkonsumsi Zat Besi
Kesadaran tentang konsumsi zat besi terbentuk karena adanya
pengetahuan yang tinggi tentang zat besi tersebut. Hal ini ditunjukkan dari
hasil uji hipotesis diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,519 dengan p
value = 0,000 < 0,05, yang berarti bahwa ada hubungan positif antara
pengetahuan tentang zat besi dengan kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi zat besi. Semakin tinggi pengetahuannya akan diikuti
dengan tingginya kepatuhan dalam mengkonsumsi zat besi, sebaliknya
semakin rendah pengetahuannya akan diikuti dengan rendahnya kepatuhan
mengkonsumsi zat besi. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan dan
perasaan merupakan bagian dari sikap yang akan menghasilkan tingkah
laku tertentu. Komponen afeksi yang memiliki penilaian emosional yang
dapat bersifat positif atau negatif. Maka akan terjadi kecenderungan untuk
bertingkah laku hati-hati. Dengan semakin mengatahui manfaat zat besi
maka cenderung diikuti kesadaran untuk patuh dalam mengkonsumsi zat
besi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Yayuk Farida Baliwati,dkk
(2004:117) yang menyatakan bahwa faktor penyebab masalah gizi adalah
kurangnya ketersediaan pangan, rendahnya daya beli dan rendahnya
pendidikan atau pengetahuan masyarakat yang dipengaruhi faktor sosial
budaya. Kecukupan zat gizi selama hamil baru dapat dipantau melalui
parameter keadaan kesehatan ibu dan berat lahir janin. Keadaan kesehatan
dan gizi ibu akan baik, apabila pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan
cukup luas. Dengan adanya pengetahuan tentang gizi dan kesehatan yang
cukup luas seorang ibu dapat melakukan penataan gizi selama hamil,
perawatan selama kehamilan dan pemeliharaan gizi semasa hamil. Dengan
adanya hal tersebut maka memungkinkan ibu hamil untuk
mengembangkan kebiasaan makan yang baik sehingga kebutuhan zat gizi
selama hamil dapat terpenuhi dan memantau kesehatannya selama
kehamilan. Sehingga kondisi ini dapat mencegah ibu hamil terkena anemia
(Arisman, 2004:13). Serupa dengan Selain itu, semakin banyak
pengetahuan gizinya, semakin diperhitungkan jenis dan kwantum makanan
yang dipilih untuk dikonsumsinya. Seseorang yang tidak mempunyai
cukup pengetahuan gizi akan memilih makanan yang paling menarik
pancaindera dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makanan.
Sebaliknya mereka yang semakin banyak pengetahuan gizinya, lebih
banyak mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang
nilai gizi makanan tersebut (Achmad Djaeni, 2000:12). Sebab lain yang
penting dari gangguan gizi dan kesehatan adalah kurangnya pengetahuan
tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tentang
kesehatan dalam kehidupan sehari-hari (Suhardjo, 1996:31).
Sesuai dengan teori Arisman (2004:16) yang menyatakan bahwa
anemia gizi karena kekurangan zat besi masih lazim terjadi di negara
berkembang tidak terkecuali Indonesia. Sementara itu kebutuhan wanita
hamil akan Fe meningkat sebesar 200-300%. Perkiraan besaran zat besi
yang perlu ditimbun selama hamil adalah 1040 mg. Dari jumlah ini 200
mg Fe tertahan oleh tubuh ketika melahirkan dan 840 mg sisanya hilang.
Sebanyak 300 mg besi ditransfer ke janin dengan rincian 50-75 mg untuk
pembentukan plasenta, 450 mg untuk menambah jumlah sel darah merah
dan 300 mg lenyap ketika melahirkan. Jumlah sebanyak itu tidak mungkin
tercukupi hanya melalui makanan. Karena itu suplementasi zat besi perlu
sekali diberlakukan. Bahkan pada wanita yang bergizi baik.penambahan
asupan besi baik lewat makanan atau pemberian suplementasi terbukti
mampu mencegah penurunan Hb akibat hemodilusi. Tanpa suplementasi
cadangan besi pada tubuh wanita hamil akan habis pada akhir kehamilan
(Taylor dkk, 1992). Untuk menjaga agar suplementasi tidak terkuras dan
mencegah kekurangan, setiap wanita hamil dianjurkan untuk
mengkonsumsi tablet besi sebanyak 300 mg setiap hari. Takaran ini tidak
akan terpenuhi hanya melalui makanan oleh sebab itu suplemen sebesar
30-60 mg dimulai pada minggu ke 12 kehamilan yang diteruskan sampai 3
bulan pasca partum, perlu diberikan setiap hari. Menurut penelitian
menunjukkan bahwa wanita hamil yang tidak minum pil besi mengalami
penurunan ferritin (cadangan besi cukup tajam sejak minggu ke 12 usia
kehamilan) (Ali Khomsan, 2003:30).
Nampak jelas bahwa pengetahuan yang tinggi tentang fungsi zat besi
bagi ibu hamil dapat mempengaruhi pola pikirnya untuk lebih hati-hati
sehingga memberikan dorongan untuk lebih patuh mengkonsumsi zat besi.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan antara lain:
1. Penggunaan angket atau kuesioner yang memungkinkan terjadinya
subjektifitas. Untuk mengumpulkan data tentang kepatuhan ibu hamil
dalam mengkonsumsi zat besi digunakan kuesioner, sehingga tingkat
keakuratannya masih diragukan. Apabila dilakukan dengan kroscek di
Puskesmas maka akan diperoleh data yang lebih akurat.
2. Pengetahuan tentang zat besi juga diukur dengan kuesioner, sehingga
belum sepnuhnya menggambarkan pengetahuan ibu terhadap zat besi. Hal
ini sebenarnya dapat dilakukan dengan wawancara langsung.]
3. Faktor pendukung selama penelitian adalah adanya data tentang daftar
nama-nama ibu hamil trimester II di Desa Sowan Lor yang di dapat dari
seorang bidan desa sehingga mempermudah peneliti untuk pengambilan
data.
4. Faktor penghambat selama penelitian adalah ada sebagian ibu hamil yang
tidak kooperatif sehingga peneliti harus menjelaskan kepada responden
maksud dan tujuan penelitian ini.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulam
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil simpulan
bahwa
1. Ada hubungan pendidikan dengan kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi zat besi di wilayah kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten
Jepara dengan korelasi sebesar 0,491 (p = 0,000).
2. Ada hubungan pekerjaan dengan kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi zat besi di wilayah kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten
Jepara dengan korelasi sebesar 0,453 (p = 0,001).
3. Ada hubungan pendapatan dengan kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi zat besi di wilayah kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten
Jepara dengan korelasi sebesar 0,394 (p = 0,004).
4. Ada hubungan penegtahuan dengan kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi zat besi di wilayah kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten
Jepara dengan korelasi sebesar 0,519 (p = 0,000).
5. Tidak ada hubungan antara umur dengan kepatuhan ibu hamil dalam
mengkonsumsi zat besi di wilayah kerja Puskesmas Kedung I Kabupaten
Jepara (p = 0,451).
B. Saran
1. Bagi Profesi Keperawatan
Penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang karakteristik ibu hamil
bagi perawat dalam mengembangkan kemampuan dan ketrampilan untuk
mendapatkan jumlah penurunan defisiensi zat besi (Fe) serta memberikan
Pendidikan kesehatan pada ibu hamil tentang pentingnya mengkonsumsi
tablet besi (Fe) selama kehamilan.
2. Bagi Program Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran
kususnya dalam menjalankan program dan strategi serta peningkatan
mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) dalam keperawatan komunitas dengan
cara melakukan penyuluhan kesehatan pada ibu hamil.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dimungkinkan dapat menjadi salah satu acuan bagi
penelitian berikutnya yang melakukan penelitian sejenis dengan variabel
yang lebih kompleks mengenai kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat
besi (Fe) dan tidak hanya dengan menggunakan angket tetapi dengan
teknik wawancara.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul S. (2003). Riset Keperawatan Dan Teknik Penulisan Ilmiah, Jakarta:Salemba Medika
Arikunto. (1997). Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta
Anonim. (2004). Suplementasi Zat Besi Pada Ibu Hamil.http://www.health-
Irc.or.id/spm.htm.diperoleh tanggal 12 Januari 2004.
Berg. (1986). Peranan Gizi Dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: CV Rajawali
BPS. (2005). Survey Sosial Ekonomi Nasional, BPS. Semarang Depkes. (1993). Buku Kader Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Jakarta.
De Maeyer, E.M. (1995). Preventing And Controlling Iron Deficiency As Couses
Of Anemia Through Primary Health Care.WHO, Geneva, 1995. Depkes. (1998). Pedoman Penaggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Puteri dan
Ibu Hamil. Jakarta. Depkes.RI. (2000). Gizi Seimbang Menuju Sehat bagi Ibu Hamil dan Menyusui
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. Jakarta Flourisa. (2006). Surfei tablet Besi. http//www.pikiran rakyat.com. diperoleh tanggal 9 April 2006 Kodyat Tatang S. (1993). Pokok-pokok Perbaikan Gizi pada PJP II untuk
Menanggulangi Masalah Gizi. Jakarta : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi V LIPI, hal 9.
Khumaidi. (1994). Gizi Masyarakat. Jakarta: Gunung Mulia
Ghozali. (2002). Analisis Multivariate. Semarang : BPFE Undip
Hall R, 2000. Petunjuk Medis bagi Wanita Hamil. Jakarta: PT Pustaka Delapratasa. Hadyanto.(2002). Dasar-dasar obstetri dan ginekologi. Terjemahan Jones
DL.Fundamentals of obstetrics and gynaecologi. Edisi 6. cetakan I. Hipokrates, Jakarta.
Mardiyati Etik. (2006). Strategi Praktis dan Efektif Menanggulangi Anemia Gizi
Besi, http://www.beritaiptek.com.dioerileh tanggal 19 Oktober 2006. Moehji, Bsc. (2003). Pemeliharaan Gizi Pada Balita. Jakarta: Bhratara Karya
Aksara Maret. 3. (2006). Hasil Survei Kesehatan Ibu, oleh Flourisa. http://www.Bkkbn.com,
diperoleh tanggal 3 Maret 2006 Nadesul. (1997). Makanan Sehat Untuk Ibu Hamil. Jakarta : Puspa Swara: Anggota
Ikapi Nasoetion & Darwin. (1998). Gizi untuk kebutuhan fisiologi khusus. Jakarta:
Gramedia. Nasution. (1998). Metode research; Penelitian ilmiah. Jakarta: PT. Bumi Aksara Notoatmojo. S. (2002). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam. (2001). Konsep dan Perawatan Metodologi Penelitiam Ilmu
Keperawatan Pedoman Skripsi Tesis, dan Instrumen Keperawatan, Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Nasution. (2003). Metode research; Penelitian ilmiah. Jakarta: PT. Bumi Aksara Mar’at. (1995).Sikap Manusia Perubahan Serta Pengukurannya, Bandung:
Fakultas Psikologi Unifersitas Padjajaran. Purwanto. H. (1999). Pengantar perilaku Manusia Untuk Keperawatan, Jakarta:
Buku Kedokteran EGC. Zulhaida lubis. (2003). Status Gizi Ibu Hamil Serta Pengaruhnya Terhadap Bayi
Yang Dilahirkan, http:www.ipb.com/zulhaida.telkom.net. Soeprono. (1988). Anemia Pada Wanita Hamil. Berkala Ilmu Kedokteran Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada Jilid XX Nomor 4 Desember 1988.
Suhardjo. R. (1990). Berbagai cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara.PAU Pangan dan Gizi
Soekirman. (1990). Gizi Indonesia Volume XXI, Jakarta
Sediaoetama. (1999). Gizi Indonesia, Persagi, Jakarta
September, 15. (2006). Informasi Tentang Anemia dan Tablet Zat Besi (Materi
Rujukan Bagi Guru Atau Pendidik Dan Tokoh Masyarakat. Http//Bankdata.depkes.go.id).
Sugiono. (1999), Statistik Untuk Penelitian, Alfabeta: Bandung.
Wasito. E.J. (1998). Efek suplementasi micronutrient. Jakarta: Universitas
Indoinesia.
Winarno, F.G. (1990). Gizi Pada Makanan Bayi dan Anak Sapihan. Pustaka Sinar Harapan Jakarta.
Wiknjosastro. (1999). Ilmu Kebidanan. Edisi III. Cetakan V.Yayasan Bina Pustaka,
Jakarta.
Lampiran 1
KUESIONER
HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ZAT BESI (Fe) DENGAN KEPATUHAN DALAM
MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI (Fe) DI WILAYAH PUSKESMAS KEDUNG KABUPATEN JEPARA
A. Identitas Responden
1. Umur :
2. Alamat :
3. Pendidikan :
a Tidak sekolah :
b Tamat SD :
c Tamat SMP :
d Tamat SMA :
e Tamat PT :
4. Pekerjaan :
a. Ibu Rumah Tangga:
b. Buruh :
c. Petani :
d. PNS :
e. Swata :
5. Pendapatan : Rp ................
a. Rp > 1.000.000,-
b. Rp < 1.000.000,-
Lampiran 2
B. PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ZAT BESI (Fe)
Petunjuk : Berilah tanda silang (X) yang anda anggap benar.
1. Tablet zat besi (Fe) adalah tablet untuk suplementasi penaggulangan anemia gizi
yang berisi.............
b. Setiap tablet mengandung Fero sulfat 200 mg
c. Setiap tablet mengandung antibodi
d. Setiap tablet mebngandung vitamin dan mineral
1. Tanda-tanda ibu yang mengalami kurang darah adalah ...........
a. Suhu badan kadang baik-turun
b. Muka tampak merah dan timbul bintik
c. Mudah lemah, letih, lesu, lelah dan lalai
2. Manfaat dari mengkonsumsi tablet besi (Fe) adalah ............
a. Terhindar dari anemia
b. Terhindar dari penyakit kronis
c. Membuat tubuh lebih segar
3. Penyebab terjadinya anemia pada ibu hamil disebabkan karena..........
a. Terlalu banyak mengkonsumsi makanan bergizi
b. Anemia akibat perdarahan kronis
c. Anemia karena mengkonsumsi tablet Fe
4. Bahaya bagi ibu yang tidak mengkonsumsi tablet besi (Fe) pada saat hamil
adalah........
a. Menyebabkan ibu selalu mual dan pusing-pusing
b. Akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh sehingga menggangu
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.
c. Akan terjadi keracunan yang menganggu kehamilan
5. Pada ibu yang anemia cara mengkonsumsi tablet besi (Fe) dianjurkan yaitu .......
a. Pengobatan secara teratur
b. Pemberian transfusi darah
c. Pemberian 3 tablet sehari selama 90 hari kehamilannya sampai 42 hari
setelah melahirkan
2. Pada ibu hamil mempunyai waktu yang baik untuk mengkonsumsi tablet besi
(Fe) yaitu.............
a. Secara teratur pada Trimester I sampai Trimester III kehamilan yaitu ± 1
mg/hari sampai ± 5 mg/ hari
b. Hanya pada saat kehamilan trimester I saja
c. Sesuai keinginan ibu hamil
3. Kurang darah pada ibu hamil dengan pemberian............
c. Suplemen vitamin dan mineral yang tinggi
d. Makan teratur dan mengkonsumsi tablet Fe (besi)
e. Minum minuman tradisional
4. Tablet besi diminum apabila…………
a. Badan terasa sakit
b. Bila tak enak badan
c. Bila kurang darah
5. Untuk mengkonsumsi tablet besi sebaiknya menggunakan ………
c. Air putih
d. Air teh
e. Air kopi
Lampiran 3
C. PERILAKU TERHADAP KEPATUHAN DALAM MENGKONSUMSI
TABLET ZAT BESI (Fe)
Petunjuk: Berilah tanda silang (Ö) pada pilihan jawaban yang paling sesuai dengan
diri anda.
No Perilaku Kepatuhan Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat
Besi (Fe)
Ya Tidak
1. Saya mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) selama
kehamilan berlangsung
2. Pada saat hamil, saya selalu memeriksakan kadar Hb
3. Untuk mendapatkan tablet zat besi (Fe), saya selalu
meminta ke Puskesmas terdekat
4. Pada saat hamil, saya tidak selalu rutin mengkonsumsi
tablet zat besi (Fe)
5.
Untuk mencegah kekurangan darah (anemia) saat
hamil, saya tidak selalu mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein seperti ikan, daging, hati dan telur
6. Pada saat kekurangan darah (anemia) saya selalu
meminta kapsul tablet zat besi (Fe)
7. Pada saat hamil, saya mengkonsumsi tablet zat besi
(Fe) rutin saya lakukan sejak trimester II
8. Untuk mengkonsumsi tablet zat besi (Fe), saya
meminumnya dengan air putih
9. Selain mengkonsumsi tablet zat besi (Fe), saya
mengkonsumsi sayur-sayuran secara teratur
10. Saat hamil, saya tidak selalu mengkonsumsi sayuran
sumber zat besi (Fe)
Top Related