Rida Rubianti Kartini, 2014 Meningkatkan Kemampuan Mengenalkan Konsep Measurement (Pengukuran) Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di TK Islam Nur Al Rahman, yang
beralamatkan di Jl. Cihanjuang No. 77A, Kelurahan Cibabat Kecamatan
Cimahi Utara Kota Cimahi. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah
anak-anak kelompok TK B yang terdiri dari 14 anak, 10 anak laki-laki dan 4
anak perempuan.
B. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan mengadopsi dari pola pelaksanaaan penelitian
tindakan kelas yang dikembangkan oleh Kurt Lewin. Dimana dalam konsep
pokok penelitian Kurt Lewin (Trianto:2011) terdiri dari empat komponen,
yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan
refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen tersebut dipandang
sebagai satu siklus, seprti yang terlihat dalam gambar berikut ini:
Gambar 3.1 Siklus dalam Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin
Terus Menerus
Refleksi
Pengamatan Perencanaan
Tindakan
Pengamatan Perencanaan
Tindakan
Refleksi
41
Rida Rubianti Kartini, 2014 Meningkatkan Kemampuan Mengenalkan Konsep Measurement (Pengukuran) Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini mengembangkan hubungan komponen-komponen
yang ada di dalam penelitian tindakan kelas yang berbentuk satu siklus,
(Triyanto:2011) Pertama perencanaan (planning); kedua, tindakan (acting);
ketiga, pengamatan (observing); dan keempat, refleksi (reflecting). Hasil
refleksi akan digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat rencana bagi
siklus berikutnya jika tindakan yang dilakukan sebelumnya belum berhasil,
demikian seterusnya hingga mencapai hasil yang ditetapkan.
1. Tahap Perencanaan
Tahap ini hal yang dilakukan adalah melakukan identifikasi masalah
yang berkaitan dengan kemampuan mengenal konsep measurement anak
usia dini khususnya untuk usia 5-6 tahun, kemudian merumuskan masalah
tersebut dan dianalisis penyebab masalah itu terjadi. Pada tahap ini
peneliti dan guru kelas berkolaborasi untuk menyusun rencana tindakan
yang akan dilakukan, menyusun skenario dan perencanaan pembelajaran
dengan menggunakan metode bermain peran, menyiapkan media
pembelajaran yang akan digunakan, menyeting kelas yang mendukung
pembelajaran, membuat format observasi dan yang terakhir evaluasi.
Dalam penelitian setiap siklusnya anak-anak akan diajak untuk
bermain peran dalam rangka meningkatkan kemampuan measurement
anak usia dini. Jenis kegiatan bermain peran yang akan dilakukan yaitu
jenis kegiatan drama terpimpin, dimana cerita drama dan dialognya sudah
dipersiapkan oleh guru dan anak-anak tinggal memainkannya sesuai
intruksi yang diberikan.
Adapun skenario pembelajaran yang akan dilakukan dalam setiap
siklusnya yaitu jenis bermain dramatisasi yang mengacu pada teori dalam
Bab II, yang dikemukakan oleh Masitoh, yang kemudian dikembangkan
oleh peneliti yang berkolaborasi bersama guru kelas sebagai berikut:
a) Tahap Persiapan
1) Peneliti dan guru kelas menyiapkan media pembelajaran yang
diperlukan dalam kegiatan bermain peran supaya nantinya anak-
anak bermain peran dengan leluasa dan nyaman
42
Rida Rubianti Kartini, 2014 Meningkatkan Kemampuan Mengenalkan Konsep Measurement (Pengukuran) Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2) Peneliti bersama guru kelas menyambut anak dan memberi
kesempatan kepada anak untuk bermain bebas terlebih dahulu,
untuk memberikan pemanasan kepada anak dalam menghadapi
kegiatan berikutnya.
3) Setelah kegiatan bermain anak-anak dikumpulkan dan berbaris
terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam kelas.
4) Guru memberi waktu kepada anak, untuk ke kamar mandi dan
minum secara bergantian supaya ketika bermain peran tidak ada
yang minta minum atau ke kamar mandi. Setelah itu anak-anak
siap untuk masuk kelas.
b) Tahap Pembukaan
1) Setelah anak-anak di dalam kelas, kemudian anak-anak
diposisikan duduk di atas karpet dan duduk berbentuk lingkaran,
lalu di awali oleh berdoa dan nyanyi bersama.
2) Setelah anak-anak terkondisikan dengan baik, dilanjutkan dengan
kegiatan mendengarkan cerita tentang topik yang akan dijadikan
cerita dalam kegiatan bermain peran.
3) Setelah guru menyelesaikan ceritanya, kemudian menjelaskan
kepada anak-anak bahwa cerita yang barusan yang didengarkan
akan dibuat drama dan dimainkan oleh anak-anak.
4) Guru membagi anak-anak menjadi 2 kelompok, untuk
memerankan tokoh yang ada di dalam cerita secara bergantian
5) Setelah terbagi menjadi 2 kelompok kemudian guru memilih
salah satu kelompok terlebih dahulu untuk memerankan tokoh-
tokoh yang ada di dalam cerita, kelompok yang lain menjadi
penonton.
6) Setelah berbagi peran, kemudian guru memberitahukan dialog
yang sudah disiapkan sebelumnya kepada setiap anak sesuai
perannya masing-masing
43
Rida Rubianti Kartini, 2014 Meningkatkan Kemampuan Mengenalkan Konsep Measurement (Pengukuran) Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c) Tahap Inti
1) Setiap anak yang sudah mendapatkan peran dan dialognya
masing-masing, dibimbing oleh guru untuk menggingat apa saja
yang harus dilakukan oleh anak dalam bermain peran yang
dilakukannya.
2) Setelah mendapat penjelasan dan bimbingan dari guru, kemudian
anak dipersilahkan untuk memulai bermain perannya sesuai
dengan perannya masing-masing yang ada di dalam cerita.
3) Selama proses bermain peran guru terus membimbing dan
memotivasi anak, supaya anak merasa senang dan nyaman
memainkan perannya.
4) Untuk anak-anak yang belum mendapat giliran bermain peran,
dikondisikan duduk di kursi yang telah disiapkan, untuk
memperhatikan/ menonton temannya yang sedang bermain peran.
5) Setelah kegiatannya selesai, guru memberikan pujian dan reward
kepada anak-anak yang telah selesai memainkan perannya,
sehingga anak merasa dihargai apa yang telah dikerjakannya.
d) Tahap Penutup
1) Setelah semuanya mendapatkan giliran bermain peran, guru
mengajak anak-anak untuk duduk kembali di atas karpet dan
duduk berbentuk lingkaran.
2) Guru bertanya kepada anak tentang kegiatan yang sudah
dilakukan, dan mempersilahkan setiap anak untuk
mengungkapkan apa yang dirasakannya ketika memainkan peran
yang dimainkannya tadi.
3) Guru memberikan pujian kepada anak-anak yang sudah berani
bermain peran secara bergantian, dan memberikan motivasi terus
untuk anak yang masih terlihat malu-malu ketika memainkan
perannya.
4) Guru melakukan evaluasi dalam kegiatan ini bersama anak-anak,
untuk mengukur sejauh mana keberhasilan kegiatan bermain
44
Rida Rubianti Kartini, 2014 Meningkatkan Kemampuan Mengenalkan Konsep Measurement (Pengukuran) Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
peran ini, khususnya dalam meningkatkan kemampuan mengenal
konsep mesurement anak usia dini. Jika dalam siklus I kegiatan
yang dilakukan belum maksimal, selanjutnya guru
mempersiapkan kegiatan bermain peran dengan tema yang
berbeda untuk kegiatan di siklus selanjutnya.
2. Tahap Tindakan
Tahap ini merupakan implementasi dari tahapan perencanaan. Pada
tahap ini peneliti berperan sebagai observer, dan guru kelas sebagai
pelaksana tentang apa yang telah dipaparkan dalam tahap perencanaan
sebelumnya. Peneliti bekerjasama dengan guru kelas TK B di TK Islam
Nur Al Rahman, untuk menerapkan segala rancangan yang telah
dirumuskan bersama dalam meningkatkan kemampuan mengenal konsep
measurement anak usia dini melalui metode bermain peran.
Adapun rancangan aktifitas yang akan dilakukan dalam setiap
siklusnya adalah kegiatan bermain peran digambarkan dalam gambar
berikut ini:
Gambar 3.2 Rancangan aktifitas dalam setiap siklus
3. Tahap Observasi
Dalam tahap observasi menggunakan beberapa macam alat
observasi. Alat observasi yang di gunakan untuk siswa dan guru berupa
angket yang berisikan pedoman observasi, sedangkan pedoman
wawancara ditujukan untuk guru dalam mencari informasi lebih lanjut.
Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara
melakukan pengamatan tentang tindakan yang sedang berlangsung.
Binatang Jalan-jalan ke kebun binatang
Belanja ke pasar tradisional
Binatang darat
Jenis-jenis sayuran Tanaman
Makan di restaurant
45
Rida Rubianti Kartini, 2014 Meningkatkan Kemampuan Mengenalkan Konsep Measurement (Pengukuran) Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sebenarnya pengamatan yang dilakukan ini waktunya bersamaan dengan
tindakan. Dalam tahap ini peneliti mencatat kembali tentang apa yang
telah terjadi dengan menggunakan instrumen untuk memperoleh data
yang akurat dalam mengukur kemampuan mengenal konsep measurement
melalui kegiatan bermain peran.
4. Tahap Refleksi
Setelah semua data terkumpul, tahap selanjutnya adalah tahap
refleksi, dimana peneliti melakukan analisis data yang dapat memberikan
arahan perbaikan untuk siklus selanjutnya. Pada tahap ini membahas
tentang perubahan yang terjadi pada siswa, guru, dan situasi kelas.
Mengukur apakah indikator yang telah ditentukan sudah tercapai atau
belum, kemudian apakah media pembelajaran yang di gunakan dalam
penelitian ini sudah terpenuhi atau belum. Hal tersebut dilakukan untuk
memutuskan nilai keberhasilan seberapa jauh tindakan yang telah
membawa perubahan dalam satu siklus. Jika dirasakan belum ada
perkembangan untuk kemampuan mengenal konsep measurement anak
usia dini pada kelompok TK B di TK Islam Nur Al Rahman, maka
peneliti yang berkolaborasi dengan guru kelas merencanakan kembali
kegiatan yang akan dilakukann dalam siklus berikutnya. Untuk refleksi
pada siklus terakhir peneliti dapat menyampaikan rencana yang
disarankan untuk peneliti lain jika menghentikan kegiatannya atau kepada
diri sendiri jika akan melanjutkan dalam kesempatan lain.
C. Metode Penelitian
Berdasarkan permasalahan dan tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya, yaitu secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran
tentang penerapan metode bermain peran dalam meningkatkan kemampuan
mengenal konsep measurement anak usia dini. Melalui penelitian ini
diharapkan dapat menghasilkan suatu pembelajaran yang dapat membantu
anak untuk meningkatkan memahami konsep measurement dengan metode
yang menyenangkan, dan bagi guru dapat dijadikan salah satu alternatif
46
Rida Rubianti Kartini, 2014 Meningkatkan Kemampuan Mengenalkan Konsep Measurement (Pengukuran) Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada anak usia dini untuk
menciptakan suatu perubahan, perbaikan, dan meningkatkan kualitas
pendidikan anak usia dini.
Demi tercapainya tujuan di atas, maka diperlukan suatu metode
penelitian yang menitikberatkan pada upaya yang dapat menghasilkan suatu
solusi praktis dan konstektual tanpa mengabaikan hal-hal yang bersifat
teoritik. Berdasarkan pertimbangan tersebut, metode penelitian yang dinggap
tepat sasaran adalah metode penelitian tindakan (action research). Namun
penelitian tindakan yang dilakukan yang lebih difokuskan pada situasi kelas
yang dikenal dengan penelitian tindakan kelas (action research classroom).
Pada dasarnya penelitian tindakan kelas ini dimaksudkan untuk
peningkatan dan perbaikan dalam hal kinerja belajar siswa, mutu proses
pembelajaran di kelas, kualitas penggunaan media alat bantu belajar, kualitas
prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil
belajar siswa, masalah-masalah pendidikan di sekolah, serta kualitas
penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi siswa di sekolah.
Seperti pendapat Muslihudin (2009:25) “hasil utama dari penelitian ini
berupa tindakan ke arah perubahan, perbaikan, peningkatan mutu perilaku
seseorang atau sekelompok orang tertentu”.
Penelitian ini dilakukan secara kolaboratif antara kepala sekolah, guru
serta peneliti. Dalam penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran dalam memfasilitasi proses perekembangan anak, khususnya
dalam aspek kemampuan mengenal konsep mesurement (pengukuran) anak
usia dini melalui penerapan metode bermain peran di kelompok TK B di TK
Islam Nur Al Rahman Cimahi.
D. Definisi Operasional
Supaya penelitian ini lebih jelas dan tidak menimbulkan pemahaman
ganda, maka penulis memberi batasan sesuai dengan apa yang dimaksudkan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
47
Rida Rubianti Kartini, 2014 Meningkatkan Kemampuan Mengenalkan Konsep Measurement (Pengukuran) Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Konsep Measurement (Pengukuran)
Pengertian measurement di dalam penelitian ini adalah mengukur
dan membandingkan sesuatu benda. Aktifitas measurement bagi anak
menurut Copley (2001:125)
Young children are constantly measuring how big, how tall, how
much, how far, how old, and how heavy they are compared to their
friends. In daily experiences such as choosing the biggest brownie or
pouring juice into too small a glass and spilling all over the counter,
children use and develop their intuitive notions of comparing volume,
area, length, and other attributes they will eventually learn to
measure.
Kegiatan anak dalam mengukur selalu berhubungan dengan
mengidentifikasi benda, apakah berukuran panjang, besar, tinggi, banyak,
jauh, lama dan berat. Selain itu anak selalu membandingkan dua buah
benda atau lebih, pada akhirnya yang mereka lakukan adalah belajar
untuk mengukur. Dalam penelitian ini peneliti membatasi pengukuran
(measurement) yang akan di aplikasikan di lapangan yaitu berkonsentrasi
hanya pada konsep pengukuran panjang. Pada usia pra sekolah
pengukuran panjang meliputi panjang, pendek, tinggi, rendah. Mengukur
panjang-pendek berarti dari samping kanan ke samping kiri atau
sebaliknya, dan mengukur tinggi-rendah berarti dari atas ke bawah atau
sebaliknya (Sriningsih:2008).
2. Bermain Peran
Pengertian bermain peran dalam penelitian ini adalah bermain pura-
pura, dimana anak belajar untuk mengenal dan memahami konsep
measurement. Nugraha (2012) menyatakan bahwa “Bermain peran
merupakan salah satu pembelajaran yang melibatkan anak-anak secara
aktif dalam memainkan peran-peran tertentu, dalam kegiatan ini anak
akan banyak menyelidiki dan mendapatkan pengalaman yang kaya baik
untuk dirinya sendiri, orang lain ataupun lingkungan di sekitarnya”.
Sedangkan menurut Hadfield (Faiq:2013) menyebutkan “bahwa strategi
bermain peran (role playing) adalah suatu permainan gerak yang
48
Rida Rubianti Kartini, 2014 Meningkatkan Kemampuan Mengenalkan Konsep Measurement (Pengukuran) Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
didalamnya ada tujuan, aturan, dan sekaligus melibatkan unsur senang”.
Pada intinya bermain peran akan memberikan pengalaman hidup seorang
anak dengan membiarkan anak menjadi siapapun yang diinginkannya
dengan suasana yang menyenangkan. Selain hal tersebut melalui bermain
peran anak akan menyelidiki dan memahami hal-hal yang sedang mereka
pelajari termasuk dalam belajar memahami konsep measurement
(pengukuran). Dalam penelitian ini jenis bermain peran yang digunakan
yaitu jenis bermain peran makro, menurut Erikson (Nawangsih:2013)
Bermain peran makro adalah ketika anak-anak menggunakan alat besar
(alat yang sesungguhnya) untuk menciptakan dan memainkan peran-
perannya, dan anak dikatakan sedang bermain peran makro jika dia
memerankan sendiri suatu tokoh tersebut. Sedangkan bentuk dari
bermain peran dalam penelitian ini adalah drama terpimpin, dimana
skenario cerita dan dialog telah dibuat dan disiapkan. Isi cerita dibuat
disesuaikan dengan materi untuk meningkatkan kemampuan mengenal
konsep measurement (pengukuran) anak usia dini, anak-anak tinggal
memainkan peran-peran dan naskah yang sudah ada.
E. Instrumen Penelitian
Kisi-kisi instrumen memperlihatkan hubungan antara variabel yang
diteliti dengan sumber data dan metode yang akan digunakan serta instrumen
yang di susun (Arikunto:2010). Pengembangan kisi-kisi instrumen penelitian
ini, dibuat oleh peneliti dan dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan
ahli dalam bidang PTK (penelitian Tindakan Kelas), serta yang menguasai
bidang pengukuran (measurement) anak usia dini. Setelah mendapatkan
masukan dari pembimbing dan ahli di bidang PTK (Penelitian Tindakan
Kelas) yang telah memberikan judgment pada kisi-kisi yang telah dibuat oleh
peneliti, maka instrument ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
mengenal konsep measurement anak usia dini melalui kegiatan bermain
peran. Adapun bentuk kisi-kisi instrumen penelitian di buat dalam tabel di
bawah ini:
49
Rida Rubianti Kartini, 2014 Meningkatkan Kemampuan Mengenalkan Konsep Measurement (Pengukuran) Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 3.1
Instrumen Penelitian Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep
Measurement Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Bermain Peran Variabel Dimensi Indikator Pernyataan
Measurement
(Pengukuran)
1. Measuring
Kemampuan
mengukur
sesuatu benda
yang berukuran
panjang-pendek,
tinggi-rendah
1.1. Mengukur
benda
menggunakan
satuan ukuran
tidak baku
1.1.1. Anak dapat mengukur
menggunakan sedotan
1.1.2. Anak dapat mengukur
menggunakan tali
1.2. Menyebutkan
ukuran dari
hasil
pengukuran
yang
dilakukannya
1.2.1. Anak dapat menyebutkan sesuatu
yang berukuran panjang
1.2.2. Anak dapat menyebutkan sesuatu
yang berukuran pendek
1.2.3. Anak dapat menyebutkan sesuatu
yang tinggi
1.2.4. Anak dapat menyebutkan sesuatu
yang rendah
2. Comparing
Kemampuan
dalam
membandin
gkan sesuatu
benda yang
berukuran
panjang-
pendek,
tinggi-
rendah.
2.1. Menunjukan
dua ukuran
yang berbeda
2.1.1. Anak dapat membedakan sesuatu
yang berukuran lebih panjang dan
lebih pendek
2.1.2. Anak dapat membedakan sesuatu
yang berukuran lebih tinggi dan
lebih rendah
2.2. Menunjukan
benda yang
berukuran ter-
dalam satu
kumpulan
benda yang
memiliki
ukuran yang
berbeda-beda.
2.2.1. Anak menunjukan benda yang ter-
panjang dalam satu kumpulan
benda
2.2.2. Anak menunjukan benda yang ter-
pendek dalam satu kumpulan
benda
2.2.3. Anak menunjukan benda yang ter-
tinggi dalam satu kumpulan benda
2.2.4. Anak menunjukan benda yang ter-
rendah dalam satu kumpulan
benda
2.3. Mengurutkan
sesuatu benda
dari beberapa
ukuran yang
berbeda
2.3.1. Anak dapat mengurutkan sesuatu
dari yang berukuran panjang ke
yang pendek
2.3.2. Anak dapat mengurutkan sesuatu
dari yang berukuran pendek ke
yang panjang
2.3.3. Anak dapat mengurutkan sesuatu
dari yang tinggi ke yang rendah
2.3.4. Anak dapat mengurutkan sesuatu
dari yang rendah ke yang tinggi Sumber: Coply (2001) dan Kurikulum 2010
Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, adalah
sebagai berikut:
1. Pedoman Observasi
Melalui pedoman observasi ini peneliti hanya melakukan
pengamatan yang mengacu pada indikator pencapaian perkembangan
50
Rida Rubianti Kartini, 2014 Meningkatkan Kemampuan Mengenalkan Konsep Measurement (Pengukuran) Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
anak dalam teori Coply. Adapun cara mengisinya mengacu pada pedoman
penilaian di Taman Kanak-kanak dalam Kurikulum Taman Kanak-kanak
tahun 2010. Pedoman observasi ini hanya memberikan nilai/ poin 1 pada
kolom BB (belum berkembang) yang berarti bintang satu ( ), poin 2
pada kolom MB (mulai berkembang) yang berarti bintang dua ( ),
poin 3 pada kolom BSH (berkembang sesuai harapan) yang berarti
bintang tiga ( ), dan poin 4 pada kolom BSB (berkembang sangat
baik) yang berarti bintang empat ( ). Berikut adalah pedoman
observasi kemampuan mengenal konsep measurement (pengukuran) anak
usia dini:
Tabel 3.2
Pedoman Observasi Kemampuan Mengenal Konsep Measurement
(Pengukuran) Anak Usia dini
No Aspek Yang Dinilai SHN
RDH
NAI
ZHF
RYU
IQB
AZW
ERK
NSH
YSR
GGT
ARK
GHI
ALY
1 Menyebutkan benda yang berukuran panjang
2 Menyebutkan benda yang berukuran pendek
3 Menyebutkan benda yang berukuran tinggi
4 Menyebutkan benda yang berukuran rendah
5 Mengukur menggunakan sedotan
6 Mengukur menggunakan tali
7 Membedakan sesuatu benda yang berukuran panjang dan pendek
8 Membedakan sesuatu benda yang berukuran tinggi dan rendah
9 Menunjukan benda yang ter-panjang dalam satu kumpulan benda
10 Menunjukan benda yang ter-pendek dalam satu kumpulan benda
11 Menunjukan benda yang ter-tinggi dalam satu kumpulan benda
12 Menunjukan benda yang ter-rendah dalam satu kumpulan benda
51
Rida Rubianti Kartini, 2014 Meningkatkan Kemampuan Mengenalkan Konsep Measurement (Pengukuran) Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sumber: Coply (2001) dan Kurikulum 2010
Keterangan:
BB : Belum Berkembang (1) BSH : Berkembang Sesuai Harapan (3)
MB : Mulai Berkembang (2) BSB : Berkembang Sangat Baik (4)
Berikut adalah pedoman observasi untuk guru, yang dijadikan acuan
ketika belajar menggunakan metode bermain peran:
Tabel 3.3
Pedoman Observasi Guru Dalam Menggunakan Metode Bermain Peran
No. Aspek Observasi YA TIDAK
1. Mengkondisikan anak-anak duduk di atas karpet
2. Menceritakan topik/ isi cerita yang akan dimainkan dalam bermain peran
3. Memberi penjelasan kepada anak tentang kegiatan bermain peran yang akan dimainkan
4. Membagi anak-anak menjadi 2 kelompok
5. Memberitahukan dialog kepada anak sesuai perannya masing-masing
6. Membimbing anak untuk mengingat tugas dialognya masing-masing
7. Memotivasi anak pada saat kegiatan berlangsung
8. Mengkondisikan anak yang belum kebagian bermain peran
9. Memberikan pujian dan reward kepada anak yang sudah bermain peran
10. Mengajak kembali duduk di atas karpet
11. Bertanya kepada setiap anak tentang apa yang dirasakan ketika bermain peran
12. Melakukan evaluasi
* () Pada kolom yang sesuai
2. Catatan Lapangan
Catatan dibuat ketika kegiatan tindakan setiap siklus berlangsung, hal ini
dimaksudkan untuk mendokumentasikan informasi yang terjadi ketika
pembelajaran berlangsung. Adapun model catatan yang dibuat oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
13 Mengurutkan benda dari yang berukuran panjang ke pendek
14 Mengurutkan benda dari yang brukuran pendek ke panjang
15 Mengurutkan benda dari yang berukuran tinggi ke berukuran rendah
16 Mengurutkan benda dari yang berukuran rendah ke yang berukuran tinggi
52
Rida Rubianti Kartini, 2014 Meningkatkan Kemampuan Mengenalkan Konsep Measurement (Pengukuran) Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.3
Format Catatan Lapangan Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengenal
Konsep Measurement Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran
3. Pedoman Wawancara
Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara terstruktur
dan tidak terstruktur. Kedua jenis wawancara ini mengacu pada indikator
wilayah measurement anak usia dini, metode pembelajaran yang sering
digunakan dalam proses pembelajaran, lalu media pembelajaran yang
digunakan dalam proses pembelajaran dan sebagainya. Kemudian peneliti
menarik kesimpulan berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan.
Berikut pedoman wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan
informasi dalam penelitian ini:
Tabel 3.4
Pedoman Wawancara Dalam Meningkatkan Kemampuan Mengenal Konsep
Measurement Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran
1. Pertanyaan : Bagaimana proses pembelajaran yang sudah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan measurement AUD?
Jawaban :
2. Pertanyaan : Metode pembelajaran apa yang digunakan dalam proses KBM untuk meningkatkan konsep measurement AUD?
Jawaban :
3. Pertanyaan : Media apa saja yang digunakan untuk menunjang proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan measurement AUD?
Jawaban :
4. Pertanyaan : Bagaimana implementasi rencana pembelajaran yang dilakukan dalam meningkatkan measurement AUD??
Jawaban :
Catatan Lapangan Hari/ Tanggal: Siklus: Bermain Drama: Uraian Deskripsi: _______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________ _____________________________________________________________
53
Rida Rubianti Kartini, 2014 Meningkatkan Kemampuan Mengenalkan Konsep Measurement (Pengukuran) Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Pertanyaan : Bagaimana respon anak-anak di dalam kelas?
Jawaban :
6. Pertanyaan : Faktor-faktor apa saja yang dapatmendukung proses KBM dalam meningkatkan measurement AUD?
Jawaban :
7. Pertanyaan : Hambatan apa saja yang ditemui ketika proses pembelajaran berlangsung??
Jawaban :
8. Pertanyaan : Bagaimana setelah menerapkan metode bermain peran dalam proses KBM sebagai salah satu cara dalam meningkatkan measurement AUD?
Jawaban :
9. Pertanyaan : Bagaimana bentuk evaluasi anak-anak setelah KBM di laksanakan??
Jawaban :
10. Pertanyaan : Bagaimana bentuk peniliain yang diberikan untuk anak?
Jawaban :
11. Pertanyaan : Apa perbedaan metode pembelajaran yang biasa dilakukan dengan metode bermain peran dalam rangka meningkatkan konsep measurement AUD?
Jawaban :
F. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara dan studi dokumentasi.
1. Observasi menurut Wahyudin dan Agustin (2010) adalah suatu teknik
yang dapat dilakukan dalam rangka mendapatkan berbagai informasi atau
data tentang perkembangan dan permasalahan anak. Observasi ini
bertujuan untuk mencari data tentang kondisi anak-anak, kejadian yang
ada di TK Islam Nur Al Rahman, proses pembelajarannya, metode
pembelajaran yang digunakan, sehingga memudahkan penulis dalam
menyajikan data yang disesuaikan dengan kondisi saat itu.
2. Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan guna
mendapatkan informasi tentang perkembangan dan permasalahan anak
dengan cara melakukan percakapan langsung (Wahyudin dan
Agustin:2010). Menurut Trianto (2011) wawancara terbagi menjadi dua
bagian. Pertama, wawancara terstruktur yakni jenis wawancara dimana
54
Rida Rubianti Kartini, 2014 Meningkatkan Kemampuan Mengenalkan Konsep Measurement (Pengukuran) Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pertanyaan-pertanyaannya telah disusun sedemikian rupa sehingga runtut.
Kemudian yang kedua adalah wawancara tidak terstruktur, dimana
pertanyaan tidak dibuat dan disusun secara ketat, sehingga dapat lebih
mengembangkan pertanyaan secara detil sesuai dengan pokok
pertanyaannya sehingga diperoleh jawaban yang lebih luas dan
mendalam. Melalui teknik wawancara ini penulis mendapatkan data
secara langsung dengan pihak sekolah, terutama guru-guru TK Islam Nur
Al Rahman tentang perkembangan anak, prestasi anak, dan gambaran
objek penelitian di TK Islam Nur Al Rahman.
3. Studi Dokumentasi menurut Moleong (1999) setiap bahan tertulis berupa
catatan pendek, dan film berupa foto, gambar ataupun video. Dalam
penelitian ini dokumen yang digunakan berupa catatan lapangan dan foto-
foto untuk menunjang informasi sebagai bukti ketika melaksanakan
kegiatan dengan menggunakan metode bermain peran untuk
meningkatkan kemampuan mengenal konsep measurement anak usia dini
di TK Islam Nur Al Rahman. Melalui studi dokumentasi ini dapat
digambarkan keterlibatan anak-anak dalam mengikuti kegiatan.
G. Analisis Data
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif,dimana pengumpulan data tentang poses dan hasil yang dicapai
menggunakan teknik pengamatan (observasi), catatan lapangan. Data yang
diperoleh kemudian dianalisa dengan teknis analisis kualitatif, yang
menggunakan model teknik analisis interaktif. Menurut Miles dan
Huberman (Kusnandar:2008) bahwa analisis interaktif terdiri atas tiga
komponen, yaitu reduksi data, paparan (display) data dan penarikan
kesimpulan. Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan
fokus, menyederhanakan meringkas, dan mengubah bentuk data mentah
yang ada dalam catatan lapangan. Dalam proses ini dilakukan penajaman,
pemfokusan, penyisihan data yang kurang bermakna dan mentanya
sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi.
55
Rida Rubianti Kartini, 2014 Meningkatkan Kemampuan Mengenalkan Konsep Measurement (Pengukuran) Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah direduksi data siap di paparkan, artinya tahap analisis sampai pada
pemaparan data. Pemaparan data yang dimaksudkan untuk memudahkan
pemahaman terhadap apa yang telah terjadi sehingga memudahkan
penarikan kesimpulan atau menentukan tindakan yang akan dilakukan
selanjutnya. Penarikan kesimpulan dilakukan secara bertahap, dimulai dari
kesimpulan sementara yang ditarik pada akhir siklus satu ke kesimpulan
terevisi pada akhir siklus dua. Kesimpulan awal sampai yang terakhir
saling terkait, dan kesimpulan awal merupakan sebuah pijakan.
Cara penghitungan kemampuan mengenal konsep measurement
(pengukuran) pada anak-anak kelompok TK B di TK Islam Nur Al
Rahman menggunakan distribusi frekuensi sebagai berikut:
Tabel 3.5 Distribusi Frekuensi
Kemampuan Mengenal Konsep Measurement (Pengukuran)
Anak Usia Dini
No. Kategori Interval Tally F %
1 BB 16 – 27
2 MB 28 – 39
3 BSH 40 – 51
4 BSB 52
Keterangan:
1. Mencari Interval
a. Jumlah indikator/ item dikalikan dengan nilai tertinggi (keterangan
pada pedoman observasi)
16 X 4 = 64
b. Hasil perkalian dikurangi jumlah indikator/ item
64 – 12 = 48
c. Hasil pengurangan dibagi dengan jumlah kategori (keterangan pada
pedoman observasi)
48 : 4 = 12
Berdasarkan hasil penghitungan di atas maka jumlah interval yang
akan ditetapkan pada masing-masing kategori adalah 10. Interval
untuk masing-masing kategori adalah sebagai berikut:
56
Rida Rubianti Kartini, 2014 Meningkatkan Kemampuan Mengenalkan Konsep Measurement (Pengukuran) Anak Usia Dini Melalui Metode Bermain Peran Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Katergori BB = 16-27, MB = 28-39, BSH = 40-51, BSB = 52
2. Mengisi Tally dan Frekuensi
Mengisi kolom tally dan frekuensi berdasarkan hasil skor kemampuan
mengenal konsep measurement (pengukuran) pada anak yang terdapat
dalam lampiran.
3. Mencari Presentase
Presentase kemampuan mengenal konsep measurement pada anak
dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
P : Presentase
F : Frekuensi
N : Jumlah Anak
Top Related