Abdul Karim Halim, 2015
PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
143
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 4 (empat) Kelompok Usaha Bersama Lele Jumbo
yang merupakan binaan Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor. Pada keempat
Kelompok Usaha Bersama tersebut terdapat 99 orang anggota, tetapi hanya ada 60
orang yang aktif dan sekaligus dijadikan sampel dalam penelitian ini. Secara rinci
keadaan mereka dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.1
Profil Subyek Penelitian
Kelompok Usaha Bersama Peternak Lele Jumbo
Binaan SKB Kabupaten Bogor
No. Kelompok Usaha Bersama Jumlah
Anggota (orang)
Aktif Tidak
Aktif
1.
2.
3.
4.
KUB “P2MKP Jumbo Lestari” , Kp. Babakan II
Rt / 01 Desa Babakan Kec. Ciseeng Kabupaten
Bogor.
KUB “Hamparan Rezeki” Kp. Babakan Rt 02/01
Desa Babakan Kec. Ciseeng kabupaten Bogor.
KUB “Taruna” Kp. Babakan Sabrang RT 03 /01
Desa Babakan Kec. Ciseeng Kabupaten Bogor.
KUB Posdaya Mandiri, Desa Cikarawang Kec.
Dramaga Kabupaten Bogor.
10
20
10
20
17
5
15
2
Jumlah
60
39
Sumber : Analisis Data Peneliti, 2014.
Alasan dipilihnya keempat Kelompok Usaha Bersama (KUB) Lele Jumbo
tersebut sebagai lokasi penelitian ;
144
Abdul Karim Halim, 2015 PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pertama, Keempat kelompok usaha bersama ini lahir dari program kursus
wirausaha perdesaan yang dibidani dan berada di wilayah kerja Sanggar Kegiatan
Belajar Kabupaten Bogor.
Kedua, Tiga dari kelompok usaha bersama lele jumbo tersebut, yaitu KUB
P2MKP Jumbo Lestari, KUB Hamparan Rezeki dan KUB Taruna berada dalam satu
wilayah Desa Babakan Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor, yang merupakan salah
satu wilayah sentra pengembangan ikan air tawar, khususnya ternak ikan lele jumbo
terbesar di Kabupaten Bogor. Pada saat ini kelompok usaha bersama Jumbo Lestari
sudah mendapatkan predikat sebagai Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan
(P2 MKP) Pemula dan berada di bawah pembinaan Kementrian Kelautan dan
perikanan.
Ketiga, Kelompok Usaha Bersama lele jumbo Posdaya Mandiri, merupakan
kelompok rintisan Laboratoriun Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Ibn Khaldun Bogor. Seorang alumni
Prodi PLS FKIP – UIKA telah berhasil mengelola kelompok swadaya masyarakat
dengan bendera Posdaya Mandiri yang pada saat ini sedang kami rintis menjadi
laboratorium lapangan Progam Studi Pendidikan Luar Sekolah. Atas dasar kondisi
sumber daya air yang cukup melimpah, kelompok ini sedang dikembangkan untuk
menjadi pusat latihan pembenihan dan pembesaran ikan lele jumbo, untuk
melengkapi keberhasilannya dalam mengembangkan pertanian jambu kristal, sayuran
organik dan pembibitan ikan gurame dan program-program pemberdayaan keluarga
lainnya.
Keempat, Kecamatan Ciseeng merupakan sentra pembibitan dan pembesaran lele
jumbo, setidaknya terdapat 34 (tiga puluh empat) sentra pembibitan dan pembesaran
ikan air tawar di Kecamatan ini. Kabupaten Bogor memiliki beberapa Kecamatan
yang dikembangkan sebagai sentra pengembangan ikan air tawar, seperti Kecamatan
Kemang, Kecamatan Parung, Kecamatan Ciseeng, Kecamatan Dramaga, Kecamatan
Tenjolaya, Kecamatan Gunung Sindur, dan Kecamatan Tajur Halang.
145
Abdul Karim Halim, 2015 PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kelima, Berbagai program kegiatan yang mereka lakukan seperti kursus, latihan,
magang, pengembangan usaha dan ekonomi kerakyatan merupakan bagian dari
program dan satuan Pendidikan Luar sekolah yang bertujuan untuk mencerdaskan
dan mensejahterakan kehidupan bangsa, sehingga layak untuk dikembangkan dan
disebar luaskan demi kemaslahatan ummat dan kejayaan bangsa.
Kegiatan eksplorasi difokuskan kepada para anggota kelompok usaha bersama
yang pernah menjadi peserta didik kursus wirausaha perdesaan, pengelola program,
kondisi lingkungan atau daya dukung penyelenggaraan program kursus wirausaha
perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik. Identifikasi terhadap kelompok sasaran
dilakukan agar dapat diketahui secara pasti karakteristik peserta didik , keluarga, serta
kelompok yang akan dijadikan mitra dalam memberikan perlakukan. Aspek-aspek
tersebut meliputi ; aspek sosial budaya, geografis, potensi wilayah, sebagai landasan
untuk mengembangkan model kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan
peserta didik untuk meningkatkan kemandirian wirausahawan baru.
Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini
sesuai dengan rumus, sebagai berikut :
n = Jumlah sampel yang diambil
N = Populasi sampel
e = error margin (0,05) , maka ;
Dengan demikian jumlah minimal sampel yang layak diuji dalam penelitian ini
adalah sebanyak 39 orang peserta didik kursus wirausaha perdesaan, namun demikian
agar lebih ideal dan memberikan hak yang sama kepada semua anggota populasi yang
menjadi sasaran penelitian dan secara kebetulan jumlahnya kurang dari 100 (seratus
orang) sebaiknya diambil keseluruhan anggota populasi untuk menjadi sampel
penelitian, atas dasar hal tersebut dan untuk memberikan peluang dan hak yang sama
146
Abdul Karim Halim, 2015 PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kepada setiap anggota populasi serta lebih memudahkan peneliti melakukan
perhitungannya, maka dalam kesempatan ini peneliti menjadikan semua anggota
populasi sekaligus menjadi sampel penelitian, yaitu sebanyak 60 orang.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui dua bentuk kegiatan, yaitu (1) exploration, yang
bersifat kualitatif, dan (2) pre-test – post-test, yang bersifat kuantitatif.
Kegiatan pertama ; Melakukan Penelitian secara explorative-kualitatif dengan
langkah-langkah sebagai berikut;
1. Studi Pendahuluan. Kegiatan ini merupakan studi awal yang bertujuan untuk
merefleksikan situasi yang terjadi di lapangan. Tahap ini merupakan tahap
identifikasi dan pengembangan blueprint model kursus wirausaha perdesaan berbasis
kebutuhan peserta didik yang mencakup pengembangan; a. Perencanaan
pelaksanaan kursus, b. Proses pembelajaran kursus, c. Penyusunan materi/bahan
pembelajaran kursus, d. Kondisi Pamong belajar/instruktur/pelatih, e. Kondisi sarana
dan prasarana pembelajaran, f. Daya dukung biaya pelaksanaan kursus, dan g. Alat
evaluasi pembelajaran dan evaluasi program Kursus Wirausaha Perdesaan.
2. Penyusunan model konseptual. Dalam penyusunan model konseptual
berpatokan pada hasil studi pendahuluan. Pada tahap ini akan dikembangkan suatu
model konseptual kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik.
Langkah-langkah yang ditempuh pada tahap ini adalah; a. Analisis empiris dan
teoritis tentang model kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik,
b. Analisis lingkungan masyarakat yang terlibat sebagai peserta didik kursus
wirausaha perdesaan, melalui assesment, c. Identifikasi daya dukung pelaksanaan
program kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik yang
dikembangkan, d. Identifikasi permasalahan lapangan yang relevan, dan e.
Mengembangkan prototipe kegiatan program kursus wirausaha perdesaan berbasis
kebutuhan peserta didik serta daya dukung lainnya.
Setelah dihasilkan prototipe model kursus wirausaha perdesaan berbasis
kebutuhan peserta didik yang didukung berbagai faktor, selanjutnya dilakukan f.
147
Abdul Karim Halim, 2015 PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Analisis teoritik program kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta
didik, g. Penyempurnaan pelaksanaan program kursus wirausaha perdesaan berbasis
kebutuhan peserta didik, h. Melakukan pelatihan bagi para pelatih (training of
trainer), i. Ujicoba pelaksanaan kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan
peserta didik, dan j. Penyempurnaan penyelenggaraan program kursus wirausaha
perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik.
3. Kegiatan validasi/verifikasi model konseptual. Model konseptual yang
telah disusun dilakukan validasi/verifikasi melalui validasi empirik, dan validasi
praktisi dengan melibatkan pakar bidang pendidikan luar sekolah, nara sumber atau
praktisi, penyelenggara, pihak terkait dengan lingkungan masyarakat dan peserta
didik kursus wirausaha perdesaan. Kegiatan ini bertujuan untuk penyempurnaan
model konseptual dalam bentuk kegiatan diskusi kelompok terfokus (focus group
discusion), curah pendapat (brainstorming) dan sejenisnya. Hasil dari kegiatan ini
kemudian diikuti dengan melakukan cek silang (cross check) dengan temuan-temuan
dari hasil studi lain yang memiliki hubungan dengan penelitian yang dilakukan.
4. Kegiatan revisi model. Revisi model dilakukan atas dasar saran-saran dan
masukan para pakar dan praktisi, serta didukung oleh sumber-sumber bacaan berupa
literatur maupun hasil penelitian. Selanjutnya, model hasil revisi siap untuk
diujicobakan.
Kegiatan kedua ; Melakukan penyempurnaan model kursus wirausaha perdesaan,
dan melakukan evaluasi secara menyeluruh terhadap komponen-komponen kursus
wirausaha perdesaan. Kegiatan penyempurnaan dan evaluasi model ini difokuskan
untuk mengungkap efektivitas komponen-komponen progran kursus wirausaha
perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik yang dikembangkan, mengungkap
karakteristik utama model kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta
didik yang berpotensi untuk meningkatkan kemampuan wirausahawan baru peserta
didik kursus wirausaha perdesaan, respon dan kinerja peserta didik sebagai hasil dari
model kursus wirausaha perdesaan yang dikembangkan, serta prinsip-prinsip dasar
yang menjamin terlaksananya program kursus wirausaha perdesaan berbasis
148
Abdul Karim Halim, 2015 PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kebutuhan peserta didik yang berkualitas untuk meningkatkan kemandirian
wirausahawan baru peserta didik kursus wirausaha perdesaan.
Berkenaan dengan hal-hal tersebut di atas, maka pada tahap ini dilakukan;
1. Melihat efektivitas penerapan model yang dikembangkan terhadap peningkatan
kemampuan wirausahawan baru peserta didik program kursus wirausaha
perdesaan, dan
2. Evaluasi model bahan pembelajaran kursus wirausaha perdesaan serta revisi
akhir.
Pada tahap kedua dilakukan juga implementasi model kursus wirausaha
perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik yang telah direvisi. Setelah implementasi
model dilakukan uji efektifitas model kursus wirausaha perdesaan dengan
menggunakan desain pre-test dan post-test pada kelompok kontrol (pretest-Posttest
control group Design). Desain ini dilakukan dengan membandingkan hasil pre-test
dengan hasil post-test pada kelompok eksperiemen yang diberi perlakuan dengan
model kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik.
Penyajian alur atau langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian dan
pengembangan ini, merupakan alur pikir yang menggambarkan bagaimana
operasionalisasi pelaksanaan pengembangan model kursus wirausaha perdesaan
secara terstruktur dan sistematis. Berkenaan dengan hal tesebut dapat dilihat alur
pengembangan yang ditampilkan pada bagan berikut ini;
149
Abdul Karim Halim, 2015 PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kajian Teoritik
Studi Pendahuluan
Perumusanmodel
Konseptual
Kajian Kebijakan
Empirik
Validasi Model
PenetapanFokus Kajian
Model Teoritik
Analisis dan
Revisi Model
Uji coba Model
Test Retest
Review dan penghalusan
model
Pembakuan Model
Model Akhir
Monitoring
Monitoring
Fase Studi Pendahuluan
Fase Studi Pengembangan
Fase Evaluasi
Fase Diseminasi
Gambar 3.1.
Alur Pengembangan Model Penelitian
Sumber : Analisis Peneliti, 2014
Pada gambar 3.1 terlihat secara sistematis langkah pengembangan yang
dilakukan, gambar di atas terbagi ke dalam empat fase, yaitu; 1. Fase studi
pendahuluan, 2. Fase studi pengembangan, 3. Fase evaluasi, dan 4. Fase diseminasi.
Pada alur pengembangan ini, fase-fase tersebut menjadi suatu tahapan yang harus
dilaksanakan dalam membuat alur pengembangan yang dijadikan model akhir.
C. Pendekatan dan Metode Penelitian
Dalam penelitian model kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta
didik untuk meningkatkan kemampuan wirausahawan baru di Sanggar Kegiatan
Belajar Kabupaten Bogor dirancang dengan menggunakan pendekatan penelitian dan
pengembangan (Research and Development), yaitu penelitian yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Penelitian dengan menggunakan pendekatan R&D
bertujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil pendidikan serta untuk
menemukan pengetahuan-pengetahuan baru melalui basic research. Penelitian ini
juga dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan khusus tentang masalah
yang bersifat praktis melalui applied research, yang digunakan untuk meningkatkan
praktik-praktik pendidikan.
150
Abdul Karim Halim, 2015 PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tujuan utama dari pada penelitian ini adalah untuk menemukan atau membuat
model baru dan/atau perbaikan terhadap produk kursus wirausaha perdesaan yang
lama guna menumbuh kembangkan jiwa, semangat dan kompetensi kewirausahaan di
masyarakat untuk mendorong terciptanya wirausahawan-wirausahawan baru, melalui
optimalisasi pelibatan peserta didik program kursus wirausaha perdesaan yang
dilaksanakan oleh Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor.
Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti mengumpulkan dan menganalisis
data, mengintegrasikan temuan dan menarik kesimpulan secara inferesial dengan
menggunakan dua pendekatan atau metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam
satu studi. Metode kombinasi digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian pada
suatu proyek/kegiatan penelitian. Metode penelitian ini akan memberikan kegunaan
apabila metode kuantitatif atau metode kualitatif secara sendiri-sendiri tidak cukup
akurat digunakan untuk memahami permasalahan penelitian, atau dengan
menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif secara kombinasi akan dapat
memperoleh pemahaman yang paling baik (bila dibandingkan dengan satu metode)
Pernyataan tersebut di atas terbaca dengan jelas bahwa penelitian ini
menggunakan metode campuran yang bersifat sequensial exploratory berdasarkan
pada urutan penemuan, pertama penelitian ini menggunakan metode kualitatif,
kemudian dilanjutkan dengan menggunakan metode kuantitatif. Hal ini berkenaan
dengan tujuan utama dari pada penelitian ini yaitu untuk menemukan atau membuat
model baru dan/atau refisi terhadap sebuah model kegiatan program kursus wirausaha
perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan
wirausahawan baru, sehingga dapat meningkatkan dan mengembangkan motivasi,
semangat dan jiwa serta kompetensi kewirausahaan masyarakat yang akan
mendorong kearah kemandirian wirausahawan baru dari peserta didik kursus
wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan di Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten
Bogor.
Sehubungan dengan hal tersebut maka ada beberapa langkah yang harus dilakukan
dalam melaksanakan Penelitian dan Pengembangan (Research and Development),
151
Abdul Karim Halim, 2015 PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yaitu ; 1. Penelitian dan pengumpulan data (Research and Information collecting).
Pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil, dan
pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai, 2. Perencanaan (planning), 3.
Pengembangan draft produk (Develop preliminary form of product), 4. Uji coba
lapangan awal (Preliminary field testing), 5. Merevisi hasil uji coba lapangan (Main
product revision), 6. Penyempurnaan hasil produk hasil uji coba lapangan
(Operasional product revision), 7. Penyempurnaan produk akhir (Final product
revision), 8. Implementasi dan diseminasi (Implementation and disemination).
Penjabaran dari pada langkah-langkah tersebut adalah, sebagai berikut ;
1. Penelitian dan pengumpulan data (Research and information collecting).
Pengukuran kebutuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil dan
pertimbangan-pertimbangan dari segi nilai, meliputi; review literature, observasi
lapangan dan persiapan laporan. Kegiatan ini penulis lakukan pada;
a. Kelompok usaha bersama P2MKP “Jumbo Lestari “ di Kp. Babakan II Rt
01/01 Desa Babakan Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor,
b. Kelompok usaha bersama “Taruna” di Kp. Babakan sabrang Rt 03/01 Desa
Babakan Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor,
c. Kelompok usaha bersama “Hamparan Rezeki” di Kp. Babakan Sabrang Rt
02/01 Desa Babakan Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor, dan
d. Kelompok usaha bersama “Posdaya Mandiri” di Desa Cikarawang Kecamatan
Dramaga Kabupaten Bogor.
2. Perencanaan (planning). Merupakan kegiatan awal setelah kita mengetahui
kebutuhan peserta didik dalam rangka mengembangkan kemampuan dan
kemandiriannya dalam berwirausaha, dengan langkah-langkah sebagai berikut;
a. Menyusun rencana penelitian, meliputi kemampuan-kemampuan yang
diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan penelitian yang
hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah
penelitian, kemungkinan pengujian dalam lingkup terbatas.
152
Abdul Karim Halim, 2015 PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Perencanaan, meliputi ; penentuan model pelatihan kewirausahaan yang cocok,
penyusunan desain kurikulum dan pelatihan, serta melakukan ujicoba dalam
skala kecil.
3. Setelah peneliti selesai melakukan penelitian awal dan memahami hasil dari pada
program kursus wirausaha perdesaan dengan menggunakan model kursus yang
dilakukan oleh Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor, selanjutnya peneliti
melakukan pengembangan draft produk (develop preliminary form of product).
Pengembangan rencana pelatihan, proses pelatihan dan instrumen evaluasi
pelatihan. Langkah ini meliputi; pembuatan disain rancangan model kursus
wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan
kemampuan wirausahawan baru.
4. Draf model kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik untuk
meningkatkan kemampuan wirausahawan baru selesai dibuat, maka pekerjaan
selanjutnya adalah melakukan uji coba lapangan awal (preliminary field testing).
Uji coba di lapangan pada 2 (dua) kelompok pelaksana kursus wirausaha
perdesaan. Selama uji coba, diadakan pengamatan, wawancara dan studi
dokumentasi. Ujicoba pendahuluan dilakukan langsung di lokasi kursus wirausaha
perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik pada dua kelompok usaha bersama di
wilayah binaan Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor, yaitu pada kelompok
ternak lele “Jumbo Lestari“ di Desa Babakan Kecamatan Ciseeng Kabupaten
Bogor, dan kelompok usaha bersama “Posdaya Mandiri“ di Desa Cikarawang Kec.
Dramaga Kabupaten Bogor. Pada langkah ini dilakukan analisis data berdasarkan
hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.
5. Setelah uji coba model kursus wirausaha perdesaan selesai dilakukan, selanjutnya
peneliti melakukan revisi hasil uji coba lapangan (main product revision).
Memperbaiki atau menyempurnakan hasil uji coba. Revisi terhadap rancangan
awal dilakukan berdasarkan hasil yang ditemukan dalam studi eksploratis.
6. Dari hasil uji coba dilakukan beberapa penyempurnaan terhadap beberapa
komponen yang dianggap perlu. Penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan
153
Abdul Karim Halim, 2015 PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(operasional product revision) merupakan penyempurnaan produk hasil lapangan.
Revisi terhadap produk utama, dilakukan berdasarkan hasil temuan dalam ujicoba
untuk siap diimplementasikan. Uji coba pelaksanaan lapangan (operasional field
testing). Dilaksanakan pada 2 (dua) kelompok usaha bersama pelaksana program
kursus wirausaha perdesaan. Ujicoba operasional, dilakukan pada 2 (dua)
kelompok usaha bersama, binaan Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor
yang menyelenggarakan program kursus wirausaha perdesaan dengan melibatkan
peserta didik Kursus Wirausaha Perdesaan, dan nara sumber teknis, serta mitra
usaha dan mitra kerja lainnya.
7. Penyempurnaan produk akhir (final product revision). Penyempurnaan dilakukan
atas dasar berbagai masukan dari hasil uji coba pelaksanaan di lapangan. Revisi
produk operasional ini dilakukan berdasarkan hasil implementasi.
8. Implementasi dan diseminasi (implementation and disemination). Melaporkan
hasil penyempurnaan produk akhir. Pada tahap Implementasi dan diseminasi
dilakukan monitoring sebagai kontrol terhadap hasil akhir model kursus wirausaha
perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik sebagai upaya untuk meningkatkan
kemampuan wirausahawan baru pada wilayah binaan Sanggar Kegiatan Belajar di
Kabupaten Bogor .
Dalam mengkaji program kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan
peserta didik, dilandasi pertimbangan bahwa pengkajian model ini dapat;
1. Memberikan gambaran yang jelas atas kegiatan yang dilakukan agar terjadi
perubahan yang diharapkan dalam penyelenggaraan program kursus wirausaha
perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik,
2. Mempresentasikan data dan informasi yang diolah ke dalam gambaran atau bentuk
yang mudah dipahami.
3. Dalam gambaran tersebut, secara umum pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu studi eksplorasi dan pengembangan
model. Tahap studi eksplorasi bertujuan untuk memetakan masalah dan sumber-
154
Abdul Karim Halim, 2015 PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sumber pendukung yang berhubungan dengan kegiatan kursus wirausaha
perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik ,
4. Tahap kegiatan pengembangan model, yaitu dilakukan untuk menyusun model
konseptual yang diujicobakan di lapangan dengan menggunakan kelompok
eksperimen. Dengan memberikan perlakuan dan pengamatan intensif, akan
ditemukan peningkatan kemandirian para peserta didik yang menjadi
wirausahawan baru, sebagaimana diharapkan oleh tujuan dalam penelitian ini yaitu
peningkatan kemandirian wairausahawan baru yang dihasilkan program kursus
wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik. Temuan ini digunakan
untuk merevisi model konseptual sehingga dapat dijadikan sebagai model empirik
yang layak untuk diterapkan atau didesimininasikan.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini digunakan untuk pengumpulan data dengan
menggunakan beberapa teknik, seperti berikut; 1. observasi (pengamatan), 2.
wawancara, 3. studi dokumentasi, dan 4. angket. Angket digunakan untuk melakukan
penilaian dalam rangka mengetahui efektifitas model kursus wirausaha perdesaan
berbasis kebutuhan peserta didik dalam upaya meningkatkan kemampuan
wirausahawan baru. Uji efektifitas model kursus wirausaha perdesaan berbasis
kebutuhan peserta didik dilakukan dengan memberikan tes awal (pre-test) sebelum
dilaksanakan proses pembelajaran kursus wirausaha perdesaaan dan tes akhir (post-
test) dilakukan setelah kegiatan kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan
peserta didik selesai baik pada kelompok kontrol maupun kelompok ekperimen dan
kemudian membandingkan hasil dari pada kedua kelompok tersebut.
E. Teknik Pengumpulan Data
Beberapa teknik yang dipergunakan untuk melakukan pengumpulan data dalam
penelitian ini, adalah :
1. Observasi, dilakukan dan diupayakan dengan maksud agar para peserta didik
kursus wirausaha perdesaan sebagai sasaran penelitian tidak merasakan bahwa
dirinya sedang diobservasi. Kegiatan ini dilakukan untuk mencermati beragam
155
Abdul Karim Halim, 2015 PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
gejala dari mulai tahap studi orientasi suasana lingkungan penelitian,
implementasi, sampai evaluasi hasil penelitian. Data yang diperoleh melalui
penyelenggara, pamong belajar, tutor, peserta didik, keluarga peserta didik serta
anggota masyarakat di lingkungan peserta didik kursus wirausaha perdesaan
dilaksanakan.
2. Wawancara, kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengumpulkan data
melalui tanya jawab langsung dengan sejumlah tokoh kunci (key person), seperti ;
Kepala Bagian Tata Usaha Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor,
Koordinator pamong belajar, para pamong belajar yang terlibat, dan Kepala
Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor, pengurus kelompok usaha bersama
atau pelaksana program kursus wirausaha perdesaan, tokoh masyarakat, keluarga
peserta didik dan peserta didiknya sendiri. Kepada para pengelola program dan
instruktur digali dan dikumpulkan data yang berkaitan dengan pengalaman, cara
mengimplementasikan dan metode yang digunakan dalam melaksanakan program
kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik. Teknik
pengumpulan data ini digunakan peneliti untuk mengamati peserta didik melalui
pengamatan yang intensif dalam bentuk komunikasi horizontal sebagai proses
interaksi antara peneliti dengan sumber data sebagai subyek penelitian.
3. Studi dokumentasi, kegiatan ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan
informasi atau dokumen tertulis yang berkaitan dengan penyelenggaraan kursus
wirausaha perdesaan yang dilaksanakan. Data ini digunakan untuk melengkapi
data yang telah ditemukan agar lebih jelas kebenaran dan keakuratannya. Data
yang diperoleh melalui hasil penelaahan serta implementasi terhadap dokumen,
dapat dijadikan sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji, bahkan
untuk meramalkan data yang didapat dari Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten
Bogor atau instansi terkait dengan pelaksanaan program kursus wirausaha
Perdesaan.
4. Angket, adalah alat pengumpul data dan informasi yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula
156
Abdul Karim Halim, 2015 PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
oleh responden. Tujuan penggunaannya, yaitu pertama memperoleh data dan
informasi yang relevan dengan tujuan-tujuan penelitian dan kedua untuk
memperoleh data dan informasi dengan validitas dan reliabilitas yang tinggi.
Dalam menyusunan angket, setidaknya ada tiga hal yang perlu mendapat
perhatian. Pertama, bahasa yang digunakan harus mudah dipahami oleh reponden,
agar mereka tidak kesulitan dalam menetapkan jawaban. Sebaiknya digunakan
bahasa Indonesia yang baik dan benar serta baku. Kedua, rumuskan secara singkat
agar responden tidak kehabisan waktu untuk membaca intruksi. Ketiga, setiap
bagian sebaiknya diberi intruksi secara terpisah agar responden mereka lebih
nyaman, efektif dan efisien dalam menjawab pertanyaan dalam angket.
Angket yang digunakan harus terlebih dahulu diuji realibilitas dan validitasnya.
Untuk melakukan uji coba realibilitas dan validitas angket instrumen penelitian ini,
penulis menyebarkan angket pada 30 orang anggota kelompok usaha bersama lele
jumbo yang juga merupakan binaan Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor yaitu
kepada anggota kelompok usaha bersama “ Mina Srikandi “ di Kampung Pajeleran Rt
01/05 Kelurahan Sukahati Kecamatan Cibinong, sebanyak 10 orang. Kelompok usaha
bersama lele Jumbo “ Pemuda Mandiri “ di Kampung Babakan wetan Rt 02/03 Desa
Babakan Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor, sebanyak 10 orang dan Kelompok
usaha bersama lele Jumbo “ Jumbo Barokah “ di Kampung Babakan Pesantren Rt
05/03 Desa Babakan Kecamatan Ciseeng Kabupaten Bogor, sebanyak 10 orang.
Angket untuk responden dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yang diuji
validitas dan reliabilitasnya. Bagian pertama, berisi tentang kisi-kisi instrumen
penelitian variabel X (Pelaksanaan proses pembelajaran pada kursus wirausaha
perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik sebelum diuji reliabilitas dan validitias),
sebagaimana yang dapat dilihat pada Tabel 3.2 (Lampiran 2).
Berdasarkan data Tabel 3.2. diketahui bahwa dari keseluruhan item soal dari
variabel progam pembelajaran kursus wirausaha perdesaan (X) yang meliputi aspek
perencanaan (X 1) terdiri item soal nomor 1 sampai dengan 50, aspek pelaksanaan (X
2) terdiri dari item soal nomor 51 sampai dengan item soal nomor 100, dan aspek
157
Abdul Karim Halim, 2015 PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penilaian (X 3) terdiri dari item soal nomor 101 sampai dengan item soal nomor 150,
adalah reliabel, karena semua item soal kuesioner memiliki nilai r yang dinyatakan
dengan pearson correlation lebih besar dari 0,367 serta memiliki signifikansi (t) lebih
kecil dari 0,05 (0,01) pada Sig. (2-tailed) atau uji 2 arah, yang kemudian
dikembangkan menjadi angket penelitian untuk variabel X (Pelaksanaan program
kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik) sebelum diuji
realibiltas dan validitas. Angket dapat dilihat pada Lampiran 3.
Selanjutnya dilakukan uji coba realibiltas dan validitas terhadap angket variabel
X dan diketahui sebanyak 42 dari 50 item soal pada aspek perencanaan kursus
wirausaha perdesaan (X 1) dinayatakan valid, sedangkan 8 (delapan) item soal
lainnya dinyatakan tidak valid (tidak bisa digunakan) karena memiliki nilai pearson
correlation kurang dari 0,367 yaitu nomor 8 (0,059), nomor 22 (0,009), nomor 25
(0,231), nomor 29 (-0,066), nomor 33 (0,313), nomor 37 (0,357), nomor 43 (-0,069)
dan nomor 47 (0,298). Pada aspek pelaksanaan kursus wirausaha perdesaan (X 2)
terdapat 43 dari 50 item soal dinyatakan valid, sedangkan 7 (tujuh) item soal lainnya
dinyatakan tidak valid (tidak dapat digunakan), karena memiliki nilai pearson
correlation kurang dari 0,367 yaitu item soal nomor 57 (0,084), nomor 61 (0,260),
nomor 66 (0,237), nomor 72 (0,024), nomor 81 (0,195), nomor 87(-0,29), dan nomor
97 (-0,316). Sedangkan pada aspek penilaian (X 3) terdapat 47 dari 50 item soal yang
dinyatakan valid, sedangkan 3 (tiga) item soal dinyatakan tidak valid (tidak dapat
digunakan) karena memiliki nilai pearson correlation kurang dari 0,367 yaitu item
soal nomor 111 (0,030), nomor 129 (0,205) dan nomor 140 (0,205). Jumlah
keseluruhan item soal angket yang dinyatakan valid sebanyak 132 soal dan item soal
yang dinyatakan tidak valid sebanyak 18 item soal. Selanjutnya dapat dilihat pada
Lampiran 3. Hasil uji realibitas dan validitas tersebut dilanjutkan dengan uji
signifikansi dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 3, kemudian disusun menjadi
kisi-kisi instrumen angket penelitian variabel X (Pelaksanaan program kursus
wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik) setelah diuji reliabilitas dan
validitas serta uji signifikansi sebagaimana tertuang dalam tabel 3.3 (Lampiran 2).
158
Abdul Karim Halim, 2015 PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dari kisi-kisi angket penelitian variabel X (Pelaksanaan program kursus wirausaha
perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik) selanjutnya dijadikan acuan untuk
menyusun angket penelitian yang siap disebarkan kepada responden (Lampiran 4).
Bagian kedua, berisi tentang variabel Y (Peningkatan kemampuan wirausahawan
baru peserta didik kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik).
Pada tahap awal dibuat kisi-kisi instrument penelitian untuk variabel Y sebelum diuji
realibilitas dan validitas, sebagai mana tergambar pada Tabel 3.4 : Kisi-kisi instrumen
penelitian variabel Y (Peningkatan kemampuan wirausahawan baru peserta didik
kursus wirausaha perdesaan) sebelum diuji realibilitas dan validitas (Lampiran 2).
Berdasarkan data tersebut di atas diketahui bahwa dari keseluruhan item soal
variabel Y (Kemampuan wirausahawan baru peserta didik kursus wirausaha
perdesaan) yang meliputi aspek pemahaman terhadap kewirausahaan (Y 1) terdiri
item soal nomor 1 sampai dengan 50, aspek kemampuan dalam berwirausaha (Y 2)
terdiri dari item soal nomor 51 sampai dengan item soal nomor 100, dan aspek
kemandirian psikologis dalam berwirausaha (Y 3) terdiri dari item soal nomor 101
sampai dengan item soal nomor 150, adalah reliabel, karena semua item soal
kuesioner memiliki nilai r yang dinyatakan dengan pearson correlation lebih besar
dari 0,367 serta memiliki signifikansi (t) lebih kecil dari 0,05 (0,01) pada Sig. (2-
tailed) atau uji 2 arah.
Berdasarkan kisi-kisi instrumen penelitian variabel Y (Kemampuan
wirausahawan baru peserta didik kursus wirausaha perdesaan) tersebut disusun
Angket instrumen penelitian variabel Y (Kemampuan wirausahawan baru peserta
didik kursus wirausaha perdesaan) (Lampiran 3) dan dilanjutkan dengan uji
reliabilitas dan validitas, hasilnya dapat kita lihat pada Lampiran 3 yang kemudian
kita lanjutkan dengan uji signifikansi dengan model pearson correlation uji dua arah
(2. Tailed). Berikut data hasil uji realibilitas dan validitas terhadap variabel Y
(Peningkatan kemampuan wirausahawan baru peserta didik kursus wirausaha
perdesaan) pada Sanggar Kegiatan Belajar di Kabupaten Bogor, diketahui sebanyak
45 dari 50 item soal pada aspek pemahaman terhadap kewirausahaan (Y 1)
159
Abdul Karim Halim, 2015 PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dinyatakan valid, sedangkan 5 (Lima) item soal lainnya dinyatakan tidak valid (tidak
bisa digunakan) karena memiliki nilai pearson correlation kurang dari 0,367 yaitu
nomor 12 (0, 311), nomor 17 (- 0,037), nomor 29 (- 0,021), nomor 36 (-0,186),
nomor 44 (0,030). Sedangkan pada aspek kemampuan dalam berwirausaha (Y 2)
diketahui terdapat 44 dari 50 item soal dinyatakan valid, sedangkan 6 (enam) item
soal lainnya dinyatakan tidak valid (tidak dapat digunakan), karena memiliki nilai
pearson correlation kurang dari 0,367 yaitu item soal nomor 55 (-0,184), nomor 62
(0,228), nomor 66 (-0,184), nomor 77 (0,107), nomor 82 (0,026), dan nomor 97
(0,295), dan pada aspek kemandirian psikologis dalam berwirausaha (Y 3) terdapat
42 dari 50 item soal yang dinyatakan valid, sedangkan 8 (delapan) item soal
dinyatakan tidak valid (tidak dapat digunakan) karena memiliki nilai pearson
correlation kurang dari 0,367 yaitu item soal nomor 103 (0,214), nomor 111(0,030)
dan nomor 120 (0,245), nomor 132 (0,214), nomor 137 (0,023), nomor 142 (0,069),
nomor 146 (0,107) dan nomor 150 (0,023). Jumlah keseluruhan item soal angket
variabel Y (Peningkatan kemampuan wirausahawan baru peserta didik kursus
wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan) yang dinyatakan valid sebanyak 131 soal
dan item soal yang dinyatakan tidak valid sebanyak 19 item soal. (Lampiran 4).
Berdasarkan hasil uji signifikansi terhadap variabel pemahaman terhadap
kewirausahaan (Y 1), variabel Kemampuan dalam berwirausaha (Y 2) dan
Kemandirian psikologis dalam berwirausaha (Y 3) tersebut maka disusunlah kisi-kisi
angket instrumen penelitian yang sudah diuji realibiltas dan validtasnyia sebagaimana
terbaca pada tabel 3. 5. (Lampiran 3).
Selanjutnya dari kisi-kisi Angket Instrumen Penelitian Variabel Y
(Peningkatan kemampuan wirausahawan baru peserta didik kursus wirausaha
perdesaan berbasis kebutuhan) yang telah diuji reliabilitas dan validitasnya ini
dikembangkan menjadi angket instrument penelitian variabel Y (Kemampuan
wirausahawan baru peserta didik kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan)
yang telah diuji realibiltas dan validitasnya. (Lampiran 4).
F. Analisis Data Hasil Penelitian
160
Abdul Karim Halim, 2015 PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini teknik analisis data dilakukan dengan dua cara. Pertama,
Analisis data kualitatif digunakan untuk pengumpulan data yang berkaitan dengan
pengembangan model konseptual proses pembelajaran kursus wirausaha perdesaan
berbasis kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan wirausahawan
baru. Dalam penelitian ini teknis analisis yang digunakan adalah teknik saturasi atau
kecukupan data dan triangulasi. Teknik ini selain bertujuan untuk menguji apakah
model yang diajukan sudah layak untuk diimplementasikan, juga untuk merefleksikan
data dengan melakukan interpretasi atas dasar acuan teori serta memberikan
penguatan terhadap pengembangan model kursus wirausaha perdesaan berbasis
kebutuhan peserta didik untuk meningkatkan kemampuan wirausahawan baru di
Sanggar Kegiatan Belajar Kabupaten Bogor.
Analisis data kualitatif dilakukan dengan wawancara mendalam, diskusi dan
refleksi pengalaman belajar. Untuk menjaga validitas, reliabilitas dan objektifitas
temuan dilakukan melalui pengujian yang disebut validitas internal (credibility),
validitas eksternal (transferability), reliabilitas (dependability), dan objektifitas
(confirmability).
Credibility (kepercayaan), dilakukan agar hasil-hasil temuan dapat dicapai
kebenarannya oleh peneliti. Untuk mendapatkan data dan informasi ganda atau yang
memiliki penafsiran yang berbeda. Penarikan keabsahan data dan informasi melalui
upaya (1) activities increasing the probality that credible finding will produced, (2)
persitent observation, (3) triangulation, (4) peer debiefing, (5) referential adequancy,
(6) negative case analysis, and (7) member checks.
Transferability (validitas eksternal), dilakukan untuk mengkaji hasil penelitian
agar dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi berbeda. Transferability
ditempuh peneliti dengan mencari dan mengumpulkan kajian-kajian empiris, yaitu
model-model faktual dalam penyelenggaraan kursus wirausaha perdesaan berbasis
kebutuhan peserta didik yang dilakukan oleh pamong belajar pada Sanggar Kegiatan
Belajar, instruktur teknis, tenaga-tenaga pendidikan nonformal, instansi terkait
161
Abdul Karim Halim, 2015 PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
maupun kelompok-kelompok penyelenggara serta lembaga swadaya masyarakat yang
merupakan bagian dari satuan pendidikan luar sekolah.
Dependability (ketergantungan), yaitu upaya untuk melihat bagaimana hasil
penelitian atau model kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik
yang dikembangkan dan diujicobakan pada kondisi atau setting tertentu dapat
dinyatakan memiliki dependability.
Confirmability (derajat keyakinan), ditempuh untuk melihat kebenaran data yang
diperoleh melalui audit trail, dengan melakukan (1) pemeriksanaan terhadap semua
catatan lapangan, laporan dan dokumen, (2) hasil analisis data, tabel, gambar, dan
konsep-konsep, dan (3) catatan mengenai proses penelitian.
Kedua. Analisis data kuantitatif dilakukan untuk pengujian efektivitas model
konseptual pengembangan kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta
didik untuk meningkatkan kemampuan wirausahawan baru yang dikembangkan
sehingga dapat menjadi model empirik yang layak diterapkan. Kegiatan pre-test dan
post-test yang dilakukan terhadap peserta didik sebelum dan sesudah mengikuti
kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik. Kegiatan pre-test dan
post test dilakukan dengan memberikan angket dalam bentuk skala perbedaan
semantic (semantic differential).
Rumusan desain yang digunakan untuk menguji efektivitas model adalah dengan
menggunakan desain pre-test dan post-test yang diujicobakan pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Pengujian signifikansi efektifitas dan efisiensi
system kerja baru, bila data berbentuk interval dan dilakukan pada dua kelompok
maka dapat menggunakan t-test bepasangan (related), sedangkan bila dilakukan pada
lebih dari dua kelompok dapat menggunakan analisi varian (Anava). Dalam desain ini
kegiatan yang dilakukan adalah dengan membandingkan hasil pre-test dan post-test
dalam dua kelompok yang berbeda yaitu pada kelompok eksperimen dan pada
kelompok kontrol. Desain penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.6
One-Group Pretest-Posttest Design
162
Abdul Karim Halim, 2015 PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Subyek Pre-test Post-test
E
K
01 X 02
03 - 04
Sumber : Hasil Analisis Peneliti, tahun 2014
Pengukuran perbedaan antara data hasil pre-test dan post-test dilakukan dengan
uji beda dan korelasi. Uji beda dilakukan untuk menguji signifikansi dari dua data
yang berpasangan. Teknik yang dianggap cocok untuk melakukan pengukuran itu
adalah teknik Wilcoxon Math Pairs Test atau uji Wilcoxon. Uji beda dilakukan
melalui penyusunan statistik untuk melihat bagaimana perbedaan antara sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan pada kelompok uji coba. Penyusunan statistik ini
didasarkan atas pertimbangan : (1) sampel penelitian tidak berasal dari populasi yang
diambil secara acak atau sampel penelitiannya diambil secara purposive, (2) sampel
ujicoba masih tergolong relatif kecil, sehingga dengan menggunakan uji wilcoxon
diharapkan dapat diketahui perbedaan kemampuan wirausahawan baru peserta didik
kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan di Sanggar Kegiatan Belajar
Kabupaten Bogor sebelum dan sesudah mengikuti kursus.
Dalam pelaksanaan uji wilcoxon untuk menganalisis kedua data yang
berpasangan tersebut dilakukan uji statistik dengan menggunakan program SPPS
(Statistical Package for Social Science). Hasil pengujian ini kemudian disimpulkan
dari model kursus wirausaha perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik yang telah
disusun. Alasan penggunaan teknik uji wilcoxon adalah dengan menggunakan teknik
ini selain melihat perubahan tanda (+) dan (-), juga jenjang rangking dari masing-
masing responden ikut diperhatikan, sedangkan pada alat uji nonparametrik yang lain
hanya melihat tandanya saja. Rumus strukturalnya adalah sebagai berikut:
163
Abdul Karim Halim, 2015 PENGEMBANGAN MODEL KURSUS WIRAUSAHA PERDESAAN BERBASIS KEBUTUHAN PESERTA DIDIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN WIRAUSAHAWAN BARU DI SANGGAR KEGIATAN BELAJAR KABUPATEN BOGOR
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan: = mean
= simpangan baku
T = jumlah jenjang rangking yang terkecil
Berdasarkan uraian tersebut di atas, melalui rumusan hipotesis kerja yang
digunakan, diduga akan terdapat dampak positif yang signifikan dari
penyelenggaraan Kursus Wirausaha Perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik
untuk meningkatkan kemampuan kewirausahaannya. Hipotesis kerja yang digunakan
dalam menganalisis pengujian efektifitas penyelenggaraan kursus wirausaha
perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik yang dilakukan dengan melihat pada
aspek yang diuji terhadap peserta didik, yaitu :
(Ho) = yang dimaksudkan tidak terdapat perbedaan kemampuan
berwirausaha wirausahawan baru peserta didik kursus wirausaha
perdesaan berbasis kebutuhan sebelum dan sesudah mengikuti
Kursus Wirausaha Perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik .
(H1) = yang dimaksudkan terdapat perbedaan kemampuan berwirausaha
wirausahawan baru peserta didik kursus wirausaha perdesaan
berbasis kebutuhan sebelum dan sesudah mengikuti Kursus
Wirausaha Perdesaan berbasis kebutuhan peserta didik.
Top Related