Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

download Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

of 32

Transcript of Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    1/32

    PROPOSAL DISERTASI

    oleh : Ali Murtadho

    NIM : 07.3.00.1.08.08.0064

    A. Judul : KAJIAN PENGANGGURAN DALAM PERSPEKTIF

    PEMIKIRAN EKONOMIIBN KHALDUN

    B. Latar Belakang Masalah :

    Satu persoalan krusial dalam bidang ekonomi yang berdampak negatif secara luas

    pada bidang-bidang lainnya adalah masalah pengangguran.1 Di samping menjadi beban

    ekonomi sendiri pengangguran bisa menjadi beban psikologis bagi yang bersangkutan dan

    menjadi beban sosial dengan timbulnya berbagai macam kriminalitas dan tindakan amoral.

    Dari sisi ekonomi pengangguran merupakan biaya cukup besar yang membebani

    perekonomian secara keseluruhan. Pengangguran merupakan pemubaziran potensi berharga

    dari sumber daya manusia yang tentu saja berimbas pada pemubaziran sumber daya alam.

    Potensi yang hilang, kerugian ekonomi serta kerugian psikologis adalah harga mahal yang

    harus dibayar dari pengangguran.2

    Dalam bahasa keseharian kalau disebut menganggur maka pemahaman umumnya

    adalah tidak bekerja. Demikian juga dalam bahasa Inggris pengangguran di istilahkan

    dengan kata unemployed(tidak bekerja) lawan kata dari employed(bekerja). Tetapi dalam

    1 Tidak mengejutkan jika pengangguran menjadi topik yang sering dibicarakan dalam perdebatan politik

    bahkan di negara maju seperti Amerika dimana para politisi sering mengklaim bahwa kebijakan yang mereka

    tawarkan akan membantu menciptakan lapangan kerja. Lihat : N. Gregory Mankiw, Macroeconomics, terj. Imam

    Nurmawan Teori Makro Ekonomi, Jakarta : Erlangga, 2003, hlm. 150.

    2 Literatur-literatur ekonomi makro banyak menyinggung dampak negatif pengangguran. Lihat

    misalnya : William A. McEachern,Economics : a Contemporary Introduction, terj. Sigit Triandaru, Ekonomi

    Makro, Jakarta : Salemba Empat, 2000, hlm. 124.

    1

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    2/32

    kajian ekonomi makro ada semacam kesepakatan untuk membatasi istilah pengangguran.

    Pengangguran didefinisikan sebagai suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam

    angkatan kerja dan ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.

    Seseorang yang tidak bekerja tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong

    sebagai penganggur, atau kalau mau disebut penganggur diistilahkan sebagai penganggur

    sukarela.3

    Definisi pengangguran sebagaimana yang ada dalam ekonomi konvensional yang

    membatasi penganggur hanya pada pencari kerja yang tidak mendapatkan pekerjaan, adalah

    definisi yang sangat sempit bila dilihat dari kaca mata ajaran Islam tentang kerja. Dalam

    perspektif Islam kerja (amal) menyangkut segala aktifitas kegiatan manusia baik yang

    bersifat badaniah maupun rohaniah yang dimaksudkan untuk mewujudkan atau menambah

    suatu manfaat yang dibolehkan secara Syar.4 Ketika seseorang tidak mau mempergunakan

    potensinya maka itulah pengangguran yang amat membahayakan diri dan masyarakatnya.

    Secara moral Islam orang yang demikian adalah menganggur yang memikul dosa.

    Sedangkan yang terus mengfungsikan potensinya baik modal, tenaga maupun pikirannya

    tidak termasuk kategori menganggur yang menyalahi ajaran Islam. Ketika seseorang tidak

    bekerja namun ia masih terus berfikir keras bagaimana bisa memproduktifitaskan dirinya

    sehingga bisa menghasilkan kerja yang produktif maka ia secara moral Islam memenuhi

    kewajiban kerja dalam Islam dan tidak menanggung dosa pengangguran.

    Dari dua pandangan tentang pengangguran tersebut nampak bahwa definisi

    pengangguran dalam perspektif ekonomi makro konvensional sudah terumuskan secara

    jelas batasannya dan ukurannya. Sedangkan dalam perspektif ajaran Islam masih berbentuk

    ajaran moral yang belum terrumuskan secara konkret. Karenanya konsep

    penanggulangannya pun belum terformulasikan menjadi rumusan konsep yang jelas dan

    3 Pembatasan definisi pengangguran tersebut secara umum dijumpai dalam berbagai literaratur ekonomi

    makro konvensional, antara lain : Bradley R. Schiller, The Economic Today, ninth edition, New York : McGraw-

    Hill/Irwin, 2003, hlm. 116. Lihat pula ; Sadono Sukirno,Makroekonomi Teori Pengantar, Jakarta : PT

    RajaGrafindo Persada, 2006, hlm. 13. Juga Arfida BR,Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta : Ghalia

    Indonesia, 2003, hlm. 134.

    4 Said Sad Marthn,Madkhal li al-Fikr al-Iqtishd fi al-Islm, Beirut : Muassasah al-Rislah, 1999,

    hlm. 81. Lihat pula : Mahmd Ibrhm al-Khthib, Al-Nidhm Al-Iqtishd Fi Al-Islm, Riyadh : Maktabah Al-

    Haramain, 1989, hlm. 97. Bandingkan dengan : Rafq Ynus, Ushl al-Iqtishd al-Islm, Damaskus : Dr al-

    Qalam, 1993, hlm. 87.

    2

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    3/32

    konkret. Diskursus ekonomi Islam yang cukup marak belakangan ini belum secara intensif

    menyoroti masalah pengangguran, padahal pengangguran adalah persoalan yang amat

    membahayakan. Sebagai agama yang membawa misi kesejahteraan lahir batin dan misi

    akhlaq yang mulia, masalah pengangguran yang merupakan sumber ketidaksejahteraan dan

    sumber tindakan amoral mestinya menjadi sorotan utama. Di tengah membanjirnya kajian

    ekonomi makro yang menyoroti masalah pengangguran, pemikiran ekonomi Islam tentang

    masalah terkait terasa masih ketinggalan. Khazanah pustaka ekonomi Islam lebih

    diramaikan dengan konsep-konsep ekonomi bebas bunga, prinsip bagi hasil, teori konsumsi,

    produksi dan distribusi dalam ekonomi Islam, perbankan Syariah dan semacamnya,

    sementara pembahasan masalah pengangguran masih terkesan sambil lalu. Semestinya yang

    paling berkepentingan dengan problem pengangguran adalah masyarakat muslim yang

    memang mayoritas berada di negara berkembang dengan tingkat pengangguran yang tinggi.

    Para ahli ekonomi Barat banyak mengkaji masalah pengangguran sejak zaman

    Keynes (1936). Para ahli ekonomi tersebut menyadari betapa krusialnya masalah

    pengangguran yang mendorong mereka menelaah lebih dalam dengan mengamati berbagai

    fenomena ekonomi yang muncul di berbagai negara di dunia. Mereka hampir selalu

    mengaitkannya dengan masalah pertumbuhan ekonomi, di mana antara keduanya tidak bisa

    dipisahkan dan saling mempengaruhi. Ketika pertumbuhan ekonomi begitu pesat dan

    menjadikan suatu negara menjadi maju maka logikanya pengangguran semakin berkurang

    karena maraknya aktifitas ekonomi. Tetapi ketika perekonomian tidak jalan maka sudah

    pasti pengangguran merajalela.

    Ahli-ahli ekonomi yang tergolong dalam mazhab klasik (classical economists) yaitu

    ahli ekonomi yang hidup di antara zaman Adam Smith (1776) dan zaman Keynes (1936),

    tidak banyak membuat analisis mengenai masalah pengangguran. Kurang adanya perhatian

    tersebut disebabkan karena menurut keyakinan mereka sistem pasar bebas akan

    mewujudkan tingkat kegiatan ekonomi yang efisien dalam jangka panjang. Penggunaan

    tenaga kerja penuh (kesempatan kerja penuh / full employment) akan selalu tercapai dan

    perekonomian akan mengalami pertumbuhan. Meskipun ketidakstabilan dalam

    perekonomian yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi yang lambat atau kemunduran

    ekonomi dan pengangguran, dapat saja ada dalam setiap perekonomian, namun masalah-

    3

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    4/32

    masalah tersebut menurut mereka hanya sementara karena sistem pasar bebas akan

    membuat penyesuaian-penyesuaian yang menyebabkan masalah-masalah tersebut akan

    lenyap dengan sendirinya dan pertumbuhan ekonomi yang menguat akan berlangsung

    kembali.5 Maka praktis selama kurun waktu ini belum muncul teori pemecahan masalah

    pengangguran.

    Dalam tahun 1929-1932 terjadi kemunduran ekonomi di seluruh dunia, yang bermula

    dari kemerosotan ekonomi di Amerika serikat. Periode itu dinamakan The Great

    Depression. Pada puncak kemerosotan ekonomi itu, seperempat dari tenaga kerja di

    Amerika Serikat menganggur dan pendapatan nasionalnya (ukuran dari tingkat kegiatan

    ekonomi yang dicapai sesuatu negara) mengalami kemerosotan yang sangat tajam.

    Kemunduran ekonomi yang serius itu meluas ke seluruh dunia. Kemunduran ekonomi

    tersebut menimbulkan kesadaran ahli-ahli ekonomi bahwa mekanisme pasar tidak dapat

    secara otomatis menimbulkan pertumbuhan ekonomi yang teguh dan tingkat penggunaan

    tenaga kerja penuh. Dan teori-teori ekonomi sebelumnya juga tidak dapat menerangkan

    mengapa peristiwa kemunduran ekonomi yang serius tersebut dapat terjadi.

    Ketidakmampuan tersebut mendorong seorang ahli ekonomi Inggris yang terkemuka yaitu

    John Maynard Keyness, mengemukakan pandangan baru yang berbeda dengan para ahli

    ekonomi sebelumnya.6

    Keynes mengkritik keyakinan ahli-ahli ekonomi klasik bahwa penggunaan tenaga

    kerja penuh dan pertumbuhan ekonomi yang kuat selalu dapat dicapai. Keynes berpendapat

    pengeluaran agregat, yaitu pembelanjaan masyarakat terhadap barang dan jasa, adalah

    faktor utama yang menentukan tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai sesuatu negara.

    (Pandangan ini menyerupai pandangan Ibn Khaldun mengenai keterkaitan antara penduduk

    yang banyak dengan tingkat pemakaian tenaga kerja sebagaimana akan disinggung dalam

    pembahasan berikutnya). Dengan demikian tingkat penggunaan tenaga kerja dalam

    perekonomian tergantung kepada sampai di mana besarnya permintaan efektif yang tercipta

    5 Sadono Sukirno,Makroekonomi Teori Pengantar, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006, hlm. 6.

    6 Pandangan tersebut dikemukakan dalam bukunya yang berjudul The General Theory of Employment,

    Interest and Money dan diterbitkan pada tahun 1936 yang akhirnya menjadi landasan kepada teori

    makroekonomi modern. Lihat : Sadono Sukirno,Makroekonomi Teori Pengantar, Jakarta : PT RajaGrafindo

    Persada, 2006, hlm. 7. Lihat pula : Adam Kuper dan Jessica Kuper, The Social Science Encyclopedia, second

    edition, New York : Routledge, 2001, hlm. 439-440.

    4

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    5/32

    dalam perekonomian.7 Problem untuk mengatasi masalah pengangguram adalah problem

    bagaimana meningkatkan permintaan masyarakat sekaligus daya beli mereka terhadap

    barang dan jasa.

    Pandangan Keynes mengenai pengangguran tersebut cukup rasional namun masih

    menyisakan persoalan yang cukup berat, ialah bagaimana cara meningkatkan permintaan

    dan daya beli masyarakat. Persoalan ini terasa lebih berat lagi di negara-negara berkembang

    yang miskin, bagaimana kesahajaan mereka dengan tingkat pendapatan minim dapat

    menaikkan permintaan terhadap berbagai barang dan jasa. Belum lagi jika memang

    permintaan barang dan jasa meningkat sementara tingkat keahlian mereka masih minim

    maka justru kondisi ini tidak meningkatkan aktifitas ekonomi dalam negeri yang banyak

    menyerap tenaga kerja dalam negeri, tetapi malah mereka menjadi pasar potensial produksi

    luar negeri yang memakmurkan negara luar yang sudah maju dan menambah kemiskinan

    dalam negeri sendiri.

    Di kebanyakan penduduk negara berkembang sebagian besar penduduk bermukim di

    pedesaan. Mata pencahariannya tergantung terutama dari produksi primer yaitu sektor

    pertanian (termasuk perikanan dan peternakan) dan sektor ekstraktif (pertambangan dan

    kehutanan). Bertambahnya penduduk dan angkatan kerja menimbulkan kesulitan di sektor

    pertanian dan sektor-sektor yang dekat dengannya. Akibatnya timbul apa dikenal sebagai

    fenomena pengangguran secara terselubung di daerah pedesaan (rural disguised

    unemployment). Sebagian di antara golongan tenaga kerja mengalir ke kota dan

    menimbulkan masalah urbanisasi. Salah satu akibat gerak arus tenaga kerja dari daerah

    pedesaan ke lingkungan kota (rural-urban migration) ialah dialaminya urban

    underemployment. Banyak di antara jumlah tenaga kerja di kota-kota dan sekitarnya tidak

    sepenuhnya produktif sehingga pendapatannya tidak memadai kebutuhan hidupnya secara

    minimal sekalipun. Muncul juga tambahan masalah kesempatan kerja yaitu yang disebut

    low-quality employment artinya jenis dan sifat pekerjaan yang dilakukannya mengandung

    mutu yang rendah dengan penghasilan yang tidak memadai. Tenaga kerja itu telah terpaksa

    menerima suatu pekerjaan karena tidak atau belum ada peluang dalam bidang-bidang lain.

    Dalam perimbangan-perimbangan keadaan yang secara umum dibentangkan di atas, maka

    7 Sadono Sukirno,Makroekonomi Teori Pengantar, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006, hlm. 7, 85.

    5

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    6/32

    ada saling keterkaitan antara tingkat pendapatan rendah dan tingkat produktivitas rendah.

    Kenyataan tersebut tentu tidak menguntungkan bagi proses pembentukan modal (capital

    formation) dan akumulasi modal (capital accumulation).8

    Menyikapi masalah di atas muncul konsep Arthur Lewis (lahir 1915) tentang dua

    sektor ekonomi : sektor tradisional dan sektor modern. Sektor tradisional mencakup

    kegiatan pertanian rakyat maupun berbagai macam kegiatan informal dalam kawasan kota

    (bersifat self-employment) dan bersifat mempertahankan tingkat konsumsi. Sedangkan

    sektor modern mencakup tidak saja industri manufaktur melainkan juga pertanian,

    perdagangan, perkebunan dan pertambangan. Yang membedakan antara keduanya adalah

    bahwa dalam sektor tradisional kegiatan ekonomi berkisar pada upaya untuk memenuhi

    kebutuhan konsumsi, sedangkan dalam sektor modern terdapat kegiatan produksi bersifat

    komersil dengan maksud untuk mendapat laba (provit motive). Di sektor tradisional,

    produktivitas tenaga kerja jauh lebih rendah dibandingkan dengan produktivitas tenaga

    kerja di sektor modern. Sebagai contoh misalnya keluarga petani dengan anggota keluarga

    yang cukup banyak namun mengerjakan sawah yang sangat sempit, maka tentu

    produktivitas tenaga kerjanya sangat rendah. Kondisi demikian memunculkan

    pengangguran dalam bentuk pengangguran tersembunyi ataupun setengah menganggur,

    atau juga pengangguran bermusim.9

    Dengan demikian terjadi kelebihan tenaga kerja yang

    dapat ditarik untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja sektor modern. Dengan demikian

    konsep Arthur Lewis untuk mengatasi pengangguran adalah dengan memperluas sektor

    modern yang membutuhkan banyak tenaga kerja sehingga dapat menarik kelebihan tenaga

    kerja yang ada di sektor tradisional.Tetapi pengalaman empiris di negara-negara

    berkembang menandakan betapa sulitnya untuk menyerap sejumlah penganggur dari sektor

    tradisional dan mengalihkannya secara permanen ke sektor modern sebagai angkatan kerja

    8 Sumitro Djojohadikusumo,Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan

    Ekonomi Pembangunan, Jakarta : LP3ES, 1994, hlm. 63-64.

    9 Pengangguran tersembunyi terjadi ketika jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi lebih banyak

    dari yang sebenarnya diperlukan. Sedangkan setengah menganggur terjadi jika pekerja memiliki jam kerja atau

    waktu kerja jauh lebih sedikit dari yang normal, misalnya hanya bekerja satu atau dua hari dalam

    seminggu.pengangguran. Sementara pengangguran bermusim adalah pengangguran yang terkait dengan musim,

    misalnya petani atau nelayan pada musim tertentu tidak bekerja. Lihat : Sadono Sukirno, Makroekonomi Teori

    Pengantar, edisi ketiga, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006, hlm. 330-331.

    6

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    7/32

    produktif. Proses demikian itu jauh dari lancar dan memerlukan waktu yang relatif lama.10

    Dengan demikian gagasan Arthur tersebut kurang efektif diterapkan di negara berkembang.

    Raul Prebisch (1901-1986) juga memberikan gagasan tentang cara mengatasi

    pengangguran. Meskipun bukan termasuk golongan yang beraliran neo-marxis, namun

    pendekatannya terhadap perekonomian negara-negara berkembang sejalan dengan garis

    pemikiran para penganut teori dependencia, yaitu masalah pertentangan kepentingan dalam

    sistem ekonomi global antara negara-negara induk (negara-negara industri maju) dan

    negara-negara periferi (negara-negara berkembang yang ketinggalan dalam perkembangan

    ekonominya), dimana antara kedua kelompok negara ini terdapat kesenjangan yang semakin

    besar dalam hal tingkat pendapatan dan tingkat pengangguran. Hal ini terkait dengan

    struktur ekonomi di kedua kelompok negara tersebut. Di negara-negara industri maju

    struktur ekonominya homogen dengan ditandai diversifikasi. Sedangkan di negara-negara

    berkembang struktur ekonominya heterogen dalam arti ragam kegiatan ekonomi

    berlangsung sendiri-sendiri tanpa adanya bejana yang berhubungan, dan bersifat sempit

    terbatas (berat sebelah di sektor produksi primer). Terbatasnya kegiatan ekonomi pada

    sektor primer jelas mempengaruhi nilai tukar komoditi primer terhadap barang industri

    dalam perdagangan internasional. Ini berimbas pada masalah pengangguran yang kronis.

    Kesimpulan pokok gagasan Prebisch ialah bahwa industrialisasi menjadi prasyarat untuk

    keluar dari dilemma tersebut. Yakni dengan memproduksi setempat di dalam negeri barang-

    barang industri yang selama ini diimpor dari negara-negara induk, disertai diversifikasi

    ekspor secara horizontal (mencakup lebih banyak berbagai jenis komoditi) maupun vertikal

    (melakukan industri pengolahan dari komoditi primer, baik hasil buminya maupun bahan

    pertambangannya). Pada tahap perkembangan yang lebih lanjut, negara-negara periferi

    harus mampu menjadi negara eksportir barang industri manufaktur.11 Dengan cara ini, di

    samping pendapatan negara naik, masalah pengangguran yang kronis bisa diatasi dalam

    kerangka teori Prebisch.

    10 Sumitro Djojohadikusumo,Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan

    dan Ekonomi Pembangunan, Jakarta : LP3ES, 1994, hlm. 93-95. Lihat pula : Gerald M. Meier,Leading Issues in

    Economic Development, Edisi V, New York : Oxford University Press, 1989, hlm. 125-129.

    11 Sumitro Djojohadikusumo,Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan

    dan Ekonomi Pembangunan, Jakarta : LP3ES, 1994, hlm. 116-117.

    7

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    8/32

    Beberapa teori tentang mengatasi problem pengangguran tersebut seluruhnya

    dirumuskan oleh ekonom kontemporer, yang bisa dikategorikan sebagai ekonom

    konvensional yang banyak dibingkai paham kapitalisme. Beberapa tawaran konsep baik

    teoritis maupun praktis memang bermunculan dalam kajian ekonomi. Namun seolah tidak

    mau kalah, masalah pengangguran pun terus melaju seiring dengan maraknya kajian

    tersebut. Dalam wacana ekonomi konvensional, mulai dari ekonomi klasik yang dinilai

    kurang mempedulikan problem pengangguran, kemudian teori Keynes yang seolah

    mengingatkan pentingnya kebijakan mengatasi pengangguran, disusul teori-teori berikutnya

    yang seolah saling merevisi, ternyata belum membuahkan hasil yang memuaskan.

    Meskipun di negara maju bisa menekan angka pengangguran dengan produksinya yang

    melimpah ruah, namun dampaknya justru negara miskin menjadi pasar empuk bagi

    produksi-produksi mereka, di mana timbul pola hidup konsumerisme yang menguras

    sumber daya mereka dan mempertinggi angka pengangguran dan kemiskinan. Kebijakan

    ekonomi negara maju yang cukup mendominasi dunia tersebut tentu tidak terlepas dari

    teori-ieori ekonomi yang dibangun para ekonomnya.

    Kondisi demikian menimbulkan semacam keputusasaan terhadap teori ekonomi

    konvensional yang kapitalistis dengan munculnya pernyataan bahwa teori ekonomi telah

    mati.12

    Menurut Murasa Sarkaniputra, teori ekonomi dinyatakan telah mati karena beberapa

    alasan. Pertama, paradigmanya tidak mengacu pada kepentingan masyarakat dunia sehingga

    ada dikotomi antara kepentingan individu, masyarakat dan negara dan hubungan antar

    negara. Kedua, teori ekonomi tidak mampu mengentaskan masalah kemiskinan dan

    ketimpangan pendapatan. Ketiga, teori ekonomi tidak mampu menyelaraskan hubungan

    antar regional di suatu negara, antara negara-negara di dunia, terutama antara negara-negara

    12 Murasa Sarkaniputra memperkuat statemen ini dengan mengungkap berbagai tulisan ahli ekonomi

    Barat sendiri dan ahli ekonomi Islam. Ia menulis bahwa para ahli ekonomi Barat sejak awal 1940-an dimulaioleh Joseph Schumpeter dengan bukunya Capitalism, Socialism and Democracy, disusul generasi 1950-an, 1960-

    an dan juga 1990-an menyebutkan bahwa teori ekonomi telah masuk dalam saat krisis. Murasa menyebut antara

    lain : Daniel Bell and Irving Kristol (ed), The Crisis in Economic Theory, New York : Basic Book, Inc.,

    Publishers, 1981, Mahbub Ul Haq, the Poverty Curtain: Choice for the Third World, New York : Columbia

    University Press, 1976, Michael P Todaro,Economic Development in the Third World, 4th ed., New York :

    Longman Inc., New York, 1989. Umar Vadillo, The Ends of Economics: an Islamic Critique of Economics,

    Madinah Press, 1st published, San Gregorio Alto, 30, 18010 Granada, 1991. Lihat : Murasa Sarkaniputra, Adil

    dan Ihsan dalam Perspektif Ekonomi Islam: Implementasi Mantik Rasa dalam Model Konfigurasi Teknologi al-

    Ghazali as-Syatibi Leontief Sraffa dalam :Al-Iqtishadiyyah, Jurnal Kajian Ekonomi Islam Vol. 1, No. 1,

    Januari 2004, Jakarta : P3EI UIN Syarif Hidayatullah, 2004, hlm. 1, 47.

    8

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    9/32

    maju dan negara-negara berkembang dan negara-negara terbelakang. Keempat, tentang

    terlalaikannya pelestarian sumberdaya alam. Menurutnya teori, model dan sistem ekonomi

    yang sekarang berlangsung hanya ditujukan untuk melestarikan kepentingan negara-negara

    kaya (kapitalis). Negara-negara maju mengeksploitasi negara-negara berkembang dan

    terbelakang melalui investasi untuk menyedot kekayaan alam gas, minyak dan mineral

    serta kayu- yang digunakan untuk memperkaya negaranya sendiri.13

    Pada umumnya harapan akan teori baru ditumpukan pada wacana sistem ekonomi

    dengan teori baru, dalam hal ini adalah khazanah ekonomi Islam. Ekonomi Islam yang

    ajaran substansialnya sudah ada jauh mendahului munculnya ilmu ekonomi konvensional,

    namun sebagai sebuah diskursus keilmuan ekonomi Islam muncul belakangan.

    Kemunculannya pun tidak terlepas dari picuan ilmu ekonomi konvensional. Terlepas dari

    saling klaim mana yang lebih dahulu muncul,14 namun secara obyektif diakui bahwa antara

    keduanya ada saling mempengaruhi. Kemunculan ekonomi konvensional tidak terlepas dari

    interaksi dengan dunia Islam yang telah melahirkan khazanah tulisan-tulisan klasik yang

    berbicara tentang ekonomi. Demikian juga maraknya ekonomi Islam belakangan ini juga

    tidak terlepas dari sumbangan barat terutama dalam hal metodologi dan analisisnya.15

    13 Murasa Sarkaniputra, Adil dan Ihsan dalam Perspektif Ekonomi Islam: Implementasi Mantik Rasa

    dalam Model Konfigurasi Teknologi al-Ghazali as-Syatibi Leontief Sraffa, hlm. 2.14 Buku-buku sejarah pemikiran ekonomi yang ditulis ekonom Barat kebanyakan memulai era pemikiran

    ekonomi pada abad ke-18 yang ditandai masa pencerahan di dunia Barat, dan dengan munculnya karya Adam

    Smith (1776) dengan karyanya yang berjudulAn Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations.

    Bahkan diklaim bahwa sepanjang ribuan tahun sejarah manusia sebelum 1776 tidak muncul karya besar tentang

    ekonomi. Lihat : Overton H. Taylor,A History of Economic Thought, New York : McGraw-Hill Book Company,

    Inc., 1960, hlm. 1. Lihat pula : Mark Skousen, The Making of Modern Economics The Lives and Ideas of the

    Great Thinkers, terj. Tri Wibowo Budi Santoso, Sang Maestro Teori-teori Ekonomi Modern, Sejarah Pemikiran

    Ekonomi, Jakarta : Prenada Media, 2005, hlm. 15-16. Sementara dalam khazanah kepustakaan Islam, jauh

    sebelum itu sudah muncul banyak ahli yang berbicara masalah ekonomi, antara lain : Abu Yusuf (798 M)

    berbicara tentang kebijakan ekonomi dalam bukunyaAl-Kharrj, Abu Ubaid (838 M) menerangkan tentang

    keuangan public dalam Islam dengan mengintrodusir masalah hak pemerintah atas warga dan hak warga atas

    pemerintah dalam karyanyaAl-Amwl. Demikian juga Al-Ghazali (1111 M), Ibn Taimiyah (1328 M), Ibn

    Khaldun (1404) dan masih banyak lagi yang berbicara masalah keuangan, ekonomi maupun kebijakanpemerintah di bidang ekonomi. Lihat : Zamruddin Hasid, Reconstruction on Economics Theory and Its

    Application : The Role of Islamic Bank, dalam :International Journal Ihya Ulum al-Din, Semarang : IAIN

    Walisongo, vol.7, no.1, Juli 2005, hlm. 38-40. Hanya mereka tidak tercover oleh ekonom Barat karena masa-

    masa para ilmuwan muslim itu adalah masa kegelapan untuk dunia Barat.

    15 Para ilmuwan ekonomi Islam kontemporer sendiri disamping menegaskan bahwa ilmu ekonomi

    konvensional tidak terlepas dari pengaruh pemikir muslim seperti Ibn Khaldun, sebaliknya mereka juga

    mengakui bahwa wacana ekonomi Islam yang marak pada paruh kedua abad ke-20 juga mendapat pengaruh

    yang nyata dari pemikiran ekonomi konvensional. Lihat : Rifat Al-Auzhi, "Murtakazat li Tadrs al-Iqtishd al-

    Islm dalam : Jad al-Haqq Ali Jad al-Haqq, et.al,Abhts Nadwat Ishm al-Fikr al-Islm f al-Iqtishd al-

    9

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    10/32

    Melihat realitas di atas akan sangat tidak adil bila konsep mengatasi pengangguran

    hanya dieksplorasi dari para pemikir ekonomi konvensional. Untuk merealisasikan harapan

    akan adanya teori alternatif di tengah kebuntuan teori untuk mengatasi pengangguran secara

    adil dan berimbang, maka eksplorasi teori penanggulangan pengangguran sangat perlu

    ditujukan pada para pemikir ekonomi Islam. Dengan tidak mengerdilkan yang lain, Abd al-

    Rahmn bin Muhammad bin Khaldn (disingkat Ibnu Khaldun, lahir di Tunisia tahun 1332

    dan wafat di Kairo tahun 1406) termasuk seorang tokoh ekonomi Islam yang pemikiran-

    pemikirannya cukup ilmiah, empiris dan historis serta sistematis, yang diakui telah memberi

    inspirasi pada para pemikir ekonomi kontemporer. Sehingga bisa jadi ada sisi keserupaan

    konsep dengan para pemikir konvensional di samping tentu saja sisi perbedaannya.

    Pada dasarnya persoalan ekonomi merupakan bagian dari ilmu sosial,16 maka tidak

    mengherankan ketika Ibn Khaldun, yang dalam berbagai tulisan dinobatkan sebagai bapak

    ilmu sosial17, seiring dengan perkembangan diskursus ekonomi Islam yang berusaha

    mengeksplorasi pemikiran tokoh-tokoh Islam klasik iapun dinobatkan sebagai bapak

    ekonomi mendahului Adam Smith.18Ini sangat beralasan karena meskipun ia menulis buku

    sejarah namun dalam Muqaddimatnya justru memuat kajian-kajian sosial ekonomi yang

    sarat dengan teori yang disusun secara sistematis dan empiris. Ia memunculkan sebuah

    kajian yang dalam bukunya ia sebut dengan al-umrn.19

    Kajian tentang al-umrn tentu

    mencakup persoalan ekonomi, karena terjemahan kata al-umrn itu sendiri secara leksikal

    adalah kemakmuran.

    Mushir, Herndon : al-Mahad al-Alam li al-Fikr al-Islm, 1988, hlm. 52-53.

    16 Troy J. Cauley, seorang ekonom, membagi ilmu pengetahuan menjadi tiga: ilmu fisika, ilmu biologi

    dan ilmu sosial, di mana ekonomi termasuk di dalamnya. Ia sendiri mendefinisikan ekonomi sebagai sebuah

    studi tentang aspek-aspek perilaku kelompok manusia yang utamanya diarahkan untuk bisa hidup. Lihat : Troy J.

    Cauley,Economics : Principles and Institutions, Pennsylvania : The Haddon Craftsmen, Inc., cet. II, 1969, hlm.

    4-5, 11.

    17 George Ritzer mencatat bahwa hingga menjelang tahun 1800-an pun teori sosial belum tersusun dan

    belum ada tokoh yang pantas disebut sebagai sosiolog kecuali Ibn Khaldun satu-satunya yang banyak mengkaji

    fenomena sosial secara ilmiah, empiris dan historis. Lihat : George Ritzer,Modern Sociological Theory,

    Singapura : McGraw-Hill Book Co.-Singapore, 1996, hlm. 4-6, 8.

    18 Banyak sekali tulisan yang mengukuhkan Ibn Khaldun sebagai Bapak Ekonomi, antara lain :

    Agustianto,Ibnu Chaldun : Bapak Ekonomi, http://www.hupelita.com/ direkam 8 Nov 2007, M. Laeeq-ur-

    Rehman Khan, Ibn Khaldun : The Father of Economics, http://www.geocities.com/ direkam 5 November 2007.

    19 Ahmad Syafii Maarif memaknai ilm al-umrn sebagai ilmu sejarah dan ilmu kultur. Lihat : Ahmad

    Syafii Maarif,Ibn Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur, Jakarta : Gema Insani Press, 1996, hlm.

    28.

    10

    http://www.hupelita.com/baca.php?id=34087http://www.geocities.com/ecovistainternational/articles2001/ibn_khaldun.htmhttp://www.geocities.com/ecovistainternational/articles2001/ibn_khaldun.htmhttp://www.geocities.com/ecovistainternational/articles2001/ibn_khaldun.htmhttp://www.hupelita.com/baca.php?id=34087http://www.geocities.com/ecovistainternational/articles2001/ibn_khaldun.htm
  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    11/32

    Tingkat kemakmuran suatu bangsa dapat dilihat dari tingkat penggunaan tenaga kerja

    para warganya. Banyaknya penduduk sebenarnya adalah asset berharga untuk meningkatkan

    kemakmuran bangsa. Banyaknya penduduk dengan aneka ragam kebutuhan mereka

    menunjukkan tingginya permintaan terhadap hasil produksi. Sementara naik turunnya hasil

    produksi sangat tergantung pada faktor tenaga kerja. Penduduk yang banyak merupakan

    potensi tenaga kerja yang sangat bernilai. Kuncinya adalah kesesuaian antara berbagai

    keahlian yang dimiliki penduduk dengan tuntutan kerja yang berkualitas. Diversifikasi

    keahlian yang proporsional dan berkualitas menjadi sangat penting. Dengan demikian ada

    hubungan yang saling terkait antara tingkat kepadatan penduduk dengan tingkat

    kemakmuran warga karena terkait dengan optimalisasi sumber daya manusia yang besar

    dalam menaikkan tingkat produktifitas sumber daya alam.20

    Satu paragraf di atas adalah salah satu gagasan dari berbagai pandangan yang ada

    dalam Muqaddimat karya Ibnu Khaldun yang berbicara tentang problem ekonomi dan

    kependudukan yang bila dikaji secara intensif akan banyak menawarkan gagasan bagi

    pemecahan masalah pengangguran. Dari pandangan tersebut nampak bahwa banyaknya

    penduduk bukan potensi kemiskinan di mana pengangguran menjadi banyak, tetapi justru

    potensi kemakmuran yang dapat menyerap banyak tenaga kerja. Karena penduduk yang

    banyak berarti banyaknya kebutuhan terhadap produksi serta bertambahnya tenaga yang

    secara efektif dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada. Secara sederhana Ibn

    Khaldun mengilustrasikan susu sapi misalnya, akan kering dan tidak termanfaatkan jika

    tidak ada tenaga yang memerahnya. Maka dalam bahasa yang sederhana Ibn Khaldun

    menegaskan bahwa jika penduduk sedikit maka pekerjaan sedikit dan tingkat

    kemakmuranpun rendah.

    Pandangan Ibn Khaldun meski didasarkan pada potret masyarakat masa lalu ternyata

    juga sangat visioner dan realistis untuk masa modern. Bukti yang mudah dilihat misalnya

    dengan memperbandingkan kondisi pengangguran dan kemiskinan di negara seperti Jepang

    misalnya antara masa dahulu ketika penduduknya masih sedikit dengan sekarang yang

    jumlah penduduknya sudah naik. Di Jepang dengan sumber daya alam yang terbatas,

    sumber daya manusia yang cukup banyak bisa dimaksimalkan pemanfaatannya secara

    20 Ibn Khaldun,Muqaddimat, Mesir : Mathbaah Musthaf Muhammad, t.t., hlm. 359-365, 380-382.

    11

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    12/32

    efektif, sehingga sekarang termasuk negara maju dengan tingkat pengangguran paling

    sedikit.21 Terlepas dari banyaknya faktor yang ikut terlibat dalam kasus Jepang tersebut,

    yang cukup menarik adalah bahwa banyaknya penduduk dan minimnya sumber daya alam

    tidak bisa menjadi alasan bahwa hal itu yang menyebabkan tingginya angka pengangguran

    dan angka kemiskinan. Dengan demikian jika sekelumit pandangan dari khazanah

    pandangan yang ada (yang tentunya masih banyak lagi yang perlu digali) dalam

    Muqaddimat Ibn Khaldun tersebut dikaji secara intensif sehingga menjadi teori yang

    sistematis maka akan memberi harapan cukup besar untuk mengatasi masalah pengangguran

    bagi negara berpenduduk besar dengan tingkat pengangguran tinggi seperti Indonesia dan

    berbagai negara berkembang lainnya yang sebagian besar muslim.

    Eksplorasi terhadap pemikiran Ibnu Khaldun selama ini lebih ditujukan pada konsep-

    konsepnya tentang ekonomi secara umum, dan kurang memperhatikan masalah

    pengangguran.22 Padahal dilihat dari dampak yang diakibatkan, masalah pengangguran

    adalah masalah paling serius dalam bidang ekonomi. Sebagai pemikir yang banyak bergelut

    dalam kepemerintahan dan banyak mengembara ke berbagai negara dengan berbagai

    kondisi perekonomian masyarakatnya, tentu dari pemikiran Ibn Khaldun bisa ditarik sebuah

    teori tentang pengangguran dan solusinya.

    Dari studi pendahuluan terhadap kitab Muqaddimat karya Ibn Khaldun, penulis

    banyak menjumpai berbagai istilah kunci seperti al-umrn, masyah, kasb, shinat, dan

    sepadannya yang berkaitan dengan masalah pekerjaan, penghasilan, industri, dan berbagai

    hal yang menyangkut kemakmuran warga. DalamMuqaddimatIbn Khaldun ada satu istilah

    yang sering dikaitkan dengan persoalan marak/lesunya pekerjaan, yaitu istilah umrn, yang

    berarti suatu kondisi kemakmuran yangfull-employment. Pengangguran dalam konsepsi Ibn

    Khaldun berarti tidak melakukan pekerjaan yang bisa mempengaruhi tingkat umrn negara,

    yang diistilahkan dengan inqibdl al-yad an al-itimr.23

    Maka orang yang penghasilannya

    dari memungut harta orang tanpa imbal jasa, atau pencari harta karun atau penjudi dan

    21 Tingkat pengangguran di Jepang hanya 5 %, sementara di Negara-negara Eropa yang umumnya

    tergololong Negara maju saja tingkat pengangguran mencapai 8-10 %. Lihat : Sadono Sukirno, Makroekonomi

    Teori Pengantar, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006, hlm. 19.

    22 Lihat misalnya : Salman Syed Ali,Economic Thought of Ibn Khaldun, Jeddah : IRTI, Islamic

    Development Bank, 2006, hlm. 1-14.

    23 Ibn Khaldun,Muqaddimat, Mesir : Mathbaah Mushthaf Muhammad, t.t., hlm. 380.

    12

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    13/32

    sepadannya adalah penganggur. Pada masa Ibn Khaldun pekerjaan yang sesungguhnya ada

    tiga bidang. Berarti orang yang tidak bekerja dalam wilayah tiga bidang pekerjaan ini pada

    dasarnya ia tidak bekerja atau menganggur. Tiga bidang tersebut yaitu falhat(pertanian,

    peternakan dan sektor primer yang lain), shinat (sektor industri dan sektor jasa) dan

    tijrat(sektor perdagangan).24 Lebih jauh penulis juga menemukan beberapa pandangan Ibn

    Khaldun yang dapat menjadi data awal untuk mengungkap konsepnya tentang

    pengangguran :

    1. Ibn Khaldun sangat menekankan adanya pembagian kerja di antara masyarakat, di

    mana untuk terciptanya suatu keseimbangan antara satu sektor dengan sektor yang

    lain harus diusahakan ada saling keterkaitan dan pada masing-masing bidang

    terpenuhi kebutuhan tenaga kerja secara proporsional.25

    2. Lapangan kerja menyesuaikan kebutuhan masyarakat. Ketika kebutuhan primer

    masyarakat sudah terpenuhi, maka masyarakat membutuhkan yang sekunder

    kemudian yang tersier. Ada hubungan yang erat antara tingkat kebutuhan dengan

    ketenagakerjaan. Ketika tenaga kerja sudah dipakai untuk memenuhi kebutuhan

    pokok sementara masih ada sisa tenaga kerja, maka sisa tenaga kerja tersebut

    dapat dimanfaatkan untuk menaikkan kualitas hidup masyarakat dengan

    mengerjakan prestasi-prestasi yang bermanfaat.26

    3. Berdasarkan hal di atas maka tenaga kerja sangat mempengaruhi tingkat

    kemakmuran masyarakat. Penduduk yang banyak merupakan potensi tenaga kerja

    yang sangat bernilai. Berarti banyaknya penduduk bukan potensi kemiskinan di

    mana pengangguran menjadi banyak, tetapi justru potensi kemakmuran yang

    dapat menyerap banyak tenaga kerja. Karena penduduk yang banyak berarti

    bertambahnya tenaga yang secara efektif dapat memanfaatkan sumber daya alam

    yang ada. Secara sederhana Ibn Khaldun mengilustrasikan susu sapi misalnya,

    akan kering dan tidak termanfaatkan jika tidak ada tenaga yang memerahnya.

    Dalam bahasa yang sederhana Ibn Khaldun menegaskan bahwa jika penduduk

    24 Ibn Khaldun,Muqaddimat, Mesir : Mathbaah Mushthaf Muhammad, t.t., hlm. 383.

    25 Ibn Khaldun,Muqaddimat, Mesir : Mathbaah Mushthaf Muhammad, t.t., hlm. 360.

    26 Ibn Khaldun, Muqaddimat, Mesir : Mathbaah Mushthaf Muhammad, t.t., hlm. 360-361.

    13

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    14/32

    sedikit maka pekerjaan sedikit dan tingkat kemakmuranpun rendah.27

    4. Pengembangan industri menjadi sangat penting agar poin-poin di atas bisa

    berjalan secara normal. Secara natural ada tiga jenis pekerjaan manusia yaitu

    sektor pertanian / sektor primer termasuk di dalamnya pertambangan dan

    perikanan. Kedua sektor industri, namun yang ditekankan adalah kemampuan

    menginovasi barang menjadi lebih baik dan bermanfaat, atau mengubah sesuatu

    menjadi bernilai lebih. Dan ketiga sektor perdagangan. Sedangkan pekerjaan-

    pekerjaan yang lain seperti pegawai atau pelayan bukan termasuk pekerjaan yang

    natural.28

    5. Poin pandangan Ibn Khaldun yang keempat ini membawa konsekuensi logis

    bahwa yang paling menentukan kemakmuran dan akan membawa kemajuan

    bidang-bidang yang lain adalah tiga bidang itu, yakni sektor primer, industri dan

    perdagangan. Dengan demikian untuk mengatasi pengangguran yang harus

    menjadi perhatian adalah tiga bidang tersebut. Karena itu perlu mengkualitaskan

    masyarakat untuk tiga bidang itu bila pengangguran ingin dikurangi. Maka

    kebijakan pemerintah untuk mengatasi pengangguran dengan mengucurkan dana

    pada perusahaan besar dengan harapan menyerap banyak tenaga kerja adalah

    percuma, bila ketiga bidang tersebut malah diabaikan.

    Berdasarkan temuan awal tadi bisa dibangun hipotesis bahwa dibalik karya

    MuqaddimatIbn Khaldun yang kaya tesis-tesis di bidang sosial, ekonomi maupun sejarah

    pada umumnya, dapat dibangun suatu konsep sistematis yang bisa menjadi teori Ibn

    Khaldun tentang pengangguran dan cara mengatasinya. Dari sisi batasan definisi

    pengangguran, Ibn Khaldun mengkategorikan setiap orang yang tidak produktif (tidak

    melakukan itimr / tidak berpartisipasi dalam menumbuhkan kesemarakan kegiatan

    ekonomi) dimasukkan dalam kategori menganggur. Berbeda dengan kajian ekonomi makro

    konvensional yang membatasi penganggur hanya pada orang yang mencari pekerjaan tetapi

    tidak mendapatkan pekerjaan. Maka dalam perspektif pemikiran Ibn Khaldun

    penanggulangan pengangguran tidak hanya terkait dengan kebijakan membuka/memperluas

    27 Ibn Khaldun,Muqaddimat, Mesir : Mathbaah Mushthaf Muhammad, t.t., hlm. 359-365, 380-382.

    28 Ibn Khaldun,Muqaddimat, Mesir : Mathbaah Mushthaf Muhammad, t.t., hlm. 383.

    14

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    15/32

    lapangan kerja, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana masing-masing warga menjadi

    pencipta kerja (job creator) bukan pencari kerja. Kajian intensif tentang pemikiran Ibn

    Khaldun ini diharapkan dapat memunculkan teori yang spesifik tentang penanggulangan

    pengangguran. Teori ini bisa saja ada unsur kesamaannya dengan teori-teori konvensional

    yang sudah ada, tetapi tentu akan berbeda secara prinsipil karena prinsip yang mendasarinya

    berbeda. Di mana letak perbedaannya dan mana yang paling efektif diterapkan, dan apakah

    teori Ibn Khaldun bisa menawarkan alternatif penanggulangan pengangguran secara

    komprehensif dan berimbang serta tidak eksploitatif, adalah pertanyaan yang memerlukan

    penelitian yang intensif.

    C. Permasalahan

    Persoalan pengangguran adalah persoalan besar dan sangat berat dan cukup pelik

    dipecahkan yang memiliki dampak buruk tidak hanya di bidang ekonomi tetapi juga

    mengena bidang-bidang keghidupan yang lain. Namun teori-teori tentang pengangguran

    masih didominasi oleh kajian ekonomi konvensional. Padahal dalam dunia Islam sendiri ada

    seorang Ibnu Khaldun yang karyanya dengan meminjam istilah Syafii Maarif-29 menjadi

    pekerjaan rumah yang menantang para ilmuwan generasi-generasi berikutnya dan tetapaktual untuk dikaji, karena pendekatannya terhadap masalah sosial dan ekonomi dan aneka

    persoalan terkait sangat empiris historis dipandu oleh sinaran ajaran Islam. Maka mengapa

    persoalan besar tentang rumusan teori pengangguran tidak dicoba di gali dariMuqaddimat,

    sebuah karya besar yang sarat dengan bangunan teori tentang masalah sosial maupun

    ekonomi. Teori Ibnu Khaldun tentang pengangguran dengan dianalisiskomparatifkan

    dengan teori-teori pengangguran yang ada bisa menjadi tawaran teori alternatif untuk

    memecahkan masalah pengangguran yang cukup rumit ini.

    Bertolak dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan sebelumnya dan untuk

    tercapainya penelaahan yang lebih jelas, maka penelitian dalam disertasi ini lebih

    difokuskan untuk menjawab permasalahan sebagai berikut :

    29 Ahmad Syafii Maarif,Ibn Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur, Jakarta : Gema

    Insani Press, 1996, hlm. 4-5.

    15

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    16/32

    1. Bagaimana konsep penanggulangan pengangguran yang dapat dirumuskan dari

    pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun dan apa yang menjadi landasan berfikirnya ?

    2. Bagaimana analisis konsep tersebut jika dilihat dari perspektif ekonomi Islam dan jika

    diperbandingkan dengan teori-teori pengangguran dalam wacana ekonomi makro ?

    D. Tinjauan Pustaka

    Kajian pengangguran banyak didominasi ilmuwan konvensional, sangat sedikir dari

    ilmuan Islam yang mengkajinya secara teoritis. Semua buku tentang ekonomi makro dalam

    khazanah ilmu ekonomi konvensional di dalamnya selalu ada pembahasan tentang

    pengangguran. Pembahasannya berkisar seputar definisi pengangguran, klasifikasinya,

    penyebab dan kebijakan mengatasinya. Di samping itu juga tidak sedikit buku-buku

    ekonomi yang memang secara khusus membahas masalah pengangguran.30 Hal yang

    sebaliknya terjadi dalam khazanah ekonomi Islam di mana sangat sulit dijumpai

    pembahasan mengenai pengangguran. Bahkan dalam beberapa buku tentang makro

    ekonomi Islam pun tidak dijumpai pembahasan mengenai pengangguran.31 Memang banyak

    juga tulisan mengenai pengangguran dikaitkan dengan ekonomi Islam dalam situs internet,

    tetapi pada umumnya merupakan tulisan lepas yang tidak didasarkan pada penelitianintensif. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masalah pengangguran belum dikaji secara

    intensif dalam khazanah ekonomi Islam, hal ini mungkin disebabkan bahwa kajian ekonomi

    Islam masih disibukkan dengan penegasan larangan riba, berbagai implikasi dan

    pengaruhnya bagi sistem ekonomi Islam secara umum.

    Berbagai literatur ekonomi yang terkait dengan pengangguran antara lain sebagai

    berikut :

    30 Lihat misalnya buku : Betty G. Fishman dan Leo Fishman, Employment, Unemployment, and

    Economic Growth, New York : Thomas Y. Crowell Company, dan buku: Simon Commander, Enterprise

    Restructuring and Unemployment in Models of Transition, Washington, D.C.: The World Bank, 1998.

    31 Lihat misalnya buku : Muhammad Abdul Mannan, The Making of Islamic Economic Society Islamic

    Dimension in Economic Analysis, Jeddah : International Center for Research in Islamic Economics, 1984, di

    dalamnya tidak menyinggung sedikitpun masalah pengangguran. Begitu juga buku yang berbicara tentang teori

    ekonomi Islam mikro maupun makro yaitu buku Masudul Alam Choudhury, Contributions to Islamic Economic

    Theory a Study in Social Economics, New York : St. Martins Press, 1986, juga tidak menyinggung masalah

    pengangguran.

    16

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    17/32

    1. Buku The Economic Today karya Bradley R. Schiller,32Macroeconomic karya

    N. Gregory Mankiw,33Economics : a Contemporary Introduction karya

    William A. McEachern,34Makroekonomi Teori Pengantar karya Sadono

    Sukirno,35Ekonomi Sumber Daya Manusia karya Arfida BR,36 dan hampir

    seluruh literatur ekonomi makro konvensional membahas masalah definisi

    pengangguran, klasifikasinya dan kebijakan mengatasinya. Sedangkan buku

    Employment, Unemployment, and Economic Growth karya Betty G. Fishman

    dan Leo Fishman,37 lebih menyoroti persoalan pengangguran di Amerika

    Serikat. Pembahasan pengangguran dalam buku-buku ekonomi makro

    konvensiaonal tersebut pada umumnya dihubungkan dengan ketenagakerjaan

    yang terkait dengan perusahaan. Persoalan pengangguran diimplikasikan

    sebagai persoalan surplus ketersediaan tenaga kerja dengan terbatasnya

    permintaan kerja oleh perusahaan. Dengan demikian persoalan mengatasi

    pengangguran adalah persoalan bagaimana menaikkan permintaan akan

    tenaga kerja oleh perusahaan di tengah bertambahnya penawaran tenaga kerja

    yang tersedia.

    2. Tulisan Fahim Khan dengan judul Development Strategy in an Islamic

    Framework With Reference to Labour-Abundant Economies tergolong tulisan

    yang masih langka dalam khazanah ekonomi Islam yang secara intensif

    membahas pengangguran. Dalam tulisannya ia menawarkan satu solusi yang

    efektif untuk mengatasi pengangguran dengan berpijak pada ajaran ekonomi

    Islam, ialah dengan memberdayakan masyarakat dengan memberi peluang dan

    dukungan yang kuat kepada mereka untuk menjadi entrepreneur. Kajian

    32 Bradley R. Schiller, The Economic Today, ninth edition, New York : McGraw-Hill/Irwin, 2003, hlm.

    116.

    33 N. Gregory Mankiw,Macroeconomics, terj. Imam Nurmawan Teori Makro Ekonomi, Jakarta :

    Erlangga, 2003.

    34 William A. McEachern,Economics : a Contemporary Introduction, terj. Sigit Triandaru, Ekonomi

    Makro, Jakarta : Salemba Empat, 2000.

    35 Sadono Sukirno,Makroekonomi Teori Pengantar, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006, hlm. 13.

    36 Arfida BR,Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003, hlm. 134

    37 Betty G. Fishman dan Leo Fishman,Employment, Unemployment, and Economic Growth, New York :

    Thomas Y. Crowell Company.

    17

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    18/32

    Fahim Khan masih sebatas mengoreksi kebijakan konvensional dan

    menawarkan kebijakan yang dipandangnya Islami untuk mengatasi

    pengangguran. Dari kajian Fahim Khan dapat disimpulkan bahwa sesuai

    ajaran Islam di bidang ekonomi, pengangguran diatasi dengan menciptakan

    dan mengaktualkan kemampuan berwirausaha pada para penganggur.38

    3. Adiwarman A. Karim dalam bukunya Ekonomi Islam Suatu kajian

    Kontemporer, meskipun sedikit menyinggung masalah pengangguran dari

    bukunya dapat ditarik satu penegasan bahwa pengangguran terjadi karena

    lesunya sektor riil, maka untuk menanggulanginya adalah dengan membenahi

    sektor riil. Dengan bangkitnya sektor riil maka pengangguran menurun.

    Sistem ekonomi konvensional yang berbasis kapitalisme menimbulkan

    kesenjangan yang cukup tajam antara sektor moneter dan sektor riil.

    Sementara sistem ekonomi Islam yang mengacu pada prinsipprofit and loss

    sharingserta prinsip larangan riba akan menyeimbangkan kedua sektor yang

    berarti bangkitnya sektor riil dunia usaha, dengan demikian angka

    pengangguran bisa diturunkan.39

    4. Beberapa disertasi/tesis yang berbicara masalah pengangguran antara lain :

    disertasi Zaki Fuad dengan judul Wawasan Ekonomi Islam tentang

    Pemenuhan Kebutuhan dan Distribusi Pendapatan,40 yang salah satu

    temuannya adalah bahwa full employment akan tercipta apabila investasi

    ditanamkan pada kegiatan usaha produktif yang padat karya sebagaimana

    dicontohkan oleh Nabi ketika membangun fondasi ekonomi umat yang cepat

    pertumbuhannya karena menghasilkan out put yang banyak dan dapat

    mengeliminir pengangguran. Ada juga satu tesis tentang pengangguran yang

    ditulis Sucipto berjudul Analisis Struktural Kebijakan Investasi dan

    pengangguran di Jambi dalam Perspektif Ekonomi Islam, yang dalam

    38 Lihat : Fahim Khan,Essays in Islamic Economics, Leicester : The Islamic Foundation, 1995, hlm. 197-

    209.

    39 Lihat : Adiwarman A. Karim,Ekonomi Islam Suatu kajian Kontemporer, Jakarta : Gema Insani Press,

    2001, hlm. 20-22, 24, 29, 36-41.

    40 Zaki Fuad, Wawasan Ekonomi Islam tentang Pemenuhan Kebutuhan dan Distribusi Pendapatan,

    Disertasi, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2005

    18

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    19/32

    penelitiannya di propinsi Jambi, menyimpulkan bahwa di setiap pertambahan

    investasi Rp.1 dalam milyar akan terjadi penambahan tenaga kerja rata-rata

    140 orang.41

    Beberapa literatur yang terkait dengan pengangguran tersebut menunjukkan dua

    konsep yang berbeda dalam memandang masalah pengangguran. Kajian ekonomi makro

    konvensional memandang persoalan pengangguran lebih dititikberatkan pada teori

    penawaran dan permintaan tenaga kerja, maka yang menjadi fokus adalah bagaimana

    membuat perusahaan-perusahaaan dapat menyerap sebanyak-sebanyaknya ketersediaan

    tenaga kerja yang menganggur, jadi lebih bersifat labour oriented dan kurang bersifat

    enterpreuner oriented. Sedangkan dari penelitian yang masih sedikit dalam khazanah

    ekonomi Islam tentang pengangguran tersebut dapat ditarik suatu pandangan dalam

    mengatasi pengangguran dengan memberdayakan kualitas wira usaha masyarakat atau

    dengan memperkuat sektor riil.

    Teori tentang pengangguran dalam khazanah ekonomi Islam sangat penting karena

    pengangguran adalah masalah ekonomi yang berdampak serius. Maka sangat perlu untuk

    membangun teori tentang pengangguran yang original dari pemikir ekonomi Islam yang

    sangat berpengaruh di akhir masa pertengahan42 semisal Ibn Khaldun yang konsep-

    konsepnya banyak dipakai oleh para ekonom modern. Arthur B. Laffer yang

    memperkenalkan kurva Laffer misalnya, mengakui bahwa yang ia perkenalkan sebenarnya

    sudah ditulis oleh filosof muslim abad ke-14 yaitu Ibn Khaldun dalam bukunya

    Muqaddimah.43 Maka penggalian teori Ibn Khaldun tentang pengangguran sangat penting

    dan akan tetap relevan untuk menjadi tawaran konsep alternatif di tengah-tengah konsep

    pengangguran para ekonom konvensional yang belum efektif menanggulangi

    pengangguran. Sebagai filosof muslim abad pertengahan yang telah menginspirasi para

    ekonom Barat abad modern, tentu sudah cukup banyak kajian tentangnya baik yang ditulis41 Sucipto,Analisis Struktural Kebijakan Investasi dan pengangguran di Jambi dalam Perspektif Ekonomi

    Islam, Tesis, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2004.

    42 Masa pertengahan adalah antara abad ke-5 sampai abad ke-15, suatu masa yang dikenal sebagai masa

    kegelapan di Eropa. Di akhir masa ini ada fenomena di mana pemikir Barat mendapat pengaruh pemikir Muslim.

    Lihat : Sad Sad Marthn,Madkhal li al-Fikr al-Iqtishd fi al-Islm, Beirut : Muassasat al-Rislat, 1999, hlm.

    21-23.

    43 Lihat : Arthur B. Laffer, The Laffer Curve : Past, Present and Future, 2004, http://www.heritage.org/

    direkam tanggal 19 November 2007.

    19

    http://www.heritage.org/http://www.heritage.org/
  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    20/32

    kalangan Barat maupun kalangan muslim sendiri.44 Beberapa tulisan tentang pemikiran

    ekonomi Ibn Khaldun antara lain :

    1. Tulisan Salman Syed Ali berjudulEconomic Thought of Ibn Khaldun (1332-

    1406 A.D.)45 membahas pokok-pokok pemikiran ekonomi Ibn Khaldun

    tentang produksi dan pembagian kerja, mekanisme pasar dan penentuan harga,

    kebijakan pemerintah dalam masalah ekonomi serta keseimbangan ekonomi

    makro dan kesejahteraan nasional, yang akhirnya berkesimpulan bahwa

    pemikiran ekonomi Ibn Khaldun sangat canggih dan obyektif.

    2. Tulisan Jean David C. Boulakia berjudulIbn Khaldun : A Fourteenth Century

    Economist46 menegaskan bahwa Ibn Khaldun adalah pemikir abad ke-14 yang

    telah menemukan sejumlah mekanisme ekonomi yang belakangan ditemukan

    kembali oleh para ekonom modern.

    3. Tulisan Louis Baeck dengan judul The Global vision of Ibn Khaldun47

    menyatakan bahwa Ibn Khaldun adalah pemikir muslim pertama yang

    memproduk pandangan global ekonomi dengan menganalisis proses produksi,

    teori distribusi, karakter siklus dari fenomena ekonomi, dan ia juga termasuk

    pionir dalam analisis demografi.

    4. Tulisan J. Spengler berjudulEconomic Thought of Islam: Ibn Khaldun48juga

    menegaskan bahwa Ibn Khaldun adalah ahli ekonomi terbesar pada masa

    pertengahan Islam yang pandangan-pandangan ekonominya paling maju di

    antara pandangan-pandangan ekonomi yang sudah ada pada masa itu. Dan

    44Dalam internet dijumpai tidak kurang dari 640 tulisan tentang Ibn Khaldun meskipun judulnya bukan

    Ibn Khaldun tetapi dalam isi kandungannya disinggung nama Ibn Khaldun, Secara umum tulisan-tulisan ini

    memuat sisi-sisi kecendikiaan Ibn Khaldun di bidang sejarah, sosial, politik dan juga ekonomi. Lihat :

    http://www.booksgoogle.com/

    45 Salman Syed Ali,Economic Thought of Ibn Khaldun, Jeddah : IRTI, Islamic Development Bank, 2006,

    hlm. 1-14.

    46 Jean David C. Boulakia, Ibn Khaldun : A Fourteenth Century Economist, dalam The Journal of

    Political Economy, Vol. 79 No.5, Sept-Okt. 1971, hlm. 1105-1118.

    47 Louis Baeck, The Global Vision of Ibn Khaldun, dalam The Mediterranian Tradition in Economic

    Thought, Routledge, 1994, hlm. 116.

    48 Joseph J. Spengler, Economic Thought of Islam : Ibn Khaldun, dalam Comparative Studies in

    Society and History, Vol.6 No,3, April 1964, hlm. 268-306.

    20

    http://www.booksgoogle.com/http://www.booksgoogle.com/
  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    21/32

    masih banyak tulisan-tulisan yang menegaskan bahwa Ibn Khaldun adalah

    Bapak Ekonomi, misalnya tulisan M. Laeeq-ur-Rehman Khan yang berjudul

    Ibn Khaldun : The Father of Economics.49

    5. Disertasi tentang Ibn Khaldun juga telah banyak ditulis tetapi berbicara

    tentang negara, kekuasaan dan pendidikan, misalnya disertasi yang ditulis

    Syafiuddin dengan judulNegara Islam menurut konsep ibn khaldun,50 Abdul

    Rahman Zainuddin dengan judul Masalah Kekuasaan dan Negara dalam

    Pemikiran Ibn Khaldun, 51 serta Azraie Zakaria dengan judul Konsep

    Pendidikan Ibn Khaldun Relevansinya dengan Pendidikan Modern.52

    Berbagai penelitian terdahulu tentang Ibnu Khaldun di bidang ekonomi tersebut

    belum merumuskan teori Ibn Khaldun tentang penanggulangan pengangguran, karena

    penelitian-penelitian tersebut umumnya untuk membuktikan bahwa Ibnu Khaldun adalah

    pionir di bidang ekonomi mendahului para ekonom konvensional jadi yang menjadi obyek

    kajian kebanyakan adalah konsep-konsep umum dalam ekonomi seperti konsumsi,

    distribusi dan produksi serta konsep tentang uang dan harga serta mekanisme pasar.

    Karena itu penelitian ini terutama ditujukan untuk mengisi kekurangan kajian

    mengenai Ibn Khaldun dalam masalah pengangguran, sebuah masalah krusial berdampak

    besar dalam ekonomi tapi belum banyak dibahas secara intensif dalam khazanah pemikiran

    ekonomi Islam. Maka penelitian ini bertujuan untuk menemukan teori khaldun yang jelas

    tentang penanggulangan pengangguran di mana teori yang dirumuskan ini dapat selaras atau

    mungkin berbeda dengan teori pengangguran menurut Islam yang telah dirumuskan dari

    sedikit kajian tadi. Di samping itu untuk melihat apakah teori Ibn Khaldun tentang

    pengangguran memperkuat teori penanggulangan pengangguran yang dirumuskan para

    ekonom konvensional, ataukah justru memiliki nilai revisi terhadap teori-teori tersebut

    49 http://www.geocities.com/, direkam tanggal 5 November 2007.

    50 Syafiuddin,Negara Islam menurut konsep ibn khaldun, Disertasi, Jakarta : IAIN Syarif Hidayatullah,

    2001.

    51 Abdul Rahman Zainuddin,Masalah Kekuasaan dan Negara dalam Pemikiran Ibn Khaldun, Disertasi,

    Jakarta : IAIN Syarif Hidayatullah, 1991.

    52 Azraie Zakaria,Konsep Pendidikan Ibn Khaldun Relevansinya dengan Pendidikan Modern, Disertasi,

    Jakarta : IAIN Syarif Hidayatullah, 2002.

    21

    http://www.geocities.com/http://www.geocities.com/
  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    22/32

    sehingga benar-benar menawarkan teori alternatif yang lebih efektif untuk diterapkan.

    E. Tujuan Penelitian

    Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan rumusan konsep yang jelas

    tentang penanggulangan pengangguran, sebagai teori alternatif di tengah-tengah beberapa

    teori penanggulanagan pengangguran yang ada yang didomonasi konsep-konsep para

    ekonom konvensional. Konsep yang dirumuskan dari pemikiran ekonomi Ibnu Khaldun ini

    diharapkan dapat lebih efektif di samping akademis, Islamis dan praktis, mengingat sosok

    Ibn Khaldun adalah seorang pemikir muslim yang menjadi peoneer ilmu sosial dan

    ekonomi, yang kajiannya bersifat historis, akademis, empiris sekaligus Islamis. Lebih

    rincinya, sesuai rumusan permasalahan, penelitian bertujuan untuk :

    1. Merumuskan konsep penanggulangan pengangguran yang digali dari pemikiran

    ekonomi Ibn Khaldun, dan untuk mengetahui landasan berfikirnya.

    2. Membuktikan keselarasan konsep tersebut dengan ajaran Islam di bidang ekonomi, dan

    mencari hubungan/perbedaannya dengan konsep-konsep terkait yang dirumuskan para

    ekonom dalam kajian ekonomi makro.

    F. Signifikansi Penelitian

    Di tengah perdebatan tentang ketepatan kebijakan penanggulangan pengangguran

    yang penerapannya selama ini jauh dari harapan, maka kehadiran sebuah rumusan konsep

    alternatif yang dapat memperkaya konsep konsep pengangguran yang sudah ada menjadi

    sangat penting. Maka hasil penelitian ini sangat penting artinya di samping untukmemperkaya khazanah ekonomi Islam yang masih miskin konsep pengangguran, juga bisa

    bisa memudahkan berbagai kalangan untuk bagaimana bertindak secara bersama-sama

    mengatasi masalah pengangguran. Bagi para ahli ekonomi penelitian ini bisa menjadi bahan

    kajian untuk dielaborasi lebih lanjut.Bagi umat Islam khususnya dan masyarakat pada

    umumnya, elaborasi praktis hasil penelitian ini bisa menjadi panduan bagaimana melangkah

    22

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    23/32

    bersama mengatasi pengangguran. Dan bagi pemerintah sebagai pengambil kebijakan

    penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan yang efektif

    dalam mengatasi masalah pengangguran.

    G. Metode Penelitian

    Peenelitian yang ingin merumuskan teori pengangguran dari pemikiran ekonomi Ibnu

    Khaldun ini tentu saja termasuk kategori library research. Data yang dipergunakan adalah

    data kepustakaan. Sumber data primernya adalah buku MuqaddimatdanKitb al-Ibar wa

    Diwn al-Mubtada wa al-Khabar f Ayym al-Arab wa al-Ajam wa al-Barbar wa Man

    sharahum min Dzawi al-Sulthn al-Akbar atau disingkat Kitb al-Ibar karya Ibn

    Khaldun. Pada dasarnya Muqaddimat adalah buku pengantar bagi karya sejarah Ibn

    Khaldun Kitb al-Ibar. Namun, sebagaimana ditegaskan Ahmad Syafii Maarif, nama

    besar Ibn Khaldun adalah karenaMuqaddimatnya bukan karenaKitb al-Ibarnya. Karena

    seluruh bangunan teorinya tentang masalah ilmu sosial termasuk ekonomi dan sejarah

    termuat dalam Muqaddimat, sementara Kitb al-Ibarhanyalah bukti empiris-historis dari

    teori yang telah dikembangkannya dalam Muqaddimat.53 Sedangkan sumber data

    sekundernya adalah berbagai literatur yang terkait dengan ekonomi baik ekonomikonvensional maupun ekonomi Islam, didukung literatur-literatur sejarah dan literatur-

    literatur Islam lain yang terkait.

    Penelitian yang bertolak dari karya pemikir ekonomi Islam klasik yang dikaitkan

    dengan persoalan sekarang tentu perlu melibatkan berbagai pendekatan untuk mendapatkan

    hasil analisis yang mendalam dan komprehensif. Dalam hal ini penelitian melibatkan

    53 Ahmad Syafii Maarif, Ibn Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur, Jakarta : Gema

    Insani Press, 1996, hlm. 24-25.

    23

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    24/32

    pendekatan hermeneutika54 yang tidak terlepas dari pendekatan sejarah55. Pendekatan ini

    dipakai untuk mendapatkan gagasan Ibn Khaldun tentang pengangguran dari data primer

    yang berupa teks karyanya yang dianalisis dalam perspektif ekonomi Islam56 dan ekonomi

    makro konvensional.

    Dari data primer yakni kitabMuqaddimatdanKitb al-Ibar wa Diwn al-Mubtada

    wa al-Khabar f Ayym al-Arab wa al-Ajam wa al-Barbar wa Man sharahum min

    Dzawi al-Sulthn al-Akbar karya Ibn Khaldun, istilah-istilah yang terkait dengan

    pengangguran diidentifikasi, dikelompokkan dan dianalisis secara kontekstual untuk

    mendapatkan rumusan konsep penanggulangan pengangguran dari gagasan Ibnu Khaldun

    tersebut sekaligus dianalisis dari perspektif ekonomi Islam maupun ekonomi makro

    konvensional untuk dilihat relevansinya.

    Pada dasarnya jenis analisis data yang dipakai adalah analisis kualitatif.57 Artinya

    penelitian ini lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif

    serta pada analisis terhadap dinamika antar fenomena yang diteliti dengan menggunakan

    logika ilmiah, di mana permasalahan penelitian akan dijawab melalui cara-cara berfikir

    formal dan argumentatif.58 Secara lebih spesifik metode analisis data yang digunakan adalah

    54 Hermeneutika berasal dari kata kerja Yunani hermeneuien yang berarti menafsirkan,

    menginterpretasikan atau menerjemahkan. Secara umum didefinisikan sebagai suatu teori atau filsafat tentang

    interpretasi makna. Secara khusus penelitian ini memakai Hermeneutika Linguistik-Dialektis Hans-George

    Gadamer,yang lebih menitikberatkan pada dimensi bahasa serta dialektika historis, dan dalam

    menginterpretasikan suatu teks melibatkan konsepsi awal yang dimiliki penafsir. Lihat : Nafisul Atho dan Arif

    Fahruddin (ed.),Hermeneutika Transendental dari Konfigurasi Filosofis Menuju Praksis Islamic Studies,

    Yogyakarta : IRCiSod, 2003, hlm. 14 dan 144. Lihat pula : Josef Bleicher, Hermeneutika Kontemporer, terj.

    Imam Khoiri, Yogyakarta : Fajar Pustaka, 2007, hlm. 198.

    55 Analisis sejarah bertujuan melakukan sintesis atas sejumlah fakta yang diperoleh dari sumber-sumber

    sejarah dan bersama-sama dengan teori-teori disusun ke dalam suatu interpretasi yang menyeluruh. Lihat :

    Dudung Abdurrahman,Metode Penelitian Sejarah, Jakarta : Logos, 1999, hlm. 64.

    56 Dalam pendekatan ekonomi Islam, kajiannya tetap berada dalam bingkai wahyu (Al-Quran dan

    Hadits), tidak terlepas dari bingkai halal haram, metode usul fiqh, maqashid al-syariah, maslahah, dan

    sebagainya meskipun dianalisis secara logis empiris dengan melibatkan cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu

    pasti. Lihat : Rfiq Ynus al-Mishr, Ushl al-Iqtishd al-Islm, Damaskus : Dr al-Qalam, 1993, hlm. 19-21.

    57 Analisa kualitatif pada dasarnya mempergunakan pemikiran logis, analisa dengan logika, dengan

    induksi, deduksi, analogi, komparasi dan sejenisnya. Lihat : Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian,

    Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 1995, hlm. 95.

    58 Saifuddin Azhar,Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998, hlm. 5.

    24

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    25/32

    metode deskriptif,59 deduktif60 dan komparatif. Metode deskriptif dipakai misalnya untuk

    mendapatkan deskripsi yang jelas dan utuh tentang pemikiran Ibnu Khaldun tentang

    masalah terkait, yang kemudian dirumuskan konsepnya tentang penanggulangan

    pengangguran. Metode deduktif misalnya dipakai untuk mendeduksi konsep pengangguran

    dari ajaran Islam di bidang ekonomi, di samping mendeduksi konsep pengangguran dalam

    kajian ekonomi makro. Selanjutnya dengan metode komparatif rumusan konsep

    penanggulangan pengangguran dari pemikiran Ibn Khaldun tersebut dilihat relevansinya

    dengan konsep ekonomi Islam dan kajian ekonomi makro.

    H. Sistematika Penulisan

    Hasil penelitian dalam bentuk disertasi ini, penulisannya dibagi dalam enam bab,

    dengan sistematika sebagai berikut :

    Bab I Pendahuluan sebagai pengantar untuk melihat isi disertasi ini secara umum,

    meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tinjauan kepustukaan, tujuan dan

    signifikansi peenelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan.

    Bab II tentang Pengangguran Sebagai Masalah Utama Perekonomian. Bab ini menjadi

    kerangka teori dalam memahami pengangguran dalam wacana ekonomi makro, pada garis

    besarnya membicarakan : Konsep Dasar Kerja dan Pengangguran, Berbagai Pengelompokan

    Pengangguran dan Akar Penyebabnya, Pengangguran dan Pasar Tenaga Kerja, Dampak

    Pengangguran dalam Perekonomian, serta Berbagai Teori tentang Pengangguran dan

    Penanganannya.

    Bab III tentang Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun dan Konsepnya tentang Kerja dan

    Pengangguran. Bab ini menguak konsep kerja dan pengangguran dari gagasan ekonomi Ibn

    Khaldun dengan memperhatikan mainstream pemikiran ekonominya dan lingkungan sosial

    59 Metode deskriptif menurut Whitney, sebagaimana dikutip Moh. Nazir, adalah pencarian fakta dengan

    interpretasi yang tepat. Lihat : Moh. Nazir,Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988, hlm. 63.

    60 Metode deduktif dalam kajian ekonomi Islam menurut Monzer Kahf adalah mendeduksi prinsip-

    prinsip sistem Islam dan kerangka hukumnya yang diaplikasikan pada ekonomi Islam. Lihat : Monzer Kahf, The

    Islamic Economy : Analytical of the Functioning of the Islamic Economic System, terj. Machnun Husein,

    Ekonomi Islam (Telaah Analisis terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam), Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995,

    hlm. 12.

    25

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    26/32

    ekonomi yang melatarbelakanginya. Pada garis besarnya Bab III membicarakan : Ibn

    Khaldun dan Karakteristik Pemikiran Ekonominya, Kehidupan Sosial Ekonomi masyarakat

    era Ibn Khaldun, Konsep Kerja dan Pengangguran dalam Gagasan Ekonomi Ibn Khaldun,

    serta Diversifikasi Pekerjaan dalam Mengatasi Pengangguran.

    Bab IV tentang Pencapaian Kondisi Full Employmentdalam Teori Al-Umrn. Bab

    ini mengupas teori al-umrn Ibn Khaldun yang sering dikaitkannya dengan pemakaian

    tenaga kerja. Secara garis besar bab ini memuat : Teori Al-Umrn dalam Perspektif

    Ekonomi Makro, Al-Umrn dalam Konteks Pertumbuhan Ekonomi dan Pencapaian

    Kondisi Full Employment, Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Al-Umrn,

    Penanggulangan Pengangguran dalam KonsepsiAl-Umrn.

    Bab V tentang Telaah Kritis Formulasi Konsep Penanggulangan Penfangguran Ibn

    Khaldun. Disamping merumuskan konsep Ibn Khaldun tentang penanggulangan

    pengangguran secara komprehensif, bab ini juga mengungkap relevansi konsep tersebut

    dengan konsep pengangguran yang ada dalam pemikiran ekonomi Islam dan wacana

    ekonomi makro kontemporer. Bab ini memuat : Formulasi Komprehensif Konsep Ibn

    Khaldun tentang Penanggulangan Pengangguran dan Landasan Berfikirnya, Analisis

    Konsep Ibn Khaldun tentang Penanggulangan Pengangguran Dilihat dari Perspektif

    Ekonomi Islam, serta Kontribusi Konsep Ibn Khaldun bagi Teori Penanggulangan

    Pengangguran dalam Wacana Ekonomi Makro.

    Bab VI penutup, merupakan inti dari keseluruhan analisis dan kesimpulan jawaban

    terhadap permasalahan penelitian. Bab ini juga berisi saran dan kata penutup.

    DAFTAR PUSTAKA

    Abdul Mannan, Muhammad, The Making of Islamic Economic Society Islamic Dimension

    in Economic Analysis, Jeddah : International Center for Research in Islamic

    Economics, 1984.

    Abdurrahman, Dudung,Metode Penelitian Sejarah, Jakarta : Logos, 1999.

    Agustianto,Ibnu Chaldun : Bapak Ekonomi, http://www.hupelita.com/ direkam 8 Nov

    2007.

    26

    http://www.hupelita.com/baca.php?id=34087http://www.hupelita.com/baca.php?id=34087
  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    27/32

    Al-Auzhi, Rifat, "Murtakazat li Tadrs al-Iqtishd al-Islm dalam : Jad al-Haqq Ali

    Jad al-Haqq, et.al, Abhts Nadwat Ishm al-Fikr al-Islm f al-Iqtishd al-

    Mushir, Herndon : al-Mahad al-Alam li al-Fikr al-Islm, 1988.

    Ali, Salman Syed, Economic Thought of Ibn Khaldun, Jeddah : IRTI, Islamic

    Development Bank, 2006.

    Al-Jamml, Muhammad Abd Al-Munim, Mawst al-Iqtishd al-Islm, terj.

    Salahuddin Abdullah, Ensiklopedia Ekonomi Islam, Jilid 2, Selangor : DewanBahasa dan Pustaka, 1997.

    Al-Khthib, Mahmd Ibrhm, Al-Nidhm Al-Iqtishd Fi Al-Islm, Riyadh : Maktabah

    Al-Haramain, 1989.

    Al-Mishr, Rafq Ynus, Ushl al-Iqtishd al-Islm, Damaskus : Dr al-Qalam, 1993.

    Alrefai, Ahmed dan Brun, Michel, Ibn Khaldun: Dynastic Change and Its Economic

    Consequences, http://www.encyclopedia.com/, direkam tanggal 17 Nov 2007.

    Amirin. Tatang M., Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,1995.

    Atho, Nafisul dan Fahruddin, Arif, (ed.), Hermeneutika Transendental dari Konfigurasi

    Filosofis Menuju Praksis Islamic Studies, Yogyakarta : IRCiSod, 2003.

    Azhar, Saifuddin,Metode Penelitian, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1998.

    Baeck, Louis, The Global Vision of Ibn Khaldun, dalam The Mediterranian Tradition

    in Economic Thought, Routledge, 1994.

    Bleicher, Josef, Hermeneutika Kontemporer, terj. Imam Khoiri, Yogyakarta : Fajar

    Pustaka, 2007.

    Boulakia, Jean David C., Ibn Khaldun : A Fourteenth-Century Economist, dalam The

    Journal of Political Economy, Vol.79, No.5, Sept-Okt. 1971.

    BR, Arfida,Ekonomi Sumber Daya Manusia, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003.

    Cauley, Troy J., Economics : Principles and Institutions, Pennsylvania : The Haddon

    Craftsmen, Inc., cet. II, 1969.

    Chapra, M. Umer, The Future of Economic An Islamic Perspective, terj. Ikhwan Abidin

    B., Masa Depan Ilmu Ekonomi : Sebuah Tinjauan Islam, Jakarta : Gema InsaniPress, 2001.

    Choudhury, Masudul Alam, Contributions to Islamic Economic Theory a Study in Social

    Economics, New York : St. Martins Press, 1986.

    Commander,Simon, (ed.), Enterprise Restructuring and Unemployment in Models ofTransition, Washington, D.C.: The World Bank, 1998.

    Djojohadikusumo, Sumitro, Perkembangan Pemikiran Ekonomi, Dasar Teori Ekonomi

    Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, Jakarta : LP3ES, 1994.

    Enan, Mohammad Abdullah,Ibn Khaldun His Live and Work, New Delhi ; Kitab Bhavan.

    27

    http://www.encyclopedia.com/http://www.encyclopedia.com/
  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    28/32

    Fishman, Betty G. dan Fishman, Leo, Employment, Unemployment, and Economic

    Growth, New York : Thomas Y. Crowell Company.

    Fuad, Zaki, Wawasan Ekonomi Islam tentang Pemenuhan Kebutuhan dan Distribusi

    Pendapatan, Disertasi, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2005.

    Hall, Robert E. & Taylor, John B., Macroeconomics, Theory, Performance, and Policy,

    Edisi II, New York : W. W. Norton & Company, Inc., 1988.

    Hasid, Zamruddin, Reconstruction on Economics Theory and Its Application : The Role

    of Islamic Bank, dalam : International Journal Ihya Ulum al-Din, Semarang :

    IAIN Walisongo, vol.7, no.1, Juli 2005.

    Huda, Nurul, et.al.,Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teoritis, Jakarta : Kencana, 2008.

    Ibn Khaldun,Kitb al-Ibar wa Diwn al-Mubtada wa al-Khabar f Ayym al-Arab wa

    al-Ajam wa al-Barbar wa Man sharahum min Dzawi al-Sulthn al-Akbar, Beirut

    : Mansyrt Muassasat Al-Alami li Al-Mathbt, 1971.

    Ibn Khaldun,Muqaddimat, Mesir : Mathbaah Musthaf Muhammad, t.t.

    Kahf, Monzer, The Islamic Economy : Analytical of the Functioning of the Islamic

    Economic System, terj. Machnun Husein, Ekonomi Islam (Telaah Analisis

    terhadap Fungsi Sistem Ekonomi Islam), Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995.

    Karatas, Selim Cafer, The Economic Theory of Ibn Khaldun and The Rise and Fall ofNation,http://www.muslimheritage.com/, direkam tanggal 17 Juli 2007.

    Karim, Adiwarman A., (Ed.,), Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, Jakarta : IIIT, 2002.

    Karim, Adiwarman A.,Ekonomi Islam Suatu kajian Kontemporer, Jakarta : Gema Insani

    Press, 2001.

    Karim, Adiwarman A.,Ekonomi Makro Islami, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2007.

    Khan, Fahim,Essays in Islamic Economics, Leicester : The Islamic Foundation, 1995.

    Khan, M. Laeeq-ur-Rehman, Ibn Khaldun : The Father of Economics,

    http://www.geocities.com/, direkam tanggal 5 November 2007.

    Kuper, Adam dan Kuper, Kuper, Jessica, The Social Science Encyclopedia, second

    edition, New York : Routledge, 2001.

    Laffer, Arthur B., The Laffer Curve : Past, Present and Future, 2004,

    http://www.heritage.org/.

    Lawrence, Bruce B., (Ed.),Ibn Khaldun and Islamic Ideology, Leiden : E.J. Brill, 1984.

    Maarif, Ahmad SyafiI,Ibn Khaldun dalam Pandangan Penulis Barat dan Timur, Jakarta

    : Gema Insani Press, 1996..

    Mankiw, N. Gregory,Macroeconomics, terj. Imam Nurmawan Teori Makro Ekonomi,

    Jakarta : Erlangga, 2003.

    Marthn, Sad Sad, Madkhal li al-Fikr al-Iqtishd fi al-Islm, Beirut : Muassasah al-

    Rislah, 1999.

    28

    http://www.muslimheritage.com/http://www.muslimheritage.com/http://www.geocities.com/http://www.geocities.com/http://www.heritage.org/http://www.muslimheritage.com/http://www.geocities.com/http://www.heritage.org/
  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    29/32

    Meier, Gerald M.,Leading Issues in Economic Development, Edisi V, New York : Oxford

    University Press, 1989.

    McEachern, William A.,Economics : a Contemporary Introduction, terj. Sigit Triandaru,

    Ekonomi Makro, Jakarta : Salemba Empat, 2000.

    Nazir, Moh.,Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988.

    Ritzer, George, Modern Sociological Theory, Singapura : McGraw-Hill Book Co.-

    Singapore, 1996.

    Samuelson, Paul A., dan Nordhaus, William D., Economics, Singapura : McGraw-Hill

    Book Company, 1989.

    Sarkaniputra,Murasa, Adil dan Ihsan dalam Perspektif Ekonomi Islam: Implementasi

    Mantik Rasa dalam Model Konfigurasi Teknologi al-Ghazali as-Syatibi

    Leontief Sraffa dalam : Al-Iqtishadiyyah, Jurnal Kajian Ekonomi Islam Vol. 1,

    No. 1, Januari 2004, Jakarta : P3EI UIN Syarif Hidayatullah, 2004.

    Schiller, Bradley R., The Economic Today, ninth edition, New York : McGraw-Hill/Irwin,2003.

    Skousen, Mark, The Making of Modern Economics The Lives and Ideas of the Great

    Thinkers, terj. Tri Wibowo Budi Santoso, Sang Maestro Teori-teori Ekonomi

    Modern, Sejarah Pemikiran Ekonomi, Jakarta : Prenada Media, 2005.

    Soule, George,Ideas of The Great Economists, New York : The New American Library,

    1959.

    Spengler, Joseph J., Economic Thought of Islam : Ibn Khaldun, dalam Comparative

    Studies in Society and History, Vol.6 No,3, April 1964.

    Sucipto, Analisis Struktural Kebijakan Investasi dan pengangguran di Jambi dalamPerspektif Ekonomi Islam, Tesis, Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2004.

    Sudrajat,Kiat Mengentaskan Pengangguran Melalui Wira Usaha, Jakarta : Bumi Aksara,

    2000.

    Sukirno, Sadono, Makroekonomi Teori Pengantar, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,

    2006.

    Syafiuddin, Negara Islam menurut konsep ibn khaldun, Disertasi, Jakarta : IAIN Syarif

    Hidayatullah, 2001.

    Taylor, Overton H., A History of Economic Thought, New York : McGraw-Hill Book

    Company, Inc., 1960.

    Wafi, Ali Abd Al-Wahid, Abd Al-Rahman bin Khaldun : Hayatuh wa Atsaruh wa

    Madhahir Abqariyyah, Mesir : Maktabah Mishr,

    Winardi, Sejarah Perkembangan Ilmu Ekonomi, Bandung : Tarsito, 1983.

    Zainuddin, Abdul Rahman, Masalah Kekuasaan dan Negara dalam Pemikiran Ibn

    Khaldun, Disertasi, Jakarta : IAIN Syarif Hidayatullah, 1991.

    Zakaria, Azraie, Konsep Pendidikan Ibn Khaldun Relevansinya dengan Pendidikan

    29

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    30/32

    Modern, Disertasi, Jakarta : IAIN Syarif Hidayatullah, 2002.

    OUTLINE DISERTASI

    KAJIAN PENGANGGURAN DALAM PERSPEKTIF PEMIKIRAN EKONOMIIBN KHALDUN

    BAB I : PENDAHULUAN

    Bab ini sebagai pengantar untuk melihat isi disertasi ini secara umum, meliputi:A. Latar Belakang Masalah

    B. Perumusan Masalah

    C. Tinjauan Kepustakaan

    D. Tujuan dan Signifikansi Penelitian

    30

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    31/32

    E. Metode Penelitian

    F. Sistematika Penulisan.

    BAB II : PENGANGGURAN : MASALAH UTAMA PEREKONOMIAN

    Bab ini menjadi kerangka teori dalam memahami pengangguran dalam wacana

    ekonomi makro, pada garis besarnya membicarakan :

    A. Konsep Dasar Kerja dan Pengangguran

    B. Berbagai Pengelompokan Pengangguran dan Akar Penyebabnya

    C. Pengangguran dan Pasar Tenaga Kerja

    D. Dampak Pengangguran dalam Perekonomian

    E. Berbagai Teori tentang Pengangguran dan Penanganannya

    BAB III : PEMIKIRAN EKONOMI IBN KHALDUN DAN KONSEPNYA TENTANG

    KERJA DAN PENGANGGURAN

    Bab ini menguak konsep kerja dan pengangguran dari gagasan ekonomi Ibn

    Khaldun dengan memperhatikan mainstream pemikiran ekonominya dan

    lingkungan sosial ekonomi yang melatarbelakanginya. Pada garis besarnya Bab

    III membicarakan :

    A. Ibn Khaldun dan Karakteristik Pemikiran Ekonominya

    B. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat era Ibn Khaldun

    C. Konsep Kerja dan Pengangguran dalam Gagasan Ekonomi Ibn Khaldun

    D. Diversifikasi Pekerjaan dalam Mengatasi pengangguran

    BAB IV : PENCAPAIAN KONDISI FULL-EMPLOYMENT DALAM TEORI AL-

    UMRAN

    Bab ini mengupas teori Al-Umrn Ibn Khaldun yang sering dikaitkannya

    dengan pemakaian tenaga kerja. Secara garis besar bab ini memuat :

    A. TeoriAl-Umrn dalam Perspektif Ekonomi Makro

    B. Al-Umrn dalam Konteks Pertumbuhan Ekonomi dan Pencapaian Kondisi

    Full Employment

    31

  • 7/31/2019 Kajian Pengangguran Dalam Perspektif Pemikiran Ekonomi Ibn Khaldun

    32/32

    C. Faktor-faktor Pendukung dan PenghambatAl-Umrn

    D. Penanggulangan Pengangguran dalam KonsepsiAl-Umrn

    BAB V : TELAAH KRITIS FORMULASI KONSEP PENANGGULANGANPENGANGGURAN IBN KHALDUN

    Disamping merumuskan konsep Ibn Khaldun tentang penanggulangan

    pengangguran secara komprehensif, bab ini juga mengungkap relevansi konsep

    tersebut dengan konsep pengangguran yang ada dalam pemikiran ekonomi Islam

    dan wacana ekonomi makro kontemporer. Bab ini memuat :

    A. Formulasi Komprehensif Konsep Ibn Khaldun tentang Penanggulangan

    Pengangguran dan Landasan Berfikirnya

    B. Analisis Konsep Ibn Khaldun tentang Penanggulangan Pengangguran Dilihat

    dari Perspektif Ekonomi Islam

    C. Kontribusi Konsep Ibn Khaldun bagi Teori Penanggulangan Pengangguran

    dalam Wacana Ekonomi Makro

    BAB VI : PENUTUP

    Bab ini merupakan inti dari keseluruhan analisis dan kesimpulan jawaban dari

    permasalahan penelitian. Bab ini berisi :

    A. Kesimpulan

    B. Saran-saran