BAB III
HASIL PENELITIAN
Dalam penulisan pada bab III ini akan membahas tentang hasil dari penelitian. Penulis
mengawalinya dengan menguraikan gambaran umum jemaat GPM Hative Besar. Setelah itu,
penulis juga menguraikan pemahaman jemaat tersebut tentang disipiln gereja dan bila disiplin
gereja itu telah diberikan, apa saja dampak psikologis yang dialami oleh jemaat GPM Hative
Besar tersebut.
3.1 GAMBARAN UMUM JEMAAT GPM HATIVE BESAR
3.1.1 Letak geografis dan keadaan iklim
Jemaat GPM Hative Besar berada di Negeri/Desa Hative besar yang berada di dalam
wilayah Kecamatan Leihitu Barat, yang berdekatan dengan Desa Laha dan Wayame. Panjang 2
Km, Lebar 1 Km. Negeri Hative besar di bagian selatan pesisir pulau Ambon yang berjarak 52
Km. Negeri Hative besar memiliki batas-batas sebagai berikut:1 di sebelah utara berbatasan
dengan Desa Tawiri, di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Laha. di sebelah timur berbatasan
dengan Desa Wayame, dan di Sebelah selatan berbatasan dengan laut.
Keadaan alam Negeri Hative besar terdiri dari dataran tinggi dan sebagian kecil di dataran
rendah pada pesisir pantai. Di Negeri Hative besar memiliki dua musim yaitu, musim kemarau :
yang biasanya ditandai dengan bertiupnya angin barat. Berlangsung dari bulan September sampai
dengan Maret, dan musim hujan : yang biasanya ditandai dengan bertiupnya angin timur.
Berlangsung dari bulan April sampai dengan Agustus.
1 Sumber data statistik jemaat GPM Hative besar tahun 2000-2010.
Negeri Hative besar termasuk daerah yang memiliki tanah yang subur. Hal ini ditandai
dengan banyak tanaman yang kemudian sangat tumbuh subur di negeri ini. Tanaman tersebut
seperti : sagu, umbi-umbian dan sayur – sayuran, serta buah-buahan seperti: manggis, pisang,
salak, durian, kedondong, jambu, alvokat, dan langsat. Selain itu pula ada juga tanaman umur
panjang yaitu: kelapa, pala, cengkih. Dengan kesuburan tanah yang dimiliki maka warga yang
berprofesi sebagai tani bisa mengelolah tanah dengan baik untuk keperluan ekonomi.
3.1.2 Demografis
Jemaat GPM Hative besar memiliki jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 461 KK
dengan jumlah anggota jemaat 1978 jiwa dengan perincian yaitu laki-laki 983 jiwa dan
perempuan 995 jiwa. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel No.1
Jumlah anggota jemaat GPM Hative Besar
No Sektor Jumlah
1
2
3
Elim
Bethesda
Galilea
595
604
779
Total 1.978
Sumber : Statistik Jemaat GPM Hative Besar 2009-2010
3.1.3 Kondisi Sosial dan ekonomi
Dilihat dari letaknya, Negeri Hative Besar berada pada daerah pesisir pantai pulau Ambon
yaitu di jazirah Leihitu bagian selatan. Sejak lama penduduk Hative Besar hidup dari hasil
tangkapan ikan (nelayan), dan juga bertani. Namun dalam perkembangan-perkembangan
selanjutnya masyarakat Hative Besar kemudian memiliki profesi lain juga yakni, sebagai PNS,
sopir, tukang ojek, penjahit, tukang batu, kayu dan besi, bewiraswasta dan papalele.
Dengan melihat kondisi sosial dan ekonomi warga Negeri Hative Besar, hal ini tidak
berbeda jauh dengan kondisi sosial ekonomi jemaat setempat. Pekerjaan mereka adalah seorang
nelayan, petani, bewiraswasta dan hanya sebagian kecil adalah PNS. Penghasilan jemaat Hative
Besar lebih banyak di dapat dari hasil laut dan bertani, jemaat Hative Besar pintar untuk
mendagangkan hasil laut dan bertani mereka. Maka jemaat Hative Besar yang hidup dari hasil
laut laut dan bertani, mereka dilihat lebih kaya dari mereka yang mempunyai pekerjaan sebagai
seorang PNS.
Letak geografis yang dekat dengan Kota Ambon turut mempengaruhi kehidupan jemaat dan
warga Hative Besar, entah di bidang sosial, politik, budaya. Hal-hal seperti cara berpakaian,
pola pikir, dan tinggkah laku kemudian sangatlah tidak dapat dibedakan dengan masyarakat
Kota Ambon. Wawasan mereka pun turut berkembang sejalan dengan perkembangan kota.
Perkembangan di bidang informasi, dengan tersedianya berbagai macam operator telpon selular
seperti dari Telkom, Telkomsel, Indosat, sangat memungkinkan terjadinya kemudahan-
kemudahan berkomunikasi.
Berbagai perkembangan yang terjadi, maka bukan saja hal-hal positif dapat dirasakan warga
setempat, namun pula hal-hal negatif dari perkembangan ini tidak bisa dipungkiri. Hal-hal
sederhana yang dapat diamati dan dirasakan yakni seperti halnya soal makan, orang dulu kurang
suka makan tempe dan tahu, perkembangan kemudian orang bisa makan tempe dan tahu, bahkan
ironisnya ada sebahagian warga yang tidak bisa makan papeda.2 Budaya kemudian terkikis
sejalan dengan lajunya perkembangan ini. Contoh lain pula yaitu soal pola hidup, orang
kemudian karena perkembangan memiliki pola hidup yang konsumtif. Bahkan pula
2 Hasil observasi yang di Jemaat GPM Hative Besar, Agustus, 2010.
perkembangan ini mempengaruhi sampai ke kehidupan rumah tangga. Persoalan perselingkuhan
dan hamil di luar ikatan pernikahan bahkan merupakan hal-hal yang kemudian nampak dan
menjadi fenomena yang aktual.
Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang masih perlu mendapat perhatian khusus dari
masyarakat Hative Besar dan pihak-pihak yang terkait. Sebagian besar masyarakat Hative Besar
hanya menghabiskan pendidikannya di bangku SMP dan SMA. Dan yang melanjutkan
pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi hanya sebahagiaan kecil. Hal ini sudah jelas akan
berdampak pada kualitas sumber daya manusia. Berikutnya data jemaat menurut tingkat
pendidikan.
Tabel No. 2
Data jemaat menurut tingkat pendidikan
No Jenis pendidikan Jumlah
I
II
III
Pendidikan terakhir
SD
SLTP
SLTA
SI
Sementara dijalani
SD
SLTP
SLTA
SI
Belum bersekolah
278
133
108
65
305
356
346
35 291
Sumber: Statistik Jemaat GPM Hative Besar 2009-2010
3.1.4 Situasi Pelayanan
Untuk upaya memperlancar proses pelayanan dalam jemaat ini maka strategi pelayanan
jemaat GPM Hative besar diatur sebagai berikut:
Jemaat GPM Hative Besar memiliki 3 sektor pelayanan dan dibagi lagi menjadi 19 unit
yang diatur antara lain: Sektor Elim, memiliki 6 unit pelayanan yang terdiri dari unit 1-6, Sektor
Bethesda, memiliki 6 unit pelayanan yang terdiri dari unit 7-12, dan Sektor Galilea, memiliki 7
unit pelayanan yang terdiri dari unit 12-19.
Jemaat GPM Hative Besar dilayani oleh 2 orang pendeta terdiri dari Ketua majelis jemaat
dan Penghentar Jemaat. Juga dibantu oleh 38 orang Mejelis Jemaat dan 163 orang tenaga
koordinator sektor dan unit pelayanan memiliki 45 pengasuh, 4 kostor, dan 1 orang pegawai.
Dari sisi institusi, jemaat GPM Hative Besar tidak jauh berbeda dengan jemaat-jemaat lain
dalam ruang lingkup GPM. Yang mana jemaat wadah pelayanan laki-laki anggota 47 0rang,
yang memiliki 2 sub komisi pelayanan yaitu sub komisi laki-laki Elim 21 orang, dan sub komisi
laki-laki Bethesda 26 orang. Ada pun wadah pelayanan perempuan dengan memiliki 69 anggota
yang terdiri dari 3 sub komisi antara lain sub komisi perempuan Elim 25 orang, sub komisi
perempuan Bethesda 22 orang, sub komisi perempuan Galilea 22 orang. Memiliki juga 2
organisasi Angkatan Muda GPM, yaitu AM GPM Ranting Maranatha dan Bethel.
Tanggung jawab pastoralia yang dilakukan berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua
Majelis Jemaat adalah dalam bentuk penggembalaan dan konseling keluarga. Bagian kedua
melakukan tugas dan tanggung jawab pastoralia adalah Ketua Majelis Jemaat dan Penghentar
Jemaat. Biasanya momen-momen yang dipakai untuk kegiatan ini adalah HUT kelahiran dan
perkawinan. Sepintas yang dapat diamati hal ini dilakukan hanya satu kali dalam setahun, namun
tidak juga demikian karena kadang-kadang proses konseling keluarga dilakukan disesuaikan
dengan kebutuhan keluarga.
Untuk menunjang proses penulisan skripsi ini maka informan yang berhasil ditemui dan
diwawancarai adalah 13 orang yang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel No. 3
Data Informan
No Nama Umur Pendidikan
akhir
Status dalam
pelayanan
Keterangan
1 EP 45thn SMU Kordinator Unit
Dikenakan disiplin
2 NT 22thn SMU - Sda
3 TT 48thn SMU MJ Sda
4 BN 24thn SMU - Sda
5 LK 52thn SMU Kordinator unit Sda
6 TN 44thn SMU MJ Sda
7 PP 54thn SMEP Kordinator Unit Sda
8 TP 53thn SMEP MJ Aktif
9 JT 20thn SMU Anggota jemaaat Aktif
10 JR 46thn SMEP Mantan MJ Aktif
11 NM 29thn SMP Anggota Jemaat Aktif
12 Pdt.D.P.P.S.Th 50thn S1 Penghentar jemaat Aktif
13 Pdt.J.N.P.S.Th 54thn S1 Ketua MJ Aktif
3.2 PEMAHAMAN JEMAAT DAN PELAYAN TENTANG DISIPLIN GEREJA
Sebelum sampai pada dampak, terlebih dulu melihat pemahaman umat terhadap disiplin
gereja itu sendiri. Pada kenyataanya, pemahaman umat tentang disiplin gereja akan turut
mempengaruhi cara pandang dan tindakan seseorang terhadap orang yang dikenakan disiplin
gereja. Disiplin gereja merupakan suatu tindakan gereja dalam upaya mengimplementasikan
aturan gereja. Berat ringannya bentuk pendisiplinan yang dilakukan kepada seseorang tergantung
pada besar kecilnya pelanggaran. Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan merupakan
perbuatan yang tidak sesuai dengan Firman Allah dan dianggap telah mengotori kesucian gereja.
Dalam upaya tetap menjaga kesucian gereja, dan dalam tanggung jawab keterpanggilan gereja
yaitu untuk mengembalikan orang berdosa ke jalan yang Allah kehendaki, maka tindakan
disiplin harus diberikan kepada orang yang melakukan pelanggaran tersebut. Tindakan disiplin
gereja yang dilakukan bukanlah suatu hukuman oleh karena pelanggaran yang dilakukan, namun
merupakan suatu bentuk penggembalaan. Upaya yang dilakukan dilatari atas dasar Kasih.3
Pemahaman terhadap disiplin gereja kemudian dipahami beragam juga oleh warga
jemaat. Menurut NM (seorang bapak rumah tangga yang adalah tukang ojek), disiplin gereja
sebagai hukuman,”itu hukuman par dia sudah supaya dia sadar” (hukuman itu buat dia biar dia
sadar). Ungkapan seperti ini didasarkan atas pemahamannya. Ia memahami bahwa, ketika
seseorang selingkuh atau hamil di luar nikah, dan harus ditindak oleh gereja, maka sesungguhnya
disiplin gereja merupakan hukuman bagi orang tersebut. Hukuman ini diberikan supaya dia sadar
akan kesalahan yang dilakukannya.4 Ada pula yang memahami sebagai suatu proses
rehabilitasi,” mungkin itu adalah proses dia direhabilitasi”. JR (seorang mantan MJ GPM Hative
Besar, yang adalah seorang duda) yang memiliki pemahaman ini melihat bahwa proses tindakan
3 Hasil wawancara dengan Pdt. J.N. P. S. Th, Tanggal 30 Agustus 2010. 4 Hasil wawancara dengan sdr. NM, Tanggal 1 September 2010.
disiplin gereja yang dilakukan sesungguhnya berisikan suatu proses rehabilitasi hidup seseorang
dari yang tidak baik menjadi baik. Pelanggaran yang dilakukan seseorang menimbulkan persepsi
bahwa orang tersebut itu berdosa. Dengan itu maka setiap orang harus dibimbing untuk menjadi
baik kembali. Ketika gereja memberikan disiplin gereja kepada seseorang, maka dapat dikatakan
bahwa gereja itu peduli kepada umatnya. 5 Ada pula yang tidak tahu tentang disiplin gereja:
”beta seng tau nona itu apa” (Saya tidak tahu nona itu apa). Ada yang tidak tahu bahkan tidak
mau tahu dengan disiplin Gereja. Orang-orang yang berpendapat seperti ini sebagian besar
adalah anak-anak muda (±19-30 thn). Hal ini dapat ditandai apabila ditanyakan soal disiplin
gereja, maka cenderung jawabannya sama yakni “tidak tau”. Salah satu dari anak-anak muda ini
yaitu sdr. JT (pengangguran). 6 Beragam pemahaman seperti ini yang jelas sangat berdampak
pada hasil dari proses disiplin itu sendiri. Karena sudah jelas pemahaman orang-orang di sekitar
sangatlah mempengaruhi persepsi dan tindakan mereka kepada orang yang dikenakan disiplin
gereja.
Bentuk-bentuk pertanyaan yang biasanya diberikan pendeta atau majelis jemaat kepada
seseorang sebelum diberikan tindakan disiplin: “Pertanyaan pertama”, Kita adalah sesama
pelayan, dan sudah pantas untuk saling terbuka satu sama lain. Apa benar pelanggaran itu
(selingkuh) Anda lakukan? “Pertanyaan kedua”, Dalam upaya tetap menjaga kekudusan gereja
ini, sehingga Bapak/Ibu kami berikan tindakan disiplin kira-kira. Bapa/Ibu menerimanya atau
tidak? “Pertanyaan yang ketiga”, Mungkin bapak/ibu mau mengatakan sesuatu?7
Ketika pertanyaan-pertanyaan ini ditanyakan oleh pelayan (pendeta), ada pun jawaban singkat
yang dikeluarkan sebagai respons dari pertanyaan yang diberikan. Untuk pertanyaan pertama dan
5 Hasil wawancara dengan JR, (mantan majelis jemaat), Tanggal 29 Agustus 2010. 6 Hasil wawancara dengan JT, (anggota jemaat), Tanggal 29 Agustus 2010. 7 Haisil wawancara dengan DM, (sekertaris MJ GPM Hative Besar).
kedua, responsnya sederhana dengan menjawab “ya”. Untuk pertanyaan ketiga, seorang yang
dikenakan disiplin tidak menjawab apa-apa, hanya diam dan membiarkan proses terus berjalan.
Ketika orang tersebut telah mengetahui bahwa dia harus dikenakan disiplin gereja maka
tahap selanjutnya adalah memberikan pemahaman terkait dengan disiplin gereja yang diberikan.
Pemahaman-pemahaman yang dicakapkan antara lain: pertama, disiplin gereja adalah
konsekuensi ketika seseorang melakukan pelanggaran. Untuk itu kita mesti menerima
konsekuensi itu apabila kita melakukan pelanggaran. Kedua, disiplin gereja merupakan alat
pelayanan yang dilakukan gereja supaya seseorang dapat menyadari kesalahannya. Jadi
sepatutnya kita harus menerimanya. Ketiga, Disiplin gereja yang dilakukan ini adalah salah satu
alat yang dipakai gereja untuk tetap menjaga kesucian gereja.
Ketika pertanyaan-pertanyaan dan pemahaman telah dicakapkan, maka selanjutnya
diberikan tindakan disiplin. Tindakan disiplin yang diberikan berupa: pertama, menasihati untuk
tidak melakukan tugas sebagai MJ (bagi yang selingkuh), kedua, diskors sesuai waktu yang
ditentukan (bagi anggota jemaat, pegawai, MJ dan Kordinator unit yang melakukan tindakan
kekerasan fisik kepada orang lain), dan ketiga, dilarang untuk mengikuti perjamuan kudus (bagi
yang hamil diluar nikah)
Ada pun proses selanjutnya yang merupakan tanggung jawab para pelayan adalah terus
melakukan pendampingan. Bentuk pendampingan yang diberikan berisikan penguatan-penguatan
dan nasihat-nasihat. Nasihat-nasihat yang biasanya diberikan antara lain, yang pertama:
“manusia tidaklah sempurna, bisa saja melakukan kesalahan. Termasuk anda juga. Tapi biarlah
semua itu menjadi bahan koreksi bagi kita, agar kita bisa tau mana yang baik untuk kita”. Yang
kedua: “Anggaplah ini tantangan buat kita. Untuk itu kita mesti tabah untuk menjalaninya. Yang
jelas Tuhan maha pengasih dan penyayang. Ia akan tetap memberikan kesempatan buat umat-
Nya yang mau bertobat”. Dan yang ketiga: “terkadang kita merasa berdosa oleh karena tindakan
salah yang mungkin sudah kita lakukan. Dan mungkin menganggap dosa yang kita lakukan itu
besar. Namun tenanglah karena menurut Tuhan semua dosa itu sama”.
Pelaksanaan pastoral terhadap orang yang dikenakan disiplin gereja seperti di atas dilihat
bersifat rutinitas. Terkesan satu arah, yakni para pelayan sebagai seorang pembicara dan orang
yang dikenakan disiplin gereja adalah seorang pendengar. Model seperti yang dijalankan ini
terlihat kaku, dan terkesan menghakimi. Aspek-aspek penggembalaan yang benar dilihat tidak
tergambar di dalam proses yang dilakukan. Pembicaraan yang dilangsungkan sebahagian besar
didominasi oleh para pelayan sedangkan orang yang dikenakan disiplin gereja terlihat diabaikan.
Bentuk seperti ini dilihat belum menjawab kebutuhan mendasar dari orang yang didisiplinkan
tersebut.
3.3 DAMPAK PSIKOLOGIS
Tindakan disiplin gereja dikenakan bagi jemaat dan para pelayan gereja yang melakukan
pelanggaran-pelanggaran seperti perselingkuhan, mengkonsumsi minuman keras, dan hamil di
luar nikah. Maka inilah yang ditemui dalam penelitian penulis, bahwa ada beberapa jemaat
Hative Besar dan para pelayan gereja yang melakukan pelanggaran tersebut seperti halnya, PP
yang adalah seorang koordinator unit melakukan persilingkuhan, dan EK yang juga seorang
koordinator unit melakukan perselingkuhan. Bukan hanya itu TN, TT yang adalah Majelis
Jemaat juga melakukan perselingkuhan. Selain itu juga TN melakukan pelanggaran dengan
mengkonsumsi minuman keras. Berbeda dengan itu NT dan BN yang adalah seorang pemudi,
mereka dikenakan tindakan disiplin gereja oleh karena hamil di luar nikah. Dari tindakan
disiplin gereja, maka bisa saja berdampak bagi mereka yang dikenakan tindakan disiplin gereja
tersebut. Dampak-dampak yang mucul sangatlah beragam. Stres pada seseorang akan tampak
lewat berbagai gejala tubuh dan penampilan fisik. Dampak-dampak yang dapat diketahui dari
hasil wawancara dengan orang-orang yang pernah dikenakan tindakan disiplin adalah sebagai
berikut:
3.3.1 Gejala fisik
Saat dikenakan tindakan disiplin gereja, akan terjadi berbagai dampak pada diri orang yang
mengalaminya. Dari orang-orang yang dikenakan disiplin gereja, ada sebagian orang yang
dampaknya pada fisik. Ada seseorang Kordinator unit yang berinisial PP merupakan seorang ibu
rumah tangga, memiliki suami yang cacat fisik (lumpuh) sejak lahir dan memiliki usaha kios.
Beliau dianugrahi empat orang anak, dua perempuan dan dua laki-laki. Tugas kesehariannya
adalah membantu suaminya untuk mengurus kios. Dilihat dari sisi ekonomi PP tidak
mengalami kesulitan, oleh karena memiliki usaha kios.
PP dikenakan disiplin gereja karena kasus perselingkuhan yang dilakukan. Disiplin yang
diberikan kepada PP adalah diskors selama enam bulan. Katanya disiplin yang dilakukan kepada
dirinya adalah merupakan suatu proses untuk memulihkan lagi situasinya. Setelah diskors PP
merasakan sesuatu yang beda dari dirinya. Bedanya terletak pada fisik (kesehatan). Kesehatan
seperti halnya sakit kepala dan maag. Ungkapan yang dikeluhkan adalah, “waktu beta dikenakan
tindakan disiplin, beta pung kapala sering dan salalu sakit, dan beta pung maag kambuh lai”
(ketika saya dikenakan tindakan disiplin, kepala saya selalu sakit, maag saya pun kambuh lagi)8
Selanjutnya adalah EK (koordinator unit), ia merupakan seorang bapak rumah tangga.
Berprofesi sebagai seorang petani dan pekerja bangunan, memilki istri yang berprofesi hanya
sebagai ibu rumah tangga, dan memiliki tiga orang anak yang masing-masing belum memiliki
pekerjaan. Dua anak sudah berkeluarga yang tinggal bersama dalam satu rumah yang hanya
memiliki satu kamar. Dari sisi ekonomi, EK tergantung dari hasil tanaman, dan kerja bangunan
yang juga tidak menentu. EK dikenakan disiplin gereja karena kasus perselingkuhan. Isi dari
8 Hasil wawancara dengan PP, Tanggal 30 Agustus 2010.
disiplin gereja yang diberikan adalah menasihati supaya tidak lagi melakukan tugas sebagai
kordinator unit. Katanya disiplin gereja yang diberikan kepadanya sebagai wujut dari
pengimplementasian aturan gereja bagi umat. Tindakan ini katanya merupakan suatu cara gereja
untuk membawa EK ke jalan yang sesuai dengan firman Allah (ungkapan Pelayan kepada EK).
Selama selang waktu dikenakan tindakan disiplin, EK merasa bermasalah dengan kesehatan:
“beta pung tekanan darah naik” (dengan bahasa indonesia artinya, sesudah saya dikenakan
tindakan disiplin, tekanan darah saya tidak normal, tekanan darah saya naik). Dan sampai-sampai
kemudian otot-otot sering terasa tegang.” Beta pung otot-otot paling tegang, terutama di leher”
(artinya, otot-otot saya begitu tegang dan terutama di leher saya).9
Dari fakta ini dapat dilihat bahwa ketika seseorang dikenakan disiplin gereja, maka akan
mungkin berdampak pada fisik seseorang.
3.3.2 Emosi
Disiplin gereja juga berdampak pada emosional seseorang. TN adalah seorang MJ, memiliki
istri dan empat orang anak, dan berprosfesi sebagai petani, dan tukang bangunan. Hidupnya juga
tergantung dari hasil tanaman dan panggilan kalau ada diminta untuk kerja bangunan. TN
dikenakan disiplin gereja karena selingkuh. Awalnya kasus diketahui, kemudian dilakukan
penggembalaan oleh Ketua Majelis Jemaat, dan selanjutnya diberikan tindakan disiplin. Bentuk
dari tindakan disiplin adalah memberhentikan TN dari tugas sebagai MJ. Sebelum dan sesudah
tindakan disiplin TN diberikan penggembalaan. Proses ini dilakukan oleh pendeta dan juga
beberapa teman pelayan yang adalah teman dekat TN semasa tugas. Proses pendisiplinan
terhadap TN disampaikan di warta jemaat pada waktu ibadah minggu. Selanjutnya ada proses
pendampingan, yang dilakukan kepada TN. Ketika TN datang ke gereja sesuai dengan
kesepakatan dengan pendeta, ada salah satu teman pelayan yang sempat berkata “se datang par
9 Hasil wawancara dengan EK, Tanggal 1 September 2010.
biking aer kabor sa” (yang artinya membuat suasana menjadi tidak nyaman), hal ini yang
membuat TN Marah dan hilang kendali menjadi. “Beta paling marah dan emosi karena ada
teman-teman pelayan yang menyingung beta pung perasaan” (artinya saya begitu marah dan
emosi karena ada teman-teman pelayan yang menyinggung perasaan saya).10 Emosi yang
dikeluarkan disebabkan oleh ketersinggungan dari perkataan salah satu teman pelayan TN.
Dampak lain pula yang dirasakan TN yaitu sering juga marah-marah terhadap orang lain,
terutama di dalam keluarga istri dan anak-anak terkadang menjadi korban kemarahan. “Beta
salalu marah-marah maitua dan ana-ana”. (saya selalu marah-marah kepada isteri dan anak-
anak).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa tindakan disiplin ketika dikenakan kepada
seseorang maka dampak yang dominan adalah orang tersebut tidak dapat menstabilkan emosi di
dalam dirinya, dibandingkan dengan kesanggupan untuk memaknai proses disiplin gereja yang
diberikan.
3.3.3 Depresi
Dampak dari tindakan disiplin juga dirasakan oleh TT yang adalah seorang warga jemaat.
TT adalah seorang bapak rumah tangga, yang juga adalah MJ, memiliki enam orang anak, lima
sudah menikah yang satu belum menikah. Memiliki pekerjaan sebagai petani, yang mana sumber
pendapatan keluarga juga tergantung dari hail musiman, dan hasil tanaman umbi-umbian. TT
dikenakan disiplin gereja karena kasus selingkuh. Selama menjalani status sebagai orang dengan
disiplin gereja, TT merasa ada hal yang kemudian beda dari dirinya. Hal yang beda ini adalah
rasa takut yang berlebihan dalam menjalani relasi, takut melakukan kesalahan lagi. Kondisi ini
menjadi trauma tersendiri bagi TT. “jujur sa beta akhirnya su paleng takut kalau mau biking
10 Hasil wawancara dengan TN, Tanggal 30 Agustus 2010.
apa-apa” (jujur saja saya akhirnya sudah paling takut untuk berbuat sesuatu). Bahkan katanya
situasi ini jadi bikin stres. “jujur sa ana e bapa paleng stres dengan situasi ini” (anak jujur saja
bapa menjadi sangat stres dengan situasi ini).11 Situasi yang dirasakan oleh orang-orang yang
dikenakan tindakan disiplin kemudian sangatlah berpengaruh pada situasi emosional dari orang
yang mengalaminya.
Berbeda dengan kedua orang di atas, NT memilki dampak yang berbeda. NT adalah
seorang pemudi yang tinggal menetap dengan kedua orang tua. Dia sudah selesai SMU,
beraktivitas sebagai penjual roti. NT adalah anak bungsu dari ke-enam saudara dari satu
keluarga yang sederhana. Keluarga yang juga tergantung penghasilannya dari hasil tanaman dan
jualan roti. NT dikenakan disiplin gereja karena hamil di luar nikah. Bentuk disiplin yang
diberikan adalah menasihatinya untuk tidak mengikuti perjamuan kudus. NT kemudian merasa
bahwa tindakan disiplin yang sementara dijalaninya merupakan sesuatu yang dapat
menyadarkannya. NT menganggap bahwa ini merupakan cobaan yang harus dia jalani. Ini
merupakan teguran dari Allah bagi dirinya. “Beta sadar memang beta salah, jadi mungkin ini
adalah maksud Tuhan supaya buat beta sadar. Beta anggap ini adalah suatu teguran buat beta”.
(saya sadar atas kesalahan saya, jadi ini adalah maksud Tuhan untuk membuat saya sadar, dan
saya anggap ini adalah teguran buat saya)12 Pengakuan rasa bersalah dari NT, serta menganggap
bahwa disiplin gereja sebagai suatu teguran dari Allah, dipahami sebagai salah satu dampak yang
positif.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa tindakan disiplin ketika dikenakan kepada seseorang
maka dampak yang dominan adalah orang tersebut menjadi deperesi di dalam dirinya,
dibandingkan dengan kesanggupan untuk memaknai proses disiplin gereja yang diberikan.
11 Hasil wawancara dengan TT , Tanggal 1 September 2010. 12 Hasil wawancara dengan NT, Tanggal 2 September 2010
3.3.4 Tindakan
Ketika seseorang dikenakan disiplin gereja, kehidupan yang dijalaninya kemudian tidak
lagi dilakukan seperti biasanya. Sebagai contohnya orang yang kemudian biasanya menghibur
keluarganya dengan bercerita lucu, kemudian berubah menjadi cendrung berdiam diri. TT dalam
hal ini adalah orang yang mengalami perubahan tersebut. “Dolo beta paleng suka biking
suasana sukacita dalam rumah dengan biking-biking lucu. Tapi sakarang su seng lei, su
pamalas bicara kalau dirumah, lebih banyak diam saja” (dulu saya sering membuat suasana
rumah menjadi sukacita dengan kelucuan, tetapi sekarang sudah tidak lagi, saya menjadi orang
yang malas untuk berbicara kalau dirumah, saya lebih banyak berdiam). Selanjutnya keinginan
makan TT juga menjadi tidak teratur, di waktu-waktu tertentu cenrung tidak makan, tetapi disaat
yang tertentu juga pola makan dari seseorang pun menjadi tidak terelakan. “kadang-kadang
pamalas makan, tapi kadang-kadang beta makan satu hari tu sampe 7 kali” (terkadang malas
makan, tetapi terkadang saya bisa makan satu hari itu sampai tujuh kali). 13
Yang lebih parah situasi ini kemudian membuat orang mencoba untuk melarikan diri.
Bentuk pelarian adalah pada minuman keras. Dan orang tersebut adalah TN. Perilaku
mengkonsumsi minuman keras adalah salah satu cara TN untuk tidak memikirkan persoalan
yang sementara dihadapi. “Minum saja biar seng pikir apa-apa” (lebih baik mabuk saja biar
tidak pikir apa-apa).14
Dikenakan disiplin gereja ternyata berdampak perilaku orang yang mengalaminya. Situasi
ini sangat mudah nampak pada sikap dan perilaku seseorang. hal ini sangat mudah diamati
dengan kasat mata. Artinya bahwa ketika perilaku seseorang tidak lagi seperti biasanya maka
sangat mungkin itu dikarenakan oleh tindakan disiplin yang sementara dialaminya.
13 Hasil wawancara dengan TT, Tanggal 2 September 2010. 14 Hasil wawancara dengan TN, Tanggal 30 Agustus 2010.
3.3.5 Inferioritas
Tindakan disiplin kemudian sangatlah mempengaruhi seseorang dalam berinteraksi dengan
orang lain. Kecendrungan untuk menutup diri dan tidak ingin bersosialisasi dengan orang lain
tidak dapat terelakan. Hal inilah yang terjadi pada BN. BN merupakan seorang pemudi yang
tinggal bersama kedua orang tua yang sederhana. Tidak memiliki penghasilan (tidak kerja),
kegiatannya tiap harinya hanya membantu mamanya untuk masak atau mencuci. BN dikenakan
tindakan disiplin oleh karena hamil di luar nikah. Bentuk disiplin yang diberikan kepadanya
adalah berupa nasihat supaya tidak mengikuti perjamuan kudus. Proses ini yang mengakibatkan
adanya perasaan malu terhadap orang-orang di sekitar tempat di mana ia tinggal, sekaligus malu
kepada keluarganya. Ungkapannya adalah sebagai berikut; “Beta malu karena su jadi bahan
pembicaraan banyak orang, jadi lebih baik sandiri sa di rumah” (saya malu karena saya menjadi
bahan pembicaraan banyak orang, dan saya lebih memilih untuk berdiam diri di rumah).
Perasaan malu membuat BN lebih cenderung untuk menutup diri dan mengurung diri di rumah.15
Bahkan situasi ini membuat BN kemudian merasa terasing dari komunitas keluarganya sendiri.
“beta pung hubungan deng papa, mama dengan sudara-sudara su seng akrab kaya dolo lai”
(hubungan saya dengan papa, mama dan saudara-saudara tidak seakrab seperti yang dulu lagi).16
Masalah relasi pun dialami oleh TN, dimana situasi ini berakibat pada relasinya dengan Tuhan
dan persekutuan umat. “jujur sa ketika beta dikenakan tindakan disiplin beta seng pernah
berdoa, dan malu ke ibadah” (ketika saya dikenakan tindakan disiplin saya tidak pernah berdoa,
dan saya malu untuk ke geraja).17 Meskipun demikian ada seseorang yang karena disiplin gereja
menjadi dekat dengan Tuhan. Orang tersebut adalah NT. NT adalah orang yang dulunya jarang
15 Hasil wawancara dengan BN, Tanggal 29 Agustus 2010. 16 Hasil wawancara dengan TN, Tanggal 30 Agustus 2010. 17 Ibid;
berdoa, namun dengan kejadian dikenakannya disiplin gereja, NT menjadi orang yang rajin
berdoa. “ya skukurlah dengan kejadian ini beta jadi dekat dengan Tuhan”.18
Dari hal di atas, maka dapat dipahami bahwa situasi karena dikenakan disiplin gereja
sangatlah beragam. Ada yang berakibat pada relasi yang terputus antara seseorang dengan orang
lain, dengan Tuhan, bahkan juga dengan dirinya sendiri. Tapi ada juga yang berdampak pada
terciptanya relasi yang baik dengan Tuhan.
3.3.6 Pikiran
Ada berbagai macam hal yang kemudian terlintas di dalam pikiran orang yang dikenakan
disiplin gereja. Hal-hal yang dipikirkan antara lain, seseorang kemudian berpikir bahwa dia
merasa gagal di dalam hidupnya. Hal ini pun yang dialami oleh BN. Dengan mengatakan “beta
merasa gagal sa karena seng jadi contoh yang baik terutama kepada keluarga” (saya merasa
gagal karena tidak menjadi contoh yang baik terutama bagi keluarga).19 Ada pun yang
memikirkan bahwa dia adalah orang yang paling berdosa di dunia ini. Ya itulah TN, dengan
mengatakan “disiplin yang diberikan par beta biking beta pikir beta adalah orang yang paling
berdosa sudah di dunia ni” (dengan tindakan disiplin yang diberikan buat saya, saya berpikir
saya adalah orang yang paling berdosa di dunia ini).20 Namun disela-sela berbagai pendapat di
atas, NT berpikir bahwa ini merupakan cobaan hidup yang harus dialami. “ya ini tantangan par
beta ni” (ini adalah tantangan buat saya).21 Ketika tindakan disiplin dipahami dan dipikirkan
sebagai tantangan, maka hal ini berdampak positif. Ada pun dampak lain yang dipikirkan oleh
LK. Yang mana menganggap bahwa proses menghukum bukanlah hak manusia yang nota bene
18 Hasil wawancara dengan NT, Tanggal 30 Agustus 2010. 19 Hasil wawancara dengan BN Tanggal 29 Agustus 2010. 20 Hasil wawancara dengan TN, Tanggal 30 Agustus 2010. 21 Hasil wawancara dengan NT, Tanggal 30 Agustus 2010.
sama-sama berdosa, melainkan TUHAN.”Skarang ni bukan TUHAN lai yang katong takut, tapi
manusia. Sebenarnya yang musti hukum beta tu musti TUHAN bukang manusia yang juga sama
berdosa deng beta” (sekarang ini bukan Tuhan yang kita takut, melainkan manusia. Dan yang
seharusnya menghukum saya adalah Tuhan bukan manusia yang juga sama berdosa dengan
saya).22
Dari dampak-dampak yang tergambar di atas, dapat dilihat hal-hal sebagai berikut. Dari
sudut sosial tergambar jelas bahwa kehidupan orang-orang yang dikenakan disiplin gereja
hampir sebagian besar orang-orang yang berekonomi lemah. Faktor ekonomi lemah, dengan
tuntutan hidup yang semakin banyak bisa membuat seseorang stres dan mencari jalan pintas. Jadi
tidak salah juga faktor ini turut mendorong seseorang untuk melakukan pelanggaran.
3.4 Penutup
Pemahaman jemaat GPM Hative Besar tentang disiplin Gereja sangatlah beragam. Ada yang
mengatakan bahwa disiplin gereja sebagai hukuman untuk orang suka berbuat pelanggaran, ada
yang memahami disiplin Gereja sebagai proses rehabilitasi dari yang tidak baik menjadi baik,
ada pula yang sama sekali tidak memahami dan mengetahui apa itu disiplin gereja. Beragam
pemahaman ini jelas sangat berdampak pada hasil dari proses disiplin itu sendiri. Kebanyakan
dari orang-orang yang berekonomi lemah dikenakan disiplin gereja sehingga mendorong mereka
untuk melakukan pelanggaran.
Disiplin Gereja yang dilakukan membawa dampak psikologis bagi jemaat tersebut yaitu,
mulai dari Pertama, gejala fisik, dalam arti fisik adalah kesehatan orang yang dikenakan disiplin
gereja seperti halnya sakit kepala, maag, tekanan darah yang tidak normal, dan otot-otot yang
tegang pada leher. dari fakta yang dapat dilihat bahwa ketika seseorang dikenakan disiplin
22 Hasil wawancara dengan LK, Tanggal 1 September 2010.
gereja, maka akan mungkin berdampak pada fisik seseorang. Dampak Kedua, emosi, sering
marah-marah kepada orang lain terutama di dalam keluarga isteri dan anak-anak terkadang
menjadi korban kemarahan, dapat dipahami bahwa tindakan disiplin ketika dikenakan kepada
seseorang maka dampak yang dominan adalah orang tersebut tidak dapat menstabilkan emosi di
dalam dirinya. Ketiga, depresi, dalam hal ini mereka merasa takut yang berlebihan dan trauma.
Keempat, tindakan, dalam arti berdampak pada perilaku orang yang mengalami, dan situasi ini
sangat mudah nampak pada sikap dan perilaku seseorang, hal ini sangat mudah untuk diamati
dengan kasat mata. Kelima inferioritas, dalam arti kecenderungan untuk menutup diri dan tidak
ingin bersosialisasi dengan orang lain, dalam hal ini ada yang berakibat pada relasi yang terputus
antara seseorang dengan orang lain, tetapi ada juga yang berdampak pada terciptanya relasi
dengan Tuhan. Keenam, pikiran, seseorang kemudian berpikir bahwa dia merasa gagal di dalam
hidupnya dan disiplin yang diberikan membuat dia merasa menjadi orang yang paling berdosa di
dunia
Top Related