19
BAB III
GPIB SILO CENGKARENG, NARKOBA DAN PERSEMBAHAN
3.1. Gambaran Umum Jemaat GPIB Silo Cengkareng
GPIB Silo DKI Jakarta terletak di Jln Akik no 13 A komplek Permata Cengkareng
kelurahan Kedaung Kaliangke Jakarta Barat, gereja ini masuk dalam musyawarah pelayanan
Jakarta Barat. Mata pencarian penduduk di daerah ini rata-rata wiraswasta, karyawan swasta, dan
PNS. Mayoritas yang berada di daerah ini memeluk agama Kristen. Keadaan penduduk dalam
wilayah pelayanan GPIB Silo DKI Jakarta adalah etnis pendatang yaitu etnis Maluku dan
Minahasa. Walaupun ini di daerah Jakarta tetapi etnis Jawa di daerah ini minoritas sedangkan
yang mayoritas adalah Etnis Maluku sehingga daerah ini sering disebut sebagai kampung
Ambon.1
3.1.1. Asal Mula Jemaat GPIB Silo
Jemaat GPIB SILO adalah warga yang berasal dari gedung STOVIA (AMS
GEBOUW), Jl Abdurahman saleh 26, gedung Mulo Menjangan Jl Kwini I No 1, Gedung
Derde School Jl Kwini II No 9 dan Arabische school Jl Abdurahman Saleh no 8, Jakarta-
Pusat. Sehubungan dengan keberadaan warga tersebut maka Jemaat Silo masuk dalam sektor
pelayanan IV, mereka dipindahkan kewilayah Pedongkelan Jakarta Barat menggunakan
kendaraan Truk TNI AD tanggal 17 Maret 1973. Rombongan pertama meninggalkan lokasi,
kemudian rombongan kedua 17 September 1973. Proses relokasi kedua ini tidak mengalami
kesulitan karena terjadi dalam musim kemarau. Pada tanggal 1 April 1973 dilaksanakan
kebaktian pertama diruang ibadah yang sederhana dengan ukuran +/-8m x 8m, berbentuk
segitiga dengan kapasitas 100 orang, dengan bertelanjang kaki mereka harus menempuh
1 H. Goeltom dkk, Sejarah GPIB Silo, (Jakarta: GPIB Silo, 2003), hlm. 5-7
20
jarak panjang dengan bubur lumpur, kondisi jalan seperti ini menyulitkan para presbiter
mendapatkan pelayanan Firman untuk kebaktian minggu.2
Atas prakarsa Gubernur DKI pada masa itu Bpk Ali Sadikin yang telah menyediakan
tempat Ibadah dan rumah sederhana untuk masing-masing warga, dengan keadaan tempat
tinggal setengah tembok, dinding gedek, lantai semen tanpa listrik dan tanpa fasilitas air
minum (PAM). Pasokan air dialirkan melalui kencir angin, kamar tidur dan ruang tamu
berukuran kecil, WC dan dapur harus disediakan sendiri. Kondisi jalan sangat rusak belum
beraspal hanya tanah bekas sawah saja sehingga jika musim hujan tiba semakin parah. Anak-
anak pergi sekolah dan orang yang bekerja dengan meletakan sapatu di atas pundak melewati
jalan berlumpur, tetapi semua ini tidak memutuskan semangat jemaat untuk maju. Situasi dan
kondisi jemaat saat itu berada dalam ekonomi yang rata-rata berstatus menengah ke bawah.3
3.1.2. Sejarah Perkembangan Jemaat
Pada tanggal 28 Desember 1985 ketua Majelis Sinode XII Pdt.B. Simauw dan Pdt
Mr. Sahidi selaku pendeta dan ketua majelis menahbiskan rumah ibadah yang diberi nama
Silo. Silo memiliki makna dan pengertian yang tersirat dalam I Samuel I:1-8. Pada tanggal 17
Maret 1973 adalah saatnya rombongan pertama warga gedung AMS (STOVIA)
meninggalkan lokasi Jl. Abdurachman Saleh 26 untuk menetap di Pendongkelan Kelurahan
Kapuk. Pada tanggal 31 Maret 1973 seluruh lokasi gedung AMS telah dikosongkan dan
seluruh penghuni sudah menempati rumah yang disediakan. Di samping itu jemaat mulai
beribadah dalam gereja darurat yang berukuran 8x8 m dan berbentuk segi tiga dengan daya
tampung + 100 orang. Untuk memperoleh gedung ini dari PEMDA DKI, maka dalam rapat
pleno majelis jemaat GPIB Imanuel diwakili oleh Dkn W.J. Soumokil selaku penghubung
2 Sejarah GPIB Silo, hlm. 10
3 Ibid, hlm. 12-13
21
memohon agar warga pindahan yang direlokasi agar memiliki tempat ibadah dengan nama
Silo. Surat keputusan ini diserahkan kepada K.L. Patipeilohy dalam kedudukannya sebagai
vikaris GPIB jemaat Imanuel dengan dasar permohonan antara lain karena mereka telah
memiliki tempat ibadah dengan nama Silo di gedung Stovia tersebut.
Perkembangan selanjutnya sampai dengan hadir gedung gereja ini dan
pemanfaatannya ditangani oleh Dkn. A. Pattisina dengan hasrat dan kesadaran untuk
memiliki gedung gereja agar dapat beribadah dengan tenang hal ini dilakukan karena ada
rencana dari PEMDA. DKI untuk memanfaatkan gedung ini oleh semua denominasi yang
ada dibawah kordinasi GPIB. Kebaktian I dipimpin oleh Pdt. Gerard Siwi (alm). Sampai 30
September 1973 jumlah presbiter enam orang. Kegiatan pelayanan dilaksanakan setiap
minggu terdiri dari ibadah minggu, KA/KR (PA), PW, GP, Kebaktian keluarga dilaksanakan
di rumah-rumah. Status sebagai sektor empat jemaat GPIB Imanuel ditingkatkan menjadi
jemaat dalam persiapan untuk didewasakan melalui surat majelis sinode 087/75/M/S
XI/KPTS tanggal 29 maret 1975.4
Setelah satu tahun berstatus sektor pelayanan IV jemaat GPIB Imanuel yang
kemudian menjadi bagian jemaat per 1 april 1974 yang ditingkatkan menjadi Jemaat yang
didewasakan berdasarkan surat majelis Jemaat Sinode No 087/75/M.S. IX /KPTS pada
tanggal 29 maret 1975. Permohonan pendewasaan disetujui oleh majelis jemaat Sinode
dengan SK No 345/75/M.S./IX/KPTS tanggal 19 Desember 1975, pembangunan gedung
gereja dilaksanakan pada saat pimpinan Pdt T,H Inswiadji,M.Th (alm). Penggalangan dana
dibantu juga oleh PT. kaliman atas prakarsa Bpk Pnt A.M Telussa (alm) yang diresmikan
oleh ketua Majelis sinode XI Pdt A.J Sahetapy-Engel, MTh pada ibadah kebaktian pagi jam
08.30 WIB tanggal 28-Des- 1975 di gedung gereja yang kemudian ditetapkan sebagai hari
4 Sejarah GPIB Silo, hlm. 14
22
lahirnya GPIB Jemaat SILO. Dalam proses pendewasaan itu maka diadakan pembangunan
berikutnya sehingga mencapai kesempurnaan yang kemudian ditahbiskan menjadi jemaat
dewasa dengan penandatanganan prasasti oleh Pdt B. Simauw (Alm) selaku Ketua majelis
sinode XII dan Pdt M.R Sahidi pada Ibadah HUT GPIB Silo yang ke-10 tanggal 28
Desember 1985 yang diresmikan pula oleh Gubernur DKI Jakarta Bpk R.Soeprapto.5
Demikianlah sejarah perkembangan GPIB „Silo” dari gedung STOVIA sampai di
komplek Permata (Komplek Ambon), dengan 3 Pos pelayanan (Bojong, Paspamres, dan
Kodam) yang pendewasaannya dimulai dari tahun 29 Maret 1975 sampai saat ini yang
usianya mencapai 35 Tahun.
3.2. Latar Belakang Kehidupan jemaat
3.2.1. Kebutuhan dan Persoalan Jemaat.
Jemaat Silo di bagi atas 3 pos pelayanan, yakni 1 gereja induk dan 7 sektor
pelayanan. Akan tetapi jemaat yang ada di pos pelayanan perlu mendapat perhatian maka
yang jemaat butuhkan adalah penambahan Pendeta Jemaat atau minimal ada vikaris yang
bersedia membantu pelayanan di gereja tersebut. Hal ini dikarenakan pendeta yang ada hanya
satu pendeta jemaat dan hal ini sangat tidak efektif untuk dijalankan. Akibat dari kurang
tenaga pelayanan maka pada akhirnya beberapa pelayanan tidak dapat dilayani dengan baik
oleh sebab kekurangan tenaga layanan, dalam hal ini figure seorang pendeta. Dan juga
jemaat kurang mendapat perhatian yang maksimal dari pendeta. Adapun majelis yang
dipersiapkan serta yang ditugaskan untuk melayani dalam setiap bidang kategorial pelayanan
telah ada, akan tetapi pada dasarnya tidak berlatar belakang teologi sehingga ilmu yang
disampaikan pun hanya sebatas pengalaman spiritual. Pendeta pun tidak bisa mengevaluasi
pelayananya, sehingga paling tidak harus ada yang bisa dijadikan tempat sharing setiap acara
5 inri, Laporan hasil PPL enam, (Salatiga: 2011), hlm. 10
23
pelayanan yang ada sehingga majelis yang bertugas memahami kekurangannya untuk lebih
diperhatikan dan supaya menjadi lebih baik lagi dalam setiap pelayanan.
Selain itu gereja Silo juga berada dalam dilema melihat kehidupan jemaat yang
melakukan hal yang tidak baik yaitu menjual Narkoba bahkan juga sebagai pemakai obat
terlarang tersebut. Hal yang lebih ironis lagi yaitu kehidupan sebagian jemaat yang
melakukan hal ini menghidupi keluarganya dengan hasil penjualan obat tersebut. Hal
tersebut merupakan pergumulan dan persoalan yang berat, dan hal ini pula menjadi
pergumulan khusus dari Pendeta jemaat Silo. Mengapa dikatakan Gereja Silo mengalami
dilema karena Gereja di satu sisi mendoakan agar jemaatnya kembali pada jalan yang benar
sedangkan di sisi lain jemaat masih mengharapakan dana untuk kegiatan tertentu dari penjual
atau Bandar obat tersebut. Bahkan Gereja diberikan persembahan oleh orang tertentu dari
hasilnya menjual narkoba, di samping itu juga majelis Jemaat ada juga yang mendukung hal
ini. Gereja Silo sekarang terus mengumuli akan hal ini, dengan sebuah harapan bahwa
pemulihan terjadi di jemaat Silo. Jemaat Silo sampai dikatakan sudah seperti ” Sodom dan
gemora”. Berkaitan dengan hal tersebut, maka gereja sudah melakukan pembinaan dan terus
menerus bekerja sama dengan Badan Narkotika Nasionak (BNN), tetapi belum ada hasil
yang terlihat.
3.2.2. Masuknya Narkoba
Lokasi jemaat GPIB Silo disebut juga sebagai kampung Ambon (karena banyak orang
Ambon) merupakan bekas asrama tentara di Kwitang, Senen. Mereka dipindahkan di tempat
baru, dengan lapangan pekerjaan terbatas, sehingga hanya dengan jual narkoba mereka
mudah melakukannya. Pekerjaan awal ketika mereka dipindahkan ke Cengkareng adalah
perjudian, baik itu togel, sabung ayam, pekyu, liong fu dan tasio juga meramaikan kehidupan
24
kompleks ini, terkadang kehadiran permainan judi, terutama sabung ayam di sekitar lahan
kosong RT.05 menganggu warga. Mobil-mobil berdatangan dari luar kompleks untuk
memarkirkan mobilnya di jalan-jalan antar blok kompleks siang malam. Dengan pemainnya
datang dari beragam kalangan. Selain itu juga, sering terjadi pemalakan, perselisihan yang
berakibat pada tindak kekerasan, perkelahian, ancaman, penghakiman oleh warga terhadap
mereka yang menjadi informan pihak aparat keamanan juga terjadi. Sehingga banyak juga
kerabat dan teman-teman warga yang enggan datang ke kompleks ini. Apalagi mereka yang
pernah mengalami dicurigai warga sebagai cepu/mata-mata aparat keamanan.6
Narkoba merupakan bisnis utama di kampung Ambon (mayoritas jemaat GPIB Silo
Cengkareng) meski tidak semua warganya terlibat. Beberapa kali Polisi dan BNN melakukan
razia di Kampung Ambon namun bisnis itu tetap eksis dan makin subur. Setiap anggota
polisi akan ditolak sedang terhadap orang asing akan dicurigai dan diawasi sampai kemudian
dianggap sebagai pihak yang aman.
Sejarah Kampung Ambon di Cengkareng bermula dari kebijakan Gubernur DKI
Jakarta, Ali Sadikin, untuk memindahkan orang-orang Ambon yang menetap di kawasan
Senen dan Kwitang, Jakarta Pusat, ke pinggiran kota pada 1973. Dipilihlah lokasi di
Kelurahan Kedaung Kali Angke, Cengkareng.Lalu di lokasi itu dibangun Perumahan
Permata untuk menampung orang Ambon pindahan tersebut.Sekarang diperkirakan ada
2.000 kepala keluarga.Mereka menempati beberapa RT di Perumahan Permata.
Pada tahun 1990-an peredaran narkoba bermula meski masih kecil-kecilan. Tahun
berganti tahun, Kampung Ambon mengalami perubahan.Selain mayoritas penduduknya dari
Ambon, kini warganya telah bercampur baur dengan para pendatang dari beragam
6 Badan Narkotika Nasional. Majalah: Sinar; Media Informasi dan Komunikasi, edisi-3 (Jakarta: PT
Alberta Media, 2010) hlm.16-17
25
etnis.Transformasi sebagian besar masyarakat Kampung Ambon menjadi pebisnis narkoba
tidak berjalan cepat.Terdapat rentang waktu yang panjang dengan berbagai kejadian yang
kemudian mengarahkan Kampung Ambon seperti yang sekarang dikenal.
Ada tiga faktor yang dapat membawa pengaruh sehingga seseorang melakukan
tindakan kriminal. Yang pertama adalah pengaruh awal, seperti latar belakang dan keturunan.
Yang kedua adalah keadaan masa kini, di mana ia tinggal, apakah ia memiliki pekerjaan dan
adakah krisis dalam hidupnya. Sedangkan yang ketiga adalah keadaan sesaat sebelum
melakukan tindakan kriminal, apa yang ia rasakan, apa yang ia pikirkan, apakah tindakannya
berresiko, seberapa mudahnya ia melakukan tindakan kriminal itu.7
Seseorang tidak perlu memiliki ketiga faktor tersebut untuk melakukan tindakan
kriminal. Pada berbagai teori kriminal, seseorang cukup hanya memenuhi satu faktor untuk
kemudian melakukan perbuatan kriminal. Di Kampung Ambon, ketiga faktor tersebut
bersenyawa dan membentuk pribadi manusia pelaku kriminal. Pada faktor pertama, warga
diikat erat oleh kesamaan latar belakang, baik sebagai sesama orang Ambon/Maluku atau
latar belakang penderitaan yang sama. Faktor kedua yang berperan menyatukan kelompok ini
adalah faktor ekonomi. Kesulitan mendapatkan pekerjaan dengan dasar pendidikan yang
hampir tidak ada menjadikan warga kampung Ambon menyiasati beratnya hidup di ibukota.
Demikian pula faktor ketiga, beban hidup yang berat ditambah iming-iming keuntungan yang
besar membuat bisnis narkoba menjadi salah satu pilihan yang rasional bagi warga Kampung
Ambon (jemaat GPIB Silo). 8
3.2.3. Jenis-jenis narkotika dan dampaknya
7 Badan Narkotika Nasional. Majalah: Sinar; Media Informasi dan Komunikasi, hlm.16-17
8 Badan Narkotika Nasional, Mengenal Penyalahgunaan Narkoba (Jakarta: IPEBI, 2009), hlm. 37-41
26
Jenis-jenis yang dijual oleh bandar dan pengedar narkotika antara lain9:
Heroin, Ganja, Morfin, dan Ekstasi.
Dampak dari narkoba antara lain10
:
Menimbulkan rasa kantuk, lesu, penampilan “dungu”, jalan mengambang, rasa senang
yang berlebihan. Konsumsi dihentikan menimbulkan rasa sakit dan kejang-kejang, kram perut,
menggigil, muntah-muntah, mata berair, hidung berlendir, hilang nafsu makan dan kehilangan
cairan tubuh. Menimbulkan kematian bila over dosis. Menurunkan keterampilan motorik,
peningkatan denyut jantung, rasa cemas, banyak bicara, perubahan persepsi tentang ruang dan
waktu, halusinasi, rasa ketakutan dan agresif, rasa senang berlebihan, selera makan meningkat.
Pengaruh jangka panjang peradangan paru-paru, aliran darah ke jantung berkurang, daya tahan
tubuh terhadap infeksi menurun, mengurangi kesuburan, daya pikir berkurang, perhatian ke
sekitar berkurang. Pada kulit, pembuluh darah akan mengalami panas berlebihan dan pecah.
3.3. Persembahan Sebagai Keputusan gerejawi
Sebagai orang beriman, kita bukan hanya ada dalam persekutuan sebagai Jemaat,
melainkan kita juga ada dalam persekutuan sebagai Gereja. Di GPIB pada tahun 2010 jelas
diputuskan bahwa Persembahan merupakan kekuatan utama bila kita mempersoalkan
Sumber Ekonomi Gereja. Sumber Ekonomi Gereja yang berbasis di jemaat ini harus jelas
lebih dahulu, kalau kita mau melakukan Pembangunan Ekonomi Gereja. GPIB telah
memutuskan satu hal penting dalam hal kewajiban Persembahan, yakni bahwa dari
pendapatan Jemaat, daripadanya diberikan kepada gereja. Persoalannya adalah bagaimana
GPIB tiba pada keputusan seperti ini.
9 Ibid, hlm. 22-26
10 Mengenal Penyalahgunaa Narkoba, hlm. 20
27
Persembahan bukanlah sekedar upaya untuk mengisi Kas Jemaat. Persembahan di
GPIB Silo adalah akta iman. Ini jelas terlihat dalam proses keputusan Gerejawi. Ketika GPIB
memutuskan untuk memberlakukan Persembahan, maka kajian teologisnya telah dilakukan.
Maka ketika GPIB tiba pada keputusan untuk melaksanakannya sejumlah hal menjadi sangat
jelas. Siapa yang memberikan Persembahan, kemana Persembahan itu harus diberikan, kapan
Persembahan itu diberikan, semuanya jelas. Maka pelaksanaan Persembahan adalah hal
yang Alkitabiah, tetapi sekaligus merupakan tantangan iman. Sebab justru melalui
Persembahan inilah gereja bisa melaksanakan pelayanan dan kesaksiannya secara lebih baik.
Jadi sekali lagi bukan untuk mengisi kas jemaat atau Gereja sebagai organisasi.
Persembahan adalah pengucapan syukur dan pelayanan atas hak Tuhan yang ada dalam
berkat yang kita terima. Jadi ini merupakan tanggungjawab iman. Persembahan bukanlah
iuran organisasi.11
Persembahan akan membuat Gereja mandiri dalam melaksanakan Pelayanan dan
Kesaksiannya. Persembahan bukan hanya membuat Gereja tidak tergantung pada bantuan
pemerintah, melainkan justru Gereja membantu Pemerintah lewat program dan kegiatan
yang langsung menyentuh kebutuhan masyarakat. Dan hal ini justru merupakan keprihatinan
dan keputusan sinodal yang berlaku baik pada tingkat jemaat maupun dalam lingkup sinodal.
Sebuah keputusan gerejawi yang ditetapkan dalam Persidangan Sinode atau
Persidangan Sinode Istimewa atau Persidangan Sinode Tahunan adalah hasil pergumulan
dan keputusan bersama jemaat-jemaat melalui para presbiter yang diutus ke Persidangan.
Karena itu sebuah keputusan gerejawi yang ditetapkan dalam Persidangan Sinode atau
Persidangan Sinode Istimewa atau Persidangan Sinode Tahunan, mengikat sekalian warga
11
http/: www.gpib.org, Persembahan Persepuluhan Sebagai Keputusan Gerejawi, Selasa, 7 Agustus, 2012,
17:00 Wib
28
jemaat dan jemaat- jemaat GPIB. Artinya Ketetapan Persidangan Sinode itu harus
diberlakukan di seluruh jajaran pelayanan GPIB di tingkat sinodal maupun di tingkat jemaat
dan harus ditaati oleh sekalian presbiter dan warga jemaat.
3.4. Pemahaman Jemaat GPIB Silo tentang Persembahan
Persembahan di kalangan umat kristiani adalah suatu kiat dan konsep yang sangat
umum. Hampir di mana ada pertemuan umat, di situ "katanya" ada persembahan. Ia bisa
berwujud kotak persembahan, pundi persembahan, lelang barang sebagai persembahan, lagu
pujian koor, atau vokal group sebagai persembahan. Persembahan identik secara formal
dengan memberikan sesuatu untuk Tuhan. Akan tetapi yang merisaukan adalah banyak dari
persembahan itu tidak lain adalah bagian dari sandiwara agamawi, yang realitasnya hanyalah
keterpaksaan, rutinisme, bahkan gengsiisme. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis
akan mendeskripsikan hasil observasi dan wawancara dari jemaat GPIB Silo Cengkareng
khususnya bagi para bandar dan pengedar narkoba mengenai pemahaman persembahan.
Para Bandar dan pengedar narkoba berpikir bahwa mereka memberi persembahan
sebagai sumbangan buat gereja.
Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan 1
Informan 1
Nama : Bpk xy
Usia : 54 tahun
Pekerjaan : bisnis
Pendidikan terakhir : SMA
29
Riwayat hidup:
berasal dari Ambon, namun telah lama menetap di Jakarta. Dulunya tinggal di Depok,
kemudian pindah ke Cengkareng. Setelah di Cengkareng, susah untuk mencari pekerjaan,
akhirnya diajak sama teman untuk bekerja. Awalnya saya menolak tapi karena tuntutan
ekonomi, akhirnya mau dan gak mau saya mulai bekerja sebagai pengedar narkoba.
Lama-kelamaan, saya terikat dengan pekerjaan itu sendiri.
Pemahaman tentang persembahan:
Persembahan sebagai sumbangan, kita memberi buat gereja, kita sumbang ke gereja”.
Baik itu sumbangan buat natal, sumbangan untuk pembangunan gereja maupun untuk
mendukung program gereja. Pada dasarnya saya suka memberi persembahan buat gereja.
Persembahan artinya kita memberi buat Tuhan, sebagai berkat yang harus dikembalikan
buat Tuhan. Makna Persembahan, merupakan uang yang harus diberikan buat Tuhan.
Akan tetapi belum memberikan persembahan yang benar. Persembahan yang benar
artinya memberi dari pekerjaan yang benar atau halal
Mengapa memberi persembahan buat gereja: karena gereja juga membutuhkan persembahan, di
samping itu juga, Tuhan juga memerintah untuk memberi persembahan. Jadi kalau kita
diminta untuk memberikan persembahan berarti orang itu membutuhkan.
Asal persembahan : dari usaha yang kita kerjakan. Kalau saya bekerja begini (informan tidak
menyebutkan secara langsung sebagai pengedar narkoba), berarti itu yang saya berikan
buat persembahan.
Pemahaman seperti ini diperkuat oleh pendeta melalui khotbahnya, sering
menghimbau jemaatnya untuk memberi persembahan tanpa menjelaskan secara detail apa
makna sesungguhnya dari persembahan. Mungkin waktunya gak cukup kalau pendeta
30
menjelaskannya di mimbar”. Sehingga tak sedikit orang Kristen yang menganggap Tuhan,
melalui gereja-Nya, membutuhkan sebagian uang mereka.
Ada juga yang memiliki pemahaman, persembahan sebagai ucapan syukur buat
Tuhan.
Berikut penuturan informan 2:
Nama : yx
Usia : 43 tahun
Pendidikan : D1 manajemen
Pekerjaan : PT. personalia (dulunya), sekarang bisnis (narkoba)
Riwayat hidup :
dulunya saya setia ke gereja, namun karena satu dan lain hal, saya sudah jarang ke
gereja (karena terlibat sebagai narkoba). Saya merasa gak enak kalau ke gereja, tapi
kadang-kadang ke gereja, waktu hari-hari besar (hari besar gereja, misalnya, Paskah,
Natal).
Pemahaman tentang Persembahan:
dari kecil sudah memberi persembahan dan dibawa ke gereja. Makna persembahan
adalah apa yang kita punya, kita bersyukur, kemudian kita kasih buat Tuhan. Jadi
Persembahan bukan sebuah kewajibn. Tujuan; sebagai ungkapan syukur, karena
Tuhan udah memberikan berkat, maka kita wajib memberikan buat Tuhan, seperti
yang dikatakan pemazmur „bawalah ucapan syukurmu buat tuhan‟ (Maz. 50:14), dan
terserah gereja yang mengelola. Bentuk persembahan yang diberikan dalam bentuk
uang, kadang juga barang yang diberikan ke gereja. Akan tetapi, selama ini belum
31
memberi persembahan yang benar. Persembahan yang benar artinya selain uang, kita
juga memberi hidup kita buat Tuhan.
Sumber persembahan: dari hasil pekerjaan (sebagai pengedar narkoba).
Selain itu, ada jemaat juga yang memahami bahwa Persembahan semacam investasi
bisnis. Kalau ia memberi persembahan dalam jumlah sekian, ia mengharapkan berkat Tuhan
berkali lipat dari apa yang telah ia persembahkan.
Berikut pernyataan informan 3:
Nama : ibu xz
Usia : 47 tahun
Pekerjaan : bisnis (pengedar)
Riwayat hidup :
dulu bekerja sebagai bidan, kebanyakan pekerjaan saya menggugurkan anak (kuret),
dengan alasan istri simpanan, mahasiswa dll. walaupun bukan saya yang buat tapi
saya membantu, sehingga ada pergumulan batin. Oleh karena itu saya keluar dari
pekerjaan saya, berdagang, buka warung. Lama-kelamaan omsetnya turun gak cukup
bayar karyawan. Dulunya saya jarang ke gereja, tapi setelah itu, saya jadi panitia
natal, sehingga saya mulai aktif ke gereja. Setelah itu saya pindah ke ciliduk di metro
permata, dan saya menjadi ibu rumah tangga. Sedangkan suami hanya ikut orang.
Dengan bertambahnya anak, dan ekonomi, akhirnya saya kerja ikut teman. Lama
kelamaan, akhirnya saya kembali lagi ke cengkareng. Di cengkareng kami tidak
kerja, saya dan suami. Akhirnya kami mengharapkan orang tua. Setelah itu suami
kerja sebagai parkiran di mr.x (parkiran di tempat narkoba).
Pemahaman tentang persembahan:
32
Persembahan merupakan suatu tradisi dari dulu. Dari dulu sejak kecil, kita sudah
diajarkan oleh orang tua untuk memberi persembahan. Selain itu juga kalau memberi
persembahan itu tidak rugi. Kalau kita memberi kita juga akan diberi. kalau kita
memberi sedikit nanti dapat sedikit, tapi kalau kita memberi banyak, nanti dapat
banyak juga. Khan ada ayat Alkitab juga yang bilang begitu. Kalau kita memberi
buat Tuhan, maka Tuhan juga akan memberi buat kita. Persembahan merupakan
konsep tabur-tuai, “Apa yang ditabur itu juga yang akan dituainya” (Galatia 6:7).
Dalam Perjanjian Lama juga bilang begitu, misalnya tentang perpuluhan. “Bawalah
seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada
persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam,
apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan
berkat kepadamu sampai berkelimpahan” (Mal. 3:10). Kalau saya memberi
persembahan banyak, maka semakin banyak pula berkat yang akan saya terima.
Selain itu, sebenarnya di dalam gereja juga, persembahan merupakan suatu investasi
bisnis, yaitu uang dari hasil persembahan dipakai sebagai modal untuk mencari dana.
Sumber persembahan: dari hasil kerja (hasil narkoba)
Ada juga yang memahami persembahan sebagai suatu kewajiban yang mutlak, sebagai
suatu perintah yang harus dilakukan.
Berikut pengakuan informan 4
Nama : ibu zx
Usia : 56 tahun
Pendidikan : SMEA
Pekerjaan : ibu rumah tangga
33
Pemahaman tentang persembahan:
Persembahan merupakan suatu kebiasaan atau tradisi sejak dulu. Sejak kecil kita
diajarkan untuk wajib memberikan persembahan buat Tuhan, mulai dari sekolah
minggu sampai saat ini. Oleh karena itu, persembahan mengandung makna karena
Tuhan sudah memberikan berkat, maka jemaat wajib memberi kembali buat Tuhan.
Bagaimanapun caranya, yang pasti kalau setiap ke gereja kita wajib memberikan
persembahan, baik itu perpuluhan atau persembahan minggu. Karena hukumnya
wajib, maka mau dan gak mau, kita harus memberikan persembahan ke gereja.
Persembahan itu merupakan sebuah perintah. Manfaat persembahan: digunakan untuk
pelayaanan gereja. Bentuk-bentuk persembahan yang kita berikan antara lain: uang,
dan barang. Akan tetapi selama ini belum memberi persembahan secara benar.
Persembahan yang benar itu artinya kita member diri kita buat Tuhan.
Asal persembahan: dari uang pensiun
Di samping itu juga, ada anggota jemaat yang memahami persembahan untuk
penebusan dosa. Motivasi ini muncul dengan dilatarbelakangi pemahaman bahwa apabila
bangsa Israel memberikan korban sebagai persembahan kepada Allah maka Allah akan
menghapus dosa mereka. Karena dalam Perjanjian Lama terdapat korban penghapus dosa atau
juga korban pendamaian.
Berikut penuturan informan 5.
Nama : Bpk. yx
Usia : 44
Pekerjaan : wirausaha (pengedar narkoba)
Penddikan : SMP
34
Riwayat hidup :
Semuanya bermula dari ekonomi. Dulunya bekerja di pabrik, tapi setelah itu saya
berpikir apakah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya. Akhirnya saya
masuk ke dalam lobang. Dulunya karena istri saya sering berdoa dan ada nasihat dari
pendeta, akhirnya saya pernah berhenti dari pengedar. Ada dorongan untuk berhenti
pakai narkoba. Setelah itu, saya melihat koq ekonomi saya seperti ini? (ekonomi mulai
menurun), akhirnya ada pergolakan dalam hati. Di Jakarta, kalau gak ada duit gak
makan. Walaupun saya tahu, kalau hal ini salah tapi mau gimana. Akhirnya saya balik
lagi. Saya biasanya dipangil bos, tapi saya gak suka kalau dipanggil bos.
Pemahaman tentang persembahan:
Persembahan itu sering disampaikan oleh pendeta jadi, saya merasa untuk memberi
persembahan. Ada beban untuk memberi buat gereja. Pada dasarnya di hati saya,
saya berharap bahwa Tuhan mau mengampuni saya walaupun dosa saya seberapa
besar. Saya tahu apa yang saya buat itu tidak benar. Saya tahu Tuhan pasti memberi
pengampunan. Jadi setiap saya memberi saya selalu berdoa minta pengampunan.
Saya tahu sebenarnya pemberian saya itu tidak benar. Tapi Tuhan tahu hati saya.
Sekalipun uang tersebut dari hasil narkoba tapi uang itu telah didoakan dan telah
minta ampun dari Tuhan. Apakah uang itu halal atau tidak? Sebenarnya tidak halal
tapi sudh didoakan juga jadi tidak apa-apa, karena tidak ada yang sempurna. Selain
kita memberi, kita juga minta pengampunan buat Tuhan”. Dalam Perjanjian Lama
juga ada korban penebusan dosa, ada korban pendamaian dll, semuanya itu tujuannya
untuk pengampunan.
Sumber persembahan: dari hasil bisnis (narkoba)
35
Dari penelitian di atas, yakni pemahaman para bandar dan pengedar narkoba tentang
persembahan, maka dapat dibuat tabel pemahaman sebagai berikut:
Pernyataan informan Ayat pendukung Analisa
1. Persembahan sebagai
sumbangan. “Kita memberi
sumbangan buat natal,
pembangunan gereja
maupun dalam mendukung
program-program gereja.
Artinya dapat dikatakan
sebagai sumbangan, yaitu
kita memberi buat gereja,
baik itu berupa uang,
maupun benda”
2 Korintus 8-9
“Pengumpulan uang
untuk Yerusalem”
Jikalau Tuhan memiliki bumi
dan semua isinya, maka diri
kita dan semua yang kita
miliki termasuk masteri. Jadi,
kita ini bukan menyumbang
Tuhan tetapi
mempersembahkan sebagian
uang kita yang sesungguhnya
adalah milik Tuhan yang
dipercayakan kepada
kita. Kita memberi
persembahan sebagai wujud
kita menyembah Tuhan.
2. “Persembahan ialah
ucapan syukur kita bagi
Tuhan. Maknanya ialah
karena Tuhan udah
memberikan berkat, maka
jemaat wajib memberikan
buat Tuhan. Jadi
persembahan merupakan
kewajiban”.
Mazmur 50:14
“Persembahkanlah syukur
kepada Allah dan bayarlah
nazarmu kepada Yang
Mahatinggi
kita akan mengatakan bahwa
membalas kebaikan Tuhan
yang penting adalah
mensyukurinya; atau berkata
secara klise: "ya, dengan
memberikan hidup kita
kepada-Nya". Pertanyaan
yang muncul adalah: hidup
yang mana dan bagaimana
caranya? Pemberian atau
persembahan yang
dimaksudkan juga tentu tidak
hanya dalam bentuk uang,
tetapi juga dalam segala
wujud persembahan yang
dapat kita berikan kepada-
Nya sebagai ungkapan
syukur atas kebaikan-Nya.
Pertanyaannya ialah
persembahan apa saja? Hal
yng paling utama adalah
mempersembahkan tubuh,
yakni memelihara kekudusan
36
hidup dengan menjauhkan
diri dari perbuatan najis dan
dosa yang tidak berkenan
kepada Tuhan. (Rm.12:1)
3. persembahan sebagai
investasi bisnis. “kalau
kita memberi sedikit nanti
dapat sedikit, tapi kalau
kita memberi banyak,
nanti dapat banyak juga”.
“Kalau kita memberi buat
Tuhan, maka Tuhan juga
akan memberi buat kita.
Persembahan merupakan
konsep tabur-tuai, apa
yang kita tabur nanti kita
tuai. Uang sebagai tanda
persembahan”. Selain itu,
persembahan juga
merupakan suatu bisnis
dalam gereja, dimana uang
hasil persembahan dipakai
sebagai modal untuk
mencari dana buat gereja
2 Korintus 9:6.
"Camkanlah ini: Orang
yang menabur sedikit,
akan menuai sedikit juga,
dan orang yang menabur
banyak, akan menuai
banyak juga.
Galatia 6:7 "Jangan
sesat! Allah tidak
membiarkan diri-Nya
dipermainkan. Karena
apa yang ditabur orang,
itu juga yang akan
dituainya."
Kalau kita memberi
persembahan demi berkat,
kita tak beda dengan orang-
orang yang belum mengalami
keselamatan Kristus. Banyak
orang yang belum
diselamatkan mereka
memberi persembahan,
tetapi sesungguhnya fokus
pemberian itu adalah diri
mereka sendiri. Mereka
memberi supaya mereka
diberkati, dilimpahi kekayaan
dan kesehatan. Kalau kita
berlaku demikian, kita telah
memakai persembahan
sebagai alat untuk
“memanipulasi” Tuhan. Kita
menggunakan persembahan
untuk “memaksa” Tuhan
memberkati kita. Kita seperti
berdagang dengan Tuhan!
Kalau saya sudah memberi
persembahan segini, berapa
berkat yang akan saya terima
dari Tuhan? Padahal,
persembahan itu kita berikan
bukan untuk mendapat
berkat. Melainkan sebaliknya
kita memberi karena
menyadari betapa besarnya
pemberian Tuhan dalam
hidup kita, antara lain:
keselamatan, kesehatan,
keluarga, makanan dan masih
banyak lagi. Kita
37
memberikan persembahan
sebagai ungkapan syukur atas
berkat Tuhan itu.
4. Persembahan sebagai
kewajiban. “persembahan
merupakan suatu perintah,
jadi hukumnya adalah
wajib”
“Bawalah persembahan ke
dalam rumah Tuhan”
Maleakhi 3:10
Matius 6:1 "Ingatlah, jangan
kamu melakukan kewajiban
agamamu di hadapan orang
supaya dilihat mereka,
karena jika demikian, kamu
tidak beroleh upah dari
Bapamu yang di sorga.
Orang yang memberikan
persembahan sebagai
kewajiban dan untuk
mendapatkan pujian dari
sesama manusia tidak
mendapatkan upah dari Bapa
di sorga. Tuhan mau apa pun
yang kita persembahkan,
baik itu untuk pekerjaan
Tuhan atau menolong orang
lain, kita memberikannya
dengan hati yang tulus murni
38
5. Persembahan sebagai
pengampunan. “Sekalipun
uang tersebut dari hasil
narkoba tapi uang itu telah
didoakan dan telah minta
ampun dari Tuhan. jadi
tidak apa-apa, karena tidak
ada yang sempurna. Selain
kita memberi, kita juga
minta pengampunan buat
Tuhan”.
Persembahan Penebus
Salah. Persembahan untuk
menebus kesalahan
diberikan dari binatang yang
terbaik (Im.5:14-6:7).
orang Kristen yang
mendapatkan uangnya
dengan cara yang tidak halal.
Ia memperoleh uang karena
ia melakukan transaksi
narkoba dan untuk
membersihkankejahatannya
itu ia memberikan
persembahan. Dengan
melakukan itu seolah-olah
dosanya sudah dihapus, dan
hati nuraninya menjadi
(lebih) tenang. Padahal dosa
tetap dosa di hadapan Tuhan.
Persembahannya seberapa
pun besarnya tak dapat
mencuci dosanya, karena
Tuhan tidak mempan untuk
disuap. Terlebih Tuhan tidak
membutuhkan uang kita,
sebab ia yang memiliki
segala sesuatu.
Dapat diringkas bahwa sebagian warga jemaat GPIB Silo memahamai persembahan
sebagai berikut: Pertama, persembahan sebagai ucapan syukur, yakni untuk membalas
kebaikan Tuhan yang telah memberikan berkat-Nya kepada umat-Nya, maka umat-Nya
juga harus memberikan persembahan sebagai tanda ucapan syukur; kedua, persembahan
sebagai kewajiban, karena tuhan memerintahkan untuk memberikan persembahan buat Dia;
ketiga, persembahan sebagai pengampunan dosa; keempat, persembahan sebagai suatu
investasi bisnis; kelima persembahan sebagai suatu sumbangan.
Top Related