BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Harmonisa Gelombang
2.1.1 Pengertian Harmonisa Gelombang
Harmonisa adalah deretan gelombang arus atau tegangan yang frekuensinya
merupakan kelipatan bilangan bulat dari frekuensi dasar tegangan atau arus itu
sendiri. Bilangan bulat pengali pada frekuensi harmonisa adalah orde (n) dari
harmonisa tersebut. Sebagai contoh, frekuensi dasar dari sistem kelistrikan di
Indonesia adalah 50 Hz maka harmonisa kedua adalah 2 x 50 Hz (100 Hz), ketiga
adalah 3 x 50 Hz (150 Hz), dan seterusnya hingga harmonisa ke n yang memiliki
frekuensi n x 50 Hz, sehingga dapat dituliskan dengan persamaan :
fh = n x fi (2.1)
keterangan :
fh = frekuensi harmonisa
n = bilangan bulat positif
fi = frekuensi fundamental
Cacat gelombang yang disebabkan oleh interaksi antara bentuk gelombang
sinusoidal system dengan komponen gelombang lain lebih dikenal dengan harmonisa,
yaitu komponen gelombang lain yang mempunyai frekuensi kelipatan integer dari
komponen fundamentalnya.
5
6
Gambar 2.1 Gelombang fundamental, harmonisa ke-3 dan hasil
penjumlahannya.
2.1.2 Sumber Harmonisa
Pada sistem distribusi tenaga listrik ada dua beban yang dikenal, yaitu beban
linier dan beban non linier. Beban disebut linier karena nilai arus berbanding secara
linier dengan nilai tegangan beban. Sedangkan pada beban non-linier bentuk
gelombang arus tidak sama dengan gelombang tegangan beban atau mengalami
distorsi. Arus yang ditarik oleh beban non-linier tidak sinusoida tetapi periodik.
Beban non-linier umumnya merupakan peralatan elektronik yang didalamnya
banyak terdapat semikonduktor, dalam proses kerjanya berlaku sebagai saklar yang
bekerja pada setiap siklus gelombang dari sumber tegangan secara garis besar
harmonisa timbul kebanyakan berasal dari pengguna peralatan elektronik (Tribuana,
Wanhar 1). Peralatan – peralatan elektronik dirumah tangga tersebut sebagai berikut :
a. Lampu florescent dengan ballast elektronik
b. Lampu compact flourescent (lampu hemat energi)
c. Televisi
d. Komputer
e. Mesin Las Listrik
f. UPS (Uninterruptible Power Supplies)
7
2.1.3 Dampak Harmonisa
Distorsi harmonisa bisa menyebabkan terjadinya pergeseran voltage zero
crossing yang berakibat pada kesalahan operasional bila digunakan untuk sinkronisasi
kontrol. Komputer dan peralatan yang sejenisnya membutuhkan sumber AC yang bila
mengandung harmonisa Total Harmonic Distortion (THD), tegangan tidak boleh
melebihi 5% dan masing – masing harmonisa individu tidak boleh lebih dari 3%
dengan gelombang dasar 50 Hz.
a. Rugi – rugi pada konduktor kabel dan kuat arus transmisi
Apabila sistem mengalami resonansi akibat harmonisa tegangan pada sistem
dapat mengalami peningkatan. Sehingga menyebabkan kabel dan isolator
akan mengalami stress tegangan berlebih dan karena korona yang juga dapat
menyebabkan kegagalan di isolasi listrik dan mempercepat penuaan.
b. Rugi – rugi yang terjadi pada transformator
Pada transformator daya, arus urutan nol yang bersikulasi pada belitan delta
dapat menyebabkan arus yang besar dan pemanasan berlebih.
c. Efek harmonisa pada sisi beban
Bagi konsumen listrik akibat harmonisa menyebabkan peralatan listrik
menjadi rusak dan cepat panas walaupun belum digunakan pada performa
maksimumnya.
2.1.4 Teori Perhitungan Harmonisa
Ada tiga metode perhitungan yang dipakai untuk mengetahui kandungan
harmonisa, yaitu :
1. Crest-factor (CF)
Crest-factor adalah suatu pengukuran nilai puncak dari gelombang
dibandingkan dengan nilai RMS.
CF = peak_of_waveform (2.2) rms_of_waveform
8
Suatu gelombang sinus sempurna arus atau tegangan akan mempunyai
suatu CF = √2 .
2. Persentase total harmonic distortion (%THD)
Besar total gangguan dari harmonisa pada suatu sistem tenaga listrik
dinyatakan dengan Total Harmonic Distortion (THD) yang didefinisikan
sebagi berikut:
I THD= ∑n=2, 3 ,4 …
∞ ( I n2
I 12 ) x100 % (2.3)
V THD= ∑n=2 ,3 , 4 …
∞ (V n2
V 12 ) x100 % (2.4)
Dimana:
ITHD;VTHD = Nilai THD arus (dalam persen)
I1;V1 = arus dan tegangan fundamental
In;Vn = arus dan tegangan frekuensi ke-n
3. Harmonisa Tegangan dan Harmonisa Arus
Definisi tegangan dan arus sebagai fungsi waktu dalam deret fourier
(Sankaran,Power83) adalah :
v ( t )=V 0+√2∑h=0
∞
Vhsin (hω+αh )(2.5)
Dimana v(t) adalah tegangan sesaat, V0 adalah harga rata-rata, Vh
adalah harga rms dari tegangan harmonik h dan αh adalah sudut fasa dari
tegangan harmonik.
i( t )=Io+√2∑h=0
∞
Ihsin (hω+βh )(2.6)
9
Dimana i(t) adalah arus sesaat, Io adalah komponen dc, Ih adalah harga
rms dari arus harmonik h, dan βh adalah sudut asa dari arus harmonik h.
Harga rms tegangan dan arus adalah :
V = √∑
h=0
∞
V h2
; I = √∑
h=0
∞
I h2
(2.7)
Kemudian dengan memisahkan komponen fundamental V1, I1 dari
komponen harmonik Vh, Ih maka akan diperoleh :
V2 = V12 + Vh
2 (2.8)
dan
I2 = I12 + Ih
2 (2.9)
Dari kedua persamaan di atas diperoleh daya komplek S :
S2 = (VI)2 = (V1I1)2 + (V1Ih)2 + (VhI1)2 + (VhIh)2
(2.12)
Daya komplek S memiliki dua komponen :
S2 = S12 + SN
2 (2.10)
dimana :
S12 = (V1I1)2 = P1
2 + Q12 (2.11)
P1 = V1I1 cos θ1 (2.12)
Q1 = V1I1 sin θ1 ; θ1 = α1 – β1 (2.13)
Dengan S1 merupakan daya kompleks fundamental, yang terdiri dari
daya aktif fundamental P1 dan daya reaktif fundamental Q1. Sedangkan daya
10
komplek non- fundamental SN dari tiga komponen yang dapat dinyatakan
dalam persamaan berikut :
SN = (VIIH)2 + (VHI1)2 + (VHIH)2 (2.14)
Komponen pertama merupakan perkalian antara tegangan rms
fundamental dengan arus rms harmonik. Bentuk ini, VIIH dinamakan current
distortion power. Bentuk kedua, VHI1 merupakan perkalian antara arus rms
fundamental dengan tegangan rms harmonik yang dinamakan voltage
distortion power. Sedangkan komponen ketiga VHIH disebut daya nyata
harmonik.
Berikut ini adalah grafik mengenai pengaruh harmonisa terhadap
faktor daya:
Gambar 2.2. Grafik Pengaruh Harmonisa Terhadap Faktor Daya
Sumber : Penangsang,O., Anam,S. Analisis Kesalahan Pengukuran Energi Dengan Adanya
Penurunan Kualitas Sumber Daya Listrik Pada Sistem Kelistrikan Industri. Laporan
Penelitian.Lembaga Penelitian ITS. Surabaya.1998.p.65
Pada gambar 2.2 dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai
%ITHD maka akan berpengaruh turunnya faktor daya. Tingginya nilai
ITHD disebabkan karena nilai Irms dari fundamentalnya menjadi besar.
11
Kemudian presentasi ITHD tidak terlalu berpengaruh terhadap nilai DPF.
Karena DPF merupakan ukuran dari kemampuan daya rangkaian yang tidak
mencakup komponen harmonisa. Sedangkan untuk kenaikan THDv hingga
batas yang diizinkan (THDv < 5%) tidak berpengaruh terhadap perubahan
harga faktor daya. Hal ini disebabkan karena kenaikan nilai THDv sampai
dengan 5% dari harga fundamentalnya tersebut sangat kecil pengaruhnya
terhadap kenaikan harga Vrms, sehingga perubahan daya nyatanya akan
kecil untuk harga THDI tertentu.
2.1.5 Standard Harmonisa Gelombang
Standart harmonisa berdasarkan standart IEEE 519-1992. Ada dua kriteria
yang digunakan untuk mengevaluasi distorsi harmonisa. Yang pertama adalah
batasan untuk harmonisa arus dan yang kedua untuk harmonisa tegangan. Untuk
standart harmonisa arus ditentukan oleh rasio Isc/IL, dimana Isc arus hubung singkat
yang ada pada PCC (point of common coupling), sedangkan IL adalah arus beban
fundamental nominal. Sedangkan untuk standart harmonisa tegangan ditentukan oleh
tegangan sistem yang dipakai. Standart harmonisa tegangan dapat dilihat pada tabel
2.1 dan standart harmonisa arus dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.1 Standard Harmonisa Tegangan
Sistem Voltage IHDV (%) THDV (%)
Vrms < 69KV 3.0 5.0
69KV < Vrms < 161KV 1.5 2.5
Vrms > 161KV 1.0 1.5
Sumber : Ned Mohan. Power Electronic:Converter, Application and Design.NewYork:John
Willey&Sons, 1994.p.412
12
Tabel 2.2 Standard Harmonisa Arus
Sistem Voltage ISC/ ILoad THDV (%)
Vrms < 69KV
< 20 5
20 – 50 8
50 – 100 12
100 – 1000 15
>1000 20
69KV < Vrms < 161KV
< 20 2.5
20 – 50 4.0
50 – 100 6.0
100 – 1000 7.5
>1000 10.0
Vrms > 161KV
< 50 2.5
> 50 4.0
Sumber : Ned Mohan. Power Electronic:Converter, Application and Design.NewYork:John
Willey&Sons, 1994.p.412
13
2.2 Aktif Power Filter
Filter Aktif adalah suatu perangkat elektronik yang dapat memperbaiki
kwalitas daya yang dikirimkan dari sumber ke beban. Filter sistem tenaga listrik
biasanya terdiri dari Filter Aktif dan Filter Pasif. Menurut Izhar et al, pemakaian
Filter Aktif pada sistem tenaga listrik lebih fleksibel daripada Filter Pasif karena dari
segi penggunaan dan unjuk kerja (performance) Filter Aktif lebih ekonomis.
Untuk mengurangi permasalahan yang ditimbulkan oleh kwalitas daya pada
sistem tenaga tergantung pada koneksi Filter Aktif yang diperlihatkan pada table
berikut.
Tabel 2.3 Aplikasi filter aktif tergantung pada permasalahan kwalitas daya
Koneksi Filter Aktif Sumber Permasalahan
Efek Beban terhadap Suplay
Arus Bolak-Balik
Efek Suplay Arus Bolak-Balik
terhadap Beban
Seri - Memfilter Arus
Harmonisa
- Kompensasi Arus
Reaktif
- Arus Tak Seimbang
- Tegangan Flicker
- Tegangan tak
seimbang
- Tegangan Sag/Swell
- Tegangan Tak
Seimbang
- Distorsi Tegangan
- Tegangan Notching
- Tegangan Flicker
Shunt - Memfilter Arus
Harmonisa
- Kompensasi Arus
Reaktif
- Arus Tak Seimbang
- Flicker Tegangan
Seri-Shunt - Filter Arus Harmonisa - Tegangan Sag/Swell
14
- Kompensasi Arus
Reaktif
- Arus Tak Seimbang
- Tegangan Flicker
- Tegangan tak
seimbang
- Tegangan Tak
Seimbang
- Distorsi Tegangan
- Notching Tegangan
- Tegangan Flicker
Filter Aktif biasanya menggunakan perangkat switching berupa pengatur
modulasi lebar pulsa tegangan atau arus yang disebut Pulse Witdh Modulation
Voltage Source Inverter (PWM VSI) atau Current Source Inverter (PWM CSI) yang
dihubungkan ke level sistem tegangan rendah dan juga tegangan tinggi tergantung
pada permasalahan kwalitas daya.
2.2.1 Series Aktif Power Filter
Filter Aktif Seri banyak digunakan untuk memfilter harmonisa dan
memkompensasi distorsi tegangan seperti tegangan kedip, fliker tegangan dan
tegangan tidak seimbang pada level sistem tegangan tinggi dan tegangan rendah.
Filter aktif seri terdiri dari inverter dan keluaran (output) inverter dihubungkan
dengan filter L atau LC kemudian dikopling dengan transformator. Filter Aktif Seri
dihubungkan secara seri diantara suplai dengan beban seperti diperlihatkan pada
gambar
15
Gambar 2.3 Pemasangan Filter Daya Aktif Secara Seri dengan Beban
Dalam memfilter arus harmonisa, inverter menghasilkan tegangan keluaran
(vfilter) yang sebanding terhadap arus harmonisa sumber (isuplai). Pada tegangan
keluaran (v2) kopling transformator sisi sekunder sebanding terhadap rasio
transformator kopling. Pada dasarnya bentuk gelombang tegangan dan arus listrik
dalam sistem tenaga merupakan gelombang sinusoidal murni. Dengan perkembangan
beban listrik semakin kompleks terutama penggunaan beban listrik tak linear
sehingga menimbulkan terjadi perubahan distorsi bentuk gelombang tegangan dan
arus. Tegangan sisi sekunder (v2) transformator kopling adalah sebanding terhadap
arus mengalir melalui transformator kopling atau disebut tahanan aktif pada
frekwensi harmonisa. Arus harmonisa pada sumber akan berkurang dengan naiknya
impedansi frekwensi harmonisa sumber yang disebabkan oleh tahanan aktif.
2.2.2 Shunt Aktif Power Filter
Filter daya aktif parallel terdiri dari sumber tegangan atau arus terkontrol. VSI
(Voltage Source Inverter) filter daya aktif parallel merupakan tipe yang paling banyak
digunakan karena merupakan topologi yang terkenal dan memiliki prosedur instalasi
yang tidak sulit. Gambar berikut ini menunjukkan prinsip konfigurasi dari filter daya
16
aktif parallel dengan VSI, terdiri dari Kapasitor sebagai terminal DC (Cf), switch
elektronika daya, dan inductor (Lf) sebagai komponen interfacing.
Gambar 2.4 Pemasangan Filter Daya Aktif Secara Paralel dengan Beban
Filter daya aktif parallel bertindak sebagai sumber arus, mengkompensasi arus
harmonisa yang diakibatkan beban non linier. Prinsip dasar filter daya aktif parallel
adalah menginjeksi arus kompensasi yang sama dengan arus terdistorsi atau arus
harmonisa, sehingga arus yang asli terdistorsi dapat dieliminasi. Untuk menghasilkan
arus kompensasi sebagai komponen yang akan diinjeksikan untuk mengeliminasi arus
harmonisa, digunakan saklar VSI untuk menghasilkan atau membentuk gelombang
arus kompensasi (If) yaitu dengan mengukur arus beban (IL) dan menguranginya dari
referensi sinusoidal. Tujuan filter daya aktif parallel adalah untuk menghasilkan arus
sumber sinusoidal menggunakan persamaan I s=I L−I f . Jika arus beban non linier
dapat ditulis sebagai penjumlahan dari komponen arus fundamental (ILh) dan arus
harmonisa (ILf), seperti pada persamaan berikut ini
I L=I Lf−I Lh (2.15)
Maka arus kompensasi yang diinjeksikan oleh filter daya aktif parallel adalah
I f =I Lh (2.16)
Sehingga arus sumber sama dengan
I s=I L−I f (I ¿¿ Lf −I Lh)−I Lh=I Lf ¿ (2.17)
17
2.3 Inverter
Definisi secara umum dari inverter adalah peralatan elektronika daya yang
berfungsi mengubah tegangan searah (DC) menjadi tegangan bolak-balik (AC). Tipe
inverter ada dua jenis yaitu inverter sumber tegangan (VSI) dan inverter sumber arus
(CSI). Inverter VSI seperti diperlihatkan pada Gambar dibawah ini.
Gambar 2.5 Inverter VSI (Voltage Source Inverter)
Inverter CSI pada dc bus dilengkapi dengan Induktansi seperti diperlihatkan pada
Gambar
Gambar 2.6 Inverter CSI (Current Source Inverter)
Prinsip kerja dari inverter secara sederhana dapat dijelaskan menggunakan
saklar mekanik, seperti yang d tunjukan gambar berikut
18
Gambar 2.7 Rangkaian Inverter Sederhana
Bila kedudu S1 dan S2 pada A, beban L mendapat tegangan positif, dan
sebaliknya jika S1 dan S2 pada B, beban L mendapat tegangan positif dari arah
berlainan. Dengan demikian jika pemindahan sakklar S1 dan S2 secara
bergantianakan menghasilkan tegangan bolak-balik dengan amplitudo ditentukan oleh
besarnya sumber dan frekuensi ditentukan oleh pemindahan saklar.
Bentuk gelombang tegangan inverter ideak adalah sinusoidal. Namun dalam
prakteknya bentuk gelombangkely=uaran tidak sinusoidal dan mengandung
harmonisa. Seiring dengan dinamika perkembangan teknologi dalam elektronika
daya, sering dilakukan penelitian untuk memperbaiki kualitas daya yang dihasilkan
oleh inverter. Salah satunya adalah dengan menggunakan teknik pensaklaran dengan
sinyal PWM.
2.3.1 Inverter Satu Fasa Setengah Jembatan
Prinsip kerja inverter satu phasa jembatan penuh dapat dijelaskan dengan
menggunakan gambar
Gambar 2.8 Inverter satu phasa setengah jembatan
19
Inverter satu phasa setengah jembatan bekerja dengan menggunakan dua buah
komponen elktronikan daya, transistor Q1 dan Q2, untuk menghubungkan titselama
ik a dengan teganagan positif atau negatif. Jika transistor Q1 dinyalakan selama
waktu T0/2, maka tegangan sesaat beban V0 adalah Vs/2, sedangkan jika hanya
transistor Q2 yang dinyalakan selama waktu T0/2, maka tegangan yang melalui
beban adalah V2/2.
V 0=( 2T 0
∫0
T 02 V s
2
4dt)
12
(2.18)
Vo=Vs2
(2.19)
2.3.2 Inverter Satu Fasa Jembatan Penuh
Inverter satu phasa jembatan penuh ditunjukan pada gambar berikut
Gambar 2.9 Inverter satu phasa jembatan penuh
Ketika transistor Q1 dan Q2 dihidupkan secara bersamaan, dengan tegangan masukan
Vs mengalir malalui beban. Sedangkan jika transistor Q3 dan Q4 dihidupkan secara
bersamaan, tegangan yang mengalir ke beban berlawanan arah dengan tegangan
masukan yang mengalir ke beban kita dari Q1 dan Q2 dihidupkan, yang besarnya Vs.
Tegangan keluaran efektif (rms) diperoleh dari persamaan
20
Vo=( 2T 0
∫0
T 02
V s2 dt)
12
(2.20)
Vo=Vs (2.21)
2.4 Teknik Modulasi Lebar Pulsa (PWM)
Kontrol tegangan keluaran VSI adalah dengan memanfaatkan penyaklaran
(switching) frekwensi tinggi menggunakan teknik modulasi lebar pulsa (PWM) pada
sumber tegangan dc yang dijaga konstan, kemudian diambil rata-rata dari bentuk
gelombang keluaran untuk mendapatkan komponen fundamental tegangan yang
diatur magnitudanya. Teknik PWM memberikan keuntungan di mana komponen
harmonisa urutan komponen rendah berkurang sehingga akan mengurangi jumlah
harmonisa dan memfilter harmonisa. Semakin tinggi rasio frekwensi switching
terhadap frekwensi fundamental maka semakin berkurang komponen harmonisa yang
muncul.
Ada beberapa teknik PWM yang sering digunakan sebagai berikut:
1. Single Pulse Width Modulation.
2. Multiple Pulse Width Modulation.
3. Sinusoidal Pulse Width Modulation
2.4.1 Single Pulse Width Modulation
Metode Single pulse width modulation hanya ada satu pulsa setiap setengah
siklus dan lebar pulsa variasi untuk mengatur tegangan keluaran inverter. Sinyal
gating dibangkitkan dengan membandingkan sinyal referensi segiempat (rectangular)
beramplitudo Ar terhadap sinyal segi-tiga pembawa (triangular carrier) beramplitudo
Ac. Frekwensi fundamnetal tegangan keluaran Vo. Rasio Ar terhadap Ac adalah
21
merupakan variabel pengaturan juga disebut indeks modulasi (M) yang diberikan
seperti pada Persamaan sebagai berikut:
M=Ar
Ac (2.22)
Dengan merubah nilai Ar dari nol hingga Ac, lebar pulsa δ dapat berubah dari
0° sampai 180° dan tegangan rms keluaran Vo bervariasi dari nol sampai Vs seperti
pada Persamaan
V 0=[ 22 π
∫( π−δ ) /2
( π+δ )/2
Vs2d (ωt )]0.5
=Vs√ δπ
(2.23)
Inverter satu fasa jembatan gelombang penuh yang terdiri dari dari 4 buah
transistor dengan sumber tegangan Vs seperti diperlihatkan pada Gambar(). Gambar
()adalah sinyal gating dan tegangan keluaran Vo. Urutan penyaklaran transistor
tersebut 12, 23, 34 dan 41. Komponen harmonisa yang lebih dominan muncul urutan
ketiga pada tegangan keluaran Vo dibandingkan komponen urutan harmonisa lainnya
Gambar 2.10 Inverter Satu Phasa Jembatan Gelombang Penuh
22
Gambar 2.11 Sinyal gating dan tegangan keluaran Inverter Single Pulse Width
Modulation
2.4.2 Multiple Pulse Width Modulation
Teknik multiple pulse witdh modulation dapat mengurangi kandungan
harmonisa dengan membangkit beberapa pulsa yang menggunakan setengah siklus
tegangan keluaran seperti diperlihatkan pada Gambar(). Sinyal gating dibangkitkan
dengan membandingkan sinyal referensi segiempat (square) beramplitudo Ar
terhadap sinyal segitiga (triangular) pembawa beramplitudo Ac. Frekwensi dari sinyal
referensi menentukan frekwensi outputnya fo, dan sinyal frekwensi pembawa (carrier)
fc menentukan jumlah pulsa p selama setengah siklus. Rasio Ar tehadap Ac merupakan
variabel pengaturan disebut indeks modulasi M, yang menentukan tegangan keluaran
Vo. Jumlah pulsa p untuk setengah siklus seperti pada persamaan
23
p= fc2 fo
=mf
2(2.24)
Di mana mf =fcfo
didefinisikan sebagai rasio frekwensi modulasi.
Gambar 1.12 Sinyal gating dan tegangan keluaran Inverter Multiple Pulse
Width Modulation
Bila δ dianggap lebar dari setiap pulsa maka tegangan rms keluaran Vo
adalah:
24
V 0=[ 2 p2 π
∫( π / p−δ )/2
( π /p+δ )/2
Vs2 d(ωt)]0.5
=Vs√ pδπ
(2.25)
25
2.4.3 Sinusoidal PWM
Pada Sinusoidal PWM atau SPWM lebar pulsa sinyal gating dibangkitkan
dengan membandingkan sinyal referensi sinusoidal terhadap sinyal segitiga pembawa
frekwensi fc yang diperlihatkan pada Gambar(). Teknik SPWM sangat banyak
dipergunakan pada aplikasi industri. Frekwensi sinyal referensi fr menentukan
frekwensi keluaran inverter fo, amplitudo sinyal referensi Ar menentukan indeks
modulasi (M) yang mempengaruhi tegangan rms keluaran Vo. Jumlah pulsa untuk
setiap setengah siklus tergantung pada frekwensi pembawa fc.
Harmonisa dan komponennya yang muncul pada tegangan keluaran PWM
berada di sekitar penyaklaran inverter. Tegangan rms keluaran Vo dapat divariasikan
dengan merubah indeks modulasi (M). Bila δm adalah lebar dari pulsa ke m, maka
Persamaan () dapat dikembangkan untuk mendapatkan tegangan rms keluaran Vo
yang diberikan seperti persamaan
Vo=Vs[∑m=1
2 p √ δm
π ]0.5
(2.26)
26
Gambar 2.13 Sinyal gating dan tegangan keluaran Inverter Sinusoidal PWM
Satu Fasa