1. Konsep diri
a. Pengertian
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan,
kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu dalam
berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara
bertahap dimulai dari bayi dapat mengenali dan membedakan
orang lain. Proses yang berkesinambungan dari perkembangan
konsep dari dipengaruhi oleh pengalaman interpersonal dan
kuntural yang memberikan perasaan positif,memahami kopetensi
pada area yang bernilai bagi individu dan dipelajari melaluia
akumulasi kontak-kontak sosial dan pengalaman dengan orang lain
(Suliswati dkk, 2005)
Konsep diri (self concept) merupakan bagian dari masalah
psikososial yang tidak didapat sejak lahir. Konsep diri ini
berkembang secara bertahap sesuai dengan tahap perkembangan
psikososial seseorang.(Hidayat, 2004). Konsep diri merupakan
suatu integrasi yang kompleks dari perasaan, sikap sadar maupun
tidak sadar dan persepsi tentang totalitas diri, tubuh, harga diri, dan
peran (Potter & Perry, 2005)
Tarwoto dan Wartonah menyatakan perkembangan konsep
diri secara bertahap dimulai sejak bayi sudah mengenal dan
membedakan dirinya dengan orang. Setiap individu memiliki
pandangan yang berbeda mengenai konsep diri, ada yang positif
dan ada yang negatif. Individu dengan konsep diri yang positf
dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan
interpersonal, kemampuan intelektual, dan penguasaan lingkungan
sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan
sosial yang maladaptif (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
Hurlock mengemukakan bahwa konsep diri dapat dibagi
menjadi dau, yaitu konsep diri sebenarnya merupakan konsep
seseorang tentang dirinya yang sebagian besar ditentukan oleh
peran dan hubungannya dengan orang lain terhadap dirinya.
Konsep diri ideal, merupakan gambaran seseorang mengenai
keterampilan dan kepribadian yang didambakannya (Hurlock,
2001).
Setiap macam konsep diri mempunyai aspek fisik dan
psikologis. Aspek fisik terdiri dari konsep yang dimiliki individu
tentang penampilannya, kesesuaian dengan seksnya, arti penting
tubuhnya dalam hubungannya dan perilakunya, dan gengsi yang
diberikan tubuhnya dimata orang lain. Aspek psikologis diri
konsep individu tentang kemampuan dan ketidakmamuan, harga
dirinya, dan hubungan dengan orang lain (Hurlock, 2001)
Pendapat Gabriel Marcel mempertajam konsep diri manusia
melalui bukunya problematic Man (1995) dalam buku Zuyina
Lukaningsih, dengan menegaskan bahwa kata kunci untuk
memahami konsep diri manusia tidak dapat mengakibatkan relasi
anatar mausia. Bahwa manusia ada dengan partisipasi (being by
participation), yaitu manusia masuk dalam individualnya dengan
persekutuannya dengan manusia-manusia lainnya melalui cinta,
harapan dan kepercayaan (Zuyina Luk Lukaningsih, 2010).
b. Teori Perkembangan Konsep Diri
Konsep diri belum ada saat bayi dilahirkan, tetapi
berkembang secara bertahap, saat bayi dapat dirinya dengan orang
lain, mempunyai nama sendiri, pakaian sendiri. Anak mulai dapat
mempelajari dirinya, yang mana kaki, tangan, mata dan sebagainya
serta kemampuan berbahasa akan memperlancar proses tumbuh
kembang anak (Suliswati dkk,2005)
Konsep diri merupakan hasil dari aktivitas
pengeksplorasian dan pengalamannya dengan tubuhnya sendiri.
Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap individu ,
hubungan dengan orang lain dan interaksi dengan dunia diluar
dirinya. Konsep ini berkembang terus mulai dari bayi hingga usia
tua. Pengalaman dalam keluarga merupakan dasar pembentukan
konsep diri karena keluarga dapat memberikan perasaan mampu
dan tidak mampu, perasaan diterima atau ditolak dan dalam
keluarga individu mempunyai kesempatan untuk mengidentifikasi
dan meniru prilaku orang lain yang diinginkannya serta merupakan
pendorong yang kuat agar individu mencapai tujuan yang sesuai
atau pengharapan yang pantas. Dengan demikian jelas bahwa
kebudayaan dan sosialasi memengaruhi konsep diri dan
perkembangan kepribadian seseorang (Suliswati dkk, 2005)
Seseorang dengan konsep diri yang positif dapat
mengeksplorasi dunianya secara terbuka dan jujur karena latar
belakang penerimaannya sukses, konsep diri yang positif berasal
dari pengalaman yang positifmengarah pada kemampuan
pemahaman. Krakteristik individu dengan konsep diri yang positif:
1) Mampu membina hubungan pribadi, mempunyai
teman dan gampang bersahabat
2) Mampu berpikir dan membuat keputusan.
3) Dapat beradaptasi dan menguasai lingkungan
(Suliswati dkk, 2005)
Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan
individu dan sosial yang maladaptif.
Setiap individu dalam kehidupannya tidak terlepas dari
berbagai steresor, dengan adanya stressor akan menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri. Dalam usuha mengatasi
ketidakseimbangan tersebut individu menggunakan koping
individu (konstruktif) ataupun koping yang besifat merusak
(destruktif). Koping yang konstruktif akan menghasilkan respon
yang adaptif aktualisasi diri dan konsep diri yang positif (Suliswati
dkk,2005).
Aktualisasi diri merupakan respon adaptif yang tertinggi
karena individu dapat mngekprisikan kemampuan yang
demilikinya. Konsep diri yang positif adalah individu dapat
mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara jujur dan
dalam menilai suatu masalah individu berpikir secara positif dan
realistik. Apabila individu menggunakan koping yang deskruktif ia
akan mengalami kecemasan, sehingga menimbulkan rasa
bermusuhan yang dilanjutkan dengan individu menilai dirinya
rendah, tidak berguna, tidak berdaya, tidak berarti, takut dan
mengakibatkan kecamasan yang meningkat, proses ini akan
berlangsung terus yang dapat menimbulkan respon yang maladaltif
berupa kekacauan identitas, harga diri yang rendah dan
depersonalisasi (Suliswatu, 2005).
c. Komponen konsep diri
1) Citra diri
Gambaran atau citra diri (body image) mencakup sikap
individu terhadap tubuhnya sendiri, termasuk penampilan fisik,
struktur dan fungsinya, perasaan mengenai citra diri meliputi hal-
hal yang berkaitan dengan seksualitas, femininitas dan
maskulnitas, keremajaan, kesehatan, dan kekuatan. Citra tubuh
dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik.
Perubahan perkembangan yang normal seperti penuan terlihat lebih
jelas terhadap citra diri dibandingkan dengan aspek-aspek diri
lainnya (Hidayat, 2004).
Citra diri berhubungan dengan kepribadian. Cara seseorang
memandang diri mempunyai dampak yang penting pada aspek
psikologis. Pandangan yang realistis terhadap diri, menerima dan
menyukai bagian tubuh akan memberi rasa aman sehingga
terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Hidayat,
2004)
Citra diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara
sadar dab tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan
tentang ukuran, bentuk dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan
masa lalu (Tarwoto dan Wartonah, 2010).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa
citra diri bergantung pada bagian realitas tubuh, sehingga
seseorang biasanya tidak dapat beradaptasi dengan cepat untuk
berubah secara fisik. Perubahan fisik boleh jadi tidak sesuai dengan
citra diri ideal seseorang (Hidayat, 2004)
2) Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana harus
berprilaku sesuai dengan standar pribadi. Standar dapat
berhubungan dengan tipe orang yang diinginkannya atau sejumlah
aspirasi, cita-cita, nilai-nilai yang ingin dicapai. Ideal diri akan
mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma
sosial (keluarga dan budaya) dan kepada siapa ingin dilakukan
(Hidayat, 2004). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ideal
diri yaitu: kecenderungan individu menetapkan ideal diri pada
batas kemampuannya, faktor budaya, ambisi dan keinginan untuk
melebihi dan berhasil, kebutuhan yang realistik, keinginan untuk
menghindari kegagalan, perasaan cemas, dan harga diri (Sunaryo,
2004).
Pembentukan idiel diri dimulai pada masa kanak-kanak
dipengaruhi oleh orang yang penting pada dirinya yang
memberkan harapan atau tuntutan tertentu. Seiring dengan
berjalannya waktu individu menginternalisasikan harapan tersebut
dan akan membentuk dasar dari ideal diri. Pada usia remaja, ideal
diri akan terbentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru
dan teman. Pada usia yang lebih tua dilakukan penyesuaian yang
merefleksikan berkurangnya kekuatan fisik dan perubahan peran
serta tanggung jawab. Individu cenderung menetapkan tujuan yang
sesuai dengan kemampuannya, kultur, realita, menghindari
kegagalan dan rasa cemas. Ideal diri harus cukup tinggi supaya
mendukung respek terhadap diri, tetapi tidak terlalu tinggi, terlalu
menuntut, samar-samar atau kabur. Ideal diri berperan sebagai
pengatur internal dan membantu individu mempertahankan
kemampuannya menghadapi komflik atau kondisi yang membuat
bingung. Ideal diri penting untuk mempertahankan kesehatan dan
keseimbangan mental (Suliswati dkk, 2005).
3) Harga Diri
Harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang
dicapai, dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu
tersebut sesuai dengan ideal dirinya (Sunaryo, 2004). Harga diri
(self-esteem) adalah penilaian individu tentang dirinya dengan
menganalisis kesesuaian anatara prilaku dan ideal diri yang lain.
Harga diri dapat diperoleh melalui penghargaan dari diri sendri
maupun dari orang lain. Perkembangan harga diri juga ditentukan
oleh perasaan diterima, dicintai, dihormati oleh orang lain, serta
keberhasilan yang pernah dicapai individu dalam hidupnya
(Hidayat, 2004).
Harga diri adalah penilian terhadap hasil yang dicapai
dengan analisi, sejauh mana perilaku memenuhi ideal diri jika
individu selalu sukses maka cendurung harga dirinya akan tinggi
dan jika mengalami gagal cenderung harga diri menjadi rendah.
Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain (Tarwoto dan
Wartonah, 2010).
Harga diri dapat dipahami dengan memikirkan hubungan
anatara konsep diri seseorang dan ideal diri. Harga diri juga
dipengaruhi oleh sejumlah kontrol yang meraka miliki terhadap
tujuan dan keberhasilan dalam hidup (Sunaryo, 2004).
4) Peran
Peran adalah serangkaian prilaku yang diharapkan oleh
masyarakat yang sesuai dengan fungsiyang ada dalam masyarakat
atau suatu pola sikap, perilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan
dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat, misalnya
sebagai orang tua, atasan, teman dekat dan sebagainya. Setiap
peran atasan, teman dekat dan sebagainya. Setiap peran
berhubungan dengan pemenuhan harapan-harapan tertentu.
Apabila harapan tersebut dapat terpenuhi, rasa percaya diri
seseorang akan meningkat. Sebaliknya, kegagalan untuk memenuhi
harapan atas peran dapat menyebabkan penurunan harga diri atau
terganggunya konsep diri .
Peran adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisi di masyarakat (Tarwoto dan
Wartonah, 2010).
Menurut Stuart & Sudden (1998), peran membentuk pola
perilaku yang diterima secara sosial yang berkaitan dengan fungsi
seorang individu dalam berbagai kelompok sosial. Sepanjang
hidup orang yang menjalani berbagai perubahan peran. Perubahan
normal yang berkaitan dengan pertumbuhan dan maturasi
mengakibatkan transisi perkembangan. Transisi situasi terjadi
ketika orang tua, pasangan hidup, atau teman dekat meninggal atau
orang pindah rumah, menikah, bercerai atau ganti pekerjaan.
5) Identitas diri
Identitas diri adalah penilaian individu tentang
dirinyasebagai suatu kesatuan yang utuh. Identitas mencakup
konsistensi seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai
keadaan serta menyeritkan perbedaan atau keunikan dibandingkan
dengan orang lain. Identitas seringkali dapat melalui pengamatan
sendiri dan dari apa yang didengar seseorang dari orang lain
mengenai dirinya (Hidayat, 2004).
Identitas diri adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang
bersumber dari observasi dan penelitian yang merupakan sintesis
dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh
(Tuwarto, Wartonah, 2010).
Identitas diri adalah kesadaran diri dari individu akan
keunikan yang terjadi terus-menerus sepanjang hidup.menurut
Kozier (2004). Identitas diri seseorang biasanya beruppa
karakteristik-karakteristik yang membedakan seseorang dengan
yang lainnya meliputi nama, jenis kelamin, umur, ras, suku,
budaya, pekerjaan atau peran. Menurut Erikson (1963) dalam
Potter & Perry (2005) identitas diri menunjukan kesadaran akan
suatu kepastian dan adanya pemisahan dari yang lainnya, perasaan
diri seutuhnya dan pemeliharaan solidaritas dengan kelompok
sosial yang ideal melalui ekspresidan keunikan individu. Identitas
seperti halnya citra tubuh sangat berkaitan erat dengan penampilan
dan kemampuan (Potter & Perry, 2005).
d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
1) Tingkat perkembangan dan pengetahuan
Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan
dan pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep diri.
2) Budaya
Pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang
tuanya, kelompok dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja
seharian akan membawa anak lebih dekat pada lingkungan.
3) Sumber eksternal dan internal
Kekuatan dan perkembangan pada indiividu sangat
berpengaruh terhadap konsep diri. Pada sumber internal misalnya,
orang yang humoris koping individunya lebih efektif. Sumber
eksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomi
yang kuat.
4) Pengalaman sukses atau gagal
Adanya kecendrungan bahwa riwayat sukses akan
meningkatkan konsep diri demikian pula sebaliknya.
5) Stressor
Stressor dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan
baru, ujian dan ketakutan. Jika koping individu tidak adekuat maka
akan menimbulkan depresi, menarik diri, dan kecemasan.
6) Usia. Keadaan sakit dan trauma
Usia tua dan keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi
dirinya (Tuwarto dan Wartonah,2010)
Calhoun dan Acocella (2001) mengungkapkan ada
beberapa sumber informasi untuk konsep diri seseorang, yaitu:
1) Orang tua
Orang tua adalah kontak sosial yang paling awal kita alami
dan yang paling berpengaruh. Orang tua sangat penting bagi
seorang anak, sehingga apa mereka komunikasikan akan lebih
berpengaruh daripada informasi lain yang diterima anak sepanjang
hidupnya. Orang tua memeberikan arus informasi yang konstan
mengenai diri anak. Orang tua juga membantu dalam menetapkan
penghargaan serta mengajarkan anak bagaimana menilai dirinya
sendiri. Pengharapan dan penilaian tersebut akan terus terbawa
sampai anak menjadi dewasa.
2) Teman sebaya
Setelah orang tua, kelopok teman sebaya juga cukup
mempengaruhi konsep diri individu. Penerimaan maupun
penolakan kelompok teman sebaya terhadap seorang anak akan
berpengaruh pada konsep diri anak tersebut. Peran yang diukir
anak dalam kelompok teman sebayanya dapat memberi pengaruh
yang dalam pada pandangannya tentang dirinya sendiri dan
peranan ini, bersama dengan penilaian diri yang dimilikinya akan
cenderung terus berlangsung dalam hubungan sosial ketika ia
dewasa.
3) Masyarakat
Sama sepertiorang tua dan teman sebaya, masyakat juga
memberitahu individu bagaimana mendifinisikan diri sendiri.
Penilian dan penghargaan masyarakat terhadap individu dapat
masuk ke dalam konsep diri individu dan individu akan beperilaku
sesuai dengan pengharapan tersebut.
4) Belajar
Konsep diri merupakan hasil belajar.belajar dapat didefinisikan
sebagai perubahan psikologis yang relatif permanen yang terjadi dalam
diri seseorang sebagai akibat dari pengalaman. Dalam mempelajari
konsep diri, terhadap tiga faktor utama yang harus dipertimbangkan,
yaitu: asosiasi, ganjaran dan motivasi.
e. Kriteria kepribadian yang sehat
1) Citra tubuh yang positif dan akurat
Kesadaran akan diri berdasarkan atas observasi mandiri dan
perhatian yang sesuai akan kesehatan diri. Termasuk persepsi dan
saat masa lalu.
2) Ideal diri
Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan
hidup yang dapat dicapai.
3) Konsep diri yang positif
Konsep diri yang positif menunjukan bahwa individu akan sesuai
dalam hidupnya.
4) Harga diri yang Tinggi
Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan
memandang dirinya sebagai seseorang yang berarti dan
bermanfaat. Ia memandangdirinya sama dengan apa yang
diinginkan.
5) Kepuasan penampilan peran
Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat
berhubungan dengan orang lain secara intim dan mendapat
kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain
seperti membina hubungan interdependen.
6) Identitas yang jelas
Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah
kehidupan dalam mencapai tujuan (Tarwoto dan Wartonah,2010).
f. Karakteristik Konsep Diri Rendah
1) Menhindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu
2) Tidak mau berkaca
3) Menghindari diskusi tentang topik dirinya
4) Menolak usaha rehabilitasi
5) Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat
6) Mengingkari perubahan pada dirinya
7) Peningkatan ketergantungan pada yang lain
8) Tanda dari keresahan seperti marah, keputusasaan, menagis
9) Menolak berpartisipasi dalam perawayan diri
10) Tingkah laku yang merusak seperti penggunaan obat-obatan dan
alcohol
11) Menghindari kontak sosial
12) Kurang betangguang jawab (Tarwoto dan Wartonah,2010).
g. Faktor-faktor resiko Gangguan Konsep Diri.
1) Gangguan Konsep Diri
a) Perubahan perkembangan
b) Trauma
c) Jenis kelamin yang tidak sesuai
d) Budaya yang tidak sesuai.
2) Gangguan citra tubuh
a) Hilangnya bagian tubuh
b) Perubahan perkembangan
c) Kecacatan
3) Gangguan Harga Diri
a) Hubungan interpersonal yang tidak harmonis
b) Kegagalan perkembangan
c) Kegagalan mencapai tujuan hidup
d) Kegagalan dalam mengikuti aturan normal.