Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

71
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Maritim terbesar di dunia, dengan luas wilayah 2/3 adalah laut. Indonesia merupakan negara maritim atau kepulauan terbesar didunia, antara pulau satu dengan pulau lainnya dipisahkan oleh laut, tapi bukanlah menjadi penghalang bagi setiap suku bangsa di Indonesia untuk saling berhubungan dengan suku-suku di pulau lainnya. Sebagai negara yang dihuni oleh banyak suku, dengan budaya dan adatnya masing-masing. Setiap suku ini memiliki cara hidup sendiri, tergantung budaya dan adat yang mereka anut. Setiap suku tersebut memiliki keunikan tersendiri seperti cara hidup mereka yang bermacam-macam, salah satunya yaitu suku yang hidup diatas laut, keberadaan suku ini semakin memperjelas bahwa Indonesia Adalah Negara yang sangat dekat dengan laut, sebagaimana Sejarah telah menunjukkan bahwa bangsa Indonesia yang mencintai laut sejak dahulu merupakan masyarakat maritime. Dalam catatan sejarah, terekam bukti-bukti bahwa nenek moyang bangsa Indonesia menguasai lautan nusantara, 1

description

ok

Transcript of Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

Page 1: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara Maritim terbesar di dunia, dengan luas wilayah

2/3 adalah laut. Indonesia merupakan negara maritim atau kepulauan terbesar

didunia, antara pulau satu dengan pulau lainnya dipisahkan oleh laut, tapi bukanlah

menjadi penghalang bagi setiap suku bangsa di Indonesia untuk saling

berhubungan dengan suku-suku di pulau lainnya. Sebagai negara yang dihuni oleh

banyak suku, dengan budaya dan adatnya masing-masing. Setiap suku ini memiliki

cara hidup sendiri, tergantung budaya dan adat yang mereka anut. Setiap suku

tersebut memiliki keunikan tersendiri seperti cara hidup mereka yang bermacam-

macam, salah satunya yaitu suku yang hidup diatas laut, keberadaan suku ini

semakin memperjelas bahwa Indonesia Adalah Negara yang sangat dekat dengan

laut, sebagaimana Sejarah telah menunjukkan bahwa bangsa Indonesia yang

mencintai laut sejak dahulu merupakan masyarakat maritime. Dalam catatan

sejarah, terekam bukti-bukti bahwa nenek moyang bangsa Indonesia menguasai

lautan nusantara, bahkan mampu mengarungi samudra luas sampai kepesisir

madagaskar dan afrika selatan.

Sejak zaman bahari, pelayaran dan perdagangan antar pulau telah

berkembang dengan menggunakan berbagai macam tipe perahu tradisional, nenek

moyang kita menjadi pelaut-pelaut handal yang menjelajahi untuk mengadakan

kontak dan interaksi dengan pihak luar. Bahkan, yang lebih mengejutkan lagi,

pelayaran yang dilakukan oleh orang-orang Indonesia (Nusantara) pada zaman

1

Page 2: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

bahari telah sampai ke Mandagaskar. Bukti dari berita itu sendiri adalah

berdasarkan penelitian yang dilakukan yaitu tipe jukung yang sama yang digunakan

oleh orang-orang Kalimantan untuk berlayar “Fantastis”. Pada zaman bahari telah

menjadi Trade Mark bahwa Indonesia merupakan negara maritim. Indonesia

merupakan negara maritim yang mempunyai banyak pulau, luasnya laut menjadi

modal utama untuk membangun bangsa ini. Indonesia adalah “Negara kepulauan”,

Indonesia adalah “Nusantara”, Indonesia adalah “Negara Maritim” dan Indonesia

adalah “Bangsa Bahari”,”Berjiwa Bahari” serta “Nenek Moyangku Orang Pelaut”

bukan hanya merupakan slogan belaka, Laut dijadikan ladang mata pencaharian,

laut juga dijadikan sebagai tempat menggalang kekuatan, mempunyai armada laut

yang kuat berarti bisa mempertahankan kerajaan dari serangan luar. Memang, laut

dalam hal ini menjadi suatu yang sangat penting sejak zaman dahulu sampai

zaman sekarang. Dengan mengoptimalkan potensi laut menjadikan bangsa

Indonesia maju karena Indonesia mempunyai potensi yang sangat besar untuk

mengembangkan laut. Laut akan memberikan manfaat yang sangat vital bagi

pertumbuham dan perkembangan Indonesia

Fakta lain yang dapat membuktikan bahwa nenek moyang kita adalah Pelaut

handal yaitu Prasejarah Cadas Gua yang terdapat di pulau-pulau muna, seram dan

arguni yang diperkirakan berasal dari 1000 tahun SM dipenuhi dengan lukisan

perahu-perahu layar. Juga ditemukan Artefak Suku aborigin diaustralia yang

diperkirakan berasal dari 2500 tahun SM serupa yang ditemukan dipulau

jawa.Kenyataan ini memberikan Indikasi Bahwa jauh sebelum gelombang migrasi

2

Page 3: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

indchina yang dating keindonesia, nenek moyang bangsa nusantara sudah

berhubungan dengan suku aborigin diaustralia lewat laut.1

Bangsa Indonesia dengan karakteristik social budaya kemaritiman, bukanlah

merupakan fenomena baru. Karena sejarah telah menunjukkan bahwa kehidupan

kemaritiman, Pelayaran dan perikanan beserta kelembagaan formal dan informal

yang menyertainya merupakan kontinuitas dari proses perkembangan kemaritiman

Indonesia masa lalu. Namun belum ada bukti yang menunjukkan bahwa

penguasaan lautan nusantara oleh nenek moyang kita lebih merupakan suatu

penguasaan de facto (berdasarkan kenyataan) dari pada penguasaan yang

didasarkan atas suatu konsepsi kewilayahan dan hokum (de jure). Walaupun

demikian sejarah telah menunjukkan bahwa bangsa Indonesia yang mencintai laut

sejak dahulu merupakan masyarakat maritime.

Konsekwensi sifat maritim itu sendiri lebih mengarah pada terwujudnya

aktifitas pelayaran di wilayah Indonesia. Dalam kalimat ini bahwa Indonesia

sebagai negara kepulauan dalam membangun perekonomian akan senantiasa

dilandasi oleh aktivitas pelayaran. Pentingnya pelayaran bagi Indonesia tentunya

disebabkan oleh keadaan geografisnya, posisi Indonesia yang strategis berada

dalam jalur persilangan dunia, membuat Indonesia mempunyai potensi yang

sangat besar untuk mengembangkan laut. Laut akan memberikan manfaat yang

sangat vital bagi pertumbuham dan perkembangan perekonomian Indonesia atau

perdaganagan pada khususnya

1 Amran Saru,Mardiana Fachri Dkk, Wawasan Sosial Budaya Mariti (Makassar: UPT MKU Universitas Hasanuddin) 2011, hlm. 54

3

Page 4: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

Dalam era globalisasi, perhatian bangsa Indonesia terhadap fungsi,

peranan dan potensi wilayah laut semakin berkembang. Kecenderungan ini

dipengaruhi oleh perkembangan pembangunan yang dinamis yang

mengkibatkan semakin terbatasnya potensi sumber daya nasional di darat.

Pengaruh lainnya adalah perkembangan teknologi sendiri yang sangat pesat,

sehingga dalam memberikan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya laut.2

Akan tetapi perkembangan tersebut tidak berarti menghilangkan adat atau

kebiasaan yang sudah menyatuh dengan jati diri bangsa ini yang telah dicatat

dalam sejarah nenek moyang bangsa Indonesia yang di kenal menguasaai

lautan nusantara, bahkan mampu mengarungi samudra luas. Nenek moyang

bangsa Indonesia ini kita kenal dengan nama suku bajo atau suku pengembara

laut. Suku ini merupakan suku nomaden yang hidup di atas laut, sehingga

disebut gipsi laut. 

Semenjak abad ke-16, Suku Bajo banyak yang menyebar kesegala

penjuru wilayah nusantara yang akhirnya menetap, baik dengan inisiatif sendiri

maupun karena adanya paksaan dari pemerintah. Meskipun demikian, tempat

tinggal mereka tidak jauh dari laut. sesuai dengan sifatnya yang nomaden,

mereka membangun pemukiman-pemukiman baru.3 Pada awalnya Suku ini

tinggal diatas bidok(perahu) sampai tahun 1930-an. Kemudian pada awal 1935

mereka mulai membangun kampoh(tampat tinggal tetap).dari kampoh ini

kemudian mereka membangun babaroh dipantai pasang surut.babaroh ini

merupakan tempat tinggal sementara suku bajo untuk istirahat dan mengolah

2 Ibid. 3 Abdul hafid,Pengetahuan Lokal, Nelayan Bajo, Pengantar Editor (Makassar:Pustaka Refleksi,2014) hlm.viii

4

Page 5: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

hasil laut.4Setelah merasa cocok tinggal didaerah tersebut, akhirnya mereka

mengembangkan hunian mereka menjadi papondok kemudian hidup dan

menetep dengan mendirikan rumah panggung di wilayah pesisir. Dalam

perjalanan Sejarah Suku bajo dapat dikatakan sebagai salah satu suku terasing

di Indonesia yang umumnya bertempat tinggal dilaut ,hidup berkelompok dan

cenderung memisahkan diri dari kelompok masyarakat yang tinggal didarat.

Sebagai Suku pengembara laut, kehidupan sehari-hari masyarakat bajo selalu

bersentuhan dengan laut, bahkan tempat tinggal mereka menandakan

pengabdiannya pada laut. Mereka bermukim dipinggir laut dan membentuk

perkampungan dipesisir pantai, terutama didaerah-daerah teluk yang terlindung

dari hempasan gelombang laut.5

Karena kedekatannya laut, laut sudah merupakan bagian integral dalam

kehidupan orang bajo. Sehingga bagi mereka laut adalah segalanya. Ada

beberapa istilah yang mereka gunakan untuk mendeskriptikan pandangan

mereka terhadap laut seperti:

1. Laut sebagai Sehe berarti laut sebagai sahabat yang senantiasa memahami

kehidupan orang bajo. Laut akan memberikan sesuatu yang diharapkan oleh

mereka sesuai aktivitasnya masing-masing.

2. Laut sebagai tabar (obat) artinya laut menyimpan berbagai ramuan untuk

dijadikan obat guna menyembuhkan berbagai penyakit.

3. Laut sebagai anudinta (makanan) yang berarti bahwa laut merupakan

sumber makanan untuk kebutuhan sehari-hari.

4 Ibid hlm. 395 Ibid hlm. 22

5

Page 6: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

4. Laut sebagai lalang (Pra-sarana transortasi) artinya laut sebagai sarana jalan

untuk dilalui.

5. Laut sebagai pamunang ala”baka raha, ‘(sumber kebaikan dan keburukan)

artinya segala kebaikan dan keburukan.

6. Laut sebagai patambanang umbo ma’dilao (tempat leluhur orang bajo yang

menguasai laut), artinya laut ini merupakan tempat leluhur mereka yang di

yakini sebagai penguasa laut.

7. Laut patambangang (tempat tinggal) Artinya laut merupakan tempat tinggal

mereka sejak dahulu. Sehingga mereka tidak dapat dipisahkan dengan laut.

Di sulawesi Selatan Suku bajo ini dapat kita temui di kelurahan Bajoe

Kecamatan Tanete Riattang Timur Kabupaten Bone dan merupakan salah satu

komunitas terbesar di Sulawesi Selatan, yang menghuni wilayah pesisir pantai

teluk bone yang merupakan masyarakat kebudayaan maritime. Bagi mereka, laut

adalah segalanya, sehingga pantang bagi masyarkat bajo untuk tinggal

didaratan. Akan tetapi seiring berjalannya waktu tempat tinggal mereka mulai

menyatu dengan daratan, hingga kita tidak dapat lagi membedakan daratan dan

lautan.

Masyarakat yang tinggal dan bermukim sejak lama diwilayah ini tentu

sudah menganggap bahwa wilayah tersebut adalah milik mereka,sebagaimana

orang yang tinggal didarat. karena sudah turun temurun mereka berdiam di

tempat tersebut. Dengan demikian sangat diperlukan akan adanya peranan

hokum dalam bentuk pengaturan oleh Negara. Pengaturan yang dimaksud

6

Page 7: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

dalam hal ini meliputi pemilikan, penguasaan, serta pemeliharaannya sehingga

tertata secara sistimatis.

Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Pokok

Agraria yang lebih dikenal dengan sebutan Undang-Undang Pokok

Agraria/UUPA pada pasal 19 ayat (1) dikemukakan bahwa untuk menjamin

kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah

Republik Indonesia menurut ketentuan yang diatur dengan Peraturan

Pemerintah. Pada intinya secara spesifik pemerintah mengatur pemberian hak

milik atas tanah melalui prosedur pendaftaran tanah yang tertuang dalam

Undang-Undang Pokok Agraria/UUPA supaya tidak menimbulkan kepemilikan

ganda ataupun meminimalisir kepemilikan yang tidak jelas yang berdampak

menimbulkan sengketa tanah karena tidak adanya bukti authentik yang menjadi

alas hak yangsah dan kuat. Mendaftarkan tanah menjadikan kepemilikan dan

penguasaan tanah menjadi teratur dan tertata dengan baik, sehingga berdampak

positif juga terhadap pemerintah baik dari pemungutan Pajak Bumi Bangunan,

pemberian ganti rugi terhadap pengambilan tanah untuk fungsi sosial maupun

pendataan kepemilikan tanah.

Dengan adanya ketentuan yang tertuang dalam Undang-Undang yang

memberikan kewenangan bagi masyarakat untuk mendaftarkan tanahnya tidak

semata-mata hanya memberikan jaminan dan kepastian hukum. Pendaftaran

tanah yang dikonversi dalam bentuk sertifikat sebagai bukti authentik

kepemilikan memiliki nilai ekonomis yang besar dalam masyarakat. Sertifikat

dapat dikategorikan sebagai surat-surat berharga. Sertifikat sebagai wujud

7

Page 8: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

pemberian hak atas tanah. Pemberian hak atas tanahya itu, pemberian hak yang

dikuasai langsung oleh negara kepada seseorang ataupun beberapa orang

bersama-sama atau sesuatu badan hukum.

Berdasarkan uraian diatas pengaturan kepemilikan atas tanah sudah

sangat jelas, akan tetapi lain halnya dengan pengaturan mengenai wilayah laut.

Sebagaimana kita ketahui, bahwa yang membutuhkan pengaturan bukan hanya

tanah saja yaitu permukaan Bumi, akan tetapi semua wilayah Indonesia,

sebagaimana yang dimaksud UUPA pasal 1, bahwa yang dimaksud adalah

Seluruh Bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung

dalam wilayah repoblik Indonesia.

Sebagaimana dijelaskan oleh Harsono dalam bukunya Hukum agrarian

Indonesia bahwa bumi meliputi apa yang dimaksud dengan Landas Kontinen

Indonesia (LKI). Landas Kontingen Indonesia merupakan das ar laut dan tubuh

bumi di bawahnya di luar perairan Wilayah Repoblik Indonesia yang di tetapkan

dengan Undang-undang nomor 4 Prp tahun 1960sampai kedalam 200 meter

atau lebih, dimana masih mungkin diselenggarakan eksplorasi dan ekploitasi

kekayaan alam.

Lebih jauh Boedi Harsono mengatakan bahwa Pengertian air meliputi baik

perairan pedalaman, maupun laut wilayah Indonesia (pasal 1 ayat (5))dalam

Undang-undang Nomor 11 tahun 1974 tentang pengairan yang telah diubah

dengan Undang-undang Nomor 7 tahun 2004 tentang sumber daya Air. Telah

diatur pengertian air yang tidak termasuk dalam arti seluas itu. Hal ini meliputi air

8

Page 9: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

yang terdapat di atas maupun dibawah permukaan tanah, tetapi tidak meliputi air

yang terdapat di laut.

Berkaitan dengan pengertian air tersebut, dalam UUPA diatur pula

mengenai pengertian kekayaan alam yang terkandung didalamnya, termasuk

didalamnya bahan galian, mineral biji-bijian dan segala macam batuan, termasuk

batu-batuan mulia yang merupakan endapan-endapan alam (undang-undang

nomor 11 Tahun 1967 tentang ketentuan pokok Pertambangan). Untuk

pengertian mengenai kekayaan alam yang terkandung didalam air adalah ikan

dan semua kekayaan yang berada didalam perairan pedalaman dan laut wilayah

Indonesia (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 tentang perikanan jo. Undang-

undang Nomor 31 Tahun 2004). Pada tahun 1983 hak atas kekayaan alam yang

terkandung dalam tubuh bumi dan air terwujud dengan keluarnya Undang-

undang Nomor 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).6

pemukiman-pemukiman yang berada diwilayah pesisir, seperti yang

kawasan yang kini di huni oleh suku bajo. Wilayah yang awalnya merupakan

suatu laut dangkal, tapi lambat laun sudah mulai menyatu dengan daratan, dan

menjadi pemukiman permanen. Sehingga penting bagi kita mengetahui prosel-

proses penguasaan dan pengelolaan yang dilakukan oleh masyarakat setempat.

Termasuk dalam hal ini peran serta Pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan-

kebijakan untuk menjamin hak-hak masyarakat yang telah bermukim diwilayah

tersebut.

6 Supriadi,Hukum Agraria,(Jakarta:Sinar Grafika) 2007. Hlm.1-2

9

Page 10: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

B. Rumusan Masalah

1. Sejauh mana eksistensi penguasaan wilayah pesisir Suku Bajo yang bermukim

di kabupaten Bone

2. Bagaimana Bentuk Perlindungan Hukum terhada masyarakat Suku Bajo yang

bermukim di kabupaten Bone.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sejauh mana eksistensi dalam menguasai wilayah pesisir

Suku Bajo yang bermukim di kabupaten Bone.

2. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hokum terhadap Suku Bajo yang

bermukim di kabupaten bone.

D. Kegunaan Penelitian

1. Memberikan Masukan bagi Ilmu pengetahuan dibidang hokum, khususnya

mengenai penguasaan wilayah pesisir Masyarakat Bajo Di kabupaten Bone.

2. Menjadi bahan acuan dan masukan bagi para pihak yang terkait dalam status

hokum penguasaan wilayah pesisir Suku Bajo di Kabupaten Bone.

10

Page 11: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

BAN II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hukum Agraria

1. Hukum

“Law” (Hukum) merupakan satu kata umum didalam bahasa Inggris, dan

sedemikian umumnya, sehingga sebagian besar orang tidak sempat berhenti untuk

sekedar mempertimbangkan, apakah hal itu yang menjadi artinya. Para pakar ilmu

social (dan para juris) yang mempunyai suatu minat professional terhadap kata

tersebut mendapati kesukaran untuk menangkap esensi hokum dalam suatu

bahasa yang sederhana. Dalam hal ini, tentu saja, undang-undang mempunyai

teman yang sangat baik.7

Hukum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah peraturan atau adat

yang secara resmi dianggap mengikat, yg dikukuhkan oleh penguasa atau

pemerintah; undang-undang, peraturan, dsb untuk mengatur pergaulan hidup

masyarakat; patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dsb) yg

tertentu;  keputusan (pertimbangan) yg ditetapkan oleh hakim (dl pengadilan);

vonis;

Defenisi hokum ini di jelaskan juga oleh beberapa para ahli yaitu:

a. Aristoteles (384-322 SM)

Law are is something different from what regulates and expresses the from of

the constitution; it is their foundation to direct the conduct of the magistrate in

the execution of his office and the punishment of offenders.

7 Ahmad Ali, Menguak TEORI HUKUM (LEGAL THEORY) dan TEORI PERADILAN (JUDICIAL PRUDENCE),(Jakarta: Kencana), 2009, hlm. 33

11

Page 12: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

(Hukum adalah sesuatu yang berbeda ketimbang sekedar mengatur dan

mengekspressikan bentuk dari konstitusi; hokum berfungsi untuk mengatur

tingkah laku para hakim dan putusannya di pengadilan dan untuk menjatuhkan

hukuman terhadap pelanggar.)8

b. Thomas Aquinas (1225-1274, abad ke 13

Law is a rule and measure of acts,whereby man is induced to act or is

restrained from acting; for lex (law) is derived from ligare (to bind), because it

binds one to act…law is nothing else than a retional ordering of things which

concern the common good, promulgated by whoever is charged whith the care

of the community.

(Hukum adalah suatu aturan atau ukuran dari tindakan dari tindakan-tindakan,

dalam hal mana manusia dirangsang untuk bertindak (sesuai aturan atau

ukuran itu), atau dikekang untuk tidak bertindak (yang tidak sesuai dengan

aturan atau ukuran itu). Sebagaimana diketahui, perkataan lex (law, hukum),

adalah berasal dari kat ligare (mengikat), sebab ia mengikat seseorang untuk

bertindak (menurut aturan atau ukuran tertentu). Hukum tidak lain, merupakan

perintah rasional tentang sesuatu, yang memerhatikan hal-hal umum yang baik,

disebarluaskan melalui perintah yang diperhatikan oleh masyarakat.)9

c. Max Weber (1864-1920)

Law as a body of norms or rules that combine consensus and coercion. Law

are’consensually valid in a group’ and are ‘guaranteed’ though a ‘coercive

apparatus’.

8 Achmad Ali, Menguak TEORI HUKUM (LEGAL THEORY) dan TEORI PERADILAN (JUDICIAL PRUDENCE),(Jakarta: Kencana), 2009, hlm. 418-4199 Ibid

12

Page 13: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

(Hukum adalah kumpulan norma-norma atau aturan-aturan yang

dikombinasikan dngan consensus dan penggunaan paksaan kekerasan.

Hokum merupakan kesepakatan yang valid dalam suatu kelompok tertentu

dalam dan merupakan jaminan melalui suatu perleng kapan memaksa.)10

d. Hans Kelsem

Hukum adalah suatu tatanan perbuatan manusia. “Tatanan” adalah suatu

system aturan. Hukum bukanlah, seperti yang terkadang dikatakan, sebuah

peraturan. Hukum adalah seperangkat peraturan yang mengandung semacam

kesatuan yang kita pahami melalui sebuah system. Mustahil untuk menangkap

hakikat hokum jika kita membatasi perhatian kita pada satu peraturan yang

tersendiri. Hubungan-hubungan yang mempertautkan peraturan-peraturan

khusus dari suatu tatanan hokum jug penting bagi hakikat hokum. Hakikat

hokum hanya dapat dipahami denga sempurna berdasarkn pemahaman yang

jelas tentang hubngan yang membentuk tatanan hokum tersebut.11

2. Agraria

Kata Agraria mempunyai arti yang sangat berbeda antara bahasa yang satu

dengan bahasa yang lainnya. Dalam bahasa latin kata agrarian berasal dari ager

dan agrarius. Kata ager berarti tanah atau sebidang tanah, sedangkan kata

agrarius mempunyai arti sama dengan “perladangan, persawahan, pertanian”.

Dalam Terminologi bahasa Indonesia, agrarian berarti urusan tanah pertanian,

perkebunan, sedangkan dalam bahasa Inggris kata agrarian diartikan agrarian

yang selalu diartikan tanah dan dihubungkan dengan urusan pertanian.

10 ibid11 Hans Kelsen, TEORI HUKUM TENTANG HUKUM dan NEGARA, (Bandung: Nusa Media), 2014, hlm. 3

13

Page 14: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

Pengertian agrarian ini, sama sebutannya dengan agrarian laws bahkan sering

bertujuan mengadakan pembagian tanah-tanah yang luas dalam rangka lebih

meratakan penguasaan dan pemilikan tanah.

Selain pengertian agrarian dilihat dari segi terminology bahasa sebagaimana

diatas, pengertian agrarian dapat pula dikemukakan dalam Undang-undang Pokok

Agraria (UUPA). Hal ini dpat ditemukan dalam konsideran dan pasal-pasal yang

terdapat dalam ketentuan UUPA itu sendiri. Oleh karena itu pengertian agrarian

dan hokum agrarian mempunyai arti atau makna yang sangat luas. Pengertian

agrarian meliputi bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang

terkandung didalamnya (Pasal 1 ayat (2)). Sementara pengertian bumi meliputi

permukaan bumi (yang disebut tanah), tubuh bumi dibawahnya serta yang berada

dibawah air (Pasal 1 ayat (4) jo. Pasal 4 ayat (1)).12

Dalam Black’s Law Dictionary disebutkan bahwa arti agrarian is rlating to land,

or to a division or distribution of land; as an agrarian laws. Menurut Andi Hamzah,

agrarian adalah masalah tanah dan semua yang ada didalam dan diatasnya.

Menurut Subekti dan R. Tjitrosoedibio, agrarian adalah urusan tanah dan segala

apa yang ada didalam dan diatasnya. Apa yang ada didalam tanah misalnya batu,

kerikil, tambang, sedangkan yang ada diatas tanah dapat berupa tanaman,

bangunan.13

Boedi Harsono memasukkan bumi meliputi apa yang dikenal dengan sebutan

Landas Kontingen Indonesia (LKI). Landas Kontingen Indonesia merupakan dasar

laut dan tubut bumi dibawahnya diluar perairan wilayah republic Indonesia yang

12 Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm. 1.13 Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-hak atas Tanah, Kencana Prenada Media Grop, Jakarta, 2008, hlm. 1.

14

Page 15: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 4 Prp 1960 sampai kedalam 200

meter atau lebih, di mana masih mungkn diselenggarakan eksploitasi dan

eksplorasi kekayaan alam. Penguasaan penuh dan hak eksklusif atas kekayan

alam di Landasan kontinen Indonesia tersebut ada pada Negara RI (Undang-

Undang Nomor 1 tahun 1973 ()LN 1973-1, TLN 2994)

Lebih jauh Boedi Harsono mengatakan bahwa pengertian air meliputi baik

perairan pedalaman maupun laut wilayah Indonesia (Pasal 1 ayat (5)). Dalam

Undang-undang nomor 11 Tahun 1974 tentang pengairan (yang telah diubah

dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang sumberdaya air) telah

diatur pengertian air yang tidak termasuk dalam arti yang seluas itu. Hal ini

meliputi air yang terdapat didalam dan atau yang berasal dari sumber air, baik

yang terdapat diatas maupun dibawah permukaan tanah, tetapi tidak meliuti air

yang terdapat di aut (pasal 1 angka 3).

Berkaitan dengan pengertian air tersebut, dalam Undang-Undang Pokok

Agraria diatur pula mengenai pengertian kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya, termasuk didalamnya bahan galian, mineral, biji-bijian, dan segala

macam batuan, termasuk bat-batuan mulia yang merupakan endapan-endapan

alam (Undang-Undang Nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentan Ketentuan Pokok

Pertambangan). Untuk pengertian kekyaan alam yang terkandung didalam air

adalah ikan dan semua kekayaan yang brada didalam perairan pedalaman dan

laut wilayah Indonesia (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1985 Tentang Perikanan

jo. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004). Pada tahun 1983 hak atas kekayaan

alam yang terkandung dalam tubuh bumi dan air terwujud dengan keluarnya

15

Page 16: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE).

Pengertian Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) meliputi jalur perairan dengan batas

terluar 200 mil laut diukur dari garis pangkal laut wilayah Indonesia. Dalam ZEE ini

diatur hak berdaulat untuk melakuan eksploitasi dan eksplorasi dan lain-lainya

atas sumberdaya alam hayati dan nonhyati yang terdapat di dasar laut serta tubuh

bumi dibawahnya dan air diatasnya.14

Ruang lingkup agrarian menurut UUPA sama dengan ruang lingkup sumber

daya agrarian/Sumber daya alam menurut ketetapan MPR RI No. IX/MPR/2001

tentang pembaruan Agraria dan pengelolaan Sumber daya Alam. Adapun yang

menjadi ruang lingkup agraria terdapat dalam pasal 1 ayat (2) UUPA yaitu:

a. Bumi

Pengertian bumi menurut pasal 1 ayat (4) UUPA adalah permukaan bumi,

termasuk pula tubuh bumi di dibawahnya serta yang berada dibawah air. Yang

dimaksud permukaan bumi menurut pasal 4 ayat satu adalah tanah.

b. Air

Pengertian Air menurut pasal 1 ayat (5) UUPA adalah air yang berada di

perairan pedalaman maupun air yang berada dilaut wilayah Indonesia. Dalam

pasal 1 angka 3 Undang-undang No. 11 Tahun 1974 tentang pengairan,

disebutkan bahwa pengertian air yang terdapat didalam dan atau berasal dari

sumber-sumber air , baik yang terdapat diatas maupun dibawah permukaan

tanah, tetapi tidak meliputi air yang terdapat dilaut.

c. Ruang angkasa

14 Supriadi, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm. 2

16

Page 17: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

Pengertian ruang angkasa menurut pasal 1 ayat (6) UUPA adalah ruang di

atas bumi wilayah Indonesia dan ruang diatas air wilayah Indonesia.

Sedangkan berdasarkan pasal 48 UUPA, ruang diatas bumi dan air yang

mengandung tenaga dan unsure-unsur yang dapat digunakan untuk usaha-

usaha memelihara dan memperkembangkan kesuburan bumi, air serta

kekayaan alam yang terkandung didalamnya dan hal-hal lain yang

bersangkutan dengan itu.

d. Kekayaan alam yang terkandung didalamnya

Kekayaan alam yang dimaksud yaitu kekayaan alam yang ada didalam bumi,

air, dan ruang angkasa. Berdasarkan Undang-undang No. 11 tahun 1967

tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambang Kekayaan alam yang

terkandung didalam bumi disebut bahan, Yaitu unsur-unsur kimia, mineral-

mineral, bijih-bijih, dan segala macam batuan, termasuk batuan-batuan mulia

yang merupakan endapan-endapan alam.

Adapun yang termasuk kekayaan alam yang terkandung di air berdasarkan

undang-undang no. 9 tahun 1985 tentang perikanan adalah ikan dan lain-lain

kekayaan alam yang berada didalam perairan pedalaman dan laut wilayah

Indonesia.

Dalam hubungan dengan kekayaan alam didalam tubuh bumi dan air tersebut

perlu dimaklumi adanya pengertian dan lembaga zona Ekonomi Eksklusif, yang

meliputi perairan dengan batas terluar 200 mil laut diukur dari garis pangkallaut

wilayah indonsia. Dalam zona ekonomi eksklusif ini hak berdaulat untk melakukan

eksplorasi, eksploitasi dan lain-lainnya atas segala sumberdaya alam hayati dan

17

Page 18: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

non hayati yang terdapat didasar laut serta tubuh bumi dibawah air diatasnya,

yang diatur dalam Undang-undang no. 5 tahun 1983 tentang zona Ekonomi

Aksklusif.

Ruang lingkup yang dimaksud dalam UUPA tersebut diatas, memiliki

kemiripan dengan ruang yang dimasud dalam Undang-undang No. 24 tahun 1992

tentang penataan Ruang LNRI tahun 1992 No. 105 – TLNRI No. 3501. Menurut

pasal 1 angka 1 dinyatakan bahwa ruang adalah meliputi ruang daratan, ruang

lautan, dan ruang Udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan

makhluk lainna hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan

hidupnya.

Adapun yang dimaksud dengan Daratan adalah ruang yang terletak diatas

dan dibawah permukaan daratan termasuk permukaan pemukaan perairan darat

dan sisi darat dari garis laut terendah. Sedangkan ruang lautan adalah ruang yang

terletak diatas dan dibawah permukaan laut dimulai dari garis laut terendah

termasuk dasar laut dan permukaan bumi dibawahnya, dimana Republik

Indonesia mempunyai hak yuridiksi. Ruang udara ruang yang terletak diatas ruang

daratan dan atau ruang lautan sekitar wilayah Negara dan melekat pada bumi,

dimana Republik Indonesia memiliki hak yuridiksi. Dalam pengertian ruang udara,

tidak sama dengan ruang angkasa dikarekan yang termasuk ruang angkasa

beserta isinya seperti bulan, dan benda-benda langit lainnya adalah bagian dari

antariksa dan merupakan ruang diluar ruang udara.

Pengertian Agraria dalam Arti sempit hanyalah meliputi permukaan bumi yang

meliputi permukan bumi yang disebut tanah, sedangkan pengertian agraria dalam

18

Page 19: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

arti luas adalah mliputi bumi, air, ruang angkasa, dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamny. Pengertian tanah yang dimaksudkan disini bukan dalam

pengertian fisik, melainkan tanah dalam pengertian yuridis, yaitu hak. Pengertian

agrarian yang dimuat dalam UUPA adalah pengertian agrarian dalam arti luas.

Pengertian Agraria juga sering dikaitkan dengan corak kehidupan masyarakat

atau bangsa, misalnya Indonesia sebagai Negara agraris, yaitu suatu bangsa

yang sbagian besar masyarakatnya hidup dari bercocok tanam (bertani) atau

kehidupan masyarakat bertumpu pada sector pertanian. Agraris sebagai kata sifat

dipergunakan untuk membedakan corak kehidupan masyarakat pedesaan yang

bertumpu pada sector pertanian dengan corak kehidupan masyarakat perkotn

yang bertumpu pada sector non-pertanian (Perdagangan, Industri, birikrai dan lin-

lain).15

3. Hukum Agraria

Menurut Soedikno Mertokusumo, Hukum Agraria adalah keseluruhan kaidah-

kaidah hokum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur

agrarian. Bachsan mustofa menjabarkan kaidah hokum yang tertulis adalah

hokum Agraria dalam bentuk hokum Undang-undang dan peraturan-peraturan

tertulis lainnya yang dibuat oleh Negara, sedangkan kaidah hokum yang tidak

tertulis adalah Hukum Agraria dalam bentuk hokum adat setempat yang

pertumbuhan, perkembangan serta keberlakuannya dipertahankan oleh

masyarakat adat yang bersangkutan.

Menrut Soebekti dan R. Tjitrosoedibio, Hukum Agrari (Agrarisch Recht), aalah

keseluruhan dari ketentuan-ketentuan hokum, baik hokum perdata, maupun

15 Urip santoso, Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah,pengertian agraria, (Jakarta:kencana) 2008. Hlm 4

19

Page 20: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

hokum tatanegara (Staatsrecht) mauun pula hokum Tata Usaha Negara

(Administratifecht) yang mengatur hubungan-hubungan antara orang termasuk

badan hkum dengan bumi, air, dan ruang angkasa, dalam seluruh wilayah Negara

dan mengatur pula wewenang-wewenang yang bersumber pada hubungan-

hubungan tersebut.

Boedi Harsono menyatakan hokum Agraria bukan Hanya merupakan satu

perangkat bidang hokum. Hukum Agraria Merupakan satu kelumpok berbagai

bidang Hukum, yang masing-masing mengatur hak-hak penguasaan atau sumber-

sumber daya alam tertentu yang termasuk pengertian agraria. Kelompok berbagai

bidang hokum tersebut terdiri atas:

1. Hokum Tanah, yng mengatur hak-hak penguasaan atas tanah, dalam arti

permukaan bumi.

2. Hukum Air, yang mengatur hak-hak penguasaan atas air.

3. Hukum Pertambangan, yang mengatur hak-hak penguasaan atas bahan-

bahan galian yang dimaksudkan oleh Undang-undang pokok Pertambangan.

4. Hukum Perikanan, yang mengatur hak-hak penguasaan atas kekayaan alam

yang terkandung didalam air.

5. Hukum Penguasaan Atas Tenaga dan Unsur-unsur dalam Ruang Angkasa,

mengatur hak-hak penguasaan atas tenaga dan unsur-unsur dalam ruang

angkasa yang dimaksudkan oleh pasal 48 UUPA.

Menurut E. Utrecht yang dikutip oleh boedi harsono hokum Agraria dalam arti

sempitsama dengan hokum Tanah. Hukum Agraria dan hokum Tanah menjadi

bagian dari hokum tatausaha Negara, yang menguji perhubungan-perhubungan

20

Page 21: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

hokum istimewa yang diadakan akan memungkinkan para pejabat yang bertugas

mengurus soal-soal tentang agraria, melakukan tugas mereka itu.16

Termasuk pula dalam kajian hokum Agraria adalah Hukum kehutanan, yang

mengatur hak-hak penguasaan atas hutan (Hak Penguasaan Hutan) dan hasil

hutan (Hak Memungut Hasil Hutan).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Hukum

Agraria dalam dari segi objek kajiannya tidak hanya membahas bumi dalam arti

sempit yaitu tanah, akan tetapi membahas juga tentang pengairan, pertambangan,

perikanan, kehutanan, dan penguasaan atas tenaga dan unsur-unsur dalam ruang

Angkasa.

Secara garis besar, setelah berlakunya UUPA dibagi menjadi 2 bidang, yaitu:

a. Hukum Agraria Perdata (keperdataan)

Adalah keseluruhan dari ketentuan Hukum yang bersumber pada hak

perorangan dan badan Hukum yang memperbolehkan, mewajibkan, melarang

diberlakukan perbuatan hokum yang berhubungan dengan Tanah (objeknya).

b. Hukum Agraria Administrasi (Administratif)

Adalah Keseluruhan dari ketentan hokum yang member wewenang kepada

pejabat dalam menjalankan praktk hokum Negara dan mengambil tindakan

dari masalah-masalah agrarian yang timbul.

Contoh : Pendaftaran tanah, pengadaan tanah, pencabutan hak atas tanah.

Sebelum berlakunya UUPA, Hukum Agraria di Hindia Belanda (Indonesia)

Terdiri atas 5 perangkat hokum, yaitu:

1. Hukum Agraria Adat

16 Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hlm. 6-7

21

Page 22: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

Yaitu keseluruhan dari kaidah-kaidah hokum Agraria yang bersumber pada

hokum Adat dan berlaku terhadap tanah-tanah yang dipunyai denga hak-hak

atas tanah yang diatur oleh Hukum Adat, yang selanjutnya sring disebut tanah

adat atau tanah Indonesia.

Hukum Agraria adat terdapat dalam Hukum Adat tntang tanah dan air (bersifat

intern), yang memberikan pengaturan bagi sebagian terbesar tanah di Negara.

Hokum Agraria Adat diberlakukan bagi tanah-tanah yang tunduk pada hokum

adat.

Misalnya tanah (hak) ulayat, tanah milik perseorangan yang tunduk pada

hokum adat.

2. Hukum Agraria Barat

Yaitu keseluruhan dari kaidah-kaidah Hukum Agraria yang bersumber pada

Hukum Perdata Barat, khususnya yang bersumber dari Boergerlijk Wetboek

(BW).

Hukum Agraria ini terdapat dalam Boergerlijk wetboek (BW)(bersifat intern),

yang memberikan pengaturan bagi sebagian kecl tanah tetapi bernilai tinggi.

Hukum agrarian ini diberlakukan atas dasar Konkordasi.

Misalnya tanah Hak Eigendom, Hak Opstal, Hak Erfpacht, Rechts van

Gebruik.

3. Hukum Agraria Administratif

Yaitu keseluruhan dari peraturan-peraturan atau putusan-putusan yang

merupakan pelaksanaan dari politik agrarian pemerintah didalam

kedudukannya sebagai badan penguasa.

22

Page 23: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

Sumber pokok dari hokum Araria ini adalah Agrarischt Wet Stb. 1870 No. 55,

yang dilaksanakan dengan Agrariche Besluit Stb. 1870 No. 118, yang

memberikan landasan hokum bagi penguasa dalam melaksanakan politik

pertnahan agrrianya.

4. Hukum Agraria Swapraja

Yaitu keseluruhan dari kaidah hokum Agraria yan bersumber pada peraturan-

peraturan tentang tanah didaerah-daerah swapraja (Yogyakarta, Aceh), yang

memberikan peraturan bagi tanah-tanah diwilayah daerah-daerah swapraja

yang bersangkutan.

5. Hukum Agraria Antar Golongan.

Hukum yang digunakan untuk menyelesaikan sengketa (kasus)

agrarian(tanah), maka timbullah Hukum Agraria Atar Golongan, yaitu

keseluruhan dari kaidah-kaidah hokum yang menentukan hokum manakah

yang berlaku (Hukum Adat ataukah Hukum barat) apabila 2 orang yang

masing-masing tunduk pada hukumnya sendiri-sendiri bersengketa mengenai

tanah.

Hokum Agraria ini memberikan pengaturan atau pedoman dalam

menyeleaikan masalah-masalah hokum antar golongan mengenai tanah.

Kelima erangkat Hukum Agraria tersebut, setelah Negara Indonesia merdeka,

atas dasar pasal II aturan peralihan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945

dinyatakan masih berlaku selama belum diadakan yang baru. Hanya saja hokum

agrarian Administratif yang tertuang dalam Agrariche Wet dan Agrariche Besluit

23

Page 24: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

tersebut diganti oleh pemerintah Republik Indonesia (RI) dengan Hokum Agraria

Administratif mengenai pemberian izin oleh pemerintah.

Dilihat dari pokok bahasannya (objeknya), hokum Agraria Nasionl dibagi

menjadi 2, yaitu:

a. Hokum Agraria dalam arti sempit.

Hanya membahas tentang Hak Penguasaan Atas tanah, meliputi hak bangsa

Indonesia atas tanah, hak menguasi dari Negara atas tanah, hak ulayat, hak

persorangan atas tanah.

b. Hukum Agraria dalam arti luas.

Materi yang dibahas, yaitu:

1) Hukum Pertambangan, dalam kaitannya dengan Hak Kuasa

Pertambangan.

2) Hukum Kehutanan, dalam kaitannya dengan hak penguasaan Hutan.

3) Hukum Pengairan, dalam kaitannya dengan Hak Guna Air.

4) Hukum Ruang Angkasa, dalam Kaitannya dengan Hak Ruang Angkasa.

5) Hukum Lingkungn Hidup, dalam kaitannya dengan tataguna tanah,

Landreform.17

B. Hukum Tanah Indonesia

1. Pengertian Hukum Tanah

Dalam ruang lingkup agrarian, tanah merupakan bagian dari bumi, yang

disebut permukaan bumi. Hukum Tanah yang dimaksud disini bukanmengatur

tanah dalam segala aspeknya, melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya,

17 Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-hak atas Tanah, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, hlm. 9-10

24

Page 25: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

yaitu tanah dalam pngertian yuridis yang disebut Hak. Tanah sbagai bagian dari

bumi disebutkan dalam pasal 4 ayat (1) UUPA, yaitu “Atas dasar hak menguasai

dari Negara sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2 ditentukan adanya

macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah, yang dapat

diberikan kepada dan dipuyai oleh orang-orang, baik sndiri maupun bersama-

sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hokum”.

Dengan demikian, jelaslah bahwa tanah dalam pengertian yuridis adalah

permukaan bumi, sedangkan hak atas tanah adalah hak atas sebagian tertentu

permukaan bumi, yang berbatas, berdimensi dua dengan ukuran panjang kali

lebar. Sedangkan ruang dalam pengertian yuridis, yang berbatas, berdimensi tiga,

yaitu panjang, lebar, dan tinggi yang dipelajari dalam Hukum penataan Ruang.

Yang dimaksud dengan Hak atas tanah adalah hak yang memberi wewenang

kepada pemegang haknya untuk memergunakan atau mengambil manfaat dari

tanah yang dihakinya. Perkataan “mempergunakan” mengandung pengertian

bahwa hak atas tanah itu dipergunakan ntuk kepentingan mendirikan bangunan,

sedangkan perkataan “mengambil manfaat” mengandung pengertian bahwa hak

atas tanah itu dipergunakan untuk kepentingan bukan mendirikan bangunan,

misalnya: pertanian, perikanan, peternakan, perkebunan.

Atas dasar ketentuan pasal 4 ayat (2) UUPA, kepada pemegang hak atas

tanah diberi wewenang untuk mempergunakan tanah yang bersangkutan,

demikian pula tubuh bumi dan air serta ruang yang diatasnya sekedar diperlukan

untuk kepentingan langsung yang berhubungan dengan penggunaan tanah itu

dalam batas-batas menurut UUPA dan peraturan hokum lain yang lebih tinggi.

25

Page 26: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

Efendi Perangin menyatakan bahwa Hukum Tanah adalah keseluruhan

peraturan-peraturan hokum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang

mengatur hak-hak penguasaan atas tanah yang merupakan lembaga-lembaga

hokum dan hubungan-hubungan hokum yang konkret.

Objek Hukum Tanah adalah hak penguasaan atas tanah. Hak penguasaan

atas anah adalah hak yang berisi serangkaian wewenang, kewajiban, dan atau

larangan bagi pemegang haknya untk berbuat sesuatu mengenai tanah yang

dihaki. Sesuatu yan boleh, wajib atau dilarang untuk diperbuat, yang merupakan

isi hak penguasaan itulah yang menjadi criteria atau tolak ukur pembeda di antara

hak-hak penguasaan atas tanah yang diatur dalam Hukum Tanah.18

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Hukum Tanah adalah

keseluruhan ketentuan-ketentuan hokum, baik tertulis mauun tidak tertulis, yang

semuanya mempunyai objek pengaturan yang sama yaitu hak-hak penguasaan

atas tanah sebagai lembaga-lembaga hokum dan sebagai hubungan hokum yang

konkret, beraspek public dan privat, yang dapat disusun dan dipelajari secara

sistematis, sehingga keseluruhannya menjadi satu kesatuan yang merupakan satu

system.

Objek Hukum tanah adalah Hak penguasaan atas Tanah yangdibagi menjadi

2, yaitu:

a. Hak penguasaan atas tanah sebagai lembaga hokum

Hak atas tanah ini belum dihubungkan dengan tanah dan orang atau badan

hokum tertentu sebagai subjek atau pemegang haknya.

b. Hak penguasaan atas tanah sebagai hubungan hokum yang konkret

18 Urip Santoso, Hukum Agrariadan hak-hak atas Tanah, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, Hlm. 11

26

Page 27: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

Hak penguasaan atas tanah ini sudah dihubungkan dengan hak tertent

sebagai objeknya dan orang atau badan hokum tertentu sebagai subjek atau

pemegang haknya.

Dalam kaitannya dengan hubungan hokum antara pemegang hak dengan hak

atas tanahnya ada dua macam asas dalam hubungan Hukum Tanah, yaitu:

a. Asas Accessie atau Asas Perlekatan

Dalam asas ini, bagunan dan tanaman yang ada diatas tanah merupakan satu

kesatuan; bangunan dan tanaman tersebut bagian dari tanah yang

bersangkutan. Hak atas tanah denan sendirinya, karena hokum meliputi juga

pemilikan bangunan dan tanaman yang ada diatas tanah yang dihaki, kecuali

kalau ada kesepakatan lain dengan pihak yang membangun atau

menanamnya.

b. Asas Horizontale Scheiding atau Asas Pemisah Horizontal

Dalam asas ini, bangunanan dan tanaman yang ada diatas tanah bukan

merupakan bagian dari tanah. Hak atas tanah tidak dengan sendirinya meliputi

pemilikan bangunan dan tanaman yang ada diatasnya.

Perbuatan atas tanah tidak dengan sndirinya meliputi bangunan dan tanaman

milik yang punya tanah yang ada iatasnya.Jika perbuatan hukumnya dimaksudkan

meliputi juga bangunan da tanamannya, maka hal ini secara tegas harus

dinyatakan dalam akta yang membuktikan dilakukannya perbuatan hokum yang

bersangkutan. 19

19 Urip Santoso, Hukum Agrariadan hak-hak atas Tanah, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2008, Hlm. 13

27

Page 28: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

2. Sumber Hukum Tanah Indonesia

Sumber Hukum Tanah Indoneia, yang ebih identik dikenal pada masa ini yaitu

status tanah dan riwayat tanah. Status tanah atau riwayat tanah merupkan

kronologis masalah kepemilikan dan penguasaan tanah baik pada masa lampau,

masa kini, maupun masa yang akan dating. Status Tanah atau riwayat tanah pada

saat ini dikenal dengan Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT) tanha dari

PBB atau surat keterangan riwayat tanah dari kelurahan setempat adalah riwayat

yang menjelaskan pencatatan, peralihan tanah girik milik adat dan sejenisnya

pada masa lampau dan saat ini. Sumber Hukum Tanah Indonesia dapat

dikelompokkan dalam 19 kelompok yaitu:

a. Hukum Tanah Adat, dibagi 2, yaitu:

1) Hukum Tanah Adat masa lampau;

2) Hukum Tanah Adat masa Kini.

b. Kebiasaan

c. Tanah-Tanah Swapraja

d. Tanah Partikelir

e. Tanah Negara

f. Tanah Garapan

g. Hukum Tanah Belanda

h. Hukum Tanah Jepang

i. Tanah-Tanah Milik Perusahaan Asing Belanda

j. Tanah-Tanah Milik Perseorangan Warga Belanda

k. Surat Isin Perumahan (SIP) atau Verhuren Besluit (V.B)

28

Page 29: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

l. Tanah Bondo Deso

m. Tanah Bengkok

n. Tanah Wedi Kengser

o. Tanah Kelenggahan

p. Tanah Pakulen

q. Tanah Res Ekstra Commercium

r. Tanah Absentee

s. Tanah Oncoran, dan Tanah Buka Oncoran.

1. Hukum Tanah Adat

Hukum adat mencerminkan kultur tradisional dan aspirasi mayoritas

rakyatnya. Hukum ini berakar dalam perekonomian subsistensi serta kebijakan

paternalistk, kebijakan yang diarahkan pada pertalian kekeluargaan. Penilaian

serupa dibuat dari hokum yang diterima dibanyak Negara terbelakang. Hampir

dimanapun, hokum ini telah gagal melangkah dengan cita-cita modernisasi.

Sistem tradisional dari pemilikan tanah mungkin tidak cocok dengan

penggunaan tanah yang efisien, karena karakternya yang sudah kuno dari

hokum komersial yang memungkinkan menghalangi investasi asing. Bahkan,

secara lebih mendasar hokum yang diterima tidak dipersiapkan untuk

menyeimbangkan hak-hak pribadi dengan hak masyarakat dalam kasus

intervensi ekonomi yang terencana.

Sementara itu di Indonesia, hokum agrarian yang berlaku atas bumi, air,

dan ruang angkasa ialah hokum adat dimana sendi-sendi dari hokum tersebut

berasal dari masyarakat hokum adat setempat, sepanjang tidak bertentangan

29

Page 30: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

dengan kepentingan nasional, dan Negara yang berdasarkan persatuan

bangsa dan sosialisme Indonesia.

Secara umum Hukum Tanah Adat adalah Hak kepemilikan dan

penguasaan tanah yang hidup dalam masyarakat adat pada masa lampau

maupun masa kini yang tidak harus didasarkan oleh bukti autentik/tertulis,

akan tetapi cukup dengan pengakuan oleh masyarakat adat.

Hukum Tanah adat dibagi atas dua yaitu:

a) Hukum Tanah Adat Masa Lampau

Yaitu hak memiliki dan menguasai sebidang tanah pada masa penjajahan

Belanda dan Jepang. Serta pada zaman Indonesia merdeka tahun 1945,

tanpa bukti kepemilikan secara autentik maupun tertulis. Jadi, hanya

pengakuan.

b) Hukum Tanah Adat Masa Kini

Yaitu Hak memiliki dan menguasai sebidang tanah pada zaman sesudah

kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang, dengan bukti autentik berupa

girik, petuk bajak, pipil, hak agrarische eigendom, milik yayasan,hak atas

druwe, atau atau hak atas druwe desa, pesini, Grant Sultan,

Landerijenbezitrecht, altijddurente, hak usaha atas tanah bekas partikelir,

fatwa ahli waris, akta peralihan hak, dan surat segel dibawah tangan, dan

bahkan ada yang memperoleh sertifikat serta surat pajak hasil bumi

(Verponding Indonesia),dan hak-hak lainnya sesuai dengan daerah

berlakunya hkum adat tersebut, serta masih diakui secara internal maupun

eksternal.

30

Page 31: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

2. Kebiasaan

Tanah mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam hokum adat

karena merupakan satu-satunya benda kekayaan yang meskipun mengalami

keadaan bagaimanapun akan tetap dalam keadaan semula. Di dalam hokum

adat, antara masyarakat hokum meruakan kesatuan dengan tanah yang

didudukinya, terdapat hubungan yang erat sekali; hubungan yang bersumber

pada pandangan yang bersifat religio-magis.

Hubungan yang erat dan bersifat religio-magis ini menyebabkan

masyarakat hokum adat memperoleh hak untuk menguasai tanah tersebut,

memanfaatkannya, memungut hasil dari tumbuh-tumbuhan yang hidup diatas

tanah juga berburu terhadap binatang-binatang yang ada ditempat tersbut.

Hak ini biasa disebut dengan hak Ulayat.

3. Tanah-Tanah Swapraja

B.F. Sihombing yang mengutip pendapat Dirman dalam bukunya

perundang-undangan agrarian diseluruh Indonesia mengatakan bahwa yang

dimaksud dengan tanah-tanah swapraja, yaitu yang dahulu disebut daerah

daerah raja-raja. Menurut hokum ketatanegaraan dahulu darah-daerah

swapraja dibagi atas 2 yaitu:

a) Swapraja dengan “kontrak panjang”;

b) Swapraja dengan “kontrak pendek”.

Dengan demikian, peraturan-peraturan agrarian swapraja pada umumnya

dapat dikatakan selaras dengan peraturan-peraturan yang ada didaerah-

daerah lainnya di Indonesia meskipun ada kalanya masing-masing darah

31

Page 32: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

swapraja terdapat beberapa peraturan yang tidak sama dengan peraturang-

peraturan yang ada didaerah luar swapraja, misalnya peraturan tentan izin

pertanian disumatra timur dan persewaan tanah di Surakarta dan Yogyakarta.

4. Tanah Partikelir

Setelah bangsa Indonesia Merdeka, maka scara factual hamper diseluruh

Indonesia terdapat tanah dengan berbagai ragam dan corak, salah satunya

yaitu tanah partikelir. Yaitu tanah-tanah yang hampir sepenuhnya dimiliki oleh

orang-orang asing atau badan hokum asing,

Kalau dilihat dari asal muasal tanah partikelir ini, maka tanah ini merupakan

tanah yang namanya diberikan oleh Belanda dengan nama eigendom.

Dengan demkian, Pengertian tanah partikelir ini ialah tanah-tanah “eigendom”

diatas nama pemiliknya sebelum undang-undang ini berlaku memiliki hak

pertuanan. Selain itu mewarisi pula tanah-tanah eigendom yang disebut tanah

“partikelir”.

Jadi tanah–tanah patikelir adalah tanah-tanah eigendom yang mempunyai

sifat dan corak yang istimewa. Perbedaannya dengan tanah-tanah eigendom

lainnya adalah adanya hak-hak pada pemiliknya yang bersifat kenegaraan

yang dahulu disebut landheerlijke rechten dan di Indonesia hak-hak

pertuanah.

5. Tanah Negara

Istilah Tanah Negara yang popular saat ini berasal dari peninggalan

jajahan hindia belanda yang menganggap tanah yang tidak dapat dibuktikan

kepemilikannya dengan surat menjadi tanah milik “Pemerintah Belanda”,

32

Page 33: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

Sehingga pada waktu itu semua tanah menjadi tanah Negara. Keputusan

pemerintah jajahan Belanda tersebut tertuang dalam sebuah peraturan masa

itu, yang diberi nama Keputusan Agraria atau “agrarische Besluit”.

Dalam peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1953 L.N. 1953 Nomor 14

tentang Penguasaan atas tanah-Tanah Negara, dijelaskan bahwa yang

dimaksud dengan tanah Negara adalah tanah yang dikuasai penuh oleh

Negara, kecuali jika penguasaan atas tanah Negara dengan undang-undang

atau peraturan lain pada waktu berlakunya peraturan pemerintah ini telah

diserahkan pada suatu kementrian, Jawatan, atau daerah Swatantra maka

penguasaan tanah Negara ada pada mentri Dalam Negeri.

Tanah Negara dapat dibagi atas tiga yaitu:

a) Tanah Negara yang dikuasai langsung oleh Negara;

b) Tanah Negara yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat maupun Daerah

berdasarkan Nasionalisasi,pemberian, penyerahan Suka Rela maupun

melalui pembebasan Tanah.

c) Tanah Negara yang tidak dimiliki dikuasai oleh masyarakat, badan hokum

suasta dan badan hokum keagamaan atau badan social serta tanah-tanah

yang dimiliki oleh perwakilan Negara asing.

6. Tanah Garapan

Garapan atau memakai tanah ialah menduduki, mengerjakan dan atau

menguasai sebidang tanah atau mempunyai tanaman atau bangunan

diatasnya, dengan tidak mempersoalkan apakah bangunan itu digunakan

sendiri atau tidak.

33

Page 34: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

Peraturan perundang-undangan yang mengatur soal tanah garap ini dapat

dibedakan dalam tuga kurun waktu, pertama periode sebelum Tahun 1945,

kedua Periode tahun 1945-1950,ketiga Periode Tahun 1960 sampai sekarang.

7. Hukum Tanah Belanda

Pembahasan Hukum Tanah Zaman penjajahan Beland, tdak terlepas dari

kebijakan system hokum pertanahan yang terdapat dinegara Belanda itu

sendiri. Hukum tanah yang berlaku di Indonesia pada zaman penjajahan tetap

mengacu pada ketentuan peraturan Hukum Tanah, yaitu Agrarische Wet

1870. Kehadiran peraturan hokum tanah Belanda yang diatur dnga Agrarische

Wet ini, sangat bertntangan dngan peraturn hukum tanah yang tumbuh dan

berkenbang di masyarakat Indonesia itu sendiri. Oleh karena itu, pada Zaman

Penjajahan Belanda terdapat dualism Hukum pertanahan, yaitu Hukum Tanah

yang tunduk denga peraturan Hukum Belanda dan Peraturan Hukum Tanah

yang tnduk pada peraturan hkum yang ada di Indonesia, yakni Hukum Tanah

Adat.

8. Hukum Tanah Jepang

Pemerintahan Tentara Jepang hanya menduduki dan menguasai bumi

Nusantara selama kurang lebih 3,5 tahun sehingga belum sempat mengubah

undang-undang pertanahan sisa peninggalan Belanda di nusantara. Menurut

G. Kertasapoetra, dkk.,dalam bukunya Hukum Tanah Jaminan UUPA Bagi

Keberhasilan PPendayagunaan Tanah bahwa walaupun demikian, perlu

dicatat dalam sejarah Hukum pertanahan Indonesia, Pemerintah Tentara

Jepang andilnya sangat merusak keadaan tanah di bumi nusantara, antara

34

Page 35: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

lain: (a) mereka memaksakan agar tanah-tanah pertanian meningkatkan

produksinya, tanpa memikirkan kewajiban-kewajiban pemeliharaannya, yang

hasilnya dipergunakan untuk kepentingan perang mereka; (b) penebangan

hutan scara serampangan, sehingga menimbulkan kerusakan pada struktur

tanah ; (c) Pendinamitan sungai-sungai yang banyak ikan didalamnya; (d)

Penggalian Gunung-gunung secara rahasia dijadikan terowongan-terowongan

bagi penyimpanan senjata dan mesiu serta makanan tahan lama dalam

rangka persiapan melakukan perang jangka lama; (e) mengangkut sejumlah

petani untuk dijadikan romusha bagi kepentingan perang jepang.

9. Nasionalisasi Perusahaan-Perusahaan Milik Belanda

Perusahaan-perusahaan belanda yang akan di nasionalisasi harus

mempunyai criteria menyangkut isi, dan sifat dari perusahaan tersebut

sebagai berikut: (a) perusahaan-perusahaan yang untuk seluruhnya atau

sebagian merupakan milik perorangan warga belanda dan tertempat atau

berkedudukan dalam wilayah repoblik Indonesia; (b) Perusahaan milik badan

hokum yang sebagian modal perseorangannya atau modal pendiriannya

berasal dari perseorangan warga belanda dan badan-badan hokum itu

bertempat/ berkedudukan di wilayah Repoblik Indonesia; (c) Perusahaan

yang letaknya dalam wilayah Republik Indonesia dan untuk seluruhnya atau

sebagian merupakan perusahaan milik perseorangan warga Belanda yang

kediamannya diluar wilayah Republik Indonesia; (d) Perusahaan yang

letaknya dalam wilayah Republik Indonesia dan merupakan milik suatu badan

35

Page 36: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

Hukum yang bertempat/berkedudukan dalam wilayah Negara kerajaan

belanda.

10. Penguasaan Tanah-Tanah Milik Perseorngan Warga Negara Belanda atau

Panitia Pelaksana Penguasaan Benda-benda Milik Belanda (P3MB)

Dalam Melaksanakan Penguasaan dan mengadakan penyelesaian

terhadap benda-benda tetap milik perseorangan warga Negara belanda yang

telah ditinggalkan oleh pemiliknya didaerah-daerah yang dipandang perlu oleh

pemerintah (Menteri Muda Agraria),di bentuk suatu panitia yang terdiri atas

seorang pejabat dari Jawatan Agraria Sebagai Ketua Merangkap anggota dan

Seorang pamong praja yang ditunjuk Gubernur Kepala Daerah Swatantra

Tingkat I, satu kepala KKantor Pendaftaran Tanah yang bersangkutan masing-

masing sebagai anggota. Panitia Pelaksana Penguasaan Benda-benda Milik

Belanda (P3MB) bertugas sebagai:

a) Menerima penyerahan penguasaan benda-benda tetap milik perseorangan

warga Negara belanda yang pemiliknya meninggalkan Republik Indonesia

dan orang-orng yang dalam hubungan yang bagaimanapun dengan

pemilik itu pada tanggal 9 februari atau sesudahnya menguasai benda-

benda tersebut.

b) Atas nama Menteri Muda Agraria melaksanakan penguasaan semua

benda tetap milik perseorangan warga Negara Belanda tersebut terkena

Undang-undang Nomor 86 Tahun 1958 tentang Nasionalisasi perusahaan-

perusaan Belanda dan Yang pemiliknya meninggalkan Republik Indonesia.

36

Page 37: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

c) Mengusulkan Kepada Mentri Muda Agraria penyelesaian selnjutnya

mengenai benda-benda tetap yang dikuasai diata. Segala sesuatu atas

dasar Pedoman-pedoman yang diberikan Menteri Muda Agraria.

11.Surat Izin Perumahan (SIP)

Surat Izin perumahan termasuk salah satu sumber hokum tanah nasional,

karena keberadaan perumahan tetap akan bersentuhan langsung dengan

tanah. Dalam peraturan pemurintah Nomor 49 Tahun 1963 tentang Hubungan

Sewa Menyewa Perumahan diuraikan mengenai pengertian perumahan yakni

bangunan atau sebagian termasuk halaman dan jalan keluar masuk yang

dianggap perlu yang dipergunakan oleh seseorang, perusahaan atau badan-

badan lain untuk tempat tinggal dan atau keperluan lain.

12.Tanah Bondo Deso

Tanah Bondo Deso adalah Tanah hak milik yang dipunya desa atau

kelompok masyarakat, penggunaannya dapat bersama-sama atau bergiliran.

Adapun hasilnya untuk kepentingan bersama, misalnya untuk biaya

pembangunan balai desa, masjid, pasar desa, dan sebagainya.

13.Tanah Bengkok

Tanah Bengkok adalah gaji pegawai yang berupa tanah. Pegawai yang

dimaksud adalah perangkat desa, misalnya Kepala desa, Sekertaris desa

(carik) dan kepala-kepala bagian. Mengenai besar kecilnya tanah bengkok

ditentukan oleh: (a) kepadatan penduduknya; (b) luas Wilayah; (c) Kesuburan

Tanah; (d) jenis jabatan yang dipangkunya. Hak yang ada disini adalah hak

menikmati artinya perangkat desa tersebut hanya berhak menikmati hasil dari

37

Page 38: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

tanah bengkok tersebut selama menjadi perangkat desa, apa bila sudah

selesai tugasnya maka tanah kembali kepada Negara dan akan dinikmati oleh

penggantinya. Jadi, tidak boleh perangkat desa menjual tanah bengkoknya.

14.Tanah Wedi Kengser

Tanah wedi kengser adalah tanah yang terletak disepanjan aliran sungai.

Tanah ini baik bentuk, sifat, dan fungsinya selalu berubah-ubah, sesuai

dengan situasi dan kondisi alamnya. Contoh: Suatu ketika tanah wedi kengser

berupa tanah kering juga dapat ditanami pawija, tapi setelah musim penghujan

tanah tersebut dapat hanyut dan berubah menjadi sungai. Dengan demikian

tanah wedi kengser hilang dan berpindah ketempat lain. Tanah ini berada

dibawah penguasaan Negara.

15.Tanah Kelenggahan

Tanah kelenggahan adalah tanah gaji yang berupa tanah yag diberikan

oleh raja kepada para pemmbantunya-pembantunya yang biasa disebut

dengan abdi dalem, misalnya patih, tumenggung, adipati, dan sebagainya.

16.Tanah Pakulen

Tanah Pakulen adalah gaji pegawai berupa tanah yang diberikan oleh

pemerintah kepada masyarakat yang bukan pejabat desa. Hal ini terjadi pada

zaman Kolonial sebagai penghargaan dari pemerintah kepada warga

masyarakat yang berjasa.

17.Tanah Res Ekstra Commercium

Tanah Res Commercium adalah tanah yang berada diluar lalu lintas

perdagangan, yang oleh Negara dapat dipergunakan untuk kesejahteraan

38

Page 39: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

seluruh warga masyarakat. Tanah ini juga dapat disebut sebagai tanah

cadangan Negara, jadi dipergunakan bila perlu. Biasanya tanah tersebut

dipergunakan untuk:

a. Kepentingan suci peribadatan, misalnya untk masjid, gereja, kuil, dan

sebagainya.

b. Kepentingan Negara, meliputi kepentingan nasional dan kepentingan

pertanian.

c. Kepentingan umum, yang meliputi kepentingan masyarakat dan

pembangunan.

18.Tanah Absente

Tanah Absente adalah tanah yang letaknya berjauhan dengan pemiliknya.

Hal ini dilarang oleh pemerintah, kecuali pegawai negeri dan ABRI. Alasan

pemerintah melarang pemilikan tanah ini adaah kepentingan social dan

perlindungan tanah. Karena ada kekawatiran dari pemerintah kalau tanah

Absente dibiarkan akan terjadi tanah terlantar atau kurang produktif sebab

pemiliknya jauh. Untuk itu pemerintah langsung mengambil langkah

penyelamatan. Adapun pegawai negeri dan abrimasih dimungkinkan, karena

golongan ini adalah abdi Negara yang dalam tugasnya dapat berpindah-

pindah tempat. Bagi pemilik tanah Absente dapat menyelamatkan haknya

antara lain dengan jalan:

a. Tanah tersebut dijual kepada masyarakat sekitar likasi;

b. Salah satu anggota keluarganya pindah temat tinggal;

39

Page 40: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

c. Diberikan secara sukarela kepada penduduk setempat (biasanya berupa

wakaf atau hibah).

19.Tanah Oncoran dan Tanah Bukan Oncoran

Tanah Oncoran adalah tanah pertanian yang mendapat pengairan yang

tertentu. Adapun tanah bukan oncoran adalah tanah pertanian yang tidak

mendapat pengairan tertentu.

C. Kebijakan Pemerintah Terhadap Penguasaan Wilayah Pesisir

Secara Formal, kewenangan pemerintah untuk mengatur bidang

Agraria,mengakar dari pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 yang

menegaskan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya

dikuasai oleh Negara untuk dipergunakan bagi sebesar-besar kemakmuran

rakyat. Kemudian ditunaskan secarah kokoh dalam Undang_undang Pokok

Agraria nomor 5 tahun 1960. Selanjutnya merambat keberbagai peraturan organic

dalam bentuk peraturn pemerintah, keputusan presiden,peraturan presiden, dan

peraturan yang diterbitkan oleh pimpinan instasi teknis sesuai bidangnya masing-

masing.

Dalam memori penjelasan angka II/2 diberikan penegasan bahwa perkataan

“dikuasai” oleh Negara dalam pasal 2 ayat (1) UUPA tersebut bukanlah “dimiliki”,

akan tetapi pengertian yang member wewenang kepada Negara sebagai

organisasi kekuasaan dari bangsa Indonesia, untuk pada tingkatan tertinggi:

1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan

pemeliharaan bumi, air, dan ruang angkasa;

40

Page 41: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

2. Menentukan dan mengatur Hubungan-Hubungan Hukum antara orang-orang

dengan bumi, air, dan ruang angkasa;

3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum yang mengenai

bumi,air, dan ruang angkasa.

D. Masyarakat Bajo

Dalam kamus besar bahasa Indonesia Masyarakat adalah adalah sejumlah

manusia dalam arti seluas luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yg mereka

anggap sama. Masyarakat juga didefenisikan oleh beberapa ahli salah satunya

yaitu koetjaraningrat.

Masyarakat menurut koetjaraningrat, ialah kesatuan hidup manusia yang

berinteraksi menurut suatu system adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan

yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Kesatuan hidup manusia yang

disebut masyarakat berupa kelompok, golongan, komunitas, kesatuan suku

bangsa (ethnic group) atau masyarakat Negara bangsa (nation state). Interaksi

yang kontinyu ialah hubungan pergaulan dan kerja sama antar anggota kelompok

atau golongan, hubungan antar warga dari komunitas, hubungan antar warga dari

satu suku bangsa. Adat istiadat dan identitas ialah kebudayaan masyarakat itu

sendiri.20

Konsep kelompok dicontohkan pada kelompok kekerabatan (keluarga inti,

keluarga luas, keluarga persepupuan,marga,dan lain-lain), kelompok kerja

20 Amran Saru,Mardiana Fachri Dkk, Wawasan Sosial Budaya Mariti (Makassar: UPT MKU Universitas Hasanuddin) 2011, hlm. 85

41

Page 42: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

produktif (nelayan, petani, pedagang, olah raga), dan lain-lain.konsep golongn

dicontohkan antara lain pada golongan pemuda, golongan negarawan, dan

seniman/budayawan.

Konsep komunitas mengacu pada kesatuan hidup manusia yang menempat

suatu wilayah yang nyata dan berinteraksi menurut suatu system adat istiadat

serta yang terkait dengan suatu rasa identitas komunitas.21 seperti komunitas

komunitas petani,nelayan, dan komunitas masyarakat kota yang hidup dari

berbagai sector ekonomi jasa, industry, perdagangan baik formal, maupun

informal. Akhir-akhir ini juga sudah sering digunakan konsep komunitas akademisi,

komunitas agama, dan lain-lain, komponen ruang tidak menjadi prasyarat lagi bagi

konsep komunitas tersebut.

Konsep suku bangsa mengacu pada kesatuan hidup manusia yang memiliki

dan dicirikan dengan sadar akan kesamaan budaya (system-sistem pengetahuan,

bahasa, organisasi sosial, pola ekonomi, teknologi, seni, kepercayaan). Contoh

dari kesatuan hidup manusia yang di sebut suku bangsa seperti seperti suku

bangsa-jawa, sunda, minangkabau, batak, Aceh, bali, dayak, bugis Makassar,

Minahasa, Ambon, Asmat, dan lain-lain. Diindonesia, menurut macam bahasa

yang diucapkan, terdapat kurang lebih 600 suku bagsa.22

Dari setiap suku tersebut memiliki keunikan bahasa tersendiri, salah satunya

yaitu bahasa suku yang sangat akrab dengan laut yang kita kenal dengan nama

Suku bajo atau suku pengembara laut. Suku ini menggunakan bahasa yang

menjadi ciri khasnya yang menjadi benteng pembeda antara suku bajo dan

21 Abdul hafid,Pengetahuan Lokal, Nelayan Bajo (Makassar:Pustaka Refleksi,2014) hlm. 1622 ibid

42

Page 43: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

bukan suku bajo, bahasa ini disebut dengang boang sama. Saat mereka berada

diantara sesamanya, mereka akan menggunakan bahasanya yang menunjukkan

kelompok mereka.

Bukan hanya dri segi bahasa, suku ini memang tergolong suku yang sangat

unik. Sejarah telah mencatat bahwa nenek moyang mereka merupakan suku

pengembara laut yang tidak dapat dipisahkan dengan laut. Karena kedekatannya

pada laut, laut sudah merupakan bagian integral dalam kehidupan orang bajo.

Sehingga bagi mereka laut adalah segalanya. Ada beberapa istilah yang mereka

gunakan untuk mendeskriptikan pandangan mereka terhadap laut seperti:

1. Laut sebagai Sehe berarti laut sebagai sahabat yang senantiasa memahami

kehidupan orang bajo. Laut akan memberikan sesuatu yang diharapkan oleh

mereka sesuai aktivitasnya masing-masing.

2. Laut sebagai tabar (obat) artinya laut menyimpan berbagai ramuan untuk

dijadikan obat guna menyembuhkan berbagai penyakit.

3. Laut sebagai anudinta (makanan) yang berarti bahwa laut merupakan sumber

makanan untuk kebutuhan sehari-hari.

4. Laut sebagai lalang (Pra-sarana transortasi) artinya laut sebagai sarana jalan

untuk dilalui.

5. Laut sebagai pamunang ala”baka raha, ‘(sumber kebaikan dan keburukan)

artinya segala kebaikan dan keburukan.

6. Laut sebagai patambanang umbo ma’dilao (tempat leluhur orang bajo yang

menguasai laut), artinya laut ini merupakan tempat leluhur mereka yang di

yakini sebagai penguasa laut.

43

Page 44: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

7. Laut patambangang (tempat tinggal) Artinya laut merupakan tempat tinggal

mereka sejak dahulu. Sehingga mereka tidak dapat dipisahkan dengan laut.

suku ini pada awalnya tidak memiliki tempat tinggal tetap, mereka hanya

tinggal diatas perahu/bidok dan mengembara mengarungi lautan. Kemudian

seiring berjalannya waktu, mereka mulai mengembangkan tempat tinggalnya yang

di sebut kampoh (tempat tinggal tetap). Dari kampoh ini kemudian mereka

membangun babarok dipantai pasang surut, dan mulai bertempat tinggal dalam

waktu lama. Mereka tinggal di babarok ini untuk istirahat dan mengolah hasil laut.

Setelah merasa nyaman tinggal ditempat tersebut, merea mengembangkan

huniannya menjadi papondok. Papondok ini memiliki ukuran yang cukup besar

dari pada babarok. Karena lama tinggal diaerah tersebut, pemukiman suku bajo

inipun mulai mendapatkan pengaruh dari lingkungan sekitar salah satunya yaitu

tempat tinggalnya. Sehinggal lama-kelamaan papondok inipun berubah menjadi

rumah, layaknya hunian masyarakat yang ada didarat.

Masyarakat bajo merupakan masyarakat yang dinamis dan mudah

beradaptasi, hal tersebut dapat dibuktikan dengan keterbukaan mereka dengan

lingkungan sekitar seperti mengubah bentuk hunian sebagaimana yang telah

dijelaskan.

Meski sekarang Suku ini sudah memiliki tempat tinggal tetap, Tapi sebagai

Suku pengembara laut, kehiduan sehari-hari masyarakat bajo selalu bersentuhan

dengan laut, bahkan tempat tinggal mereka tetap tidak terpisahkan dengan laut.

Mereka tetap mempertahankan ciri khas nenek moyang mereka dengan bermukim

44

Page 45: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

dipinggir laut dan membentuk perkampungan pesisir pantai, terutama didaerah

teluk yang terlindung dari hempasan gelombang laut.23

Sebagai salah satu kelompok masyarakat, tentunya suku bajo ini memiliki

pengetahuan tentang alam sekelilingnya dan berkaitan dengan kebudayaan yang

dimiliki. Dengan demikian, maka setiap kebudayaan mempunyai himpunan

pengetahuan tentang alam, tentang segala tumbuh-tumbuhan, binatang, benda,

dan manusia sekitarnya, yang berasal dari pengalaman-pengalaman mereka lalu

di abstraksikan menjadi konep-konsep ,teori-teori dan pendirian-pendirian.

Menurut Koentjaraningrat Sistem pengetahuan dalam suatu kebudayaan suku

bangsa dibagi atas beberapa cabang, yaitu:24

1. Pengetahuan tentang alam sekitarnya, misalnya Pengetahuan tentan musim-

musim, gejala-gejala alam, dan proses kejadian-kejadian alam,

2. Pengetahuan tentang flora didaerah tempat tinggalnya,

3. Pengetahuan tentang fauna didaerah tmpat tinggalnya,

4. Pengetahuan tentang zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam

lingkungannya,

5. Pengetahuan tentang tubuh manusia,

6. Pengetahuan tentang sifat-sifat dan tingkah laku sesame manusia,

7. Pengetahuan tentang ruang dan waktu.

Beberapa cabang pengetahuan yang dijelaskan oleh keontjaraningrat tersebut

merupakan pengetahuan dasar bagi setiap kelompok masyarakat yang tidak

23 Abdul hafid,Pengetahuan Lokal, Nelayan Bajo (Makassar:Pustaka Refleksi,2014) hlm. 2324 Abdul hafid,Pengetahuan Lokal, Nelayan Bajo (Makassar:Pustaka Refleksi,2014) hlm 12

45

Page 46: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

dapat diabaikan, khususnya bagi masyarakat yang sangat akrap dengan laut ini,

dan merupakan salah satu masyarakat yang berkebudayaan maritime.

Sebagai masyarakat maritime yang menggantungkan hidup dengan laut,

tentunya ada pengetahuan local tersendiri yang dimiliki oleh suku bajo ini yang

tidak terlepas dari budaya kemaritiman yang telah menyatu dalam dalam dirinya.

Hal ini diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam berinteraksi dengan laut

seperti mengolah, memelihara dan memanfaatkan sumber hayati laut yang

berdasarkan norma-norma dan nilai-nilai budaya yang telah melembaga dan

dipatuhi serta dipertahankan melalui pengendalian social berdasarkan sistem

pengetahuan yang bersumber dari indigenous knowledge yang diwarisi dari

generasi kegenerasi.25

Pengetahuan local yang turun temurun dimiliki masyarakat bajo ini salah

satunya yaitu kepercayaan akan adanya makhluk-makhluk gaib dan kekuatan

sakti (Supranatural) yang konon kabarnya sangat menentukan keselamatan diri

maupun perolehan rezeki bagi mereka.Hasil penelitian abu Hamid,dkk

mengungkapkan bahwa orang bajo percaya akan adanya panggonrong sappa

(penjaga karang) yang bertempat tinggal di gugusan-gugusan karang dari seluruh

gugusan karang disekitar lokasi penangkapan.26

Berdasarkan informasi tersebut diatas jelaslah bahwa masyarakat bajo sampai

sekarang tetap memiliki system kepercayaan tradisonal terhadap makhluk-

makhluk gaib maupun kekuatan-kekuatan sakti yang dianggap sebagai pemilik

sekaligus penjaga lautan dan gugusan karang. Sehubunga dengan kepercayaan

25 Abdul hafid,Pengetahuan Lokal, Nelayan Bajo (Makassar:Pustaka Refleksi,2014) hlm. 726 Abdul hafid,Pengetahuan Lokal, Nelayan Bajo (Makassar:Pustaka Refleksi,2014) hlm.43

46

Page 47: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

tersebut penjaga local biasaya melakukan upacara selamatan sebelum

melaut .selain itu, mereka juga memiliki beberapa pantangan yang

sanmpaisekarang masih tetap dipertahankan. Adapun beberapa jenis upacara

yang lazim digunakan yaitu:27

1. Maccerak lopi, ini merupakan salah satu jenis upacara selamatan atas sebuah

perahu baru yang untuk pertama kalinya akan dibawa melaut. Hal ini

dilakukan dengan tujuan agar penjaga laut sudi menerima tumbal nyawa dan

darah ayam yang dipersembahkan dalam upacara,lautan. Dan penunggu

lautan merelakan nelayan bersangkutan melakukan penangkapan hasil laut

secara maksimal.

2. Maccerak masina merupaka suatu upacara selamatan mesin perahu,

biasanya dirangkaikan dengan upacara maccerak lopi. Tujuan upacara ini pun

sama dengan upacara maccerak lopi.

3. Upacara mappasabbi ri nabitta, ini merupakan salah satu jenis upacara

selamatan yang dilakukan para nelayan bajo terutama saat tiba musim

penangkapa ikan. Upacara in bertujuan untuk mendapat berkat dari nabita

sehingga memperoleh rezeki yang banyak.

4. Upacara mappasabbi ri puanna tasik, yaitu upacara yang dilakukan untuk

meminta isi kepada pengusa lautan dan sebagai bentuk keyakinan kita bahwa

laut ini ada memiliki. Upacara ini dilakukan dengan tujuan agar penguasa

lautan tidak menurunkan bencana.

27 Abdul hafid,Pengetahuan Lokal, Nelayan Bajo (Makassar:Pustaka Refleksi,2014) hlm. 43

47

Page 48: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

Selain melakukan berbagai upacara, masyarakat bajo mengenal beberapa

pantang yang berkaitan dengan kegiatan melaut antara lain:28

1. Pantang bagi nelayan menyebut nama binatang darat,

2. Pantang bagi nelayan kentut saat melakukan penangkapan ikan,

3. Pantang bagi nelayan membuang abu dapur

4. Pantang menggunakan periuk untuk mengambil air laut.

5. Pantang banyak Tanya ketika berada di laut.

Dari Uraian diatas, sudah sangat jelas bahwa Masyarakat bajo ini merupakan

masyarakat masih sangat mempertahankan budaya dari nenek moyang mereka.

Meski kini sudah mulai mengenal kebiasaan-kebiasaan diluar dari kebiasaannya,

tapi identitas sebagai suku Pengembara laut masih tercermin jelas dari cara hidup

mereka.

28 Abdul hafid,Pengetahuan Lokal, Nelayan Bajo (Makassar:Pustaka Refleksi,2014) hlm. 46

48

Page 49: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di pemukiman Suku Bajo yang terletak si Kelurahan

Bajoe Kecematan tanete riattang timur kabupaten Bone. Dasar pertimbangan

memilih wilayah ini karena cara hidup suku bajo itu sendiri yang menggantungkan

hidupnya dengan laut. Bahkan suku Bajo ini sudah menganggap bahwa laut

adalah saudaranya. Suku inipun awalnya dikenal sebagai suku nomaden atau tidk

memiliki tempat tinggal tetap, hanya hidup diatas perahu. Akan tetapi Suku ini

sekarang sudah memiliki pemukiman tersendiri, namun tetap tidak terlepas dari

lautan. Oleh karena keunikan dari Tempat tinggal Suku ini, sehingga penulis

tertarik untuk meneliti cara mereka menguasai suatu wilayah, yang akhirnya

menjadi pemukiman tetap Suku ini.

B. Populasi

Pupulasi yang menjadi objek penelitian, yaitu Masyarakat Suku Bajo yang

terdapat di tepi pantai teluk bone kelurahan bajoe kecamatan tanete Riattang

Timur kabupaten Bone. Dan narasumber yaitu Dinas Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Bone, dan kepala Kelurahan Bajoe.

C. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu pengumpulan data

primer dengan cara langsung dari responden dilapangan melalui wawancara.

Selain itu, dilakukan pengumpulan data data sekunder melalui pengkajian

informasi tertulis yang berasl dari sumber yang relevan dengan materi penelitian.

49

Page 50: Proposal Skripsi Tinjauan Pustaka

D. Jenis dan Sumber data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas dua macam yaitu:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden di lapangan

melalui kegiatan wawancara dengan responden yang terdiri dari masyarakat

yang bermukim di wilayah Suku baju khususnya yang masih bertempat tinggal

diatas Air.

2. Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari berbagai bahan pustaka yang

relevan dan instansi terkait dengan objek yang diteliti antara lain Kantor Badan

Pertanahan, Kanto Bupati, Kantor Kecamatan maupun Kantor kelurahan.

E. Etnik Analisis Data

Data yang diperoleh baik primer maupun sekunder dianalisis kemudian

disajikan dalam bentuk kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara induktif.

50