11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Pasar Modal
Pasar modal umumnya adalah tempat pertemuan antara penawaran dengan
permintaan surat berharga. Ditempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-
individu atau badan usaha yang mempunyai kelebihan dana (surplus fund)
melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten
(Sunariyah, 2011:5). Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan yang
membutuhkan modal (emiten) sehingga mereka berusaha untuk menjual efek-efek
di pasar modal. Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli
modal di perusahaan yang menurut mereka menguntungkan (Kasmir, 2013: 183).
Selain memiliki peranan penting bagi perekonomian Indonesia, pasar modal
juga menjalankan dua fungsi yaitu pertama sebagai sarana pendanaan usaha atau
sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal
(investor). Kedua menjadi sarana bagi masyarkat untuk berinvestasi pada
instrument keuanagan (Martalena dan Malinda, 2011:3). Berikut pengertian
tentang pasar modal yang dikemukakan para ahli:
Pengertian pasar modal menurut Martalena dan Malinda (2011:2) menyatakan
bahwa:
12
“Pasar modal merupakan pasar untuk berbagi instrument keuangan jangka
panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham),
reksadana, instrument derivative maupun instrument lainnya. Pasar modal
merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya
pemerintah, dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestas, dengan demikian pasar
modal memfalitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan
terkait lainnya”.
Adapun menurut pengertian pasar modal menurut Fahmi (2015:48)
menyatakan bahwa:
“Pasar modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya perusahaan
menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari hasil penjualan
tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk
memperkuat modal perusahaan”.
Menurut UU No.21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan Menyatakan
bahwa:
“Pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek. Perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”.
Menurut UU No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal menyatakan bahwa:
“Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaraan umum
dan perdagangan efek. Perusahaan public yang berkaitan dengan efek”.
Maka dapat diambil kesimpulan bahwa pasar modal merupakan mekanisme
tempat transaksi jual dan beli instrument pasar modal jangka panjang antara
penjual dan pembeli baik itu individu, korporasi maupun pemerintah. pasar modal
memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara. Selain sebagai sarana untuk
berinvestasi, pasar modal juga mrupakan sumber dana bagi perusahaan. Sekaligus
13
berperan dalam menjalankan kedua fungsinya yaitu fungsi ekonomi dan fungsi
keuangan.
2. Nilai Perusahaan.
Definisi nilai perusahaan mempunyai banyak arti, tergantung pada sudut
pandang yang menilai. Dalam hubungannya dengan keputusan investasi dan
keputusan pendanaan, nilai perusahaan tidak dapat diukur berdasarkan laba yang
diperoleh perusahaan. Hal ini diperjelas oleh Sudana (2011:7) “banyak pihak
berpendapat bahwa tujuan suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan laba,
namun demikian memaksimalkan laba dinilai kurang tepat sebagai pedoman
dalam pengambilan keputusan di bidang keuangan”.
Nilai perusahaan sering dikaitkan dengan harga saham. Semakin tinggi harga
saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi
keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai perusahaan yang tinggi
menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang
saham dan perusahaan direpresentasikan oleh harga pasar dari saham yang
merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan, dan manajemen aset
(Rodoni dan Ali, 2014:04).
Menurut Brigham dan Houston (2011:171) nilai perusahaan bisa diukur
dengan Price to Book Value (PBV) yaitu perbandingan antar harga pasar saham
dengan nilai buku saham per lembar saham. Rasio ini mengukur nilai yang
diberikan pasar keuangan pada manajemen dan organisasi perusahaan sebagai
14
sebuah perusahaan yang terus tumbuh. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi
nilai perusahaan. Menurut Damodaran (2015:6) rasio PBV mempunyai beberapa
keunggulan sebagai berikut :
a. Nilai buku mempunyai ukuran intuitif yang relatif stabil yang dapat
diperbandingkan dengan harga pasar. Investor yang kurang percaya dengan
metode discounted cash flow dapat menggunakan price book value sebagai
perbandingan.
b. Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk semua
perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara perusahaanperusahaan
yang sama sebagai petunjuk adanya under atau overvaluation.
c. Perusahaan-perusahaan dengan earning negatif, yang tidak bisa dinilai
menggunakan price earning ratio (PER) dapat dievaluasi menggunakan
price book value (PBV).
Dalam penelitian ini Rasio Price to Book Value (PBV) digunakan
sebagai proksi dari nilai perusahaan. PBV yang tinggi akan membuat
investor yakin atas prospek perusahaan dimasa mendatang. Oleh karena
itu, rasio PBV sangat penting bagi para investor maupun calon investor
untuk menetapkan keputusan investasi. Rumus yang digunakan untuk
mengukur Price to Book Value adalah sebagai berikut:
15
Keterangan :
PBV= Price Book Value (Rp)
BVPS= Book Value (Rp)
3. Keputusan Investasi
“Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang
dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa
datang” (Tandelilin,2010,2). Menurut Damodaran (2015) telah mengemukakan
bahwa prinsip investasi adalah berinvestasi pada aset dan proyek dimana tingkat
keuntungan pengembalian lebih besar daripada tingkat bunga minimum yang
diterima. Tingkat handle rate yang tinggi untuk proyek berisiko tinggi dan
mencerminkan pendanaan campuran yang digunakan yaitu, ekuitas dan utang.
Return dari proyek diukur berdasarkan waktu dan cash flow yang dihasilkan
dimana keduanya berdampak positif dan negatif terhadap proyek tersebut.
Investasi pada dasarnya adalah penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan
tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di nasa yang akan datang
(Herlianto, 2013:11). Keputusan investasi merupakan keputusan yang dikeluarkan
perusahaan terkait dengan kegiatan perusahaan untuk melepaskan dana pada saat
sekarang dengan harapan untuk mengahasilkan arus dana masa mendatang dengan
jumlah yang lebih besar dari yang dilepaskan pada saat investasi awal, sehingga
16
harapan perusahaan untuk selalu tumbuh dan berkembang akan semakin jelas dan
terlaksana (Setiani, 2013:03).
Keputusan investasi perusahaan sangat penting bagi kelangsungan hidup
perusahaan karena keputusan investasi menyangkut dana yang akan digunakan
untuk investasi, jenis investasi yang akan dilakukan, pengambilan investasi, dan
risiko investasi. Keputusan investasi yang dibuat perusahaan dipengaruhi oleh
kemampuan perusahaan menghasilkan kas yang dapat memenuhi kebutuhan
jangka panjang maupun jangka pendek atau yang disebut likuiditas perusahaan.
Perusahaan harus menjaga likuiditas agar tidak terganggu sehingga tidak
mengganggu kelancaran aktivitas perusahaan untuk melakukan investasi dan tidak
kehilangan kepercayaan diri dari pihak luar (Hidayat, 2010:462).
Dalam penelitian ini Rasio Price Earning Ratio (PER) digunakan sebagai
proksi dari keputusan investasi. PER dapat digunakan sebagai proksi atas
ekspektasi investor dan penilaian pasar terhadap kinerja perusahaan
(Saravanan:2014 dalam Rahmawati, Topowijono, dan Sulasmi Sri:2015:4) . PER
mengindikasikan besarnya rupiah yang harus dibayarkan investor untuk
memperoleh satu rupiah earning perusahaan (Jogiyanto, 2013:147). Rumus yang
digunakan untuk mengukur Price Earning Ratio adalah sebagai berikut:
PER= 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
𝐸𝑃𝑆
17
Keterangan :
PER = Price Earning Ratio (%)
EPS= Earning Per Share (Rp)
4. Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan merupakan keputusan mengenai pendanaan atau
pembelanjaan suatu perusahaan yang digunakan untuk menunjukan dari mana
sumber atau asal dana yang membiayai atau mendanai aset suatu perusahaan
(Sitanggang, 2012:06).
Menurut Kasmir (2010:6) Keputusan pendanaan adalah Keputusan yang
berkaitan dengan jumlah dana yang disediakan perusahaan, baik yang bersifat
utang atau modal sendiri. Dalam perspektif manajerial, inti dari fungsi pendanaan
adalah bagaimana perusahaan menentukan sumber dana yang optimal untuk
mendanai berbagai alternatif investasi, sehingga dapat memaksimalkan nilai
perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Sedangkan kebijakan dividen
berkaitan dengan kebijakan mengenai seberapa besar laba yang diperoleh
perusahaan akan didistribusikan kepada pemegang saham (Sofyaningsih, 2011)
Keputusan pendanaan menyangkut tentang bentuk dan komposisi pendanaan
yang akan dipergunakan oleh perusahaan. Sumber pendanaan di dalam suatu
perusahaan dapat diperoleh dari luar perusahaan (external financing) maupun dari
dalam perusahaan (internal financing). Pendanaan internal dapat diperoleh dari
18
sumber laba ditahan, sedangkan pendanaan eksternal dapat diperoleh dari para
kreditur atau yang disebut dengan utang dari pemilik, peserta, atau pengambil
bagian dalam perusahaan atau yang disebut sebagai modal. (Husnan, 2008:253).
Terdapat beberapa teori tentang pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai
perusahaan antara lain: Teori struktur modal dari Miller dan Modigliani (Capital
StructureTheory) Teori ini berpendapat bahwa dengan asumsi tidak ada pajak dan
tidak adanya informasi asimetris antara pihak manajemen dengan para pemegang
saham, maka nilai yang bisa diraih oleh perusahaan tidak terkait dengan
bagaimana perusahaan melakukan strategi pendanaan. MM mengajukan beberapa
asumsi untuk membangun teori mereka antara lain:
1 Tidak terdapat agency cost
2 Tidak ada pajak.
3 Investor dapat berutang dengan tingkat suku bunga yang sama
dengan perusahaan.
4 Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen
mengenai prospek perusahaan di masa depan
5 Tidak ada biaya kebangkrutan
6 Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar
(market value).
Dengan asumsi-asumsi tersebut, MM mengajukan dua preposisi yang dikenal
sebagai preposisi MM tanpa pajak. Preposisi I: nilai dari perusahaan yang berutang
19
sama dengan nilai dari perusahaan yang tidak berutang. Implikasi dari preposisi I
ini adalah struktur modal dari suatu perusahaan tidak relevan, perubahan struktur
modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan dan weighted average cost of capital
(WACC) perusahaan akan tetap sama tidak dipengaruhi oleh bagaimana
perusahaan memadukan utang dan modal untuk membiayai perusahaan
Preposisi II: biaya modal saham akan meningkat apabila perusahaan melakukan
atau mencari pinjaman dari pihak luar. Kesimpulan dari teori MM tanpa pajak ini
yaitu nilai perusahaan tidak bergantung pada struktur modalnya. Dengan kata lain,
manajer keuangan tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan merubah
proporsi debt dan equity yang digunakan untuk membiayai perusahaan.(
Mardiyati, et al,2012).
Akan tetapi, setelah menghilangkan asumsi tentang ketiadaan pajak, utang dapat
menghemat pajak yang dibayar karena utang menimbulkan pembayaran bunga
yang mengurangi jumlah penghasilan yang terkena pajak sehingga nilai
perusahaan bertambah.
a. Trade off theory
Teori trade off menjelaskan adanya hubungan antara pajak, risiko
kebangkrutan dan penggunaan utang yang disebabkan keputusan struktur
modal yang diambil perusahaan, (Sulistiyani, 2013). Trade off theory
menyatakan bahwa struktur modal optimal tercapai pada saat terjadi
20
keseimbangan antara manfaat penggunaan utang dengan biaya
menggunakan utang. Tingkat utang yang optimal tercapai ketika
penghematan pajak mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya
kesulitan keuangan. Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer
akan berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan
biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal.
Perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu
akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio
utangnya, sehingga tambahan utang tersebut akan mengurangi pajak.
Dalam kenyataannya jarang manajer keuangan yang berpikir demikian.
Perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung
rasio utangnya rendah.
Teori ini beranggapan bahwa semakin tinggi atau banyak perusahaan
melakukan pendanaan menggunakan utang maka semakin besar pula risiko
mereka untuk mengalami kesulitan keuangan karena membayar bunga
tetap yang besar setiap tahunnya dengan kondisi laba bersih yang belum
pasti.
b. Pendekatan teori keagenan (Agency approach)
Pendekatan ini berasumsi bahwa struktur modal disusun untuk
mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Keputusan
pendanaan berkaitan erat dengan masalah keagenan. Manajer bertugas
untuk mengelola perusahaan agar dapat meningkatkan nilai perusahaan
21
yang diikuti dengan meningkatnya kemakmuran pemegang saham, maka
dari itu manajer mempunyai kontrol atas sumber daya yang ada di dalam
perusahaan, namun manajer bekerja tidak hanya untuk kepentingan
pemegang saham.
Kepentingan yang berbeda inilah yang dapat menimbulkan masalah
keagenan yang tentunya akan diikuti dengan munculnya biaya agensi.
Biaya agensi ini dapat dikurangi dengan mengikutsertakan manajer
perusahaan dalam kepemilikan saham, namun jika perusahaan
menggunakan utang maka manajer akan dipaksa untuk mengeluarkan kas
dari perusahaan untuk membayar bunga.
c. Pecking Order Theory
Dalam Pecking Order Theory, perusahaan dengan tingkat
profitabilitas yang tinggi justru tingkat utangnya rendah, dikarenakan
perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal
yang berlimpah. Perusahaan cenderung mengutamakan pendanaan dari
sumber internal guna membayar dividen dan investasi. Dalam Pecking
Order Theory ini tidak terdapat struktur modal yang optimal. Secara
spesifik perusahaan mempunyai urut-urutan preferensi (hierarki dalam
penggunaan dana. Menurut Pecking Order Theory dikutip oleh Smart,
Megginson, dan Gitman (2004), terdapat skenario urutan (hierarki) dalam
memilih sumber pendanaan, yaitu:
22
1. Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari
dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana
internal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari
kegiatan operasional perusahaan.
2. Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih
pertama kali mulai dari sekuritas yang paling aman, yaitu utang yang
paling rendah risikonya, turun ke utang yang lebih berisiko, sekuritas
hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan yang terakhir
saham biasa.
3. Terdapat kebijakan dividen yang konstan, yaitu perusahaan akan
menetapkan jumlah pembayaran dividen yang konstan, tidak
terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi.
4. Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya
kebijakan dividen yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan,
serta kesempatan investasi, maka perusahaan akan mengambil
portofolio investasi yang lancar tersedia. Pecking order theory tidak
mengindikasikan target struktur modal. Pecking order theory
menjelaskan urut-urutan pendanaan. Manajer keuangan tidak
memperhitungkan tingkat utang yang optimal. Kebutuhan dana
ditentukan oleh kebutuhan investasi. Pecking order theory ini dapat
menjelaskan mengapa perusahaan yang mempunyai tingkat
keuntungan yang tinggi justru mempunyai tingkat utang yang kecil.
23
Keputusan pendanaan dapat diproksikan dengan Debt to Equity Ratio
(DER). DER menunjukan perbandingan antara utang dan ekuitas dalam pendanaan
perusahaan dan menunjukan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk
memenuhi seluruh kewajibannya (Husnan, 2008:62). Rumus yang akan digunakan
untuk mrengukur Debt to Equity Ratio (DER) adalah sebgai berikut:
Keterangan:
DER= Debt to Equity Ratio (%)
5. Kebijakan Deviden
Kebijakan dividen adalah keputusan mengenai apakah laba akan dibagikan
kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk reinvestasi
dalam perusahaan (Kamaludin dan Indriani, 2012:303). Kebijakan dividen optimal
adalah kebijakan dividen yang menghasilkan keseimbangan antara dividen saat ini,
pertumbuhan di masa depan, dan memaksimalkan harga saham. Dalam signalling
theory kebijakan dividen sering dianggap sebagai sinyal bagi investor dalam
menilai baik buruknya perusahaan, hal ini disebabkan karena kebijakan dividen
dapat membawa pengaruh terhadap harga saham perusahaan. Kenaikan jumlah
dividen dianggap sebagai sinyal bahwa manajemen perusahaan meramalkan laba
yang baik di masa depan (Atmaja, 2008:287).
DER = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠
24
Pembayaran dividen merupakan alternatif dalam kondisi ketidakpastian para
investor tentang kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.
Dividen akan diterima saat ini dan terus menerus tiap tahun sedangkan capital
gain akan diterima untuk waktu yang akan datang. Seorang investor yang tidak
bersedia berspekulasi akan lebih memilih dividen daripada capital gain.
Perusahaan yang membayar dividen akan meyakinkan ketidakpastian investor
lebih awal dari perusahaan yang tidak membayar dividen. (Febriana, 2016)
Apabila dividen yang dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi
sehingga nilai perusahaan juga tinggi. Sebaliknya jika dividen yang dibayarkan
kecil maka harga saham perusahaan tersebut juga rendah. Kemampuan membayar
dividen erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Jika
perusahaan memperoleh laba yang besar, maka kemampuan membayar dividen
juga besar. Oleh karena itu, dividen yang besar akan meningkatkan nilai
perusahaan.
Perusahaan yang membayar dividen dari waktu ke waktu secara berkala dinilai
lebih baik dibandingkan dengan perusahaan yang membayar dividen secara
berfluktuasi. Pembayaran dividen yang stabil dapat mencerminkan bahwa
perusahaan memiliki kondisi keuangan yang stabil, begitupula sebaliknya
perusahaan dengan dividen tidak stabil mencerminkan keadaan keuangan
perusahaan yang kurang baik (Sudana, 2011: 171).
25
Ada beberapa macam teori tentang kebijakan dividen diantaranya adalah: teori
dividend irrelevance, teori bird in the hand, tax preference, Signaling Hypotesis,
dan teori Clientele Effect (Sudana, 2011:67)
1 Teori Dividend Irrelevance
Menurut teori bird in the hand yang dikemukakan oleh Myron J.
Gordon dan John Lintner, kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap
harga pasar saham. Jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin besar,
harga pasar saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan
sebaliknya. Hal ini dikarenakan para investor lebih menyukai dividend
yield dibandingkan dengan capital gains.
2 Teori Bird in the Hand
Menurut teori bird in the hand yang dikemukakan oleh Myron J.
Gordon dan John Lintner, kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap
harga pasar saham. Jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin besar,
harga pasar saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan
sebaliknya. Hal ini dikarenakan para investor lebih menyukai dividend
yield dibandingkan dengan capital gains.
3 Teori Tax Preference
Menurut teori tax preference, kebijakan dividen mempunyai pengaruh
negatif terhadap harga pasar saham perusahaan. Semakin besar jumlah
dividen yang dibagikan oleh suatu perusahaan, semakin rendah harga pasar
26
saham perusahaan yang bersangkutan. Hal ini dikarenakan ada perbedaan
antara tarif pajak personal atas pendapatan dividen dan capital gains.
Apabila tarif pajak dividen lebih tinggi daripada pajak capital gains, para
investor lebih senang jika laba yang diperoleh ditahan oleh perusahaan dan
berharap di masa yang akan datang terjadi peningkatan capital gains
dengan tarif pajak yang lebih rendah.
4 Teori Signaling Hypotesis
Modigliani-Miller berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang di
atas kenaikan normal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para
investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan
yang baik di masa yang akan datang. Sebaliknya, suatu penurunan atau
kenaikan dividen yang di bawah kenaikan normal diyakini investor sebagai
suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit di masa mendatang.
Namun demikian sulit dikatakan apakah kenaikan atau penurunan harga
setelah adanya kenaikan atau penurunan dividen semata-mata disebabkan
oleh efek sinyal atau mungkin disebabkan oleh efek sinyal dan preferensi
terhadap dividen.
Menurut Brigham dan Houston (2011:185) isyarat atau signal adalah
suatau tindakan yang diambil perusahaan untuk memberi petunjuk bagi
investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan.
Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh
manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Informasi yang
27
dikeluarkan oleh perusahaan merupakan hal yang penting, karena
pengaruhnya terhadap keputusan invesatsi pihak diluar perusahaan.
Informasi tersebut penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi
pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan, atau gambaran, baik
untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang bagi
kelangsungan hidup perusahaan dan bagaimana efeknya pada perusahaan.
Signalling theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai
dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak
eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi karena
terdapat asimetri informasi antara perusahaan dan pihak luar karena
perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek
yang akan datang daripada pihak luar (investor dan kreditur). Kurangnya
informasi bagi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka
melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk
perusahaan. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan
mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi
informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar.
Peningkatan utang juga dapat diartikan pihak luar tentang kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajibannya di masa yang akan datang atau
risiko bisnis yang rendah, sehingga penambahan utang akan memberikan
sinyal positif. Hal ini dikarenakan perusahaan yang meningkatkan utang
28
dapat dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek
perusahaan di masa yang akan datang (Brigham dan Houston, 2011:186).
5 Teori Clientele Effect
Menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki
preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok
investor yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai dividend
payout ratio (DPR) yang tinggi, sebaliknya kelompok investor yang tidak
begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan
sebagian besar laba bersih perusahaan.
Ada beberapa faktor yang memengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan
(Brigham dan Hauston, 2011:115)
a. Posisi likuiditas perusahaan
b. Kebutuhan dana untuk membayar
c. Tingkat pertumbuhan perusahaan
d. Pengawasan terhadap perusahaan
Langkah-langkah atau prosedur pembayaran dividen adalah pengumuman
emiten atas dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham yang disebut
juga dengan pengumuman dividen (Sjahrial, 2014: 351). Adapun mekanisme yang
perlu diperhatiakan dalam pembayaran dividen sebagai berikut :
1. Pengumuman (declaration date)
29
Tanggal pengumuman merupakan tanggal yang mana pembayaran
dividen secara resmi diumumkan. Pengumuman ini biasanya untuk
pembagian dividen reguler. Isi pengumuman tersebut menyampaikan hal-
hal yang dianggap penting yakni: tanggal pencatatan, tanggal pencatatan,
dan besarnya dividen kas per lembar.
2. Tanggal Pencatatan (date of record)
Pada tanggal ini perusahaan melakukan pencatatan tanggal dividen
yang diumumkan untuk dibagikan kepada para pemegang saham dan
dicatat pada suatu tanggal khusus.
3. Tanggal ex-dividend
Pada tanggal ini sejumlah dividen saham menjadi ex-dividend saat
tanggal penjual diberi hak untuk menyimpan dividen menurut aturan-
aturan bursa efek: NYSE. Jika investor membeli saham pada tanggal ini
atau sesudahnya, maka investor tersebut tidak dapat mendaftarkan
namanya untuk mendapatkan dividen.
4. Tanggal Pembayaran (payment date)
Tanggal ini merupakan saat pembayaran dividen oleh perusahaan yang
dikirimkan kepada para pemegang saham melalui buku para pemegang
saham. Jadi pada tanggal tersebut para investor dapat mengambil dividen
sesuai dengan bentuk dividen yang diumumkan oleh emiten.
30
Kebijakan dividen dapat diukur dengan Dividen Payout Ratio (DPR).
Dividend Payout Ratio (DPR) adalah perbandingan dividen yang diberikan ke
pemegang saham dan laba bersih per saham. Penentuan besarnya dividend payout
ratio akan menentukan besar kecilnya laba yang ditahan. Setiap ada penambahan
laba yang ditahan berarti ada penambahan modal sendiri dalam perusahaan
(Sudana, 2011:167). Keputusan mengenai jumlah laba yang ditahan dan dividen
yang akan dibagikan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Rumus yang akan digunakan untuk mrengukur Dividen Payout Ratio adalah
sebagai berikut :
Keterangan :
DPR = Dividend Payout Ratio (%)
DPS = Dividend Per Share (Rp)
EPS = Earning Per Share (Rp)
6. Ukuran Perusahaan
Menurut Puspita (2011) menyatakan bahwa ukuran perusahaan merupakan
ukuran atau besarnya aset yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Ernawati
(2016) ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
DPR= 𝐷𝑃𝑆
𝐸𝑃𝑆
31
dapat dinyatakan dengan total aset atau total penjualan bersih. Semakin besar total
aset maupun penjualannya, maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan.
Semakin besar aset, maka semakin besar modal yang ditanam. Sementara semakin
banyak penjualan, maka semakin banyak juga perputaran uang dalam perusahan.
Menurut Nur’aini (2015) menyatakan bahwa ukuran perusahaan
menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dinyatakan dengan total
aktiva atau total penjualan bersih. Selanjutnya, Yogiyanto (2010) menyatakan
bahwa ukuran aktiva digunakan untuk mengukur besarnya perusahaan, ukuran
aktiva tersebut diukur sebagai logaritma dari total aktiva. Sementara itu, Menurut
Setiadi (2007) Ukuran perusaahan yang biasa dipakai untuk mentukan tingkatan
perusahaan adalah:
1. Tenaga kerja, merupakan jumlah pegawai tetap dan honorer yang terdaftar
atau berkeja di perusahaan pada suatu saat tertentu
2. Tingkat penjualan, merupakan volume penjualan suatu perusahaan pada
suatu periode tertentu.
3. Total utang, merupakan jumlah utang perusahaan pada periode tertentu.
4. Total aset, merupakan keseluruhan asset yang dimiliki perusahaan pada
saat tertentu.
Perusahaan dengan ukuran besar memiliki akses lebih besar dan luas untuk
mendapat sumber pendanaan dari luar, sehingga untuk memperoleh pinjaman akan
32
menjadi lebih mudah karena dikatakan bahwa perusahaan dengan ukuran besar
memiliki kesempatan lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan
dalam industri (Sartono, 2010:249). Selanjutnya, Menurut Yulia (2013) ukuran
perusahaan pada dasarnya terbagi dalam tiga kategori:
1. Perusahaan Besar (Large Firm)
Perusahaan besar merupakan perusahaan yang memiliki total asset
yang besar. Perusahaan-perusahaan yang dikategorikan besar biasanya
merupakan perusahaan yang telah go public di pasar modal dan perusahaan
besar ini memiliki aset sekurang-kurangnya Rp 200.000.000.000,-
2. Perusahaan Menengah (Medium Firm)
Perusahaan mengengah merupakan perusahaan yang memiliki total aset
antara Rp 2.000.000.000,- sampai Rp 200.000.000.000,-
3. Perusahaan Kecil (Small Firm)
Perusahaan kecil merupakan perusahaan yang memiliki aset kurang dari
Rp 2.000.000.000,- dan biasanya perusahaan kecil ini belum terdaftar di
Bursa Efek.
Ukuran perusahaan berpengaruh pada tiga faktor utama, yaitu :
a. Besarnya total aktiva
b. Besarnya hasil penjualan
c. Besarnya kapitalisasi pasar
33
Penelitian ini menggunakan proksi size yaitu log natural dari total aset. Tujuan
total aset diukur dengan menggunakan log natural agar angka pada size tidak
memiliki angka yang terlalu jauh dengan angka-angka pada variabel lain. Rumus
yang akan digunakan untuk mrengukur Size adalah sebagai berikut :
Size = Ln Total Assets
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan dividen
dan ukuran peusahaan mempengaruhi perusahaan telah banyak dilakukan di
Indonesia. Beberapa penelitian tersebut antara lain:
Penelitian yang dilakukan Rohman dan Afzal (2012) dengan judul Pengaruh
Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI periode tahun 2007-2010.Sampel yang
digunakan 25 perusahaan. Variabel bebas yang digunakan keputusan investasi,
keputusan Pendanaan, dan kebijakan dividen. Metode analisis menggunakan
Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukan bahwa keputusan
investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, keputusan
pendanaan positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, dan kebijakan dividen
berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
Pamungkas dan Puspaningsih (2013) meneliti dengan judul Pengaruh Keputusan
Investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Deviden, Dan Ukuran Perusahaan
34
terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI periode tahun 2009-
2011. Sampel yang digunakan 25 perusahaan. Variabel bebas yang digunakan
keputusan investasi, keputusan Pendanaan, kebijakan dividen, dan Ukuran
Perusahaan. Metode analisis menggunakan regresi data panel. Hasil penelitian
keputusan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan,
keputusan pendanaan positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan
dividen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, dan
ukuran perusahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Ningsih dan Indarti (2012) dengan judul Pengaruh
Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Deviden terhadap Nilai
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI periode tahun 2007-2009. Sampel
yang digunakan 15 perusahaan. Variabel bebas yang digunakan keputusan investasi,
keputusan Pendanaan, dan kebijakan dividen. Metode analaisis menggunakan regresi
linier ganda. Hasil penelitian Hasil penelitian menunjukan bahwa keputusan investasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, keputusan pendanaan
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, dan kebijakan dividen berpengaruh
positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.
Himawan dan Cristiawan (2015) meneliti dengan judul Pengaruh Keputusan
Pendanaan dan Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI periode tahun 2010-2014. Sampel yang digunakan 475 perusahaan.
35
Variabel bebas yang digunakan keputusan pendanaan, kebijakan dividen, ukuran
perusahaan dan profitabilitas. Metode analisis menggunakan analisis regresi
berganda. Hasil penilitian keputusan pendanaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan, ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan, profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan, dan kebijakan dividen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Penelitian Suroto (2015) dengan judul Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan
Pendanaan, dan Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan LQ-45 yang Terdaftar
di BEI periode tahun 2010-2015. Sampel yang digunakan 16 perusahaan. Variabel
bebas yang digunakan keputusan investasi, keputusan Pendanaan, dan kebijakan
dividen. Metode analisis menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penlitian
keputusan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan,
keputusan pendanaan berpengaruh pendanaan negatif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan, kebijakan dividen berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai
perusahaan.
Mardiyati, dkk (2015) meneliti dengan judul Pengaruh Keputusan Investasi,
Keputusan Pendanaan, Ukuran Perusahaan, dan Profitabilitas terhadap Nilai
Perusahaan Sektor Manufaktur Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI periode
tahun 2010-2013. Sampel yang digunakan 30 perusahaan. Variabel bebas yang
digunakan keputusan investasi, keputusan pendanaan, ukuran perusahaan, dan
36
profitabilitas. Metode analisis menggunakan regresi data panel. Hasil penlitian
keputusan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan,
keputusan pendanaan berpengaruh berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap
nilai perusahaan, ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai
perusahaan, profitabilitas berpengaruh positif dan signifkan terhadap nilai
perusahaan.
Penelitian Widodo (2016) dengan judul Pengaruh Keputusan Investasi,
Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Sektor
Barang Konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2010-
2014. Sampel yang digunakan 12 perusahaan. Variabel bebas yang digunakan
keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan dividen. Metode analisis
menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penlitian keputusan investasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan,keputusan pendanaan
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan dividen
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
Tabel II.1
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul
Penelitian
Variabel
Penelitian
Hasil Penelitian
PER DER DPR SIZE
37
1 Rohman dan
Afzal (2012)
Pengaruh
Keputusan
Investasi,
Keputusan
Pendanaan,
dan
Kebijakan
Deviden
Terhadap
Nilai
Perusahaan
Dependen:
Nilai
Perusahaan
Independen:
1. Keputusan
investasi
2. Keputusan
Pendanaan
3. Kebijakan
Dividen
+
Sign
+
Sign
-
Tidak
Sign
2 Pamungkas
dan
Puspaningsih
(2013)
Pengaruh
Keputusan
Investasi,
Keputusan
Pendanaan,
Kebijakan
Deviden, Dan Ukuran
Perusahaan
terhadap
Nilai
Perusahaan
Dependen:
Nilai
Perusahaan
Independen:
1. Keputusan
investasi
2. Keputusan
Pendanaan
3. Kebijakan
Dividen
4. Ukuran
Perusahaan
+
Sign
+
Tidak
Sign
+
Tidak
Sign
+
Tidak
Sign
3 Ningsih dan
Indarti (2012)
Pengaruh
Keputusan
Investasi,
Keputusan
Pendanaan,
dan
Kebijakan Deviden
terhadap
Nilai
Perusahaan
Dependen:
Nilai
Perusahaan
Independen:
1. Keputusan
investasi
2. Keputusan
Pendanaan
3. Kebijakan
Dividen
+
Sign
+
Sign
+
Tidak
Sign.
38
4 Himawan dan
Cristiawan
(2015)
Pengaruh
Keputusan
Pendanaan
dan
Kebijakan
Deviden
terhadap
Nilai
Perusahaan
Dependen:
Nilai
Perusahaan
Independen:
1. Keputusan
Pendanaan
2. Kebijakan
Dividen
3. Profitabilitas
4.Ukuran
Perusahaan
+
Sign
+
Tidak
Sign
+
Sign
5 Suroto (2015) Pengaruh
Keputusan
Investasi,
Keputusan
Pendanaan,
dan
Kebijakan
Deviden
terhadap
Nilai
Perusahaan
LQ-45
Dependen:
Nilai
Perusahaan
Independen:
1. Keputusan
investasi
2. Keputusan
Pendanaan
3. Kebijakan
Dividen
+
Sign
-
Sign
+
Tidak
Sign
6 Mardiyati,
dkk (2015)
Pengaruh
Keputusan
Investasi,
Keputusan
Pendanaan,
Ukuran
Perusahaan,
dan
profitabilitas
terhadap nilai
perusahaan
sektor
manufaktur
barang
konsumsi.
Dependen:
Nilai
Perusahaan
Independen:
1. Keputusan
investasi
2. Keputusan
Pendanaan
3. Ukuran
Perusahaan
4.profitabilitas
+
Sign
-
Tidak
Sign
+
Sign
7 Widodo
(2016)
Pengaruh
Keputusan
Investasi,
Dependen:
Nilai
Perusahaan
+
Sign
-
Tidak
+
sign
39
Keputusan
Pendanaan,
dan
Kebijakan
Dividen
terhadap
Nilai
Perusahaan.
Independen:
1. Keputusan
investasi
2. Keputusan
Pendanaan
3. Kebijakan
Dividen
Sign
Sumber: Diolah Peneliti, 2016
C. Kerangka Pemikiran
1. Pengaruh keputusan investasi terhadap nilai perusahaan
Manajer perusahaan dalam melakukan keputusan investasi pastinya
telah memperhitungkan return yang akan diterima. Keputusan investasi
yang diharapkan adalah keputusan investasi yang paling menguntungkan
perusahaan. Teori yang mendasari keputusan investasi adalah signaling
theory. Teori tersebut menyatakan bahwa pengeluaran investasi
memberikan sinyal positif terhadap pertumbuhan perusahaan di masa yang
akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai
perusahaan.
Dalam teori sinyal disebutkan bahwa dorongan perusahaan untuk
memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara
manajer perusahaan dan pihak luar karena manajer perusahaan mengetahui
lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang dari pada
pihak luar. Perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan
40
mengurangi informasi asimetri yaitu dengan memberikan sinyal pada pihak
luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang positif dan dapat
dipercaya yang akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek
perusahaan yang akan datang sehingga dapat meningkatkan kredibilitas dan
kesuksesan perusahaan.
Teori ini menunjukkan bahwa pengeluaran investasi yang dilakukan
oleh perusahaan memberikan sinyal, khususnya kepada investor maupun
kreditur bahwa perusahaan tersebut akan tumbuh di masa mendatang.
Manajer perusahaan dalam melakukan keputusan investasi pastinya telah
memperhitungkan return yang akan diterima. Keputusan investasi yang
diharapkan adalah keputusan investasi yang paling menguntungkan
perusahaan. Pamungkas dan Ningsih (2013) telah meneliti hubungan ada
pengaruh positif dan signifikan keputusan investasi terhadap nilai pada
perusahaan, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah
H1: Keputusan Investasi berpengaruh positif terhadap Nilai
Perusahaan
2. Pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan
Keputusan pendanaan adalah keputusan yang menyangkut komposisi
pendanaan yang dipilih oleh perusahaan Apabila perusahaan mengalami
keterbatasan laba ditahan, perusahaan cenderung memanfaatkan utang yang
digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan di masa yang akan
datang.
41
Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi utang yang besar
dalam struktur modalnya. Namun apabila utang tersebut dapat
menghasilkan keuntungan, maka utang akan dapat meningkatkan nilai
perusahaan, (Hidayat, 2013). Hal ini sesuai dengan teori struktur modal
dari Miller dan Modigliani yang menyatakan bahwa utang dapat
menghemat pajak yang dibayar karena utang menimbulkan pembayaran
bunga yang mengurangi jumlah penghasilan yang terkena pajak sehingga
nilai perusahaan bertambah.
Menurut (Husnan, 2008) apabila pembayaran bunga utang bisa
dipergunakan untuk mengurangi pajak, maka dapat dikatakan bahwa
penggunaan utang memberikan manfaat bagi pemilik perusahaan.
Penggunaan utang juga dapat mempengaruhi harga saham perusahaan.
Perusahaan dengan penggunaan tingkat utang yang lebih tinggi akan
meningkatkan laba per lembar sahamnya dengan cara meningkatkan harga
saham perusahaan yang berarti meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya,
penggunaan utang yang terlampau tinggi juga akan meningkatkan risiko
perusahaan, dimana perusahaan diwajibkan untuk membayar beban bunga
yang besar dengan kondisi laba bersih yang belum pasti yang dapat
mempengaruhi nilai perusahaan, dengan demikian peningkatan utang akan
meningkatkan nilai perusahaan, namun pada titik tertentu akan dapat
menurunkan nilai perusahaan. Penilitian Afzal dan Rohman (2012)
42
menunjukan bahwa keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap
nilai perusahaan, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah
H2: Keputusan Pendanaan berpengaruh positif terhadap Nilai
Perusahaan
3. Pengaruh kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan
Pada dasarnya, laba bersih perusahaan dapat dibagikan kepada
pemegang saham sebagai dividen atau ditahan dalam bentuk laba ditahan
untuk membiayai investasi perusahaan. Kebijakan dividen berkaitan
dengan kebijakan mengenai seberapa besar laba yang diperoleh perusahaan
akan didistribusikan kepada pemegang saham (Sofyaningsih dan
Hardiningsih, 2011).
Perusahaan yang membayar dividen akan meyakinkan ketidakpastian
investor lebih awal dari perusahaan yang tidak membayar dividen. Apabila
dividen yang dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi sehingga
nilai perusahaan juga tinggi. Sebaliknya jika dividen yang dibayarkan kecil
maka harga saham perusahaan tersebut juga rendah. Kemampuan
membayar dividen erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan
memperoleh laba. Jika perusahaan memperoleh laba yang besar, maka
kemampuan membayar dividen juga besar. Oleh karena itu, dividen yang
besar akan meningkatkan nilai perusahaan.
Menurut Sudana (2011:67), terdapat teori yang juga menyatakan bahwa
kebijakan dividen dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Dividen yang
43
dibagikan semakin besar maka harga pasar saham atau nilai perusahaan
akan semakin tinggi, hal ini dikarenakan para investor lebih menyukai
dividend yield dibandingkan dengan capital gains yang disebut dengan
Teori bird in the hand. Penelitian Mayogi dan Fidiana (2016) membuktikan
bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
maka hipotesis yang dapat diajukan adalah
H3: Kebijakan Dividen berpengaruh Positif terhadap Nilai
Perusahaan
4. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai perusahaan
Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan cerrminan besar
kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai totak aktiva perusahaan.
Dengan semakin besar ukuran perusahaan, maka ada kecenderungan lebih
banyak investor yang menaruh perhatian pada perusahaan tersebut. Hal ini
disebabkan karena perusahaan yang besar cenderung memiliki kondisi
yang lebih stabil. Kestabilan tersebut menarik investor untuk memiliki
saham perusahaan tersebut. Kondisi tersebut menjadi penyebab atas
naiknya harga saham perusahaan di pasar modal.
Ukuran perusahaan akan mempengaruhi sebuah perusahaan dalam
memperoleh dana dari luar perusahaan. Kemudahan bagi perusahaan ini
merupakan sebuah informasi yang menguntungkan bagi investor dalam
pengambilan keputusan investasi dan nantinya akan mempengaruhi nilai
44
sebuah perusahaan pada waktu yang akan datang (Nurhayati, 2013),
Penelitian yang dilakukan Martini, dkk. (2014) menyatakan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, maka hipotesis
yang dapat diajukan adalah
H4: Ukuran Perusahaan berpengaruh Positif terhadap Nilai
Perusahaan
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta
permasalahan yang dikemukakan, maka sebagai acuan untuk merumuskan
hipotesis, berikut disajikan kerangka pemikiran teoritis yang dituangkan dalam
model penelitian seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran Penelitian
Sumber: Diolah Peneliti, 2016
D. Hipotesis
Nilai Perusahaan
Keputusan Investasi (+)
tasi Keputusan Investasi
Keputusan Pendanaan (+)
tasi
Keputusan Investasi
Kebijakan Deviden (+)
tasi
Keputusan Investasi
Ukuran Perusahaan (+)
tasi
Keputusan Investasi
45
Berdasarkan pada latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian
serta tinjauan pustaka seperti yang telah diuraikan tersebut di atas, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha1: Keputusan investasi berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan
Ha2: Keputusan Pendanaan berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan
Ha3: Kebijakan Deviden berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan
Ha4: Ukuran Perusahaan berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan
Ha5: Keputusan investasi, Keputusan Pendanaan, Kebijakan Deviden, dan Ukuran
Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap Nilai Perusahaan
Top Related