13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan sebuah disiplin ilmu
yang terdiri dari tiga (3) buah rumpun besar yaitu politik, hukum, dan
kewarganegaraan. Pasal 37 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) merupakan usaha untuk membekali peserta didik
dengan ilmu pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan
hubungan antara warga negara dengan negara serta pendidikan bela
negara agar dapat menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh
bangsa dan negara. Sejalan dengan penjelasan tersebut (Winataputra dan
Budimansyah, 2007:4) yang menyatakan bahwa :
Citizenship or civics education is conctrued broodly to encompass the preparation of young people for their roles and responsibility as citizens and in particular, the role of education (through schooling, theacing, and learning) in that preparatory proces. atau, “citizenship or civics education” atau Pendidikan Kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawabnya sebagai warga negara, dan secara khusus peran pendidikan termasuk di dalamnya persekolahan, pengajaran, dan belajar, dalam proses penyiapan warga negara tersebut. Istilah Civics dan Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia
sudah dikenalkan dalam kurikulum sekolah sejak tahun 1968 sebagi
upaya untuk menyiapkan warga negara yang baik, yaitu warga negara
13
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
14
yang mengetahui hak-hak dan kewajiban-kewajibanya (Wahab dan
Sapriya, 2011: 15). Sementara itu menurut Zamroni berpendapat bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang
bertujuan untuk memepersiapkan warga masyarakat yang berpikir kritis
dan bertindak demokratis, melalu aktivitas menanamkan kesadaran
kepada generasi baru kesadaran bahwa demokrasi adalah bentuk
kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat
(TIM ICCE UIN, Jakarta:7). Secara filosofis, pendidikan
kewarganegaraan memegang misi sici (mission sacre) untuk
pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan menjadikan manusia sebagai
warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Winataputra dan
Budimansyah, 2007:156).
Berdasarkan pada beberapa pendapat diatas, Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang termasuk dalam ruang
lingkup ilmu sosial, karena mata pelajaran ini mengajarkan dan mendidik
siswa agar mereka sadar akan hak dan kewajibanya, membentuk watak
siswa agar manjadi manusia yang berkarakter. Sehingga mereka mengerti
dan memahami hak dan kewajibanya berdasarkan konstitusi, serta mampu
berperan dalam mewujudkan cita-cita bangsa dan negara, sehingga
menjadi warga negara yang bertanggungjawab dan dapat diandalkan oleh
bangsa dan negara.
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
15
2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Pada hakikatnya pendidikan kewarganegaraan bertujuan untuk
menjadikan warga negara yang baik (tobegood citizenship), yaitu warga
negara yang sadar akan hak dan kewajibanya sebagai warga negara,
seperti memiliki kesadaran berkonstitusi dan kesadaran hukum. Pada
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang secara imperatif menggariskan bahwa :
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Ynag Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Sejalan dengan ketentuan tersebut, dalam penjelasan pasal 37
ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional disebutkan bahwa penidikan kewarganegaraan
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Ketentuan tersebut
dipertegas dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah menyatakan bahwa :
Pendidikan Kewarganegaraan dipandang sebagai mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibanya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD NRI 1945.
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
16
Sedangkan tujuan pembelajaran PKn dalam Depdiknas (2006 :
49), adalah untuk memberikan kompetensi sebagai berikut:
a. Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu
Kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara cerdas dan bertanggungjawab, serta
bertindak secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia
sacara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
Berkaitan dengan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Winataputra (2003) dalam Tukiran, dkk., (2009:23) juga menyatakan
bahwa :
Secara umum, PKn bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia. Oleh karena itu diharapkan setiap individu memiliki wawasan, watak, serta keterampilan intelektual dan sosial yang memadai sebagai warga negara. Dengan demikian setiap warga negara dapat berpartisipasi secara cedas dan bertanggung jawab dalam berbagai dimensi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia sewrta dunia. Oleh karena itu bahwa setiap jenjang pendidikan diperlukan PKn yang akan mengembangkan kecerdasan peserta didik melalui pemahaman dan pelatihan keterampilan intelektual. Proses ini diharapkan akan bermanfaat sebagai bekal bagi peserta didik untuk berperan dalam pemecahan masalah yang ada dilingkunganya.
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
17
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (Wahab dan Sapriya,
2011: 346) adalah pertisipasi yang penuh nalar dan tanggung jawab dalam
kehidupan politik warga negara yang taat terhadap nilai-nilai dan prinsip-
prinsip dasar demokrasi konstitusional Indonesia. Partisipasi warga
negara yang aktif dan penuh tanggung jawab memerlukan penguasaan
seperangkat ilmu pengetahuan dan keterampilan intelektual serta
keterampilan untuk berperan serta. Partisipasi yang efektif dan
bertanggung jawab tersebut ditingkatkan lebih lanjut melalui
perkembangan disposisi atau watak-watak tertentu yang meningkatkan
kemampuan individu berperan serta dalam proses politik dan sistem
politik yang sehat serta perbaikan masyarakat.
Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa melalui
Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan peserta didik dapat menjadi
warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara, serta
memiliki kesadaran terhadap hak dan kewajibanya sebagai warga negara
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kesadaran
warga negara tersebut seperti halnya kesadaran terhadap hukum dan
kesadaran terhadap konstitusi sebagai mana tertuang dalam pasal 1 ayat
(3) UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi “Negara Indonesia adalah
Negara Hukum”. Dengan melalui Pendidikan Kewarganegaraan dapat
menumbuhkan kepekaan peserta didik terhadap permasalahan sosial
kemasyarakatan sehingga dapat terwujud peserta didik yang kritis, kreatif,
dan berkarakter.
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
18
B. Hakekat Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Teori pembelajaran menurut Snelbecker (dalam Taniredja dan
Mustafidah, 2011:191) sebagai seperangkat prinsip yang dapat dijadikan
pedoman dalam mengatur kondisi untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam
pembelajaran disekolah yang termasuk dalam pendidikan formal dipelajari
berbagai mata pelajaran yang mencakup seluruh aspek kehidupan, dan salah
satunya Pendidikan Kewarganegaraan.
Pembelajaran PKn selayaknya dapat membekali siswa dengan
pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai serta pengalaman
praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi. Oleh
karena itu, perlu adanya perhatian dari guru maupun calon guru dalam
mempersiapkan pembelajaran PKn, yaitu bekal materi pembelajaran dan
metode atau pendekatan pembelajaran yang digunakan. Sehingga diharapkan
dapat terwujudnya tujuan dari pembelajaran PKn tersebut.
1. Landasan Yuridis Formal
Secara yuridis formal landasan Pendidikan Kewarganegaraan di
Indonesia adalah Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun
1945 (UUD NRI 1945) sebagai landasan konstitusional. Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional merupakan
landasan operasional. Sedangkan peraturan Menteri nomoe 22 tahun 2006
tentang standar isi dan nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan (SKL) sebagai landasan kurikuler.
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
19
Dengan landaskan konstitusi dan peraturan perundang-undangan
tersebut diatas, melalui pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat
menciptakan warga negara yang baik. Sehingga siswa mampu
berpartisipasi dalam rangka memberikan check and balance terhadap
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah yang menyimpang dari
UUD NRI 1945 atau konstitusi negara.
2. Komponen Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam pembelajaran disekolah yang termasuk dalam pendidikan
formal dipelajari berbagai mata pelajaran yang mencakup seluruh aspek
kehidupan, dan salah satunya Pendidikan Kewarganegaraan. Pendidikan
Kewaraganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik
dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan
antara warga negara dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela
negara (PPBN) agar menjadi warga negara yang diandalkan oleh bangsa
dan negara Indonesia (Tukiran, dkk,. 2009:15)
Dari pendapat tersebut, pembelajaran PKn diposisikan sebagai
wahana pokok untuk membekali peserta didik supaya menjadi warga
negara yang baik dan cerdas sehingga dapat diandalkan oleh bangsa dan
negara. Djahiri menyatakan bahwa proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan proses kegiatan belajar siswa yang
direkayasa oleh seluruh komponen belajar yang meliputi guru, materi,
metode, media, sumber dan evaluasi pembelajaran.
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
20
Berkaitan dengan pemaparan diatas, penulis paparkan
penjelasan dari setiap komponen dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaran.
a. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem
pembelajaran yang memegang peran penting dalam membantu siswa
mencapai kompetensi dasar dan standar kompetensi. Materi
Pembelajaran (instructional materials) adalah bahan yang diperlukan
untuk pembentukan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus
dikuasai siswa dalam rangka memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan (Komalasari, 2010:28). Materi pembelajaran yang dipilih
untuk kegiatan pembelajaran hendaknya hendaknya materi yang
benar-benar relevan dan menunjang tercapainya standar kompetensi
dan kompetensi dasar yang termuat dalam kurikulum.
Materi pembelajaran yang termuat dalam kurikulum
merupakan materi esensial dalam suatu ilmu yang harus dimiliki oleh
siswa. Karhami (2000: 293) mengemukakan beberapa materi yang
esensial dari suatu ilmu yang dimuat kedalam kurikulum sekolah,
antara lain:
1. Materi yang mengungkapkan gagasan kunci dari ilmu, 2. Materi sebagai struktur pokok suatu mata pelajaran, 3. Materi menerapkan penggunaan metode inquiry secara
tepat pada setiap mata pelajaran, 4. Konsep dan prinsip memuat pandangan global secara luas
dan lengkap terhadap dunia, 5. Keseimbangan antara materi teoritis dan materi praktis,
dan
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
21
6. Materi yang mendorong daya imajinasi peserta didik. (dalam Komalasari, 2011: 28)
Materi pelajaran dalam kurikulum perlu dikembangkan
dengan tepat agar seoptimal mungkin membantu siswa dalam
mencapai standar kompetensi dan kompetems dasar. Maka materi
pelajaran tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Tabel 2.1Klasifikasi materi pembelajaran menjadi fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan sikap atau nilai.
Jenis Materi
Pelajaran Tuntutan Pembelajaran
Fakta Menyebutkan nama, kapan, berapa, di mana Konsep Mendefinisi, mengidentifikasi,
mengklasifikasi, dan menyebutkan ciri-ciri Prinsip Pemahaman dan penerapan dalil, hukum
atau rumus, hipotesis, hubungan antar variabel
Prosedur Pembuatan bagan arus (flowchart), langkah-langkah mengerjakan secara urut
Sikap atau nilai Bersikap dan berperilaku jujur, kasih sayang, tolong menolong, semangat belajar, kemandirian, dsb.
(Komalasari, 2011: 34)
b. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran menurut Riyanto (Tukiran Taniredja,
dkk. 2011 : 1) adalah “seperangkat komponen yang telah
dikombinasikan secara optimal untuk kualitas pembelajaran”. Metode
adalah rencana menyeluruh tentang penyajian materi ajar secara
sistematis dan berdasarkan pendekatan yang ditentukan (Madjid,
2011;132). Dengan demikian metode pembelajaran merupakan salah
satu komponen yang ikut ambil bagian dalam mencapai keberhasilan
proses belajar mengajar.
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
22
Sejalan dengan pendapat tersebut, Komalasari (2011:56)
mengartikan teknik pembelajaran sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Oleh karena itu, keberhasilan pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan tidak hanya tergantung pada kemampuan guru
dalam mengembangkan kompetensi dan materi pembelajaran saja,
tetapi juga didukung oleh penggunaan metode pembelajaran yang
tepat. Dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat ini maka
dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan
sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Secara teoritis, pembaharuan metode pembelajaran telah
digagas oleh filsuf pendidikan John Dewey menjelang abad ke – 20.
Dalam bukunya “My Pedagogic Creed ” yang diterbitkan tahun 1897,
John Dewey mendeklarasikan “I believe that the question of method is
ultimately reducible to the question of rhe order of development of the
child’s powers and interests”. Deklarasi ini menunjukan bahwa
metode dapat menjadi solusi dalam mengatasi masalah kekuatan dan
daya tarik anak dalam belajar (Wahab dan Sapriya, 2011: 344)
c. Media Pembelajaran
Media dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai bentuk-
bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta
peralatanya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Djamarah dan Zain
(2010:121) menyatakan bahwa media adalah alat bantu apa saja yang
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
23
dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan
pengajara. Dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
media mempunyai peran yang sangat penting untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Melalui media pembelajaran maka dapat meminimalisir
ketidak jelasan materi dan membantu guru dalam menjelaskan
kerumitan materi yang akan disampaikan. Sehingga media dapat
mewakili apa yang kurang dapat disampaikan oleh guru melalui kata-
kata maupun melalui kalimat.
Ada beberapa jenis media yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Adapun jenis media pembelajaran menurut
taksonomi Leshin, dkk. (1992) dalam Arsyad (2007: 81) yaitu:
1. Media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main peran, kegiatan kelompok, dan lain-lain)
2. Media berbasis cetak (buku, penuntun, buku kerja/latihan, dan lembaran lepas)
3. Media berbasis visual (buku, charts, grafik, peta, figur/gambar, transparansi, film bingkai/slide)
4. Media berbasis audiovisual (video, film, slide bersama tape, televisi)
5. Media berbasis komputer (pengajaran dengan menggunakan bantuan komputer dan video interaktif)
d. Sumber Pembelajaran
Menurut Association for Educational Communications and
Thecnology (AECT, 1997) dan Bank (1990), sumber belajar adalah
segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh guru, baik
secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan
belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efisiensi
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
24
tujuan pembelajaran. Sejalan dengan pendapat tersebut, Winataputra
(dalam Djamarah dan Zain, 2010: 122) mengelompokan sumber
belajar menjadi lima kategori, yaitu manusia, buku/perpustakaan,
media massa, alam lingkungan, dan media pendidikan. Dengan
demikian, sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat
dipergunakan sebagai tempat dimana bahan pengajaran terdapat atau
asal untuk belajar seseorang. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat
disimpulkan bahwa sumber belajar merupakan segala sesuatu yang
menjadi hal baru bagi siswa selaku peserta didik sehingga dapat
menambah ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh siswa tersebut.
e. Evaluasi Pembelajaran
Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses merencanakan,
memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan
untuk membuat alternatif-alternatif keputusan (Mehrens & Lehman
dalam Purwanto, 2010: 3). Sesuai dengan pengertian tersebut maka
setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang
sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data,
berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu
keputusan. Dalam evaluasi pembelajaran Pendidikan
kewarganegaraan harus dapat dilakukan dengan baik, baik dalam
proses pembelajaran maupun hasil dari pembelajaran. Yang menjadi
obyek evaluasi dalam pembelajaran Pendidikan kewrganegaraa
meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
25
Penilaian untuk kelompok mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan oleh pendidik dalam
bentuk penilaian kelas (classroom assessment) dan oleh suatu
pendidikan untuk penentuan nilai akhir pada suatu pendidikan melalui
ujian sekolah dan rapat dewan. Untuk mengetahui tingkat
ketercapaian kompetensi lulusan, penilaian hasil belajar kelompok
mata pelajaran Kewarganegaraan dan kepribadian melalui: (a)
Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan afektif dan kepribadian peserta didik, dan (b) Ujian,
ulangan, dan/ atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta
didik (Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 64 ayat (3)).
C. Hakekat Kompetensi Kewarganegaraan
1. Pengertian Kompetensi Kewarganegaraan
Menurut Finch dan Crunkilton dalam Mulyasa (2004: 38) bahwa
yang dimaksud dengan kompetensi adalah penguasaan terhadap suatu
tugas, ketrampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang
keberhasilan. Hal itu menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas,
ketrampilan sikap dan apresiasi yang harus dimiliki peserta didik untuk
dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis
pekerjaan tertentu.
Kompetensi juga diartikan sebagai seperangkat tindakan cerdas,
penuh rasa tanggung jawab, yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
26
syarat untuk dapat dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam
bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi lulusan Pendidikan
Kewarganegaraan adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh rasa
tanggung jawab seorang warga negara dalam berhubungan dengan negara
dan memecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakan, berbangsa dan
bernegara dengan menerapkan konsepsi falsafah negara, wawasan
nusantara dan ketahanan nasional. Sifat cerdas yang dimaksudkan tampak
pada kemahiran, ketepatan dan keberhasilan bertindak, sedangkan
bertanggung jawab diperlihatkan sebagai kebenaran tindakan ditilik dari
nilai ilmu pengetahuan dan teknologi, etika maupun kepatutan ajaran
agama dan budaya (Ditjen Dikti, 2000:5 dalam Tukiran, 2009:16).
Berdasarkan penjelasan diatas, kompetensi kewarganegaraan
dilihat dari aspek konstitusional dapat diartikan sebagai kemampuan yang
dimiliki oleh setiap warga negara dalam bidang pengetahuan,
keterampilan, sikap dan perilaku untuk mempertahankan hak-haknya serta
melaksanakan kewajibanya sesuai dengan konstitusi.
2. Komponen Kompetensi Kewarganegaraan
Sebagaimana semestinya suatu bidang studi yang diajarkan di
sekolah, materi Pendidikan Kewarganegaraan harus mencakup tiga
komponen. Ketiga komponen tersebut, yaitu Civic Knowledge
(pengetahuan kewarganegaraan), Civic Skills (keterampilan
kewarganegaraan), dan Civic Disposition (watak kewarganegaraan).
a) Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic Knowledge)
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
27
Pengetahuan Kewarganegaraan (Civic knowledge) berkaitan
dengan materi substansi yang seharusnya diketahui oleh warga negara
berkaitan dengan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
Pengetahuan ini bersifat mendasar tentang struktur dan sistem politik,
pemerintah dan sistem sosial yang ideal sebagaimana terdokumentasi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta nilai-nilai universal
dalam masyarakat demokratis serta cara-cara kerjasama untuk
mewujudkan kemajuan bersama dan hidup berdampingan secara
damai dalam masyarakat global.
Aspek ini menyangkut kemampuan akademik keilmuan yang
dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum dan
moral. Maka dari itu, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan bidang kajian multidisipliner. Secara lebih rinci, materi
pengetahuan kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang hak dan
tanggung jawab warga negara, hak asasi manusia, prinsip-prinsip dan
proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non pemerintah, identitas
nasional, pemerintahan berdasar hukum (Rule of Law) dan peradilan
yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, serta nilai-nilai dan norma-
noma dalam masyarakat. Dalam kontek tentang kesadaran konstitusi
siswa, civicknowledge merupakan pengetahuan kewarganegaraan
yakni pengetahuan tentang konstitusi serta isi yang termuat
didalamnya.
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
28
Komponen pengetahuan kewarganegaraan menurut Branson
dalam (Arif, 2009) diwujudkan dalam bentuk lima pertanyaan penting
yang secara terus menerus harus diajukan sebagai sumber belajar PKn.
Lima pertanyaan dimaksud adalah: (1) Apa kehidupan
kewarganegaraan, politik, dan pemerintahan?; (2) Apa dasar-dasar
sistem politik?; (3) Bagaimana pemerintahan yang dibentuk oleh
konstitusi mengejawantahkan tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan prinsip-
prinsip demokrasi?; (4) Bagaimana hubungan antara suatu negara
dengan negara-negara lain dan posisinya dalam masalah-masalah
internasional?; dan (5) Apa peran warga negara dalam demokrasi?
Pendidikan Kewarganegaraan memuat pengetahuan
kewarganegaraan yang berbasis pada ilmu politik, hukum, dan
kewarganegaraan. Dengan demikian Pendidikan Kewarganegaraan
menyajikan fakta, konsep, generalisasi, dan teori-teori yang
dikembangkan dari ilmu politik, hukum, dan kewarganegaraan.
Pendidikan Kewarganegaraan hendaknya memperhatikan konsep-
konsep kunci yang dikembangkan lebih lanjut dalam generalisasi dan
teori. Konsep-konsep kunci yang menjadi elemen inti dari Pendidikan
Kewarganegaraan atau “Essensial Elements of Citizenship Education”
(Qualifications and Curriculum Authority-QCA, 1998:44 dalam
Komalasari, 2009:8) sebagai berikut: 1) Democracy and Authocracy;
2) Cooperation and Conflict; 3) Equality and Diversity; 4) Fairness
Justice, the rule of law, rules, laws and human right; 5) Freedom and
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
29
order; 6) Individual and community; 7) Power and authority ; 8)
Rights and responsibility. Sementara itu, dalam Kurikulum 2006
konsep-konsep kunci yang harus dikembangkan melalui Pendidikan
Kewarganegaraan meliputi persatuan dan kesatuan, norma, hukum
dan peraturan, hak asasi manusia, kebutuhan warga negara, konstitusi
negara, kekuasan dan politik, demokrasi dan sistem politik, Pancasila,
dan globalisasi.
b) Keterampilan Kewarganegaraan (Civic Skills)
Aspek kompetensi ketrampilan kewarganegaraan atau
CivicSkills meliputi keterampilan intelektual (intellectualskills).
Keterampilan intelektual ini meliputi kemampuan menjelaskan,
mnganalisis, dan berfikir kritis atas konstitusi. Keterampilan
berpartisipasi (participatoryskills) dalam kontek konstitusimisalnya
kemampuan atau keterampilan peserta didikdalam menggunakan hak
dan kewajibannya dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagaimana
termuat dalam konstitusi negara. Serta menyuarakan pentingnya
konstitusi pada masyarakat luas dan upaya untuk
mengimplementasikanya dalam kehidupan sehari-hari.
Dimensi civic skills ini dikembangkan dengan tujuan untuk
memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
berperan serta secara efektif dalam masyarakat, pengalaman berperan
serta yang dirancang untuk memperkuat kesadaran berkemampuan
dan berprestasi unggul dari siswa, dan mengembangkan pengertian
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
30
tentang pentingnya peran serta aktif warga negara. Untuk dapat
berperan secara aktif tersebut diperlukan pengetahuan tentang konsep
fundamental, sejarah, isu dan peristiwa aktual, dan fakta yang
berkaitan dengan substansi dan kemampuan untuk menerapkan
pengetahuan itu secara kontekstual, dan kecenderungan untuk
bertindak sesuai dengan watak dari warga negara (Quigley, Buchanan
dan Bahmueller dalam Komalasari, 2009: 9).
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukan bahwa civic skills
merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap siswa atau
segenap warga negara. Melalui kompetensi yang dimiliki oleh siswa
dan segenap warga negara maka akan dapat terwujud kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang konstitusional.
c) Watak Kewarganegaraan (Civic Disposition)
Quigley, Buchanan dan Bahmueller dalam (Komalasari,
2009:9) merumuskan civic disposition adalah sikap dan kebiasaan
berpikir warga negara yang menopang berkembangnya fungsi sosial
yang sehat dan jaminan kepentingan umum dari sistem demokrasi.
Secara konseptual civic disposition meliputi sejumlah karakteristik
kepribadian, yakni: “Civility (respect and civil discourse), individual
responsibility, self-discipline, civic-mindedness, open-mindedness
(openness, scepticism, recognition of ambiguity), compromise
(conflict of principles, compassion, generosity, and loyalty to the
nation and its principles” (Quigley, Buchanan dan Bahmueller., 1991:
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
31
13-14). Artinya kesopanan yang mencakup penghormatan dan
interaksi manusiawi, tanggung jawab individual, disiplin diri,
kepedulian terhadap masyarakat, keterbukaan pikiran yang mencakup
keterbukaan, skeptisisme, pengenalan terhadap kemenduaan, sikap
kompromi yang mencakup prinsip-prinsip konflik dan batas-batas
kompromi, toleransi pada keragaman, kesabaran dan keajekan,
keharuan, kemurahan hati, dan kesetiaan terhadap bangsa dan segala
prinsipnya.
Branson dalam Komalasari (2009:10) menegaskan bahwa
civic disposition mengisyaratkan pada karakter publik maupun privat
yang penting bagi pemeliharaan dan pengembangan demokrasi
konstitusional. Watak-watak kewarganegaraan sebagaimana
kecakapan kewarganegaraan, berkembang secara perlahan sebagai
akibat dari apa yang telah dipelajari dan dialami oleh seseorang di
rumah, sekolah, komunitas, dan organisasi-organisasi civil society.
Karakter privat seperti tanggung jawab moral, disiplin diri dan
penghargaan terhadap harkat dan martabat manusia dari setiap
individu adalah wajib. Karakter publik juga tidak kalah penting.
Kepedulian sebagai warga negara, kesopanan, mengindahkan aturan
main (rule of the game), berpikir kritis, dan kemauan untuk
mendengar, bernegosiasi dan berkompromi merupakan karakter yang
sangat diperlukan agar demokrasi berjalan dengan sukses.
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
32
Aspek kompetensi watak atau karakter kewarganegaraan atau
CivicDisposition (watakkewarganegaraan), komponen ini
sesungguhnya merupakan dimensi yang paling substantive dan
esensial dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Dimensi
watak kewarganegaraan dapat dipandang sebagai “muara” dari
pengembangan kedua dimensi sebelumnya. Dengan memperhatikan
visi, misi, dan tujuan mata pelajaran PKn, karakteristik mata pelajaran
ini ditandai dengan penekanan pada dimensi watak, karakter, sikap
dan potensi lain yang bersifat afektif. Dengan demikian civic
disposition dalam kontek konstitusi merupakan nilai-nilai dasar yang
bersumber dari konstitusi (UUD NRI 1945) diharapkan dimiliki oleh
siswa.
3. Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMA
Di Indonesia, dengan merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permen Diknas) Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan SMA mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan,
kompetensi kewarganegaraan siswa SMA meliputi kompetensi untuk : 1)
memahami hakikat Bangsa dan negara Kesatuan Republik Indonesia; 2)
menganalisis sikap positif terhadap penegakan hukum, peradilan nasional,
dan tindakan anti korupsi; 3) menganalisis pola-pola dan partisipasi aktif
dalam pemajuan, penghormatan, serta penegakan HAM baik di Indonesia
maupun di luar negeri; 4) menganalisis peran dan hak warga negara dan
sistem pemerintahan NKRI; 5) menganalisis budaya politik demokrasi,
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
33
konstitusi, kedaulatan negara, keterbukaan dan keadilan di Indonesia; 6)
mengevaluasi hubungan Internasional dan sistem hukum Internasional; 7)
mengevaluasi sikap berpolitik dan bermasyarakat madani sesuai dengan
Pancasila dan UUD NRI 1945; 8) menganalisis peran Indonesia dalam
politik dan hubungan Internasional, regional, dan kerjasama global lainya;
9) menganalisis sistem hukum Internasional, timbulnya konflik
internasional, dan mahkamah Internasional.
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan jenjang SMA diatas terjabarkan lebih rinci dalam
kompetensi dasar yang dimuat dalam Permen Diknas Nomor 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi sebagaimana terlihat dlam Tabel berikut:
Tabel 2.2 Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMA berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006
Kelas Butir Kompetensi Dasar Kewarganegaraan
Kelas X 1. Mendeskripsikan hakikat bangsa dan unsur-unsur terbentuknya negara
2. Mendeskripsikan hakikat negara dan bentuk-bentuk kenegaraan
3. Menjelaskan pengertian, fungsi dan tujuan NKRI
4. Menunjukkan semangat kebangsaan, nasionalisme dan patriotisme dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
5. Mendeskripsikan pengertian sistem hukum dan peradilan nasional
6. Menganalisis peranan lembaga-lembaga peradilan
7. Menunjukkan sikap yang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku
8. Menganalisis upaya pemberantasan korupsi di Indonesia
9. Menampilkan peran serta dalam upaya pemberantasan
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
34
korupsi di Indonesia
10. Menganalisis upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM
11. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan, dan penegakan HAM di Indonesia
12. Mendeskripsikan instrumen hukum dan peradilan internasional HAM
13. Mendeskripsikan hubungan dasar negara dengan konstitusi
14. Menganalisis substansi konstitusi negara
15. Menganalisis kedudukan pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia
16. Menunjukkan sikap positif terhadap konstitusi negara
17. Mendeskripsikan kedudukan warga negara dan pewarganegaraan di Indonesia
18. Menganalisis persamaan kedudukan warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan negara
19. Menghargai persamaan kedudukan warga negara tanpa membedakan ras, agama, gender, golongan, budaya, dan suku
20. Mendeskripsikan supra struktur dan infra struktur politik di Indonesia
21. Mendeskripsikan perbedaan sistem politik di berbagai negara
22. Menampilkan peran serta dalam sistem politik di Indonesia
Kelas XI 1. Mendeskripsikan pengertian budaya politik 2. Menganalisis tipe-tipe budaya politik yang berkembang
dalam masyarakat Indonesia 3. Mendeskripsikan pentingnya sosialisasi pengembangan
budaya politik 4. Menampilkan peran serta budaya politik partisipan 5. Mendeskripsikan pengertian dan prinsip-prinsip budaya
demokrasi 6. Mengidentifikasi ciri-ciri masyarakat madani 7. Menganalisis pelaksanaan demokrasi di Indonesia sejak
orde lama, orde baru, dan reformasi 8. Menampilkan perilaku budaya demokrasi dalam
kehidupan sehari-hari 9. Mendeskripsikan pengertian dan pentingnya keterbukaan
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
35
dan keadilan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara 10. Menganalisis dampak penyelenggaraan pemerintahan
yang tidak transparan 11. Menunjukkan sikap keterbukaan dan keadilan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara 12. Mendeskripsikan pengertian, pentingnya, dan sarana-
sarana hubungan internasional bagi suatu negara 13. Menjelaskan tahap-tahap perjanjian internasional 14. Menganalisis fungsi Perwakilan Diplomatik 15. Mengkaji peranan organisasi internasional (ASEAN,
KAA, PBB) dalam meningkatkan hubungan internasional.
16. Menghargai kerja sama dan perjanjian internasional yang bermanfaat bagi Indonesia
17. Mendeskripsikan sistem hukum dan peradilan internasional
18. Menjelaskan penyebab timbulnya sengketa internasional dan cara penyelesaian oleh Mahkamah Internasional
19. Menghargai putusan Mahkamah Internasional
Kelas XII
1. Mendeskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka 2. Menganalisis Pancasila sebagai sumber nilai dan
paradigma pembangunan 3. Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila sebagai
ideologi terbuka 4. Menganalisis sistem pemerintahan di berbagai negara 5. Menganalisis pelaksanaan sistem pemerintahan Negara
Indonesia 6. Membandingkan pelaksanaan sistem pemerintahan yang
berlaku di Indonesia dengan negara lain 7. Mendeskripsikan pengertian, fungsi dan peran serta
perkembangan pers di Indonesia 8. Menganalisis pers yang bebas dan bertanggung jawab
sesuai kode etik jurnalistik dalam masyarakat demokratis di Indonesia
9. Mengevaluasi kebebasan pers dan dampak penyalahgunaan kebebasan media massa dalam masyarakat demokratis di Indonesia
10. Mendeskripsikan proses, aspek, dan dampak globalisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
11. Mengevaluasi pengaruh globalisasi terhadap kehidupan Bangsa dan Negara Indonesia
12. Menentukan sikap terhadap pengaruh dan implikasi globalisasi terhadap Bangsa dan Negara Indonesia
13. Mempresentasikan tulisan tentang pengaruh globalisasi terhadap Bangsa dan Negara Indonesia
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
36
Sumber: diolah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
D. Hakekat Kesadaran Konstitusi
1. Pengertian Konstitusi
Perkataan “konstitusi” berarti “pembentukan” yang berasal
dari kata “constituer” (Perancis) yang berarti membentuk. Konstitusi
dipergunakan untuk membentuk negara, sehingga konstitusi mengandung
makna permulaan dari segala bentuk peraturan mengenai suatu negara. Di
dalam literatur kepustakaan dikenal beberapa peristilahan konstitusi dari
berbagai negara, yaitu: istilah “konstitusi” dalam bahasa Indonesia antara
lain berpadanan dengan kata “politea” (Yunani Kuno), “constitution”
(Inggris), “constitutie” (Belanda), “constitutionel” (Perancis),
“verfassung” (Jerman), “constitutio” (Latin), dan “fundamental laws”
(AS), “Die Groudsalzoung” (Jerman), “Dastur” (Arab), “Samwidhana”
(Sangsekerta) (Efriza, 2008: 147).
Pada kehidupan sehari-hari, kita biasa menerjemahkan kata
“contitution” dengan istilah bahasa Indonesia “Undang-Undang Dasar
(UUD)”. Penerjemahan kata contstitution sebagai UUD, secara
kebahasaan memang diadopsi dari bahasa orangBelanda dan Jerman yang
dalam percakapan sehari-harinya memakai kata “grondwet” (grond =
dasar, wet = undang-undang) dan “grundgesetz” (grund = dasar, gesetz =
undang-undang) yang keduanya menunjuk pada naskah tertulis (Efriza,
2008: 149).
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
37
Sejalan dengan beberapa pendapat diatas kebanyakan orang
menganggap bahwa perlu untuk mendokumentasikan prinsip-prinsip
fundamental yang akan menjadi dan pedoman bagi pemerintah mereka
yang akan datang. Bolingbroke dalam esainya (OnParties) ia menulis :
“yang kita maksud dengan konstitusi, jika kita ingin membicarakan dengan tepat dan pasti, adalah kumpulan hukum, institusi, dan adat kebiasaan, yang berasal dari prinsip-prinsip nalar tertentu . . . yang membentuk sistem umum, yang dengan itu masyarakat setuju untuk diperintah (dalam Wheare, 1996:3).
Dari beberapa pendapat diatas kemudian dapat disimpulkan
bahwa begitu pentingnya suatu konstitusi bagi setiap negara, dengan
konstitusi tersebut kemudian akan terbentuk suatu sistem dimana suatu
masyarakat akan setuju untuk diperintah.Hal ini menunjukan bahwa
dengan adanya konstitusi menunjukan karakteristik konstitusi.
2. Tujuan dan Fungsi Konstitusi
Pada umumnya konstitusi disusun dengan tujuan mengadakan tata
tertib untuk keselamatan masyarakat yang penuh dengan konflik antara
berbagai kepentingan yang ada ditengah masyarakat. Sebagaimana
dijelaskan oleh C.F. Strong (dalam Efriza, 2008: 167), yaitu:
1) Membatasi tindakan sewenang-wenang pemerintah
2) Menetapkan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat
3) Hak-hak rakyat yang diperintah
Sejalan dengan pendapat Efriza (2008: 167) berdasarkan uraian
diatas tujuan konstitusi adalah juga sebagai tata tertib, terkait dengan ;
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
38
1) Pembagian dan/atau pembatasan lembaga-lembaga negara dengan
wewenang dan cara bekerjanya.
2) Hubungan antar lembaga negara
3) Hubungan lembaga negara dengan rakyat
4) Hal-hal lain yang sifatnya mendasar sesuai dengan tuntutan
perkembangan zaman.
Sebagai hukum dasar negara, konstitusi memiliki fungsi,
sebagaimana dijelaskan oleh K.C. Wheare, yakni “...its function is to
regulate institution, to govern a government” (... fungsinya akan
mengatur institusi, untuk mengurus suatu pemerintahan). Tanya (2011:
25) menyatakan bahwa fokus mengenai konstitusi pada hakekat idealnya
sebagai hukum dasar, yang disatu pihak mengatur dan membatasi
kekuasaan, dan di pihak lain serentak menjamin hak-hak rakyat. Dalam
konstitusi pula secara teoritis, memuat tujuan-tujuan bersama yang
hendak dicapai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Kita tentunya menghendaki agar UUD 1945 merupakan konstitusi
yang benar-benar dilaksanakan dalam praktik kehidupan berbangsa dan
bernegara demi tercapainya cita-cita bersama. Kontitusi mengikat segenap
lembaga negara dan seluruh warga negara. Oleh karena itu, yang menjadi
pelaksana konstitusi adalah semua lembaga negara dan segenap warga
negara sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing sebagaimana
diatur dalam UUD NRI 1945. Dalam perspektif hukum, kata
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
39
“pelaksanaan” (implementation) terdiri dari dua konsep fungsional, yaitu;
pertama, identifying constitutional norms and specifying their meaning;
dan kedua, crafting doctrine or developing standards of review
(Assiddique, 2007:13).
Oleh karena itu setiap lembaga dan segenap warga negara harus
dapat melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan
UUD NRI 1945 sebagai konstitusi negara Indonesia, diperlukan adanya
kesadaran konstitusi. Untuk menumbuhkan kesadaran tersebut diperlukan
pemahaman terhadap nilai-nilai dan norma-norma dasar yang menjadi
materi muatan konstitusi. Sehingga setiap lembaga negara dan segenap
warga negara menjadi melek konstitusi, tahu akan hak dan kewajiaban
konstitusionalnya serta dapat mempertahankan hak dan kewajibanya
tersebut. Pemahaman tersebut menjadi dasar bagi setiap lembaga negara
dan segenap warga negara untuk dapat selalu menjadikan konstitusi
sebagai rujukan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
3. Pengertian Kesadaran Konstitusi
Kesadaranberkonstitusisecara konseptual diartikan sebagai
kualitas pribadi seseorang yang memancarkan wawasan, sikap, dan
perilaku yang bermuatan cita-cita dan komitmen luhur kebangsaan dan
kebernegaraan Indonesia (Winataputra, 2007). Kesadaran konstitusi
merupakan salah satu bentuk sikap dan perilaku yang dilakukan secara
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
40
sadar warga negara akan pentingnya mengimplementasikan nilai-nilai
konstitusi.
Kesadaran konstitusi warga negara memiliki beberapa tingkatan
yang menunjukkan derajat setiap warga negara dalam melaksanakan
ketentuan konstitusi negara. Tingkatan-tingkatan tersebut jika dikaitkan
dengan tingkatan kesadaran menurut N.Y Bull (Djahiri, 1985:24), terdiri
dari:
1) Kesadaran yang bersifat anomous, yaitu kesadaran atau kepatuhan terhadap ketentuan konstitusi negara yang tidak jelas dasar dan alasannya atau orientasinya;
2) Kesadaran yang bersifat heteronomous, yaitu kesadaran atau kepatuhan ketentuan konstitusi negara yang berlandaskan dasar/orientasi motivasi yang beraneka ragam atau berganti-ganti. Ini pun kurang mantap sebab mudah berubah oleh keadaan dan situasi;
3) Kesadaran yang bersifat sosionomous, yaitu kesadaran atau kepatuhan terhdap ketentuan konstitusi negara yang berorientasikan pada kiprah umum atau khalayak ramai; dan
4) Kesadaran yang bersifat autonomous, yaitu kesadaran atau kepatuhan ketentuan konstitusi negara yang didasari oleh konsep kesadaran yang ada dalam diri seorang warga negara. Ini merupakan tingkatan kesadaran yang paling tinggi.
Warga negara yang memiliki kesadaran konstitusi merupakan
warga negara yang memiliki kemelekkan terhadap konstitusi
(constitutionalliteracy). Berkaitan dengan hal tersebut, Toni Massaro
(dalam Brook Thomas, 1996:637) menyatakan bahwa kemelekkan
terhadap konstitusi akan mengarahkan warga negara untuk berpartisipasi
melaksanakan kewajibannya sebagai warga negara. Oleh karena itu,
setiap warga negara harus memiliki pengetahuan, pemahaman, sikap, dan
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
41
perilaku yang sesuai dengan konstitusi. Sehingga mampu untuk
mempertahankan hak dan kewajibanya yang tertuang dalam konstitusi.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
kesadaran konstitusi meliputi pengetahuan, pemahaman, sikap, dan
perilaku warga negara (siswa) tentang konstitussi. Adapun yang menjadi
indikator kesadaran konstitusi antara lain:
a) Pengetahuan konstitusional memiliki arti bahwa siswa mengetahui
mengenai peraturan-peraturan dasar, isi, tujuan, dan fungsi konstitusi
sebagai hukum dasar di negaranya.
b) Pemahaman konstitusional memiliki arti bahwa siswa paham tentang
peraturan-peraturan dasar, isi, tujuan, dan fungsi konstitusi sebagai
hukum dasar di negaranya.
c) Sikap konstitusional memiliki arti bahwa siswa memiliki
kecenderungan untuk menilai dan memberikan feedback tertentu
terhadap konstitusi.
d) Perilaku konstitusional memiliki arti bahwa siswa bertingkah laku
sesuai dengan yang dikehendaki oleh konstitusi.
4. Bentuk-Bentuk Kesadaran Konstitusi Siswa
Kesadaran akan konstitusi bukan berarti bahwa siswa atau warga
negara hanya mengetahui dan memahami serta memiliki wawasan tentang
konstitusi, akan tetapi yang paling utama adalah siswa mampu bersikap
dan berperilaku sesuai dengan pengetahuan serta wawasan konstitusi yang
dimiliki. Kesadaran konstitusi ini diharapkan dimiliki oleh segenap warga
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
42
negara sehingga mampu terwujudnya cita-cita yang termuat dalam
konstitusi.
Adapun bentuk-bentuk kesadaran konstitusi yang dilakukan oleh
siswa di lingkungan sekolah diantaranya :
a. Ketaatan pada tata tertib atau peraturan sekolah,
b. Ketertiban dalam mengikuti proses pembelajaran,
c. Tidak melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan
sekolah,
d. Mematuhi dan melaksanakan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan
dan tidak bertentangan dengan konstitusi.
5. Hak dan Kewajiban Konstitusional Siswa Sebagai Warga Negara
Warga negara merupakan unsur konstitutif dari suatu negara
(Gaffar, 2012:190). Sedangkan secara substantif, konstitusi menentukan
apa yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan negara yaitu
melindungi hak-hak rakyat baik sebagai warga negara maupun sebagai
manusia. Oleh karena itu jaminan perlindungan hak asasi sebagai manusia
dan hak konstitusional sebagai warga negara adalah salah satu materi
muatan konstitusi. Kewajiban konstitusional mendasarkan dari status
warga negara yaitu patuh dan menjalankan kehidupan berbangsa dan
bernegara sesuai dengan kesepakatan bersama yang tertuang dalam
konstitusi (Gaffar, 2012:191).
Hak-hak dan kewajiban konstitusional siswa sebagai warga
negara Indonesia termuat dalam konstitusi negara Indonesia yakni dalam
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
43
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Hak-hak
tersebut antara lain :
a. Hak konstitusional yang berupa hak asasi manusia sebagaimana
tercantum dalam UUD NRI 1945, misalnya
1. Pasal 27 ayat (3) yang menyatakan “Tiap-tiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam pembelaan negara”
2. Pasal 28D ayat (3) yang menyatakan “Setiap warga negara berhak
atas kesempatan yang sama dalam pemerintahan”
3. Pasal 30 ayat (1) berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara”
4. Pasal 31 ayat (1) menyatakan “Setiap warga negara berhak
mendapat pendidikan”.
Sedangkan kewajiban konstitusional siswa sebagai warga negara
Indonesia antara lain:
1. Dalam pasal 23 A menyatakan bahwa setiap warga negara
berkewajiban untuk membayar pajak dan pungutan lain yang
bersifat memaksa untuk keperluan negara.
2. Pasal 28J menyatakan bahwa setiap warga negara berkewajiban
menghargai hak orang dan pihak lain serta tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan UU.
3. Dalam pasal 27 ayat (3) menyatakan kewajiban warganegara untuk
ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
44
negarasebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat (1) UUD NRI
1945.
4. Pasal 31 ayat (2) menyatakan bahwa setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintahan wajib
membiayainya.
E. Hipotesis
Penelitian ini dilaksanakan dengan asumsi bahwa pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dan kompetensi kewarganegaraan memiliki
pengaruh dalam membentuk dan menumbuhkan sikap serta watak setiap
warga negara melalui dunia pendidikan. Yang didalamnya juga
menumbuhkan sikap sadar terhadap konstitusi sebagai hukum dasar yang
harus diimplementasikan dan dilaksanakan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Berdasarkan asumsi tersebut, peneliti merumuskan hipotesis bahwa
kesadaran konstitusi siswa dipengaruhi oleh Pendidikan Kewarganegaraan.
Dengan pembatasan hipotesis sebagai berikut :
1) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kesadaran konstitusi siswa.
2) Kompetensi kewarganegaraan berpengaruh positif dan
signifikanterhadap kesadaran konstitusi siswa.
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
45
3) Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan kompetensi
kewarganegaraan secara bersama-sama berpengaruh positif dan
signifikanterhadap kesadaran konstitusi pada siswa.
Bagan 2.1 Paradigma Pemikiran
Keterangan : X1 = Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan X2 = Kompetensi Kewarganegaraan Y = Kesadaran Konstitusi Siswa Ɛ = Residual (Variabel sisa)
Pembelajaran PKn (X1)
Kompetensi Kewarganega
raan (X2)
Kesadaran Konstitusi Sisiwa (Y)
Pengaruh Pembelajaran Pendidikan…, Harry Aditama, FKIP UMP, 2013
Top Related