7
BAB II
TINIJAUAN PUSTAKA
A. Masa Nifas
1. Pengertian Nifas
Masa nifas (poerperium) adalah masa yang dimulai dari beberapa jam
setelah plasenta lahir dan selesai selama kira-kira 6 minggu saat alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil (Dewi dan Sunarsih, 2011). Dengan
demikian dapat diartikan masa nifas adalah masa yang dilalui oleh seorang
perempuan dimulai setelah melahirkan setelah hasil konsepsi (bayi dan plasenta)
dan berakhir 6 minggu setelah melahirkan.
2. Tahapan Masa Nifas
Beberapa tahapan masa nifas (Wong, 2002) sebagai berikut:
a. Tahap immediate post partum
Terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan.
b. Tahap early post partum.
Terjadi dalam 24 jam pertama setelah persalinan sampai akhir minggu
pertama post partum.
c. Tahap late post partum
Terjadi pada minggu kedua sampai minggu ke enam setelah
persalinan.
8
3. Perubahan Fisiologis Ibu Nifas
Pada masa nifas, organ reproduksi interna dan eksterna akan mengalami
perubahan seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan ini terjadi secara berangsur-
angsur dan berlangsung selama lebih kurang 3 bulan. Beberapa perubahan
fisiologis yang terjadi selama nifas:
a. Uterus
Perubahan uterus pada masa nifas akan mengalami pengecilan ivolusi
setelah plasenta lahir sampai seperti setelah lahir uterus berada digaris tengah
kira-kira 2 cm dibawah umbilicus dengan bagian funduas bersandar pada
promontorium sakralis (Bobak, 2004:493)
b. Lokea
Lokea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang keluar melalui vagina
selama purperium. Karena perubahan warnanya, nama deskriftif lokea berubah:
lokea rubra, serosa, atau alba. Lokea rubra berwarna merah karena mengandung
darah Ini adalah lokea pertama yang melalui keluar segera setelah pelahiran dan
terus berlanjut selama duaa sampai tiga hari pertama post partum.
Lokea serosa mulai terjadi sebagai bentuk yang lebih pucat dari lokea
rubra, serosa dan merah muda. Lokea ini sekitar tujuh sampai delapan hari dan
berwarna merah muda, kuning atau putih hingga transasi menjadi lokea alba.
Lokea alba mulai terjadi sekitar hari ke sepuluh pasca partum dan hilang
sekitar periode dua hingga empat minggu. Pada beberapa wanita, lokea ini tetap
ada pada saat pemeriksaan pasca partum.Warna lokea alba yaitu putih krem dan
terutama mengandung leokosit dansel desudua. Lokea mempunyai karakteristik
bau seperti aliran menstruasi. Bau lokea ini paling kuat pada lokea serosa.
9
c. Vagina dan Perinium
Vagina dan perinium segera setelah melahirkan, vagina tetap terbuka
lebar, mungkin mengalami beberapa derajat edema dan memar, dan celah pada
introitus. Setelah satu hinggadua hari pertama pasca partum, tonus vagina
kembali, celah vagina tidak lebar dan tidak edema.
d. Payudara
Payudara laktasi dimulai pada semua wanita dengan perubahan hormon
saat melahirkan. Wanita yang menyusui berespon terhadap menstimulus bayi
yang disususi akan terus melepaskan hormon dan stimulasi alveoli yang
memproduksi susu. Bagi wanita yang memilih memberikan makanan formula,
inivolusi jaringan payudara terjadi dengan menghindari stimulasi.
Pengkajian payudara pada periode awal pasca partum meliputi :
penampilan dan initegritas puting susu, memar atau iritasi jaringan payudara
karena posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum apakah payudara terisi air
susu dan adanya sumbatan duktus, kongesti, dan tanda-tanda mastitis potensial.
e. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah segera setelah melahirkan, banyak wanita mengalami
peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang kembali secara
spontan ke tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari.
Suhu maternal kembali normal dan suhu yang sedikit meningkat selama
periode intra partum dan stabil selama 24 jam pertama pasca partum. Nadi
denyut nadi, yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal setelah
beberapa jam pertama pasca partum. Hemoragi demam selama persalinan dan
nyeri akut atau persisten dapat mempengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi
10
diatas 100 selama purperium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukan
adanya inifeksi atau hemarogi pasca partum lambat.
Pernafasan fungsi pernafasan kembali pada rentang normal wanita selama
jam pertama pasca partum. Nafas pendek, cepat, atau perubahan lain memerlukan
evaluasi adanya kondisi seperti kelebihan cairan, eksasiserbasi asma, dan embolus
paru (Varney, 2008:962).
B. Produksi ASI
1. Pengertian ASI
ASI adalah makanan yang terbaik bagi bayi pada 6 bulan pertama
kehiduapanya. Semua kebutuhan nutrisi yaitu protein karbohidrat, lemak, vitamin
dan mineral sudah tercukupi oleh ASI. ASI adalah cairan untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi dan melindungi tubuh dari berbagai penyakit (Maryunani,
2012:40).
2. Fisiologis laktasi
Setelah persalinan, plasenta terlepas. Dengan terlepasnya plasenta, maka
produksi hormon esterogen dan progesteron berkurang. Pada hari kedua atau hari
ketiga setelah persalnan, kadar esterogen dan progesteron menrun adapun kadar
prolaktin tetap tinggi dari sekresi ASI. Saat bayi mulai menyusu, rangsangan
isapan bayi pada puting susu menyebabkan prolaktin dari hipofise di sekresi ASI
menjadi lancar. Hormon-hormon yang berperan pada proses laktasi yaitu:
a. Progesteron berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli.
b. Esterogen berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI agar memperbesar
sehingga dapat menampung ASI lebih banyak. Kadar esterogen menurun saat
11
melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama menyusui.
Sebaiknya ibu menyusui menghindari kb hormonal berbasis hormon
esterogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.
c. Follicel stimulatinig hormon (FSH)
d. Luteinizinig hormon (LH)
e. Prolaktin berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan
f. Oksitosin berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat
melahirkan dan setelah melahirkan, seperti halnya juga dalam orgasme. Selain
itu, pasca melahirkan, oksitosin juga mengencangkan otot halus disekitar
alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan dalam
proses turunya susu (let down/milk ejection reflek).
g. Human plasenta laktogen (HPL). Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta
mengeluarkan banyak HPL yang berperan dalam pertumbuhan payudara,
puting, dan areola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan keenam
kehamilan, payudara siap memproduksi ASI (Maritalia, 2012:68).
3. Pengeluaran ASI
Setelah kelahiran, terdapat dua hormon lain yang bekerja untuk
mempertahankan proses laktasi, yaitu hormon prolaktin untuk meningkatkan
sekresi ASI dan hormon oksitosin yang menyebabkan ejeksi ASI. Kedua hormon
ini dirangsang oleh reflek neuro endokrin saat bayi menghisap puting susu ibu.
Dalam jangka waktu 2-3 minggu, kadar serum prolaktin pada ibu post partum
yang tidak meyusui akan kembali ke nilai normal seperti kondisi sebelum
kehamilan, tetapi pada ibu meyusui, kadar serum prolaktin akan meningkat
dengan adanya ragsangan dari puting susu. Kadar prolaktin meningkat dua kali
12
lipat ibu yang menyusui dua bayi dibandingkan ibu yang menyusui satu bayi,
menunjukan bahwa jumlah serum prolaktin yang dilepaskan berbanding lurus
dengan derajat rangsangan puting susu. Saat bayi menghisap puting susu, terjadi
rangsangan saraf sensorik disekitar areola (William.2016:02:09).
Impuls eferen dihantarkan kehipotalamus, mengawali pelepasan oksitosin
dari hipofisis posterior. Sebelum ASI keluar terjadi peningkatan hormon
berdasarkan lion oksitosin, dan pelepasan hormon berlanjut setelah beberapa kali
dilakukan penghisapan oleh bayi. Dalam 20 menit setelah menyusui, kadar
hormon oksitosin turun mendadak. Pelepasan oksitosin dihambat oleh
katekolamin. Pelepasan katekolamin dirangsang oleh faktor stress dan nyeri.
Penanganan faktor stress dan nyeri menjadi salah satu menjadi solusi masalah
menyusui (William, 2016:02:10). Selama proses laktasi terdapat beberapa hal
yang dapat dilakukan untuk mendukung pengeluaran hormon memicu hormon
sekresi ASI, seperti pemberian obat pelancar ASI secara rutin12 kal per hari,
konseling laktasi, dan teknik rileksasi agar dapat membantu keluarnya ASI.
4. Volume Produksi ASI
Pada bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai
menghasilkan ASI. Dalam kondisi normal, pada hari pertama dan kedua sejak
bayi lahir, air susu yang dihasilkan sekitar 50-100 ml/hari. Jumlahnya meningkat
hingga 500 ml pada minggu kedua produksi ASI semakin efektif dan terus
meningkat pada 10-14 hari setelah melahirkan.
Kondisi tersebut berlangsung hingga beberapa bulan kedepan. Bayi yang
sehat mengkonsumsi 700-800 ml ASI setiap hari. Setelah memasuki masa 6 bulan
13
volume pengeluaran ASI mulai menurun. Sejak saat itu, kebutuhan gizi tidak lagi
dapat dipenuhi oleh ASI, dan harus mendapatkan makanan tambahan.
Secara fisiologis, ukuran payudara tidak mempengaruhi volume air susu
yang diproduksi. Jumlah ASI yang diproduksi tidak tergantung pada besar atau
kecilnya payudara. Jumlah produksi ASI berbeda-beda setiap hari, karena
dipengaruhi oleh kandungan nutrisi ibu. ASI yang dibutuhkan oleh bayi sesuai
tingkat pertumbuhan dan perkebangannya. Semakin sehat bayi, semakin banyak
ASI yang harus dikonsumsinya.
ASI yang diproduksi dipengaruhi oleh kondisi psikis seorang ibu dan
makanan yang dikonsumsinya. Oleh karena itu, ibu tidak boleh merasa stress dan
gelisah secara berlebihan. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap volume ASI
pada minggu pertama menyusui bayi.
5. Dukungan bidan dalam pemberian ASI
Bidan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pemberian ASI dan
keberhasilan dalam menyusui. Peranan awal mendukung pemberian ASI adalah:
a. Memberikan bayi bersama ibunya segera mungkin sesudah lahir selama
beberapa jam
b. Mengajarkan cara merawat payudara untuk mencegah masalah yang sering
terjadi pada ibu menyusui
c. Membantu ibu pada waktu pertama kali member ASI
d. Menempatkan bayi dan ibu pada kamar yang sama
e. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin
f. Memberikan kolostrum dan ASI saja
g. Menghindarisusu botol dan dot
14
6. Tanda-tanda keancaran ASI
Menurut Soetjatiningsih (2007) untuk mengetahui banyaknya produksi
ASI terdapat beberapa kriteria yang dipakai sebagai patokan untuk mengetahui
jumlah produksi ASI adalah:
a. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting.
b. Sebelum disusukan payudara terasa kencang.
c. Berat badan bayi naik dengan memuaskan sesuai dengan umur, pada umur 5
bulan tercapai 2 x BB lahir.
d. Umur 1 tahun 3 x BB ahir.
e. Jika ASI cukup, setelah menyusu bayi akan tertidur/tenang selama 3-4 jam.
f. Bayi bulan air kecil lebih sering 8 x sehari.
Tanda bayi cukup ASI:
a. Dengan memeriksa kebutuhan ASI dengan cara menimbang BB sebelum
mendapat ASI dan sesudah mendapat ASI dengan pakaian yang sama dan
selisih berat penimbangan dapat diketahui banyaknya ASI yang masuk dengan
konvera kasar 1 gr BB-1 ml ASI.
b. Secara subjektif dapat dilihat dari pengamatan dan perasaan ibu yaitu bayi
merasa puas, tidur pulas setelah mendapat ASI dan ibu merasakan ada
perubahan tegangan pada payudara saat menyusui bayinya ibu merasa ASI
mengalir deras.
c. Sesudah menyusui tidak memberikan reaksi apabila dirangsang (disentuh
pipinya, bayi tidak mencari arah sentuhan).
d. Bayi tumbuh dengan baik
15
Pada bayi minggu ke satu : karena ASI banyak mengandung air, maka salah
satu tanda adalah bayi tidak dehidrasi antara lain:
1) Kulit lembab kenyal
2) Turgor kulit negatif
3) Jumlah urin sesuai jumlah ASI atau PASI yang diberikan per 24 jam
(kebutuhan ASI bayi mulai 60 ml/kg BB/hari, setiap har bertambah
mecapai 200 1/kg BB/hari, pada hari ke 104).
4) Selambat-lambatnya sesudah 2 minggu BB waktu lahir tercapai lagi.
5) Penurunan BB bayi selama 2 minggu sesudah lahir tidak melebihi 10%
bayi BB waktu lahir.
6) Usia 5-6 bulan BB mencapai 2 kali BB waktu lahir. 1 tahun 3 kali waktu
lahir dan 2 tahun 4 lahirnya naik 2 kg pertahun sesuai dengan kurva KMS.
7) BB usia 3 buln bertambah 20 % BB lahir = usia 1 tahun ditambah 50% BB
lahir.
7. Faktor yang mempengaruhi produksi ASI
Produksi ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang langsung
ataupun tidak langsung. Faktor langsung yaitu perilaku menyusui, psikologis ibu,
fisiologis ibu. Faktor yang tidak langsung yaitu sosial kultural dan bayi, yang akan
berpengaruh terhadap psikologis ibu. Faktor lainyang bisa mempengaruhi
produksi ASI adalah berat badan lahir bayi. Bayi dengan berat badan lahir rendah
atau kurang dari 2.500 gram mempunyai resiko dalam masalah menyusui
dikarenakan oleh refleks hisap yang lemah.
Faktor-Faktor yang berhubungan dengan produksi ASI yaitu faktor
makanan dimana kebutuhan kalori ibu perhari harus terdiri dari 60-70%
16
karbohidrat, 10-20% protein, dan 20-30% lemak. Kalori ini didapat dari makanan
yang dikonsumsi ibu dalam sehari.
Faktor Psikis dimana masa nifas merupakan salah satu fase yang
memerlukan adaptasi psikologis. Perubahan peran seorang ibu memerlukan
adaptasi yang harus dijalani.Tanggung jawab bertambah dengan adanya bayi yang
baru lahir. Dorongan dan perhatian anggota keluarga lainya merupakan dorongan
positif untuk ibu.
Faktor isapan bayi dimana bayi yang sehat dapat mengosongkan satu
payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam
waktu 2 jam. Sebaiknya menyusui bayi secara tidak terjadwal (on demand) karena
bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Kegiatan menyusui yang
dijadwalkan akan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat berpengaruh
pada rangsangan isapan produksi ASI selanjutnya (Wardiyaningsih, 2010).
8. Penatalaksanaan Produksi ASI
a. Terapi farmakologi
1) Metoklopramid
Dosis yang dipakai 30-45 mg/hari dibagi dalam 3-4 dosis, selama 7-14
hari dengan dosis penuh dan diturunkan bertahap selama 5-7 hari. Penggunaan
yang lebih lama dapat meningkatkan kejadian depresi, sesekali produksi dapat
berkurang ketika dosis diturunkan, dosis efektif terendah dapat diturunkan.
2) Domperidon
Dosis domperidon untuk menginduksi dan mempertahankan laktasi
berkisar 10-30 mg sehari 3 kali. Makin tinggi dosis, lebih banyak efek samping.
Belum diketahui rentang waktu pemberian domperidon yang optimal sebagai
17
galactogoge, beberapa peneliti menyarankan sekitar 2-4 minggu, kemudian
diturunkan bertahap sebelum dihentikan. Efek samping yang sering dialami oleh
ibu yaitu nyeri kepala, rasa haus, mulut kering, diare, kram perut, dan kemerahan
kulit (William dkk,2016:03)
b. Terapi non farmakologi
1) Pijat akupresur
Yang berkaitan erat dengan akupunktur, dengan melakukan tekanan pada
titik-titik tertentu dalam tubuh. Dengan cara melakukan pemijatan memutar dan
menekan pada titik yang sudah ditentukan.
2) Pijat oksitosin
Dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin atau reflek let down. Dengan
dilakukan pemijatan ibu akan merasa rileks, sehingga dengan begitu hormon
oksitosin keluar dan ASI akan lancar (Sari, 2017).
3) Pijat marmet
Teknik marmet merupakan kombinasi cara memerah ASI dan memijat
payudara sehingga reflek ASI dapat optimal. Teknik memerah ASI dengan cara
marmet bertujuan untuk mengosongkan ASI dari sinius lakiferus yang terletak
diawah areola sehingga diharapkan dengan mengosongkan ASI pada sinus
lakiferus akan merangsang pengeluaran prolaktin. Pengeluaran hormon prolaktin
diharapkan akan merangsang mammary alveoli untuk memproduksi ASI.
4) Endorphin
Endorphin massage merupakan suatu metode sentuhan ringan yang
dikembangkan pertama kali oleh Costance Palinisky. Sentuhan ringan ini
bertujuan meningkatkan kadar endorphin untuk membiarkan tubuh menghasilkan
18
endorphin.Teknik sentuhan juga membantu menormalkan denyut jantung dan
tekanan darah. Sentuhan ini mencakup pemijatan yang sangat ringan yang bisa
membuat bulu halus dipermukaan kulit berdiri, sehingga dapat melepaskan
hormon endorphin dan oksitosin.
5) Kompres hangat
Kompres hangat pada payudara akan memberikan siniyal ke hipotalamus
melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas di
hipotalamus di rangsang, sistem efektor mengeluarkan sinyal dengan vasodilatasi
perifer. Kompres hangat payudara selama pemberian ASI akan dapat
meningkatkan aliran ASI dari kelenjar-kelenjar penghasil ASI.
6) Perawatana payudara (Breast Care)
Breast care adalah pemeliharaan payudara yang dilakukan untuk
memperlancar ASI dan menghindari kesulitan pada saat menyusui dengan
melakukan pemijatan. Perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil
sampai menyusui. Hal ini karena payudara merupakan satu penghasil ASI yang
merupakan makanan pokok bayi baru lahir sehingga harus dilakukan sedini
mungkin. Perawatan payudara adalah merupakan suatu tindakan yang
dilaksanakan baik oleh pasien maupun dibantu orang lain yang dilaksanakan
mulai hari pertama atau kedua setelah melahirkan. Perawatan payudara bertujuan
untuk melancarkan sirkulasi dan mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga
memperlancar pengeluaran ASI serta menghindari terjadinya pembengkakan dan
kesulitan menyusui, selain itu juga menjaga kebersihan payudara agar tidak
mudah terkena inifeksi.
19
7) Pijat Oketani
Pijat oketani dapat menstimulus kekuatan otot pectoralis untuk
meningkatkan produksi ASI dan membuat payudara menjadi lebih lembut dan
elastis sehingga memudahkan bayi untuk menghisap ASI. Pijat oketani juga akan
memberikan rasa lega dan nyaman secara keseluruhan pada responden,
meningkatkan kualitas ASI, mencegah puting lecet dan mastitis serta dapat
memperbaiki/mengurangi masalah laktasi yang disebabkan oleh puting yang rata
(fl at nipple), puting yang masuk kedalam (iniverted).
C. Pijat Oksitosin
1. Pengertian Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin adalah pemijatan disepanjang tulang belakang (vertebrae)
sampai tulang costae kelima-keenam dan merupaka usaha untuk merangsang
hormone prolaktin dan oksitosin setelah melahirkan. Pijat oksitosin adalah
memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak (engorgement),
mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin,
mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit. Pijat oksitosin adalah
tindakan yang dilakukan oleh suami pada ibu menuyusui berupa back massage
pada punggung ibu untuk meningkatkan pengeluaran hormon oksitosin. Pijat
oksitosinyang dilakukan akan memberikan kenyamanan pada ibu, sehingga akan
memberikan kenyamanan pada bayi yang disusui (Sari: 96. 2017).
2. Mekanisme Kerja Pijat Oksitosin
Prolaktin memiliki peran yang sangat penting untuk merangsang
perkembangan laktasi, kelenjar payudara serta produksi ASI yang dihasilkan.
20
Prolaktin merupakan hormon yang disinitesis dan disekresi dari lactotrops
berperan dalam mengalirkan ASI sampai mulut bayi.
Pijat oksitosin dilakukan disepanjang tulang belakang, dimana pada laktasi
ini ibu sering merasakan tegang. Sepanjang tulang belakang terdapat titik
akupresur utuk memudahkan proses laktasi dan melancarkan proses aliran ASI
serta saraf disekitar payudara yang terhubung dengan saraf yang tersebar
disepanjang tulang belakang. Pijat oksitosin dilakukan pada ibu paska melahirkan
sebagai stimulus yangakan menyebabkan kenaikan kadar prolaktin dan oksitosin
terutama pada hari awal menyusu, yang pada akhirnya akan mempengaruhi
produksi dan pelepasan ASI.
Oksitosin membuat sel-sel myoepitel disekitar alveoli berkonteraksi,
sehingga ASI yang telah terkumpul dialveoli dapat mengalir dan mengisi
diseluruh saluran ASI dengan lancar (WHO, 2009).
3. Langkah-Langkah Melakukan Pijat Oksitosin
(Wap.mi.baca.co.id)
Gambar 1. Pijat Oksitosin
21
Stimulasi pijat oksitosin dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Melepaskan baju bagian atas
b. Ibu duduk rileks bersandar kedepan, tangan dilipat diatas meja dengan kepala
diletakan diatasnya
c. Memasang handuk
d. Melumuri kedua telapak tangan pemijat dan juga punggung ibu menggunakan
baby oil ataupun miniyak pijat
e. Biarkan payudara tergantung lepas tanpa bra
f. Penolong pemijat disepanjang sisi tulang belakang menggunakan duakepalan
tangan dengan ibu jari menunjuk kedepan
g. Tekan kuat membentuk gerakan melingkar-lingkar kecil
h. Lakukan pemijatan hingga batas tali bra (sampai tulang coeste kelima-
keenam)
i. Lakukan selama 2-3 menit
j. Ulangi pemijatan hingga 3 kali
k. Membersihkan punggung ibu menggunakan air hangat atau tisu basah.
(Depkes RI,2009).
D. Efektivitas Pijat Oksitosin terhadap Produksi ASI
Permasalahan ASI yang tidak keluar pada hari pertama kehiduapan bayi
seharusnya bisa diantisipasi sejak kehamilan melalui konselinig laktasi. ASI yang
tidak keluar pada hari pertama kehiduapan bayi seharusnya bisa di antisipasi.
Salah satu pelayanan kebidanan untuk mengatasi ketidaklancaran produksi
ASI yaitu pijat oksitosin. Dengan melakukan pijatan daerah punggung ibu, akan
22
merangsang pengeluaran hormon oksitosin (Rahayu dkk,2015). Oksitosin
diproduksi oleh hipofisis posterior yang melepas oksitosin kepembuluh darah jika
mendapat rangsangan yang tepat. Efek fisiologis dari oksitosin yaitu akan
meningkatkan pengeluaran ASI dari kelenjar mamae (Cuningham, 2005).
Oksitosin yang dihasilkan hipofisis posterior pada nucleus para ventrikel dan
nucleus suprsoptik. Saraf ini berjalan menuju hipofisis melalui hipofisim dimana
bagian aktif dari tangkai ini merupakan suatu bulatan yang banyak mengandungg
arnula sekretrotik dan berada pada permukaan hipofisis posterior dan bila ada
ragsangan akan mengekskresikan oksitosin. Proses menyusu menimbulkan impul
sensorik yang diteruskan kemedualla spinialis melalui saraf somatif, kemudian
impuls dikirim kehipotalamus melalui saraf plaventrikularis diteruskan ke
hipofisis posterior dan oksitosin dikeluarkan. Oksitosin masuk kedalam pembuluh
darah kelenjar mamae dan menyebabkan kontraksi sel miopitel sehingga susu
terlepas dari alveoli ke duktus alveoli dihisap keluar (Fairus,2010, 83).
E. Pijat Oketani
1. Pengertian Pijat Oketani
Pijat oketani dapat menstimulus kekuatan otot pectoralis untuk
meningkatkan produksi ASI dan membuat payudara menjadi lebih lembut dan
elastis sehingga memudahkan bayi untuk mengisap ASI. Pijat oketani juga akan
memberikan rasa lega dan nyaman secara keseluruhan pada responden,
meningkatkan kualitas ASI, mencegah puting lecet dan mastitis serta dapat
memperbaiki/mengurangi masalah laktasi yang disebabkan oleh puting yang rata
(fl at nipple), puting yang masuk kedalam (iniverted).
23
Pijat oketani merupakan perawatan payudara yang unik yangpertama kali
dipopulerkan oleh sotomi oketani dari Jepang dan sudah dilaksanakan dibeberapa
Negara antara laini Korea, Jepang dan Bangladesh. Sotomi menjelaskan bahwa
menyusui dapat meningkatkan kedekatan (bounding) antara ibu dengan bayi
sekaligus mendukung pertumbuhan fisik dan mental anak secara alami. Pijat
oketani dapat membantu ibu menyusui dalam mengatasi kesulitan saat menyusui
bayi mereka. Pijat oketani dapat memberikan rasa nyaman dan menghilangkan
rasa nyeri pada ibu post partum. Tubuh ibu post partum menjadi lebih rileks. Pijat
oketani akan membuat payudara menjadi lebih lembut, areola dan puting menjadi
lebih elastis sehingga memudahkan bayi untuk menyusu. Aliran susu menjadi
lebih lancar karena ada penekanan pada alveoli (Kabir &Tasnim, Machmuda,
2017, 2009). Pada tahun 2014, Machmudah, Khayati dan Isworo juga
menjelaskan bahwa pijat oketani dapat meningkatkan komposisi protein dan
karbohidrat dalam ASI.
2. Anatomi Payudara
Dalam tehnik pijat oketani, payudara dibagi menjadi menjadi dua, yaitu
sisi sebelah kiri dan sisi sebelah kanan. Pertama garis tegak lurus ditarik dari
puting kea rah garus payudara. Menggunakan ini sebagai garis dasar dengan luas
area 105º diukur pada kedua sisi dan diberi nama B dan C, A singkatan dari
sisanya 150º di bagian atas kedua payudara, B berdiri untuk bagian dalam sisi
kanan payudara dan sisi luar kiri payudara, sementara C berdiri di sisi luar kanan
payudara dan sisi dalam payudara kiri. Baik B dan C adalah 105º di setiap sisinya.
Kemudian masing-masing bagian A, B dan C terbagi menjadi tiga bagian lagi.Di
kedua payudara kiri dan kanan. Bagian A dibagi menjadi tiga bagian yang sama 1,
24
2, dan 3 searah jarum jam, sedangkan bagian B dan C adalah dibagi rata dari atas
ke bawah (1), (2) dan (3). Yaitu, B- (3) dan C- (3) saling berdekatan satu sama
lain dan tentukan batas B dan C di tengahnya. B (3) dan C- (3) berada pada poros
payudara yang mendukung saat berdiri.
3. Dasar Pelaksanaan
Pijat oketani payudara terdiri dari kelenjar susu yang ada dikelilingi kulit,
jaringan ikat dan adiposa tisu. Di posterior kelenjar susu bersifat longgar
terhubung ke fasia dalam dari pectoralis mayor. Payudara bisa bergerak melawan
pectoralis mayor otot dan toraks. Lokasi payudara itu diikat oleh jaringan ikat ke
kulit dan dada otot. Jaringan pengikat ini mendukung elastisitas dan secara
spontan berkembang dan berkonteraksi mengakomodasi fungsi fisiologis
payudara (Mahmudah,2017)
4. Karakteristik Pijat Oketani
Beberapa karakteristik pijat oketani sebagai berikut:
a. Pijat oketani tidak menimbulkan rasa tidak nyaman atau rasa nyeri
b. Pasien dapat segera merasakan pulih dan lega (comfort and relief).
c. Dapat meningkatkan proses laktasi tanpa melihat ukuran atau bentuk
payudara dan puting pasien
d. Meningkatkan kualitas ASI
e. Dapat memperbaiki kelaian bentuk puting susu seperti iniversi atau
puting rata.
f. Dapat mencegah luka pada puting dan mastitis. (Kabir & Tasnim,
2009; Machmudah et al, 2015)
25
5. Langkah-langkah Pijat Oketani
Stimulasi pijat oketani dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai
berikut :(Kabir& Tasnim, 2009; Jeongsug, 2012)
(Sumber : Machmudah, 2017)
Gambar 2. Pijat Oketani
a. Mendorong area C dan menariknya keatas (arah A1) dan B2 dengan
menggunakan ketiga jari tangan kanan dan jari kelingking tangan kiri ke arah
bahu.
b. Mendorong ke arah C 1-2 dan menariknya keatas dari bagian tengah A (1-2)
dengan menggunakan jari kedua tangan ke arah ketiak kiri.
26
c. Mendorong C (2) dan menariknya ke atas A (3) dan B (1) dengan
menggunakan jari dan ibu jari tangan kanan dan jari ketiga tangan kiri
menempatkan ibu jari diatas sendi kedua dari jempol kanan. Kemudian
mendorong dan menarik sejajar dengan payudara yang berlawanan.
Mendorong dan menarik nomor (1) (2) dan (3) digunakan untuk memisahkan
bagian keras dari payudara dari fasia dari pectoralis utama.
d. Menekan seluruh payudara menuju umbilikus menempatkan ibu jari kanan
pada C (1), tengah, ketiga, dan jari kelingking di sisi B dan ibu jari kiri pada C
(1), tengah, ketiga, dan kelingking di sisi A.
e. Menarik payudara menuju arah praktisi dengan tangan kanan sementara
dengan lembut memutar itu dari pinggiran atas untuk memegang margin yang
lebih rendah payudara seperti langkah 4.
f. Menarik payudara ke arah praktisi dengan tangan kiri sambal memutarnya
dengan lembut dari piniggiran atas ke pegangan margin bawah payudara
seperti tehnik no 5. Ini adalah prosedur yang berlawanan dengan langkah no 5.
g. Merobohkan payudara menuju arah praktis dengan tangan kiri sementara
lembut memutar itu dari pinggiran atas untuk memegang margin yang lebih
rendah payudara seperti manipulasi 5. Ini adalah proseduar berlawanan
dengan operasi (5). Proseduar manual (5) dan (6) adalah teknik untuk
mengisolasi bagian danar keras dari C- payudara (2) ke C (1) dari fascia
pectoralis utama.
6. Efektivitas Pijat Oketani Dengan Produksi ASI
Pijat oketani merupakan manajemen ketrampilan untuk mengatasi masalah
laktasi seperti produksi ASI yang tidak cukup, pembengkakan payudara. Pijat
27
oketani akan menyebabkan payudara menjadi lunak, lentur dan areola menjadi
lebih elastis, ductus lactiferus dan puting susu juga menjadi lebih elastis.
Seluruh payudara menjadi lebih lentur dan menghasilkan ASI berkualitas
baik karena kandungan total solids, konsentrasi lemak dan gross energy
meningkat dan menjelaskan bahwa peningkatan kadar protein disebabkan oleh
peningkatan aktivitas enzim protease yang distimulus oleh pemijatan pada
jaringan dan kelenjar mamae. Peningkatan aktivitas enzim protease dapat
meningkatkan sinitesa protein. Pijat oketani juga dapat menyebabkan kelenjar
mamae menjadi matur dan lebih luas, sehingga kelenjar - kelenjar air susu
semakin banyak dan ASI yang diproduksi juga menjadi labih banyak.
F. Kerangka teori
Tinjauan teori berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, variabel-
variabel yang akan diteliti. Dasar membuat kerangka konsep adalah kerangka
teori. Maka kerangka teori pada penelitian adalah sebagai berikut:
(Sumber : Soetjaninigsih, 2016, Martalia (2012), Nanny (2011),
Anamed(2012), Wiliams dkk, (2016)
Gambar 3. Kerangka Teori
Produksi ASI
Faktor Hormon
a. Oksitosin
b. Polaktin
c. Progesterone
d. Esterogen
Faktor farmakologi:
a. Domperidon
b. Metoklopramid
Stimulasi :
a. Pijat oksitosin
b. Pijat akupresure
c. pijat oketani
d. Teknik marmet
28
G. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan
menggeneralisasikan suatu pengertian. Konsep tidak dapat diukur dan diamati
secara langsung. Agar dapat diamati dan diukur, maka konsep tersebut harus
dijabarkan kedalam variable-variabel. Dari variabel itulah konsep dapat diamati
dan diukur (Notoatmodjo, 2012:83). Berdasarkan uraian diatas peneliti membuat
kerangka konsep penelitian perbedaan efektivitas pijat oksitosin dan pijat oketani
terhadap produksi ASI pada ibu nifas di Wilayah kerja Puskesmas Yosodadi
Metro Timur.
Kelompok Initervensi
Gambar 4. Kerangka Konsep
H. Variabel Penelitian
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok lain. Variabel yang digunakan sebagai konsep yang mempunyai
bermacam-macam nilai (Notoadmodjo, 2012:103).Variabel independen pada
peneliti ini yaitu pijat oksitosin dan pijat oketani variabel dependenya yaitu
produksi ASI.
Pijat Oksitosin
Pijat Oketani
Produksi
ASI
29
I. Hipotesis
Hipotesis adalah prosedur statistik untuk menunjukan kesahihan suatu
hipotesis. Uji ini diperlukan oleh karena penelitian dilakukan pada sampel tidak
pada populasi. Hipotesis dilakukan dengan pernyataan hepotesis nol yaitu
hipotesis tidak beda atau tidak ada hubungan. Kemudian data pada sampel
dilakukan uji untuk memperoleh angka apakah cukup bukti untuk menolak
hipotesis nol, sehingga disimpulkan ada atau tidaknya perbedaan anatara
kelompok dan akan diperoleh nilai (Sastroasmoro, 2002: 24). Hipotesis pada
penelitian ini yaitu pijat oksitosin lebih efekektif dibandingkan dengan pijat
oketani terhadap produksi ASI, pijat oketani lebih efekektif dibandingkan dengan
pijat oksitosin terhadap produksi ASI dan mengetahui perbedaan efektivitas pijat
oksitosin dan pijat oketani terhadap produksi ASI.
J. Definisi Operasional
Definisi operasional berguna untuk membatasi ruang lingkup atau
pengertian variabel-variabel yang diamati atau diteliti. Definisi operasional juga
bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap
variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat ukur
(Notoadmodjo, 2012:85).
30
Tabel 1
Definisi Operasional
No Variabel Definisi operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1 Pijat
Oksitosin
Pijat
Oketani
Pijatan sepanjang kedua
sisi tulang belakang
pada ibu post partum
hari 10-30.
Yangdilakukan selama
3 menit.
Dilakukan pijatan
dibagian payudara pada
ibu post partum hari 10-
30 yangdilakukan
selama 3 menit.
Observasi Ceklist Initervensi
Pijat
Oksitosin
Initervensi
Pijat Oketani
Nominal
2 Produksi
ASI
ASI yang dikeluarkan
dengan pompa ASI dan
diukur dengan gelas
ukur atau botol ASI.
Wawancara
dan
observasi
Lembar
Observasi
Jumlah ASI
dalamml
Rasio
31
Top Related