8/10/2019 BAB II Pneumotorak
1/17
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem pernapasan merupakan salah satu organ terpenting dari bagian tubuh
manusia setelah kardiovaskuler, sehingga bila terjadi gangguan sistem pernapasan akan
mempengaruhi semua organ yang lain yang akan mengganggu pada aktivitas manusia.
Seiring dengan kemajuan zaman, semakin banyaknya transportasi dan pola hidup yang
kurang baik dapat menjadi suatu masalah kesehatan jiwa, salah satunya yaitu gangguan
sistem pernafasan yang serius dan membahayakan jiwa, keadaan ini akan menimbulkan
berbagai penyakit primer yang mengenal sistem bronkopulmoner seperti hemoptisis masif,
pneumotorak ventil status asmatikus dan pneumotorak berat. Sedangkan gangguan fungsi
paru yang sekunder terhadap gangguan organ lain seperti keracunan obat yang
menimbulkan depresi pusat pernapasan. Trauma toraks dapat mengakibatkan terjadinya
robekan pada pleura dimana dengan adanya robekan ini akan menjadi celah masuknya
udara ke dalam rongga tersebut sehingga menjadi pneumotoraks. Trauma toraks
merupakan penyebab utama kematian. Banyak penderita trauma toraks datang dengan
keadaan kritis, lalu meninggal setelah sampai di rumah sakit. Untuk itu diperlukan
diagnosis yang cepat dan terapi yang adekuat. Kurang dari 10% dari cedera tumpul toraks
dan 15-30% dari cedera tembus toraks yang membutuhkan tindakan torakotomi.
Mayoritas kasus trauma toraks dapat diatasi dengan prosedur resusitasi, peralatanyang
lengkap, dan perawatan rawat inap yang tepat.
Kejadian pneumothoraks pada umumnya sulit ditentukan karena banyak kasus-
kasus yang tidak didiagnosis sebagai pneumotoraks karena berbagai sebab. Beberapa
karakteristik pada pneumotoraks antara lain lebih sering terjadi pada penderita dewasa
yang berumur sekitar 40 tahun. Laki-laki lebih sering dari pada wanita (4:1).
Pneumothoraks sering dijumpai pada musim penyakit batuk. Pneumotoraks spontan yang
timbul pada umur lebih dan 40 tahun sering disebabkan oleh adanya bronkitis kronik dan
empisema. Lebih sering pada orang-orang dengan bentuk tubuh kurus dan tinggi
(astenikus) terutama pada mereka yang mempunyai kebiasaan merokok.
Untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi maka diperlukan peran perawat
yang optimal dan profesional yaitu secara promotif perawat dapat memberikan informasi
pada keluarga dan klien berupa pengertian, penyebab, tanda dan gejala, perawatan,
8/10/2019 BAB II Pneumotorak
2/17
2
pengobatan, pencegahan pneumotoraks, manfaat gizi bagi kesehatan dan kebersihan
lingkungan, secara preventif perawat dapat memberikan informasi pada keluarga tentang
cara untuk menghindari terjadinya pneumotoraks salah satunya dengan cara menghindari
diri dari budaya merokok, secara kuratif perawat dapat memberikan asuhan keperawatan
sehingga klien tidak mengalami pneumotoraks yang lebih lanjut dan secara rehabilitatif
yaitu dengan memulihkan klien sehingga dapat berfungsi secara optimal kembali setelah
sakit, seperti perlunya penjelasan pada keluarga atau klien tentang pentingnya istirahat
yang cukup, mengkonsumsi makan-makanan yang bergizi serta menghindari kebiasaan
merokok.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan Pneumotoraks?
C. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan
Pneumotoraks.
D. TUJUAN KHUSUS
1.
Untuk menyebutkan pengertian dari Pneumotoraks2. Untuk menyebutkan etologi dari Pneumotoraks
3. Untuk menyebutkan klasifikasi dari Pneumotoraks
4. Untuk menyebutkan patofisiologi Pneumotoraks
5. Untuk menyebutkan manifestasi klinik Pneumotoraks
6. Untuk menyebutkan konmplikasi Pneumotoraks
7. Untuk menyebutkan penata laksanaan Pneumotoraks
8. Untuk mengetahui askep Pneumotoraks
9. Untuk menyebutkan Dischard planning
8/10/2019 BAB II Pneumotorak
3/17
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP PNEUMOTORAKS
1. PENGERTIAN
Pneumotoraks didefinisikan sebagai adanya udara atau gas dalam rongga pleura,
yaitu, di ruang potensial antara pleura viseral dan parietal paru. Hasilnya adalah
kolapsnya paru-paru pada sisi yang terkena. Udara bisa masuk ruang intrapleural
melalui hubungan dari dinding dada (yaitu,trauma) atau melalui parenkim paru-paru
di pleura visceral.
Pneumothoraks dapat terjadi secara spontan atau karena trauma (British Thoracic
Society 2003). Tension pneumothoraks disebabkan karena tekanan positif pada saat
udara masuk ke pleura pada saat inspirasi. Pneumothorak dapat menyebabkan
cardiorespiratory distress dan cardiac arrest (henti jantung).
2. ETIOLOGI
Pneumothoraks terjadi karena adanya kebocoran dibagian paru yang berisi
udara melalui robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini berhubungan dengan
bronkhus. Pelebaran alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli kemudian membentuk
suatu bula yang disebut granulomatus fibrosis. Granulomatous fibrosis adalah salah
satu penyebab tersaring terjadinya pneumothoraks, karena bula tersebut berhubungan
dengan adanya obstruksi empisema.
- infeksi saluran nafas
- trauma dada
- acute lung injury yang disebabkan materi fisik yang terinhalasi dan bahan kimia
- penyakit inplamasi paru akut dan kronis
- keganasan
3. KLASIFIKASI
Pneumotoraks dapat diklasifikasikan menjadi spontan dan traumatik.
a. Traumatik dapat dibagi menjadi:
1)
pneumotorak iatroganik
8/10/2019 BAB II Pneumotorak
4/17
4
Terjadi karena akibat komplikasi tindakan medis dan jenis ini
dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Pneumotorak traumatik iatroganik aksidental ini terjadi akibat tindakan
medis karena kesalahan/ komplikasi tindakan tersebut, misal pada
tindakan parasentesis dada, biopsy pleura, biopsy transbronkial, biopsy/
aspirasi paru perputaneus.
b)
Pneumotorak traumatik iatroganik artificial (deliberate) merupakan
pneumotorak yang sengaja dilakukan dengan mengisi udara ke dalam
rongga pleura melalui jarum dengan suatu alat Maxwell box. Biasanya
untuk terapi tuberculosis (sebelum era antibiotik), atau untuk menilai
permukaan paru.2)
penumotorak non-iatroganik (accidental)
b. Pneumothoraks spontan adalah setiap pneumothoraks yang terjadi tiba-tiba tanpa
adanya suatu penyebab yang jelas.
1)
Pneumothoraks spontan primer (PSP)
Adalah suatu pneumothoraks yang terjadi tanpa ada riwayat penyakit
paru yang mendasari sebelumnya, umumnya pada individu sehat, dewasa
muda, tidak berhubungan dengan aktivitas fisis yang berat tetapi justru
terjadu pada saat istirahat dan sampai sekarang belum diketahui
penyebabnya.Pneumotoraks ini diduga disebabkan oleh pecahnya kantung
kecil berisi udara di dalam paru-paru yang disebut bleb atau bulla. Penyakit
ini paling sering menyerang pria berpostur tinggi-kurus, usia 20-40 tahun.
Faktor predisposisinya adalah merokok sigaret dan riwayat keluarga dengan
penyakit yang sama.
2)
Pneumothoraks spontan sekunder (PSS)
Adalah suatu pneumothoraks yang terjadi karena komplikasi dari
penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma,
fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan, tuberkulosis paru, PPOK, asma
bronkial dsb). Pneumotoraks spontan sekunder merupakan
8/10/2019 BAB II Pneumotorak
5/17
5
4. PATOFISIOLOGI
Saat inspirasi, tekanan intrapleura lebih negative daripada tekanan
intrabronkhial, sehingga paru akan berkembang mengikuti dinding thoraks dan udara
dari luaryang tekanannya nol akan masuk ke bronchus sehingga sampe ke alveoli.
Saat ekspirasi, dinding dada menekan rongga dada sehingga tekanan intrapleura akan
lebih tinggi dari tekanan dialveolus ataupun di bronchus, sehingga udara ditekan
keluar melalui bronchus. Tekanan intrabronkhial meningkat apabila ada tahanan jalan
napas. Tekanan intrabronkhial akan lebih meningkat lagi pada waktu batuk, bersin
atau mengejan, karena pada keadaan ini glotis tertutup. Apabila dibagian perifer dari
bronchus atau alveolus ada bagian yang lemah, bronkhus atau alveolus itu akan pecah
atau robek.
Secara singkat proses terjadinya pneumothoraks adalah sebagai berikut:
1) Alveoli disangga oleh kapiler yang lemah dan mudah robek dan udara masuk
kea rah jaringan peribronkhovaskuler. Apabila alveoli itu melebar, tekanan
dalam alveoli akan meningkat.
2) Apabila gerakan napas kuat, infeksi dan obstruksi endobronkhial adalah faktor
presipitasi yang memudahkan terjadinya robekan.
3) Selanjutnya udara yang terbebas dari alveoli dapat menggoyahkan jaringan
fibrosis di peribronkovaskular kearah hilus, masuk mediastinum, dan
menyebabkan pneumothoraks.
8/10/2019 BAB II Pneumotorak
6/17
6
Trauma tajam
Torak
Pneumotoraks
Kerusakan integritas
kulit
Ketidak efektifan pola
na as
Trauma tumpul
Akumulasi cairan dalam
kavum pleura
Ekspansi paru Pemasangan WSD
Diskontinuitas jaringan
Resiko Infeksi
Merangsang Reseptor
Nyeri pada pleuraviseralis dan parietalis
Nyeri akut
Toraksdrains bergeser
Merangsang reseptor
nyeri pada periver kulit
8/10/2019 BAB II Pneumotorak
7/17
7
5. MANIFESTASI KLINIK
1. pasien mengeluh awitan mendadak nyeri pada pluritik akut yang terlokalisasi pada
paru yang sakit
2. nyeri dada pluritik biasanya disertai sesak nafas, peningkatan kerja pernafasan dan
dispnea
3.
gerakan dinding dada mungkin tidak sama karena sisi yang sakit tidak
mengembang seperti sisi yang sehat
4. suara napas jauh atau tidak ada
5. perfusi dada menghasilkan suara hipersonan
6. takikardia sering terjadi menyertai tipe pneumotoraks
7. tension pneumotorak
1)
hipoksemiia (tanda awal)
2) ketakutan
3) gawat nafas (takipnea berat)
4)
peningkatan tekanan jalan nafas puncak dan rerata, penurunan komplians, dan
auto tekanan akspirasi akhir positif (auto-PEEP) pada pasien yang terpasang
ventilasi mekanis
5)
kolaps kardiovaskular (frekuensi jantung > 140 kali /menit pada setiap hal
berikut: sianosis perifer, hipotensi, aktivitas lintrik tanpa denyut nadi)
Pemeriksaan diagnostik
6)
Rontgen dada
7) CT scan
8) Ekg
6. KOMPLIKASI
a.
Pneumothoraks tension: mengakibatkan kegagalan respirasi akut
b.
Pio-pneumothoraks, hidro pneumothoraks/ hemo-pneumothoraks: henti jantung
paru dan kematian sangat sering terjadi.
c. Emfisema subkutan dan pneumomediastinum: sebagai akibat komplikasi
pneumothoraks spontan
d. Fistel bronkopleural
e. Empiema
f.
Pneumothoraks simultan bilateral
8/10/2019 BAB II Pneumotorak
8/17
8
7. PENATA LAKSANAAN
Tindakan pneumothoraks tergantung dari luasnya pneumothoraks. Tujuannya
yaitu untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura dan menurunkan kecenderungan
untuk kambuh lagi.
Prinsip-prinsip penanganan pneumothoraks menurut British
Sosiety danAmerican Collage of Chest Physicians adalah:
a. Observasi dan pemberian tambahan oksigen
b. Aspirasi sederhana dengan jarum dan pemasangan tube torakostostomi dengan
atau tanpa pleurodesis
c. Torakoskopi dengan pleurodesis dan penanganan terhadap adanya bleb atau bulla
d. Torakotomi
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN FOKUS
a.
DEMOGRAFI
Biodata pasien yang meliputi :
1) Identitas pasien
a. Nama
b. Umur
c.
Jenis Kelamin
d.
Agamae. Status perkawinan
f.
Pendidikan
g. Pekerjaan
h. Tanggal Masuk
i.
No. Register
j. Diagnosa medis
2) Penanggung jawab
8/10/2019 BAB II Pneumotorak
9/17
9
a. Nama
b. Umur
c.
Jenis Kelamin
d. Pendidikan
e. Pekerjaan
f.
Hubungan dengan pasien
b. RIWAYAT KESEHATAN
1) Riwayat penyakit saat ini
Keluhan sesak napas sering kali dating mendadak dan semakin lama semakin berat.
Nyeri dada dirasakan pada sisi yang sakit, rasa berat, tertekan, dan terasa lebih nyeri pada
gerakan pernapasan. Melakukan pengkajian apakah da riwayat trauma yang mengenai rongga
dada seperti peluru yang menembus dada dan paru, ledakan yang menyebabkan tekanan
dalam paru meningkat, kecelakaan lalu lintas biasanya menyebabkan trauma tumpul didada
atau tusukan benda tajam langsung menembus pleura.
2) Riwayat penyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah menderita penyakit seperti TB paru dimana
sering terjadi pada pneumothoraks spontan.
3) Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
yang mungkin menyebabkan pneumothoraks seperti kanker paru, asma, TB paru, dan lain-
lain.
c. DATA FOKUS TERKAIT PERUBAHAN FUNGSI DAN PEMERIKSAAN FISIK
1) Aktivitas/Istirahat
Gejala : Dispnea dengan aktivitas atau istirahat.
2) Sirkulasi
8/10/2019 BAB II Pneumotorak
10/17
10
Tanda : Takikardia.
Frekuensi tak teratur/disritmia.
Irama jantung gallop (gagal jantung sekunder terhadap effusi).
Tanda Homman.
TD: hipertensi/ hipotensi.
DVJ
3) Integritas Ego
Tanda : Ketakutan, gelisah.
4) Makanan/Cairan
Tanda : Adanya pemasangan IV vena sentral/ infus tekanan.
5) Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri dada unilateral, meningkat karena pernapasan, batuk.
Timbul tiba-tiba gejala sementara batuk atau regangan (pneumothorak
spontan).
Tajam dan nyeri, menusuk yang diperberat oleh napas dalam,
kemungkinan menyebar ke leher, bahu, abdomen (efusi pleural).
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit.
Perilaku distraksi.
Mengkerutkan wajah.
6) Pernapasan
Gejala :Kesulitan bernapas, lapar napas.
Batuk (mungkin gejala yang ada).
Riwayat bedah dada/trauma : penyakit paru kronis, inflamasi/infeksi
paru (empiema/effusi), penyakit interstisial menyebar (sarkoidosis), keganasan.
Pneumothorak spontan sebelumnya.
8/10/2019 BAB II Pneumotorak
11/17
11
Tanda :Pernapasan:peningkatan frekuensi/takipnea.
Peningkatan kerja napas, penggonaan otot aksesori pernapasan pada dada dan leher,
retraksi interkotal, ekspirasi abdominal kuat.
Bunyi napas menurun atau tidak ada.
Fremitus menurun.
Perkusi dada: Hiperresonan diatas area terisi udara (pneumothorak),
bunyi pekak diatas area yang terisi cairan (hemotoraks).
Observasi dan palpasi dada: Gerakan dada tidak sama (paradoksik)
bila trauma atau kemps, penurunan pengembangan thoraks (area yang sakit).
Kulit: Pucat, sianosis, berkeringat, krepitasi subkutan.
Mental: Ansietas, gelisah, bingung, pingsan.
Penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif/terapi PEEP.
7) Keamanan
Gejala : Adanya trauma dada.
Radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
8) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat faktor resiko keluarga; tuberculosis, kanker.
Adanya bedah intratorakal/biopsi paru.
Bukti kegagalan membaik.
d. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
Sinar x dada: Menyatakan akumulasi udara/ cairan pada area pleural; dapat
menunjukan penyimpangan struktur mediastinal (jantung)
2.
GDA: variable tergantung pada derajat fungsi paru yang dipengaruhi, gangguan
mekanik pernapasan dan kemampuan mengkompensasi. PaCO2 kadang-kadang
meningkat. PaO2 mungkin normal/ menurun; saturasi oksigen biasanya menurun.
3.
Torasentesis: menyatakan darah/ cairan serosanguinosa (hemotorak).
4. HB: mungkin menurun menunjukkan kehilangan darah
8/10/2019 BAB II Pneumotorak
12/17
12
5. Laboratorium (Darah Lengkap dan Astrup)
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan denagan menurunnya
ekspansi paru sekunder terhadap peningkatan tekanan dalam rongga pleura.
2)
Resiko tinggi trauma pernapasan berhubungan dengan pemasangan WSD.
3) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan pada informasi.
8/10/2019 BAB II Pneumotorak
13/17
13
3. INTERVENSI DAN RASIONAL
Dx : Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kekolapsan paru, pergeseran mediastinum.
Tujuan: Klien memiliki pertukaran gas yang optimal selama terpasang WSD,
No Intervensi Rasional
1. Berikan pengertian tentang prosedur
tindakan WSD, kelancaran dan akibatnya.
WSD yang obstruksi akan selalu terkontrol karena
klien dan keluarga kooperatif.
2. Periksa WSD lokasi insersi, selang
drainage dan botol.
Adanya kloting merupakan tanda penyumbatan
WSD yang berakibat paru kolaps.
3. Observasi tandatanda vital Hipertemi, takikardi, takipnea merupakan tanda
tanda ketidakoptimalan fungsi paru.
4. Observasi analisa blood gas. Ketidaknormalan ABG menunjukan adanya
gangguan pernapasan.
5. Kaji karakteristik suara pernapasan,
sianosis terutama selama fase akut
Adanya ronchi, rales dan sianosis merupakan
tandatanda ketidakefektifan fungsi pernapasan
Dx : Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan insersi WSD
Tujuan: Klien bebas dari infeksi pada lokasi insersi selama pemasangan WSD
No Intervensi Rasional
1. Berikan pengertian dan motivasi tentang
perawatan WSD
Perawatan mandiri seperti menjaga luka dari hal
yang septic tercipta bila klien memiliki pengertian
yang optimal
2. Kaji tandatanda infeksi Hipertemi, kemerahan, purulent, menunjukan
indikasi infeksi.
3. Monitor reukosit dan LED Leukositosis dan LED yang meningkat
menunjukan indikasi infeksi.
4. Dorongan untuk nutrisi yang optimal Mempertahankan status nutrisi serta mendukung
system immune
5. Berikan perawatan luka dengan teknik
aseptic dan anti septic
Perawatan luka yang tidak benar akan
menimbulkan pertumbuhan mikroorganisme
6. Bila perlu berikan antibiotik sesuai advis. Mencegah atau membunuh pertumbuhan
mikroorganisme
8/10/2019 BAB II Pneumotorak
14/17
14
Dx : Defisit volume cairan berhubungan dengan hilangnya cairan dalam waktu cepat.
Tujuan: Klien mempertahankan keseimbangan cairan selama prosedur tindakan WSD
No Intervensi Rasional
1. Catat drainage output setiap jam sampai
delapan jam kemudian 48 jam
40
100 ml cairan sangonius pada jam 8 post op
adalah normal, tetapi kalau ada peningkatan
mungkin menunjukan indikasi perdarahan.
2. Observasi tandatanda defisit volume cairan Hipotensi, takikardi, takipnea, penurunan
kesadaran, pucat diaporosis, gelisah merupakan
tandatanda perdarahan yang mengarah defisit
volume cairan.
3. Berikan intake yang optimal bila perlu
melalui parenteral
Intake yang optimal akan kebutuhan cairan tubuh.
Cairan parenteral merupakan suplemen tambahan.
Dx : Gangguan mobilitas fisik berhubngan dengan ketidak nyamanan sekunder akibat
pemasangan WSD.
Tujuan: Klien memiliki mobilitas fisik yang adekuat selama pemasangan WSD
No Intervensi Rasional
1. Kaji ROM pada ekstrimitas atas tempatinsersi WSD
Mengetahui tangda
tanda awal terjadinyakontraktur, sehingga bias dibatasi.
2. Kaji tingkat nyeri dan pemenuhan aktifitas
seharihari
Nyeri yang meningkat akan membatasi
pergerakan sehingga mobilitas fisik seharihari
mengalami gangguan.
3. Dorong exercise ROM aktiif atau pasif ada
lengan dan bahu dekat tempat insersi.
Mencegah stasis vena dan kelemahan otot
4. Dorong klien untuk exercise ekstrimitasbawah dan bantu ambulansi
Mencegah stiffness dan kontraktur darikurangnya pemakaian lengan dan bahu dekat
tempat insersi
5. Berikan tindakan distraksi dan relaksasi Distraksi dan relaksasi berfungsi memberikan
kenyamanan untuk beraktifitas seharihari
8/10/2019 BAB II Pneumotorak
15/17
15
Dx : Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi terhadap prosedur
tindakan WSD.
Tujuan: Klien mampu memverbalkan pengertian tentang prosedur tindakan WSD sesuai kemampuan
dan bahasa yang dimiliki
No Intervensi Rasional
1. 1. Kaji keadaan fisik dan emosional klien
saat akan dilakukan tindakan health
education (penyuluhan)
Kondisi fisik tidak nyaman dan ketidak siapan
mental merupakan factor utama adanya halangan
penyampaian informasi.
2. 2. Berikan pengertian tentang prosedur
tindakan WSD
Pengertian membawa perubahan pengetahuan,
sikapdan psikomator.
3. 3. Demonstrasikan perawatan WSD i
depan klien dan keluarganya
Demonstrasi merupakan suatu metode yang
tepat dalam penyampaian suatu informasi
sehingga mudah di pahami.
4. DISCHARD PLANNING
1. biasakan konsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin dan bergizi
2.
olahraga secara teratur dan istirahat yang cukup
3. berhenti meroko dan hindari kontaminasi asap rokok
4.
berhenti minum alkohol
5. kenali tanda gejala penyakit dan kurangi stres
8/10/2019 BAB II Pneumotorak
16/17
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pneumothoraks dapat terjadi secara spontan / akibat trauma tembus atau tidak
tembus. Pneumothoraks disebabkan oleh penyakit dasar seperti tuberkulosis paru
disertai fibraosis atau emfisema lokal, bronkitis kronis dan emfisema.
Dalam hal ini perawat sebagai salah satu tim yang secara langsung dalam
menghaapi klien haruslah melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, dikarenakan
akan dapat mengakibatkan mudahnya terjadi infeksi atau komplikasi yang lainnya
dikarenakan tindakan keperawatan yang tidak sesuai dengan prosedur keperawatan.
Kita sebagai seorang perawat diharapkan dapat melaksanakan tindakan
keperawatan sesuai dengan prioritas masalah yang terjadi pada klien. Dan dalam
pelaksanaan tersebut perawat harus mampu melindungi dirinya dari penularan
penyakit yang diderita oleh pasien tersebut. Selain itu perawat dapat memperendah
atau mengurangi resiko terjadinya infeksi dengan cara perawatan yang aseptik.
B. SARAN
Mengingat betapa berperannya perawat dalam menangani kasus pneumotoraks
maka dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca mampu menerapkan isi dari
makalah. Dalam hal ini perawat sebagai salah satu tim yang secara langsung dalam
menghaapi klien haruslah melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, dikarenakan
akan dapat mengakibatkan mudahnya terjadi infeksi atau komplikasi yang lainnya
dikarenakan tindakan keperawatan yang tidak sesuai dengan prosedur keperawatan.
Penulis menyadari makalah ini belumlah mencapai kesempurnaan maka
disarankan kepada pembaca untuk membaca refrensi lain mengenai pneumotoraks.
8/10/2019 BAB II Pneumotorak
17/17
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, M.E. 2000.Rencana Asuhan keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif.2008.AsuhanKeperawatan pada klien dangan gangguan system
pernapasan. Jakarta:Salemba Medika
Sudoyo, Aru W. 2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II Ed. IV. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Nurarif, Amin Huda, Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Nanda Nic
Noc jilid II. Yogyakarta: MediAction.