Laporan Pengukuran & Des BM
PELAKSANAAN PEKERJAAN Halaman : 1
BAB II
PELAKSANAAN PEKERJAAN
2.1. Mobilisasi Personil
Personil yang terlibat dalam pelaksanaan Detail Desain dan UKL-UPL Air
Baku di Kabupaten Donggala (2 Intake) adalah :
- Tenaga Ahli
1. Team Leader 1 orang
2. Ahli Geoteknik 1 orang
3. Ahli Geodesi 1 orang
- Tenaga Sub Ahli
1. Surveyor 2 orang
2. Draftman/Cad Operator 2 orang
Jadwal penugasan untuk masing-masing personil tersebut dapat dilihat
pada tabel 2.1
2.2. Peralatan
Dalam melaksanakan pekerjaan pengukuran topografi ini, diperlukan
peralatan untuk menunjang pekerjaan tersebut diatas, jenis peralatan,
jumlah dan waktu penggunaannya dapat dilihat pada daftar dan jadwal
penggunaan peralatan seperti disajikan pada Tabel 2.2.
2.3. Jadwal Pelaksanaan
Rencana kerja dan realiasasi pelaksanaan pekerjaan pengukuran topografi
Detail Desain dan UKL-UPL Air Baku di Kabupaten Donggala (2
Intake) pada Tabel 2.3.
Lap
ora
n P
en
gu
ku
ran
& D
es B
M
PE
LAK
SA
NA
AN
PE
KE
RJA
AN
Ha
lam
an
: 2
20-26 27-3 4-10 11-19 20-26 27-2 3-9 10-18 19-26 27-3 4-10 11-19
A TENAGA AHLI
1 Mustamin T, S.T.,M.T Ketua Team
2 Ir. Suparman Ahli Geodesi
3 Ir. Suyoko Dipowidjojo Ahli Geoteknik/Mektan
B TENAGA PENDUKUNG
1 Awaluddin Surveyor 1
2 Ismail Surveyor 2
3 Azwar Abdullah Draftman 1
4 Sukmawan S Draftman 2
April
Waktu Pelaksanaan
Mei Juni JuliNo. Nama Personil Posisi Yang Diusulkan
Tabel 2.1
Daftar dan Jadwal Personil untuk Pengukuran Topografi
Laporan Pengukuran & Des BM
PELAKSANAAN PEKERJAAN Halaman : 3
NO. JENIS PERALATAN JUMLAH Ket
PERALATAN 20-26 27-3 4-10 11-19 20-26 27-2 3-9 10-18
I PERALATAN PENGUKURAN
II BAHAN-BAHAN PENGUKURAN
2 Keperluan BM (semen, bes i dl l ) ls
1 Formuli r Pengukura n ls
5 Kamera Digita l 1 unit
6 Perlengkapan surveyor 1 unit
3. Pi ta Ukur/Rol Meter 2 unit
4. Alat komunikas Handy Ta lkie dsb 2 set
1. Tota l Station dan Perlengkapannya 1 unit
2. Autolevel dan perlengkapannya 1 unit
Gambar 9.1 : JADUAL PENGGUNAAN PERALATAN
April Mei Juni
Tabel 2.2
Daftar dan Jadwal Penggunaan Peralatan
Lap
ora
n P
en
gu
ku
ran
& D
es B
M
PE
LAK
SA
NA
AN
PE
KE
RJA
AN
Ha
lam
an
: 4
Keterangan
20-26 27-3 4-10 11-19 20-26 27-2 3-9 10-18 19-26 27-3 4-10 11-19
A KEGIATAN LAPANGAN
1 Orientasi lapangan dan Pengumpulan Data
2 Pemasangan patok dan BM
3 Pengukuran kerangka Horizontal
4 Pengukuran kerangka Vertikal
5 Pengukuran Tampang Memanjang Jar. Air Baku
6 Pengukuran Tampang Melintang jar. Air Baku
B KEGIATAN KANTOR
1 Penginputan dan pengolahan data
2 Penggambaran potongan memanjang
3 Penggambaran potongan melintang
4 Pembuatan laporan pengukuran
No. Nama Personil
Waktu Pelaksanaan
April Mei Juni Juli
Tabel 2.3
Jadwal Pelaksanaan Pengukuran
Laporan Pengukuran & Des BM
PELAKSANAAN PEKERJAAN Halaman : 5
Laporan Pengukuran & Des BM
PELAKSANAAN PEKERJAAN Halaman : 6
Gambar 2.1
Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan Pengukuran
2.4. Pemetaan Situasi
Pemetaan situasi dilakukan untuk mengetahui kondisi topografi dari daerah
irigasi secara detail dan untuk penyempurnaan peta daerah irigasi yang ada.
Ruang lingkup pekerjaan pengukuran yang dilakukan mencakup lokasi-
lokasi yang telah direkomendasikan seperti tersebut pada uraian diatas.
Adapun ruang lingkup pengukuran secara garis besar meliputi :
Laporan Pengukuran & Des BM
PELAKSANAAN PEKERJAAN Halaman : 7
- Pengukuran kerangka dasar horizontal
- Pengukuran kerangka dasar vertikal
- Pengukuran detail situasi
2.4.1. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal
Sebelum melakukan pekerjaan pemetaan daerah baik pengukuran
kerangka dasar horizontal, kerangka dasar vertikal maupun
pengukuran detail situasi, terlebih dahulu dilakukan pematokan
yang mengcover seluruh areal yang akan dipetakan. Adapun
spesifikasi pemasangan patok permanen dan patok kerangka dasar
pengukuran adalah sebagai berikut :
- Pemasangan patok permanen Bench Mark (BM), Patok BM
terbuat dari beton bertulang setiap lokasi, dipasang sebanyak 4
(empat) buah dan dipasang ditempat yang tidak terganggu.
Bagian BM yang muncul dipermukaan tanah setinggi 40 cm
ukuran 20 x 20 cm. Sistem penomoran BM adalah LK.01, LK.02
….. dst. Lebih jelasnya posisi masing-masing BM tersebut dan
keterangan lebih lengkap terdapat dapat pada lembar (Deskripsi
BM).
- Patok Kerangka Dasar Peta dengan interval jarak 50 m di
sepanjang sungai dan batas daerah irigasi. Pengukuran
kerangka dasar horisontal dilakukan dengan metoda poligon
dimaksudkan untuk mengetahui posisi horizontal, koordinat
(X,Y).
Pengukuran kerangka horisontal menggunakan sistim pengukuran
terestris dengan metode poligon, hal ini mutlak digunakan untuk
pemetaan daerah yang kecil dan untuk keperluan perencanaan
teknik sipil karena lebih praktis dan fleksibel. Metode ini
menggunakan total station. Metode pengukuran ini minimal harus
dimulai dari titik yang telah diketahui koordinatnya dari GPS.
Pengukuran poligon terdiri dari pengukuran sudut dan jarak yang
akan digunakan untuk menentukan titik-titik koordinat
Laporan Pengukuran & Des BM
PELAKSANAAN PEKERJAAN Halaman : 8
berdasarkan satu bidang referensi; dalam hal ini bidang referensi
yang digunakan adalah koordinat UTM (Universal Transver Mercator).
Prinsip dari pengukuran ini adalah membentuk satu rangkaian yang
terdiri dari sudut dan jarak yang biasa disebut polygon (segi banyak)
karena membentuk sisi-sisi yang banyak. Dari titik-titik polygon
inilah dimulai pengambilan titik-titik detail untuk keperluan
tertentu seperti bangunan, jalan, batas-batas dan sebagainya.
Secara umum pengukuran ini dapat dilihat pada gambar berikut ini
:
Gambar 2.2 Penentuan Posisi Horisontal
dengan Pengukuran Terestris
Adapun spesifikasi pengukurannya sebagai berikut:
a. Pengukuran Jarak
- Pengukuran menggunakan pita ukur dikontrol dengan
pembacaan benang
- Pembacaan dilakukan pergi pulang
- Hasil pembacaan jarak dicek beberapa kali
b. Pengukuran Sudut
- Menggunakan Theodolite dengan ketelitian 1 detik
- Jumlah seri pengukuran 2 seri (B,LB) muka belakang
- Selisih sudut antara dua pembacaan < 5” (lima detik )
1
2
1
11
1
2
2
2
2
3
BM.
BM.
Laporan Pengukuran & Des BM
PELAKSANAAN PEKERJAAN Halaman : 9
- Salah penutup sudut f∞<10 √n detik
- Salah penutup jarak fd <1:10.000
- Bentuk geometris poligon adalah tertutup (loop) melalui BM
dan patok kayu
dimana :
n = Jumlah titik Poligon
f∞ = Jumlah penutup sudut
fd = jumlah penutup jarak
2.4.2. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal
Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui posisi tinggi elevasi
(Z), pada masing-masing patok kerangka dasar vertikal. Metoda
pengukuran yang dilakukan ini metoda waterpas, yaitu dengan
melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang
referensi yang dipilih (LLWS) jalannya pengukuran setiap titik seperti
diilustrasikan pada Gambar 2.2. dibawah ini.
Gambar 2.3. Pengukuran Waterpass
Metode pengukuran waterpass adalah sebagai berikut:
- Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.
- Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap
- Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan
rambu belakang menjadi rambu muka
- Pengukuran dilakukan dengan cara double stand, ring
rambu
P1 P2
P3 MSL=0,00
Laporan Pengukuran & Des BM
PELAKSANAAN PEKERJAAN Halaman : 10
- Toleransi kesalahan pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2 mm
- Jalur pengukuran mengikuti jalur poligon dan melewati (BM)
- Toleransi salah penutup tinggi (ft) < 10 mm √D dimana
n = Salah penutup tinggi
D = Jarak dalam satuan km
- Alat ukur yang digunakan waterpas dan rambu ukur
alumunium 3 m.
Pengukuran sipat datar ini dilakukan melalui titik-titik poligon dan
patok lainnya yang digunakan untuk pengukuran situasi dan profil
melintang pantai
2.4.3. Pengukuran Situasi Detail
Penentuan posisi (x,y,z) titik detail dilakukan pengukuran situasi
dengan metoda pengukuran Tachymetri. Adapun spesifikasi teknis
pengukuran situasi detail adalah sebagai berikut :
- Alat yang digunakan theodolite.
- Titik detail terikat terhadap patok yang sudah punya nilai
koordinat dan elevasi.
- Pengambilan data menyebar keseluruh areal yang dipetakan
dengan kerapatan disesuaikan dengan kondisi lapangan dan
skala peta 1 : 2000.
2.5. Pengukuran Trase Saluran
Pengukuran profil memanjang dan melintang saluran pembawa dan
pembuang setelah lay out definitif disetujui.
Tahapan pembuatan peta lay out (tata letak) saluran sebagai berikut :
a) Pada peta situasi, Ketua Team bersama Geodetic Engineer membuat
Peta Tata Letak Pendahuluan (Pre Liminary Lay Out).
b) Ketua Team bersama Geodetic Engineer dan tokoh masyarakat serta
penduduk melakukan pengecekan tata letak saluran tersebut di
lapangan.
Yang diperiksa adalah :
- Kelayakan teknis dan kewajaran semua jalur rencana saluran
pembawa dan pembuang.
Laporan Pengukuran & Des BM
PELAKSANAAN PEKERJAAN Halaman : 11
- Kelayakan teknis dan kewajaran semua lokasi rencana bangunan bagi
dan bangunan sadap.
- Kelayakan teknis lokasi rencana bangunan perlintasan dengan jalan,
sungai atau saluran pembuang alam yang ada.
c) Ketua Team melakukan revisi yang diperlukan serta membuat Peta Tata
Letak Tetap (Definitif Lay Out)
d) Metode Pengukuran profil memanjang dan melintang sama dengan
metode pengukuran pada kerangka utama.
Selanjutnya mendapatkan gambar situasi, potongan memanjang dan
melintang. Ruang lingkup pekerjaan pengukuran yang dilakukan mencakup
lokasi-lokasi yang telah direkomendasikan seperti tersebut pada uraian
diatas. Adapun ruang lingkup pengukuran secara garis besar meliputi :
- Pengukuran Polygon Saluran
- Pengukuran Potongan Memanjang
- Pengukuran Potongan Melintang
2.5.1. Pengukuran Polygon Jaringan Pipa
Pengukuran poligon saluran terdiri dari pengukuran sudut dan
jarak yang akan digunakan untuk menentukan titik-titik koordinat
berdasarkan satu bidang referensi dalam hal ini bidang referensi
yang digunakan adalah koordinat UTM (Universal Transver Mercator).
Bentuk-bentuk pengukuran poligon untuk pekerjaan ini adalah
poligon terbuka terikay sempurna dimana titik awal dan akhir
pengukuran diikatkan pada titik yang telah diketahui koordinatnya
dengan menggunakan metode transformasi.
Pengukuran poligon ini mempunyai kriteria sebagai berikut :
- Semua patok dan BM yang sudah dipasang merupakan titik
poligon.
- Sudut diukur satu seri (biasa dan luar biasa) menggunakan
Theodolite dengan tingkat ketelitian 5”
- Jarak diukur muka belakang dengan pembacaan benang dan
sudut vertikal.
Laporan Pengukuran & Des BM
PELAKSANAAN PEKERJAAN Halaman : 12
- Pengukuran sudut poligon dilakukan dengan 2 (dua) seri dengan
ketelitian sudut 5” (empat bacaan sudut)
- Kesalahan penutup sudut maksimum 10” √n untuk poligon
utama dan 20” √n untuk poligon cabang, dimana n banyaknya
titik poligon
- Poligon cabang diikatkan dengan poligon utama pada titik awal
dan titik akhir.
- Ketelitian linier poligon 1 : 2.000.
A. Pengukuran Potongan Memanjang
Pengukuran potongan memanjang menggunakan metode sipat
datar yaitu penentuan beda tinggi dari titik-titik yang diukur
dengan menggunakan bidang nivo.
Dari beda tinggi ini akan digunakan untuk menentukan elevasi
berdasarkan bidang referensi tertentu dalam hal ini muka air
laut rata-rata (MSL). Seperti halnya pengukuran poligon bentuk
pengukuran sipat datar yang digunakan adalah sipat datar
terbuka terikat sempurna.
Pada pengukuran sipat datar terbuka terikat dilakukan dengan
cara double stand bila kedua ujungnya diketahui, sedangkan
sipat datar terbuka pengukuran dilakukan dengan cara pergi
pulang karena hanya salah satu ujungnya saja yang diketahui
elevasinya.
Pengukuran sipat datar vertikal ini mempunyai kriteria sebagai
berikut :
- Sebelum melaksanakan pengukuran, alat ukur sipat datar
harus dicek dulu garis bidiknya. Garis bidik harus sama
dengan garis arah nivo.
- Data yang diambil adalah bacaan pada tiga benang (benang
atas, benang tengah dan benang bawah)
- Alat ukur yang digunakan adalah Automatic Level
- Jarak bidikan alat ke rambu maksimum 50 m.
- Diusahakan pada waktu pembidikan, jarak rambu muka =
jarak rambu belakang, atau jumlah jarak muka sama
dengan jumlah jarak belakang.
Laporan Pengukuran & Des BM
PELAKSANAAN PEKERJAAN Halaman : 13
- Jumlah jarak (slaag) per seksi diusahakan selalu genap.
- Data yang dicatat adalah pembacaan ketiga benang, yaitu
benang atas, benang bawah, dan benang tengah.
- Pengukuran sipat datar dilakukan pada semua titik poligon
dan BM.
- Semua BM yang ada maupun yang akan dipasang harus
melalui jalur sipat datar apabila berada ataupun dekat
dengan jalur sipat datar.
- Batas toleransi untuk kesalahan penutup maksimum 10 VD
mm, dimana D = jumlah jarak dalam km.
2.5.3. Pengukuran Potongan Melintang (cross section) Saluran
Untuk mengetahui bentuk permukaan rencana saluran maupun
saluran yang ada, maka dilakukan pengukuran profil (cross section).
Skematisasi pengukuran profil melintang seperti pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Pengukuran Cross Section
- Pengukuran dilakukan disepanjang patok-patok potongan
memanjang yang telah dipasang
- Interval profil 50 m
- Pengukuran profil tegak lurus saluran
- Pengukuran terikat terhadap titik polygon
rambu
P1