5
BAB II
LANDASAN TEORI
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua penelitian harus
berlandaskan teori yang relevan dengan masalah yang diteliti. Landasan teori
merupakan bagian yang akan membahas tentang uraian pemecahan masalah yang
akan ditemukan pemecahannya melalui pembahasan-pembahasan secara
teoritis.Bab ini menjelaskan mengenai konsep – konsep dan definisi mengenai
perencanaan laba, break even point, dan sewa – menyewa.
2.1 Hakikat Perencanaan Laba
2.1.1 Pengertian Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses mengembangkan tujuan
perusahaan dan memilih kegiatan – kegiatan yang akan dilakukan dimasa
mendatang untuk mencapai tujuan tersebut 1 . Pengambilan keputusan
merupakan bagian dari perencanaan yang berarti menentukan atau
memilih akternatif pencapaian tujuan dari beberapa alternative yang ada.
Keputusan tersebut mencakuppenentuan tujuan perusahaan,
pengembangan kondisi lingkungan agar kondisi tersebut tercapai,
pemilihan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut,
penentuan langkah – langkah untuk menerjemahkan rencana – rencana
menjadi kegiatan yang sebenarnya, melakukan perencanaan kembali untuk
memperbaiki kesalahan yang telah terjadi.
Perencanaan berarti kegiatan menetapkan tujuan organisasi dan
memilih cara yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan
dilakukan untuk mengarahkan kegiatan organisasi 2 . Sedangkan secara
sederhana perencanaan merupakan upaya tindakan berhati – hati sebelum
melakukan sesuatu agar apa yang dilakukan dapat berhasil dengan baik3
Perencanaan merupakan fungsi pertama manajemen. Perencanaan
ini dilakukan secara terus – menerus karena dengan berlalunya waktu,
1Welsch, Hilton, Gordon,2000, Anggaran Perencanaan dan Pengendalian Laba, Salemba Empat,Jakarta, hal. 032Gunawan Adisaputro dan Yunita Anggarini,Op.cit, hal. 063Muhammad Nafarin, 2004, Penganggaran Perusahaan, Salemba Empat, Jakarta, hal. 04
6
perusahaan perlu melaksanakan perencanaan kembali dan membuat
rencana – rencana baru.
Terdapat dua jenis perencanaan manajemen yang dapat
diidentifikasi, yaitu4:
1. Perencanaan Strategik
Perencanaan strategic difokuskan pada tujuan peruxsahaan dan
secara keseluruhan mempengaruhi sekuruh fungsi manajemen,
melibatkan konsekuensi yang menyekuruh dan jangka panjang.
2. Perencanaan Taktis
Dalam perencanaan taktis ini dirumuskan tujuan perusahaan untuk
mengembangkan kebijakan kinerja yang diharapkan. Dimensi
waktunya mencakup jangka waktu pendek hingga menengah.
Perencanaan taktis difokuskan pada tingkatkan yang telah diberi
wewenang dan tanggungjawab, dan mernyediakan “informasi
anggaran” untuk laporan presentasi atau kinerja.
2.1.2 Perencanaan sebagai Salah Satu Fungsi Manajemen
Fungsi manajemen menurut George R. Terry ada empat meliputi
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating) dan pengawasan (controlling). Keempat fungsi manajemen
tersebut dapat disederhanakan menjadi tiga yaitu perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan. Fungsi pengorganisasian digabungkan
menjadi fungsi perencanaan. Pengorganisasian merupakan sistem kegiatan
pembagian kerja dari sekelompok orang agar dapat bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama. Oleh karena pengorganisasian hanya mencakup
kegiatan pembagian kerja, berarti kegiatan tersebut belum dilaksanakan,
sehingga pengorganisasian dapat digabungkan dalam perencanaan.
Perencanaan merupakan tindakan yang dibuat berdasarkan fakta
dan asumsi mengenai gambaran kegiatan yang dilakukan pada waktu yang
akan datang dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Perencanaan berarti
menentukan sebelumnya kegiatan yang mungkin dapat dilakukan dan
4Gunawan Adisaputro dan Yunita Anggarini,Op.cit, hal. 06
7
bagaimana cara melakukannya. Tujuan utama perencanaan adalah
memberikan proses umpan maju (feed forward) agar dapat memberikan
petunjuk kepada setiap manajer dalam pengembilan keputusan operasional
sehari – hari5.
2.1.3 Pengertian Laba
Pusat laba adalah suatu pusat tanggung jawab dimana manajer dinilai
kinerjanya atau tanggungjawabnya untuk mengendalikan penghasilan,
biaya dan laba yakni selisih anatara biaya dan laba.6
Laba atau pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan
operasi perusahaan pada periode tertentu di bidang usaha.Laba dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut:
Y = cx – bx – a
Dimana:
Y = Laba
x = Jumlah produk yang dijual
c = Harga jual per unit
b = Biaya variable (VC)
a = Biaya tetap (FC)
2.1.4 Perencanaan Laba
Perencanaan laba merupakan perencanaan kerja yang telah
diperhitungkan dengan cermat dimana implementasi keuangannya dalam
bentuk proyeksi perhitungan laba-rugi, neraca, kas, dan modal kerja untuk
jangka panjang dan jangka pendek.
Penentuan laba dipengaruhi oleh harga jual suatu usaha. Penentuan
harga jual merupakan salah satu keputusan manajemen yang penting
dalam penyusunan anggaran penjualan. Kelangsungan hidup suatu usaha
dalam jangka panjang sangat ditentukan oleh keputusan pricing ini, karena
harga jual produk akan mempengaruhi :7
1. Kesediaan pembeli untuk menggunakan produk perusahaan
5Muhammad Nafarin, 2004, Op.cit, hal. 046Gunawan Adisaputro dan Yunita Anggarini,Op.cit, hal. 087Gunawan Adisaputro dan Yunita Anggarini,Ibid, hal. 112
8
2. Daya saing perusahaan menghadapi pesaing – pesaingnya
3. Tingkat penghasilan, biaya, dan laba perusahaan
Adapun manfaat perencanaan laba:8
1. Memberikan pendekatan yang terarah dalam memecahkan
permasalahan
2. Memaksa pihak manajemen untuk secara dini mengadakan
penelaahan terhadap masalah yang dihadapi dan menanamkan
kebiasaan pada organisasi untuk mengadakan telaah yang seksama
sebelum mengambil suatu keputusan.
3. Menciptakan suasana organisasi yang mengarah pada pencapaian
laba.
4. Merangsang peran serta dan mengkoordinasi rencana operasi
berbagai segmen dari keseluruhan organisasi manajemen sehingga
keputusan akhir dan rencana saling berkaitan.
5. Menawarkan kesempatan untuk menilai secara sistematik setiap
segi atau aspek organisasi maupun untuk memeriksa serta
memperbaharui kebijakan dan pedoman dasar secara berkala
Analisis Perencanaan Laba adalah analisis yang memperlihatkan
besarnya volume yang akan memberikan laba yang diinginkan.
Analisis ini dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
S = +dimana :
S = Volume Penjualan (Pendapatan)
FC = Biaya Tetap
CMR = Contribution Margin Ratio
π = % Laba yang diharapkan
Perencanaan laba merupakan rencana kerja yang telah
diperhitungkanimplikasi keuangan yang dinyatakan dalam bentuk proyeksi
8Dominick Salvatore, 2003, Managerial Economics, Erlangga, Jakarta, hal. 270
9
perhitunganrugi-laba, neraca kas, dan modal kerja untuk jangka panjang
juga jangkapendek.Perencanaan laba jangka panjang merupakan proses
yang berkesinambungan untuk mengambil keputusan secara sistematik
dan disertai dengan perkiraan terbaik mengenai keadaan dimasa
mendatang, mengorganisasikan kegiatan yang diperlukan secara sistematik
untuk melaksanakan keputusan.
Rencana jangka panjang manajemen hanya akan tercapai jika
sasaran laba jangka panjang bisa dipenuhi secara memuaskan, dan ini
memerlukan pertumbuhan dan tingkat laba yang cukup tinggi dan stabil.
Perencanaan laba melibatkan kegiatan seperti penetapan tujuan dan target
laba yang realistis serta cara untuk mencapainya, yang diupayakan
manajemen untuk dicapai.
Penganggaran modal mengacu kepada proses perencanaan
pengeluaran yang akan menghasilkan penerimaan atau pengembalian
sepanjang beberapa tahun. Penganggaran modal sangat penting bagi
sebuah perusahaan. Aplikasi teknologi terobosan baru bisa menyediakan
teknik – teknik produksi baru yang lebih efisien, perubahan cita rasa
konsumen bisa membuat lini produk berjalan perusahaan menjadi usang
dan memunculkan permintaan terhadap produk – produk yang sepenuhnya
berbeda, dan marger dengan perusahaan lain bisa memperkuat posisi
perusahaan secara signifikan relatif terhadap pesaingnya. Profitabilitas,
pertumbuhan dan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang
tergantung pada seberapa baik manajemen memanfaatkan peluang –
peluang tersebut9
2.1.5 Alat perencanaan laba
9Dominick Salvatore, Loc.cit,
10
Dalam mengidentifikasi atau menganalisis perencanaan laba ada
beberapa model perencanaan yang digunakan yaitu antara lain:10
1. Analaisis Laba kotor (Gross Profit)
Analisis ini menggunakan data penjualan, biaya variabel (harga
pokok produksi), dan laba kotor. Analisis laba kotor yang lazim
digunakan dalam perencanaan keuangan atau budgeting. Namun teknik
ini juga biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan. Analisis ini
menggunakan data penjualan, biaya variabel (harga pokok produksi),
dan laba kotor
2. Linier Programming
Linier Programming (LP) digunakan untuk merencanakan prediksi
kombinasi input biaya yang paling optimal untuk menghasilkan suatu
atau beberapa produk atau output. Dengan rumus LP ini, kita dapat
merencanakan kebutuhan dan kombinasi output sehingga tercapai
optimasi.
3. Delphi Forecasting
Sistem Delphi ini hampir sama dengan metode expert system. Di
sini metode expert system disempurnakan dengan menggunakan
metode diskusi antara para ahli, di debat, dan akhirnya sampai pada
kesimpulan terbaik yang merupakan konsessus para ahli.
4. Time Series Forecasting (trend)
Disini prestasi yang lalu digambarkan secara berseri kemudian dari
gambar ini dicari garis tren yang terbaik kemudian dari kecenderungan
garis itu dilihat angka masa depan sebagai angka ramalan. Teknik
analisis time series dapat dipakai untuk membuat tren ini.
5. Break Even Analisys
Salah satu model yang sering digunakan dalam menganalisis
keuangan adalah teknik break even analysis atau cost volume profit
analysis. Model ini mencoba mencari dan menganalisa perilaku
10Sofyan Syafri Harahap, 1997, Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, PT. Raja GrafindoPersada, Jakarta, hal 343
11
hubungan antara besarnya biaya, besarnya volume dalam unit dan
rupiah, dan laba. Dari hasil angka analisis ini dapat diketahui volume
yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba tertentu, berapa volume
untuk mencapai titik pulang pokok, dan informasi lainnya yang
dibutuhkan.
6. Just In Time (JIT)
Upaya untuk meningkatkan produktivitas dan menekan
pemborosan serta ketidakefisienan lainnya terus dilakukan para ahli.
Salah satu penemuan besar yang baru - baru ini diperkenalkan adalah
model JIT. Model ini menunjukkan bahwa konsep cost
managementyang lama sudah ketinggalan zaman dan perlu diubah.
7. Economic Order Quantity (EOQ)
Model ini dapat memberikan angka berapa order pembelian
sehingga kita mendapatkan biaya yang optimal. Model ini akan
memberikan angka berapa jumlah pesanan sebaiknya dilakukan untuk
sekali pesanan sehingga kita mencapai titik optimum biaya yang paling
efisien.
2.2 Break Even Point dalam Perencanaan Laba
2.2.1 Pengertian Break Even Point
Titik impas atau Break Even Point adalah jumlah penjualan output
yang akan menyamakan pendapatan total dengan biaya total yaitu jumlah
penjualan output yang akan menghasilkan laba operasi nol.11
Titik impas menjelaskan berapa banyak output yang harus terjual
agar tidak menanggung rugi operasi.Banyak perencanaan kegiatan dalam
perusahaan yang didasarkan perkiraan tingkat output. Pemahaman
hubungan antara skala perusahaan, biaya operasi dan EBIT volume
analysis yang sering disebut juga dengan Break Even Point (BEP) atau
analysis Break Even.
11Charles T. Horngren, Srikant M. Datar, George Foster, 2006, Akuntansi Biaya, Erlangga, Jakarta,hal. 75
12
Pengertian analysis BEP kadang – kadang menyesatkan karena
analisis ini biasanya digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan yang
berhubungan untuk mengevaluasi profitabilitas keuangan perusahaan yang
baru dan produk baru. Disamping itu analisis break even ini merupakan
alat analisis untuk mengukur pengaruh perubahan harga, biaya tetap dan
biaya variable tingkat output yang harus dicapai sebelum perusahaan
memperoleh keuntungan operasi. Analisis break even ini dapat dilakukan
baik dengan metode grafik maupun secara akjabar.12
1. Unsur – unsur yang mempengaruhi Break Even Point
Analisa unsur-unsur yang mempengaruhi break even point yaitu
biaya, volume, harga jual serta laba itu sendiri. Pengertian biaya dan
beban di dalam bahasa Indonesia belum dibedakan dengan tepat.
Seringkali istilah cost digunakan secara sinonim dengan istilah
expense.
Harga jual per unit adalah sejumlah uang yang diterima atau
piutang yang timbul atas penyerahan barang dan jasa kepada
konsumen dalam setiap unitnya. Harga jual bisa berupa harga jual
bersih atau bisa harga jual kotor. Sedangkan yang digunakan dalam
analisa Break Even Point adalah harga jual bersih yang terlepas dari
berbagai macam potongan.
a) Harga Jual
Penetapan harga jual pada suatu produk amatlah penting,
kesalahan dalam penetapan harga akan berakibat fatal bagi segi
keuangan dan akan mempengaruhi kontinuitas usaha.
Harga jual suatu produk pada umumnya adalah kumpulan
dari biaya produksi, biaya penjualan dan biaya lain-lain di tambah
dengan sejumlah keuntungan yang diinginkan produsen yang
ditawarkan kepada konsumen. Sedang masing-masing biaya
tersebut mempunyai berbagai karakter yang berbeda antara biaya
12Agus Sartono,Op.cit, hal. 270
13
yang satu dengan yang lain. Seperti halnya biaya tetap mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan biaya variabel.
b) Biaya
Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis. Sumber
ekonomis yang dimaksudkan adalah suatu sumber yang memiliki
adanya sifat kelangkaan (scarcity). Masing-masing biaya
mempunyai perbedaan antara biaya yang satu dengan biaya
lainnya. Masing-masing perbedaan tersebut juga tergantung dari
sudut pandangnya masing-masing.
Namun terkait dengan Break Even Point klasifikasi dari
biaya yang dimaksudkan yaitu berdasarkan sifatnya. Biaya
berdasarkan sifatnya terdiri dari biaya tetap, biaya variabel dan
biaya semi variabel.
1. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang tidak
terpengaruh dengan volume produksi. Atau dengan kata lain,
turun naiknya volume produksi tidak mempengaruhi besarnya
biaya yang dimaksudkan.
Untuk itu karakteristik biaya tetap adalah sebagai berikut:
a) Jumlahnya tetap dalam suatu periode
b) Biaya tetap per unit berbanding terbalik dengan jumlah
produksi, dalam arti semakin besar jumlah produksi
maka biaya tetap per unit semakin kecil demikian juga
berlaku sebaliknya.
2. Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan
yang besarnya tergantung volume produksi, semakin besar
volume produksi akan diikuti dengan melonjaknya biaya
tersebut dan demikian juga sebaliknya.
Dengan demikian karakteristik biaya variabel antara lain:
a) Jumlahnya berfluktuasi berdasarkan volume produksi
14
b) Biaya variabel per unit relatif tetap seiring dengan
bertambahnya volume produksi, tetapi secara
keseluruhan total biaya variable berbanding lurus
dengan jumlah produksi, dimana semakin besar total
biaya variabel jumlah produksi semakin besar pula.
3. Biaya Semi Variabel
Biaya semi variabel yaitu biaya yang merupakan kombinasi
antara biaya tetap dan biaya variabel. Seperti halnya upah
karyawan yang didalamnya termasuk upah tetap dan intensif
karyawan.
2. Perhitungan dalam Analisis Break Even Point
Analisis break even point bisa digunakan untuk melihat
seberapa besar penjualan minimal agar bisa menutupi biaya – biaya
yang dikeluarkan perusahaan. Jika manajer keuangan ingin melihat
penjaualan minimal yang harus diperoleh agar bisa menutup biaya
– biaya yang dikeluarkan, analisis break even point bisa digunakan.
Analisis break even point ditulis sebagai berikut:13
BEP = biaya tetap + depresiasiPenentuan besarnya Break Even Point menggunakan teknik
persamaan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
ABxCxY
Keterangan: Y = Laba
C = Harga jual per unit
x = Jumlah produk yang dijual
B = Biaya variable per unit
A = Biaya tetap
13Mahmud M. Hanafi, 2004, Manajemen Keuangan, BPFE, Yogyakarta, hal. 181
15
Berdasarkan definisi di atas suatu perusahaan akan impas
apabila jumlah penghasilan sama dengan jumlah biaya (laba = 0).
Berangkat dari rumus persamaan yang telah diungkapkan tersebut
dengan menggunakan pengolahan rumus yang dimaksud, maka
akan diperoleh persamaan sebagai berikut:
ABxCx0 ABxCx
Berdasar persamaan tersebut, dengan melalui berbagai
penyelesaian persamaan akan diperoleh rumus turunan sebagai
berikut:
Ax)BC(ABxCxABxCx
Sebagai penyelesaian dari persamaan di atas, diperoleh
rumus lebih lanjut sebagai berikut:
BC
A)BEP(x
Keterangan: BiayapenjualanHasilABxCx
Dengan demikian untuk menghitung BEP:
per UnitVariabelBiayaper UnitJualHarga
tetapBiayaunitBEP
=Sedang rumus Break Even Point dalam rupiah adalah
sebagai berikut:
PenjualanTotalVariabelBiaya
1
TetapBiayarupiahBEP
a) Pendekatan Margin – Kontribusi
Penghalusan dari pendekatan operasi adalah pendekatan
margin – kontribusi. Sebagai akibatnya, kita secara mudah
mengenali bahwa pada titik impas, jumlah margin kontribusi setara
dengan beban tetap. Margin kontribusi adalah pendapatan
penjualan dikurangi biaya variabel total. Bila kita mensubstitusikan
margin kontribusi unit untuk harga dikurangi biaya variabel unit
16
pada persamaan pendapatan – operasi dan menyelesaikannya untuk
jumlah unit, kita memperoleh persamaan impas sebagai berikut:
Jumlah unit = biaya tetap / Margin kontribusi unit
Sedangkan untuk menentukan margin kontribusi itu sendiri
dapat menggunakan rumus
Contibution Margin = Penjualan (Pendapatan) – Biaya
Variabel
Untuk menghitung conntribusimargin ratio dapat
menggunakan rumus sebagai berikut := 1 −Dimana :
CMR = Contribution margin ratio
BV = Biaya Variabel
P = Penjualan / Pendapatan
b) Pendekatan Grafik
Titik pertemuan antara garis penghasilan dengan garis
biaya tersebut merupakan titik Break Even Point. Untuk dapat
menentukan titik break even harus dibuat grafik dengan sumbu
datar menunjukkan volume penjualan, sedangkan sumbu tegak
menunjukkan biaya dan penghasilan.
3. Asumsi Dasar Break Even Point
Terkait dengan masalah-masalah asumsi dasar BEP. Asumsi-
asumsi dasar Break Even Point adalah sebagai berikut:
a) Biaya dalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel
dengan golongan biaya tetap.
b) Besarnya biaya variabel secara totalitas berubah-ubah secara
proporsional dengan volume produksi / penjualan.
c) Berdasarkan biaya tetap secara totalitas tidak berubah
meskipun ada perubahan volume produksi / penjualan.
17
d) Harga jual per unit tidak berubah selama periode yang
dianalisa.
e) Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk.
f) Apabila diproduksi lebih dari satu macam produk, perimbangan
penghasilan penjualan antaramasing-masing produk atau “sales
mix”-nya adalah tetap konstan.
4. Kegunaan Analisis break Even Point
Analisa Break Even Point dapat digunakan untuk berbagai
tujuan terutama bagi perusahaan yang sedang menyusun
perencanaan. Di samping itu juga dapat digunakan sebagai alat
pengendalian waktu perusahaan masih dalam kegiatan sebelum
berakhirnya suatu periode.
Analisa Break Even Point digunakan oleh perusahaan-
perusahaan dengan tujuan untuk:
a. Mengevaluasi tujuan laba dari perusahaan secara
keseluruhan.
b. Menyajikan data biaya dan laba kepada top management,
yang diperlukan untuk mengambil keputusan dan
merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan.
c. Mengganti sistem laporan yang tebal-tebal dengan suatu
grafik yang mudah dibaca dan dimengerti.
Sedangkan kegunaan analisa BEP adalah sebagai berikut:
a. Sebagai alat untuk merencanakan laba.
b. Sebagai alat untuk perencanaan budget.
c. Sebagai penentu harga jual produk.
d. Sebagai dasar menentukan harga jual produk.
e. Sebagai dasar rencana pengembangan.
f. Sebagai dasar pengambilan keputusan.
Dari beberapa uraian tersebut tentang Break Even Point,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kegunaan analisa Break
Even Point antara lain:
18
a. Analisa Break Even Point dapat dipakai sebagai alat
pemberi informasi kepada management secara sederhana
dan singkat.
b. Analisa Break Even Point dapat digunakan sebagai alat
pedoman dalam mengambil keputusan terutama yang
menyangkut biaya, pendapatan, dan perencanaan laba.
c. Analisa Break Even Point dapat pula memberikan
gambaran tentang biaya dan hasil produknya yang
diharapkan secara menyeluruh di dalam aktivitas utama
perusahaan di masa mendatang.
d. Analisa Break Even Point dapat digunakan sebagai
landasan untuk mengendalikan kegiatan operasi yang
sedang berjalan, yaitu sebagai sarana untuk
membandingkan antara realisasi dengan perhitungan
berdasarkan analisa break even sebagai alat pengendalian
atau controlling.
e. Analisa Break Even Point dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan harga jual, yaitu setelah
diketahui hasil-hasil perhitungan menurut analisa break
even dan laba yang ditargetkan.
2.2.2 Analisis Break Even dalam Perencanaan
Analisis break even dapat memberikan pedoman dalam pembuatan
keputusan dan membantu manajemen dalam:
a. Pembuatan produk
Analisis break even dapat membantu menentukan banyak
sedikitnya penjualan produk baru yang harus diraih agar
perusahaan memperoleh laba.
b. Mempelajari pengaruh ekspansi
Ekspansi akan mengakibatkan peningkatan biaya-biaya
tetap dan variabel, tetapi juga akan meningkatkan penjualan yang
diharapkan.
19
c. Proyek modernisasi dan otomatisasi
Apabila terjadi peningkatan investasi peralatan produksi
yang mampu menekan biaya variabel khususnya biaya tenaga kerja
langsung.
Analisis break even dapat digunakan untuk menganalisis
kosekuensiproyek tersebut.Analisis break even merupakan salah satu
bagian dari analisisbiaya, volume dan laba. Informasi mengenai jumlah
penjulan minimal danbesarnya penurunan realisasi penjualan dari
rencana penjualan dalamanalisis break even dibutuhkan manajemen
agar perusahaan tidakmenderita rugi. Manajemen membutuhkan
informasi tersebut untukmengambil keputusan dalam merencanakan
laba perusahaan.
2.3 Hakikat usaha persewaan (Sewa Guna Usaha)
2.3.1 Pengertian Usaha Persewaan (Sewa Guna Usaha)
Sewa Guna Usaha (Lease) merupakan kontrak. Sesuai dengan
istilahnya, pemilik aktiva (leassor) memberikan pihak lain (lesse) hak
eksklusif untuk menggunakan aktiva, dalam periode waktu tertentu,
sebagai ganti biaya sewa yang artinya sewa menyewa.14
Kemudian, dalam dunia bisnis Lease berkembang sebagai bentuk
sewa-menyewa, yaitu dalam bentuk pembiyaan perusahaan berupa
penyedia barang modal yang digunakan untuk menjalankan usahanya
dengan mebayar sewa selama jangka waktu tertentu. Menurut pasal 1548
B.W. mengenai perjanjian sewa menyewa mendefinisikan arti sewa
menyewa adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya
kenikmatan dari suatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan
14James C Van Horne, John M Wachowicz,Jr, 1998, Prinsip – Prinsip Manajemen Keuangan,Salemba Empat, Jakarta, hal. 582777
20
pembayaran suatu harga yang oleh pihak yang tersebut terakhir itu
disanggupi pembayarannya.15
Sewa menyewa, seperti halnya dengan jual – beli dan perjanjian –
perjanjian lain pada umumnya, adalah suatu perjanjian konsensual.
Artinya, ia sudah sah dan mengikat pada detik tercapainya sepakat
mengenai unsur – unsur pokoknya, yaitu barang dan harga. Kewajiban
pihak yang satu adalah menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh
pihak yang lain, sedangkan kewajiban pihak yang terakhir ini adalah
membayar “harga sewa”. Jadi barang diserahkan bukan untuk dimiliki
seperti halnya dalam jual – beli, tetapi hanya untuk dipakai, dinikmati
kegunaannya. Dengan demikian maka penyerahan hanya bersifat
menyerahkan kekuasaan belaka atas barang yang disewa itu.
1) Kewajiban – kewajiban pihak yang menyewakan
Pihak yang menyewakan mempunyai kewajiban:16
a. Menyerahkan barang yang disewakan kepada si penyewa
b. Memelihara barang yang disewakan sedemikian hingga itu
dapat dipakai untuk keperluan yang dimaksudkan
c. Memberikan kepada si penyewa kenikmatan tenteram dari
barang yang disewakan selama berlangsungnya penyewaan, ini
dimaksudkan sebagai kewajiban pihak yang menyewakan
untuk menaggulangi atau mengikis tuntutan – tuntutan hukum
dari pihak ketiga, yang misalnya membantah hak si penyewa
untuk memakai barang yang disewanya.
Selanjutnya ia diwajibkan, selama waktu sewa menyuruh
melakukan pembetulan – pembetulan pada barangnya yang
disewakan yang perlu dilakukan, kecuali pembetulan – pembetulan
kecil yang menjadi wajibnya si penyewa. Juga ia harus
menanggung si penyewa terhadap semua cacad dari barang yang
disewakan yang merintangi pemakaian barang itu, biarpun pihak
15Subekti SH, 1995, Aneka Perjanjian, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 0316Subekti SH, Ibid, hal. 42
21
yang menyewa itu tidak mengetahui pada waktu dibuatnya
perjanjian sewa – menyewa.
2) Kewajiban – kewajiban si penyewa
Bagi si penyewa ada dua kewajiban utama, ialah:17
a. Memakai barang yang disewa sebagai seorang “ bapak rumah
yang baik” sesuai dengan tujuan yang diberikan kepada barang
itu menurut perjanjian sewanya hal ini berarti kewajiban untuk
memakainya seakan – akan barang itu kepunyaan sendiri
b. Membayar harga sewa pada waktu – waktu yang telah
ditentukan menurut perjanjian
Jika si penyewa memakai barang yang disewa untuk suatu
keperluan lain dari pada yang menjadi tujuan pemakaiannya,atas
suatu keperluan sedemikian rupa hingga dapat menerbitkan
kerugian kepada pihak yang menyewakan, maka pihak ini, menurut
keadaan, dapat dimintai pembatalan sewanya (pasal 1561)
3) Resiko – resiko dalam sewa – menyewa
Menurut pasal 1553 dalam sewa - menyewa itu resiko mengenai
barang yang disewakan dipikul oleh si pemilik barang tersebut, yaitu
pihak yang menyewakan. Dalam pasal itu dituliskan bahwa, apabila
barang yang disewa itu musnah karena suatu peristiwa yang terjadi
diluar kesalahan salah satu pihak , maka perjanjian sewa – menyewa
itu gugur demi hukum.Resiko adalah kewajiban untuk memikul
kerugian yang disebabkan oleh suatu peristiwa yang terjadi diluar
kesalahan salah satu pihak, yang menimpa barang yang menjadi objek
perjanjian.18
4) Gangguan dari pihak ketiga
Apabila selama waktu sewa, si penyewa dalam pemakaian barang
yang disewakan, diganggu oleh pihak ketiga berdasar atas suatu hak
yang dikemukakan oleh pihak ketiga itu, maka dapatlah si penyewa
17Subekti SH, Ibid, hal. 4318Subekti SH, 1995, Ibid, hal. 44
22
menuntut dari pihak yang menyewakan supaya uang sewa dikurangi
secara sepadan sesuai sifat gangguan tersebut.Apabila pihak ketiga itu
sampai menggugat si penyewa dimuka pengadilan, maka si penyewa
dapat menuntut supaya pihak yang menyewakan ditarik sebagai pihak
dalam perkara perdata itu untuk melindungi si penyewa.19
5) Mengulang sewakan
Sipenyewa, jika kepadanya tidak telah diperijinkan oleh pemilik
barang, tidak diperbolehkan mengulang sewakan barang yang
disewanya, maupun melepas sewanya kepada orang lain. Diadakannya
perbedaan antara “ mengulang sewakan” dan “ melepas sewanya”
kepada orang lain, mempunyai maksud sebagai berikut:
Dalam hal mengulang sewakan, si penyewa si penyewa barang
bertindak sendiri sebagai pihak dalam suatu perjanjian sewa –
menyewa kedua yang diaakan olehnya dengan pihak ketig, sedangkan
dalam hal “melepaskan sewanya” ia mengundurkan diri sebagai
penyewa dan menyuruh orang pihak ketiga untuk menggantikan
dirinya sebagai penyewa, sehingga pihak ketiga itu berhadapan sendiri
dengan pihak yang menyewakan.
Jika si penyewa sampai berbuat apa yang dilarang itu, maka pihak
yang menyewakan dapat membatalkan perjanjian sewanya dengan
disertai pembayaran kerugian, sedangkan pihak yang menyewakan,
setelah dilakukannya pembatalan itu, tidak diwajibkan menaati
perjanjian ulang sewa dengan orang ketiga tersebut.20
6) Sewa tertulis dan sewa lisan
Meskipun sewa menyewa adalah suatu perjanjian konsensual,
namun oleh undang – undang diadakan perbedaan dalam akibat -
akibatnya) antara sewa tertulis dan sewa lisan.
Sebaliknya, jika sewa menyewa tidak dibuat dengan tulisan, maka
sewa itu tidak berakhir pada waktu yang dite7ntukan, melainkan jika
19Subekti SH, 1995, IBid, hal. 4520Subekti SH, Ibid, hal. 46
23
pihak yang menyewakan memberitahukan kepada si penyewa bahwa ia
hendak menghentikan sewanya, pemberitahuan harus dilakukan
dengan mengindahkan jangka waktu yang diharuskan menurut
kebiasaan setempat. Jika tidak ada pemberitahuan seperti itu makan
dianggaplah bahwa sewa itu diperpanjang untuk waktu yang sama.21
2.3.2 Bentuk Pendanaan Sewa Guna Usaha
Perjanjian sewa guna usaha dapat dibedakan menjadi tiga
kelompok utama pendanaan sewa perjanjian penjualan dan sewa kembali,
sewa guna usaha langsung dan sewa guna usaha pengungkit.22
1. Penjualan dan sewa kembali. Dalam perjanjian penjualan dan sewa
kembali, perusahaan menjual aktiva kepada pihak lain dan pihak ini
menyewakan kembali aktiva tersebut kepada perusahaan.
2. Sewa guna usaha langsung. Dalam sewa guna langsung, perusahaan
memperoleh keguanaan aktiva yang sebelumnya tidak dimiliki/
3. Sewa guna usaha pengungkit. Bentuk sewa guna usaha khusus
semakin berkembang untuk aktiva – aktiva bernilai tinggi, seperti
pesawat terbang, pengebor minyak dan peralatan kereta api.
2.3.3 Break Even Point dalam Perencanan Laba Usaha Persewaan
Tujuan setiap usaha adalah mendapatkan laba net profit) yaitu suatu
keuntungan yang berhubungan dengantangung jawab usaha dengan
karyawannya, pelanggannya maupun pemiliknya. Profit tidak muncul
secara otomatis tetapi membutuhkan perencanaan yang baik. Profit atau
keuntungan berasal dari keberhasilan manajemen dalam
mengorganisasikan kekuatan perusahaan ke dalam suatu tim dalam
mencari laba.
Perencanaan perusahaan dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain dengan program budget. Sebagian program budget laba bersih
revenue) yang akan diperoleh dari pembiayaan expence) yang dijalankan.
Analisis break even point mempunyai hubungan yang erat dengan
21Subekti SH, Ibid, hal. 472222James C Van Horne, John M Wachowicz,Jr, Op.cit, hal. 583
24
program budget. Walaupun analisis ini dapat diterapkan dengan data
historis, tetapi akan sangat berguna bagi manajemen kalau diterapkan pada
data taksiran yang akan datang.
Untuk mencapai laba yang besar dalam rencana maupun
realisasinya) manajemen dapat menempuh berbagai langkah, misalnya:23
1. Menekan biaya produksi maupun biaya operasi serendah mungkin
dengan mempertahankan tingkat harga jual dan volume penjualan yang
ada
2. Menentukan harga jual sedemikian rupa sesuai dengan laba yang
diinginkan
3. Meningkatkan volume penjulan sebesar mugkin
Perlu diingat bahwa ketiga langkah tersebut tidak dapat dilakukan
secara terpisah karena mempunyai hubungan yang sangat erat, bahkan
saling berkaitan. Biaya akan menentukan harga jual, hargajual akan
mempengaruhi volume produksi dan akan mempengaruhi biaya secara
langsung.
2.4 Kerangka Berpikir
23M. Manullang, 2005, Pengantar Manajemen Keuangan, ANDI, Yogyakarta, hal. 171
25
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka, maka
pembahasan dapat dijelaskan secara singkat seperti kerangka berpikir
sebagai berikut :
Gambar 1.Proses Mengidentifikasi Penjualan Minimum dan Kelayakan
Usaha Rental ABBAD
Berdasarkan kerangka pikir di atas dapat dijelaskan bahwa
perusahaan akan menyusun perencanaan laba. Agar suatu usaha tersebut
Volume Harga
Break Even Point:
Biaya Tetap
Biaya Variable
Data Pendapatan
S = BEP
S < BEP
S > BEP
Kesimpulan
Biaya
PerencanaanLaba
Usaha Rental “ABBAD”
26
dapat memperoleh laba yang maksimal seorang pengusaha harus
mempertimbangkan beberapa faktor yang berpengaruh seperti harga jual,
biaya produksi, dan volume penjualan.
Analisis break even point bisa digunakan untuk menunjukkan suatu
kondisidimana suatu perusahaan tidak mengalami kerugian dan tidak
memperoleh laba. Teknik ini dapat digunakan manajemen untuk mengetahui
berapa tingkat produksi atau penjualan sehingga dapat menutupi biaya - biaya
yang ditanggung. Biaya – biaya produksi tersebut dipisahkan menjadi biaya
tetap dan biaya variebel.
Pada break even point keseluruhan hasil penjualan hanya cukup untuk
menutupi keseluruhan biaya tetap saja, tidak terdapat sisa yang merupakan
keuntungan. Sehingga selanjutnya perlu adanya perhitungan Contibution
Margin yang merupakan jumlah yang tersisa dari penjualan dikurangi biaya
variabel. Jumlah yang tersisa tersebut kemudian digunakan untuk menutupi
biaya tetap. Jika cukup untuk menutupi biaya tetap maka selanjutnya akan
diperoleh laba.
Berdasarkan informasi tersebut perusahaan mampu menyusun besarnya
biaya dan pendapatan yang mesti direncanakan untuk memeroleh laba.
Dari hasil kesimpulan, maka peneliti akan memberikan bahan pertimbangan
kepada perusahaan yang dapat digunakan sebagai bahan pengambilan
keputusan
2.5 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional mencakup semua komponen yang
digunakan untuk mendapatkan data yang di analisis sesuai dengan
tujuan penelitian. Agar konsep yang digunakan dapat diukur secara
empiris untuk menghindarkan dari kesalahpahaman, maka perlu
diadakan penyeragaman dari unsur - unsur yang mempengaruhi
break even point adalah sebagai berikut :
1. Harga jual per unit
Harga jual per unit adalah sejumlah uang yang diterima atau
piutang yang timbul atas penyerahan barang dan jasa kepada
27
konsumen dalam setiap unitnya. Didalam usaha persewaan “ABBAD”
harga jual per unit dihitung dalam skala perhari sewa kendaraan yaitu
sebesar Rp. 60.000
2. Biaya tetap
Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang tidak terpengaruh
dengan volume produksi. Didalam usaha persewaan kendaraan
“ABBAD” ini dapat dirincikan yang menjadi biaya – biaya tetapnya
adalah sebagai berikut :
1. Pembelian kendaraan
2. Biaya gaji
3. Biaya variabel
Biaya variabel merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan yang
besarnya tergantung volume produksi, semakin besar volume produksi.
Didalam usaha persewaan kendaraan “ABBAD” ini dapat dirincikan
yang menjadi biaya – biaya tetapnya adalah sebagai berikut :
1. Service motor
2. Biaya sparepart kendaraan
3. Biaya oli
4. Biaya cuci kendaraan
Top Related