�
�
�
�
BAB II
LANDASAN TEORI
Suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat
penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk
memperoleh kesatuan pandangan terhadap beberapa istilah, maka bab II ini akan
mengemukakan beberapa hal yang akan digunakan sebagai dasar pemikiran dalam
penelitian, secara rinci sebagai berikut :
2.1. Konsep Koperasi
Pengertian koperasi secara umum adalah “ Suatu badan yang merupakan
organisasi ekonomi dengan ciri-ciri khusus”. Menurut Entri Sulistari (2010:16)
“Koperasi adalah suatu badan kerjasama yang bergerak dibidang ekonomi, yang
anggota-anggotanya adalah orang-orang atau badan-badang hukum koperasi yang
bergabung secara sukarela atas dasar persamaan hak dan kewajiban melakukan
suatu usaha atau lebih, untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya.”
Menurut Bab I Pasal 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 khususnya
Pasal 33 ayat (1) menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Selanjutnya penjelasan Pasal 33
antara lain menyatakan bahwa kemakmuran orang-seorang dan bangun
��
�
�
�
perusahaan yang sesuai dengan itu adalah Koperasi. Penjelasan Pasal 33
menempatkan Koperasi baik dalam kedudukan sebagai sokoguru perekonomian
nasional maupun sebagai bagian integral tata perekonomian nasional. Penjelasan
diatas, nampak bahwa koperasi memiliki peranan penting dalam sistem
perekonomian nasional.
2.2. Jenis-Jenis Koperasi
Pengelompokan koperasi berdasarkan bidang usaha, dapat digolongkan
(Drs. Subandi, M.M., 2009: 35) sebagai berikut :
a. Koperasi simpan pinjam
Adalah koperasi yang melayani penyediaan jasa penyimpanan uang
(tabungan) dan jasa peminjaman uang (kredit).
b. Koperasi konsumsi
Adalah koperasi yang berusaha dalam bidang penyediaan barang-barang
konsumsi yang dibutuhkan oleh para anggotanya.
c. Koperasi produksi
Adalah koperasi yang kegiatan utamanya memproses bahan baku menjadi
barang jadi atau setengah jadi.
d. Koperasi pemasaran
Adalah koperasi yang dibentuk terutama untuk membantu para anggotanya
dalam memasarkan barang-barang yang dihasilkannya.
Berdasarkan penjelasan tersebut, obyek penelitian yang dimaksut dalam
penelitian ini adalah Koperasi Simpan Pinjam.
��
�
�
�
2.3. Koperasi Simpan Pinjam
Dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 9
Tahun 1995 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi
disebutkan bahwa pengertian Koperasi simpan pinjam adalah Koperasi yang
kegiatannya hanya usaha simpan pinjam. Sedangkan pelaksanaan simpan pinjam
dilakukan secara terpisah dari unit usaha lainnya (pasal 12 Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995). Dengan demikian, koperasi simpan
pinjam merupakan salah satu lembaga keuangan dalam bentuk koperasi yang
melayani penyediaan jasa penyimpanan uang (tabungan) dan jasa peminjaman
uang (kredit). Tujuan dari Koperasi Simpan Pinjam sama dengan tujuan koperasi
pada umumnya, yaitu menyejahterakan anggotanya. Sedangkan dari segi
mekanisme kerjanya koperasi simpan pinjam merupakan lembaga keuangan non
bank.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan Koperasi
Simpan Pinjam dalam penelitian ini adalah Koperasi ”TABITA” yang kegiatan
usahanya memberikan jasa penyimpanan uang (tabungan) dan memberikan kredit
bagi nasabah atau anggota yang membutuhkan dengan syarat yang mudah.
2.4. Konsep Kredit atau Pinjaman
Dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Kredit adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain
yang mewajibkan pihak peminjam melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga kredit. Menurut asal mulanya kata kredit berasal
�
�
�
�
dari Bahasa Yunani “credere” yang artinya adalah kepercayaan atau kombinasi
dari Bahasa Latin “credo” yang berarti saya percaya dan yang merupakan
kombinasi dari Bahasa Sansekerta “cred” yang berarti kepercayaan dan Bahasa
Latin “do” yang berarti saya tempatkan. Maksud dari kepercayaan bagi si pemberi
kredit adalah dia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang
disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian, sedangkan bagi
si penerima kredit merupakan kewajiban untuk membayar sesuai dengan jangka
waktu.
2.5. Unsur Unsur Kredit
Sedangkan menurut Kasmir (2001:94-95), pengertian Kredit jika dilihat
secara utuh mengandung unsur-unsur sebagai berikut :
a. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang
diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima
kembali dimasa tertentu dimasa datang.
b. Kesepakatan, kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana
masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-
masing.
c. Jangka waktu, setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu
tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah
disepakati bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka
panjang.
d. Resiko. Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan
suatu resiko tidak tertagihnya atau macet pemberian kredit. Semakin
���
�
�
�
panjang suatu kredit semakin besar resikonya dan sebaliknya dan resiko
ini menjadi tanggungan bank.
e. Balas jasa atau bunga. Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit
atau jasa tersebut.
2.6. Fungsi Kredit
Dalam sebuah sistem perekonomian, kredit memiliki posisi yang sangat
strategis. Posisi strategis kredit ditunjukkan dalam fungsi (Kasmir, 2001:97)
sebagai berikut:
a. Meningkatkan daya guna uang.
Maksudnya jika uang hanya disimpan saja di rumah tidak akan
menghasilkan sesuatu yang berguna.
b. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.
Hal ini uang yang disalurkan atau diberikan akan beredar dari satu wilayah
ke wilayah lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan
memperoleh kredit maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang
dari daerah lainnya.
c. Meningkatkan daya guna barang.
Kredit yang diberikan akan dapat digunakan oleh si debitur untuk
mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna.
d. Sebagai alat stabilitas ekonomi.
Kredit dapat dikaitkan sebagai alat stabilitas ekonomi karena dengan
adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang
diperlukan masyarakat.
���
�
�
�
e. Menimbulkan kegairahan berusaha.
Setiap manusia adalah makhluk yang selalu melakukan kegiatan ekonomi
yaitu selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.
f. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.
Para usahawan yang memperoleh kredit tentusaja berusaha untuk
meningkatkan usahanya.
Sebagai suatu jenis usaha, kredit mempunyai beberapa tujuan yang dapat
disampaikan antara lain sebagai berikut :
a. Bagi nasabah sebagai debitur dengan mendapatkan kredit bertujuan untuk
mengatasi kesulitan pembiayaan dan meningkatkan usaha dan pendapatan
di masa depan.
b. Sedangkan bagi koperasi sendiri juga diharapkan melalui pemberian kredit
akan menghasilkan pendapatan bunga sebagai ganti harga dari pinjaman
itu sendiri.
c. Semakin banyaknya kredit yang disalurkan maka peningkatan
pembangunan pemerintah di berbagai sektor semakin baik.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan fungsi
kredit dalam penelitian ini adalah manfaat yang diberikan oleh Koperasi
Simpan Pinjam ”TABITA” untuk pihak Koperasi yang bersangkutan,
nasabah atau anggota dan pemerintah.
2.7. Jaminan Kredit
Kredit tanpa jaminan sangat membahayakan posisi koperasi untuk
menutupi kerugian jika mengingat peminjam mengalami kemacetan atau kendala
���
�
�
�
dalam proses pengembalian kredit. Dengan menutup kredit macet dengan jaminan
tersebut, maka koperasi dengan jaminan kredit relatif lebih aman.
Menurut Kamir (2001:102) Jaminan yang dapat digunakan oleh calon
peminjam adalah :
1. Dengan Jaminan
a. Jaminan benda berwujud yaitu barang-barang yang dapat dijadikan
jaminan seperti tanah, bangunan, kendaraan bermotor, dan lainnya.
b. Jaminan benda tidak berwujud yaitu benda-benda yang merupakan surat-
surat yang dijadikan jaminan seperti sertifikat tanah, sertifikat deposito
dan lainnya.
c. Jaminan orang yaitu jaminan yang diberikan oleh seseorang dan apabila
kredit tersebut macet maka orang yang memberikan jaminan itulah yang
menanggung resikonya.
2. Tanpa Jaminan
Kredit tanpa jaminan maksudnya adalah kredit yang diberikan bukan dengan
jaminan barang tertentu. Kredit tanpa jaminan hanya dengan penilaian
terhadap prospek usahanya atau pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha
ekonomi lemah.
Kredit yang diberikan oleh Koperasi Simpan Pinjam ”TABITA” perlu
dijaga keamanannya sehingga perlu Jaminan dalam pemberian kredit, untuk
mengantisipasi terjadinya kredit macet. Jaminan kredit yang diperlukan dalam
pemberian kredit oleh Koperasi Simpan Pinjam ”TABITA” Kota Salatiga
adalah :
���
�
�
�
a. Jaminan benda berwujud, seperti kendaraan bermotor dan emas
b. Jaminan benda tidak berwujud, seperti sertifikat tanah, sertifikat rumah
dan BPKB
Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan jaminan
kredit dalam penelitian ini adalah benda berwujud atau tidak berwujud
yang diberikan oleh nasabah atau anggota kepada pihak KSP TABITA
untuk melindungi dana yang disalurkan dari terjadinya kredit macet.
2.8. Penilaian Dalam Pemberian Kredit
Calon nasabah yang mengajukan permohonan pinjaman diharuskan
memenuhi persyaratan yang harus dipenuhi, koperasi akan memberikan penilaian
apakah calon nasabah atau anggota tersebut layak atau tidak untuk mendapatkan
kredit dengan menggunakan analisi 5C dan 7P. Analisis kredit adalah fungsi
untuk memberikan penilaian kredit berdasarkan norma yang berlaku di dalam
perkreditan yang sehat dibandingkan dengan fakta calon peminjam.
Penilaian pemberian kredit dengan metode analisis dengan 5C menurut
Kasmir (2001:104) adalah :
a. Character
Suatu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan
diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar
belakang si nasabah baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun
bersifat pribadi.
���
�
�
�
b. Capasity
Melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang
dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur
dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan
pemerintah.
c. Capital
Melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan
(neraca dan laporan rugi laba) dengan melakukan pengukuran dari segi
likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya.
d. Colleteral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik
maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang
diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi
suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan
secepat mungkin.
e. Condition
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik
sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta
prospek usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek
yanmg baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif
kecil.
��
�
�
�
Penilaian pemberian kredit dengan metode analisis dengan 7P menurut
Kasmir (2001:106) adalah :
a. Personality
Menilai calon peminjam dari segi kepribadiannya atau tingkahlakunya
sehari-hari maupun masa lalunya.
b. Party
Mengklasifikasikan peminjam kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-
golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya.
c. Perpose
Mengetahui tujuan calon peminjam dalam mengambil kredit.
d. Prospect
Menilai usaha calon peminjam dimasa yang akan datang menguntungkan
atau tidak.
e. Payment
Merupakan ukuran bagaimana calon peminjam mengembalikan kredit
yang telah diambil.
f. Profitability
Menganalisis bagaimana kemampuan calon peminjam dalam mencari laba.
g. Protection
Bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapat perlindungan.
Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan
asuransi.
��
�
�
�
Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan metode
penilaian pemberian kredit dalam penelitian ini adalah cara-cara yang digunakan
oleh Koperasi Simpan Pinjam ”TABITA” untuk menilai calon peminjam yang
mengajukan kredit, bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar kembali.
2.9. Konsep Sistem
Pengertian sistem menurut Drs. Ibnu Syamsi, S.U. (2004:16) adalah
sekumpulan kegiatan yang terdiri dari sub-subsistem yang saling berinteraksi satu
dengan lainnya dan berproses untuk mencapai tujuan tertentu. Dari pengertian
tersebut yang merupakan subsistem adalah prosedur, antara prosedur yang satu
dengan prosedur yang lain dalam satu system itu saling berkaitan. Sedangkan
metode itu merupakan komponen dari prosedur. Semuanya merupakan proses
yang berkaitan satu dengan lainnya menuju kearah sasaran, maksud atau tujuan
tertentu.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan Sistem
dalam penelitian ini adalah Tahapan-tahapan yang harus dipenuhi oleh nasabah
agar pengajuan kredit diproses oleh pihak koperasi sehingga pengajuan kredit bisa
disetujui dan dicairkan.
2.10. Risiko Kredit
Menurut Drs.H.Masyud Ali, M.Ba, MM (2006:199) Risiko kredit adalah
risiko yang kemungkinan terjadinya kerugian bank sebagai akibat dari tidak
lunasinya kembali kredit yang diberikan bank kepada debitur. Artinya setiap saat
bila terdapat peminjam atau debitur yang tidak melunasi kembali pinjamannya
���
�
�
�
dan membayar bunga serta kewajiban-kewajiban lainnya maka koperasi sedang
berhadapan dengan risiko kredit.
Berdasarkan uraian dan penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan
risiko kredit dalam penelitian ini adalah tanggungan yang harus diterima oleh
pihak koperasi karena ketidakmampuan nasabah atau anggota dalam
pengembalian kredit.
2.11. Prosedur Pemberian Kredit
Secara umum prosedur pemberian kredit oleh badan hukum dilakukan
(Kasmir, 2001:110) sebagai berikut :
1. Pengajuan berkas-berkas
Calon peminjam mengajukan permohonan kredit dengan dilampiri berkas-
berkas yang dibutuhkan.
2. Penyelidikan berkas pinjaman
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah
lengkap sesuai persyaratan dan sudah benar.
3. Wawancara I
Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam secara langsung untuk
meyakinkan apakah berkas-berkas telah sesuai dan lengkap.
4. On the spot
Merupakan kegiatan pemeriksaan ke lapangan dengan meninjau berbagai
objek yang akan dijadikan usaha atau jaminan.
���
�
�
�
5. Wawancara II
Merupakan kegiatan perbaikan berkas jika mungkin ada kekurangan-
kekurangan pada saat setelah dilakukan on the spot di lapangan.
6. Keputusan kredit
Merupakan penetuan apakah kredit akan diberikan atau ditolak.
7. Penandatanganan akad kredit atau perjanjian lainnya
Merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, maka sebelum kredit
dicairkan terlebih dahulu pemohon kredit menandatangani akad kredit.
8. Realisasi kredit
Realisasi kredit diberikan setelah penandatanganan surat-surat yang
diperlukan dengan membuka tabungan di bank atau koperasi yang
bersangkutan.
9. Penyaluran atau penarikan dana
Merupakan pencairan atau pengambilan uang dari rekening sebagai
realisasi dari pemberian kredit dan dapat diambil sesuai ketentuan dan
tujuan kredit.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan prosedur
pemberian kredit dalam penelitian ini adalah langkah-langkah dan persyaratan
yang diberlakukan oleh KSP TABITA dalam pemberian kredit, mulai dari
pengajuan permohonan kredit sampai dengan pencairan kredit yang diminta.
2.12. Sistem Pengendalian Kredit
Sistem pengendalian kredit dalam penelitian ini adalah suatu sistem yang
terdiri dari prosedur dan metode digunakan oleh pihak KSP TABITA kota
� �
�
�
�
Salatiga untuk mencegah atau menghilangkan kemungkinan terjadinya suatu
kerugian yang akan atau telah terjadi, akibat debitur tidak mampu memenuhi
kewajiban pokok pinjaman.
2.13. Faktor-Faktor Penyebab dan Pengendalian Kredit Macet
Menurut Kasmir (2001:115) Faktor-faktor penyebab kredit macet antara
lain :
1. Pihak koperasi
Dalam melakukan analisisnya, pihak analisis kurang teliti, sehingga
apa yang seharusnya terjadi tidak diprediksi sebelumnya. Dapat pula
terjadi akibat kolusi dari pihak analisis kredit dengan pihak debitur
sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subjektif.
2. Pihak nasabah
Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat dua hal
yaitu:
- Adanya unsur kesengajaan, nasabah sengaja untuk tidak
bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit
yang diberikan macet.
- Adanya unsur tidak sengaja, si debitur mau membayar akan tetapi
tidak mampu. Kemampuan untuk membayar kredit tidak ada.
Pengendalian terhadap kredit macet menurut Kasmir (2001:103) perlu
dilakukan beberapa hal, antara lain:
1. Rescheduling, yaitu dengan menggunakan cara :
a. Memperpanjang jangka waktu kredit
���
�
�
�
Dalam hal ini debitur atau peminjam diberikan keringanan dalam
masalah jangka waktu kredit.
b. Memperpanjang waktu angsuran
Yaitu dengan memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka
waktu kredit.
2. Reconditioning, yaitu mengubah berbagai persyaratan yang ada dengan
cara :
a. Kapitalisasi bunga yaitu dengan cara bunga dijadikan hutang pokok.
b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, jadi hanya
bunga yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok
pinjamanyya tetap harus dibayar seperti biasa.
c. Penurunan suku bunga, dengan penurunan suku bunga dimaksudkan
agar lebih meringankan beban masalah.
d. Pembebasan bunga
3. Restructuring, yaitu dengan menggunakan cara:
a. Menambah jumlah kredit
b. Menambah equity yaitu dengan menyetor uang tunai dan tambahan
dari pemilik
4. Kombinasi, merupakan kombinasi dari ketiga jenis diatas.
5. Penyitaan jaminan, merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah tidak
benar-benar punya etikad baik atau sudah tidak mampu lagi untuk
membayar semua hutang-hutangnya.
���
�
�
�
Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang dimaksud dengan faktor-faktor
penyebab kredit macet dalam penelitian ini adalah kredit macet yang disebabkan
oleh kecerobohan dari pihak koperasi itu sendiri atau dari pihak nasabah.
2.14. Pengendalian Risiko Preventif dan Kuratif
Menurut Djojosoedarsono Soeisno (1999:57) Mengendalikan secara
preventif adalah menghindari harta, orang atau kegiatan dari explosure terhadap
risiko dengan jalan :
a. Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima atau menghentikan
kegiatan begitu kemudian diketahui mengandung risiko.
b. Menolak memiliki atau menolak kegiatan itu walau hanya sementara
Menanggulangi kerugian yang sudah terjadi (kuratif) adalah usaha usaha
yang dilakukan untuk memperkecil atau mengurangi keparahan bila suatu risiko
atau kerugian memang terjadi.
2.15. Hasil Penelitian Terdahulu
Pingky Indraswari (2011) melakukan penelitian tentang pengendalian
kredit modal usaha study kasus pada BPR Kridaharta Salatiga. Hasil penelitian
menunjukan bahwa terdapat dua langkah yang tidak dilakukan, yaitu:
a. Pengawasan yang kurang dari pihak bank setelah kredit dicairkan untuk
memantau perkembangan usaha debitur agar tidak terjadi penunggakan dalam
pembayaran kredit.
b. Analisis kredit sebelum dicairkan, pihak bank kurang teliti menganalisis
kondisi dari debitur, sehingga adanya kesalahan pencairan kredit yang
diberikan.
���
�
�
�
2.16. Kerangka Berpikir
Koperasi Simpan Pinjam TABITA merupakan badan usaha yang harus
dikelola secara profesional. Pengelolaan yang profesional memerlukan adanya
sistem pengendalian kredit, yang digunakan untuk mengantisipasi terjadinya
kredit bermasalah atau kredit macet. Sistem pengendalian kredit terdiri dari 2
komponen yaitu :
c. Prosedur
1. Pengajuan berkas-berkas
2. Penyelidikan berkas pinjaman
3. Wawancara I
4. On the spot
5. Wawancara II
6. Keputusan kredit
7. Penandatanganan akad kredit atau perjanjian lainnya
8. Realisasi kredit
9. Penyaluran atau penarikan dana
d. Metode
1. Proses pengajuan kredit
2. Pengelompokan jenis pinjaman
Sistem Pengendalian Kredit
PROSEDUR
METODE
���
�
�
�
3. Penilaian kelayakan
4. Proses pencairan kredit
5. Pengawasan terhadap kredit
6. Pengendalian jaminan kredit
7. Analisis gejala terjadinya kredit macet
8. Pengelolaan terhadap resiko
9. Penggolongan kualitas terhadap terjadinya kredit macet
10. Menghilangkan atas kerugian yang telah terjadi
Berdasarkan data yang diperoleh penggolongan sistem pengendalian kredit
sebagai berikut:
1. Baik
Sistem pengendalian baik jika prosedur (langkah-langkah dan persyaratan)
yang dilakukan KSP TABITA dalam pemberian kredit dan ke 10 metode
pengendalian berjalan dengan baik sehingga tidak ada nasabah yang tidak
sanggup mengembalikan pinjaman.
2. Cukup Baik
Sistem pengendalian cukup baik jika prosedur (langkah-langkah dan
persyaratan) yang dilakukan KSP TABITA dalam pemberian kredit dan ke
10 metode pengendalian terdapat kendala tetapi masih bisa diatasi
sehingga kredit berjalan kurang lancar.
���
�
�
�
3. Tidak Baik
Sistem pengendalian tidak baik jika prosedur (langkah-langkah dan
persyaratan) yang dilakukan KSP TABITA dalam pemberian kredit dan ke
10 metode pengendalian terdapat kendala yang tidak bisa di atasi sehingga
terjadi kredit macet.
Top Related