10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Self efficacy
a. Pengertian self efficacy
Self efficacy merupakan evaluasi seseorang terhadap
kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas,
mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan (Bandura dalam Baron
dan Byrne:183), sedangkan menurut Brehm dan Kassin (1990)
mendefinisikan self efficacy sebagai keyakinan individu bahwa ia
mampu melakukan tindakan spesifik yang diperlukan untuk
menghasilkan out come yang diinginkan dalam suatu situasi.
Berdasarkan persamaan pendapat para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa self efficacy merupakan keyakinan atau
kepercayaan individu mengenai kemampuan dirinya untuk untuk
mengorganisasi, melakukan suatu tugas, mencapai suatu tujuan,
menghasilkan sesuatu dan mengimplementasi tindakan untuk
menampilkan kecakapan tertentu.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi self efficacy
Tinggi rendahnya self efficacy seseorang dalam tiap tugas
sangat bervariasi. Ini disebabkan adanya beberapa factor yang
berpengaruh dalam mempersepsikan kemampuan diri individu.
10
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
11
Menurut Bandura (dalam Pajares & Urdan, 2006) tingkat self
efficacy seseorang dipengaruhi oleh:
1) Sifat dari tugas yang dihadapi individu
Sifat tugas dalam hal ini meliputi tingkat kesulitan dan
kompleksitas dari tugas yang dihadapi. Semakin sedikit jenis
tugas yang dapat dikerjakan dan tingkat kesulitan tugas yang
relatif mudah, maka semakin besar kecenderungan individu
untuk menilai rendah kemampuannya sehingga akan
menurunkan self efficacy. Namun apabila seseorang tersebut
mampu menyelesaikan berbagai macam tugas dengan tingkat
kesulitan yang berbeda, maka individu akan menilai dirinya
mempunyai kemampuan sehingga akan meningkatkan self
efficacy.
2) Insentif eksternal (reward) yang diterima individu dari orang
lain.
Semakin besar insentif atau reward yang diperoleh
seseorang dalam penyelesaian tugas, maka semakin tinggi
derajat self efficacy.. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Bandura
(1997) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang dapat
meningkatkan self efficacy adalah competence contingent
incentive, yaitu intensif atau reward yang diberikan oleh orang
lain yang merefleksikan keberhasilan seseorang dalam
menguasai atau melaksanakan tugas tertentu.
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
12
3) Status atau peran individu dalam lingkungannya.
Seseorang yang memiliki status yang lebih tinggi dalam
lingkungannya atau kelompoknya akan mempunyai derajat
kontrol yang lebih besar pula sehingga memiliki self efficacy
yang lebih tinggi.
4) Informasi tentang kemampuan diri.
Informasi yang disampaikan orang lain secara langsung
bahwa seseorang mempunyai kemampuan tinggi, dapat
menambah keyakinan diri seseorang sehingga mereka akan
mengerjakan suatu tugas dengan sebaik mungkin. Namun
apabila seseorang mendapat informasi kemampuannya rendah
maka akan menurunkan self efficacy sehingga kinerja yang
ditampilkan rendah.
c. Fungsi Self efficacy
Self efficacy yang dipersepsikan tidak hanya sekedar
perkiraan tentang tindakan apa yang akan dilakukan pada masa
mendatang (Pajares & Urdan, 2006). Keyakinan seseorang mengenai
kemampuan diri juga berfungsi sebagai suatu determinan bagaimana
individu tersebut berperilaku, berpola-pikir, dan bereaksi emosional
terhadap situasi-situasi yang sedang dialami. Keyakinan diri juga
memberikan kontribusi terhadap kualitas dari fungsi psikososial
seseorang.
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
13
Bandura (1997) menjelaskan fungsi dan berbagai dampak
dari penilaian self efficacy antara lain sebagai berikut:
1) Perilaku Memilih
Dalam kehidupan sehari-hari, individu sering
dihadapkan dengan pengambilan keputusan, meliputi pemilihan
tindakan dan lingkungan sosial yang ditentukan dari penilaian
efficacy individu. Seseorang cenderung untuk menghindar dari
tugas dan situasi yang diyakini melampaui kemampuan diri
mereka, dan sebaliknya mereka akan mengerjakan tugas-rugas
yang dinilai mampu untuk mereka lakukan (Bandura, 1997). Self
efficacy yang tinggi akan dapat memacu keterlibatan aktif dalam
suatu kegiatan atau tugas yang kemudian akan meningkatkan
kompetensi seseorang. Sebaliknya, self efficacy yang rendah
dapat mendorong seseorang untuk menarik diri dari lingkungan
dan kegiatan sehingga dapat menghambat perkembangan
potensi yang dimilikinya.
Seseorang yang memiliki penilaian self efficacy-nya
secara berlebihan cenderung akan menjalankan kegiatan yang
jelas diatas jangkauan kemampuannya. Akibatnya dia akan
mengalami kesulitan-kesulitan yang berakhir dengan kegagalan
yang sebenarnya tidak perlu terjadi, dan hal ini bisa mengurangi
kredibilitasnya. Sebaliknya, seseorang yang menanggap rendah
kemampuannya juga akan mengalami kerugian, walaupun
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
14
kondisi ini lebih seperti memberi batasan pada diri sendiri
daripada suatu bentuk keengganan. Melalui kegagalan dalam
mengembangkan potensi kemampuan yang dimiliki dan
membatasi kegiatan-kegiatanya, seseorang dapat memutuskan
dirinya dari banyak pengalaman berharga. Seharusnya ia
berusaha untuk mencoba tugas-tugas yang memiliki penilaian
yang penting, tetapi ia justru menciptakan suatu halangan
internal dalam menampilkan kinerja yang efektif melalui
pendekatan dirinya pada keraguan (Bandura, 1997).
2) Usaha yang dilakukan dan daya tahan
Penilaian terhadap self efficacy juga menentukan
seberapa besar usaha yang dilakukan seseorang dan seberapa
lama ia akan bertahan dalam menghadapi hambatan atau
pengalaman yang tidak menyenangkan. Semakin tinggi self
efficacy seseorang, maka akan semakin besar dan gigih pula
usaha yang dilakukan. Ketika dihadapkan pada kesulitan,
individu yang memiliki self efficacy tinggi akan mengeluarkan
usaha yang besar untuk mengatasi tantangan tersebut.
Sedangkan orang yang meragukan kemampuannya akan
mengurangi usaha atau bahkan menyerah sama sekali (Bandura,
1997).
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
15
3) Pola berpikir dan reaksi emosi
Penilaian mengenai kemampuan seseorang juga
mempengaruhi pola berpikir dan reaksi emosionalnya selama
interaksi aktual dan terantisipasi dengan lingkungan. Individu
yang menilai dirinya memiliki self efficacy rendah, merasa tidak
mampu dalam mengatasi masalah, hanya akan terpaku pada
kekurangannya sendiri dan berpikir kesulitan yang mungkin
timbul lebih berat dari kenyataannya (Bandura, 1997).
Sebaliknya, individu yang memilki self efficacy yang tinggi akan
lebih memusatkan perhatian dan mengeluarkan usaha yang lebih
besar terhudap situasi yang dihadapinya, dan setiap hambatan
yang muncul akan mendorongnya untuk berusaha lebih keras
lagi.
Self efficacy juga dapat membentuk pola berpikir kausal
(Collin, dalam Bandura, 1997). Dalam menghadapi persoalan
yang sulit, individu yang memiliki self efficacy tinggi akan
menganggap kegagalan terjadi karena kurangnya usaha yang
dilakukan, sedang yang memiliki self efficacy rendah lebih
menganggap kegagalan disebabkan kurangnya kemampuan yang
ia miliki.
4) Perwujudan dari keterampilan yang dimiliki
Banyak penelitian membuktikan bahwa self efficacy
dapat meningkatkan kualitas dari fungsi psikososial seseorang
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
16
(Bandura, 1997). Seseorang yang memandang dirinya sebagai
orang yang selfefficacy-nya tinggi akan membentuk tantangan-
tantangan terhadap dirinya sendiri menunjukkan minat dan
keterlibatan dalam suatu kegiatan. Mereka akan meningkatkan
usaha jika kinerja yang dilakukan mengalami kegagalan dalam
mencapai tujuan, menjadikan kegagalan sebagai pendorong
untuk mencapai keberhasilan, dan memiliki tingkat stres yang
rendah bila menghadapi situasi yang menekan.
d. Komponen Self efficacy
Bandura (2006) mengemukakan bahwa self efficacy individu
dapat dilihat dari tiga komponen yaitu:
1) Tingkat (level)
Self efficacy individu dalam mengerjakan suatu tugas
berbeda dalam tingkat kesulitan tugas. Individu memiliki self
efficacy yang tinggi pada tugas yang mudah dan sederhana, atau
juga pada tugas-tugas yang rumit dan membutuhkan kompetensi
yang tinggi. Individu yang memiliki self efficacy yang tinggi
cenderung memilih tugas yang tingkat kesukarannya sesuai
dengan kemampuannya.
2) Keluasan (generality)
Komponen ini berkaitan dengan penguasaan individu
terhadap bidang atau tugas pekerjaan. Individu dapat
menyatakan dirinya memiliki self efficacy pada aktifitas yang
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
17
luas, atau terbatas pada fungsi domain tertentu saja. Individu
yang memiliki self efficacy yang tinggi akan mampu menguasai
beberapa bidang sekaligus untuk menyelesaikan suatu tugas.
Individu yang memiliki self efficacy yang rendah hanya
menguasai sedikit bidang yang diperlukan dalam menyelesaikan
suatu tugas.
3) Kekuatan (strength)
Komponen yang ketiga ini lebih menekankan pada
kckuatan atau kemantapan individu terhadap keyakinannya. Self
efficacy menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan individu
akan memberikan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan
individu. Self efficacy menjadi dasar dirinya melakukan usaha
yang keras, bahkan ketika mengalami hambatan sekalipun.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa self
efficacy mencakup komponen tingkat (level), keluasan
(generality), dan kekuatan (strength).
Dari pemaparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa
individu yang memiliki self efficacy yang tinggi memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Yakin terhadap kesuksesan dalam mengatasi rintangan.
2) Ancaman dipandang sebagai suatu tantangan yang tidak perlu
dihindari.
3) Gigih dalam berusaha.
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
18
4) Percaya pada kemampuan diri yang dimiliki.
5) Hanya sedikit menampakkan keragu-raguan.
6) Suka mencari situasi baru.
7) Aspirasi dan komitmen terhadap tugas kuat.
Individu yang memiliki self efficacyrendah memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1) Lamban dalam membenahi atau mendapatkan kembali self
efficacy ketika menghadapi kegagalan.
2) Tidak yakin dapat menghadapi rintangan.
3) Ancaman dipandang sebagai sesuatu yang harus dihindari.
4) Mengurangi usaha dan cepat menyerah.
5) Ragu pada kemampuan diri yang dimiliki.
6) Tidak suka mencari situasi baru.
7) Aspirasi dan komitmen terhadap tugas lemah
e. Sumber-Sumber Self efficacy
Bandura dalam Woolfolk (2004) menjelaskan bahwa self
efficacy individu didasarkan pada empat hal, yaitu:
1) Mastery experience
Adalah pengalaman langsung kita menjadi sumber
informasi efikasi yang paling kuat. Pengalaman akan
keberhasilan adalah sumber yang paling besar pengaruhnya
terhadap self efficacy individu karena didasarkan pada
pengalaman otentik. Pengalaman akan kesuksesan menyebabkan
self efficacy indivudu meningkat, sementara kegagalan yang
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
19
berulang menyebabkan menurunnya self efficacy, khususnya
jika kegagalan terjadi ketika self efficacy belum benar-benar
terbentuk secara kuat. Kegagalan juga dapat menurunkan self
efficacy individu jika kegagalan tersebut tidak merefleksikan
kurangnya usaha atau pengaruh dari keadaan luar.
2) Vicarious experience
Merupakan pencapaian yang dimodelkan oleh orang lain.
Dalam vicarious experience, seseorang memberikan contoh
penyelesaian. Semakin dekat siswa mengidentifikasi diri dengan
sang model, akan semakin besar pula dampaknya pada efikasi
diri. Bila sang model bekerja dengan baik, efikasi diri siswa
meningkat, tetapi bila sang model bekerja dengan buruk
ekspektasi efikasi siswa menurun. Meskipun mastery experience
secara umum diakui sebagai sumber keyakinan efikasi paling
berpengaruh pada orang dewasa, Keyser dan Barling (dalam
Woolfolk, 2004) menemukan bahwa anak-anak lebih bersandar
pada modeling sebagai sumber informasi efikasi diri. Modeling
sendiri adalah perubahan dalam perilaku, pemikiran atau emosi
yang terjadi mclalui mengobservasi orang lain sebagai panutan.
3) Social persuation
Dapat berupa "pep talk" atau umpan balik spesifik atas
kinerja. Persuasi verbal dipergunakan untuk meyakinkan
individu bahwa individu memiliki kemampuan yang
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
20
memungkinkannya untuk meraih apa yang diinginkan. Persuasi
sosial sendiri dapat membuat siswa mengerahkan usaha,
mengupayakan strategi baru, atau berusaha cukup keras untuk
mencapai kesuksesan (Bandura, 1982 dalam Woolfolk. 2004).
Persuasi sosial dapat menangkal setback yang telah
menyebabkan seseorang meragukan dirinya dan menginterupsi
presistensi.
4) Physiological and emotionl arousal
Merupakan reasksi fisik dan psikologis yang
menyebabkan seseorang alert (siaga), bergairah atau tegang.
Penilaian individu akan kemampuannya dalam mengerjakan
suatu tugas sebagian dipengaruhi oleh keadaan fisiologis.
Gejolak emosi dan keadaan fisiologis yang dialami individu
memberikan suatu isyarat terjadinya suatu hal yang tidak
diinginkan sehingga situasi yang menekan cenderung dihindari.
Informasi dari keadaan fisik seperti jantung berdebar, keringat
dingin, dan gemetar menjadi isyarat bagi individu bahwa situasi
yang dihadapinya berada diatas kemampuannya.
Level of arousal dapat memberikan informasi mengenai
tingkat Self efficacy tergantung bagaimana arousal tersebut dapat
diinterpretasikan. Bagaimana seseorang menghadapi suatu
tugas, apakah cemas atau khawatir (self efficacy rendah) atau
tertarik (self efficacy tinggi) dapat memberikan informasi
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
21
mengenai orang tersebut (Bandura, 1997; Pintrich & Schunk,
2002). Dalam menilai kemampuannya, seseorang dipengaruhi
oleh informasi tentang keadaan ilsiknya untuk menghadapi
situasi tertentu dengan memperhatikan keadaan fisiologisnya.
f. Proses-Proses Self efficacy
Bandura (1997) menguraikan proses psikologis self efficacy
dalam mempengaruhi fungsi manusia. Proses tersebut dapat
dijelaskan melalui cara-cara dibawah ini:
1) Proses kognitif
Dalam melakukan tugas akademiknya, individu
menetapkan tujuan dan sasaran perilaku sehingga individu dapat
merumuskan tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan
tersebut. Penetapan sasaran pribadi tersebut dipengaruhi oleh
penilaian individu akan kemampuan kognitifnya.
Fungsi kognitif memungkinkan individu untuk
memprediksikan kejadian sehari-hari yang akan berakibat pada
masa depan. Asumsi yang timbul pada aspek kognitif ini adalah
semakin efektif kemampuan individu dalam analisis dan dalam
berlatih mencari masalah yang akan dihadapi.
Ungkapkan ide-ide atau gagasan-gagasan pribadi, maka
akan mendukung individu bertindak dengan tepat untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Individu akan meramalkan
kejadian dan mengembangkan cara untuk mengontrol kejadian
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
22
yang mempengaruhi hidupnya. Keahlian ini membutuhkan
proses kognitif yang efektif dari berbagai macam informasi.
2) Proses motivasi
Motivasi individu timbul melalui pemikiran optimis dari
dalam dirinya untuk mewujudkan tujuan yang diharapkan.
Individu berusaha memotivasi diri dengan menetapkan
keyakinan pada tindakan yang akan dilakukan, merencanakan
tindakan yang akan direalisasikan. Terdapat beberapa macam
motivasi kognitif yang dibangun dari beberapa teori yaitu
atribusi penyebab yang berasal dari teori atribusi dan
pengharapan akan hasil yang terbentuk dari teori nilai
pengharapan.
Self efficacy mempengaruhi atribusi penyebab, dimana
individu yang memiliki self efficacy akademik yang tinggi
menilai kegagalannya dalam mengerjakan tugas akademik
disebabkan oleh kurangnya usaha, sedangkan individu dengan
self efficacy yang rendah menilai kegagalannya disebabkan
karena kurangnya kemampuan.
Teori nilai pengharapan memandang bahwa motivasi
diatur oleh pengharapan akan hasil (outcome expectation) dan
nilai hasil (outcome value) tersebut. Outcome expectation
merupakan suatu perkiraan bahwa perilaku atau tindakan
tertentu akan menyebabkan akibat yang khusus bagi individu.
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
23
Hal tersebut mengandung keyakinan tentang sejauh mana
perilaku tertentu akan menimbulkan konsekuensi tertentu.
Outcome value adalah nilai yang mempunyai arti dari
konsekuensi-konsekuensi yang terjadi bila suatu perilaku
dilakukan. Individu harus memiliki outcome value yang tinggi
untuk mendukung outcome expectation.
3) Proses afeksi
Afeksi terjadi secara alami dalam diri individu dan
berperan dalam menentukan intensitas pengalaman emosional.
Afeksi ditujukan dengan mengontrol kecemasan dan perasaan
depresif yang menghalangi pola-pola pikir yang benar untuk
mencapai tujuan.
Proses afeksi berkaitan dengan kemampuan mengatasi
emosi yang timbul pada diri sendiri untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Kepercayaan individu terhadap kemampuannya
mempengaruhi tingkat stres dan depresi yang dialami ketika
menghadapi tugas yang sulit atau bersifat mengancam. Individu
yang yakin dirinya mampu mengontrol ancaman tidak akan
mengakibatkan pola pikir yang mengganggu. Individu yang
tidak percaya akan kemampuan yang dimiliki akan mengalami
kecemasan karena tidak mampu mengelola ancaman tersebut.
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
24
4) Proses seleksi
Proses seleksi berkaitan dengan kemampuan individu
untuk menyeleksi tingkah laku dan lingkungan yang tcpat
sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Ketidakmampuan individu dalam menyeleksi tingkah laku
membuat individu tidak percaya diri, bingung, dan mudah
menyerah ketika menghadapi masalah atau situasi yang sulit.
self efficacy dapat membentuk hidup individu melalui pemilihan
tipe aktivitas dan lingkungan. Individu akan mampu
melaksanakan aktifitas yang menantang dan memilih situasi
yang diyakini mampu ditangani. Individu akan memelihara
kompetensi, minat, hubungan social atas pilihan yang
ditentukan.
Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa proses
self efficacy meliputi proses kognitif, proses motivasi, proses
afeksi, dan proses seleksi.
2. Motivasi belajar
Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong
seseorang ntuk melakukan sesuatu. Motif dapar dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat
diartikan sebagai suatu kondisi intern (ke-siapsiagaan). Berawal dari kata
“motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
25
telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama
bila kebutuhan untk mencapai tujuan sangat dirasakan/ mendesak
(Sardiman, 2011: 73).
Menurut (Mc. Donald dalam Sardiman, 2011: 73) motivasi adalah
perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
“feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Motivasi juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-
kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu,
dan bila ia tidak suka, maka ia akan berusaha untuk meniadakan atau
mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi itu dapat dirangsang
oleh faktor dari luar teteapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri
seseorang.
Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagai
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada
siswa-siswi yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau
unsur yang mendukung (Uno, 2007: 23).
Motivasi belajar timbul karena faktor instrinsik, berupa hasrat dan
keinginan berhasil, dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-
cita. Faktor ekstrinsiknya yaitu adalah adanya penghargaan, lingkungan
belajar yang kondusif, dan kegiatan yang menarik.
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
26
a. Peranan Motivasi dalam Belajar
Menurut Uno (2011: 27) Motivasi pada dasarnya dapat
membentu dan memahami dan menjelaskan perilaku individu,
termasuk perilaku individu yang sedang belajar. Berikut peranan
motivasi dalam belajar:
1) Peranan Motivasi dalam Menentukan Penguatan Belajar
Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila
sesorang anak yang belajar diharapkan pada suaru masalah yang
memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat
bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya. Dengan perkataan lain,
motivasi dapat menentukan hal-hal apa dilingkungan anak yang
dapat memperkuat perbuatan belajar.
2) Peranan Motivasi dalam Memperjelas Tujuan Belajar
Peranan motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat
kaitanya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk
belajar sesuatu, yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat
diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.
3) Motivasi menentukan Ketekunan Belajar
Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar
sesuatu, akan berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun,
dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu,
tampak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan kurang atau
tidak memiliki motivasi untuk belajar, maka dia tidak tahan
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
27
lama untuk belajar. Dia mudah tergoda untuk mengerjakan hal
yang lain dan bukan belajar. Itu berarti motivasi sangat
berpengaruh terhadap ketahanan dan ketekunan belajar.
b. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Menurut Sardiman (2007: 84- 85) ada tiga fungsi motivasi yaitu:
1) Mendorong manusia untuk berbuat
Penggerak atau motor pelepas energi. Motivasi sebagai motor
penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menentukan arah perbuatan
Menentukan ke arah tujuan yang akan dicapai. Motivasi dapat
memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai
dengan rumusan tujuanya.
3) Menyeleksi perbuatan
Menentukan perbuatan yang harus dikerjakan dan sesuai dengan
tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut.
c. Bentuk-bentuk motivasi di Sekolah
Motivasi dalam kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan.
Motivasi membuat pelajar dapat mengembangkan aktivitasnya,
mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan
belajar. Menurut Sardinian (2007: 92) ada beberapa bentuk dan
cara menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar disekolah,
yaitu:
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
28
1) Memberi Angka
Angka adalah simbol dari nilai kegiatan belajar. Nilai yang baik
pada hasil ulangan dan rapot banyak dikejar oleh siswa sebagai
tujuan utama. Nilai yang baik sebagai tujuan siswa merupakan
salah satu motivasi yang kuat untuk siswa.
2) Hadiah
Hadiah dapat sebagai motivasi, tetapi tidak selalu dapat
dikatakan motivasi karena disesuaikan dengan kebutuhan dan
ketertarikan seseorang terhadap hadiah itu untuk hasil yang dia
lakukan.
3) Saingan/ Kompetisi
Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi
untuk mendorong belajar siswa. Contohnya Persaingan dengan
teman untuk menjadi juara kelas akan membuat individu belajar
lebih keras.
4) Ego-Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga
bekerja keras dengan mempertahankan diri adalah sebagai salah
satu bentuk motivasi.
5) Memberi ulangan
Siswa akan menjadi giat belajar jika mengetahui akan ada
ulangan. Oleh karena itu, memberi ulangan juga merupakan alat
untuk motivasi belajar.
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
29
6) Mengetahui Hasil
Mengetahui hasil pekerjaan adalah salah satu bentuk motivasi.
Individu yang mendapat hasil baik akan meningkatkan semangat
belajarnya.
7) Pujian
Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif dan merupakan
motivasi yang baik. Siswa akan melakukan perbuatan yang baik
lagi jika mendapat pujian.
8) Hukuman
Hukuman jika diberikan dengan tepat akan menjadi bentuk
motivasi. Siswa tidak akan lupa membuat tugas lagi jika ada
hukuman yang akan diberikan.
9) Hasrat untuk belajar
Hasrat dan keinginan dan dalam diri siswa menjadi motivasi
yang baik tanpa adanya campur tangan dari pihak luar.
10) Minat
Adanya motivasi dari dalam diri harus ada minat terlebih
dahulu. Minat merupakan ketertarikan individu pada suatu
kegiatan
11) Tujuan yang diakui
Memahami tujuan yang akan dicapai akan membuat siswa
semangat dalam melakukan belajar.
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
30
d. Indikator motivasi belajar
Menurut Uno (2011: 23) berdasarkan dari faktor intrinsik dan
ekstrinsik yang menjadi faktor timbulnya motivasi belajar dapat
dijabarkan menjadi beberapa indikator seperti berikut:
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
3) Adanya harapan dan cita-cita masa depannya
4) Adanya penghargaan dalam belajar
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif
3. Kemandirian belajar
a. Pengertian Kemandirian Belajar
Kemandirian adalah perilaku siswa dalam mewujudkan
kehendak atau keinginannya secara nyata dengan tidak bergantung
pada orang lain, dalam hal ini adalah siswa tersebut mampu
melakukan belajar sendiri, dapat menentukan cara belajar yang
efektif, mampu melaksanakan tugas-tugas belajar dengan baik dan
mampu untuk melakukan aktivitas belajar secara mandiri
(Rachmayani, 2014: 18).
Tahar (2006: 92) mendefinisikan kemandirian belajar
sebagai kesiapan dari individu yang mau dan mampu untuk belajar
dengan inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan pihak lain dalam
hal penentuan tujuan belajar, metode belajar, dan evaluasi hasil
belajar.
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
31
Sedangkan menurut Supriyati (2013: 46), belajar mandiri
adalah kegiatan belajar aktif, yang di dorong oleh niat atau motif
untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah,
dan dibangun dengan bekal pengetahuan atau kompetensi yang
dimiliki. Pencapaian kompetensi sebagai tujuan belajar, dan cara
penyampaiannya baik penetapan waktu belajar, tempat belajar, irama
belajar, tempo belajar, cara belajar, maupun evaluasi belajar
dilakukan oleh siswa sendiri. Belajar mandiri lebih dimaknai sebagai
usaha siswa untuk melakukan kegiatan belajar yang didasari niatnya
untuk menguasai suatu kompetensi tertentu.
b. Aspek Kemandirian Belajar
Menurut Song and Hill (2007: 31-32), kemandirian terdiri
dari beberapa aspek, antara lain:
1) Personal Attributes
Personal attributes merupakan aspek yang berkenaan
dengan motivasi dari peserta didik, penggunaan sumber belajar,
dan strategi belajar. Motivasi belajar merupakan keinginan yang
terdapat pada diri seseorang yang merangsang peserta didik
untuk melakukan kegiatan belajar. Dalam belajar, sumber
belajar yang digunakan siswa tidak terbatas, asalkan sesuai
dengan materi yang dipelajari dan dapat menambah pengetahuan
siswa. Sedangkan yang dimaksud dengan strategi belajar di sini
adalah segala usaha yang dilakukan siswa untuk menguasai
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
32
materi yang sedang dipelajari, termasuk usaha yang dilakukan
apabila siswa tersebut mengalami kesulitan.
2) Processes
Processes merupakan aspek yang berkenaan dengan
otonomi proses pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik
meliputi perencanaan, monitoring, serta evaluasi pembelajaran.
Kegiatan perencanaan meliputi: (a) mengelola waktu secara
efektif (pembuatan jadwal belajar, menyusun kalender studi
untuk menulis atau menandai tanggal-tanggal penting dalam
studi, tanggal penyerahan tugas makalah, tugas PR, dan tanggal
penting lainnya, mempersiapkan buku, alat tulis, dan peralatan
belajar lain), (b) menentukan prioritas dan manata diri (mencari
tahu mana yang paling penting dilakukan terlebih dahulu dan
kapan mesti dilakukan).
Kegiatan monitoring dalam pembelajaran, antara lain: (a)
aktif melakukan diskusi dalam kelompok (b) berani
mengemukakan pendapat pada saat diskusi berlangsung, (c)
aktif bertanya saat menemui kesulitan baik terhadap teman
maupun guru, (d) membuat catatan apabila diperlukan, (e) tetap
melaksanakan kegiatan pembelajaran meskipun guru tidak hadir.
Sedangkan yang termasuk kegiatan evaluasi pembelajaran,
antara lain: (a) memperhatikan umpan balik dari tugas yang
telah dilaksanakan sehingga dapat diketahui letak kesalahannya,
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
33
(b) mengerjakan kembali soal/tes di rumah, dan (c) berusaha
memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan.
3) Learning Context
Fokus dari learning context adalah faktor lingkungan dan
bagaimana faktor tersebut mempengaruhi tingkat kemandirian
peserta didik.
c. Ciri-ciri Kemandirian Belajar
Menurut Sardiman (2004: 105-107) ciri-ciri kemandirian
belajar adalah sebagai berikut:
1) Adanya kecenderungan untuk berpendapat, berperilaku dan
bertindak atas kehendak sendiri dan tidak tergantung pada orang
lain
2) Mempunyai keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan
3) Membuat perencanaan dan berusaha dengan ulet, tekun untuk
mewujudkan harapannya
4) Mampu berfikir dan bertindak secara kreatif penuh inisiatif dan
tidak sekedar meniru
5) Mempunyai kecenderungan untuk mencapai tujuan, yaitu
meningkatkan prestasinya
6) Dalam menghadapi masalah mencoba menyelesaikan sendiri
tanpa bantuan orang lain
7) Mampu menentukan sendiri tentang sesuatu yang harus
dilakukannya tanpa bimbingan dan pengarahan orang lain.
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
34
d. Indikator Kemandirian Belajar
Indikator kemandirian belajar siswa menurut Sumarmo
(2003) dalam Fahradina et al. (2014: 56), meliputi: inisiatif belajar,
mendiagnosa kebutuhan belajar, menetapkan target atau tujuan
belajar; memonitor; mengatur dan mengontrol belajar; memandang
kesulitan sebagai tantangan, memanfaatkan dan mencari sumber
yang relevan, memilih dan menerapkan strategi belajar,
mengevaluasi proses dan hasil belajar serta self efficacy (konsep
diri). Sedangkan menurut Tahar (2006: 95), indikator kemandirian
belajar siswa terdiri dari:
1) Mampu mengelola strategi belajar
2) Mampu mengatur waktu belajar
3) Mampu mengatur tempat belajar
4) Mampu menilai aktivitas belajar
5) Mampu mengatasi kesulitan memahami bahan ajar
6) Mampu mengukur kemampuan dari belajar
7) Dapat memilih sumber belajar yang sesuai, termasuk tutor
8) Memiliki bahan ajar
9) Interaksi peserta ajar dengan bahan ajar.
e. Pengembangan Kemandirian Belajar
Kemandirian setiap individu selalu berkembang, sesuai
dengan pendidikan dan pengalaman hidup. Upaya pengembangan
kemandirian peserta didik yang perlu dilakukan oleh sekolah (Sabri,
2010: 74), antara lain:
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
35
1) Mengembangkan proses belajar mengajar yang demokratis,
yang memungkinkan anak merasa dihargai.
2) Mendorong anak untuk berpartisipasi aktif dalam pengambilan
keputusan di berbagai kegiatan di sekolah.
3) Memberi kebebasan kepada anak untuk mengekplorasi
lingkungan untuk mendorong rasa ingin tahu.
4) Penerimaan positif tanpa syarat kelebihan dan kekurangan anak
satu sama lain.
5) Menjalin hubungan yang harmonis dan akrab dengan anak.
B. Penelitian Relevan
Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwa Self Efficacy dan Motivasi
Belajar berhubungan erat dengan Kemandirian Belajar pada Peserta Didik.
Hasil penelitian relevan sebelumnya yang sesuai dengan penelitian ini adalah:
1. Penelitian Lew dan Park (2015) yang berjudul „A Study on the Relation
between Self-Directed Learning and Self efficacy in High School Student’
memiliki kesimpulan bahwa self efficacy siswa sekolah menegah atas
memiliki pengaruh dan hubungan dengan kemandirian belajarnya.
2. Arif Widiyanto (2013) dengan penelitian berjudul Pengaruh Self-Efficacy
dan Motivasi Berprestasi Siswa terhadap Kemandirian Belajar Mata
Pelajaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di SMK N 2 Depok
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan
antara self-efficacy dan kemandirian belajar, motivasi belajar dan
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
36
kemandirian belajar, dan self-efficacy dan motivasi belajar secara
bersama-sama dengan kemandirian belajar siswa pada mata pelajaran
keselamatan dan kesehatan kerja pada siswa kelas XI jurusan teknik
otomasi industri SMK N 2 Depok
C. Kerangka Pikir
Kemandirian belajar adalah suatu aktivitas belajar atas inisiatif sendiri,
baik dalam menentukan tujuan belajar, metode belajar, maupun evaluasi hasil
belajar yang menuntut tanggung jawab sendiri oleh pembelajar. Kemandirian
belajar bisa dipengaruhi oleh banyak hal, baik dari dalam diri siswa dan luar
diri siswa. Dalam penelitian ini, peneliti membatasi pada dua hal yang ada
dalam diri siswa yang diduga mendorong munculnya kemandirian belajar,
yaitu self efficacy dan motivasi belajar.
Self efficacy merupakan keyakinan individu dalam melakukan tindakan
untuk mencapai suatu hasil tertentu. Self efficacy memiliki peran yang besar
dalam tingkah laku atau pola belajar dalam diri siswa khususnya dalam
pembangunan karakter kemandirian dalam belajar. Self- efficacy yang tinggi
akan berdampak semakin baiknya tingkah laku siswa dalam belajar, mampu
menyelesaikan tugas dan masalah yang dihadapi dengan penuh keyakinan.
Dalam kaitannya dengan kemandirian belajar siswa, self efficacy yang tinggi
akan membuat siswa mempunyai keyakinan terhadap kemampuan dirinya,
sehingga mau untuk belajar secara mandiri baik di sekolah maupun di luar
sekolah tanpa tergantung dengan orang lain. Sebaliknya, siswa yang memiliki
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
37
self efficacy rendah merasa enggan dalam belajar dan tergantung dengan
orang lain. Motivasi belajar memberikan daya dorong atau penggerak untuk
terus belajar meraih prestasi yang diharapkan dan senang bekerja mandiri.
Dengan adanya motivasi, siswa dapat menentukan target atau prestasi yang
hendak dicapainya. Adanya motivasi belajar terlihat pada usahanya untuk
terus meningkatkan kemampuan, dan menyelesaikan tugas-tugasnya. Siswa
yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan berusaha mengatur waktu
dan jadwal belajar secara optimal sehingga mereka akan dapat menguasai
materi yang dipelajarinya.
Seorang siswa yang memiliki self efficacy dan motivasi belajar yang
tinggi akan memiliki ketekunan dan dorongan keyakinan yang kuat dalam
menyelesaikan tugas-tugasnya. Adanya self efficacy dan motivasi belajar
tinggi yang melekat pada diri siswa, akan memunculkan kemandirian belajar
yang tinggi pula. Kerangka Pikir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pikir
Self efficacy Motivasi
Belajar Peserta
Didik
Kemandirian
Belajar Siswa
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
38
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan masalah yang dirumuskan di atas, maka hipotesis
penelitian ini adalah:
1. Hubungan antara self efficacy dengan kemandirian belajar peserta didik
di SD Negeri 5 Cihonje
H0: Tidak terdapat korelasi antara self efficacy dengan Kemandirian
Belajar
Ha: Terdapat korelasi antara self efficacy dengan Kemandirian Belajar
2. Hubungan motivasi belajar dengan kemandirian belajar peserta didik di
SD Negeri 5 Cihonje
H0: Tidak terdapat korelasi antara Motivasi Belajar dengan Kemandirian
Belajar
Ha: Terdapat korelasi antara Motivasi Belajar dengan Kemandirian
Belajar
3. Hubungan antara self efficacy dan motivasi belajar secara bersamaan
dengan kemandirian belajar peserta didik di SD Negeri 5 Cihonje
H0: Tidak terdapat korelasi antara Self efficacy dan Motivasi Belajar
dengan Kemandirian Belajar
Ha: Terdapat korelasi antara self efficacy dan Motivasi Belajar dengan
Kemandirian Belajar
Hubungan Antara Self Efficacy..., Twi Amoni, FKIP, UMP, 2016
Top Related