6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian IPA
2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA
Menurut Wahyana (dalam Trianto 2010:136) IPA adalah suatu kumpulan
pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum
terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya
kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Ilmu
pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang
semula berasal dari bahasa Inggris yaitu science. Menurut Trianto (2010:136) dalam
perkembangannya science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA).
Berdasarkan pengertian penjelasan diatas, pada hakekatnya IPA merupakan
program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan nilai-nilai
ilmiah pada siswa serta salah satu mata pelajaran yang menuntut keterlibatan siswa
secara aktif.
2.1.2 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor
22 Tahun 2006 tentang Standar Isi (SI), Ruang Lingkup bahan kajian Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:
1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.
3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya
dan pesawat sederhana.
4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
7
Berhubung penulis mengadakan penelitian di kelas V, maka ruang lingkup
pelajaran IPA yang dikaji adalah salah satu konsep dari konsep-konsep yang dibahas
di kelas tersebut, yang meliputi sebagai berikut:
1. Rangka manusia
2. Alat indera manusia
3. Bagian tumbuhan dan fungsinya.
4. Penggolongan hewan
5. Daur hidup hewan
6. Hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan.
7. Sifat dan perubahan wujud benda.
8. Gaya
9. Berbagai bentuk energi dan penggunaannya.
10. Perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit.
11. Perubahan lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan.
12. Hubungan sumber daya alam, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
2.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA di SD
Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan kurikulum berbasis
kompetensi Menurut Depdiknas (dalam Trianto 2014:138) adalah sebagai berikut:
1. Menanam keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.
3. Mempersiapkan siswa menjadi warganegara yang melek sains dan teknologi.
4. Menguasai konsep sains untuk bekal hidup di dalam masyarakat dan
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Upaya terpenting yang bertujuan memperoleh keberhasilan proses belajar IPA
siswa yang optimal yaitu:
1. Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
2. Menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak.
3. Mencegah terjadinya miskonsepsi.
4. Lebih memperdalam konsep pengertian dan fakta yang dipelajari.
8
5. Mengembangkan pengetahuan teori, kemudian mengkaitkan dengan
kehidupan.
6. Memecahkan berbagai permasalahan dalam kehidupan.
Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengajaran IPA
untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa, mengembangkan rasa ingin tahu dan
nilai positif melalui proses IPA dalam memecahkan masalah. Siswa akan selalu
tertarik dengan lingkungan dan siswa akan mengenal, mengembangkan serta dapat
memanfaatkan teknologi sederhana dari aplikasi IPA yang ada.
2.2 Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Joice (dalam Trianto 2014:52) Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau pola yang dapat digunakan untuk mendesain pola-pola mengajar
secara tatap muka di dalam kelas, dan untuk menentukan material dalam
pembelajaran yang termasuk didalamnya adalah buku-buku, film-film, tipe-tipe,
program media komputer dan lain-lain.
Dari penjelasan diatas, maka dalam penggunaan model pembelajaran yang
tepat memberikan materi pada siswa mampu merangsang timbulnya rasa semangat
siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi bahkan
keaktifan siswa dalam mencapai hasil belajar yang lebih baik lagi.
2.3 Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran Kooperatif menurut Slavin (dalam Isjoni 2013:15),
adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-
kelompok kecil serta kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur
kelompok heterogen, sedangkan Menurut Anita Lie (dalam Isjoni 2013:23)
menyebutkan pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong-royong,
yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja
sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan,
pembelajaran kooperatif hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau
suatu tim yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang
sudah ditentukan. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang
9
saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang
berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang
ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak peduli pada yang lain. Model
pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran
dan berbagai usia. Menurut Sanjaya (2013:241) Model pembelajaran kooperatif
adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-
kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ada empat unsur penting
yaitu:
1. Adanya peserta dalam kelompok.
2. Adanya aturan kelompok.
3. Adanya upaya belajar setiap anggota kelompok.
4. Adanya tujuan yang harus dicapai.
Berdasarkan pengertian penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran berkelompok atau tim
berpusat kepada siswa yang ditentukan oleh guru.
2.4 Metode Pembelajaran Talking Stick
2.4.1 Pengertian Metode Talking Stick
Menurut Suprijono (2014:128) talking stick adalah sebuah metode yang
mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapatnya dengan permainan
menggunakan tongkat yang guru berikan kepada setiap kelompok/individu. Menurut
Maufur, HF (dalam Sri Wahyuni 2013:66). Metode Talking Stick adalah metode
pembelajaran yang dipergunakan guru dengan media tongkat dalam mencapai tujuan
pembelajaran yang diinginkan. Metode Talking Stick berguna untuk melatih
keberanian siswa dalam menjawab dan berbicara kepada orang lain. Sedangkan
penggunaan tongkat secara bergiliran sebagai media untuk merangsang siswa
bertindak cepat dan tepat sekaligus untuk mengukur kemampuan siswa dalam
memahami materi. Metode ini bisa juga dikombinasikan dengan iringan suara musik
atau nyayian yel-yel untuk menyemangati satu sama lain sekaligus untuk menguji
konsentrasi siswa dalam menjawab.
10
Berdasarkan pengertian diatas, disimpulkan bahwa Metode Talking Stick
adalah suatu metode yang bertujuan melatih keberanian siswa untuk mengemukakan
pendapat dalam permain menggunakan tongkat yang diberikan kepada siswa serta
mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.
2.4.2 Langkah-Langkah Metode Pembelajaran Talking Stick
Menurut Suyatno (dalam Nym Kusmariyatni 2014:3), menyatakan bahwa ada
beberapa langkah atau sintaks dari langkah model pembelajaran talking stick, yaitu
sebagai berikut:
a. Guru menyiapkan sebuah tongkat.
b. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari
materi pada pegangan/paketnya.
c. Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya, guru mempersilahkan
siswa untuk menutup bukunya.
d. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru
memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus
menjawabnya. Demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat
bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.
e. Guru memberikan kesimpulan.
f. Evaluasi.
g. Penutup.
Langkah-langkah penerapan metode Talking stick menurut Suprijono (2014:128)
sebagai berikut:
1) Pembelajaran dengan metode talking stick diawali oleh penjelasan guru
mengenai materi pokok yang akan dipelajari
2) Siswa diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut
3) Siswa diberi waktu yang cukup untuk mempelajari materi
4) Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya
11
5) Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat
tersebut diberikan kepada salah satu siswa. Siswa yang menerima tongkat
tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya
6) Ketika stick bergulir dari peserta didik yang satu ke peserta didik lainnya,
seyogyanya diiringi musik
7) Langkah akhir dari metode talking stick adalah guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah
dipelajarinya
8) Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan siswa,
selanjutnya bersama-sama siswa merumuskan kesimpulan.
Berdasarkan beberapa langkah-langkah pembelajaran menggunakan metode
talking stick yang dikemukakan dalam penelitian ini akan digunakan langkah-langkah
yang memadukan dari kedua pendapat tersebut yaitu:
1) Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok.
2) Guru menyampaikan materi pembelajaran.
3) Siswa diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut.
4) Siswa diberi waktu yang cukup untuk mempelajari materi.
5) Siswa diminta untuk menutup bukunya.
6) Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya.
7) Tongkat diberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu siswa
diberikan pertanyaan dan anggota kelompok yang menerima tongkat tersebut
diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya.
8) Siswa yang lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota
kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan.
9) Kelompok yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar tanpa bantuan dari
kelompok lain mendapat poin 2.
10) Tongkat bergulir ke kelompok yang lain jika kelompok tersebut tidak dapat
menjawab pertanyaan dengan benar.
12
11) Kelompok yang tidak dapat menjawab pertanyaan dengan benar mendapat
hukuman dari kelompok yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan
poinnya dikurangi 1.
12) Kelompok lain yang membantu menjawab pertanyaan dengan benar mendapat
poin 1.
13) Siswa diberikan kesempatan untuk melakukan refleksi terhadap materi yang
telah dipelajarinya.
14) Siswa dengan bimbingan dari guru memberikan ulasan terhadap seluruh
jawaban yang diberikan siswa.
15) Siswa bersama-sama menentukan kelompok terbaik
16) Siswa dengan bimbingan guru merumuskan kesimpulan.
2.5 Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2016:3), Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian
nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu. Hal ini
mengisyaratkan bahwa objek yang dinilainya adalah hasil belajar siswa. Menurut
Gagne (dalam Aunurrahman 2014:47) ada 5 macam hasil belajar
1. Keterampilan intelektual atau pengetahuan prosedural yang mencakup belajar
konsep, prinsip dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui penyajian materi
di sekolah.
2. Strategi kognitif, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah baru dengan
jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan,
belajar, mengingat, dan berfikir.
3. Informasi verbal, yaitu kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-
kata dengan jalan mengatur informasi yang relevan.
4. Keterampilan motorik, yaitu kemampuan untuk melaksanakan dan
mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot.
5. Sikap, yaitu suatu kemampuan internal yang mempengaruhi tingkah laku
seseorang yang didasari oleh emosi, kepercayaan-kepercayaan serta faktor
intelektual.
13
Menurut Aunurrahman (2014:109), pandangan yang dipusatkan pada hasil
belajar dalam bentuk penambahan pengetahuan saja merupakan wujud dari
pandangan yang sempit, karena belajar dan pembelajaran harus dapat menyentuh
dimensi-dimensi individual anak secara menyeluruh, membutuhkan waktu yang
cukup lama dan luput dari perhatian. Menurut Rusman (2014:13), Penilaian yang
dilakukan oleh guru terhadap hasil pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian
kompetensi siswa serta digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil
belajar, dan memperbaiki hasil proses pembelajaran. Dari beberapa pendapat para
ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan yang
dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya dari hal yang tidak tahu
menjadi tahu. Hasil belajar juga digunakan oleh guru untuk menjadi ukuran atau
kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan perubahan tingkah laku.
2.5.1 Pengukuran Hasil Belajar IPA
Pengukuran menurut N.S., Wardani, dkk. (2012:47) adalah kegiatan atau
upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau
peristiwa. Pengukuran juga dapat diartikan penetapan angka dengan cara yang
sistematik untuk menyatakan keadaan individu. N.S., Wardani, dkk. (2012:48),
dalam melakukan pengukuran diperlukan alat ukur yang disebut dengan instrumen.
Penggunaan instrumen ini tergantung dari teknik pengumpulan datanya. Teknik
penilaian dan bentuk instrumen secara rinci disajikan dalam tabel 2.1 berikut.
14
Tabel 2.1
Teknik Penilaian dan Bentuk Instrumen
Teknik Penilaian Bentuk Instrumen
1. Tes tertulis Tes pilihan: pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, dan lain-lain.
Tes isian: isian singkat, dan uraian.
2. Tes lisan Daftar pertanyaan
3. Tes praktik (tes kinerja)
Tes identifikasi
Tes simulasi
4. Penugasan individual atau kelompok
Pekerjaan rumah
Projek
5. Penilaian portofolio Lembar penilaian portofolio
6. Jurnal Buku catatan jurnal
7. Penilaian diri Kuisioner/lembar catatan diri
8. Penilaian antar teman Lembar penilaian antar teman
Teknik pengukuran menurut N.S., Wardani, dkk. (2012:141), dibedakan menjadi
tiga yakni tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan. Menurut Sudjana (2016:48),
mengukur hasil belajar dengan bentuk soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang
mempunyai satu jawaban benar atau paling tepat. Kebaikan bentuk soal pilihan ganda
ini adalah:
1. Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan pengajaran
yang telah diberi.
2. Jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat dengan
menggunakan kunci jawaban.
3. Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga
penilaian bersifat objektif.
Kelemahan bentuk soal pilihan ganda ini:
1. Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar
2. Proses berfikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata.
15
2.5.2 Evaluasi hasil belajar
Menurut Sudijono (2015:30) Evaluasi terhadap hasil belajar siswa ini
mencakup:
a) Evaluasi mengenai tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan khusus yang
ingin dicapai dalam unit-unit program pengajaran yang bersifat terbatas.
b) Evaluasi mengenai tingkat pencapaian siswa terhadap tujuan-tujuan umum
pengajaran.
2.6 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Ajat Sudrajat (2015:1). Hasil belajar adalah kemauan yang dimiliki siswa
setelah ia mengalami pengalaman belajarnya. Menggunakan metode pembelajaran
cooperative learning type talking stick pada siswa kelas IV di SDN Pisangan Timur
12 Pulogadung Jakata Timur, subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD yang
berjumlah 28 siswa. Penelitian berlangsung pada semester I Tahun Ajaran 2014-
2015. Hasil penelitian menunjukkan data yang diperoleh saat proses pembelajaran
melalui metode talking stick pada siklus I menunjukan hasil belajar dan ranah
kognitif, afektif dan psikomotor diperoleh hasil sebesar 71% dari keseluruhan siswa
yang memperoleh nilai diatas KKM dan pada siklus II sebesar 89%. Hasil instrumen
pemantauan tindakan guru yaitu 67% pada siklus I menjadi 93% pada siklus II,
Sementara hasil instrumen pemantauan tindakan siswa sebesar 60% pada siklus I
menjadi 90% pada siklus II. Dengan demikian metode Talking Stick merupakan salah
satu cara yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPS.
Sri Wahyuni (2013:1) Belajar merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan
terjadinya perubahan tingkah laku. Tindakan hasil belajar Subjek penelitian siswa
kelas IV SDN 2 Posona Hasil penelitian pada siklus I siswa yang tuntas 12 dari 22
siswa, persentase ketuntasan hasil belajar klasikal 54,55% kategori kurang, sehingga
perlu dilakukan siklus II dengan hasil penelitian siswa yang tuntas 18 dari 22 siswa,
persentase ketuntasan hasil belajar klasikal 81,82% kategori sangat baik. Berdasarkan
hasil penelitian dilakukan menggunakan dua siklus disimpulkan dengan penerapan
16
metode Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas IV di SDN 2
Posona.
2.7 Kerangka Pikir
Penelitian ini dilakukan dalam rangka untuk memperbaiki situasi pembelajaran
yang terjadi pada siswa kelas V SDN Regunung 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang. Fakta yang ditemukan mengenai suasana pembelajaran pada siswa di
sekolah ini adalah bahwa guru masih mendominasikan pembelajaran. Akibatnya
hasil belajarnya pun menjadi rendah. Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas
dengan menggunakan dua siklus, dengan pemikiran bahwa evaluasi pada siklus
pertama akan menjadi catatan untuk dijadikan masukan pada siklus II. Namun
demikian uji coba pembelajaran dengan model pembelajaran Talking Stick tetap
dilanjutkan hingga tercapai kriteria KKM yaitu ≥ 70.
Pemilihan model pembelajaran Talking Stick dipilih berdasarkan situasi subjek
penelitian yaitu siswa kelas V. Pada usia ini, siswa memilki rasa ingin tahu yang
tinggi dan sudah bisa bekerja sama dan berdiskusi dalam kelompok, dengan model
pembelajaran Talking Stick diharapakan bahwa pembelajaran akhirnya mendorong
agar terjadi kerja sama diantara siswa.
17
Gambar 2.1 Kerangka pikir Menggunakan Metode Talking Stick
2.8 Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, maka hipotesis tindakan adalah
sebagai berikut: Melalui penggunaan Metode Talking Stick dapat meningkatkan hasil
belajar IPA siswa kelas V SDN Regunung 1 Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 ”.
Kondisi
Awal
Guru belum
menggunakan model
Pembelajaran Talking
Stick
Siklus II menggunakan model
Talking Stick dalam
pembelajaran dengan bantuan
alat peraga nyata (jenis-jenis
tanah) dan tongkat.
Hasil belajar siswa 40% belum
mencapai KKM
Menggunakan
model Talking
Stick dalam
pembelajaran IPA
melalui 2 siklus
Tindakan
Siklus I menggunakan model
pembelajaran Talking Stick
dengan bantuan Gambar dan
tongkat dalam dalam proses
belajar.
Melalui pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick
dari hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA
untuk mencapai KKM.
Kondisi
Akhir
akhir
Top Related