BAB II
BAHAN RUJUKAN
2.1 Pengertian Koperasi
Koperasi berasal dari kata Co dan Operation yang mengandung makna
kerjasama untuk mencapai tujuan. Adapun yang mengartikan koperasi sebagai
makna lain.
Pengertian Koperasi menurut UU No. 25 Tahun 1992, yaitu :
“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau
badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan”.
Sedangkan pengertian koperasi menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam
“Standar Akuntansi Keuangan” (2009:27.1), yaitu :
“Koperasi adalah badan usaha yang mengorganisasikan pemanfaatan
dan pendayagunaan sumber daya ekonomi para anggotanya atau dasar
prinsip-prinsip koperasi dan kaidah usaha ekonomi untuk
meningkatkan taraf hidup anggota pada khususnya dan masyarakat
daerah pada umumnya, dengan demikian koperasi merupakan gerakan
ekonomi rakyat dan sokoguru perekonomian nasional”.
2.1.1 Fungsi dan Peran Koperasi
Berdasarkan UU No. 25 tahun 1992 pasal 4 menyatakan bahwa fungsi dan
peran koperasi adalah :
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional dengan koperasi sebagai sokogurunya.
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
Sedangkan tujuan koperasi terdapat dalam UU No.25 tahun 1992 pasal 3 yaitu
menyatakan bahwa koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil,
dan makmur berdasarkan Pancasila dn Undang-Undang Dasar 1945.
2.1.2 Prinsip - Prinsip Koperasi
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam “Standar Akuntansi
Keuangan” (2009:27.1) menyatakan :
“Prinsip – prinsip koperasi merupakan landasan pokok koperasi
dalam menjalankan usahanya sebagai badan usaha dan gerakan
ekonomi rakyat”
Menurut UU No. 25 Tahun 1992 pasal 5 disebutkan Prinsip – Prinsip
Koperasi, yaitu :
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
3. Pembagian Sisa Hasil usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan
besarnya jasa usaha masing – masing anggota.
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal.
5. Kemandirian.
6. Pendidikan perkoperasian
7. Kerjasama antar koperasi
2.1.3 Karakteristik Koperasi
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam “Standar Akuntansi
Keuangan” (2009:7.1) menyatakan bahwa karakteristik utama koperasi yang
membedakan dengan badan usaha lain adalah bahwa anggota koperasi memiliki
identitas ganda (the dual of the member),yaitu anggota sebagai pemilik dan
sekaligus pengguna jasa koperasi (user awn oriented firm). Oleh karena itu :
a. Koperasi dimiliki anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu
kepentingan ekonomi yang sama.
b. Koperasi didirikan dan dikembangkan berlandaskan nilai-nilai percaya diri
untuk menolong dan bertanggung jawab kepada diri sendiri, kesetiakawanan,
keadilan, persamaan dan demokrasi. Selain itu, anggota-anggota koperasi
percaya pada nilai-nilai etika kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial,
dan kepedulian terhadap orang lain.Menghilangkan risiko jika material yang
dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.
c. Koperasi didirikan, dimodali, dibiayai, diatur, dan diawasi serta dimanfaatkan
sendiri oleh anggotanya.
d. Tugas pokok badan usaha koperasi adalah menunjang kepentingan ekonomi
anggotanya dalam rangka memajukan kesejahteraan anggota.
e. Jika terdapat kelebihan kemampuan pelayanan koperasi kepada anggotanya,
maka kelebihan kemampuan pelayanan tersebut dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang non-anggota koperasi.
2.2 Laporan Keuangan
Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai
“Alat Penguji” dari pekerjaan pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan
keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk
dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut, dimana
dengan hasil analisa tersebut pihak-pihak yang berkepentingan mengambil suatu
keputusan. Jadi untuk mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-
hasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut perlu adanya laporan keuangan
dari perusahaan yang bersangkutan.
2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu laporan yang menggambarkan pos-
pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam periode tertentu. Hal yang
dilaporkan kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi
perusahaan terkini. Kemudian laporan keuangan juga akan menentukan langkah
apa yang dilakukan perusahaan sekarang dan ke depan, dengan melihat berbagai
persoalan yang ada baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya.
Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam
“Standar Akuntansi Keuangan” (2009:3) menyatakan bahwa :
“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan
keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca,
laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat
disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus
kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan laba serta materi
penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.”
Laporan keuangan menurut Munawir (2007:5) dalam buku “Analisa
Laporan Keuangan” menyebutkan bahwa :
“Laporan Keuangan adalah suatu bentuk pelaporan yang terdiri dari
Neraca dan perhitungan Rugi Laba serta Laporan Perubahan Modal,
dimana Neraca menunjukan/ menggambarkan jumlah aktiva, hutang,
dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan
Perhitungan (laporan) Rugi laba memperlihatkan hasil-hasil yang
telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode
tertentu, dan Laporan Perubahan Modal menunjukkan sumber dan
penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal
perusahaan."
Sedangkan laporan keuangan menurut Kasmir (2011:7) dalam buku “Analisis
Laporan Keuangan” menyebutkan bahwa :
“Laporan Keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi
keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode
tertentu.”
Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat oleh manajemen yang
bertujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan
kepadanya oleh pemilik perusahaan. Di samping itu, laporan keuangan juga
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang sangat bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi dan juga mengungkapkan informasi lain
yang juga berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan
laporan seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan
Seperti diketahui bahwa setiap laporan keuangan yang dibuat sudah pasti
memiliki tujuan tertentu. Dalam praktiknya terdapat beberapa tujuan yang hendak
dicapai, terutama bagi pemilik usaha dan manajemen perusahaan. Di samping itu,
tujuan laporan keuangan disusun guna memenuhi kepentingan berbagai pihak
yang berkepentingan terhadap perusahaan. Berikut ini akan dikemukakan
beberapa pengertian yang berhubungan dengan tujuan laporan keuangan yang
didapat dari berbagai sumber :
Tujuan Laporan keuangan berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia yang
terdapat dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan” (2009:3) menyebutkan
bahwa :
“Tujuan Laporan Keuangan adalah memberikan informasi mengenai
posisi keuangan, kinerja keuangan, serta perubahan posisi keuangan
suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna
dalam pengambilan keputusan.”
Menurut Drs.Dwi Prastowo dan Rifka Julianty dalam buku “Analisis Laporan
Keuangan” (2008:5) menyebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah :
“Laporan Keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan
informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, dan perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi”
Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi
keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian
dari hasil tersebut.
Sedangkan Menurut Kasmir (2011:10) dalam buku “Analisis Laporan
Keuangan” menyebutkan bahwa tujuan Laporan Keuangan yaitu :
a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta), kewajiban,
dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.
b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh
pada suatu periode tertentu.
c. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang
dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.
d. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap
aktiva, pasiva, dan modal perusahaan.
e. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu
periode tertentu.
f. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan.
Secara umum, laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi
keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu.
Jelasnya adalah laporan keuangan mampu memberikan informasi keuangan pada
pihak dalam maupun luar perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap
perusahaan.
2.2.3 Jenis dan Bentuk Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan terdiri dari beberapa jenis,
tergantung dari maksud dan tujuan pembuatan laporan keuangan tersebut.
Masing-masing laporan keuangan memiliki arti sendiri dalam melihat kondisi
keuangan perusahaan, baik secara bagian, maupun secara keseluruhan. Namun,
dalam praktiknya perusahaan dituntut untuk menyusun beberapa jenis laporan
keuangan yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Bentuk-bentuk laporan keuangan menurut Dwi Prastowo dan Rifka
Julianty dalam bukunya yang berjudul “Analisis Laporan Keuangan” (2008:17)
mengemukakan :
“Ada dua jenis laporan keuangan (utama) yang umumnya dibuat oleh
setiap perusahaan adalah neraca dan laporan laba rugi serta biasanya
dilengkapi dengan laporan perubahan modal.”
Dalam pengertian diatas maka dapat dijelaskan macam-macam komponen
laporan keuangan berikut ini :
1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Neraca merupakan laporan keuangan yang terpenting bagi perusahaan.
Oleh karena itu, setiap perusahaan diharuskan untuk menyajikan laporan
keuangan dalam bentuk neraca.
Pengertian neraca menurut Winwin dan Ilham Wahyudi (2006:56) dalam
bukunya “Pengantar Akuntansi” mengemukakan :
“Neraca merupakan laporan yang memberikan informasi tentang
posisi kekayaan perusahaan berupa keseimbangan antara aktiva
dan kewajiban serta modal yang menjadi kekayaan perubahaan
tersebut.”
Secara umum neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu :
a. Asset
Berdasarkan pendapat Ikatan Akuntansi Imdonesia (2009:9) dalam buku
“Standar Akuntansi Keuangan” mendefinisikan asset sebagai berikut :
“Asset adalah sumber daya yang dikuasai perusahaan sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dimasa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan”
Menurut Munawir (2007:14) dalam buku “Analisis Laporan
Keuangan” pada dasarnya Aktiva (Asset) dapat diklasifikasikan menjadi
dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan aktiva tidak lancar.
“Aktiva Lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya yang dapat
diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai,
dijual, atau dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama
satu tahun atau dalam perputaran kegiatan perusahaan yang
normal).”
Penyajian pos-pos aktiva lancar didalam neraca didasarkan pada urutan
likuiditasnya sehingga penyajian dimulai dari aktiva yang paling likuid
sampai dengan aktiva yng paling tidak likuid.
Menurut Munawir (2007:16) dalam buku “Analisis Laporan
Keuangan” pengertian aktiva tidak lancar adalah sebagai berikut :
“Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur
kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai
umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam
satu kali perputaran operasi perusahaan).”
b. Liabilitas (Kewajiban)
Kewajiban berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:9) dalam
buku “Standar Akuntansi Keuangan” didefinisikan sebagai berikut :
“Kewajiban merupakan utang perusahaan yang kini yang
timbul dari masa lalu, yang penyelesainya diharapkan
mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan
yang mengandung manfaat ekonomi.”
Menurut Munawir dalam buku “Analisis Laporan Keuangan”
Hutang atau kewajiban keuangan perusahaan dapat dibedakan ke dalam
hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang.
Menurut Munawir (2007:18) dalam buku “Analisis Laporan
Keuangan” pengertian Hutang lancar yaitu :
“Hutang Lancar atau Hutang Jangka Pendek adalah keuangan
perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan
dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun sejak tanggal
neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh
perusahaan.”
Menurut Munawir (2007:19) dalam buku “Analisis Laporan
Keuangan” pengertian Hutang tidak lancar yaitu
“Hutang Jangka Panjang adalah kewajiban keuangan yang
jangka waktu pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka
panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca).”
c. Ekuitas
Berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:10) dalam buku
“Standar Akuntansi Keuangan” mendefinisikan ekuitas sebagai berikut :
“Ekuitas adalah hak residual atas asset perubahan setelah
dikurangi semua kewajiban.”
2. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Menurut Donald E Kieso dkk (2007:140) dalam buku Intermediate
Accounting Laporan Laba rugi adalah :
“Laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan
selama periode tertentu.”
Menurut Donald E Kieso dalam buku Intermediate Accounting
Bentuk laporan laba rugi dikelompokkan menjadi dua yaitu Laporan Laba
Rugi bentuk Langsung dan Laporan Laba Rugi Bertahap.
Menurut Donald E Kieso (2007:144) dalam buku Intermediate
Accounting Laporan Laba rugi bentuk langsung adalah :
“Dalam Laporan laba rugi bentuk langsung hanya ada dua
pengelompokkan yaitu pendapatan dan beban. Pendapatan
dikurangkan dengan beban untuk menghitung laba bersih
atau rugi bersih.”
Menurut Donald E Kieso (2007:145) dalam buku Intermediate
Accounting Laporan Laba rugi Bertahap yaitu :
“Laporan Laba Rugi bertahap memperlihatkan dua klasifikasi
tambahan: (1) Pemisahan hasil operasi yang diperoleh melalui
aktivitas sekunder atau non operasi perusahaan; dan (2)
Klasifikasi beban menurut fungsi, seperti perdagangan atau
manufaktur, penjualan, dan adminstrasi.”
3. Laporan Perubahan Ekuitas
Menurut Kasmir (2011.29) dalam buku “Analisis Laporan
Keuangan” menyatakan bahwa :
“Laporan Perubahan Modal menggambarkan jumlah modal
yang dimiliki perusahaan saat ini serta sebab-sebab
berubahnya modal.”
Perubahan-perubahan yang terjadi perlu diketahui untuk melihat
perkembangan keadaan keuangan suatu perusahaan. Setelah perubahan ini
diketahui, apakah terjadi kenaikan atau penurunan atau tetap, dapat pula
diketahui sebab-sebab terjadi perubahan tersebut.
4. Laporan Arus Kas
Menurut Kasmir (2011:29) dalam buku Analisis Laporan
Keuangan menyatakan bahwa :
“Laporan Arus kas merupakan laporan yang menunjukkan
arus kas masuk (pendapatan) dan arus kas keluar (biaya-
biaya).”
Laporan arus kas menunjukkan semua aspek yang berkaitan
dengan kegiatan perusahaan. Kas masuk terdiri dari uang yang masuk ke
perusahaan, seperti hasil penjualan, sedangkan kas keluar merupakan
sejumlah pengeluaran seperti biaya operasional perusahaan.
5. Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan
Menurut Kasmir (2011:30) dalam buku “Analisis Laporan
Keuangan” menyatakan bahwa :
“Laporan Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan
laporan yang memberikan informasi apabila ada laporan
keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu.”
2.2.4 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2007:6) dalam buku “Analisa Laporan Keuangan”
Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan
gambaran atau laporan kemajuan (Progress Report) secara periodik yang
dilakukan pihak manajemen yang bersangkutan. Dalam praktiknya laporan
keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report,
laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu
kombinasi antara :
1. Fakta yang telah dicatat (Recorded Fact)
Laporan keuangan disusun atau dibuat berdasarkan kenyataan yang
sebenarnya atau fakta dari catatan akuntansi. Fakta ini diambil dari peristiwa
atau kejadian akuntansi pada waktu atau masa lalu, yaitu dari tahun-tahun
sebelumnya. Fakta yang tercatat dalam pos-pos yang ada di laporan keuangan
dinyatakan dalam harga pada saat terjadinya transaksi. Contoh fakta-fakta
yang tercantum pada masa lalu tersebut misalnya jumlah uang kas yang
tersedia dalam perusahaan maupun yang disimpan di bank, jumlah piutang,
jumlah persediaan, dan jumlah komponen laporan keuangan lainnya.
2. Prinsip-prinsip dan Kebiasaan dalam Akuntansi (Accounting convention
and postulate)
Pencatatan yang terjadi dalam laporan keuangan jelas didasarkan kepada
prosedur atau anggapan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi.
Dengan kata lain, catatan dalam laporan keuangan tidak dapat dilakukan
dengan sekehendak pemilik atau manajemen perusahaan, tetapi harus melalui
tata cara atau prosedur yang sesuai dengan prinsip-prinsip atau kebiasaan
dalam akuntansi.
3. Pendapat Pribadi (Personal Judgement)
Walaupun pencatatan akuntansi dalam laporan keuangan didasarkan kepada
dalil-dalil tertentu, penggunaan dari dasar dalil tersebut tergantung dari
pendapat manajemen perusahaan. Artinya juga pendapat atau judgement ini
juga tergantung dari kemampuan para pembuatnya yang kemudian
dikombinasikan dengan fakta serta dalil-dalil akuntansi yang disetujui. Suatu
hal yang penting yaitu bahwa baik prosedur, kebiasaan, anggapan, atau
pendapat pribadi ini harus dilakukan secara konsisten dan terus menerus.
Namun, segala sesuatunya tidak kaku dan dapat diubah dengan penjelasan
dalam laporan keuangan sehingga pembaca dapat mengerti dan memahami
dan tidak terjadi kesalahpahaman dalam mengartikan laporan keuangan
tersebut.
Dengan mengingat atau memperhatikan sifat-sifat laporan keuangan tersebut
di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan itu mempunyai
keterbatasan antara lain :
1. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), dimana
data-data yang diambil dari data masa lalu.
2. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang, bukan hanya
untuk pihak tertentu saja.
3. Proses penyusunan tidak lepas dari taksiran-taksiran dan pertimbangan-
pertimbangan tertentu.
4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi
ketidakpastian. Misalnya, dalam suatu peristiwa yang tidak menguntungkan
selalu dihitung kerugiannya. Sebagai contoh harta dan pendapatan, nilainya
dihitung dari yang paling rendah.
5. Laporan Keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang ekonomi
dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan kepada sifat
formalnya.
2.2.5 Laporan Keuangan koperasi
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan
(2009:27.9) menyatakan bahwa :
“Laporan keuangan koperasi meliputi neraca, perhitungan hasil
usaha, laporan arus kas, laporan promosi ekonomi anggota, dan
catatan atas laporan keuangan”.
A. Neraca
Neraca menyajikan informasi mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas
operasi koperasi pada waktu tertentu.
B. Perhitungan Hasil Usaha (PHU)
Perhitungan hasil usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan
beban-beban usaha dan beban perkoperasian selama periode tertentu. Sisa Hasil
Usaha yang diperoleh mencangkup usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor
dengan non-anggota istilah perhitungan hasil usaha digunakan mengingat manfaat
dari usaha koperasi tidak semata-mata diukur dari sisa hasil usaha atau laba tetapi
ditentukan pada manfaat bagi anggota.
C. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang
meliputi saldo awal kas, sumber penerimaan kas, pengeluaran kas, dan saldo akhir
kas pada periode tertentu
D. Laporan Promosi Anggota
Dalam sisa hasil usaha tahun berjalan belum dibagi, maka manfaat
ekonomi yang diperoleh anggota dari pembagian sisa hasil usaha pada akhir tahun
buku dapat dicatat sebesar taksiran jumlah sisa hasil usaha yang akan dibagi untuk
anggota.
Laporan promosi ekonomi anggota adalah laporan yang memperlihatkan
manfaat ekonomi yang diperoleh dari anggota koperasi selama satu tahun tertentu.
Laporan tersebut mencangkup empat unsur yaitu :
a. Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama
b. Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan bersama
c. Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi, dan
d. Manfaat Ekonomi dari bentuk pembagian sisa hasil usaha
Laporan promosi ekonomi anggota ini disesuaikan dengan jenis koperas dan
usaha yang dijalankan.
E. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan menyajikan pengungkapan yang memuat :
a. Perlakuan akuntansi mengenai:
Pengakuan pendapatan dan beban sehubungan dengan transaksi
koperasi dengan anggota dan non-anggota.
Kebijakan akuntansi tentang aset tetap, penilaian persediaan, piutang,
dan sebagainya.
Dasar penetapan harga pelayanan kepada anggota dan non-anggota
b. Pengungkapan informasi lain antara lain :
Kegiatan atau pelayanan utama koperasi kepada anggota baik yang
tercantum dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga maupun
dalam praktik, atau yang telah dicapai koperasi.
Aktivitas koperasi dalam pengembangan sumber daya dan
mempromosikan usaha ekonomi anggota, pendidikan, dan pelatihan
koperasian, usaha, manajemen yang diselenggarakan untuk anggota,
dan pencapaian lapangan usaha baru untuk anggota.
Ikatan atau kewajiban bersyarat yang timbul dari transaksi koperasi
dengan anggota dan non-anggota.
Pengklasifikasian piutang dan utang yang timbul dari transaksi
koperasi dengan anggota dan non-anggota.
Pembatasan penggunaan dan risiko atas aset tetap yang diperoleh atas
dasar hibah atau sumbangan.
Aset yang dioperasikan oleh koperasi tetapi bukan milik koperasi.
Aset yang diperoleh secara hibah dalam bentuk pengalihan saham dari
perusahaan swasta.
Pembagian sisa hasil usaha dan penggunaan cadangan
Hak dan tanggungan pemodal modal penyertaan.
Penyelenggaraan rapat anggota, dan keputusan-keputusan penting yang
berpengaruh terhadap perlakuan akuntansi dan penyajian laporan
keuangan.
2.3 Modal kerja
2.3.1 Pengertian Modal Kerja
Setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja (dana) yang akan
digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari, misalnya untuk
membeli bahan baku, membayar upah buruh, membayar hutang, dan lain-lain.
Dimana dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat dikembalikan lagi
kedalam perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil usaha perusahaan.
Menurut Sofyan Syafri Harahap dalam buku “Analisa Kritis atas Laporan
Keuangan “(2007:288) pengertian modal kerja adalah :
“Modal Kerja adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar. Modal
kerja juga bisa dianggap sebagai dana yang tersedia untuk
diinvestasikan dalam aktiva lancar atau untuk membayar utang tidak
lancar”
Menurut Kasmir dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” (2011:249)
Pengertian Modal kerja adalah :
“Modal Kerja merupakan dana yang digunakan untuk membiayai
kegiatan operasional perusahaan, terutama yang memiliki jangka
waktu pendek. Sebagai modal kerja diartikan seluruh aktiva lancar
atau setelah dikurangi dengan utang lancar”
Menurut Kasmir dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” (2011:250)
Pengertian modal kerja secara mendalam terkandung dalam konsep modal kerja
yang dibagi menjadi tiga macam :
1. Konsep Kuantitatif
Konsep Kuantitatif, menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva
lancar. Dalam konsep ini adalah bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk
membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut dengan
modal kerja kotor (gross working capital).
2. Konsep Kualitatif
Konsep Kualitatif, merupakan konsep yang menitikberatkan kepada kualitas
modal kerja. Konsep ini melihat selisih antara jumlah aktiva lancar dengan
kewajiban lancar. Konsep ini disebut modal kerja bersih (Net working capital).
3. Konsep Fungsional
Konsep Fungsional menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan
dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan
perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak dana yang
digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba.
Dari pengertian modal kerja diatas, dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya
pengertian modal kerja adalah modal yang harus disediakan dalam jumlah yang
cukup untuk menjaga dan menjamin kelancaran operasi perusahaan. Modal kerja
yang cukup akan menguntungkan perusahaan, yakni memungkinkan perusahaan
untuk beroperasi secara ekonomis dan efisien. Selain itu perusahaan juga tidak
akan mengalami kesulitan keuangan.
2.3.2 Jenis-Jenis Modal Kerja
Menurut W.B.Taylor yang dikutip oleh Bambang Riyanto (2001:117)
dalam buku Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Modal kerja dapat dibagi
menjadi :
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital), yaitu jumlah minimum
yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar tanpa
kesulitan keuangan.
Modal kerja permanen dapat dibagi dua :
a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)
Jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk
menjamin kontinuitas usahanya.
b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital)
Jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarkan luas
produksi yang normal.
2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital), yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan.
Modal kerja Variabel dibagi menjadi :
a. Modal Kerja Musiman (Seasional Working Capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah karena fluktuasi musiman.
b. Modal Kerja Siklis (Cyclical Working Capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi konjungtur.
c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)
Modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat
yang tidak diketahui sebelumnya.
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja
Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan harus segera terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan perusahaan. Namun, terkadang untuk memenuhi kebutuhan
modal kerja seperti yang diinginkan tidaklah selalu tersedia. Hal ini disebabkan
terpenuhi tidaknya kebutuhan modal kerja sangat tergantung kepada berbagai
faktor yang memengaruhinya. Oleh karena itu, pihak manajemen dalam
menjalankan kegiatan operasi perusahaan terutama kebijakan dalam upaya
pemenuhan modal kerja harus selalu memerhatikan faktor-faktor tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja menurut Munawir
(2007:117) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan” sebagai berikut :
1. Sifat atau tipe dari Perusahaan
Modal kerja dari suatu perusahaan jasa relatif cukup rendah bila
dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri. Sifat
dari perusahaan jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan
modal-modalnya sebagian besar pada aktiva tetap atau plant and
equipment yang digunakan untuk memberikan pelayanan atau jasanya
kepada masyarakat. Apabila dibandingkan dengan perusahaan industri,
maka keadaannya sangatlah ekstrem karena perusahaan industri harus
mengadakan investasi yang sangat besar dalam aktiva lancar agar
perusahaannya tidak mengalami kesulitan didalam operasinya sehari-hari.
2. Waktu yang dibutuhkan untuk Memproduksi atau Memperoleh
Barang yang akan dijual serta Harga Persatuan dari Barang tersebut.
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung
dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan
dijual maupun bahan dasar yang akan diproduksi sampai barang tersebut
dijual. Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang
tersebut makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Disamping itu
harga pokok per satuan barang juga akan mempengaruhi besar kecilnya
modal kerja yang dibutuhkan, makin besar harga pokok persatuan barang
yang dijual akan semakin besar pula kebutuhan akan modal kerja.
3. Syarat Pembelian Bahan atau Barang Dagangan
Syarat pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang akan
digunakan untuk memproduksi barang sangat mempengaruhi jumlah
modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika
syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, makin
sedikit uang kas yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan atau
barang dagangan, sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang yang
dibeli tersebut harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek maka
uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar
pula.
4. Syarat Penjualan
Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para
pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang
harus diinvestasikan dalam sektor piutang. Untuk memperendah dan
memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam piutang
dan untuk memperkecil resiko adanya piutang yang tak dapat ditagih,
sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada para pembeli,
karena dengan demikian para pembeli akan tertarik untuk segera
membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut.
5. Tingkat Perputaran Persediaan
Tingkat perputaran persediaan (Inventory Turn-over),
menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan
dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut
maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus
diinvestasikan dalam persediaan) semakin rendah. Untuk dapat mencapai
tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan
pengawasan persediaan secara teratur dan efisien. Semakin cepat atau
semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko terhadap
kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan
selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan
dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.
2.3.4. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Apabila dana didefinisikan sebagai modal kerja, maka laporan perubahan
posisi keuangan menjelaskan sumber dan penggunaan dana dan menunjukkan
bagaimana modal kerja tersebut berubah dari jumlah pada awal periode menjadi
jumlah pada akhir periode. Setiap transaksi yang menyebabkan naiknya modal
kerja disebut sumber modal kerja. Sebaliknya transaksi yang menyebabkan
penurunan modal kerja disebut penggunaan modal kerja.
Modal kerja didefinisikan sebagai selisih antara total aktiva lancar dan
utang lancar, maka jumlah modal kerja akan naik atau turun hanya karena
transaksi-transaksi yang mempengaruhi baik rekening lancar maupun rekening
tidak lancar.
2.3.5 Sumber-sumber Modal Kerja
Kebutuhan akan modal kerja mutlak disediakan perusahaan dalam bentuk
apapun. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan sumber-
sumber modal kerja yang dapat dicari dari berbagai sumber yang tersedia. Namun,
dalam pemilihan sumber modal harus diperhatikan untung ruginya sumber modal
kerja tersebut. Pertimbangan ini perlu dilakukan agar tidak menjadi beban
perusahaan ke depan atau akan menimbulkan masalah yang tidak diinginkan.
Menurut Munawir dalam buku “Analisa Laporan Keuangan” (2007:120)
pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari :
1. Hasil Operasi Perusahaan
Jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan laba rugi
ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah
modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Jadi jumlah modal kerja
yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa
laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut. Dengan adanya keuntungan
atau laba dari usaha perusahaan, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh
pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang
bersangkutan.
2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka
pendek)
Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek (marketable
securities atau effek) adalah salah satu elemen aktiva lancer yang segera dapat
dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan adanya
penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur
modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang kas.
Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu
sumber untuk bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila dalam penjualan
tersebut terjadi kerugian maka akan menyebabkan berkurangnya modal kerja.
3. Penjualan aktiva tidak lancar
Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva
tetap, investasi jangka panjang dan aktiva tidak lancar lainnya yang tidak
diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau
piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan
tersebut.
4. Penjualan saham atau obligasi
Dalam menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat
pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan
untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan
obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan
modal kerjanya.
Dengan demikian sumber modal kerja adalah karena adanya penurunan dalam
non current asset karena penjualan maupun proses depresiasi, kenaikan dalam
non current liabilities atau hutang jangka panjang, dan adanya kenaikan dalam
sektor modal dari setoran pemilik maupun dari hasil operasi perusahaan.
2.3.6 Penggunaan Modal Kerja
Setelah memperoleh modal kerja yang diinginkan, tugas manajer
keuangan adalah menggunakan modal kerja tersebut. Hubungan antara sumber
dan penggunaan modal kerja sangat erat. Artinya penggunaan modal kerja dipilih
dari sumber modal kerja tertentu atau sebaliknya. Penggunaan modal kerja akan
dapat memengaruhi jumlah modal kerja itu sendiri. Seorang manajer dituntut
untuk menggunakan modal kerja secara tepat, sesuai dengan sasaran yang ingin
dicapai perusahaan.
Menurut Munawir dalam buku “Analisa Laporan Keuangan” (2007:124)
Penggunaan modal kerja biasa dilakukan perusahaan untuk :
1. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan meliputi
pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplies
kantor, dan pembayaran biaya-biaya lainnya. Besarnya penggunaan modal
kerja untuk biaya operasi ini akan dapat ditentukan dengan menganalisa
laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut, yaitu jumlah kerugian
netto yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba dikurangi dengan
jumlah depresiasi dan amortisasi periode tersebut.
2. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan
Penggunaan modal kerja karena kerugian yang di luar usaha pokok
perusahaan harus dilaporkan tersendiri dalam laporan perubahan modal
kerja. Adapun kerugian baik yang rutin maupun yang insidentil akhirnya
akan mengakibatkan berkurangnya modal perusahaan.
3. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka
panjang atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan
berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat
berkurangnya modal kerja.
4. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik,
hutang obligasi, maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya, atau
adanya penurunan hutang jangka panjang diimbangi berkurangnya aktiva
lancar.
5. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk
kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pembayaran dividen dalam
perseroan terbatas. Dengan kata lain adanya penurunan sektor modal yang
diimbangi dengan berkurangnya aktiva lancar atau bertambahnya hutang
lancar dalam jumlah yang sama.
Penggunaan modal kerja karena adanya kenaikan dalam non current asset,
penurunan dalam sektor non current liabilities atau hutang jangka panjang, dan
adanya penurunan dalam sektor modal.
2.3.7 Modal koperasi
Seperti badan usaha lain, modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan
modal pinjaman. Dalam hal ini perlu dijaga, jangan sampai modal pinjaman
melebihi modal sendiri. Makin besar perbandingan antara modal sendiri dengan
modal pinjaman, struktur permodalan koperasi dikatakan makin baik.
Menurut Soeradjiman dalam bukunya yang berjudul “Koperasi dalam
Teori dan Praktek” (1996:45) Modal koperasi terdiri dari :
A. Modal Sendiri
Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau
badan hukum koperasi. Modal sendiri koperasi pertama-tama dihimpun dari
simpanan anggota (simpanan pokok dan simpanan wajib). Setelah koperasi
berjalan dan mendapatkan sisa hasil usaha (SHU), sebagian dari SHU tersebut
dapat disisihkan sebagai dana cadangan untuk memperkuat modal sendiri. Dengan
demikian modal sendiri koperasi berasal dari :
1. Simpanan pokok
Simpanan pokok adalah sejumlah uang yang sama besarnya bagi setiap
anggota dan wajib dibayar pada saat masuk menjadi anggota. Simpanan
tersebut tidak dapat diambil selama yang bersangkutan masih menjadi
anggota.
2. Simpanan Wajib
Simpanan wajib adalah sejumlah uang yang tidak sama besarnya bagi setiap
anggota yang wajib dibayar pada waktu atau kesempatan tertentu.
3. Dana Cadangan
Dana cadangan adalah sejumlah dana yang disisihkan dari sisa hasil usaha
untuk memupuk modal sendiri dan untuk menutup kerugian koperasi bila
diperlukan.
4. Hibah
Hibah adalah pemberian yang mengikat berupa uang atau barang. Apabila
koperasi menerima pemberian barang atau uang untuk memperlancar jalannya
usaha, berarti modal koperasi sebagian berasal dari hibah
B. Modal Pinjaman terdiri dari :
1) Pinjaman dari anggota
Disamping simpanan pokok dan simpanan wajib koperasi dapat menghimpun
modal pinjaman dari anggota dalam bentuk simpanan sukarela dan simpanan
wajib (khusus).
a. Simpanan sukarela pada dasarnya merupakan uang titipan dari anggota
yang dapat diambil kembali sesuai dengan perjanjian.
b. Simpanan khusus pada dasarnya merupakan pinjaman dari anggota untuk
membiayai keperluan tertentu.
2) Pinjaman dari koperasi atau badan usaha lain
Pnjaman dari koperasi atau badan usaha lain dapat diperoleh atas dasar kerja
sama yang saling menguntungkan.
3) Pinjaman dari bank atau lembaga keuangan lain
Untuk mendapatkan pinjaman dari bank atau lembaga kuangan lain, koperasi
harus mengajukan surat permintaan dilampiri dengan surat-surat yang
diperlukan seperti ;
Rencana penggunaan modal/ rencana usaha
Rencana pengembalian modal
Jaminan barang yang harganya sebanding dengan besarnya pinjaman
4) Penerbitan obligasi dan surat pengakuan utang
Obligasi adalah surat berharga yang merupakan pengakuan utang jangka
panjang kepada pemegangnya dengan kesanggupan membayar bunga tetap
dan mengembalikannya pada waktu yang ditentukan.
5) Sumber lain yang sah
Pinjaman dari sumber lain yang sah biasanya diperoleh dari pemerintah atau
lembaga lain atas dasar pertimbangan tertentu. Misalnya pinjaman dari dana
yang dihimpun dari keuntungan BUMN, pinjaman dari badan usaha swasta
untuk koperasi karyawan dilingkungannya.
C. Modal Penyertaan
Modal penyertaan adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat dinilai
dengan uang yang ditanamkan oleh pemodal untuk menambah dan
memperkuat struktur permodalan dalam meningkatkan usaha koperasi.
Selain modal sendiri dan modal pinjaman, koperasi dapat memperluas usaha yang
dibiayai dengan modal penyertaan yang berasal dari pemerintah atau masyarakat.
1. Modal Penyertaan dari Pemerintah
Modal penyertaan dari Pemerintah, termasuk BUMN dan BUMD, merupakan
salah satu bentuk bantuan kepada koperasi yang potensial. Untuk menjaga
agar modal penyertaan tersebut digunakan sebagaimana mestinya, pemerintah
dapat mengikutsertakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Setelah
usahanya berjalan lancar, modal penyertaan secara berangsur dapat ditarik
kembali.
2. Modal Penyertaan dari bukan Pemerintah
Modal penyertaan dapat berasal dari anggota koperasi yang bersangkutan,
koperasi lain, badan usaha atau lembaga swasta, dan perorangan. Penggunaan
modal penyertaan merupakan salah satu usaha koperasi untuk memperkuat
susunan modal ekuitas yang ikut menanggung resiko dalam rangka
mengembangkan usaha.
2.4 Analisis Sumber dan Penggunaan Modal kerja
2.4.1 Pengertian Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Menurut S. Munawir dalam bukunya yang berjudul “Analisis Laporan
Keuangan “2002:37) yaitu :
“Analisis sumber dan penggunaan modal kerja adalah suatu analisa
untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja
atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam
periode tertentu”.
2.4.2 Tujuan Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Menurut Munawir (2007:129) dalam buku “Analisis Laporan Keuangan”
Tujuan analisis sumber dan penggunaan modal kerja akan sangat berguna bagi
manajemen untuk mengadakan pengawasan terhadap modal kerja dan agar
sumber-sumber modal kerja dapat digunakan secara efektif di masa mendatang,
hasil analisa terhadap sumber dan penggunaan modal kerja dari suatu perusahaan
dalam suatu periode akan dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan atau
perencanaan modal kerja di masa yang akan datang.
2.4.3 Penyusunan Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Metode-metode penyusunan laporan perubahan modal kerja atau laporan
sumber dan penggunaan modal kerja menurut Munawir (2004:150), yaitu :
I. Reversal Method
Dalam metode ini sumber dan penggunaan modal kerjanya disusun dengan
menggunakan kertas kerja (work sheet), metode ini digunakan untuk
mempermudah penyusunan laporan perubahan modal kerja, jika kita mengalami
kesulitan dalam menghadapi laporan keuangan yang jumlah pos-posnya banyak
dalam work sheet perubahan yang terjadi dalam masing-masing akun dianalisis
dan ditentukan bagaimana pengaruh perubahan akun-akun tersebut pada modal
kerja. Namun sebelum work sheet harus terlebih dahulu membuat adjustment atau
membuat revers (reversing entries) terhadap perubahan-perubahan yang tidak
mempengaruhi modal kerja. Untuk mengadakan adjustment maupun reversing
entries dengan benar maka kita harus mengetahui lebih dahulu jurnal-jurnal yang
dibuat pada waktu terjadinya transaksi.
Langkah-langkah dalam menyusun Reversal Method, yaitu :
1. Menyusun pos-pos neraca awal periode dan akhir periode-periode atau neraca
periode sekarang dengan neraca periode sebelumnya, dipisahkan antara pos-
pos neraca bersaldo debit dengan neraca yang bersaldo kredit.
2. Menentukan perubahan yang terjadi pada masing-masing pos, masukkan
perubahan tersebut pada sisi debit atau kredit, kolom perubahan sebelah debit
untuk mencatat kenaikan aktiva, penurunan hutang dan modal sedangkan
kolom kredit untuk mencatat penurunan aktiva dan kenaikan hutang dan
modal.
3. Menganalisa perubahan yang terjadi pada rekening atau pos-pos current untuk
menentukan alasan dan sebab perubahan tersebut dan menentukan pengaruh
perubahan tersebut terhadap modal kerja, apakah merupakan sumber,
penggunaan atau tak mempunyai pengaruh sama sekali.
4. Melakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang tidak sesuai
dengan transaksi yang sebenarnya.
5. Setelah diadakan penyesuaian maka langkah berikutnya adalah memindahkan
perubahan-perubahan nettonya. Perubahan pos-pos aktiva lancar dan hutang
lancar dipindahkan ke kolom “kenaikan atau penurunan modal kerja”, dengan
cara sebagai berikut : jika pos tersebt mempunyai perubahan didebit maka ke
kolom kenaikan modal kerja, sebaliknya kolom pos tersebut mempunyai
perubahan kredit maka dipindahkan ke kolom penurunan modal kerja.
Perubahan pos-pos non current (aktiva tidak lancar, hutang jangka panjang,
dan modal) dipindahkan ke kolom “sumber dan penggunaan modal kerja
II. Direct method
Metode ini tidak menggunakan kertas kerja (work sheet) dalam
penyusunan sumber dan penggunaan modal kerjanya. Ini berarti kita tidak perlu
mengadakan adjustment maupun reversing entries. Nama lain dari mtode ini
adalah metode rekening atau metode langsung, dalam metode tiap-tiap perubahan
biaya tidak tetap (non current account) dicatat dalam masing-masing rekening
yang berbentuk T (T-account) termasuk perubahan total modal kerja, kemudian
jurnal-jurnal transaksi di pastikan pada rekening masing-masing.
Adapun langkah-langkah dalam menyusun metode langsung (Direct
Method), yaitu :
1. Memasukan perubahan netto dari masing-masing pos atau rekening non
current ke dalam rekeningnya masing-masing.
2. Menganalisa informasi-informasi tambahan yang diperoleh serta perubahan-
perubahan yang terjadi dalam rekening non current yang kemudian membuat
jurnal yang mula-mula dibuat oleh perusahaan pada waktu transaksi yang
sebenarnya terjadi.
3. Mempostingkan atau memasukkan jurnal-jurnal transaksi tersebut ke dalam
rekening masing-masing dengan catatan bahwa jurnal-jurnal yang menyangkut
aktiva lancar, dipostingkan ke dalam “sumber dan penggunaan modal kerja”,
sedangkan yang berhubungan dengan hasil-hasil operasi dipostingkan ke
dalam “Rugi-Laba”.
4. Setelah jurnal-jurnal tersebut dipostingkan pada masing-masing rekeningnya,
maka jumlah yang diposting pada masing-masing rekening tersebut harus
sama dengan jumlah perubahan netto pada rekening yang bersangkutan.
Khusus Rugi-Laba harus dicantumkan saldonya, dan saldo ini dipindahkan
ke4 rekening sumber dan penggunaan modal kerja.
5. Setelah semua rekening jumlah pendebitan dan pengkreditannya mempunyai
saldo yang sama dengan perubahan nettonya, serta saldo Rugi-Laba sudah
dipindahkan ke rekening sumber dan penggunaan modal kerja telah sama
dengan jumlah perubahan modalnya secara total.
Top Related