BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Investasi fisiologi yang terjadi pada wanita, termasuk semua organisme
betina dalam mencapai kehamilan, merupakan kejadian yang luar biasa
menakjubkan. Kehamilan terjadi bersamaan dengan ovulasi pada masa remaja
dini; dan setelah kelahiran, anovulasi dan amenorrhoe menetap selama laktasi,
dan menyusui dilanjutkan sampai dengan 2-3 tahun. Kemudian kehamilan terjadi
lagi dan begitu seterusnya. Ketika sudah 10 atau 11 episode kehamilan-laktasi
tersebut selesai, fungsi ovarium dan ovulasi berhenti yaitu menopause. Sebuah
analisis yang merangsang pemikiran tentang ”evolution of human reproduction”
telah disajikan oleh Roger Short (1976).
Menstruasi dipandang dalam arti fisiologi, sebagai hasil akhir dari
kegagalan fertilitas. Tidak diragukan lagi bahwa animus fisiologi siklus ovarium,
dan akomodasi-akomodasi saluran reproduktif morfologis yang menyertainya
adalah ovulasi, fertilisasi, dan implantasi. Ada sistem gagalaman yang bekerja
kalau ada kegagalan fertilisasi ovum atau kegagalan implantasi blastokista, dan
peristiwa ini berpuncak pada menstruasi.
Fertilisasi merupakan suatu proses awal terbentuknya suatu kehamilan.
Proses ini berlanjut dengan pembelahan sampai terjadinya implantasi. Sesorang
dapat dinyatakan hamil apabila hasil konsepsi tertanam di dalam rahim ibu, yang
1
biasa disebut dengan kehamilan intra uterin. Jika hasil konsepsi tertanam di luar
rahim, hal itu disebut kehamilan ekstra uterin.
Apabila fertilisasi, proses pembelahan dan implantasi tidak berlangsung
baik, hal tersebut dapat menyebabkan terjadinya abortus ataupun kelainan pada
bayi. Sehingga fertilisasi merupakan tonggak awal penciptaan seorang manusia.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas di dalam proses penyusunan
makalah ini adalah Konsepsi Fertilisasi dan Implantasi. Untuk memberikan
kejelasan makna serta menghindari meluasnya pembahasan, maka dalam
makalah ini masalahnya dibatasi pada bagian :
1. Fertilisasi
2. Proses fertilisasi
3. Proses pembelahan
4. Implantasi dan proses terjadinya
C. Tujuan Penulisan
Pada dasarnya tujuan penulisan makalah ini terbagi menjadi dua bagian,
yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi salah satu tugas ASKEB kehamilan.
Adapun tujuan khusus dari penyusunan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui tentang fertilisasi
2
2. Untuk mengetahui proses fertilisasi
3. Untuk mengetahui proses pembelahannya
4. Untunk mengetahui tentang implantasi dan proses terjadinya
3
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEPSI
Konsepsi adalah pertemuan antara ovum matang dan sperma sehat yang
memungkinkan terjadinya kehamilan. (Ari Sulistyawati, Asuhan Kebidanan pada
Masa Kehamilan, 2009).
Suatu peristiwa penyatuan antara sel mani dengan sel telur didalam tuba
falopi. Hanya satu sperma yang mengalami proses kapasitasi yang dapat melintasi
zona pelusida dan masuk ke vitelus ovum. Setelah itu, zona pelusida mengalami
perubahan sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma. (Eka windasari,2009)
Konsepsi dapat terjadi, jika beberapa kriteria berikut di penuhi :
a. Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi wanita yang tepat.
b. Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat ovulasi.
c. Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat selama ejakulasi.
d. Tidak ada barier atau hambatan yang mencegah sperma mencapai penetrasi dan
akhirnya membuahi ovum.
Agar terjadi kehamilan sebaiknya senggama dilakukan sebelum tepat di hari
wanita ovulasi karena sperma dapat hidup sampai tiga hari di dalam vagina,
sedangkan ovum hanya bertahan 12-24 jam setelah dikeluarkan dari ovarium
(ovulasi). Kapan wanita mengalami ovulasi dapat dikenali melalui bentuk cairan
vagina yang keluar. Jika terlihat bening, banyak, dan licin maka kemungkinan besar
4
wanita dalam keadaan subur, cairan vagina secara bertahap akan menjadi kental dan
berwana putih keruh setelah melewati masa ovulasi. Selain mengamati karakter
cairan vagina, ovulasi dapat juga diprediksi melalui penghitungan siklus menstruasi,
namun cara ini kurang dapat digunakan pada wanita dengan siklus menstruasi yang
tidak teratur.
Diperkirakan ada 300 juta sperma yang dikeluarkan saat ejukasi dan yang
dapat ditampung oleh bagian belakang vagina, namun dalam perjalanannya hanya
beberapa ribu saja dapat mencapai tuba falopii. Lingkungan vagina yang asam dan
adanya daya fagosit dari uterus membuat sebagian besar sperma tidak mampu
bertahan hidup, yang akhirnya dikeluarkan lagi melalui vagina. (Ari Sulistyawati,
Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan, 2009).
1. Ovum
Pertumbuhan oogonium yang kelak menjadi ovum terjadi di genital
ridge,jumlah oogonium di dalam kandunga selalu bertambah sampai usia
kandungan 6 bulan, jumlah oogonium saat dilahirkan : 750000, 6-15 tahun:
439000,16-25 tahun: 34000,Monopoue: menghilang.pengurangan initerjadi
akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel-folikel.1
Ovum dikembangkan dari sel germinal primitif yang tertanam di substansi
ovarium. Masing-masing sel primitif menimbulkan kuman, oleh ulang divisi, ke
sejumlah oogonium disebut sel-sel yang lebih kecil, dari mana telur atau oosit
primer dikembangkan.
1 Tim,Askeb 1 kehamilan,Trans info media,Jakarta,2009,hlm19.
5
Ovum manusia sangat menit, dengan ukuran sekitar 0,2 mm. diameter, dan
tertutup dalam folikel telur dari indung telur; sebagai aturan masing-masing
folikel mengandung satu sel telur, tetapi kadang-kadang dua atau lebih yang
hadir. 3 dan pembesaran dan kemudian pecah dari folikel pada permukaan
ovarium, ovum dibebaskan dan disampaikan oleh rahim tabung ke rongga rahim.
Kecuali itu dibuahi tidak mengalami perkembangan lebih lanjut dan dibuang dari
rahim, tetapi jika terjadi pembuahan itu dipertahankan di dalam uterus dan
berkembang menjadi yang baru.
Dalam penampilan dan struktur ovum sedikit berbeda dari sel biasa, tetapi
nama-nama khusus telah diterapkan ke dalam beberapa bagian; demikian,
substansi sel dikenal sebagai kuning telur atau oöplasm, inti sebagai germinal
vesikel, dan yang Nukleolus sebagai tempat germinal. Ovum ditutupi dalam
tebal, transparan amplop, zona striata atau zona pelusida, melekat pada
permukaan luar yang beberapa lapis sel, yang berasal dari orang-orang dari
folikel dan kolektif yang membentuk korona radiata.
6
Memeriksa sel telur manusia segar di folliculi minuman keras. (Waldeyer.)
The zona pelusida dipandang sebagai korset jelas tebal dikelilingi oleh sel-sel
korona radiata. Telur itu sendiri menunjukkan deutoplasmic rinci pusat dan
daerah perifer lapisan jelas, dan membungkus germinal vesikel, di mana
terlihat germinal spot.
a. Yolk.
Kuning telur terdiri dari (1) sitoplasma sel hewan biasa dengan
spongioplasm dan hyaloplasm; ini sering disebut formatif kuning telur;
(2) gizi telur atau deutoplasm, yang terdiri dari berbagai bulat butiran
lemak dan zat albuminoid tertanam di sitoplasma. Dalam sel telur
mamalia kuning gizi sangat kecil dalam jumlah, dan pelayanan dalam
bergizi embrio pada tahap awal perkembangannya saja, sedangkan pada
telur dari burung yang ada cukup untuk memasok ayam dengan makanan
bergizi sepanjang periode dari inkubasi.
Germinal Vesicle.-The germinal vesikel atau inti bulat besar pada
awalnya tubuh yang hampir menempati posisi sentral, tetapi menjadi
eksentrik sebagai pertumbuhan hasil ovum. Strukturnya adalah bahwa
dari sel-nukleus biasa, yakni., Itu terdiri dari retikulum atau karyomitome,
dengan jala-jala yang penuh dengan karyoplasm, sementara terhubung
dengan, atau tertanam di dalam, retikulum sejumlah massa kromatin atau
kromosom, yang dapat menyajikan penampilan gulungan atau dapat
mengasumsikan bentuk batang atau loop. Inti yang dilingkupi oleh
7
membran nuklir halus, dan mengandung dalam interior yang terdefinisi
dengan baik Nukleolus atau germinal spot.
b. Penutup dari Ovum.
The zona striata atau zona pelusida adalah selaput tebal, yang, di
bawah kekuasaan yang lebih tinggi dari mikroskop, dipandang radial
lurik. Itu berlangsung selama beberapa saat setelah pembuahan terjadi,
dan bisa bertindak untuk perlindungan selama tahap-tahap awal
segmentasi. Hal ini belum ditentukan apakah zona striata adalah produk
dari sitoplasma ovum atau sel-sel korona radiata, atau keduanya.
Korona radiata terdiri atau dua atau tiga lapisan sel, mereka berasal
dari sel-sel folikel, dan mematuhi permukaan luar zona striata ketika
ovum dibebaskan dari folikel; sel radial diatur di sekitar zona, orang-
orang dari lapisan yang paling dalam kolumnar dalam bentuk. Sel-sel
korona radiata segera hilang; dalam beberapa binatang yang mereka
mengeluarkan, atau akan diganti dengan, lapisan perekat protein, yang
dapat membantu dalam melindungi dan bergizi ovum.
Fenomena menghadiri pelepasan dari ovum dari folikel milik lebih
ke fungsi biasa ovarium daripada topik umum embriologi, dan karena itu
digambarkan dengan anatomi ovarium.
c. Pematangan Ovum.
Sebelum ovum dapat dibuahi itu harus menjalani proses
pematangan atau pematangan. Hal ini terjadi sebelumnya atau segera
8
setelah keluar dari kantong, dan pada dasarnya terdiri dari pembagian
yang tidak setara ovum terlebih dahulu menjadi dua dan kemudian
menjadi empat sel. Tiga dari empat sel kecil, tidak mampu pengembangan
lebih lanjut, dan ini disebut badan kutub atau polocytes, sementara
keempat besar, dan merupakan sel telur matang. Proses pematangan
belum diamati dalam sel telur manusia, tetapi telah dengan hati-hati
belajar di ovum dari beberapa hewan yang lebih rendah, yang deskripsi
berikut berlaku.
Hal ini ditunjukkan bahwa jumlah kromosom yang ditemukan
dalam inti adalah konstan untuk semua sel-sel hewan dari spesies tertentu,
dan bahwa dalam manusia jumlahnya mungkin dua puluh empat. Ini tidak
hanya berlaku pada sel somatik tetapi ovum primitif dan keturunan
mereka. Untuk tujuan ilustrasi proses pematangan suatu spesies dapat
diambil di mana jumlah kromosom nuklir adalah empat. Jika ovum dari
diamati seperti pada awal proses pematangan akan terlihat bahwa jumlah
dari kromosom ternyata berkurang menjadi dua. Namun dalam
kenyataannya, jumlahnya dua kali lipat, karena masing-masing
kromosom terdiri dari empat butir dikelompokkan untuk membentuk
suatu tetrad. Selama metafase setiap tetrad dyads terbagi menjadi dua,
yang sama-sama didistribusikan antara dua inti sel yang dibentuk oleh
pembagian pertama ovum. Salah satu sel yang hampir sama besar dengan
telur asli, dan disebut oosit sekunder, yang lain kecil, dan disebut badan
9
polar pertama. Oosit sekunder sekarang mengalami subdivisi, dimana
setiap angka dua dan berkontribusi membagi satu kromosom ke inti
masing-masing dari dua sel yang dihasilkan.
Pembentukan badan kutub di Asterias glacialis. (Sedikit dimodifikasi dari
Hertwig.) Dalam Aku kutub gelendong (sp) telah maju ke permukaan
telur. Dalam II elevasi kecil (PB1) dibentuk yang menerima setengah dari
gelendong. Dalam III Tingginya terbatas off, membentuk badan kutub
pertama (PB1), dan kedua gelendong terbentuk. Dalam IV melihat
ketinggian yang kedua dalam terbatas V telah turun sebagai badan kutub
kedua (pb2). Dari sisa gelendong (f.pn di VI) pronukleus wanita
dikembangkan.
10
Diagram yang menunjukkan pengurangan jumlah kromosom dalam
proses pematangan sel telur.
Divisi kedua ini juga tidak sama, menghasilkan sel besar yang
merupakan sel telur matang, dan sel kecil, badan kutub kedua. Badan
kutub pertama sering membagi sementara yang kedua sedang dibentuk,
dan sebagai hasil akhir empat sel yang diproduksi, yaitu., Sel telur yang
matang dan tiga badan kutub, yang masing-masing berisi dua kromosom,
yaitu, satu-setengah jumlah hadir dalam inti sel somatik dari anggota
spesies yang sama. Inti sel telur matang disebut pronukleus perempuan.
2. Sperma
11
Sperma juga disebut juga spermatozoa adalah sel gamet dari laki-laki. Sel
ini mempunyai ukuran panjang keseluruhan 50 - 60 mikrometer, dimana terdiri
dua bagian yaitu bagian kepala dan ekor. Dimensi kepala dengan panjang 4 - 5
mikrometer, lebar 2.5 - 3.5 mikrometer, dengan rasio antara panjang dan lebar
yaitu 1.50 - 1.75. Bagian kepala sperma ini mengandung inti sel, dimana
didalamnya terkandung materi genetik dari jantan/laki-laki dalam bentuk DNA,
selain itu terdapat pula berbagai macam protein yang mendukung fungsi atau
kerja sel. Dibagian kepala juga terdapat secama kantong yang disebut tudung
akrosome, yang isinya enzim yang digunakan untuk menembus sel telur /oosit
agar terjadi fertilisasi
Sedangkan bagian ekor sperma, panjangnya kurang lebih 10 kali panjang
kepala sperma. Ekor sperma terdiri dari bagian-bagian yang menyerupai bentuk
filamen, dimana didalamnya banyak terdapat mitokondria sebagai penghasil
energi.
Energi yang dihasilkan digunakan sperma untuk begerak maju kedepan.
Diumpamakan ekor sperma ini semacam baling-baling pada kapal motor, yang
bergerak berputar dan mendorong sperma bisa maju kedepan.
12
Dengan adanya pergerakan sperma ini, maka sperma akan masuk ke
dalam sistem saluran reproduksi untuk menghampiri /mencari sel telur untuk
dibuahi. Sebagai tambahan, sel telur sifatnya diam, tidak bergerak karena tidak
mempunyai alat gerak seperti sperma. Apabila sel telur dapat berpindah itu lebih
disebabkan adanya kontraksi dan dorongan silia dari sel-sel yang ada di saluran
reproduksi betina.
Dalam air mani terdapat spermatozoa sebanyak 100-120 juta tiap
cc,spermatozoa terdiri dari 3 bagian: kaput/kepala,leher dan ekor.sperma dapta
hidup dalam tubuh Wnita +_1-3 hari. (Ai yeyeh rukiyah dkk,askeb kehamilan
2009)
Mungkin Anda juga sering mendengar mitos-mitos tentang khasiat
sperma. Sperma memang dalam penelitian mengandung komposisi kimia yang
sangat berguna bagi tubuh. Bahkan mitos di kalangan wanita bahwa dengan
menelan sperma dapat menghaluskan kulit dan bikin awet muda. Untuk menguji
kebenaran mitos tersebut, marilah kita lihat komposisi kimia yang terdapat dalam
13
sperma. Para ahli di bidang ini tidak pernah membenarkan tapi juga tidak pernah
menyalahkan mitos tersebut secara ilmiah. Mereka hanya mengatakan tidak apa
tertelan asal dari sperma yang sehat dan tidak tertular penyakit.
3. Fertilisasi
Fertilisasi (pembuahan),yaitu bertemunya sel telur (ovum) wanita dengan
seal benih(sperma) laki-laki.2
Pada saat senggama (bersetubuh),air mani dapat terpancar ke dalam ujung
atas vagina sebanyak 2-6cc. (Obstetri Fisiologi,2010)
Pembuahan adalah proses peleburan antara satu sel sperma dan satu sel
ovum yang sudah matang. Proses pembuahan ini terjadi di bagian saluran
Fallopii yang paling lebar. Sebelum terjadi poses pembuahan, terjadi beberapa
proses sebagai berikut.
Ovum yang telah masuk akan keluar dari ovarium. Proses tersebut
dinamakan ovulasi. Ovum yang telah masak tersebutakan masuk ke saluran
Fallopii. Jutaan sperma harus berjalan dari vagina menuju uterus dan masuk ke
saluran Fallopii. Dalam perjalanan itu, kebanyakan sperma dihancurkan oleh
mukus (lendir) asa di dalam uterus dan saluran Fallopii. Di antara beberapa sel
sperma yang bertahan hidup, hanya satu yang masuk menembus membran ovum.
Setelah terjadi pembuahan, membran ovum segera mengeras untuk mencegah sel
sperma lain masuk.
2 Anik maryuni,Biologi Reproduksi Dalam Kebidanan,Trans info jakarta,Jakarta,2010,hlm294
14
Hasil pembuahan adalah zigot. Kemudian mengalami pertumbuhan dan
perkembangan sebagai berikut:
1. Zigot membelah menjadi 2 sel, 4 sel, dan seterusnya.
2. Dalam waktu bersamaan lapisan dinding dalam uterus menjadi tebal seperti
spons, penuh dengan pembuluh darah, dan siap menerima zigot.
3. Karena kontraksi oto dan gerak silia diding saluran Fallopii, zigot menuju ke
uterus dan menempel di dinding uterus untuk tumbuh dan berkembang.
4. Terbentuk plsenta dan tali pusat yang merupakan penghubung antara embrio
dan jaringan ibunya. Fungsi plasenta dan tali pusat adalah mengalirkan
oksigen dan zat-zat makanan dari ibu ke embrio, serta menglirkan sisa-sisa
metabolisme dari embrio ke peredana darah ibunya.
5. Embrio dikelilingi cairan amnion yang berfungsi melindungi embrio dari
bahaya benturan yang mungkin terjadi.
6. Embrio berusaha empat minggu sudah menunjukkan adanya pertumbuhan
mata, tangan, dan kaki.
7. Setelah berusia enam minggu, embrio sudah berukuran 1,5 cm. Otak, mata,
telinga, dan jantung sudah berkembang. Tangan dan kaki, serta jari-jarinya
mulai terbentuk.
8. Setelah berusia delapan minggu, embrio sudah tampak sebagai manusia
dengan organ-organ tubuh lengkap. Kaki, tangan, serta jari-jariny telah
berkembang. Mulai tahap ini sampai lhir, embrio disebut fetus (janin).
15
9. Setelah mencapai usia kehamilan kira-kira sembilan bulan sepuluh hari, bayi
siap dilahirkan.
Jika ovum yang sudah masak tidak dibuahi oleh sperma, jaringan
penyusun dinding rahim yang telah menebal dan mengandung banyak pembuluh
darah akan rusak dan luruh/runtuh. Bersama-sama dengan ovum yang tidak
dibuahi, jaringan tersebut dikeluarkan dari tubuh lewat vagina dalam proses yang
disebut menstruasi (haid).
Infertilisasi
Infertilisasi adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum
mampu memiliki anak walaupun telah melakukan hubungan dan tidak
mengguanakan alat kontrasepsi selama 1 tahun.3
Infertilitas (kemandulan) adalah ketidak mampuan atau penurunan
kemampuan menghasilkan keturunan. (Elizabeth,639)
Infertilisasi hingga kini masih menjadi masalah di tengah masyarakat.
Menurut WHO dari seluruh dunia sekitar 50-80 juta pasangan suami istri
mempunyai masalah dengan infertilisasinya. Berbagai teknik pengobatan telah
diperkenalkan untuk mengatasi masalah infertilitas,tapi hingga kini teknik
pengobatan yang memberikan hasil angka kehamilan tinggi adalah teknik
fertilisasi Infitro (FIV). (Sarwono prawirohardjo, 2009)
3 Sarwono Prawirohrdjo,Ilmu kebidanan,Bina pustaka,Jakarta,2014,hlm88.
16
Fertilisasi dapat diartikan pembuahan,sedangkan In vitro adalah di
luar.jadi Fertilisasi Invitro adalah pembuahan sel telur wanita oleh spermatozoa
pria yang terjadi di luar tubuh.
Menurut Otto Soemarwoto dalam bukunya”Indonesia Dalam Kancah isu
Lingkungan Global”dengan tambahan dan keterangan dari Drs.Muhammad
Djumhana,SH menyatakan bahwa bayi tabung pada satu pihak merupakan
hikmah,ia dapat membantu pasangan suami stri yang subur tetapi karena assuatu
gangguan pada organ reproduksi ,mereka tidak dapat mempunyai anak.dalam
kasus ini sel telur istri dan sperma seuami dipertemukandi luar tubuh.Dan zigot
yang jadi (mengalami pembuahan) di tanam di dalam kandungan istri.
Infertilisasi tidak semata-mata terjadi kelainan pada wanita saja.Hasil
pembuktian bahwa suami menyumbang 25-40% dari angka kejadian infetil,istri
40-55% .Keduanya 10% dan idiopatik 10%. Hal ini dapat menghapu anggapan
bahwa infertilitas terjadi murni karena kesalahan dari pihak wanita. (Jurnal Bidan
Diah 2012,diunduh Maret 2016)
4. Implantasi
Reproduksi manusia merupakan sebuah proses yang sangat penting bagi
kelangsungan hidup spesies. Akan tetapi, proses ini relatif tidak efisien.
Kesuburan maksimal (kebolehjadian konsepsi selama satu bulan siklus
menstruasi) hanya mendekati 30 persen. Hanya 50 sampai 60 persen dari semua
konsepsi yang berlanjut sampai 20 pekan kehamilan. Dari jumlah kehamilan
yang gugur, 75 persen disebabkan oleh kegagalan implantasi sehingga tidak
17
dikenali sebagai kehamilan secara klinis. Implantasi yang gagal juga merupakan
faktor kendala utama dalam reproduksi terbantu. Pemahaman yang lebih baik
tentang mekanisme-mekanisme molekuler yang mendasari implantasi dan
plasentasi (pembentukan plasenta) bisa meningkatkan kemampuan dokter untuk
mengobati penyakit-penyakit yang terkait dengan proses-proses ini, termasuk
ketidaksuburan dan keguguran dini.
Implantasi Normal
Awal Perkembangan Embrio
Sangat sedikit spesimen yang bisa menunjukkan pekan-pekan pertama
perkembangan embrio pada manusia. Pada beberapa kasus, informasi tentang
sebuah tahapan perkembangan tertentu diperoleh dari sebuah spesimen tunggal.
Kejadian-kejadian penting lainnya, seperti perlekatan awal blastosist ke epitelium
uterin, belum pernah diamati. Dengan demikian, banyak pemahaman kita tentang
perkembangan awal manusia yang disimpulkan dari penelitian-penelitian pada
hewan. Karena interaksi-interaksi seluler yang mencapai puncak implantasi dan
plasentasi sangat bervariasi diantara spesies hewan, maka relevansi informasi ini
masih belum jelas. Meski demikian, tahapan-tahapan tertentu yang telah
diidentifikasi dalam implantasi dan plasentasi pada hewan kemungkinan berlaku
pada manusia. Review kali ini menekankan tahapan-tahapan tersebut yang data-
data tentang itu telah tersedia.
Pembuahan (fertilisasi) terjadi dalam tabung fallopian dalam waktu 24
hingga 48 jam setela ovulasi. Tahapan awal perkembangan, mulai dari ovum
18
yang terbuahi (zigot) sampai menjadi massa yang terdiri dari 12 hingga 16 sel
(morula), terjadi pada saat embrio (yang tertutup dalam sebuah lapisan protektif
non-adhesif yang disebut zona pellucida) masuk ke dalam tabung fallopian.
Morula memasuki kavitas uterin sekitar dua sampai tiga hari setelah pembuahan
(fertilisasi). Kenampakan sebuah kavitas internal terisi-cairan dalam massa sel
menandakan keadaan transisi dari morula ke blastosit dan disertai oleh
diferensiasi seluler: sel-sel permukaan menjadi trofoblast (dan melahirkan
struktur-struktur ekstraembrionik, termasuk plasenta), dan massa sel internal
menghasilkan embrio. Dalam 72 jam setelah memasuki kavitas uterin, embrio
menetas dari zona pellucida, sehingga lapisan terluarnya terbuka, yang terdiri
dari trofoblast syncytial (multinukleat).
Implantasi terjadi sekitar enam atau tujuh hari setelah konsepsi
(fertilisasi). Sejauh analog dengan kejadian-kejadian yang terjadi pada beberapa
spesies hewan, implantasi pada manusia kemungkinan mencakup tiga tahapan.
Perlekatan awal blastosist ke dinding uterin, yang disebut aposisi, tidak stabil.
Mikrovili pada permukaan apikal interdigitat syncytiotrofoblas dengan
mikroprotrusi dari permukaan apikal epitelium uterin, yang dikenal sebagai
pinopoda (Gbr. 1). Aposisi, dan selanjutnya implantasi, terjadi paling umum
dalam dinding posterior atas (fundal) dari uterus. Tahapan selanjutnya, adhesi
stabil, ditandai dengan interaksi fisik yang meningkat antara blastosist dan
epitelium uterin. Beberapa saat kemudian, invasi dimulai, dan syncytiotrofoblas
19
menembus epitelium uterin. Selanjutnya, blastosist terorientasikan dengan kutub
embrioniknya menuju ke epitelium uterin.
Pada hari ke-10 setelah konsepsi, blastosit tertanam seluruhnya dalam
jaringan stromal uterus, epitelium uterin telah tumbuh kembali untuk menutupi
tempat implantasi, dan sitotrofoblas mononuklear mengalir keluar dari lapisan
trofoblast. Pada akhirnya, cytotrofoblast menduduki semua endometrium dan
sepertiga bagian dalam myometrium (sebuah proses yang dikenal sebagai invasi
interstitial), serta pembuluh darah uterin (invasi endovaskular). Proses
selanjutnya, yang membentuk sirkulasi uteroplasenta, menempatkan trofoblast
sehingga bersentuhan langsung dengan darah ibu.
Daya terima uterin dan aktivasi blastosist
Implantasi yang berhasil merupakan hasil akhir dari interaksi molekuler
yang kompleks antara uterus berdasar-hormon dan sebuah blastosist dewasa
(Gbr. 1, 2, 3). Kegagalan untuk memadukan proses-proses yang terlibat dalam
interaksi ini menyebabkan kegagalan implantasi.
Daya terima uterin didefinisikan sebagai keadaan dimana terjadinya
periode pematangan endometrial ketika blastosist bisa menjadi terimplantasi
(tertanam). Wanita yang terlibat dalam pemakaian teknik-teknik reproduksi
terbantu untuk mentransfer embrio ke dalam kavitas uterin memiliki 20 hingga
24 hari dari siklus menstruasi 28 hari sebagai periode optimal untuk implantasi.
Karakteristik penerimaan uterin mencakup perubahan-perubahan histologis
(endometrium memiliki lebih banyak pembuluh dan edematous, kelenjar
20
endometrial menunjukkan aktivitas sekresi yang meningkat, dan pinopoda
terbentuk pada permukaan luminal epitelium). Walaupun perubahan-perubahan
ini merupakan indikator yang baik untuk hasil akhir kehamilan, namun
mekanisme-mekanisme molekuler yang mendasarinya masih sebagian besar
belum diketahui.
Banyak sinyal yang memadukan perkembangan blastosist dan persiapan
uterus (Tabel 1). Dari banyak aspek proses perpaduan, peranan hormon-hormon
steroid telah dipahami dengan baik. Implantasi memerlukan peningkatan sekresi
estradiol-17β pra-ovulasi, yang menstimulasi proliferasi dan diferensiasi sel-sel
epitelium uterin. Produksi progesteron yang terus menerus oleh corpus luteum
menstimulasi perkembangan dan diferensiasi sel-sel stroma. Efektor-efektor pada
aksi steroid-hormon mencakup hormon peptida, faktor-faktor pertumbuhan, dan
sitokin-sitokin.
Beberapa faktor telah diidentifikasi sebagai penanda potensial untuk daya
terima endometrial. Kadar faktor penghambat leukemia pada epitelium luminal
dan glandular uterus meningkat dramatis pada fase midsekretory siklus
menstruasi, dan sekresi yang berkurang dari faktor ini terkait dengan kehilangan
kehamilan rekuren. Molekul-molekul lain yang kemungkinan terlibat dalam
daya-terima endometrial mencakup molekul-molekul adhesi dan protein-protein
yang disebut mucin yang memiliki kandungan gula tinggi dan menyebabkan
peningkatan ekspresi reseptor-reseptor oligosakarida pada permukaan sel-sel
epitelium endometrial.
21
Blastosist secara aktif berpartisipasi dalam proses implantasi.
Mekanisme-mekanisme yang memungkinkan blastosist untuk memulai
implantasi (sebuah proses yang disebut aktivasi) mencakup katekolesterogen,
sebuah kelas metabolit estrogen. Medium dimana embrio pada tahapan pra-
implantasi telah dibiakkan secara in vitro mengandung banyak zat-zat yang aktif
secara biologis, termasuk faktor penghambat leukemia, TGF-α, faktor
pertumbuhan asal trombosit, faktor pertumbuhan mirip insulin II, faktor
penstimulasi koloni I, interleukin-I, interlelukin-6, prostaglandin E2, dan faktor
pengaktivasi trombosit. Bukti pensinyalan antara blastosist dan uterus didapatkan
dari penelitian-penelitian pada mencit dimana implantasi tertunda akibat
manipulasi hormon-hormon ini. Selama penundaan tersebut, ekspresi gen-gen
faktor pertumbuhan epidermal yang terikat heparin endometrial tidak meningkat,
bahkan jika blastosist terletak setelah dinding uterin. Ketika estrogen
diinjeksikan, proses implantasi berlanjut, dengan aktivasi blastosist dan
peningkatan ekspresi gen faktor pertumbuhan epidermal pengikat heparin
endometrial secara cepat pada tempat aposisi blastosist.
Setelah siklus selesai, embrio pada atau di dekat tahapan implantasi
mengekspresikan reseptor-reseptor faktor pertumbuhan epidermal dan heparin
sulfat proteoglikan, keduanya berinteraksi dengan ligan-ligan yang mirip faktor
pertumbuhan epidermal. Penambahan faktor pertumbuhan epidermal pengikat-
heparin ke dalam embrio yang dibiakkan menstimulasi proliferasi dan
kematangannya. Temuan-temuan ini kemungkinan bisa diterapkan pada
22
implantasi manusia, karena faktor pertumbuhan epidermal pengikat heparin
memiliki efek yang serupa terhadap embrio manusia (in vitro).
Implantasi
Interaksi antara sebuah blastosist teraktivasi dan uterus yang reseptif (mampu
menerima) merupakan bagian dari sebuah proses kompleks yang mengarah pada
implantasi dan tahapan-tahapan awal perkembangan plasenta. Banyak dari
mekanisme regulatory yang telah diidentifikasi mengatur berbagai keadaan
transisi penting yang terlibat dalam proses ini. Sehingga, mengaitkan fungsi-
fungsi mekanisme ini dengan satu peristiwa tunggal dapat menimbulkan
perbedaan yang sebenarnya tidak ada pada kondisi sebenarnya. Faktor-faktor
penghambat-leukemia, misalnya, tampaknya penting untuk desidualisasi dan
implantasi. Ini dihasilkan bukan hanya sebelum implantasi sebagai respons
terhadap estrogen pada kelenjar-kelenjar uterin berdasar progesteron, tetapi juga
pada saat implantasi oleh sel-sel stroma di sekeliling blastosist aktif.
Implantasi memerlukan biosintesis prostaglandin. Siklooksigenase
(COX), yang merupakan enzim penghambat laju dalam konversi asam
arachidonat menjadi prostaglandin H2, terdapat dalam dua bentuk, yaitu: bentuk
konstitusi (COX-1) dan bentuk terinduksikan (COX-2). Dalam endometrium,
produksi COX-1 berkurang sebagai respon terhadap progesteron dan estradiol-
17β, dan kandungan COX-1 endometrium berkurang perlahan dalam fase
midluteal dari siklus menstruasi untuk mengantisipasi implantasi. Berbeda
23
dengan itu, produksi COX-2, yang tidak dipengaruhi oleh hormon-hormon
steroid, terbatas pada tempat implantasi dan tergantung pada keberadaan
blastosist yang siap berimplantasi. Lebih daripada itu, interleukin-1, yang
dideteksi dalam medium dimana embrio manusia telah dikulturkan, menginduksi
ekspresi gen-gen COX-2 dalam sel-sel stroma endometrium yang dikulturkan.
Prostaglandin I2 yang dihasilkan oleh aksi COX-2 merupakan sebuah ligan untuk
reseptor δ teraktivasi-proliferator-peroksisom (PPARδ). Interaksi ini
kemungkinan sangat penting, karena janin mencit yang kekurangan reseptor
terkait (PPARγ) mati pada pertengahan periode kehamilan karena plasentasi yang
terganggu.
Ketika implantasi telah dimulai, sebuah interval adhesi stabil yang
singkat diikuti oleh periode yang jauh lebih lama selama mana trofoblas
menduduki uterus (Gbr. 2). Seperti sistem-sistem biologis lainnya dimana adhesi
stabil diikuti dengan invasi, ekstravasasi leukosit dan sel-sel tumor, perubahan
produksi molekul adhesi dan proteinase, juga terlibat. Invasi sitotrofoblast
mengarah pada penurunan ekspresi reseptor-reseptor adhesi yang merupakan
karateristik dari sel-sel batang sitotrofoblast dan peningkatan ekspresi adhesi
yang merupakan karakteristik dari sel-sel vaskular. Disamping membiarkan
sitotrofoblast yang menempati pembuluh maternal untuk menyamar sebagai sel-
sel vaskular, reseptor-reseptor ini juga meningkatkan kemampuan sel untuk
menginvasi uterus.
24
Sitotrofoblast yang menginvasi juga meningkatkan produksi
proteinasenya. Sebagai contoh, mereka meningkatkan produksinya dan aktivasi
matriks metaloproteinase-9, yang berkontribusi bagi daya invasif sitotrofoblast in
vitro. Peningkatan produksi inhibitor jaringan metaloproteinase-3 yang simultan
menjadi sebuah mekanisme untuk membatasi invasi yang berperantara matriks
metaloproteinase. Matriks metaloproteinase dan inhibtor jaringan dari
metaloproteinase pada desidual maternal tampaknya memiliki peranan yang
serupa dalam meregulasi invasi trofoblast. Proteinase trofoblast lainnya yang bisa
penting dalam invasi mencakup cathepsin B dan L.
Mekanisme-mekanisme molekuler yang meregulasi diferensiasi dan
invasi trofoblast belum dipahami dengan baik. Ekspresi temporal dan spasial
beberapa faktor pertumbuhan dan sitokin dalam uterus (seperti faktor
penghambat leukemia, interleukin-1 dan reseptor-reseptornya, faktor
pertumbuhan mirip insulin I dan II dan protein-protein pengikatnya, faktor
penstimulasi koloni 1, dan TGF-α dan -β (Tabel 1)) menunjukkan bahwa mereka
memiliki peranan fungsional yang penting. Sebagai contoh, interleukin-1
meningkatkan produksi matriks metaloproteinase-9 melalui sitotrofoblast, dan
konsentrasi interleukin-1 pada medium kultur berkorelasi dengan keberhasilan
reproduksi setelah fertilisasi in vitro. Faktor pertumbuhan endotelium vaskular
desidual kemungkinan mempromosikan angiogenesis dan permeabilitas vaskular
terlokalisasi, unsur-unsur lain dalam implantasi. Regulator psikologis juga bisa
25
penting. Sebagai contoh, tensi oksigen mempromosikan beberapa aspek
diferensiasi trofoblast, termasuk produksi integrin α1β1.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Fertilisasi adalah suatu proses penyatuan antara sel mani / sperma dengan
sel telur di tuba falopii. Fertilisasi dapat terjadi pada rentang masa subur dari
seorang wanita.Proses fertilisasi dimulai dengan masuknya sperma yang
diejakulasikan ke dalam vagina. Sperma tersebut bergerak masuk ke dalam
kavum uteri dan tuba sampai akhirnya bertemu dengan ovum di ampula /
infundibulum tuba. Selama perjalanan menuju ovum, sperma mengalami reaksi
kapasitasi dan reaksi akrosom.
B. Saran
Kami menyadari bahwa kami banyak kekurangan dalam merancang
makalah ini, maka dari itu kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan
demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Makalah ini berisi tentang “KonsepsiOvum, Sperma, Fertilasi dan
implansai” yang kami harapkan dapat memberikan informasi kepada para
pembaca Penulis, menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
27
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
28
DAFTAR PUSTAKA
Rukiyah, Ai yeyeh, dkk. 2009. Askeb 1 Kehamilan. Trans Info Media: Purwwakarta
Sulistyawati, Ari. 2009. Askeb pada Masa Kehamilan. Salemba Medika: Jakarta
Maryuni, Anik. 2010. Biologi Reproduksi Dalam Kebidanan. Trans info media: Jakarta
Obstetri Fisiologi
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan.Tridasa Printer: Jakarta
Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Keidanan Kehamilan. Andi Offset: Bandar Lampung
Jurnal bidan diah.blogspot.com, 2012 ”infertilitas” diakses 31 Maret 2016
www.academia,edu “infertilitas”2012. diakses 31 Maret 2016
29
Top Related