1
BAB I SISTEM PRODUKSI
1.1 Definisi Sistem Produksi
Sistem Produksi : Kumpulan dari sub sistem yang saling berinteraksi dengan tujuan mentransformasi input
produksi menjadi output produksi.
Input produksi dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi.
Sub-sub sistem dari sistem produksi: Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Pengendalian Kualitas, Penentuan
Standar-standar Operasi, Penentuan Fasilitas Produksi, Perawatan Fasilitas Produksi, dan Penentuan Harga Pokok
Produksi.
1.2 Konsep Dasar Sistem Produksi
1.2.1. Elemen input dalam sistem Produksi :Input tetap dan input Variabel.
Input tetap: suatu input bagi sistem produksi yang tingkat penggunan input itu tidak tergantung pada
jumlah output yang akan diproduksi.
Input variabel : suatu input bagi sistem produksi yang tingkat penggunaan input itu tergantung pada
jumlah output yang akan diproduksi.
1.3. Parameter Sistem Produksi
1.3.1.Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang atau jasa.
1.3.2.Produktivitas adalah pemanfaatan sumber daya yang efisien (masukan) untuk menghasilkan barang
atau jasa (keluaran).
1.3.3. Efisiensi adalah rasio keluaran yang dihasilkan terhadap keluaran yang diharapkan.
1.3.4.Efektifitas adalah tingkat pencapaian tujuan.
1.3.5.Utilitas adalah kemampuan sebuah barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhan manusia.
1.3.6. Kualitas, adalah suatu ciri, sifat, derajat, jenis, pangkat, standar atau penilaian yang membedakan
suatu hal dari hal yang lainnya.
1.3.7.Kapasitas adalah jumlah keseluruhan yang mungkin dicapai oleh pabrik dan perlengkapan yang ada.
2
1.4. Siklus Aktifitas Manufaktur.
1.4.1. Pemasaran dan Penjualan
Perintah untuk melaksanakan kegiatan produksi umumnya diformulasikan Departemen Pemasaran dan
Penjualan melalui tiga cara yaitu:
1). Customer ( Pelanggan ) akan memesan untuk dibuatkan suatu rancangan produk sesuai dengan
spesifikasi kebutuhannya.
2). Customer akan membeli satu atau lebih produk yang dibuat secara bebas ( standar ).
3). Suatu pesanan yang didasarkan pada suatu ramalan kebutuhan dari suatu produk tertentu
dimasa yang akan datang.
1.4.2. Perancangan Produk
Jika produk harus dibuat dengan spesifikasi khusus oleh pemesan,rancangan produk harus disiapkan oleh
pemesan ( job order ). Sebaliknya, jika rancangan produk tersebut merupakan patent atau hak milik, maka
industri manufaktur yang merancangnya.
1.4.3. Teknik Produksi
Bagian teknik produksi dari sebuah industri manufaktur memiliki 4 tanggung jawab pokok, yaitu:
1). Memberikan rekomendasi teknis bagi departemen perancangan produk ( R&D ) tentang bisa
/mudah tidaknya sebuah rancangan produk akan diwujudkan.
2). Menetapkan langkah-langkah proses produksi yang diperlukan untuk membuat sebuah produk
/ komponen ( route sheet ) yang berisikan daftar langkah-langkah operasional dan sekaligus
menyebutkan mesin atau perkakas yang digunakan.
3). Menetapkan spesifikasi dan rancangan teknis dari perkakas dan alat-alat bantu lainnya yang
diperlukan dalam proses produksi,
4). Bertindak sebagai trouble shooting jika dijumpai adanya penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi selama proses berlangsung atau setelahnya seperti:
a. Material tidak memenuhi standar yang ditentukan
b. Perkakas / peralatan produksi tidak bisa dioperasikan sesuai dengan yang dikehendaki
c. Komponen-komponen yang dibuat menyimpang dari batas-batas toleransi yang
berakibat sulit untuk dirakit.
3
1.4.4.Teknik Industri
Fungsi departemen ini untuk menetapkan metode kerja dan waktu standar untuk setiap aktivitas produksi,
sehingga didapatkan cara terbaik untuk melaksanakan suatu tugas dan kemudian
menstandarkannya.Fungsi dan tanggung jawab lainnya masalah program pengurangan biaya,perbaikan
atau peningkatan produktivitas, studi tentang tata letak fasilitas produksi,proyek-proyek riset operasional,
dan lain-lain.
1.4.5. Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Kewenangan untuk membuat produk haruslah diterjemahkan dalam bentuk Master Schedule yang
memberi infomasi tentang berapa banyak jumlah unit dari masing-masing produk/komponen yang harus
dibuatkan dan kapan masing-masing harus dikirim. Master Schedule selanjutnya harus diterjemahkan
dalam bentuk order pembelian untuk raw material, pemesanan untuk pembelian komponen dari luar, dan
jadwal produksi untuk komponen-komponen yang dibuat sendiri.
Periode penjadwalan dalam penyusunan sebuah Master Schedule umumnya dibuat per bulan.
Tugas dan tanggung jawab lainnya dari departemen ini adalah
1). Perencanaan Kebutuhan ( Requirement Planning )
Berdasarkan Master Schedule, maka kompnen-komponen yang diperlukan untuk sebuah produk
harus direncanakan kebutuhannya. Bahan baku harus dipesan untuk pembuatan berbagai macam
komponen yang diperlukan, demikian pula dengan komponen-komponen yang harus dibeli dari
luar. Semua aktivitas ini dikenal dengan perencanaan kebutuhan material atau Material
Requirement Planning ( MRP ).
2). Penjadwalan ( Scheduling )
Dari hasil penyusunan MRP , maka tugas selanjutnya adalah penjadwalan produksi (Production
Scheduling). Hal ini meliputi tugas-tugas untuk membuat jadwal produksi kapan mulai dan kapan
ditargetkan harus selesai pembuatan berbagai macam komponen yang harus dilaksanakan dengan
fasilitas-fasilitas produksi yang ada
3). Penyebaran ( Dispatching )
Berdasarkan jadwal produksi, dilakukan penyebaran order individual ke operator. Hal ini meliputi
penyebaran route sheets , gambar kerja, instruksi kerja, dan sebagainya.
4). Ekspedisi.
Tugas ekspedisi ini adalah membandingkan kemajuan/ penyelesaian yang nyata dengan jadwal
produksi yang dibuat.
1.4.6. Proses Manufakturing
Proses manufakturing merupakan proses untuk merubah (transformasi ) bahan baku menjadi produk jadi.
1.4.7. Pengendalian Kualitas
Bertanggung jawab untuk menjamin agar kualitas dari produk dan komponen bisa memenuhi standar
yang telah dispesifikasikan oleh perancangnya.
1.4.8. Pengiriman dan Pengendalian Persediaan
Langkah terakhir adalah pengiriman ( shipping ) dan pendistribusian produk langsung ke konsumen atau
menyimpan produk di dalam gudang sebagai persediaan ( inventory ).
Sistem produksi menurut proses menghasilkan output secara ekstrim dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu
1.5.1.Proses Produksi kontiniu ( Continous Process )
1.5.2.Proses produksi terputus(Intermittent Process)
1.5.3. Proses produksi repetitif( Repetitive Process)
1.5.1. Proses Produksi kontiniu ( Continous Process ).
4
1) Karakteristik dari proses produksi yang terus menerus ( continuous process ) adalah sebagai berikut:
a. Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang besar dengan variasi yang sangat sedikit dan sudah
distandarisasi
b. Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem atau cara penyusunan peralatan berdasarkan urutan
pengerjaan dari produk yang dihasilkan atau departementalisasi berdasarkan produk.
c. Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin-mesin yang bersifat khusus
untuk menghasilkan produk tersebut , yang dikenal dengan nama Special Purpose Machine
d. Oleh karena mesin-mesin bersifat khusus dan biasanya semi otomatis , maka pengaruh individual operator
terhadap produk yang dihasilkan kecil sekali, sehingga operatornya tidak perlu mempunyai keahlian atau
keterampilan yang tinggi untuk pengerjaan produk tersebut.
e. Apabila terjadi salah satu mesin / peralatan terhenti atau rusak, maka seluruh proses produksi akan
berhenti.
f. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat khusus dan variasi dari produknya kecil maka job structure-nya
sedikit dan jumlah tenaga kerjanya tidak perlu banyak.
g. Kerjanya tidak perlu banyak.
h. Persediaan bahan baku dalam proses kontinu lebih rendah dibandingkan dengan proses produksi terputus
( Intermitten Process )
i. Oleh karena mesin-mesin yang dipakai bersifat khusus , maka proses seperti ini membutuhkan ahli
pemeliharaan yang mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang banyak
j. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang tetap yang menggunakan tenaga
mesin seperti ban berjalan ( Belt Conveyor ).
2) Kekurangan dari proses produksi yang terus menerus adalah:
a. Adanya kesulitan dalam menghadapi perubahan produk yang diminta oleh konsumen . Jadi proses
produksi seperti ini adalah khusus untuk mengasilkan produk-produk yang bersifat sebagai berikut:
b. Permintaan tinggi dan stabil
c. Desain produksi tidak mudah berubah
d. Proses produksi mudah terhenti , karena apabila terjadi kemacetan pada suatu tingkatan proses, maka
kemungkinan seluruh proses produksi akan terhenti.Hal ini disebabkan adanya keterkaitan setiap
tingkatan proses.
e. Adanya kesulitan dalam menghadapi perubahan tingkat permintaan , karena biasanya tingkat produksinya
telah terhenti, sehingga sangat sulit untuk merubah kapasitas.
3) Kelebihan dari proses yang terus menerus :
a. Dapat dicapainya biaya produksi per unit ( unit production cost ) yang rendah apabila:
b. Dapat dihasilkan produk dalam volume besar
c. Produk yang dihasilkan terstandarisasi
d. Dapat dikuranginya pemborosan-pemborosan dari pemakaian tenaga kerja karena sistem pemindahan
bahan yang menggunakan tenaga mesin atau listrik.
e. Biaya tenaga kerja rendah karena jumlah tenaga kerja yang digunakan sedikit dan tidak memerlukan
tenaga yang ahli (cukup yang setengah ahli) dalam pengerjaan produk
f. Biaya pemindahan bahan di dalam pabrik juga lebih rendah, karena jarak antara mesin yang satu dengan
mesin yang lain lebih pendek dan pemindahan tersebut digerakkan dengan mesin.
1.5.2. Proses Produksi Terputus. (Intermitten Process)
1) Karakteristik dari proses produksi yang terputus:
a. Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang kecil dengan variasi yang sangat besar dan didasarkan
atas pesanan.
b. Proses seperti ini biasanya menggunakan sistem, atau cara penyusunan peralatan yang berdasarkan atas
fungsi dalam proses produksi, dimana peralatan yang sama dikelompokkan pada tempat yang sama yang
disebut dengan process layout atau departementalisasi berdasarkan peralatan.
5
c. Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin-mesin yang bersifat umum yang
dapat digunakan untuk menghasilkan bermacam-macam produk dengan variasi yang hampir sama , yang
dikenal dengan nama General Purpose Machine
d. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat umum dan biasanya kurang otomatis, maka pengaruh individual
operator terhadap produk yang dihasilkan sangat besar, sehingga operatornya perlu mempunyai keahlian
atau keterampilan yang tinggi dalam pengerjaan produk tersebut.
e. Proses produksi tidak akan mudah terhenti walaupun terjadi kerusakan atau terhentinya salah satu mesin
atau peralatan.
f. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat umum dan variasi dari produknya besar, maka terdapat pekerjaan
yang bermacam-macam sehingga pengawasannya lebih sulit.
g. Persediaan bahan baku biasanya tinggi , karena tidak dapat ditentukan pesanan apa yang akan dipesan
oleh pembeli dan juga persediaan bahan dalam proses akan lebih tinggi dibandingkan proses kontinu ,
karena prosesnya terputus-putus.
h. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan peralatan handling yang bersifat fleksible ( varied Path
Equipment ) dengan menggunakan tenaga manusia seperti kereta dorong atau forklift
i. Dalam proses seperti ini sering dilakukan pemindahan bahan yang bolak-balik sehingga perlu ruangan
gerak ( isle ) yang besar dan ruang tempat bahan-bahan dalam proses ( work in process ) yang besar.
2) Kekurangan dari proses yang terputus adalah:
a. Penjadwalan dan routing untuk pengerjaan produk sangat sukar dilakukan karena adanya kombinasi urut-
urutan pekerjaan yang banyak. Disamping itu , dibutuhkan penjadwalan dan routing yang banyak, karena
produk yang dihasilkan berbeda-beda tergantung dari pemesanan.
b. Oleh karena pengerjaan, penjadwalan dan routing banyak dan sulit dilakukan, maka pengawasan produksi
dalam proses produksi sangat sulit dilakukan
c. Dibutuhkan investasi yang cukup besar dalam persediaan bahan baku dalam proses , karena prosesnya
terputus-putus dan produk yang dihasilkan tergantung dari pesanan,
d. Biaya operator dan biaya pemindahan bahan sangat tinggi , karena banyak dipergunakan tenaga manusa
yang ahli dalam pengerjaan produk tersebut.
3) Kelebihan Proses produksi yang terputus adalah:
a. Mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan produk dengan variasi yang cukup
besar.Fleksibilitas ini diperoleh terutama dari
b. Sistem penyusunan fasilitasnya ( layout ) yang berbentuk process layout
c. Jenis mesin yang dipergunakan dalam proses yang bersifat umum ( General Purpose Machine )
d. Sistem pemindahan bahan yang tidak menggunakan tenaga mesin tetapi tenaga manusia
1.5.3. Proses Produksi Repetitif (Repetitive Process).
Proses Produksi Repetitif adalah kombinasi antara proses kontinu dengan proses terputus. Proses produksi
Repetitif digunakan pada industri otomotif dan industri alat rumah tangga.
1) Karakteristik dari Proses Repetitif adalah :
a. Biasanya produk yang dihasilkan modul-modul , dimana modul tersebut akan menjadi modul bagi
produk lainnya.
b. Memerlukan sedikit tempat penyimpanan dibandingkan dengan proses terputus , tetapi masih lebih
banyak bila dibandingkan dengan proses kontinu.
c. Mesin dan peralatan yang dipakai dalam proses produksi seperti ini adalah mesin dan peralatan tetap
yang bersifat khusus untuk masing-masing lintasan perakitan yang tertentu
d. Oleh karena mesin-mesinnya bersifat tetap dan khusus, maka pengaruh individual operator tehadap
produk yang diasilkan cukup besar, sehingga operatornya perlu memiliki keahlian atau keterampilan
yang menengah dalam pengerjaan produk tersebut
e. Proses produksi akan sedikit tergangu (terhenti) bila terjadi kerusakan atau terhentinya salah satu
mesin atau peralatan
f. Operasi-operasi yang berulang akan mengurangi kebutuhan pelatihan dan perubahan instruksi kerja
g. Sistem persediaan ataupun pembeliannya bersifat tepat waktu ( Just in Time )
6
h. Biasanya bahan-bahan dipindahkan degan perlatan handling yang bersifat tetap dan otomatis, seperti
konveyor, mesin-mesin transfer dan AGV yang terprogram
Perbedaan pokok antara proses kontiniu dengan terputus adalah pada waktu set up mesin. Proses
kontiniu tidak memerlukan waktu set-up yang lama karena proses ini memproduksi secara terus menerus
untuk jenis produk yang sama. Contoh pabrik susu. Proses terputus memerlukan waktu set up yang lebih
lama karena proses ini memproduksi berbagai jenis spesifikasi barang sesuai pesanan. Contoh: usaha
perbengkelan.
Jenis proses produksi akan mempengaruhi tata letak fasilitas dari peralatan produksi. Ada dua macam
tata letak dasar yaitu tata letak berdasarkan produk (product lay-out) dan tata letak berdasarkan proses
(process layout). Tata letak berdasarkan produk digunakan bila memproduksi satu jenis produk yang
standar yang dibuat secara massal. Contoh: pabrik sabun.
Tata letak berdasarkan proses sangat tepat digunakan untuk proses produksi terputus dimana aliran
kerjanya tidak bersifat standar untuk semua output yang dihasilkan.Tata letak berdasarkan proses
biasanya terdapat pada pabrik yang bekerja dengan sistem operasi berdasarkan pesanan ( MTO ) dan
sistem aliran operasi batch. Contoh: pabrik kapal, usaha perbengkelan.
Top Related