1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Televisi merupakan salah satu media yang sangat membawa pengaruh
terhadap masyarakat. Televisi merupakan media komunikasi yang berbentuk visual
dan selalu digunakan oleh masyarakat. Komunikasi merupakan salah satu bagian
terpenting dalam kehidupan. Televisi dan komunikasi merupakan dua bagian penting
dalam media massa yang saling berkaitan. Seiring perjalan waktu perkembangan
televisi semakin pesat. Perkembangan teknologi membantu kemajuan televisi dan
menjadikan televisi sebagai salah satu media massa yang paling digemari.
Sebuah variety show juga dikenal sebagai seni atau hinuran berbagai varietas,
adalah hiburan yang terdiri dari berbagai tindakan, khususnya pertunjukan musik dan
komedi sketsa, dan biasanya diperkenalkan oleh host. Variety show adalah pokok
televisi pada awal tahun 1970-an sampai tahun 1980-an. Di beberapa bagian dunia,
program seperti ini semakin berkembang dan meluas.
Sekian banyak program acara variety show yang ditayangkan oleh stasiun televisi
di Indonesia, salah satunya yang dapat merebut perhatian penonton adalah acara
variety show Hitam Putih yang di tayangkan oleh stasiun televisi TRANS 7.
Keunikan dan ciri khas dari program Hitam Putih ini adalah cara penyajian program
tersebut terkesan santai tetapi tetep menampilakn keseriusan dari pembawa acara dan
para narasumbernya. Tidak hanya dari pembawa acara dan narasumbernya saja, di
acara tersebut terdapat pemain musik yang menjadi pelengkap acara dan menambah
meriah dari acara tersebut. Acara ini selalu mengangkat tema yang menarik setiap
harinya dengan memunculkan narasumber yang akurat serta memiliki nilai jual yang
2
tinggi. Acara ini juga menggunakan pembawa acara yang berbeda, agar para
penonton tertarik dan acara ini memiliki perbedaan dari program variety show
lainnya.
Hitam Putih tayang setiap hari Senin sampai Jumat pukul 18:30 sampai 19:30 WIB
dan hari Minggu pukul 20:00 WIB. Acara ini menyajikan informasi lebih dalam
mengenai para nara sumber yang hadir. Acara yang dikemas TRANS 7 ini memberi
informasi lebih jauh tentang hal berbeda dari para nara sumber yang kemungkinan
besar belum semua orang mengetahuinya. Acara ini menampilkan fakta yang
langsung diangkat dari nara sumbernya.
Oleh karena itu, peneliti ingin mengupas lebih mendalam mengenai program
variety show Hitam Putih berkaitan dengan persepsi penonton tentang adanya sisi
berbeda dari nara sumber dan menampilkan informasi yang faktual. Penelitian
ini diberi judul “Persepsi Penonton Terhadap Program Hitam Putih di TRANS 7
Yang Menampilkan Sisi Berbeda Nara Sumber” dan mengambil survey terhadap
warga Rt 002/ Rw 10 Perumahan Banjar Wijaya, Tangerang
1.2 Ruang Lingkup
Ruang lingkup adalah batasan-batasan area penelitian yang akan dilaksanakan
dan tidak melenceng dari tujuan penelitian, maka peneliti membuat batasan secara
lebih spesifik mengenail hal-hal yang akan diteliti. Berdasakan dari latar belakang
yang sudah diuraikan, maka peneliti dapat menarik rumusan masalah sebagai berikut:
Ruang lingkup peneliti yaitu, bagaimana persepsi penonton terhadap program hitam
putih di TRANS 7 yang menampilkan sisi lain dari narasumber?
3
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk mendapatkan gelar
sarjana pada jurusan Komunikasi Pemasaran, jenjang pendidikan Strata-
1 di Universitas Bina Nusantara.
2. Untuk mengetahui persepsi atau pandangan masyarakat tentang
program “Hitam Putih” di TRANS 7 terhadap warga Rt 002 /Rw 10 yang
terletak di Perumahan Banjar Wijaya, Tangerang..
3. Sebagai ilmu tambahan bagi peneliti, untuk memperdalam ilmu
yang dimiliki selama menjalani perkuliahan.
1.3.2 Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapat memperdalam kajian teori ilmu komunikasi.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya dan memperluas wawasan
penelitian yang telah dilakukan di bidang komunikasi dan bidang broadcasting
khususnya.
1.3.3 Manfaat Praktis
Menambah referansi yang sudah ada dan dapat berguna oleh semua pihak.
Penelitian ini dapat menjadi tambahan pustaka dan juga menjadi informasi tambahan
yang berguna bagi pembaca.
4
1.3.4 Manfaat Sosial
Memberikan pengetahuan tentang persepsi program “Hitam Putih” yang
bermanfaat dan dapat diharapkan informasi yang ada dapat menjadi inspirasi baru
bagi masyarakat. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran bagi peneliti dalam melakukan penelitian yang serupa.
1.4 Metodologi Penelitian
Penelitian yang ini menggunakan metode penelitian kuantitatif format
deskriptif. Peneliti akan menguji hubungan sebab akibat antara variable, melainkan
menggambarkan situasi yang terjadi dan menjabarkan. Menurut kelebihan
penggunaan survey di dalam penelitian adalah:
1. Survey memungkinkan pemilihan sampel dalam jumlah cukup
besar dan survey bersifat fleksibel. Metode ini memungkinkan
pertanyaan mengenai berbagai hal dalam berbagai topik
menjadikan analisa data juga menjadi lebih fleksibel.
2. Kuisioner yang telah distandarisasi memiliki kekuatan penting
bagi pengukuran secara umum. Penelitian kuantitatif adalah
penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan
fenomena serta hubungan-hubungannya.
5
1.4.1 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel adalah suatu cara mengambil sampel yang
representative dari populasi. Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga diperoleh sebagai sampel yang benar-benar dapat mewakili dan
menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
simple random sampling atau teknik acak sederhana. Penarikan sampel acak
sederhana adalah pengambilan sampel dari populasi secara acak tanpa memikirkan
strata yang ada dalam populasi dan setiap anggota populasi memiliki kesempatan
yang sama menjadi sampel. Teknik acak sederhana ini membutuhkan syarat yang
khusus. Teknik ini dapat dipakai ketika kerangka dan nama sampel lengkap memuat
daftar nama semua anggota populasi.
1.4.2 Teknik Pengumpulan Data
Untuk melakukan penelitian ini maka peneliti menggunakan teknik
atau metode pengumpulan data yang akan digunakan senbagai berikut :
1. Pengumpulan Data primer
Untuk memperoleh data primer, instrument harus menggunakan kuesioner.
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
pertanyaan dan pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti
variable yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan daru responden.
6
Dalam penelitian ini, jenis pertanyaan yang akan digunakan adalah pertanyan
tertutup. Diama jawabannya sudah disediakan sehingga responden hanya tinggal
memilih salah satu jawaban yang sudah disediakan.
2. Pengumpulan Data Sekunder
Selain mengumpulkan data dengan kuesioner, peneliti juga menggunakan data
melalui studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan dengan menelusuri data-data
yang ada dalam buku yang terkain dengan topik dan objek peneliti serta situs-situs
internet yang berhubungan.
1.5 Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data adalah kegiatan dan bagian penting dalam
keseluruhan proses penelitian. Dengan pengolahan data dapat diketahui tentang
makna dari data yang berhasil dikumpulkan. Dalam pelaksanaannya, pengolahan
data dilakukan melalui program komputer dengan program SPSS (Statistical Product
and Service Solution).
1.6 Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini, penulis menjelaskan informasi berdasarkan beberapa
tahap. Pada bagian pertama menjelaskan latar belakang masalah yang akan diteliti,
ruang lingkup, tujuan dan manfaat penelitian yaitu “ Persepsi Penonton Terhadap
Program Hitam Putih di TRANS 7 yang Menampilkan Sisi Berbeda dari Narasumber
(survey warga Rt 002 / Rw 10 Perumahan Banjar Wijaya, Tangerang). Pada bagian
7
kedua menjelaskan tentang landasan teori yang terdiri dari penjabaran dan ulasan
teori-teori yang diambil dari sumber-sumber tertentu. Pada bagian ketiga peneliti
menjabarkan dan menerangkan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam
melakukan survey terhadap warga Rt 002 / Rw 10 yang terletak di Perumahan
Banjar Wijaya, Tangerang. Pada bagian keempat menjelaskan mengenai proses
pengolahan data yang bertujuan menguji hipotesis yang sudah dicantumkan. Pada
bagian kelima berisi tentang kesimpulan dan saran. Dalam bagian kelima peneliti
menarik kesimpulan serta memberikan saran dari hasil penelitian.
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Teori – Teori Dasar / Umum
2.1.1 Komunikasi
Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas
komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan
kehidupan sosial manusia dan masyarakat. Aktivitas komunikasi dapat dilihat pada
setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia yaitu sejak dari bangun tidur sampai
manusia beranjak tidur pada malam hari. Bisa dipastikan sebagian besar dari
kegiatan kehidupan kita mengunakan komunikasi baik komunikasi verbal maupun
nonverbal. Namun, apa yang dimaksud dengan komunikasi itu sendiri ?
Secara etimologi, komunikasi berasal dari kata Latin communis yang
berarti “sama”, communico,communication, atau communicare, yang berarti
“membuat sama” (Mulyana, 2001, p. 46). Menurut Shanon dan Weaver , komunikasi
adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja
atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal, tetapi juga
dalam bentuk hal ekspresi muka, lukisan,seni dan teknologi.(Wiryanto, 2004, p.7)
Dari pengertian komunikasi yang telah dikemukakan, maka jelas bahwa
komunikasi antarmanusia hanya bisa terjadi, jika ada seseorang yang menyampaikan
pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa
terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek.
Unsur-unsur ini juga bisa disebut komponen atau elemen komunikasi.Untuk itu, kita
9
perlu mengetahui unsur-unsur komunikasi. (Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, p.
23)
Proses komunikasi adalah setiap langkah mulai dari saat menciptakan
informasi sampai dipahaminya informasi oleh komunikan. Komunikasi adalah suatu
proses, suatu proses dimana komponen-komponennya saling terkait, dan bahwa para
komunikatornya beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan dan keseluruhan.
Selanjutnya, ada lima faktor yang mempengaruhi proses komunikasi menurut
William G. Scott dalam buku Pengantar Teori Komunikasi (Suprapto, Pengantar
Teori Komunikai, 2006, p. 7), yakni:
1. The Act (Perbuatan)
Perbuatan komunikasi menginginkan pemakaian lambang-
lambang yang dapat dimengerti secara baik dan hubungan-
hubungan yang dilakukan oleh manusia.Pada umumnya lambang-
lambang tersebut dinyatakan dengan bahasa atau dalam keadaan
tertentu tanda-tanda lain dapat pula dipergunakan.
2. The Scene (Adegan)
Adegan sebagai salah satu faktor dalam komunikasi ini
menekankan hubungannya dengan lingkungan komunikasi.
Adegan ini menjelaskan apa yang dilakukan, simbol apa yang
digunakan, dan arti dari apa yang dikatakan. Dengan kata lain,
dengan menggunakan simbol apa sesuatu itu dapat
dikomunikasikan.
10
3. The Agent (Pelaku)
Individu-individu yang mengambil bagian dalam hubungan
komunikasi disebut pelaku komunikasi.Pengirim (komunikator)
dan penerima (komunikan) yang terlibat di dalamnya adalah
contoh pelaku komunikasi tersebut, dan peranannya seringkali
saling menggantikan dalam situasi komunikasi yang berkembang.
4. The Agency (Perantara)
Alat-alat yang dipergunakan dalam komunikasi dapat
membangun terwujudnya perantara itu (the agency). Alat-alat itu
selain dapat berwujud komunikasi lisan, tatap muka, dapat juga
alat komunikasi tertulis, seperti surat perintah, memo, buletin,
nota, surat tugas dan jenis lainnya.
5. The Purpose (Tujuan)
Menurut Grace dalam Thoha (Suprapto, Pengantar Teori
Komunikasi, 2006, p. 8) ada 4 macam tujuan tersebut:
1. Tujuan Fungsional (The Functional Goals), ialah tujuan yang
secara pokok bermanfaat untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi atau lembaga.
2. Tujuan Manipulasi (The Manipulative Goals), tujuan ini
dimaksudkan untuk menggerakkan orang-orang yang mau
menerima ide-ide yang disampaikan baik sesuai atau tidak
sesuai dengan nilai dan sikapnya sendiri.
3. Tujuan Keindahan (The Aesthetics Goals), tujuan ini
bermaksud untuk menciptakan tujuan-tujuan yang bersifat
kreatif. Komunikasi ini dipergunakan untuk memungkinkan
11
seseorang mampu mengungkapkan perasaan tadi dalam
kenyataan.
4. Tujuan Keyakinan (The Confidence Goals), tujuan ini
bermaksud untuk meyakinkan atau mengembangkan
keyakinan orang-orang pada lingkungan.
Adapun tujuan komunikasi dapat diuraikan sebagai berikut (Effendy, 2003, p. 8) :
1. Perubahan sikap (attitude change)
2. Perubahan pendapat (opinion change)
3. Perubahan perilaku (behavior change)
4. Perubahan sosial (social change)
Inti dari tujuan komunikasi di atas adalah untuk mengharapkan pengertian,
dukungan, gagasan, dan tindakan komunikan.
Pada umumnya fungsi dari komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Fungsi memberitahu (to inform)
Contohnya: rambu-rambu lalu lintas, pengumuman
melalui radio, televisi, dan lainnya.
2. Fungsi mendidik (to educate)
Contohnya: kuliah, ceramah, diskusi, dan lain-lain.
3. Fungsi membujuk (to persuade)
4. Fungsi menghibur (to entertaint)
Contohnya: pemutaran lagu atau musik, lawak.
12
2.1.2 Komunikasi Massa
Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa
(media cetak dan elektronik). Massa dalam arti komunikasi massa lebih menunjuk
pada penerima pesan yang berkaitan dengan media massa. Dengan kata lain media
massa yang dalam sikap dan perilakunya berkaitan dengan peran media massa. Oleh
karena itu masa disini menunjuk pada khalayak, audience, penonton,pemirsa,atau
pembaca. (Nurudin, 2007, p. 2)
Berlo (Wiryanto, 2005) mengartikan massa sebagai meliputi semua orang
yang menjadi sasaran alat-alat komunikasi massa atau orang-orang pada ujung lain
dari saluran. Menurut Defleur dan McQuail komunikasi massa adalah suatu proses
dimana komunikator-komunikator menggunakan media untuk menyebarkan pesan-
pesan secara luas,dan secara terus menerus menciptakan makna-makna yang
diharapkan dapat mempengaruhi khalayak-khalayak yang besar dan berbeda-beda
dengan melalui berbagai cara. (Riswandi, 2009, p. 103)
Merangkum definisi- definisi di atas, di sini komunikasi massa di artikan
sebagai jenis komunikasi yang di tujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,
heterogen, dan anonym melalui media cetak atau elektronis sehingga pesan yang
sama dapat di terima secara serentak dan sesaat. Perkataan “dapat” dalam definisi ini
menekankan pengertian bahwa jumlah sebenarnya penerima komunikasi massa pada
saat tertentu tidaklah essensial.(Morissan, Corry, & Farid, Teori Komunikasi Massa,
2010)
13
Harold D. Lasswell (Wiryanto, Teori Komunikasi Massa, 2000)
memformulasikan unsur-unsur komunikasi dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut
”Who Says What in Which Channelto Whom With What Effect?”
1. Unsur who (sumber atau komunikator). Siapakah komunikatornya?
2. Unsur says what (pesan). Pesan apa yang dinyatakannya? 3. Unsur in which channel (saluran atau media). Media apa yang digunakan? 4. Unsur to whom (penerima; khalayak; audien). Siapa komunikannya ? 5. Unsur with what effect (dampak). Efek apa yang diharapkan ?
Sedangkan ciri-ciri komunikasi massa, menurut Elizabeth Noelle Neumann
(Rakhmat, 1997) sebagai berikut:
1. Bersifat tidak langsung, artinya harus melalui media teknis;
2. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta
komunikasi;
3. Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publik yang tidak terbatas dan
anonim;
4. Mempunyai publik yang secara tersebar.
Menurut Dominick dalam (Ardianto & Komala, 2004, pp. 15-22),
Komunikasi massa mempunyai beberapa fungsi bagi masyarakat, antara lain:
1. Pengawasan
Fungsi pengawasan ini dibagi ke dalam 2 bentuk yaitu
pengawasan peringatan (Warning and beware surveillance) yang
14
terjadi ketika media massa menginformasikan tentangancaman
bencana alam, tayangan inflasi, atau serangan militer. Kemudian yang
kedua adalah pengawasanin strumental (instrumental surveillance)
yaitu penyampaian atau penyebaran informasi yang memiliki
kegunaan atau dapat membantu khalayak dalam kehidupan sehari-
hari.
2. Penafsiran
Penafsiran pada media dapat dilihat pada halaman tajuk
rencana (editorial). Penafsiran ini berbentuk komentar danopini yang
ditujukan pada khalayak pembaca, serta dilengkapi perspektif (sudut
pandang) terhadap berita yang disajikan pada halaman lainnya.
Tujuan penafsiran mediaadalah untuk mengajak para pembaca atau
pemirsa untuk memperluas wawasan dan membahasnya lebih lanjut
dalam komunikasi antarpersona atau komunikasi kelompok.
3. Pertalian
Media massa dapat menyatukan anggota masyarakat yang
beragam, sehingga membentuk pertalian berdasarkan kepentingan dan
minat yang sama tentang sesuatu. Kelompok-kelompok yang
memiliki kepentingan yang sama tetapi terpisah secara geografis
dipertalikan atau dihubungkan oleh media.
15
4. Penyebaran nilai-nilai
Fungsi ini disebut juga sebagai sosialisasi. Media mewakili
sebagai model dan peran yang kita amati dan harapan untuk
menirunya.
5. Hiburan
Melalui program-program di televisi dan radio, khalayak
dapat memperoleh hiburan yang dikehendaki. Sementara suratkabar
dapat melakukan hal tersebut dengan memuat cerpen,Teka-Teki
Silang (TTS), dan berita yang mengandung sentuhan manusiawi
(human interest ).
2.1.3 Media Massa
Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak, sedangkan pengertian media massa sendiri
adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak
(penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar,
film, radio, dan televisi (Cangara H. , 2003, p. 134). Media massa pada dasarnya
dapat dibagi menjadi dua kategori (Ardianto, Komunikasi Massa Suatu Pengantar,
2009, p. 103), yakni media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang
dapat memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah.
Sedangkan media elektronik yang memenuhi kriteria media massa adalah radio
siaran, televisi, film, media on-line ( internet ).
16
Media massa memiliki beberapa karakteristik seperti yang dikemukakan oleh
(Cangara, 2003:134) antara lain:
− Bersifat melembaga
− Bersifat satu arah
− Meluas dan serempak
− Memakai peralatan teknis atau mekanis
− Bersifat terbuka
Media massa seperti disebutkan di atas memiliki ciri-ciri tertentu, antara lain
ciri massif (massive) atau massa (massal), yakni tertuju kepada sejumlah orang yang
relatif banyak. Secara umum media massa adalah alat yang di gunakan dalam proses
penyampaian pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat
komunikasi, baik cetak maupun elektronik.
Seperti yang diungkapkan oleh Donald K. Robert (Rakhmat J. , 2005, p. 218),
efek media massa hanyalah “perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media
massa”. Apabila fokus pada pesan, maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang
disampaikan media massa. Selain itu, terdapat tiga pendekatan yang disampaikan
oleh Steven M. Chaffee. Pendekatan yang pertama adalah kecenderungan kita dalam
melihat efek media massa, baik yang berkaitan dengan pesan, maupun media itu
sendiri. Pendekatan yang kedua adalah ketika kita melihat jenis perubahan yang
terjadi pada khalayak. Pendekatan yang ketiga adalah meninjau satuan observasi
yang dikenai efek komunikasi massa, baik itu individu, kelompok, hingga bangsa
sekalipun (Chaffee dalam Rakhmat, 2005, p.218). Berkaitan dengan tipe pendekatan
yang kedua, terdapat tiga efek perubahan yaitu penerimaan informasi, perubahan
17
perasaan atau sikap, dan perubahan perilaku. Dengan istilah lain, ketiga efek tersebut
adalah:
1. Efek kognitif:
Efek ini terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami,
atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi
pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi.
Pembentukan dan perubahan citra terjadi karena realitas yang
disampaikan oleh media massa adalah realitas yang sudah terseleksi.
Akibatnya, muncullah stereotipe. Berkaitan dengan ‘Agenda Setting’,
media mempengaruhi khalayaknya mengenai apa yang dianggap
penting, sehingga hal lain menjadi terabaikan. Efek prososial kognitif
membicarakan bagaimana media massa memberikan manfaat seperti
apa yang dikehendaki oleh khalayaknya.
2. Efek afektif:
Efek afektif timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan,
disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini berhubungan dengan
emosi, sikap, atau nilai. Beberapa faktor yang mempengaruhi
intensitas rangsangan emosional media massa antara lain suasana
emosional (mood), skema kognitif, suasana terpaan, predisposisi
individual, serta tingkat identifikasi.
18
3. Efek behavioral:
Efek ini merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati; yang
meliputi pola-pola tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku. Hal
ini disebabkan karena khalayak belajar dari apa yang disampaikan
oleh media massa. Masyarakat cenderung meniru perilaku yang
mereka amati.
2.1.4 Televisi
Televisi merupakan media komunikasi yang menyediakan berbagai informasi
yang update, dan menyebarkannya kepada khalayak umum. Dalam (Baksin, 2006, p.
16) mendefinisikan bahwa: “Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-
tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan
audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi
mental, pola pikir, dan tindak individu”.
Menurut ensiklopedia Indonesia dalam Parwadi (2004: 28) lebih luas lagi
dinyatakan bahwa: “Televisi adalah sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan
penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik. Gambar tersebut ditangkap
dengan kamera televisi, diubah menjadi sinyal listrik, dan dikirim langsung lewat
kabel listrik kepada pesawat penerima”.
Berdasarkan kedua pendapat di atas menjelaskan bahwa televisi adalah
sistem elektronis yang menyampaikan suatu isi pesan dalam bentuk audiovisual
gerak dan merupakan sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan penyuguhan
kembali gambar melalui tenaga listrik. Dengan demikian, televisi sangat berperan
19
dalam mempengaruhi mental, pola pikir khalayak umum. Televisi karena sifatnya
yang audiovisual merupakan media yang dianggap paling efektif dalam
menyebarkan nilai-nilai yang konsumtif dan permisif.
Televisi mempunyai keunggulan yang berbeda dengan media massa lainnya
yaitu :
1. Audio Visual
Televisi memiliki salah satu kelebihan yaitu dapat di
dengar sekaligus juga dapat dilihat (audio visual) jadi, apabila
khalayak radio siaranhanya dapat mendengar kata-kata, musik,
dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar
yang bergerak. Namun demikian, bukan berarti gambar lebih
penting dari kata-kata. Keduanya juga harus ada kesesuaian
secara harmonis.
2. Berpikir dalam gambar
Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara
televisi adalah pengarah acara, ia harus berpikir dalam gambar
(think in picture). Begitu pula bagi seorang komunikator yang
akan menyampaikaninformasi, pendidikan atau persuasi,
sebaiknya ia dapat melakukan berpikir dalam gambar.
20
3. Pengoperasian lebih kompleks
Di bandingkan dengan radio siaran, pengoperasian
televisi suara lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan
orang. Peralatan yang digunakan pun lebih rumit dan harus di
lakukan orang-orang yang terampil.
4. Efisiensi Biaya
Salah satu keuntungan televisi adalah kemampuannya
menjangkau khalayak sasaran yang sangat luas. Jangkauan
massa ini menimbulkan efisiensi biaya dalam menjangkau
setiap khalayak.
5. Dampak yang Kuat
Keunggulan lainnya adalah kemampuannya
menimbulkan dampak yang kuat terhadap konsumen dengan
tekanan sekaligus pada dua panca indera, yaitu penglihatan
dan pendengaran. Televisi juga mampu mengkombinasikan
gerakan, kecantikan, suara, warna, drama, dan humor.
6. Pengaruh yang Kuat
Televisi juga mempunyai kemampuan yang kuat untuk
mempengaruhi persepsi khalayak sasaran. Kebanyakan
masyarakat menghabiskan waktunya di depan televisi sebagai
sumber berita, hiburan, dan sarana pendidikan.
21
Kelemahan Televisi
1. Biaya yang Besar
Kelemahan yang paling serius dalam siaran televisi
ialah biaya yang besar dalam memproduksi suatu acara,
walaupun untuk menjangkau khalayak lebih rendah.
2. Khalayak yang Tidak Selektif
Sekalipun berbagai teknis telah diperkenalkan untuk
menjangkau sasaran yang lebih selektif, televisi tetap sebuah
media yang tidak selektif karena segmentasinya tidak setajam
surat kabar atau majalah.
3. Kesulitan Teknis
Media ini tidak luwes dalam pengaturan teknis. Acara-
acara yang telah dibuat awalnya dapat berubah begitu saja,
apalagi menjelang jam-jam penyiarannya.
Format acara televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep
acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan
terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan dan target
pemirsa acara tersebut. (Rukmananda, 2004, p. 63)
a) Drama (fiksi) : adalah sebuah format acara televisi yang
diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif dari
kisah-kisah drama atau fiksi yangdirekayasa dan dikreasi
ulang.
22
b) Non drama (non fiksi) : adalah sebuah format acara televisi
yang diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan
imajinasi kreatif dan realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus
menginterpretasi ulang dan tanpa harusmenjadi dunia
khayalan.
c) Berita dan olahraga : adalah sebuah format acara televisi yang
diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian dan
peristiwa yang berlangsung pada kehidupan masyarakat
sehari-hari.
2.1.5 Program Televisi
Secara teknis penyiaran televisi, program televisi (television programming )
diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran televisi dari hari ke hari
(horizontal programming ) dan dari jam ke jam (vertical programming ) setiap
harinya. Media televisi hanya mengistilahkan programming atau pemprograman
(Soenarto, 2007).Sedangkan menurut (Rukmananda,2004,p.213), programming
adalah teknik penyusunan program acara televisi yang ditayangkan secara
berurutan.Stasiun televisi setiap harinya menyajikan berbagai macam jenis program
yang judulnya sangat bervariasi dan jenisnya juga beragam. Pada dasarnya, apapun
yang bisa dijadikan sebuah program acara yang bisa ditayangkan ditelevisi asalkan
menarik dan disukai oleh audien, dan selama itu tidak bertentangan dengan norma-
norma kesopanan, kesusilaan, serta hukum dan peraturan yang berlaku.
23
Berbagai macam jenis program televisi secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu :
1. Program Informasi (jurnalistik)
a) Hardnews (faktual,berita yang cukup kuat, fokus kepada isi
pesan) : Bulletin, Breaking News, Investigasi Talkshow
b) Soft news (kombinasi dari fakta, gossip, dan opini) : Air
Magazine, Dokumenter, Talkshow, Feature, Semi Documenter
2. Program Hiburan (artistik)
a) Drama (acara fiksi yang ditayangkan oleh televisi dalam
bentuk cerita drama hingga cerita detektif yang memiliki
karakter dan plot cerita yang serupa dengan cerita aslinya)
contohnya Sitkom, FTV, Film, Sinetron, Sketsa
b) Non Drama : Music, Variety, Games, Talent, Reality,
Infotainment,Sport, Religy,Talkshow
Selain pembagian jenis program berdasarkan skema diatas, terdapat
pula pembagian program berdasarkan apakah suatu program bersifat faktual
atau fiktif. Program faktual antara lain meliputi program berita, dokumenter,
dan reality show. Sementara program fiktif antara lain program drama atau
komedi
24
2.1.6 Content Program Televisi
Content program “Hitam Putih” di Trans 7 , yakni:
1. Narasumber
Narasumber biasa disebut sebagai sumber informasi atau
informan. Narasumber sebagai sumber informasi yang berbentuk
informasi tentang diri sendiri atau hal lain diluar diri narasumber itu
sendiri. Mengenai hal-hal penting atau apa pun. Jika narasumber
tersebut memberikan informasi tentang dirinya sendiri, akan ada sisi
berbeda yang terlihat dari narasumber tersebut yang terkadang para
masyarakat tidak mengetahuinya
2. Cerita atau Naskah
Darmanto (1998) mengungkapkan bahwa naskah
merupakan bentuk tertulis dari suatu bentuk gagasan atau
pemikiran orang / kelompok yang telah disistematiskan dan
dimaksudkan untuk mencapai tujuan penyelenggaraan siaran radio
ataupun televisi.
Ada banyak hal – hal yang harus diperhatikan dalam
pembuatan naskah. Peneliti hanya mengambil beberapa hal saja
yang ada di dalam naskah “Hitam Putih” yaitu kesederhanaan,
bermanfaat dan diangkat berdasarkan kisah kehidupan yang nyata.
25
3. Lokasi
Lokasi adalah hal penting dalam membuat suatu program.
Gambaran atau situasi lokasi sangat mendukung program tersebut
agar menjadi lebih real dan penonton dapat merasakan dan
membayangkan setiap adegan yang terjadi saat program tersebut
tayang. Pada program “Hitam Putih” mengambil lokasi di studio
atau indoor.
4. Kostum
Dalam dunia pertelevisian, berpakaian pada saat berbicara
di depan publik tidak selalu harus mewah, cukup berpakaian
dengan menarik. Jika sedang membawakan suatu acara kita harus
memperhatikan kesesuaian pakaian dengan pemirsa. Pakaian yang
dipakai sebaiknya jangan berlebihan karena seharusnya penonton
menyaksikan apa yang penyiar sampaikan, bukan apa yang ia
pakai. (Baksin, 2006 : 169 – 170)
Narasumber / host Hitam Putih mengenakan kostum yang
sesuai dengan kepribadian mereka. Ada yang terlihat mewah
bahkan ada yang terlihat sederhana tetapi tetap mengesankan.
Terkadang kostum yang digunakan narasumber / host berasal dari
program tersebut atau memakai kostum sendiri.
26
5. Gimmick
Gimmick adalah trik – trik yang digunakan untuk
mendapatkan perhatian penonton dalam bentuk sound effect,
musik ilustrasi, mimik, ekspresi, dan acting pemain, jokes, teknik
editing dan pergerakan kamera. Gimmick dapat berdiri sendiri
tanpa harus berkaitan dengan kesinambungan kamera. (Naratama,
2004 : 112)
2.2 Teori Khusus yang Berkaitan dengan Judul Skripsi
2.2.1 Persepsi
Persepsi adalah proses internal yang memungkinkan kita memilih,
mengorganisasikan dan menafsirkan rangsangan dari lingkungan kita, dan proses
tersebut memperngaruhi perilaku kita (Mulyana, 2001, p. 167). Sedangkan menurut
Covey (2001:31). Persepsi adalah cara memandang sesuatu, kerangka acuan atau
keyakinan.
Persepsi terdiri dari tiga proses yang dimana melalui proses ini dapat terlihat
bagaimana cara pengambilan keputusan tentang sesorang atau suatu fenomena
dengan cara memberi makna kepada tindakan-tindakan atau insiden yang berlaku.
Proses persepsi tersebut yaitu:
1. Pemilihan rangsangan. Persepsi dimulai dengan pemilihan
rangsangan dimana proses pemilihan rangsangan berhubungan
dengan perhatian yang dibuat. Rangsangan tersebut akan
27
menjadi perhatian apabila mempnyai sifat-sifat yang terlihat
jelas seperti gerakan, hal-hal baru yang terus berulang.
2. Penyusunan, yaitu pembentukan sebuah struktur yang mudah
dipahami.
3. Mengintrepretasikan atau member makna terhadap apa yang
diperhatikan dengan mengumpulkan segaya yang diterima
untuk di interpretasikan secara menyeluruh agar bertujuan
untuk memahami dan akhirnya membentuk sebuah persepsi.
(Rakhmat J. , 2005)
Dari pengertian persepsi tersebut diatas, maka peneliti menyimpulkan
bahwa persepsi adalah suatu pengintepretasian sebuah makna dan sudut pandang
seorang terhadap suatu hal atau keadaan yang terjadi di sekitarnya. Terkait dengan
penelitian, yaitu persepsi penonton tentang program semi dokumenter yang terlalu
mengekspos kemiskinan, maka yang diteliti adalah bagaimana interprestasi makna
dan sudut pandang penonton “Hitam Putih” mengenai tema dalam program tersebut
yang mengandung unsur sosial ekonomi kebawah.
2.2.2.1 Jenis-jenis Persepsi
Jenis-jenis persepsi pada manusia sebenarnya terbagi dua, yaitu
persepsi terhadap objek (lingkungan fisik) dan persepsi terhadap manusia (persepsi
sosial). Dan menurut Mulyana kedua jenis persepsi tersebut mempunyai
perbedaan,perbedaan tersebut mencakup (Mulyana, 2001, pp. 171 - 172).
28
1. Persepsi terhadap Objek (Lingkungan Fisik)
Persepsi lingkungan fisik merupakan proses penafsiran
terhadap obyek-obyek tidak bernyawa yang ada disekitar
lingkungan kita. Terkadang dalam mempersepsikannya
lingkungan fisik, kita melakukan kekeliruan, karena indera
kita terkadang menipu kita, itulah yang disebut ilusi. Persepsi
terhadap obyek ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor :
latar belakang pengalaman, latar belakang budaya, latar
belakang psikologis, latar belakang nilai, keyakinan dan
harapan, dan yang terakhir adalah kondisi faktual alat-alat
indera.
2. Persepsi Terhadap Manusia (Persepsi Sosial)
Persepsi sosial adalah proses menangkap arti objek-objek
sosial dan kejadian – kejadian yang kita lihat alami dalam
lingkungan kita. Oleh karena manusia bersifat emosional,
sehinggan penilaian terhadap orang akan mengandung resiko.
Persepsi saya terhadap anda mempengaruhi persepsi anda
terhadap saya, dan pada gilirannya persepsianda terhadap saya
juga akan mempengaruhi persepsi saya terhadap anda,dan
begitu seterusnya, setiap orang mempunyai gambaran berbeda
mengenai realitas disekelilingnya. Karena setiap orang
mempunyai persepsi berbeda terhadap lingkungan sosialnya.
29
2.3 Kerangka Konsep
Teori-teori yang dijadikan landasan pada kerangka teori harus dapat
menghasilkan beberapa konsep yang disebut dengan kerangka konsep. Kerangka
konsep dapat diartikan sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam
memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Konsep – konsep
yang telah diungkapkan dalam landasan teoritis harus dapat di operasionalisasikan
dengan mengubahnya menjadi dua variabel yaitu persepsi terhadap manusia dan
persepsi terhadap objek.
Peneliti mengelompokkan indikator-indikator yang akan diuji dalam
penelitian ini ke dalam lima dimensi, yaitu dimensi narasumber, cerita, pemilihan
lokasi, kostum dan backsound. Pembatasan konsep dalam penelitian ini tidak saja
untuk menghindari salah maksud dalam memahami konsep penelitian dalam
membatasi penelitian, tetapi batasan konsep diperlukan untuk menjabarkan variabel
penelitian maupun indikator penelitian.
Variabel dalam penelitian ini:
1) Persepsi Warga Rt 002 / Rw 10 Perumahan Banjar Wijaya,
Tangerang.
30
BAB 3
OBYEK PENELITIAN
3.1 Struktur Organisasi Perusahaan
3.1.1 Profil Trans 7
Trans 7 dengan komitmen menyajikan tayangan berupa informasi informasi
dan liburan, menghiasi layar kaca diruang keluarga Indonesia.Berawal dari
kerjasama strategis antara Para Group dan Kelompok Kompas Gramedia (KKG)
pada tanggal 4 Agustus 2006, TRANS7 lahir sebagai sebuah stasiun swasta yang
menyajikan tayangan yang mengutamakan kecerdasan, ketajaman, kehangatan penuh
hiburan serta kepribadian yang aktif.
TRANS7 yang semula bernama TV7 berdiri dengan izin dari Departemen
Perdagangan dan Perindustrian Jakarta Pusat dengan Nomor 809/BH.09.05/III/2000.
Pada 22 Maret 2000, keberadaan TV7 telah diumumkan dalam Berita Negara
Nomor 8687 sebagai PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh. Dengan kerjasama
strategis antara Para Group dan KKG, TV7 melakukan re-launching pada 15
Desember 2006 sebagai TRANS7 dan menetapkan tanggal tersebut sebagai hari
lahirnya TRANS7. Di bawah naungan PT Trans Corpora yang merupakan bagian
dari manajemen Para Group, TRANS7 diharapkan dapat menjadi televisi yang maju,
dengan program-program in-house productions yang bersifat informatif, kreatif, dan
inovatif. www.trans7.co.id
31
3.1.2 Logo Trans 7
Gambar 3.1
Logo TRANS 7
Sumber www.trans7.co.id
Logo TRANS7 membentuk empat sisi persegi panjang yang merefleksikan
ketegasan, karakter yang kuat, serta kepribadian bersahaja yang akrab dan mudah
beradaptasi.Birunya yang hangat tetapi bersinar kuat melambangkan keindahan batu
safir yang tak lekang oleh waktu, serta menempatkannya pada posisi terhormat di
antara batu-batu berlian lainnya. Perpaduan nama yang apik dan mudah diingat,
diharapkan membawa TRANS7 ke tengah masyarakat Indonesia dan pemirsa
setianya.
32
3.1.3 VISI dan MISI Trans 7
a. Visi PT. Duta Nusantara Tivi Tujuh (Trans Corp)
Memberikan keuntungan dan pengembalian investasi yang
diberikan penanam modal dengan menjaga asset-aset perusahaan,
memelihara dan mengontrol pengeluaran yang efektif dan bekerja
keras dalam menjalankan usaha, berorientasi pada pengembangan
market serta menjadi salah satu stasiun TV terbaik di Indonesia
b. Misi PT. Duta Nusantara Tivi Tujuh (Trans Corp)
Memberikan pelayanan secara maksimal dengan dukungan
para pekerja yang professional,kretif dan siap bersaing dengan hasil
yang mengagumkan. Pelayanan yang tetap konsisten dan selalu
berusaha untuk memberikan yang terbaik.Yaitu memberikan rasa
aman dalam bekerja selama berkarir bersama PT. Duta Nusantara Tivi
Tujuh (Trans Corp). Setiap karyawan akan merasakan kenyamanan
bekerja dengan suasana yang baik dan lingkungan yang
ramah.Perusahaan akan memberikan pendapatan yang bersaing dan
kesejahteraan pekerja dan menghargai pandangan dan pendapat
individu untuk berusaha mendapatkan posisi yang lebih baik dalam
berkarir.
www.trans7.co.id
33
3.1.4 Struktur Organisasi TRANS 7
Komisaris Utama : Chairul Tanjung
Komisaris : Ishadi SK
Komisaris : Agung Adi Prasetyo
Komisaris : Asih Winanti
Direktur Utama : Atiek Nur Wahyuni
Direktur Keuangan &SDM : CH Suswati
Handayani
KADIV News : Titin Rosmasari
KADIV Produksi : Andi Chairil
KADIV Techinical and : Azuan Syahril
Production Services
KADIV Programming : Achmad Ferizqo I
KADEP Bulletin & Current : Sukarya Wiguna
Affair
KADEP Magazine and : Pracoyo Wiryoutomo
Documentary
KADEP Education and Adventure : M Gatut Mukti
KADEP Produksi : M. Andri Novara
KADEP Produksi : Rahmat Edi Irawan
KADEP Operations : Quilla Jozal
KADEP Marketing Services : M. Ichsan
KADEP Promotion : Tedja Andawan
34
3.1.5 Keunggulan atau Karakter Perusahaan
Trans 7 mempunyai keunggulan atau karakter tersendiri dibandingkan stasiun
tv swasta lainnya. Salah satunya adalah tidak menayangkan sinetron maupun live
show atau karakter tersendiri dibandingkan stasiun tv swasta lainnya. Salah satunya
adalah tidak menayangkan sinetron maupun live show band-band disaat hampir
semua channel menyiarkan acara – acara tersebut. Terbukti bahwa kualitas lebih
diandalkan daripada perburuan ratin. Memperbanyak segmen acara yang bernilai
edukasi dan ilmu pengetahuan, seperti On the spot, Laptop si Unyil, aku ingin tahu,
asal usul . Memaparkan kekayaan alam negeri ini melalui acara Jejak Petualang & si
Bolang. Memaparkan kekayaan khazanah budaya bangsa dari acara Redaksi Pagi
Jalan – Jalan, ditayangkan setiap Sabtu dan Minggu pagi. Pada saat prime time
dimana pada saat itu masyarakat banyak yang menonton TV, Trans 7 menawarkan
acara hiburan yang menarik seperti Opera Van Java. Mengulas potret kehidupan
masyarakat Indonesia yang beraneka ragam dalam acara Kacamata, Ogah ngeyel,
Orang Pinggiran & Komunitas unik dan lebih banyak menyiarkan produk acara lokal
bermutu daripada film - film impor yang tidak sesuai dengan kepribadian orang
Indonesia.
3.1.6 Profil Program Hitam Putih
Hitam Putih merupakan program talkshow dengan format mind reading.
Bintang Tamu akan dibuat tidak berdaya ketika “dicecar” pertanyaan oleh Deddy
Corbuzier yang memaksa mereka memaparkan kehidupan pribadinya tanpa disadari.
Aksi-aksi menarik khas Deddy Corbuzier akan diselipkan di setiap segmen talkshow
ini. Kejahilan, kemahiran & ketajaman Host dalam mengatur permainan pikiran akan
mengundang gelak tawa.
35
Summary Program Hitam Putih
Nama program : Hitam Putih
Format Program : Mind Reading
Durasi : 60 menit sudah termasuk commercial break
Hari Tayang : Senin – Jumat dan Minggu
Waktu Tayang : 18.00 WIB dan 20:00 WIB
Target Pasar : Semua Umur
3.2 Proses Produksi Program
A. Pra Produksi
Pada proses ini, seorang Director menentukan siapakah bintang tamu
yang sesuai dengan permintaan pemirsa atau moment yang sedang
menjadi perbincangan public pada saat itu. Acara ini tidak menekankan
kepada tema apa yang akan diusung tetapi lebih kepada siapa atau tentang
biografi seseorang. Setelah itu tim mengatur schedule bintang tamu
tersebut. Kemudian tim kreatif mengadakan meeting yang bertujuan
untuk menentukan ide atau hal-hal apa saja yang dibutuhkan dalam
tayangan ini dari menyiapkan alat hingga office boy. Masing-masing
orang mempunyai jobdes yang berbeda dan mereka menjalankan tugas
sesuai fungsinya.
36
B. Produksi
Tahap ini adalah inti dari semua kegiatan. Pada tahap ini tapping
berlangsung. Proses shooting dilakukan dua hari dalam seminggu. Dan
dalam sehari ada tiga kali shooting tapping. Jadi total keseluruhannya
adalah enam kali shooting atau enam episode yang digunakan untuk
seminggu tayang yaitu Senin-Jumat sedangkan satu episode lagi menjadi
stok acara. Shooting tapping telah terjadwal setiap minggunya yaitu Hari
Selasa dan Rabu. Pada proses shooting, semua kru bekerja sama dengan
baik. Masing-masing personal menjalankan tugasnya, seperti penataan
audio, floor director (FD), cameramen, program assistant, property, dan
lain-lainnya. Setelah proses shooting atau tapping berlangsung
selanjutnya dilakukan proses editing. Editor akan memainkan perannya
dalam hal ini. Ia dapat meng-cut gambar yang menurutnya tidak pantas
ditayangkan sehingga hasil bersih dari tayangan ini terlihat bagus dan
menarik, selain itu juga sesuai dengan durasi. Selanjutnya setelah proses
rekaman shooting atau tapping ini telah siap (setelah melewati proses
pengeditan dan lainnya) acara ini pun ditayangkan.
C. Pasca Produksi
Proses ini hanya ada dua tahap yaitu rapat evaluasi dan rating per minggu.
Pada rapat evaluasi, semua kru berkumpul dalam sebuah ruangan dan
mereka mengevaluasikan dari hasil tayangan. Memperbaiki yang kurang
baik dan mempertahankan yang sudah baik. Setelah itu mereka
mendapatkan hasil rating. Apabila ratingnya naik maka acara ini tetap
37
tayang dan kontrak persetujuan diperpanjang. Dan sampai saat ini rating
acara Hitam Putih masih baik.
3.3 Metode Pengumpulan Data (opsional)
3.3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian yang berjudul “Persepsi Penonton Terhadap Program
Hitam Putih di Trans 7 Yang Menampilkan Sisi Berbeda Dari Narasumber”.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu
penelitian yang berupa angka- angka atau data – data yang menggambarkan dan
menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Pendekatan
kuantitatif digunakan untuk menemukan atau memperoleh konfirmasi mengenai
hubungan sebab akibat yang terjadi disekitar.
Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif format deskriptif karena
dalam penelitian ini dibatasi pada persepsi penonton terhadap tayang program
“Hitam Putih”, tidak menguji hubungan antara satu variabel dengan variabel yang
lain, dan berpusat pada persepsi penonton sebagai 1 unit inti dari berbagai variabel.
Metode ini merupakan metode yang paling tepat dalam penelitian mengenai persepsi
penonton karena format deskriptif biasa digunakan untuk penelitian kuantitatif yang
tidak menguji hubungan sebab akibat antara variabel-variabel yang ada. Dimana
dalam penelitian ini, peneliti tidak akan menguji hubungan sebab akibat antar
variabel, melainkan menggambarkan situasi yang terjadi dan mejabarkan. Penelitian
deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa dan hanya membuat kategori
perilaku, mengamati gejala.
38
Menurut hemat peneliti, Metode Deskriptif adalah suatu metode untuk
mencari solusi atau jawaban baru dari pemikiran dan permasalahan yang ada.
Peneliti menggunakan metode ini dengan alasan untuk mengetahui dan memberikan
gambaran secara sistematis mengenai sejauh mana pendapat atau persepsi penonton
terhadap program “Hitam Putih”.
3.3.2 Jenis dan Sumber Data
a. Pengumpulan Data Primer
Untuk memperoleh data primer dalam penelitian, instrument
yang digunakan adalah kuisioner.
1) Kuesioner
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuisioner (angket). Kuesioner adalah
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member
seperangkat pertanyaan dan pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Kuesioner meupakan teknik
pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti
variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan
dari responden. Kuesioner dapat berupa pertanyaan terbuka
atau pertanyaan tertutup dan dapat diberikan kepada
responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau
internet. (Sugiyono, 2006, p. 135)
39
Dalam penelitian ini, jenis pertanyaan yang akan digunakan adalah
pertanyaan tertutup. Dimana jawabannya sudah disediakan sehingga responden
hanya tinggal memilih salah satu jawaban yang sudah disediakan dengan
memberikan tanda pada jawaban tersebut. Keuntungan dari pertanyaan tertutup
adalah mudah mengolahnya. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan pendapat persepsi seorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial,” (Sugiyono, 2006, p. 86).
b) Pengumpulan Data Sekunder
Selain mengumpulkan data dengan menggunakan kuesioner, peneliti
juga mengumpulkan data melalui studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan
dengan menelusuri data – data yang ada dalam buku atau acuan yang terkait dengan
topik dan objek peneliti serta situs – situs internet yang hubungannya dengan
peneliti.
3.3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian di lakukan kepada warga Rt 002 / Rw 10 di Perumahan Banjar
Wijaya, Tangerang. Waktu penelitian dilaksanakan selama satu bulan, yaitu mulai
dari bulan Oktober 2012 sampai dengan bulan November 2012.
3.3.4 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala – gejala, nilai test atau peristiwa-
40
peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu
penelitian. (Nawawi, 2005, p. 141). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa
dan mahasiswi Bina Nusantara angkatan 2011.
3.3.5 Sampel
Jumlah sampel dalam penelitian ini akan ditentukan dengan menggunakan
rumus slovin dimana rumus ini digunakan untuk menentukan sample dari populasi
yang diketahui berapa jumlahnya.
)(1 2eN
Nn
+=
Dimana:
n = number of samples ( jumlah sampel )
N = total of population ( jumlah seluruh anggota populasi )
e = error tolerance (persen kelonggaran ketidaktelitian
(karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat
ditolerir atau diinginkan, misalnya 10% atau 0,1.)
Berdasarkan rumus diatas diperoleh jumlah sample sebagai berikut :
)(1 2eN
Nn
+=
7849,7865,4
365
65,31
365
)1,0(3651
3652
≈==+
=+
=n
41
Jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini dibulatkan menjadi
78 sampel.
Sebelum menyebarkan kuisioner, peneliti akan menggunakan penyaringan
sebelum menyebarkan kuesioner dengan cara bertanya kepada mereka apakah
mereka pernah menonton program Hitam Putih atau tidak. Kuesioner tidak akan
diberikan oleh peneliti jika salah satu calon responden yang ditanya tidak pernah
menonton program Hitam Putih.
3.3.6 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik sampling merupakan metode atau cara menentukan sampel dan besar
sampel. Dua macam teknik pengambilan sampling dalam penelitian yang umum
dilakukan adalah :
1. Probability Sampling, secara acak (random) yang dilakukan
secara undian, ordinal, atau tabel bilangan random atau dengan
komputer.
2. Non probability Sampling, disebut juga incidental sampling, yaitu
pengambilan sampling yang tidak memberi peluang atau
kesempatan sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel.
(Riduwan, Rumus dan Data Dalam Analisis Statistik, 2009, hal.
241)
Yang menjadi sample disini yaitu warga Rt 002 / Rw 10 Perumahan
Banjar Wijaya, Tangerang yang menonton program “Hitam Putih” di TRANS
42
7. Batasan ini diambil karena dekat dari letak geografis, para respondennya
mudah diakses, hanya para penonton program “Hitam Putih” di TRANS 7
yang dapat mengisi kuesioner karena antara yang menonton dan tidak
menonton biasanya menunjukkan sikap dan perilaku yang saling berbeda dan
yang terakhir karena periode peyebaran dan pengumpulan kuisioner hanya
dibatasi dua minggu.
3.3.7 Teknik Pengumpulan Data
Untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan yang diteliti, teknik
pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah penelitian lapangan (field
research) dengan maksud untuk mendapatkan informasi dan data yang berhubungan
dengan penelitian. Sedangkan, jenis teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah kuesioner (Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, 2005, p. 135)
Jenis teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
a. kuesioner
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner (angket). Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara member seperangkat pertanyaan dan pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Kuesioner meupakan teknik pengumpulan data yang
efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang
bisa diharapkan dari responden.
43
Kuesioner dapat berupa pertanyaan terbuka atau pertanyaan tertutup dan dapat
diberikan kepada responden secara langsung atau dikirim melalui pos, atau internet.
(Sugiyono, 2006, p. 135)
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan pendapat
persepsi seorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial,(Sugiyono, 2006,
p. 86). Jawaban setiap item instrument yang menggunakan Skala Likert mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif yang dapat berupa kata-kata untuk
keperluan analisis kuantitatif.
Jawaban setiap item diberi skor:
1. Sangat Setuju/ Selalu/ Sangat Positif (skor 5)
2. Setuju / Sering/ Positif (skor 4)
3. Ragu-Ragu/ Kadang-Kadang/ Negatif (skor 3)
4. Tidak Setuju/ Hampir Tidak Pernah/ Negatif (skor 2)
5. Sangat Tidak Setuju/ Tidak Pernah/ Sangat Negatif (skor 1)
100 200 300 400 500
STS TS RR S SS
Jumlah nilai ideal untuk seluruh item =
5 x 100 = 500 (SS)
44
Jumlah nilai terendah untuk seluruh item =
1x 100 = 100 (STS)
b. Metode Dokumenter
Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data
yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Sifat utama dari data ini
tak terbatas ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk
hal – hal yang telah silam. Kumpulan data bentuk tulisan ini antara lain foto,
tape , mikrofilm, disc, dll. (Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, 2009, hal.
144)
Data – data dokumenter dalam penelitian ini adalah dokumen
perusahaan TRANS 7 yang dibutuhkan seperti SOP program, profil program
Hitam Putih, dan lain – lain. Peneliti akan melengkapi data – data
dokumenternya sesuai dengan kebutuhannya sejalan dengan berlangsungnya
penelitian ini.
3.3.8 Metode Analisis Data
Analisis Univariat adalah analisis terhadap satu variabel. Jenis analisi
ini dilakukan untuk riset deskriptif dan menggunakan statistik deskriptif. Hasil
perhitungan statistik deskriptif ini nantinya bisa merupakan dasar bagi penghitungan
analisis berikutnya, misalnya untuk menghitung hubungan antar variabel. Dalam
penelitian ini memang hanya dianalisis satu variabel yaitu variabel persepsi.
45
Hasilnya disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi, untuk melihat sebaran jawaban
dar responden (Kriyantono, 2007, p. 166)
Analisa ini dilakukan juga untuk memperoleh gambaran mengenai
karakteristik responden yang ada serta melihat secara deskriptif, bagaimana
tanggapan dan jawaban responden terhadap tiap inikator. Maksudnya untuk mellihat
kecenderungan jawaban responden apakah cenderung positif atau negative terhadap
sejumlah indikator yang mengukur variabel terhadap tayangan program “Hitam
Putih” .
3.3.9 Reliabilitas dan Validitas
Kuisioner yang baik, harus diuji terlebih dahulu validitas dan reliabilitasnya
sehingga hasil penelitian yang diperoleh nantinya akan menjadi baik. Validitas
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur.
Bila seorang ingin mengukur berat suatu benda, timbangan adalah alat pengukur
yang valid karena timbangan memang mengukur berat. Reliabilitas adalah istilah
yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu hasil pengukuran relative
konsisten apabila pengukuran diulangi dua kali atau lebih. (Singarimbun, 1989, p.
123).
46
3.3.9.1 Reliabilitas
Reliabilitas adalah pengujian alat ukur yang bertujuan untuk melihat stablitas
dan konsistensi dari suatu definisi operasional. Suatu alat ukut dikatak reliable jika
kita selalu mendapatkan hasil yang tetap sama dari pengukuran gejala yang sama,
meski dilakukan pada waktu yang berbeda-beda.
a. Uji Realibilitas
Uji realibillitas menunjukkaan pada suatu pengertian
bahwa suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument
tersebut sudah baik. Instrument yang sudah dapat dipercaya
atau reliable, akan menghasilkan data yang dapat dipercaya.
Apabila data memang benar sesuai dengan kenyataan maka
berapa kalipun diambil hasilnya akan tetap sama. Semakin
kecil kesalahan, semakin reliable alat pengukur. Sebaliknya,
semakin besar kesalahan pengukur maka semakin tidak
reliable alat pengukur tersebut. Untuk uji reliable instrument
dalam kuisoner penelitian ini menggunakan teknik alpha
cronbach. Standar nilai alpha (α) yang digunakan untuk
menunjukkan bahwa alat ukur tersebut baik adalah >0,5. Jadi,
semakin besar nilai alpha (>0,5), maka semakin reliable alat
ukur tersebut. (Singarimbun, 1989).
Tabel 3.1
Tingkat Reliabillitas Berdasarkan Nilai Alpha
Cronbach’s
47
Nilai Alpha Cornbach Tingkat Reliabilitas
0.00 - 0.20 Kurang Reliabel
0.21 – 0.40 Agak Reliabel
0.42 – 0.60 Cukup Reliabel
0.61 – 0.80 Reliabel
0.81 – 1.00 Sangat Reliabel
3.3.9.2 Validitas
Validitas adalah alat untuk melihat apakah definisi
operasional telah benar-benar mengukur atau sesuia dengan definisi konsepual.
Dengan kata lain, validitas berkenaan dengan tingkat kesesuaian antara definisi
konseptual dan definisi operasional variabel.
a. Uji Validitas
Uji validitas ini menggunakan teknik analisis faktor. Analisis faktor adalah
suatu teknik statistik untuk mengidentifikasikan jumlah faktor yang relatif kecil yang
dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan antara beberapa variabel yang
saling berhubungan. Analisis faktor menghasilkan suatu tabel dimana baris adalah
variabel indikator mentah yang diamati dan kolom adalah faktor atau variabel
tersembunyi yang menjelaskan sebanyak mungkin perbedaan di dalam variabel ini.
Teknik analisis faktor ini digunakan untuk mengkonfirmasi penelitian yang
bersifat deskriptif. Dalam penelitian ini, masing-masing dimensi diuji satu persatu
dengan menggunakan teknik analisa faktor sehingga akan diperoleh nilai Kaiser –
Mayer – Olkin (KMO), yaitu uji statistik yang digunakan untuk menunjukkan
ketepatan analisis faktor terhadap variabel-variabel yang diiukur. Bila nilai KMO >
48
0,5 dengan nilai signifikan < 0.005 maka variabel tersebut dan dapat diukur dengan
menggunakan teknik faktor analisis untuk mengetahui apakah indikator yang dibuat
memang berada pada satu kelompok dengan indikator lainnya yang masih dalam satu
variabel.
Tabel 3.2
Ukuran Validitas
Nilai KMO Tingkatan Varian
0,90 – 1,00 Marvellous (Sangat Bermanfaat)
0,80 – 0,89 Meritorious (bermanfaat)
0,70 – 0,79 Middling (Cukup Bermanfaat)
0,60 – 0,69 Mediocre (Sedang)
0,50 – 0,59 Miserable (Tidak Bermanfaat)
0,00 – 0,49 Unacceptable (Tidak Bisa Diterima)
49
3.4 Permasalahan Yang Ada
Permasalahan yang ada dalam acara Hitam Putih adalah mencari narasumber
yang mempunyai kisah yang lebih menarik dan tentu yang lebih bisa menarik
perhatian penonton. Setiap harinya program ini harus memberikan kisah dan
narasumber yang berbeda..
3.5 Alternatif Pemecahan Masalah
Mempersiapkan semua hal dengan sempurna agar proses syuting tetap
berjalan dengan baik. Juga selalu mencari narasumber yang selalu mempunyai cerita
menarik. Mengupas berbagai informasi dan sisi yang berbeda narasumber sehingga
penonton tertarik untuk menonton acara Hitam Putih.
50
3.6 Operasional Konsep
Variabel Dimensi Indikator Pengukuran
Persepsi
terhadap
manusia
Persepsi
Terhadap
Obyek
Narasumber
1. Narasumber berstatus
sosial menengah keatas
2. Narasumber berpenampilan
sederhana
3. Narasumber dapat
menceritakan kisah
hidupnya dengan jelas
terhadap
4. Narasumber bisa atau dapat
memberikan sisi berbeda
dari dirinya
Skala Likert
Interval
5 = Sangat Setuju
4 = Setuju
3 = Ragu – ragu
2 = Tidak Setuju
1 = Sangat Tidak
Setuju
Cerita
1. Cerita yang mengangkat sisi
berbeda dari narasumber
2. Informasi yang diberikan
bermanfaat
3. Cerita yang lebih dominan
mengarah kepada perjalanan
hidup
1. Lokasi shooting selalu berada
51
Pemilihan
Lokasi
di dalam studio membuat
program tersebut terkesan
monoton
2. Lokasi shooting yang di
design sesuai dengan karakter
host program tersebut
3. Lokasi shooting yang di
design sesuai dengan karakter
program
Kostum
1. Kostum yang digunakan
narasumber selalu terlihat
mewah
2. Kostum narasumber selalu
menggambarkan pribadi si
narasumber
3. Kostum yang digunakan
narasumber merupakan pakaian
sendiri
Persepsi
Terhadap
Obyek
Backsound
1. Backsound yang bisa
menghidupkan suasana
2. Setiap segmen diiringi oleh
backsound yang tepat dan
cocok
3. Backsound yang digunakan
53
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Penyajian Data Penelitian
4.1.1 Obyek Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia,
benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, gejala – gejala, nilai test atau peristiwa-
peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu
penelitian. (Nawawi, 2005, p. 141). Populasi dalam penelitian ini adalah warga Rt
002 /Rw 10 yang terletak di Perumahan Banjar Wijaya Tangerang, dengan jumlah
total populasi wilayah tersebut sebanyak 365 orang.
4.1.2 Pengertian SPSS
Pengolahan data dapat diketahui dari data yang berhasil dikumpulan. Dalam
pelaksanaannya, pengolahan data dilakukan melalui program komputer dengan
program SPSS. SPSS adalah singkatan dari Statistical Package for the Social
Sciences adalah software komputer yang digunakan untuk analisa statistika.
Program aplikasi ini memiliki kemampuan analisis cukup tinggi serta sistem
manajemen data dengan grafis, disajikan dengan menu-menu deskriptif yang
sederhana sehingga software ini mudah dipahami dalam mengoperasikannya.
Pada awalnya SPSS dibuat untuk keperluan pengolahan data statistik untuk
ilmu sosial, hal ini bisa dilihat dari kepanjangan dari SPSS itu sendiri, pada
perkembangannya software aplikasi SPSS kemampuannya lebih luas lagi atau bisa
dibilang sangat mumpuni karena program ini tidak hanya untuk riset statistic biasa
54
tetapi dapat di gunakan untuk berbagai riset pemasaran, pengendalian dan perbaikan
mutu (quality improvement) serta riset sains, sehingga kepanjangan SPSS sekarang
adalah Statistik Product and Service Solutions.
Skala pengukuran harus dipertimbangkan agar variabel yang akan diukur dapat
dikualisifikasikan dan supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data
dan langkah riset selanjutnya. Untuk mengukur , peneliti menggunakan skala likert
sebagai alat bantu. Skala likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan skala
Likert, komponen yang dapat terukur dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item instrument yang dapat berupa pertanyaan kemudian dijawab oleh responden.
(Riduwan, 2009, p. 16). Untuk dapat mengetahui ketetapan terhadap instrument yang
digunakan dalam pengambilan data diperlukan pengujian terhadap data yang
diperoleh melalui pengujian validitas dan reabilitas. Tujuannya adalah agar data
yang diambil benar – benar valid, yakni benar – benar mengukur apa yang hendak
diukur. Kemudian instrument harus reliabel, artinya dapat diandalkan di dalam
pengambilan data.
4.1.3 Pembabakan Hasil Penelitian
Tahap pertama dalam menyajikan bab ini adalah mengumpulkan
semua data- data dari hasil penelitian dengan menjelaskan obyek penelitian dan
pengertian tentang SPSS. Peneliti juga menyajikan keabsahan penelitian yaitu
reliabilitas dari variabel persepsi dan validitas yang disajikan dalam bentuk KMO.
Lalu dilampirkan gambaran umum mengenai responden baik itu usia , pendidikan
55
formal terakhir, pekerjaan. Selanjutnya adalah peneliti melakukan penjabaran
analisis dari masing- masing dimensi dalam bentuk table distribusi frekuensi dan
penjelasan hasil penghitungan SPSS 17 dalam bentuk kalimat. Tahap akhir adalah
mejabarkan interpretasi hasil dari penelitian ke dalam kalimat dan menjadi beberapa
paragraph. Penerapan teori yang berkaitan dengan penelitian ini akan di jelaskan
peneliti selain itu peneliti akan menjabarkan hasil dari penelitian dalam bentuk
kalimat.
4.2 Keabsahan Penelitian
4.2.1 Reliabilitas
Table 4.1
Uji Reliabilitas Variable Persepsi Terhadap Manusia Dimensi Narasumber
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.890 4
56
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item
Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbac
h's
Alpha if
Item
Deleted
Narasumber berstatus
sosial menengah keatas
11.3205 7.571 .743 .866
Narasumber berpenampilan
sederhana
11.4103 8.167 .738 .867
Narasumber dapat
menceritakan kisah
hidupnya dengan jelas
terhadap penonton
11.6026 7.775 .806 .842
Narasumber bisa atau dapat
memberikan sisi berbeda
dari dirinya
11.3590 7.558 .756 .861
57
Berdasarkan tabel uji Reliabilitas variable persepsi terhadap manusia dimensi
narasumber dapat dilihat bahwa dimensi narasumber reliabel, karena memenuhi nilai
cronbarch’s alpha diatas 0,5 yaitu sebesar 0,890 artinya indikator pernyataan-
pernyataan atau pertanyaan yang terdapat pada variable persepsi terhadap manusia
dimensi narasumber dapat dipercaya. Dari tabel Item Total Statistic terlihat bahwa
tak ada pernyataan atau indikator yang digunakan harus dihapus.
Table 4.2
Uji Reliabilitas Variable Persepsi Terhadap Obyek Dimensi Cerita
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.815 3
58
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlatio
n
Cronbach
's Alpha
if Item
Deleted
Cerita yang mengangkat sisi
berbeda dari narasumber
7.8333 3.206 .644 .770
Informasi yang diberikan
bermanfaat
7.8462 2.703 .709 .703
Cerita yang lebih dominan
mengarah kepada perjalanan
hidup
7.7821 3.082 .654 .760
Berdasarkan tabel uji Reliabilitas variable persepsi terhadap obyek dimensi
cerita dapat dilihat bahwa dimensi cerita reliabel, karena memenuhi nilai
cronbarch’s alpha diatas 0,5 yaitu sebesar 0,815 artinya indikator pernyataan-
pernyataan atau pertanyaan yang terdapat pada variable persepsi terhadap obyek
dimensi cerita dapat dipercaya. Dari tabel Item Total Statistic terlihat bahwa tak ada
pernyataan atau indikator yang digunakan harus dihapus.
59
Table 4.3
Uji Reliabilitas Variable Persepsi Terhadap Obyek Dimensi Pemilihan Lokasi
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.909 3
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
Lokasi shooting
selalu berada di
dalam studio
membuat program
tersebut terkesan
monoton
7.7436 3.466 .810 .881
Lokasi shooting
yang di design
sesuai dengan
karakter host
program tersebut
7.8205 3.552 .867 .829
60
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
Lokasi shooting
selalu berada di
dalam studio
membuat program
tersebut terkesan
monoton
7.7436 3.466 .810 .881
Lokasi shooting
yang di design
sesuai dengan
karakter host
program tersebut
7.8205 3.552 .867 .829
Lokasi shooting
yang di design
sesuai dengan
karakter program
7.8718 3.983 .787 .897
Berdasarkan tabel uji Reliabilitas variable persepsi Dimensi pemilihan lokasi
dapat dilihat bahwa dimensi pemilihan lokasi reliabel, karena memenuhi nilai
cronbarch’s alpha diatas 0,5 yaitu sebesar 0,909 artinya indikator pernyataan-
61
pernyataan atau pertanyaan yang terdapat pada variable persepsi terhadap obyek
dimensi pemilihan lokasi dapat dipercaya. Dari tabel Item Total Statistic terlihat
bahwa tak ada pernyataan atau indikator yang digunakan harus dihapus.
Table 4.4
Uji Reliabilitas Variable Persepsi terhadap Obyek Dimensi Kostum
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.915 3
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if
Item Deleted
Kostum yang digunakan
narasumber selalu terlihat
mewah
7.5513 3.523 .835 .872
Kostum narasumber selalu
menggambarkan pribadi si
narasumber
7.4872 3.552 .831 .876
62
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.915 3
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's
Alpha if
Item Deleted
Kostum yang digunakan
narasumber selalu terlihat
mewah
7.5513 3.523 .835 .872
Kostum narasumber selalu
menggambarkan pribadi si
narasumber
7.4872 3.552 .831 .876
Kostum yang digunakan
narasumber merupakan
pakaian
7.5513 3.471 .820 .885
Berdasarkan tabel uji Reliabilitas variable persepsi terhadap obyek Dimensi
kostum, dapat dilihat bahwa dimensi kostum reliabel, karena memenuhi nilai
cronbarch’s alpha diatas 0,5 yaitu sebesar 0,915 artinya indikator pernyataan-
63
pernyataan atau pertanyaan yang terdapat pada variable persepsi terhadap obyek
dimensi kostum dapat dipercaya. Dari tabel Item Total Statistic terlihat bahwa tak
ada pernyataan atau indikator yang digunakan harus dihapus.
Table 4.5 Uji Reliabilitas Variable Persepsi Terhadap Obyek Dimensi Backsound
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.904 3
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
Backsound yang bisa menghidupkan suasana
7.7308 3.784 .812 .859
Setiap segmen diiringi oleh backsound yang tepat dan cocok
7.8077 4.027 .785 .883
Backsound yang digunakan membuat penonton yang melihat lebih merasa lebih menikmati program tersebut
7.8205 3.604 .832 .843
Berdasarkan tabel uji Reliabilitas variable persepsi terhadap obyek Dimensi
backsound dapat dilihat bahwa dimensi bncksound reliabel, karena memenuhi nilai
cronbarch’s alpha diatas 0,5 yaitu sebesar 0,904 artinya indikator pernyataan-
pernyataan atau pertanyaan yang terdapat pada variable persepsi terhadap obyek
64
Dimensi backsound dapat dipercaya. Dari tabel Item Total Statistic terlihat bahwa tak
ada pernyataan atau indikator yang digunakan harus dihapus.
4.2.2 Validitas
Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan metode analisis
KMO ( Kaiser Meyer Olkin)
Tabel 4.6
Interpretasi KMO
Nilai Kmo Tingkatan Varian
0,90 – 1,00 Marvellous (sangat bermanfaat)
0,80 – 0,89 Meritorious (bermanfaat)
0,70 – 0,79 Middling (cukup bermanfaat)
0,60 – 0,69 Mediocre ( sedang)
0,50 – 0,59 Miserable ( Tidak Bermanfaat )
0,00 – 0,49 Unacceptable ( Tidak bisa diterima)
(sumber: Kaiser,1974)
Hasil penelitian adalah valid bila terjadi kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Menurut
(Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D / ABT. Cetakan
ketujuh, 2009, p. 137) instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data mengukur itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, hasil uji validitas dilakukan
dengan menggunakan metode KMO.
65
Table 4.7
Uji Validitas Variable Persepsi Terhadap Manusia Dimensi Narasumber
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .835
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 171.853
df 6
Sig. .000
Component Matrixa
Component
1
Narasumber berstatus sosial menengah keatas
.856
Narasumber berpenampilan sederhana .855
Narasumber dapat menceritakan kisah hidupnya dengan jelas terhadap penonton
.898
Narasumber bisa atau dapat memberikan sisi berbeda dari dirinya
.866
Extraction Method: Principal Component Analysis.
a. 1 components extracted.
Berdasarkan tabel diatas, hasil uji KMO menunjukkan hasil sebesar 0.835
yang berarti lebih besar dari 0.5. Dengan demikian data dianggap valid dan dapat
digunakan dalam penelitian. Hal ini diperkuat dengan hasil uji Bartlett’s Test of
Sphericity sebesar 171.853 dengan nilai sig sebesar 0.000. Nilai sig tersebut lebih
kecil dari 0.005, sehingga data dinyatakan valid.
66
Table 4.8
Uji Validitas Variable Persepsi Terhadap Obyek Dimensi Cerita
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .709 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 78.725
df 3
Sig. .000
Component Matrixa
Component
1
Cerita yang mengangkat sisi berbeda dari narasumber
.839
Informasi yang diberikan bermanfaat .880 Cerita yang lebih dominan mengarah kepada perjalanan hidup
.845
Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 1 components extracted.
Berdasarkan tabel diatas, hasil uji KMO menunjukkan hasil sebesar 0.709
yang berarti lebih besar dari 0.5. Dengan demikian data dianggap valid dan dapat
digunakan dalam penelitian. Hal ini diperkuat dengan hasil uji Bartlett’s Test of
Sphericity sebesar 78.725 dengan nilai sig sebesar 0.000. Nilai sig tersebut lebih
kecil dari 0.005, sehingga data dinyatakan valid.
67
Table 4.9
Uji Validitas Variable Persepsi Terhadap Obyek Dimensi Pemilihan Lokasi
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .736
Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 158.215
df 3
Sig. .000
Component Matrixa
Component
1
Lokasi shooting selalu berada di dalam studio membuat program tersebut terkesan monoton
.915
Lokasi shooting yang di design sesuai dengan karakter host program tersebut
.944
Lokasi shooting yang di design sesuai dengan karakter program
.904
Extraction Method: Principal Component Analysis.
a. 1 components extracted.
Berdasarkan tabel diatas, hasil uji KMO menunjukkan hasil sebesar 0.736
yang berarti lebih besar dari 0.5. Dengan demikian data dianggap valid dan dapat
digunakan dalam penelitian. Hal ini diperkuat dengan hasil uji Bartlett’s Test of
Sphericity sebesar 158.215 dengan nilai sig sebesar 0.000. Nilai sig tersebut lebih
kecil dari 0.005, sehingga data dinyatakan valid.
68
Table 4.10
Uji Validitas Variable Persepsi Terhadap Obyek Dimensi Kostum
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .760 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 158.657
df 3
Sig. .000
Component Matrixa
Component
1
Kostum yang digunakan narasumber selalu terlihat mewah
.928
Kostum narasumber selalu menggambarkan pribadi si narasumber
.926
Kostum yang digunakan narasumber merupakan pakaian
.920
Extraction Method: Principal Component Analysis.
a. 1 components extracted.
Berdasarkan tabel diatas, hasil uji KMO menunjukkan hasil sebesar 0.760
yang berarti lebih besar dari 0.5. Dengan demikian data dianggap valid dan dapat
digunakan dalam penelitian. Hal ini diperkuat dengan hasil uji Bartlett’s Test of
Sphericity sebesar 158.657 dengan nilai sig sebesar 0.000. Nilai sig tersebut lebih
kecil dari 0.005, sehingga data dinyatakan valid.
69
Table 4.11
Uji Validitas Variable Persepsi Terhadap Obyek Dimensi Backsound
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .750 Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 145.926
df 3
Sig. .000
Component Matrixa
Component
1
Backsound yang bisa menghidupkan suasana
.917
Setiap segmen diiringi oleh backsound yang tepat dan cocok
.903
Backsound yang digunakan membuat penonton yang melihat lebih merasa lebih menikmati program tersebut
.928
Extraction Method: Principal Component Analysis.
a. 1 components extracted.
Berdasarkan tabel diatas, hasil uji KMO menunjukkan hasil sebesar 0.750
yang berarti lebih besar dari 0.5. Dengan demikian data dianggap valid dan dapat
digunakan dalam penelitian. Hal ini diperkuat dengan hasil uji Bartlett’s Test of
Sphericity sebesar 145.926 dengan nilai sig sebesar 0.000. Nilai sig tersebut lebih
kecil dari 0.005, sehingga data dinyatakan valid.
70
4.3 Gambaran Umum Responden
Karakteristik individu adalah kondisi atau keadaan spesifik individu yang
berkaitan langsung dengan dirinya. Karakteristik individu memiliki sifat yang unik
sekaligus spesifik dan tentu saja berbeda antara responden yang satu dengan
responden yang lain. Karakteristik individu yang dilihat dalam penelitian ini
dibedakan menjadi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan status
ekonomi sosial. Peneliti akan mengemukakan gambaran karakteristik responden
yang digunakan untuk memperkuat dan melengkapi analisa. Karakteristik responden
tersebut terbagi menjadi :
4.3.1 Berdasarkan Usia Tabel 4.12
Usia Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid < 20 TAHUN 14 17.9 17.9 17.9
20-25 TAHUN 16 20.5 20.5 38.5
26-30 TAHUN 38 48.7 48.7 87.2
31-35 TAHUN 10 12.8 12.8 100.0
Total 78 100.0 100.0
Statistics
N Valid 78
Missing 0 Mean 2.5641
71
Gambar 4.1
Usia Responden
Berdasarkan tabel diatas usia responden yang menyaksikan program “Hitam
Putih” di Trans 7 sebanyak 38 orang atau (48.7%) responden yang berusia 26-30
tahun,yang berjumlah 16 orang atau (20.5%) berusia 20-25 tahun, < 20 tahun
berjumlah 14 orang(17.9%), 31-35 orang berjumlah 10 orang responden(12.8%).
72
4.3.2 Berdasarkan Jenis Kelamin
Table 4.13
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid PRIA 20 25.6 25.6 25.6
WANITA 58 74.4 74.4 100.0
Total 78 100.0 100.0
Statistics
N Valid 78
Missing 0
Mean 1.7436
Gambar 4.2 Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel diatas yang menyaksikan program Hitam Putih di Trans 7
sebanyak 58 orang atau (74.4%) responden yang berjenis kelamin wanita, berjumlah
20 orang atau (25,6%) berjenis kelamin pria.
JENIS KELAMIN
PRIA
WANITA
73
4.3.3 Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.14 Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
SMP 15 19.2 19.2 19.2
SMA 40 51.3 51.3 70.5
D3 12 15.4 15.4 85.9
S1 11 14.1 14.1 100.0
Total 78 100.0 100.0
Statistics
N Valid 78
Missing 0
Mean 2.2436
Gambar 4.3
Pendidikan
Berdasarkan tabel diatas tingkat Pendidikan yang menyaksikan program
Hitam Putih di Trans 7 sebanyak 40 orang atau (51,3%) responden yang
berpendidikan SMA. berjumlah 15 orang atau (19.2%) berpendidikan SMP. 12
0
5
10
15
20
25
30
35
40
SMP SMA D3 S1
S1
D3
SMA
SMP
74
orang responden atau (15.4%) yang berpendidikan D3,dan 11 responden atau
(14.1%) berpendidikan S1.
4.3.4 Berdasarkan Pekerjaan
Table 4.15
Pekerjaan
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
PELAJAR/MAHASISWA 5 6.4 6.4 6.4
KARYAWAN 38 48.7 48.7 55.1
PNS 5 6.4 6.4 61.5
WIRASWASTA 21 26.9 26.9 88.5
LAINNYA 9 11.5 11.5 100.0
Total 78 100.0 100.0
Statistics
N Valid 78
Missing 0
Mean 2.8846
75
Gambar 4.4
Pekerjaan
Berdasarkan tabel diatas pekerjaan 38 orang atau (48.7%) yang bekerja
sebagai karyawan menyaksikan program “Hitam Puith” di Trans 7. sebanyak 21
orang atau (26.9%) responden yang bekerja wiraswasta. sebanyak 9 orang atau
(11.5%) menonton program “hitam putih” sebagai pekerja “lainnya”. Dan sebanyak
5 orang (6,4%) pelajar/mahasiswa menonton program “Hitam Putih”.
0 10 20 30 40
PELAJAR/MAHASISWA
KARYAWAN
PNS
WIRASWASTA
LAINNYA
76
4.3.5 Berdasarkan Status Ekonomi
Tabel 4.16
Status Ekonomi Sosial
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid A= Target Kaya>Rp 2.500.000 5 6.4 6.4 6.4
B= Rp 1.750.000-Rp2.500.000 20 25.6 25.6 32.1
C= Rp.900.000-Rp 1.750.000 35 44.9 44.9 76.9
D= Rp 600.000-Rp 900.000 15 19.2 19.2 96.2
E= <Rp 600.000 3 3.8 3.8 100.0
Total 78 100.0 100.0
Statistics
N Valid 78
Missing 0 Mean 2.8846
77
Gambar 4.5
Status Ekonomi Sosial
Berdasarkan tabel diatas status ekonomi sosial yang menyaksikan program
Hitam Putih di Trans 7 sebanyak 35 orang atau (44.9%) responden yang berusia
berstatus ekonomi C = Rp.900.000-Rp 1.750.000, yang berjumlah 20orang atau (
25.6%) berstatus sosial ekonomi B = Rp 1.750.000-Rp2.500.000 menonton program
tersebut, responden yang berstatus sosial ekonomi D = Rp 600.000-Rp 900.000
meonton program “Hitam Putih” sebanyak 15 orang atau (19.2%). Status sosial
ekonomi A = Target Kaya>Rp 2.500.000 menonton program ‘htam putih” sebanyak
5 orang atau (6,4%).
78
4.4 Analisis Hasil Penelitian
4.4.1 Persepsi terhadap Manusia Dimensi Narasumber
1. Narasumber berstatus sosial menengah keatas
Table 4.17
Narasumber berstatus sosial menengah katas
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SANGAT TIDAK SETUJU 4 5.1 5.1 5.1
TIDAK SETUJU 5 6.4 6.4 11.5
RAGU-RAGU 12 15.4 15.4 26.9
SETUJU 30 38.5 38.5 65.4
SANGAT SETUJU 27 34.6 34.6 100.0
Total 78 100.0 100.0
Statistics
N Valid 78
Missing 0 Mean 3.9103
Berdasarkan tabel 4.19 diperoleh data sebanyak 30 responden (sebesar 38.5% )
menyatakan setuju bahwa narasumber dalam program Hitam Putih berstatus sosial
menengah kebawah, 27 orang responden atau (sebesar 34.6%) menyatakan sangat
setuju. Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 12 orang responden (
sebesar 15,4% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 5 orang
79
responden ( sebesar 6.4% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju
sebanyak 4 orang responden (sebesar 5.1%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang
diperoleh 3.9103. Jika di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai
berikut :
2. Narasumber berpenampilan sederhana
Tabel 4.18 Narasumber berpenampilan sederhana
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SANGAT TIDAK SETUJU
3 3.8 3.8 3.8
TIDAK SETUJU 5 6.4 6.4 10.3
RAGU-RAGU 13 16.7 16.7 26.9
SETUJU 39 50.0 50.0 76.9
SANGAT SETUJU
18 23.1 23.1 100.0
Total 78 100.0 100.0
STS TS R S SS
1,8 2,6 3,4 4,2 1 5
3.91
80
Statistics
N Valid 78
Missing 0 Mean 3.8205
Berdasarkan tabel 4.20 diperoleh data sebanyak 39 responden (sebesar 50% )
menyatakan setuju bahwa narasumber dalam program Hitam Putih narasumber
berpenampilan sederhana, 18 orang responden atau (sebesar 23.1%) menyatakan
sangat setuju. Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 13 orang responden
( sebesar 16.7% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 5 orang
responden ( sebesar 6.4% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju
sebanyak 3 orang responden (sebesar 3.8%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang
diperoleh 3.8205. Jika di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai
berikut :
STS TS R S SS
1,8 2,6 3,4 4,2 1 5
3.82
81
3. Narasumber dapat menceritakan kisah hidupnya dengan jelas
terhadap penonton
Table 4.19 Narasumber dapat menceritakan kisah hidupnya dengan jelas terhadap
penonton
Frequency Percent Valid
Percent Cumulative
Percent
Valid SANGAT TIDAK SETUJU 5 6.4 6.4 6.4
TIDAK SETUJU 4 5.1 5.1 11.5
RAGU-RAGU 17 21.8 21.8 33.3
SETUJU 41 52.6 52.6 85.9
SANGAT SETUJU 11 14.1 14.1 100.0
Total 78 100.0 100.0
Statistics
N Valid 78
Missing 0 Mean 3.6282
Berdasarkan tabel 4.21 diperoleh data sebanyak 41 responden (sebesar 52.6% )
menyatakan setuju bahwa narasumber dapat menceritakan kisah kehidupannya
dengan baik dan jelas kepada penonton, 17 orang responden atau (sebesar 21.8%)
menyatakan ragu-ragu. Responden yang menyatakan sangat setuju sebanyak 11
orang responden ( sebesar 14.1% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak
4 orang responden ( sebesar 5.1% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak
82
setuju sebanyak 5 orang responden (sebesar 6.4%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang
diperoleh 3.6282. Jika di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai
berikut :
4. Narasumber bisa atau dapat memberikan sisi berbeda dari dirinya
Tabel 4.20
Narasumber bisa atau dapat memberikan sisi berbeda dari dirinya
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid SANGAT SETUJU 3 3.8 3.8 3.8
TIDAK SETUJU 7 9.0 9.0 12.8
RAGU-RAGU 13 16.7 16.7 29.5
SETUJU 29 37.2 37.2 66.7
SANGAT SETUJU 26 33.3 33.3 100.0
Total 78 100.0 100.0
STS TS R S SS
1,8 2,6 3,4 4,2 1 5
3.62
83
Statistics
N Valid 78
Missing 0
Mean 3.8718
Berdasarkan tabel 4.22 diperoleh data sebanyak 29 responden (sebesar 37.2% )
menyatakan setuju bahwa narasumber bisa atau dapat memberikan sisi yang berbeda
dari dirinya, 26 orang responden atau (sebesar 33.3%) menyatakan sangat setuju.
Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 13 orang responden ( sebesar
16.7% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 orang responden (
sebesar 9.0% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 3 orang
responden (sebesar 3.8%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang diperoleh 3.8718. Jika
di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai berikut :
STS TS R S SS
1,8 2,6 3,4 4,2 1 5
3.87
84
4.4.2 Persepsi Terhadap Obyek Dimensi Cerita
1. Cerita yang mengangkat sisi berbeda dari narasumber
Tabel 4.21 Cerita yang mengangkat sisi berbeda dari narasumber
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid SANGAT TIDAK SETUJU
1 1.3 1.3 1.3
TIDAK SETUJU 6 7.7 7.7 9.0
RAGU-RAGU 13 16.7 16.7 25.6
SETUJU 38 48.7 48.7 74.4
SANGAT SETUJU 20 25.6 25.6 100.0
Total 78 100.0 100.0
Statistics
N Valid 78
Missing 0 Mean 3.8974
Berdasarkan tabel 4.23 diperoleh data sebanyak 38 responden (sebesar 48.7%
) menyatakan setuju bahwa cerita yang mengangkat sisi berbeda dari narasumber, 20
orang responden atau (sebesar 25.6%) menyatakan sangat setuju. Responden yang
menyatakan ragu-ragu sebanyak 13 orang responden ( sebesar 16.7% ). Sedangkan
yang menjawab tidak setuju sebanyak 6 orang responden ( sebesar 7.7% ), dan
terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 1 orang responden (sebesar
1.3%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang diperoleh 3.8974. Jika di masukan kedalam
rentang skala Likert dapat dilihat sebagai berikut :
85
2. Informasi yang diberikan bermanfaat
Tabel 4.22 Informasi yang diberikan bermanfaat
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SANGAT TIDAK SETUJU
5 6.4 6.4 6.4
TIDAK SETUJU 1 1.3 1.3 7.7
RAGU-RAGU 13 16.7 16.7 24.4
SETUJU 38 48.7 48.7 73.1
SANGAT SETUJU 21 26.9 26.9 100.0
Total 78 100.0 100.0
Statistics
N Valid 78
Missing 0 Mean 3.8846
STS TS R S SS
1,8 2,6 3,4 4,2 1 5
3.89
86
Berdasarkan tabel 4.24 diperoleh data sebanyak 38 responden (sebesar 48.7%
) menyatakan setuju bahwa Informasi yang diberikan bermanfaat, 21 orang
responden atau (sebesar 26.9%) menyatakan sangat setuju. Responden yang
menyatakan ragu-ragu sebanyak 13 orang responden ( sebesar 16.7% ). Sedangkan
yang menjawab tidak setuju sebanyak 1 orang responden ( sebesar 1.7% ), dan
terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 5 orang responden (sebesar
6.4%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang diperoleh 3.8846. Jika di masukan kedalam
rentang skala Likert dapat dilihat sebagai berikut :
STS TS R S SS
1,8 2,6 3,4 4,2 1 5
3.88
87
3. Cerita yang lebih dominan mengarah kepada perjalanan hidup
Table 4.23
Cerita yang lebih dominan mengarah kepada pengalaman hidup
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid SANGAT TIDAK SETUJU
1 1.3 1.3 1.3
TIDAK SETUJU 8 10.3 10.3 11.5
RAGU-RAGU 7 9.0 9.0 20.5
SETUJU 40 51.3 51.3 71.8
SANGAT SETUJU 22 28.2 28.2 100.0
Total 78 100.0 100.0
Statistics
N Valid 78
Missing 0 Mean 3.9487
Berdasarkan tabel 4.25 diperoleh data sebanyak 40 responden (sebesar 51.3% )
menyatakan setuju bahwa Informasi yang diberikan bermanfaat, 22 orang responden
atau (sebesar 28.2%) menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan ragu-
ragu sebanyak 7 orang responden ( sebesar 9.0% ). Sedangkan yang menjawab tidak
setuju sebanyak 8 orang responden ( sebesar 10.3% ), dan terakhir yang menyatakan
sangat tidak setuju sebanyak 1 orang responden (sebesar 1.3%) dan di peroleh Nilai
88
rata-rata yang diperoleh 3.9487. Jika di masukan kedalam rentang skala Likert dapat
dilihat sebagai berikut :
4.4.3 Persepsi Terhadap Obyek Dimensi Lokasi
1. Lokasi shooting selalu berada di dalam studio membuat
program tersebut terkesan monoton
Table 4.24 Lokasi shooting selalu berada di dalam studio membuat program tersebut
terkesan monoton
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SANGAT TIDAK SETUJU 4 5.1 5.1 5.1
TIDAK SETUJU 4 5.1 5.1 10.3
RAGU-RAGU 10 12.8 12.8 23.1
SETUJU 32 41.0 41.0 64.1
SANGAT SETUJU 28 35.9 35.9 100.0
Total 78 100.0 100.0
STS TS R S SS
1,8 2,6 3,4 4,2 1 5
3.94
89
Statistics
N Valid 78
Missing 0
Mean 3.9744
Berdasarkan tabel 4.26 diperoleh data sebanyak 32 responden (sebesar 41.0% )
menyatakan setuju lokasi shooting selalu berada di dalam studio membuat program
tersebut terkesan monoton, 28 orang responden atau (sebesar 35.9%) menyatakan
sangat setuju. Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 10 orang responden
( sebesar 12.8% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 4 orang
responden ( sebesar 5.1% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju
sebanyak 4 orang responden (sebesar 5.1%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang
diperoleh 3.9744. Jika di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai
berikut :
STS TS R S SS
1,8 2,6 3,4 4,2 1 5
3.97
90
2. Lokasi shooting yang di design sesuai dengan karakter host
program tersebut
Table 4.25
Lokasi shooting yang di design sesuai dengan karakter host program tersebut
Frequency Percent Valid
Percent Cumulative Percent
Valid SANGAT TIDAK SETUJU 1 1.3 1.3 1.3
TIDAK SETUJU 8 10.3 10.3 11.5
RAGU-RAGU 14 17.9 17.9 29.5
SETUJU 30 38.5 38.5 67.9
SANGAT SETUJU 25 32.1 32.1 100.0
Total 78 100.0 100.0
Statistics
N Valid 78
Missing 0 Mean 3.8974
Berdasarkan tabel 4.27 diperoleh data sebanyak 30 responden (sebesar 38.5% )
menyatakan setuju Lokasi shooting yang di design sesuai dengan karakter host
program tersebut, 25 orang responden atau (sebesar 32.1%) menyatakan sangat
setuju. Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 14 orang responden (
sebesar 17.9% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 8 orang
responden ( sebesar 10.3% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju
sebanyak 1 orang responden (sebesar 1.3%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang
91
diperoleh 3.8974. Jika di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai
berikut :
3.Lokasi shooting yang di design sesuai dengan karakter program
Tabel 4.26
Lokasi shooting yang di design sesuai dengan karakter program
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SANGAT TIDAK SETUJU 1 1.3 1.3 1.3
TIDAK SETUJU 6 7.7 7.7 9.0
RAGU-RAGU 18 23.1 23.1 32.1
SETUJU 32 41.0 41.0 73.1
SANGAT SETUJU 21 26.9 26.9 100.0
Total 78 100.0 100.0
STS TS R S SS
1,8 2,6 3,4 4,2 1 5
3.89
92
Statistics
N Valid 78
Missing 0
Mean 3.8462
Berdasarkan tabel 4.28 diperoleh data sebanyak 32 responden (sebesar 41.2% )
menyatakan setuju lokasi shooting yang di design sesuai dengan karakter program,
21 orang responden atau (sebesar 26.9%) menyatakan sangat setuju. Responden yang
menyatakan ragu-ragu sebanyak 18 orang responden ( sebesar 23.1% ). Sedangkan
yang menjawab tidak setuju sebanyak 6 orang responden ( sebesar 7.7% ), dan
terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 1 orang responden (sebesar
1.3%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang diperoleh 3.8462. Jika di masukan kedalam
rentang skala Likert dapat dilihat sebagai berikut :
STS TS R S SS
1,8 2,6 3,4 4,2 1 5
3.84
93
4.4.4 Persepsi Terhadap Obyek Dimensi Kostum
1. Kostum yang digunakan narasumber selalu terlihat mewah
Tabel 4.27
Kostum yang digunakan narasumber selalu terlihat mewah
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
SANGAT TIDAK SETUJU
3 3.8 3.8 3.8
TIDAK SETUJU 7 9.0 9.0 12.8
RAGU-RAGU 11 14.1 14.1 26.9
SETUJU 43 55.1 55.1 82.1
SANGAT SETUJU 14 17.9 17.9 100.0
Total 78 100.0 100.0
Statistics
N Valid 78
Missing 0
Mean 3.7436
94
Berdasarkan tabel 4.29 diperoleh data sebanyak 43 responden (sebesar 55.1% ) menyatakan setuju Kostum yang digunakan narasumber selalu terlihat mewah, 14 orang responden atau (sebesar 17.9%) menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 11 orang responden ( sebesar 14.1% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 orang responden ( sebesar 9.0% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 3 orang responden (sebesar 3.8%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang diperoleh 3.7436. Jika di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai berikut :
2. Kostum narasumber selalu menggambarkan pribadi si narasumber
Tabel 4.28 Kostum narasumber selalu menggambarkan pribadi si narasumber
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SANGAT TIDAK SETUJU
2 2.6 2.6 2.6
TIDAK SETUJU 7 9.0 9.0 11.5
RAGU-RAGU 13 16.7 16.7 28.2
SETUJU 38 48.7 48.7 76.9
SANGAT SETUJU 18 23.1 23.1 100.0
Total 78 100.0 100.0
STS TS R S SS
1,8 2,6 3,4 4,2 1 5
3.74
95
Statistics
N Valid 78
Missing 0
Mean 3.8077
Berdasarkan tabel 4.30 diperoleh data sebanyak 38 responden (sebesar 48.7%
) menyatakan setuju , Kostum narasumber selalu menggambarkan pribadi si
narasumber, 18 orang responden atau (sebesar 23.1%) menyatakan sangat setuju.
Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 13 orang responden ( sebesar
16.7% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 orang responden (
sebesar 9.0% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 2 orang
responden (sebesar 2.6%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang diperoleh 3.8077. Jika
di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai berikut :
STS TS R S SS
1,8 2,6 3,4 4,2 1 5
3.80
96
3.Kostum yang digunakan narasumber merupakan pakaian
Tabel 4.29 Kostum yang digunakan narasumber merupakan pakaian sendiri
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid SANGAT TIDAK SETUJU
4 5.1 5.1 5.1
TIDAK SETUJU 5 6.4 6.4 11.5
RAGU-RAGU 13 16.7 16.7 28.2
SETUJU 41 52.6 52.6 80.8
SANGAT SETUJU 15 19.2 19.2 100.0
Total 78 100.0 100.0
Statistics
N Valid 78
Missing 0
Mean 3.7436
Berdasarkan tabel 4.31 diperoleh data sebanyak 41 responden (sebesar 52.6%
) menyatakan setuju Kostum yang digunakan narasumber merupakan pakaian
sendiri, 15 orang responden atau (sebesar 19.2%) menyatakan sangat setuju.
Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 13 orang responden ( sebesar
16.7% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 5 orang responden (
sebesar 6.4% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 4 orang
responden (sebesar 5.1%) dan di peroleh Nilai rata-rata yang diperoleh 3.7436. Jika
di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai berikut :
97
4.4.5 Persepsi terhadap Obyek Dimensi Backsound
1. Backsound yang bisa menghidupkan suasana
Tabel 4.30
Backsound yang bisa menghidupkan suasana
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SANGAT TIDAK SETUJU 4 5.1 5.1 5.1
TIDAK SETUJU 5 6.4 6.4 11.5
RAGU-RAGU 5 6.4 6.4 17.9
SETUJU 41 52.6 52.6 70.5
SANGAT SETUJU 23 29.5 29.5 100.0
Total 78 100.0 100.0
STS TS R S SS
1,8 2,6 3,4 4,2 1 5
3.74
98
Statistics
N Valid 78
Missing 0 Mean 3.9487
Berdasarkan tabel 4.35 diperoleh data sebanyak 41 responden (sebesar 52.6%
) setuju bahwa Backsound yang bisa menghidupkan suasana, 23 orang responden
atau (sebesar 29.5%) menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan ragu-
ragu sebanyak 5 orang responden (sebesar 6.4% ). Sedangkan yang menjawab tidak
setuju sebanyak 5 orang responden ( sebesar 6.4% ), dan terakhir yang menyatakan
sangat tidak setuju sebanyak 4 orang responden (sebesar 5.1 %) dan diperoleh Nilai
rata-rata yang diperoleh 3.9487. Jika di masukan kedalam rentang skala Likert dapat
dilihat sebagai berikut :
STS TS R S SS
1,8 2,6 3,4 4,2 1 5
3.94
99
2. Setiap segmen diiringi oleh backsound yang tepat dan cocok
Tabel 4.31
Setiap segmen diiringi oleh backsound yang tepat dan cocok
Frequency Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SANGAT TIDAK SETUJU 2 2.6 2.6 2.6
TIDAK SETUJU 7 9.0 9.0 11.5
RAGU-RAGU 11 14.1 14.1 25.6
SETUJU 37 47.4 47.4 73.1
SANGAT SETUJU 21 26.9 26.9 100.0
Total 78 100.0 100.0
Statistics
N Valid 78
Missing 0
Mean 3.8718
Berdasarkan tabel 4.36 diperoleh data sebanyak 37 responden (sebesar 47.4%
) setuju, 21 orang responden atau (sebesar 26.9%) menyatakan sangat setuju.
Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 11 orang responden (sebesar
14.1% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak 7 orang responden (
sebesar 9.0% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 2 orang
responden (sebesar 2.6 %) dan diperoleh Nilai rata-rata yang diperoleh 3.8718. Jika
di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai berikut :
100
3. Backsound yang digunakan membuat penonton yang melihat lebih merasa empati
menyaksikan program tersebut
Tabel 4.32
Backsound yang digunakan membuat penonton yang melihat merasa lebih menikmati program tersebut
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid SANGAT TIDAK SETUJU 4 5.1 5.1 5.1
TIDAK SETUJU 4 5.1 5.1 10.3
RAGU-RAGU 15 19.2 19.2 29.5
SETUJU 31 39.7 39.7 69.2
SANGAT SETUJU 24 30.8 30.8 100.0
Total 78 100.0 100.0
STS TS R S SS
1,8 2,6 3,4 4,2 1 5
3.87
101
Statistics
N Valid 78
Missing 0
Mean 3.8590
Berdasarkan tabel 4.37 diperoleh data sebanyak 31 responden (sebesar 39.7%
) setuju Backsound yang digunakan membuat penonton yang melihat lebih merasa
lebih menikmati program tersebut, 24 orang responden atau (sebesar 30.8%)
menyatakan sangat setuju. Responden yang menyatakan ragu-ragu sebanyak 15
orang responden (sebesar 19.2% ). Sedangkan yang menjawab tidak setuju sebanyak
4 orang responden ( sebesar 5.1% ), dan terakhir yang menyatakan sangat tidak
setuju sebanyak 4 orang responden (sebesar 5.1 %) dan diperoleh Nilai rata-rata yang
diperoleh 3.8590. Jika di masukan kedalam rentang skala Likert dapat dilihat sebagai
berikut :
STS TS R S SS
1,8 2,6 3,4 4,2 1 5
3.85
102
4.6 Interpretasi Hasil Penelitian
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui persepsi penonton
terhadap program “Hitam Putih” di Trans 7 yang menampilkan sisi berbeda
dari narasumber. Berdasarkan dengan teori uses and gratification yang
dijelaskan peneliti di bab 2 bahwa, teori kegunaan dan kepuasan memandang
pengguna media mempunyai kesempatan untuk menentukan pilihan-pilihan
media sumber beritanya. Dalam hal ini, pengguna media berperan aktif dalam
kegiatan komunikasi untuk memenuhi kepuasannya. Teori ini memusatkan
perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan
(gratification) atas kebutuhan seseorang. Penerapan teori uses and
gratifications dalam penelitian ini adalah hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa para penonton program “Hitam Putih” sebagai pihak yang aktif dalam
proses komunikasi dan memutuskan untuk menggunakan atau memilih media
elektronik televisi untuk menyaksikan program Hitam Putih di TRANS 7.
Melalui program tersebut, penonton juga mendapatkan kepuasan karena
mendapatkan informasi dan nilai kehidupan.
Teori kedua yaitu teori persepsi yang memiliki arti suatu
pengintepretasian sebuah makna dan sudut pandang seorang terhadap suatu
hal atau keadaan yang terjadi di sekitarnya. Terkait dengan penelitian, yaitu
persepsi penonton tentang program Hitam Putih yang menampilkan sisi
berbeda dari narasumber, maka yang diteliti adalah bagaimana interprestasi
makna dan sudut pandang penonton “Hitam Putih” mengenai tema dalam
program tersebut yang menampilkan sisi berbeda dari narasumber.
103
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian , peneliti menarik garis besar simpulan dari inti dan hasil penelitian:
1. Dimana, pada kenyataanya warga Rt 002 / Rw 10 Perumahan Banjar
Wijaya menyatakan setuju bahwa Program Hitam Putih di TRANS7 selalu
membahas narasumber yang selalu menampilkan sisi lain dari dirinya. Banyak dari
responden penelitian yang banyak setuju bahwa narasumber berstatus menengah
keatas. Dari situ dapat ditarik kesimpulan bahwa Program “Hitam Putih” di TRANS
7 selalu memperlihatkan atau mempertontonkan sisi lain dari narasumber seperti
kisah hidupnya dan banyak narasumber berstatus menengah keatas.
2. Melalui hasil dari penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa
program Hitam Putih dapat menimbulkan reaksi dari penonton untuk memberikan
tanggapan dan pandangan.
104
5.2 Saran
Dari hasil temuan masalah yang didapati dalam penelitian ini, maka peneliti
ingin memberikan saran yang berguna .
5.2.1 Praktis
Pihak stasiun TV diharapkan bertanggung jawab moral terhadap acara ini,
bukan sebatas menjadikan narasumber sebagai obyek tayangan dan sementara
memberikan peluang bagi pihak lain untuk mencari keuntungan. Dalam hal ini yang
dirugikan justru obyek tayangan, yaitu si narasumber dan peneliti berharap para
stasiun TV sadar bahwa misi mereka menayangkan acara semacam itu bukan semata
komersil, tapi terlebih lagi adalah sebagai informasi, hiburan dan kemanusiaan.
5.2.2 Akademis
Peneliti berharap skripsi ini berguna sebagai tolak ukur dan alat bantu
penelitian berikutnya dan semoga skripsi ini dapat memberikan inspirasi bagi peneliti
selanjutnya dan dapat menjadi referensi teori serta acuan teori untuk penelitian
berikutnya.
105
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto. (2009). Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Refika Offset.
Ardianto, Elvinaro, & Erdinaya, L. K. (2004). Komunikasi Massa Suatu Pengantar.
Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Arikunto, S. (2007). Manajemen Penilitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Babbie, E. (2002). the practice of social research. california: woolworth.
Baksin, A. (2006). Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktik. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Baran, S. J., & Davis, D. K. (2000). Mass Communication Theory: Foundation,
Ferment, and Future ed. 2nd. USA: wadsworth.
Bittner. (1980). Mass Communication an Introduction Engelwood Cliffs. New
Jersey.
Bungin, B. (2009). Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Cangara, H. (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
__________ (2003). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Effendy, O. U. (2003). Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Gerbner, G. (1967). Mass Media and Human Communication Theory. New York:
Holt, Rinehart, & Winston.
Keith, R., & John, B. E. (1990). The mass comunication process. S.Alexis: Hunt
Publishing Company.
Morissan. (2003). Jurnalistik Televisi Mutakhir. Jakarta : Ghalia Indonesia.
Morissan, Corry, A., & Farid. (2010). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Ghalian
Indonesia.
Mussa, & Nurfitri. (2000). Metode Penelitian. Jakarta: Fajar Agung.
Nawawi, H. (2005). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nurudin, D. N. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. DKI Jakarta.
Rakhmat, J. (1997). Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya
__________ (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ridwan. (2009). Rumus dan Data Dalam Analisis Statistik. Bandung: Alfabeta.
_______(2006). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: CV Alfabeta.
106
Robin. (2003). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Rukmananda, N. (2004). Menjadi Sutradara Televisi. Gramedia Widiasarana.
Ruslan, R. (2006). Metode Penulisan Publik Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Soenarto, r. (2007). Programa Televisi dari Penyusunan Sampai Pegaruh Siaran.
jakarta: FFTV-IKJ Press.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D / ABT. Cetakan
ketujuh. Bandung: Alfabeta.
_________(2002). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: CV Alfabeta.
_________ (2006). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.
_________ (2005). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta.
Suprapto, T. (2006). Pengantar Teori Komunikai. Yogyakarta: Media Pressindo.
Wibowo, F. (2009). Teknik Produksi Program Televisi. Yogyakarta: Pinus.
Wiryanto. (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Grasindo Anggota Ikapi.
Wiryanto. (2000). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Grasindo.
Sumber Lainnya : www.trans7.co.id
Top Related