BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha untuk menumbuh kembangkan
potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan
memfasilitasi kegiatan belajar mengajar mereka. Dalam UU RI Nomor 20
tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional BAB I pasal I (1) pendidikan
didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian
diri kepribadian, kecerdasan akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa dan negara. Pendidikan memiliki peran strategis
untuk membentengi peserta didik sebagai penerus bangsa, memberikan basic
perilaku untuk saling menghormati masyarakat yang ada, memberikan
pencerahan terhadap perilaku yang menyimpang yang merugikan bangsa dan
negara, serta mampu menyiapkan peserta didik sebagai warga negara yang
baik,bertanggung jawab serta mampu menjadi warga negara yang mau dan
mampu membela bangsanya dan mengamankan aset-aset bangsanya.
Terbentuknya individu yang nasionalis haruslah ditata sedini mungkin,
setiap jenjang sekolah haruslah menanamkan rasa nasionalisme kepada para
anak didiknya. Dalam kehidupan manusia pendidikan mempunyai peran
strategis untuk membentengi peserta didik sebagai penerus bangsa,
1
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
2
2
memberikan basic perilaku untuk saling menghormati masyarakat yang ada,
memberikan pencerahan terhadap perilaku yang menyimpang yang merugikan
bangsa dan negara, serta mampu menyiapkan peserta didik sebagai warga
negara yang baik, bertanggung jawab serta mampu menjadi warga negara
yang mau dan mampu membela bangsanya dan mengamankan aset-aset
bangsanya. Dalam hal ini generasi muda merupakan sosok individu yang
sangat berkompeten dalam menentukan maju mundurnya suatu bangsa, karena
hal tersebut akan membawanya kearah kemajuan diri dari bangsanya.
Masalah serius yang dihadapi bangsa Indonesia setelah proklamasi
kemerdekaan, adalah masalah pembangunan dan pembinaan bangsa (nation
and character building). Sebagai masyarakat majemuk, bangsa Indonesia
harus menghadapi realita sosial menyangkut keberagaman suku bangsa, ras,
bahasa, agama, adat istiadat, lapisan sosial, kesenjangan ekonomi, dan
masalah-masalah sosial lain yang sangat kompleks. Kita harus mengingat
berdasarkan pancasila bahwa dasar negara kita tidak ditentukan oleh suku
mayoritas, bahasa kesukuan mayoritas maupun agama mayoritas, tapi kita
adalah negara yang menyemaikan secara indah semua kebudayaan, agama
dan kepercayaan yang ada.
Dalam upaya membentuk dan menjaga keberagaman dalam keserasian
itu diperlukan berbagai upaya yang dapat membina sikap-sikap positif yang
saling menghormati, menghargai, mengakui eksistensi, dan kerjasama diantara
berbagai keanekaragaman tersebut.
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
3
3
Kita sungguh miris melihat sikap dan tingkah laku pelajar pada masa
sekarang ini, dalam hal kedisiplinan, ketaatan pada peraturan, penghormatan
pada lambang-lambang negara semakin menurun pada saat upacara bendera
hari senin masih saja ada siswa yang asik mengobrol dan bahkan tawuran
antar pelajar pelajar tidak luput dari kemirisan nasionalisme tersebut. Terkait
dari inilah Indonesia perlu berbenah dan menengok kebelakang bahwa bangsa
Indonesia mengalami perubahan drastis untuk menghargai dan menghormati
bangsanya sendiri. Untuk itulah sekolah sebagai suatu lembaga lembaga
pendidikan harus bisa meminimalisir berbagai tindakan buruk para penerus
bangsa agar mereka tidak lagi merusak nasionalisme bangsa.
Selain itu pada tahun-tahun yang lalu ada negara yang mengklaim lagu
Rasa Sayange, tarian Reog Ponorogo, Batik, alat musik Angklung ini
menandakan bahwa jiwa dan rasa nasionalisme negara kita sangat rendah,
karena mengapa setelah di klaim kita baru merasa kehilangan dan merasa
cemas bila ada hasil cipta, rasa dan karsa kita di klaim oleh negara lain.
Kemiskinan dan ketidaksejahteraan menyebabkan perpindahan
kewarganegaraan sejumlah WNI di daerah perbatasan lebih memilih ke negara
tetangga dikarenakan kurangnya perhatian dari pemerintah pusat, pemerintah
kurang adil. Faktor ekonomi dan budaya memang sangat berperan dalam rasa
nasionalisme bangsa Indonesai karena bagaimana akan bisa membanggakan
bangsa dan negara ini jika kemiskinan masih banyak, pengangguran masih
numpuk, tingkat kriminalitas makin tinggi. Orang pun akan memikirkan dua
kali jika mugkin ditanyakan apakah anda cinta dengan bangsa dan negara
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
4
4
ini?Tapi tentunya pendapat orang berbeda tergantung dari pemikiran mereka,
akan tetapi sebagain masyarakat Indonesiakan masih berada di garis
kemiskinan.
Contoh lainnya yang bisa dibilang mengurangi dan mengotori rasa
nasionalisme adalah dimana banyaknya kasus korupsi bahkan kolusi dan
nepotisme yang jelas sekali membuat negara ini tetap dalam keadaan terpuruk.
Bagaimana mungkin orang yang benar mempunyai rasa nasionalisme yang
tinggi dapat menguras harta yang bukan haknya. Harta yang seharusnya untuk
kemakmuran masyarakat. Apalagi kasus-kasus yang menyangkut para elit
politik dan orang nomor sekian di Indonesia. Itu sudah menodai nasionalisme.
Ditambah lagi perbedaan sedikit saja di negeri ini bisa jadi masalah
besar. Contohnya dalam masalah supporter sepak bola yang sering terjadi
kerusuhan, pengrusakan dan tawuran antar supporter, rasisnya para suporter.
Kapan bangsa Indonesia ini akan dewasa dan memiliki jiwa nasionalisme
yang tinggi jika adanya perbedaan sedikit saja bisa jadi masalah besar?
Dalam Azam dan Ju Lan(2011; 15), Azyumardi Azra berpendapat
bahwa akhir-akhir ini perkembangan lain dari Nasionalisme Indonesia yaitu a)
melalui penerapan otonomisasi dan desentralisasi sejak 2004 yang cenderung
menonjolkan semangat kedaerahan tidak jarang berimplikasi terjadinya
konflik dan kekerasan antar etnik pada lokalitas tertentu, b) adanya
kecenderungan meningkatnya arus dan gerakan islam tradisional yang
menolak bukan hanya nasionalisme Indonesia, melainkan juga negara bangsa
Indonesia dan sebagai gantinya menawarkan Khalifah atau entitas politik
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
5
5
tunggal bagi seluruh umat Islam di alam jagad raya ini. Terlebih lagi jika kita
mengikuti pendapat Francisia Seda yang melihat bahwa globalisasi telah
mempengaruhi segi-segi politik, ekonomi, dan sosial dalam suatu masyarakat
atau bangsa yang pada gilirannya bisa menjadi ancaman terhadap
nasionalisme. Proses globalisasi yang di dorong oleh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi mampu melampaui batas ruang dan waktu antara
lain dapat dilihat dari peran dan pengaruhnya dalam memperkuat pasar di
tingkat global. Proses globalisasi yang digerakan oleh pasar tersebut dapat
menguatkan dan kemandirian atau otonomi komunitas lokal atau daerah yang
pada tataran dan saat tertentu bukan tidak mungkin dapat mengimbangi
bahkan mengungguli kekuatan negara bangsa.
Oleh sebab itu generasi muda merupakan generasi penerus bangsa
yang harus ditanamkan rasa nasionalisme yang kuat agar mereka tahu betapa
pentingnya perjuangan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik dari
sebelumnya. Lembaga-lembaga pendidikan berperan penting memberi bekal
penalaran kepada masyarakat agar dapat menilai mana- mana dari tradisi yang
berhenti karena tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman, mana yang
berlanjut dan mana yang berubah bentuk.
Tanpa pendidikan, seleksi tidak mungkin terjadi, karena nilai- nilai
budaya suatu bangsa hanya dapat dijaga dan diwariskan melalui pendidikan.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa pendidikan merupakan suatu alat yang dapat
menjaga kelestarian budaya. Melalui pendidikan suatu bangsa akan mampu
mengaktualkan nilai budaya bangsa. Tujuaan yang hendak dicapai melalui
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
6
6
pendidikan secara nasional, antara lain bahwa pendidikan nasional harus
mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa nasionalisme, mempertebal
semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial. Dengan menanamkan
sikap nasionalisme diharapkan siswa tumbuh menjadi manusia yang dapat
mengisi dan mempertahankan bangsa dan negaranya.
Pembelajaran sejarah, terutama pembelajaran sejarah nasional adalah
salahsatu diantara sejumlah pembelajaran, mulai dari SD sampai dengan SMA
yang mengandung tugas menanamkan semangat berbangsa dan bertanah air.
Tugas pokok pembelajaran sejarah adalah dalam rangka character building
peserta didik. Pembelajaran sejarah akan membangkitkan kesadaran empati
(empatic awareness) dikalangan peserta didik, yaitu sikap simpati dan
toleransi terhadap orang lain yang disertai dengan kemampuan mental dan
sosial untuk mengembangkan imajinasi dan sikap kreatif, inovatif serta
partisipatif. Kesadaran empatik merupakan kecakapan sosial yang
berkemampuan membentuk kesadaran dan solidaritas.Sedangkan toleransi
akan mendidik siswa untuk menanamkan sikap demokratif berjiwa besar
dalam mengharagai dan menghormati pendapat orang lain.
Dalam menumbuhkan rasa nasionalisme peran di setiap jenjang
sekolah sangatlah penting, guru sejarah dituntut untuk meningkatkan rasa
nasionalisme kepada para peserta didiknya. Guru harus lebih kritis dan aktif
dalam menjalankan tugasnya, pembinaaan terhadap mereka menjadikan guru
bukan sekedar pelaksana teknis, melainkan seorang tugas professional yang
mengerti dan memahami bagaimana seharusnya memberi layanan belajar
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
7
7
kepada peserta didiknya dan guru harus bertanggung jawab atas praktek
mengajarnya dan atas apa yang dipelajari siswa-siswanya. Sekolah memiliki
kecenderungan untuk pengupayaan perubahan- perubahan tingkah laku yang
merupakan cerminan dari setiap individu yang bernaung dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas, secara umum
masalah yang menjadi inti penelitian dalam penelitian ini adalah bagaimana
peranan guru Sejarah dalam peningkatan nasionalisme terhadap siswa. Dari
rumusan masalah tersebut, peneliti kemudian merinci menjadi empat sub
masalah penelitian yaitu:
1. Bagaimanamata pelajaran Sejarah mengkaji nilai-nilai nasionalisme
2. Bagaimana strategi pembelajaran penanaman rasa nasionalisme yang
dilakukan guru sejarah kepada setiap anak didiknya.
3. Apakah ada hambatan yang dialami oleh guru Sejarah dalam
meningkatkan rasa nasionalisme tersebut.
4. Bagaimana hasil yang dicapai oleh guru sejarah dalam meningkatkan rasa
nasionalisme
C. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan guru
Sejarah dalam peningkatan sikap nasionalisme. Kemudian peneliti merinci
menjadi empat sub tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui:
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
8
8
1. Bagaimanamata pelajaran Sejarah mengkaji nilai-nilai nasionalisme
2. Bagaimana strategi pembelajaran penanaman rasa nasionalisme yang
dilakukan guru Sejarah kepada setiap anak didiknya
3. Apakah ada hambatan yang dialami oleh guru Sejarah dalam
meningkatkan rasa nasionalisme tersebut.
4. Bagaimana hasil yang dicapai oleh guru Sejarah dalam meningkatkan rasa
nasionalisme
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber
referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai penanaman rasa
nasionalisme melalui pembelajaran sejarah dapat menjadi bahan masukan
bagi pengembang kurikulum dalam penyempurnaan materi Sejarah yang
bermuatan dengan nasionalisme yang bisa meningkatkan sikap yang
positiv bagi siswa Sekolah Menengah Atas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan minat belajar Sejarah
2) Menambah wawasan dan pemahaman mengenai nasionalisme.
b. Bagi Guru
1) Meningkatkan kualitas guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar dalam mata pelajaran Sejarah.
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
9
9
2) Mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi dalam
pembelajaran Sejarah dalam peningkatan sikap nasionalisme siswa.
3) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman dalam
ruang lingkup yang lebih luas guna menunjang profesinya sebagai
guru.
c. Bagi Sekolah
1) Diharapkan menjadi bahan masukan bagi sekolah dalam
melaksanakan segala kebijakannya supaya lebih mengarah pada
pembinaan sikap dan perilaku terutama dalam pembinaan sikap
nasionalisme siswa.
2) Pengembangan jaringan dan kerjasama strategis antara sekolah
dengan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengembangan
sekolah.
d. Bagi Akademis
1) Memberi manfaat yang besar dalam melatih berpikir ilmiah
melalui penelitian.
2) Sebagai bekal bagi peneliti dalam melaksanakan tugas sebagai
tenaga pendidik.
3) Memperoleh wawasan dan pemahaman baru mengenai salah satu
aspek yang penting dalam peningkatan kualitas pendidikan di
Indonesia saat ini yaitu pendidikan yang mengacu karakter dan
budaya bangsa khususnya nasionalisme.
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
10
10
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka dalam penelitian berfungsi untuk menggambarkan
hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan sehingga dapat dijadikan pijakan
bagi penelitian selanjutnya, terutama untuk menyempurnakan kekurangannya.
Pada kesempatan ini penelitimencoba mengambil beberapa hasil penelitian
yang peneliti anggap juga relevan dengan judul penelitian “Penanaman Rasa
Nasionalisme Melalui Pembelajaran Sejarah Pada Siswa Kelas XI IPS di SMA
Negri Jatilawang Tahun Pelajaran 2013/2014” yang di dalamnya membahas
tentang bagaimana guru memberikan materi nasionalisme kepada siswa agar
dapat meningkatkan rasa nasionalisme.” yang didalamnya membahas
bagaimana penanaman rasa nasionalisme melalui pembelajaran Sejarah di
SMA Negeri Jatilawang, antara lain seperti hasil penelitian Tegar Pambayun,
Zulfikar Awaludin.
Pada hasil skripsi milik Tegar Pambayun dengan judul Penanaman
Rasa Nasionalisme di SMP Negeri 2 Kalbagor Tahun Pelajaran 2012/2013
membahas tentang penanaman nilai-nilai Nasionalisme melalui kegiatan
formal dan non fomal di lingkungan sekolah. Skripsi yang berjudul Peranan
Pembelajaran IPS Sejarah Dalam Peningkatan Sikap Nasionalisme Siswa di
SMP Negeri 2 Kutasari Tahun ajaran 2011/2012 yang dibuat oleh Zulfikar
Awaludin berisi tentang peran serta guru mata pelajaran IPS dalam
meningkatkan rasa nasionalisme siswa-siswa di SMP N 2 Kutasari. Hasil
penelitiannya lebih mengerucut pada peran guru mata pelajaran IPS dalam
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
11
11
menanamkan rasa nasionalisme melalui kegiatan belajar mengajar dengan
metode ceramah bervariasi, Tanya jawab dan CTL.
Berdasarkan penelitian diatas sekiranya ada dan memiliki persamaan
dari hasil penelitian yang nanti akan muncul di dalam pembahasan yang
peneliti kerjakan. Namun yang membedakan dalam penelitian yang peneliti
kerjakan adalah untuk mengetahui bagaimana penanaman rasa nasionalisme
melalui pembelajaran Sejarah. Penelitian ini akan mengupas bagimana strategi
yang guru terapkan dalam meningkatkan rasa nasionalisme siswa melalui
pelajaran Sejarah.
Jelas kiranya penelitian mengenai nasionalisme, kiranya sangat penting
demi generasi muda yang akan melanjutkan cita-cita bangsa dan menjaga
keutuhan NKRI.
F. Kajian Teori dan Pendekatan
1. Pengertian Sejarah
Sejarah adalah gambaran tentang peristiwa-peristiwa masa lampau
yang dialami oleh manusia, disusun secara ilmiah meliputi aturan waktu
diberi tafsiran dan analisa kritis sehingga mudah dipahami dan dimengerti.
(Hugiono dan PK Poerwantana.1987;9). Sedangkan Aman (2011;15)
mengemukakan bahwa sejarah adalah gambaran masalalu tentang manusia
dan sekitarnya sebagai makhluk sosial, yang disusun secara ilmiah dan
lengkap, meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
12
12
penjelasan, yang memberi pengertian dan kepahaman tentang apa yang
telah berlalu itu.
Sementara itu konsep dasar sejarah dan pelajaran sejarah di
sekolah di jelaskan dalam Permen Diknas No. 22 tahun 2006 tentang
Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa sejarah
merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal usul dan
perkembangan serta peranan masayarakat di masa lampau berdasarkan
metode dan metodologi tertentu. Terkait dengan pendidikan dasar hingga
menengah pengetahuan masa lampau tersebut mengandung nilai-nilai
kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk
sikap, watak dan kepribadian peserta didik (Aman. 2011; 13)
2. Fungsi/ Manfaat Sejarah.
Mempelajari sejarah bukan sekedar hapalan atau hanya sekedar
cerita tentang suatu peristiwa besar yang kemudian dilupakan dan tanpa
memperoleh pemahaman sedikitpun.Peristiwa sejarah pasti mengandung
nilai. Nilai pembelajaran sejarah apa yang kita peroleh dapat dipergunakan
pendapat Kochhar di bawah ini.Nilai keilmuan, sejarah memberikan
pelatihan mental yang sangat bagus.
a. Nilai informatif, sejarah merupakan pusat informasi yang lengkap dan
menyediakan panduan untuk menemukan jalan keluar dari semua
masalah yang dihadapai manusia.
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
13
13
b. Nilai pendidikan, salah satu alasan terbaik untuk mengajarkan sejarah
kepada anak-anak adalah nilai pendidikan yang terkandung
didalamnya.
c. Nilai etika, sejarah dianggap sebagai bagian yang sangat penting dalam
kurikulum sekolah, terutama dalam hal pembelajaran moralitas.
d. Nilai budaya, sejarah dapat menjadi instrumen yang sangat efektif
untuk membuat pikiran manusia lebih berbudaya.
1) Nilai politik, sejarah juga membantu perpolitikan di negri kita.
2) Nilai nasionalisme, sebagai instrument penggugah rasa cinta tanah
air dalam pikiran anak-anak.
3) Nilai Internasional, sejarah sangat berharga bagi pengembangan
akar Internasionalisme yang rasional. Nilai kerja, sejarah memiliki
nilai kerja. Berbagai pekerjaan terbuka bagi mereka yang menjadi
sejarawan berkualitas.
4) Nilai kependidikan, sejarah tidak hanya membantu para siswa dari
berbagai umur dan kemampuan untuk menemukan posisi mereka di
masa sekarang dengan cara menciptakan “hubungan yang
menentramkan” dengan masa lampau, namun juga secara tidak
langsung mengandung filsafat tentang asal-usul yang bermakna
dimasa lalu dan tujuan yang bermakna di masa depan, yang
menjadi alasan bagi kerja keras manusia dimasa sekarang
(http://fnong.wordpress.com/2009/01/09/sejarah-hakekat-dan-
ruanglingkup.html 2 Februari 2014 pukul 14.04).
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
14
14
3. Tujuan Mata Pelajaran Sejarah di SMA
Peraturan Mendiknas No. 22 tahun 2006 Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah menyebutkan bahwa mata pelajaran
sejarah di SMA secara rinci memiliki lima tujuan agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut;
a. Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan
tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini
dan masa depan
b. Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami faktor sejarah
secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan
metodologi keilmuan.
c. Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peaserta didik terhadap
peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia dimasa
lampau.
d. Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya
bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses
hingga masa kini dan masa yang akan datang
e. Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian
bangsa Indonesia yang memiliki rasa banggga dan cinta tanah air yang
dapat diimlementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik
nasional maupun Internasional(Aman. 2006: 254)
Kelima tujuan tersebut pada prinsipnya memiliki tujuan penting
untuk membentuk dan mengembangkan tiga kecakapan peserta didik,
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
15
15
yaitu kemampuan akademik, kesadaran sejarah, dan nasionalisme. (Aman.
2011;58)
4. Karakteristik Mata Pelajaran Sejarah di SMA
Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah
tentang asal usul dan perkembangan serta peranan masyarakat di masa
lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu.Pelajaran sejarah
memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa
yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Secara substantive, materi
sejarah meliputi;
1. Nasionalisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses
pembentukan watak dan kepribadian peserta didik.
2. Memuat kasanah mengenai peradaban bangsa- bangsa, termasuk
peradaban bangsa Indonesia. Materi tersebut merupakan baghan
pendidikan yang mendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan
peradaban bangsa Indonesia di masa depan.
3. Menenamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serat solidaritas
untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi
bangsa.
4. Sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi
krisis multi dimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari- hari.
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
16
16
5. Berguna untuk menamkan dan mengembangkan sikap bertanggung
jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan
hidup. (Aman. 2011; 56)
Adapun ruang lingkup materi sejarah berdasarkan peraturan
Mendiknas No. 22 tahun 2006 Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar
dan Menengah mata pelajaran sejarah untuk sekolah menengah atas
meliputi aspek-aspek yaitu : Prinsip dasar ilmu sejarah, peradaban awal
masyarakat dunia dan Indonesia, perkembangan negara- negara tradisional
Indonesia, Indonesia pada masa penjajahan, pergerakan kebangsaan, dan
proklamasi dan perkembangan negara Indonesia (Aman dalam buku
Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah .2011:101-102).
5. Kinerja Guru Sejarah
Dalam pembelajaran sejarah menurut Aman dalam Wiriatmaja
dalam buku Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah (1992:66) 2011;95,
mengatakan bahwa variable guru merupakan faktor penting bagi
keberhasilan pembelajaran sejarah. Kinerja guru adalah faktor penting
dalam mewujudkan kualitas pembelajaran. Guru yang memiliki kenerja
baik akan mampu menyampaikan pelajaran yang baik dan bermakna,
mampu memotivasi peserta didik, terampil dalam memanfaatkan media,
mampu membimbing dan mengarahkan siswa dalam pembelajaran
sehingga siswa akan memiliki semangat dalam belajar,senang dalam
proses pembelajaran, dan merasa mudah memahami matreri pelajaran
yang di sampaikan oleh guru (Aman. 2011:96).
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
17
17
6. Penilaian Hasil Belajar Mata Pelajaran Sejarah
Hasil belajar mata pelajaran sejarah mencakup kecakapan
akademik, kesadaran sejarah, dan nasionalisme.Kecakapan akademik
menyangkup ranah kognitif yang mengacu pada standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang dikembangkan dalam pembelajaran yang
bersumber dari kurikulum yang berlaku. Penilaian kesadaran sejarah
meliputi kemampuan: 1) menghayati makna dan hakekat sejarah bagi
masa kini dan masa yang akan datang, 2) mengenal diri sendiri dan
bangsanya, 3) mebudayakan sejarah bagi pembinaan budaya bangsa, 4)
menjaga peninggalan sejarah bangsa. Sedangkan aspek nasionalisme
menyangkut: 1) perasaan bangga siswa sebagai bangsa Indonesia, 2) rasa
cinta tanah air dan bangsa, 3) rela berkorban demi bangsa, 4) menerima
kemajemukan, 5) bangga pada budaya yang beraneka ragam, 6)
menghargai jasa para pahlawan, 7) mengutamakan kepentingan umum
(Aman. 2011:77)
7. Nasionalisme
Menurut (Hans Kohn dalam Sumantri 1984: 11) menjelaskan
bahwa nasionalisme merupakanpaham yang berpendapat bahwa kesetiaan
tertinggi individu harus diserahkan pada negara kebangsaan. Perasaan
yang sangat mendalam akan suatu ikatan yang erat dengan tanah tumpah
darahnya, dengan tradisi-tradisi setempat dan penguasa-penguasa resmi di
daerahnya selalu ada di sepanjang sejarah dengan kekuatan yang berbeda-
beda.
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
18
18
Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu
bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta
kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa
tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa itu
sendiri. Nasionalisme merupakan jiwa bangsa Indonesia yang akan terus
melekat selama bangsa Indonesia masih ada. Nasionalisme bukanlah suatu
pengertian yang sempit bahkan mungkin masih lebih kaya lagi pada zaman
ini.(http://pancasila.weebly.com/pengertian-nasionalisme.html diakses 28
Januari 2014 pukul 15.45)
Adapun pendapat para ahli yang mengemukakan pengertian
nasionalisme yaitu sebagai berikut:
a. Menurut Anthony D. Smith (2003: 10) merupakan suatu ideologi yang
meletakan bangsa di pusat masalahnya dan berupaya mempertinggi
keberadannya.
b. Menurut L. Stoddard: Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang
dimiliki oleh sebagian terbesar individu di mana mereka menyatakan
rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama di dalam
suatu bangsa.
c. Menurut Dr. Hertz dalam bukunya yang berjudul Nationality in
History and Politics mengemukakan empat unsur nasionalisme, yaitu:
1) Hasrat untuk mencapai kesatuan. 2) Hasrat untuk mencapai
kemerdekaan. 3) Hasrat untuk mencapai keaslian. 4) Hasrat untuk
mencapai kehormatan bangsa. Dari definisi itu nampak bahwa negara
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
19
19
dan bangsa adalah sekelompok manusia yang: a) memiliki cta-cita
bersama yang mengikat warga negara menjadi satu kesatuan; b)
memiliki sejarah hidup bersama sehingga tercipta rasa senasib
sepenanggungan; c) memiliki adat, budaya, dan kebiasaan yang sama
sebagai akibat pengalaman hidup bersama; d) menempati suatu
wilayah tertentu yang merupakan kesatuan wilayah; dan e). teroganisir
dalam suatu pemerintahan yang berdaulat sehingga mereka terikat
dalam suatu masyarakat hukum.
d. Selanjutnya menurut Louis Sneyder. Nasionalisme adalah hasil dari
perpaduan faktor-faktor politik, ekonomi, sosial, dan intelektual.
(http://bestudy.wordpress.com/2012/11/25/pengertian-nasionalisme-
menurut-beberapa-tokoh/ diakses pada 4 Februari 2014 pukul 19.21
WIB)
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
nasionalisme adalah sikap dan paham seseorang yang muncul dari dalam
hati bagaimana ia menunjukkan rasa kesetiaanya kepada tanah air, tumpah
darah negaranya dengan melihat pejuang memperjungkan kemerdekaan
dari para penjajah untuk membentuk negara yang bersatu, berdaulat, adil
dan makmur
8. Sikap Nasionalisme
Sikap nasionalisme merupakan sesuatu yang dimiliki oleh setiap
orang untuk membentuk suatu negara nasional, mengutamakan
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
20
20
kepentingan umum diatas kepentingan pribadi atau golongan. Sikap
nasionalisme terbentuk atas dasar persamaan nasib atau atas dasar
persamaan wilayah.Sikap nasionalisme juga dapat diartikan sebagai
perasaan yang sangat mendalam dalam suatu ikatan yang erat dengan
tanah tumpah darahnya dan didasarkan atas persamaan bahasa, warna kulit
kebudayaan, adat istiadat, agama dan ras serta persamaan cita- cita
semangat dan keinginan.
Cinta tanah air dan bangsa atau negara juga amerupakan contoh
sikap nasionalisme yang harus dimiliki oleh kita sebagai warga negara
yang baik.Sikap ini merupakan cerminan sikap nasionalisme yang
diharapkan tumbuh dalam jiwa generasi-generasi penerus bangsa.Selain
itu sikap mengutamakan kepentingan negara sendiri baik secara sosial
politik dan ekonomi (termasuk didalamnya kesejahteraan rakyat) menjaga
dan melestarikan budaya tradisi dari etnis yang ada pada negara tersebut.
Sikap nasionalisme menurut Aman dalam buku Model Evaluasi
Pembelajaran Sejarah (2011:141) penilaian sikap dan tingkah laku siswa
yang merujuk pada loyalitas pengabdian terhadap bangsa dan negaranya.
Oleh sebab itu yang dimaksud dengan sikap nasionalisme siswa dalam
pengetian ini adalah sikap menunjukkan kemauan, kesanggupan para
siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam berbagai program sekolah
dalam menumbuhkan rasa naasionalisme siswa.hal ini tentunya telah
diatur oleh sekolah dimana guru di sekolah akan membimbing dan
mengarahkan kepada sisiwa dalam rangka memberikan bimbingan dan
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
21
21
pendidikan yang baik tentang bagaimana menghargai bangsa sendiri
hingga tercipta suatu kehidupan warga sekolah yang tahu dan sadar
tentang hak dan kewajibannya sebaga warga negara yang baik untuk
kemakmuran dan kejayaan bangsanya.
Agar bisa menerapkan sikap nasionalisme yang luas tersebut lebih
baik dimulai dari lingkungan sekolah. Artinya segala tindakan yang
menunjukkan kecintaan, penghormatan dan pengakuan terhadap
sekolahnya, menjaga nama baik sekolahnya menjaga dirinya sendiri dan
perbuatan lainnya adalah wujud nasionalisme yang dapat di pertanggung
jawabkan.
9. Bentuk-Bentuk Nasionalisme
a. Nasionalisme Kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah
sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran politik
dari penyertaan aktif rakyatnya, “kehendak rakyat”, “perwakilan
politik”
b. Nasionalisme Etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara
memperoleh kebenaran politik dari budaya asal atau etnis sebuah
masyarakat.
c. Nasionalisme Romantik (juga disebut nasionalisme organik,
nasionalisme identitas) adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana
negara memperoleh kebenaran politik secara semula jadi (“organik”)
hasil dari bangsa atau ras, menurut semangat romantisme.
Nasionalisme romantik adalah bergantung kepada perwujudan budaya
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
22
22
etnis yang menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka
untuk konsep nasionalisme romantik.
d. Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme di mana negara
memperoleh kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya
“sifat keturunan” seperti warna kulit, ras dan sebagainya.
e. Nasionalisme Kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan,
selalu digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik
adalah kuat sehingga diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal
dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri itu selalu kontras dan berkonflik
dengan prinsip masyarakat demokrasi. Penyelenggaraan sebuah
„national state‟ adalah suatu argumen yang ulung, seolah-olah
membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri.Nasionalisme
agama ialah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh
legitimasi politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya
nasionalisme etnis adalah dicampuradukkan dengan nasionalisme
keagamaan.
(http://muhamadsyani.wordpress.com/2011/04/18/pendidikan-
kewarganegaraan-patriotisme-nasionalisme/ diakses 6 Februari 2014
pukul 07.25 WIB)
10. Unsur-unsur nasionalisme Indonesia mencakup hal-hal seperti berikut:
a. Kesatuan (unity) yang mentransformasikan hal-hal yang Bhinneka
menjadi seragam sebagai konsekuensi dari proses integrasi. Tetapi
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
23
23
persatuan dan kesatuan tidak boleh disamakan dengan penyeragaman
dan keseragaman.
b. Kebebasan (liberty) yang merupakan keniscayaan bagi negeri-
negeri yang terjajah agar bebas dari dominasi asing secara politik dan
eksploitasi ekonomi serta terbebas pula dari kebijakan yang
menyebabkan hancurnya kebudayaan yang berkepribadian.
c. Kesamaan (equality) yang merupakan bagian implisit dari
masyarakat demokratis dan merupakan sesuatu yang berlawanan
dengan politik kolonial yang diskriminatif dan otoriter.
d. Kepribadian (identity) yang lenyap disebabkan
ditiadakan dimarginalkan secara sistematis oleh pemerintah kolonial
Belanda.
e. Pencapaian-pencapaian dalam sejarah yang memberikan inspirasi
dan kebanggaan bagi suatu bangsa sehingga bangkit semangatnya
untuk berjuang menegakkan kembali harga diri dan martabatnya di
tengah bangsa
(http://ahmadsamantho.wordpress.com/2012/05/31/nasionalisme-
indonesia-perspektif-sejarah-bangsa-dan-pancasila/nasionalisme
Indonesia, perspektif sejarah bangsa dan Pancasila diakses pada 8
Februari 2014 pukul 9.44)
11. Nasionalisme di Seluruh Dunia
Nasionalisme sebagai ideologi gerakan politik di negara-negara
Dunia ketiga berkembang setelah negara-negara yang tersebar di Asia,
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
24
24
Afrika dan Amerika Latin membebaskan diri dari kolonialisme dan
imperialisme pada era setelah Perang Dunia II. Pada era perang
kemerdekaan di negara-negara terjajah itu, nasionalisme menjadi ideologi
perlawanan terhadap penjajahan.Abad ke 20 adalah masa pertama dalam
sejarah, di mana seluruh umat manusia mempunyai sikap politik yang satu
dan sama, yakni nasionalisme. Munculnya nasionalisme di mana-mana
berarti menambah kesibukan rakyat dan timbulnya tuntutan supaya
diadakan masyarakat baru.Akan tetapi nasionalisme berbeda-beda sifatnya
menurut keadaan-keadaan sejarah yang khusus dan struktur yang khusus
pula di setiap negeri.
Nasionalisme di seluruh dunia tidak menyederhanakan atau
melancarkan tugas untuk menciptakan suatu masyarakat manusia yang
bersatu padu dan bergotong royong. Kecuali di Turki tak ada satupun
bangsa di Timur Tengah dan Asia yang dalam tahun 1955 telah mencapai
keseimbangan politik dan ekonomi yang mengandung tanda-tanda
perkembangan yang lancar menuju kemerdekaan-kemerdekaan
kewarganegaraan dan perubahan sosial. Ambisi-ambisi nasional dan cita-
cita untuk memperluas daerah antara rakyat-rakyat di Asia mengundang
kemungkinan terjadinya bentrokan-bentrokran diantara rakyat Asia seperti
yang terjadi di antara bangsa-bangsa di Eropa (Kohn, 1984: 115).
12. Nasionalisme di Indonesia
Pada bulan Juni 1927Soekarno mengambil inisiatif mendirikan
Partai Nasional Indonesia yang memainkan yaitu dalam mempersatukan
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
25
25
perasaan nasionalisme bangsa Indonesia sebagai keseluruhan, tanpa
memandang perbedaan kebudayaan , suku dan agama. Kesadaran ini
mencapai puncaknya pada Sumpah Pemuda yang cemerlang pada waktu
Konggres Pemuda Indonesia Kedua, pada tanggal 26- 28 Oktober 1928.
Sumpah Pemuda itu berisi Kami putra dan putri Indonesia mengaku
berbangsa satu bangsa Indonesia, Kami putra dan putriIndonesia mengaku
bernegara satu negara Indonesia, Kami putra dan putri Indonesia
menjunjung berbahasa persatuan bahasa Indonesia.
Perjuangan bangsa Indonesia mencapai titik kulminasi dengan di
kumandangkannya Proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945.Hal itu
membuktikan bahwa nasionalisme Indonesia sudah merupakan faktor
penentu perkembangan sejarah berdirinya negara republik Indonesia.
Proses pengembangan kesadaran nasionalisme di Indonesia di pelopori
oleh Bung Karno terutama sejak masa mudanya, yang berkeyakinan
bahwa hanya dengan ide dan jiwa nasionalisme lah sekat- sekat etnik,
suku, agama budaya dan tanah kelahiran bisa ditembus untuk menggalang
persatuan perjuangan melawan kolonialisme.
13. Pelestarian nasionalisme
Pelestarian nasionalisme di sekolah dapat dicerminkan melalui
bebrapa hal yaitu, kejujuran, pengorbanan, peduli lingkungan.saling
menghargai. Kejujuran merupakan hal yang sangat sepele namun memiliki
arti yang sangat besar, dan sangat berpengaruh pada kelangsungan hidup
bangsa, sehingga kejujuran harus ditanamkan sejak usia dini dan kejujuran
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
26
26
harus digunakan di manapun dan kondisi apapun. Di sekolah kejujuran
sangat penting karena kejujuran merupakan perjuangan, perjuangan
mempertaruhkan nama baik. Tidak kalah pentingnya dengan pengorbanan,
pengorbanan dalam hal ini adalah tidak mementingkan kepentingan
pribadi dan mengesampingkan kepentingan pribadi demi kepentingan
bangsa.Karena penelitian ini dilakukan di lingkungan sekolah maka
pengorbanan yang dilakukan adalah adanya sikap berkorban kepada warga
sekolah.Kemudian peduli lingkungan, lingkungan sangat berpengaruh
terhadap kepribadian seseorang. Kepedulian kita terhadap lingkungan akan
membawa dampak yang baik, misalnya saja dalam kebersihan ruang kelas,
kepedulian kita terhadap lingkungan sekolah. Dari hal kecil inilah
membuat siswa siswi atau generasi muda menjadi terbiasa dan dapat
meningkatkan sikap nasionalisme. Sikap saling menghormati terhadap
sesama inilah sikap yang harus dijaga, karena Indonesia memiliki berbagai
jenis suku bangsa, adat istiadat yang berbeda, dan agama yang berbeda
juga, sehingga dengan sikap saling menghargai terciptalah suasana cinta
damai, dan tidak akan terjadi
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan untuk mengkaji mengenai
Penanaman Rasa Nasionalisme di SMA Negeri Pada Siswa Kelas XI IPS
Di SMA NegeriJatilawang adalah pendekatan kualitatif.Menurut Sugiyono
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
27
27
(2010: 15) menyatakan bahwa metode penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya
adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci.Pengambilan
sampel sumber data dilakukan secara Purposive, teknik pengumpulan
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.Jenis
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian
naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah
(natural) (setting) Disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang
terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Filsafat postpositivisme
sering juga disebut sebagai paradigma interpretatif dan konstruktif, yang
memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks,
dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat interaktif
(reciprocal). Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah,obyek yang
alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi
oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika
pada obyek tersebut hal tersebut di ungkapkan oleh Sugiyono (2010: 14-
15).
Terkait dengan jenis penelitian tersebut, maka pendekatan
penelitian bertumpu pada pendekatan fenomenologis adalah berorientasi
untuk memehami, menggali dan menafsirkan arti dari peristiwa- peristiwa,
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
28
28
fenomena-fenomena dan hubungan denagan orang- orang biasa dalam
situasi tertentu. Ini biasa disebut dengan penelitian kualitatif dengan
menggunakan pengamatan terhadap fenomena- fenomena atau gejala
sosial yang alamiah (nature), digunakan sebagai sumber data, pendekatan
ini berdasarkan kenyataan lapangan(empiris) (Iskandar. 2009: 51).
Peneliti juga menggunakan pendekatan sosial karena permasalahan
yang dikaji merupakan nasionalisme.Pendekatan sosial digunakan untuk
menganalisis berbagai persoalan yang berkaitan dengan keadaan sosial di
dalam ataupun di luar lingkungan sekolah.Dalam hal ini, peneliti berusaha
untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subyek yang diteliti
sedemikian rupa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu
pengertian yang dikembangkan oleh mereka disekitar peristiwa dalam
kehidupannya sehari-hari. Dengan pendekatan inilah diharapkan bahwa
Penanaman rasa nasionalisme melalui pembelajaran sejarah siswa kelas XI
IPS di SMA Negeri Jatilawang dapat dideskripsikan secara lebih teliti dan
mendalam.
2. Desain Penelitian
Untuk memberikan gambaran tentang penelitian ini maka dibuatlah
desain penelitiannya yaitu sebagai berikut:
Gambar1.1. Desain Penelitian
Evaluasi Proses
Pembelajaran Materi Guru Hasil
Pembelajaran
n
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
29
29
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian merupakan subyek penelitian yang dituju untuk
diteliti oleh peneliti.Dalam penelitian ini penelitiannya adalah guru mata
pelajaran Sejarah dan siswa-siswa kelas XI IPS di SMA Negeri
Jatilawang.SMA Negeri Jatilawang memiliki 4 kelas untuk kelas IPS.
Jumlah siswa siswi di kelas XI IPS memiliki jumlah yang tidak sama,
kelas XI IPS 1 memiliki 30 orang siswa, kelas IPS 2 memiliki 32 siswa,
kelas XI IPS 3 memiliki 30 siswa dan di kelas XI IPS 4 memiliki 32 siswa.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan
data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data dan mekanismenya
peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan. Dalam penelitian ini penelitian dilakukan dengan cara
kuisioner, observasi, wawancara, dan dokumentasi adalah sebagai berikut :
a. Kuisioner/Angket
Kuisioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi sepereangkat pertanyaan atau
pertanyaan terulis kepada respoden untuk di jawabnya. Peneliti
menggunakan angket tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan
jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah
satu alternative jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia.
(Sugiyono. 2010 : 201).
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
30
30
Tabel 1.1 Kisi- Kisi Angket
No Indikator No. Item
1. Bangga sebagai bangsa Indonesia 5
2. Cinta tanah air dan negara Indonesia 3, 6
3. Bangga pada budaya yang beraneka ragam 2
4. Mengutamakan kepentingan umum 9,4
5. Menghargai jasa para pahlawan 8, 10
6. Rela berkorban untuk bangsa dan negara 1 , 7
Tabel 1.2 Butir Soal
No Indikator Butir soal
+ -
1. Bangga sebagai bangsa Indonesia 5
2. Cinta tanah air dan negara Indonesia 3, 6
3. Bangga pada budaya yang beraneka ragam 2
4. Mengutamakan kepentingan umum 9,4
5. Menghargai jasa para pahlawan 10 8
6. Rela berkorban untuk bangsa dan negara 1 7
Angket Sikap Nasionalisme
Petunjuk :
1. Pada kuisioner ini terdapat 10 pernyataan pertimbangkan baik- baik
setiap pernyataan dalam kaitannya dengan materi pembelajaran sejarah
dan temukan kebenarannya. Berilah jawaban yang benar cocok dengan
pilihanmu
2. Pertimbangkan setiap pernyataan secara terpisah dan tentukan
kebenarannya, jawabanmu jangan dipengaruhi oleh jawaban terhadap
pernyataan lain.
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
31
31
3. Catat respon anda pada lembar jawaban yang tersedia, dan ikuti
petunjuk–petunjuk lain yang diberikan berkaitan dengan lembar
jawaban. Terimakasih .
Keterangan pilihan jawaban
1. Sangat Setuju
2. Setuju
3. Ragu- ragu
4. Tidak Setuju
5. Sangat Tidak Setuju
Nama :
No. Absen :
Kelas :
Tabel 1.3 Pernyataan Angket Nasionalisme
No. PERNYATAAN PILIHAN JAWABAN
1.
Menjaga keamanan dan keselamatan bangsa
dan negara merupakan tugas setiap warga
dan nergara
1 2 3 4 5
2. Keanekaragaman suku bangsa dan budaya
mempererat persatuan dan kesatuan bangsa 1 2 3 4 5
3. Cinta produk dalam negri merupakan wujud
dari nasionalisme 1 2 3 4 5
4. Bencana yang terjadi di suatu daerah
dijadikan sebagai bencana nasional 1 2 3 4 5
5. Membawa nama baik bangsa Indonesia ke
dunia Internasional 1 2 3 4 5
6. Mengunakan bahasa Indonesia sebagai
bahasa pemersatu bangsa 1 2 3 4 5
7.
Pergolakan yang terjadi di berbagai daerah
seperti Aceh, Papua dan Maluku merupakan
tanggung jawab daerah masing- masing
1 2 3 4 5
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
32
32
8. Perjuangan para pahlawan tidak memberi
dampak pada generasi muda 1 2 3 4 5
9.
Kepentingan bangsa dan negara harus
diletakan diatas golongan pribadi dan
golongan
1 2 3 4 5
10. Menggunakan nama-nama pahlawan
sebagai nama- nama jalan. 1 2 3 4 5
JUMLAH
b. Observasi
Observasi merupakan pengamatan, pencatatan secara
sistematik kejadian- kejadian, peilaku, obyek- obyek yang dilihat dan
hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang
dilakukan (Iskandar, 2009: 121). Berkaitan dengan observasi ini,
peneliti menggunakan observasi Partisipatif. Dengan observasi
partisipatif, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan
sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang
tampak. Susan Stainback dalam Sugiyono (2010: 311) menyatakan “in
participant observation the researcher observes what people do, listent
to what they say, and participates in their activities” Dalam observasi
partisipatif, peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang,
mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam
aktivitas mereka. Untuk itu pada penelitian ini peneliti menggunakan
observasi pasif yaitu peneliti datang ditempat kegiatan orang yang
diamati, akan tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan mereka.
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
33
33
Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi tentang
proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar Sejarah. Unsur yang
diobservasi meliputi bagaimana guru melakukan penanaman rasa
nasionalisme pada saat proses belajar mengajar dan siswa mengikuti
proses belajar mengajar di SMA Negeri Jatilawang.
Tabel 1.4 Lembar Observasi Guru
No Indikator
Variabel Hal Yang Diamati Sesuai
Tidak
Sesuai
1. Pembelajaran
Sejarah
a. Sistem pembelajaran
sejarah jelas dan mengarah
pada pembentukan sejarah
2. Komponen
Pembelajaran
a. Tujuan dalam pembelajaran
sejarah tercapai dengan
baik
b. Media yang digunakan
dalam pembelajaran sejarah
menarik
c. Materi yang di sampaikan
sesuai dengan tujuan
pembelajaran
d. Model dalam pembelajaran
menarik.
e. Sumber yang di gunakan
relevan
f. Alat evaluasi yang
digunakan dapat mengukur
keberhasilan dengan
penguasaan materi dengan
baik.
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
34
34
3. Prosedur
pembelajaran
a. Memberikan penekanan-
penekanan tentang
nasionalisme
b. Tujuan pembelajaran
sejarah tercapai.
Tabel 1.5 Lembar Observasi Siswa
No. Indikator
Variabel Hal yang diamati Sesuai
Tidak
Sesuai
1. Keaktivan
siswa
a. Siswa memperhatikan guru
saat menjelaskan
nasionalisme
b. Siswa aktif bertanya
apabila ada hal yang tidak
ia mengerti
c. Siswa mengikuti pelajaran
dengan focus
2. Umpan Balik a. Siswa dapat menjawab
pertanyanyan- pertanyaa
yang di berikan oleh guru
b. Siswa dapat menyimpulkan
apa yang telah dipelajari
c. Siswa memahami secara
benar tentang kesaradan
suatu nasionalisme
d. Siswa menyadari tentang
pentingnya nasionalisme
e. Siswa dapat menyikapi
secara benar dan sungguh-
sungguh tentang sejarah
nasionalisme
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
35
35
f. Siswa dapat menyikapi
secara benar tentang
beberapa aspek yang
terkandung dalam
nasionalisme
g. Siswa menyadari tentang
keberadaan dan pentingnya
nasionalisme
h. Siswa menunjukkan sikap
nasionalisme
i. Adanya suatu perilaku
siswa tentang penyikapan
nasionalisme pada siswa
j. Adanya bentuk partisipasi
siswa tentang Nasionalisme
c. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat di
konstruksikan makna dalam suatu data tertentu( Beni Ahmad Saebani,
2008:190). Kemudian wawancara menurut Sugiyono (2010: 317)
adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikostruksikan makna dalam
suatu topik tertentu. Sedangkan wawancara menurut Iskandar (2009:
181) merupakan tanya jawab peneliti dengan orang-orang yang relevan
untuk dijadikan sumber sebagai sumber data. Langkah-langkah yang
peneliti tempuh dalam memperlancar wawancara yaitu:
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
36
36
1) Menentukan orang yang akan diwawancarai
2) Menyusun pokok- pokok masalah dan panduan wawancara agar
lebih fokus
3) Menentukan waktu dan tempat pelaksanaan wawancara.
Dalam wawancara ini peneliti mengunakan wawancara semi
struktur (semi structure interview) jenis wawancara ini sudah termasuk
dalam katagori In-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya
lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.Tujuan
dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan lebih
terbuka.Dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan
ide-idenya. Dalam melakukan wawancara peneliti perlu mendengarkan
secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan
(Sugiyono, 2010 : 320)
Berikut objek yang peneliti wawancara:
1) Guru Sejarah
2) Siswa
3) Kepala Sekolah
Dari tiga objek di atas peneliti mendapat masalah yang akan
diteliti dengan judul Penanaman Rasa Nasionalisme Melalui
Pembelajaran Sejarah Pada Siswa Kelas XI IPS Di SMA Negeri
Jatilawang Tahun Pelajaran 2013/2014
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
37
37
Agar hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti
memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan maka
diperlukan bantuan alat –alat sebagai berikut.
1) Buku catatan yang berfungsi untuk mencatat semua percakapan
dengan sumber data
2) Tape recorder yang berfungsi untuk merekam semua percakapan
pembicaraan. Mengingat bahwa tidak setiap informan suka dengan
adanya alat tersebut karena merasa tidak bebas ketika
diwawancarai, maka peneliti meminta izin terlebih dahulu kepada
informan dengan menggunakan tape recorder tersebut
3) Kamera yang berfungsi meningkatkan keabsahan penelitian,
karena peneliti benar-benar melakukan pengumpulan data.
Adapun pedoman wawancara sebagai berikut:
1) Wawanacara kepada kepala sekolah
a) Apakah menurut bapak guru sejarah sangat berperan dalam
menumbuhkan dan meningkatkan rasa nasionalisme?
b) Apakah guru sejarah sudah berhasil dalam meningkatkan rasa
nasionalisme ?
c) Apabila belum berhasil dan masih ada kekurangannya apa
kekurangnya?
2) Wawancara Kepada Guru Sejarah
a) Melalui pelajaran sejarah bagaimana bapak meningkatkan
pemahaman nasionalisme pada siswa?
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
38
38
b) Diperoleh darimanakah sumber bahan pelajaran sejarah tentang
nasionalisme itu?
c) Menggunakan kurikulum tahun berapa yang bapak gunakan?
d) Stategi apa yang bapak gunakan dalam meningkatkan rasa
nasionalisme pada siswa?
e) Memerlukan waktu berapa lama untuk menanam dan
meningkatkan rasa nasionalisme pada siswa?
f) Apakah strategi yang bapak gunakan selalu berhasil?
g) Apa kendala yang bapak hadapi dalam meningkatkan rasa
nasionalisme siswa?
h) Bagai mana upaya atau solusi bapak dalam menghadapi
kendala tersebut?
i) Bagaimana hasil yang diperoleh dalam pelajaran sejarah?
j) Apa kesimpulan dari pembelajaran sejarah dalam
meningkatkan rasa nasionalisme ini?
3) Wawancara Kepada Siswa
a) Melalui pelajaran sejarah apakah kamu memahami arti
nasionalisme?
b) Apakah guru sejarah dalam menyampaikan pelajaran sejarah
itu menarik?
c) Apakah kamu mengerti apa yang dimaksud nasioalisme?
d) Sudahkah kamu memiliki rasa nasionalisme?
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
39
39
e) Apakah sekarang kamu sudah menerapkan rasa nasionalisme
dalam kehidupanmu sehari- hari
f) Bagaiamana cara pengaplikasianmu dalam kehidupan sehari-
hari di sekolah?
g) Apakah ada kendala dalam menerapkan dan meningkatkan rasa
nasionalisme itu?
h) Bagaimana upayamu dalam meningkatkan rasa nasionalisme di
sekolah?
i) Bagaimana pendapatmu tetntang sejarah nasionalisme di
Indonesia?
j) Bagaimana kesimpulanmu tentang nasionalisme?
d. Studi Dokumentasi
Arikunto dalam Iskandar dalam buku Metodologi Penelitian
Kualitatif.2009 :134 tekhnik dokumentasi yaitu mencari data mengenai
hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Kemudian
studi dokumentasi menurut Iskandar..(2009: 135) merupakan teknik
pengumpulan data melalui pengumpulan dokumen-dokumen yang
diperlukan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti untuk di
telah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah
kepercayaan dan pembuktian suatu masalah.Dengan studi dokumentasi
ini peneliti dapat memperoleh data atau informasi berbagai sumber
tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan.Dalam penelitian
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
40
40
ini, studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan
mengumpulkan data melalui sumber-sumber tertulis. Studi dokumen
yang dikumpulkan peneliti melalui pencatatan data tertulis mengenai
keadaan SMA Negeri Jatilawang
5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses katagori urutan data,
mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar,
yang membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang
signifikan tewrhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari
hubungan diantara dimensi-dimensi uraian (Iskandar. 2009: 136). Menurut
Nasution dalam Sugiyono (2010:336) analisis data dalam penelitian
kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di
lapangan, dan setelah selesai penelitian di lapangan. Analisis data menjadi
pegangan bagi penelitian selanjutnya sampai jika mungkin, teori yang
grounded. Namun dalam kenyataannya analisis data kualitatif berlangsung
selama proses pengumpulan data daripada setelah selesai pengumpulan
data.
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu.Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan
analisis terhadap jawaban informan yang diwawancarai. Apabila jawaban
informan, setelah dianalisis dianggap belum lengkap, maka peneliti
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
41
41
akanmelanjutkan memberikan pertanyaan-pertanyaan berikutnya sampai
tahap tertentu diperoleh data yang lebih kredibel (Sugiyono.2010: 337).
Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis model Miles dan Huberman. Dalam analisis data peneliti
menggunakan Interactive model , yang unsur - unsurnya meliputi reduksi
data (data reduction), penyajian data (data display), dan mengambil
kesimpulan lalu diverivikasi. Alur teknik analisis data dapat dilihat seperti
gambar di bawah ini.
Gambar 1.2 Model teknik pengumpulan data dan analisis data
secara interaktif.
(Sumber : Miles dan Huberman dalam Iskandar . 2009: 139)
Pada analisis data terdiri dari tiga alur yaitu kegiatan yang terjadi
secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan atau verivi kasi.
a. Reduksi data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
42
42
polanya, dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencarinya jika diperlukan (Sugiyono.2010:338).
Menurut Iskandar dalam buku Metodologi Penelitian Kualitatif
(2009:140) reduksi data merupakan analisis yang menajamkan untuk
mengorganisasikan data, dengan demikian kesimpulan dapat
diverifikasi untuk dijadikan temuan penelitian terhadap masalah yang
diteliti.
b. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data.Melalui penyajian data tersebut, maka data
dipahami.penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Selain itu,
dengan adanya penyajian data, maka akan memudahkan untuk
memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya
berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Penyajian data dalam
penelitian ini peneliti paparkan dengan teks yang bersifat naratif
(Sugiyono. 2010: 341).
c. Mengambil Kesimpulan / Verifikasi.
Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari
reduksi data, dan display data sehingga data dapat disimpulkan dan
peneliti masih berpeluang untuk menerima masukan.Setelah hasil
Penanaman Rasa Nasionalisme..., Tiyas Sartika, FKIP UMP, 2014
Top Related