1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu bentuk kemajuan teknologi suatu
bangsa adalah adanya penerapan sistem informasi.
Semakin canggihnya teknologi menyebabkan dunia yang
semakin kecil seakan tidak ada batasan yang berarti antara
negara satu dengan negara yang lain. Berpuluh hingga
berates tahun kita mengenal film sebagai media rekam
dan terbukti, film sebagai tulang punggung kemajuan
teknologi media.1
Film merupakan gambaran hidup, yang juga sering
di sebut movie. Film secara kolektif sering di sebut
sinema. Gambar hidup adalah bentuk seni. Film di
hasilkan dengan rekaman dari orang lain dan benda
dengan camera, atau oleh animasi.
Umar Ismail memberikan pengertian film sebagai
berikut: “Film adalah media komunikasi massa yang
ampuh sekali, bukan saja untuk hiburan akan tetapi juga
1 Bambang Semedhi, Sinematografi-Vidiografi, (Bogor : Ghalia
Indonesia, 2011), hal 34.
2
untuk penerangan, derdakwah dan untuk alat
pendidikan.”2
Dalam perkembangannya film tidak hanya
dijadikan sebagai media hiburan semata tetapi juga
digunakan sebagai alat propaganda, terutama menyangkut
tujuan sosial atau nasional. Berdasarkan pada
pencapainnya yang menggambarkan realitas, film dapat
memberikan imbas secara emosional dan popularitas.
Karena film mempunyai pengaruh besar terhadap jiwa
manusia. Kekuatan dan kemampuan sebuah film
menjangkau banyak segmen sosial, membuat film
memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayak.
Amura (1989:132), film semata-mata bukan
barang dagangan melainkan alat penerang dan
pendidikan. “Film merupakan karya sinematografi yang
dapat berfungsi sebagai alat cultural education atau
pendidikan budaya. Dengan demikian film juga efektif
untuk menyampaikan nilai-nilai budaya.”3
Film dinyatakan sebagai bentuk dominasi dari
komunikasi massa visual di belahan dunia, karena lebih
dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film
2 Umar Ismail, Menghapus Film, (Jakarta, Sinar Harapan, 1993) , hal
47.
3 Teguh Trianton, film sebagai media belajar, (Yogyakarta, Cahaya
Ilmu, 2013), hal 2.
3
televisi, atau lewat Digital Video Disc (DVD).4 Ini berarti
film dapat menjangkau seluruh segmen social sehinngga
memiliki potensi besar untuk mempengaruhi khalayaknya,
karena selain berfungsi sebagai hiburan, film juga
merupakan perpanjangan pemikiran dan ideology
pembuatnya.
Pesantren Impian merupakan film yang berasal
dari Indonesia dengan genre drama, mystery, dan thiller.
Film ini disutradarai oleh Ifa Isfansyah dan diproduksi
oleh MD Pictures. Sejumlah artis tanah air membintangi
film yang dirilis tahun 2016 ini seperti Prisia Nasution,
Dinda Kanya Dewi dan Fachri Albar. Film ini merupakan
adaptasi dari Novel karya Asma Nadia dengan judul
Pesantren Impian : Cinta, Teka-teki dan Kematian.
Film umumnya dibangun dengan banyak tanda.
Tanda-tanda itu dikolaborasikan untuk mencapai efek
yang diinginkan. Karena film merupakan produk visual
dan audio, maka tanda-tanda ini berupa gambar dan suara.
Tanda-tanda tersebut adalah gambaran tentang sesuatu.5
Untuk mengetahui itu semua, kita dapat
menilitinya melalui analisis semiotik. Dari sekian banyak
model semiotik yang ada, peneliti memilih semiotik
Ferdinand De Saussure, karena menurut peneliti, semua
4 Elviro andrianto & Lukiati komala, Komunikasi Massa : suatu
pengantar (Bandung : Simbiosa Rekatama Media, 2007), hal 134.
5 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media,
(Yogyakarta : Jala Sutra, 2010), hal 21.
4
objek kultural dapat diolah secara tekstual. Teks yang
dimaksud bukan hanya berkaitan dengan lingustik saja,
tetapi semua yang dapat termodifikasi. jadi semiotik dapat
meneliti berbagai macam teks seperti berita, film, iklan,
fashion, fiksi, puisi dan drama.6
Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik
mengadakan penelitian yang berjudul “GAMBARAN
TENTANG ISLAM PADA FILM PESANTREN
IMPIAN (ANALISIS SEMIOTIKA FERDINAND DE
SAUSSURE)”
B. Identifikasi dan Pembatasan Masalah
Karena keterbatasan peneliti dalam hal waktu,
tenaga dan biaya, serta untuk menjaga agar tulisan ini
lebih fokus dan terarah, maka penelitian ini secara umum
di batasi pada upaya mengungkap informasi tentang
gambaran umum mengenai Islam melalui film, dengan
menggunakan analisa semiotika Ferdinand de Saussure
pada film Pesantren Impian.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok
pembahasan yang akan di teliti adalah:
6 Alex Sobur, Analisis Teks Wacana : Suatu Pengantar Untuk
Analisis Wacana, Analisis Semiotic Dan Analisis Framing, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya : 2006), hal 123.
5
1. Bagaimana gambaran tentang Islam pada film
Pesantren Impian?
2. Bagaimana analisis semiotika Ferdinand De Saussure
terhadap film Pesantren Impian?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan dan perumusan
masalah seperti di atas maka ada beberapa tujuan yang
ingin di capai peneliti yaitu:
1. Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam
mengenai Islam pada film Pesantren Impian.
2. Untuk menganalisis lebih mendalam mengenai film
Pesantren Impian melalui analisis semiotik Ferdinand
De Saussure (signifier dan signified).
E. Signifikasi (Manfaat) Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini dapat di jadikan referensi ilmiah,
bagi mahasiswa jurusan KPI yang ingin melakukan
penelitian dalam bidang komunikasi khususnya di bidang
perfilman. Dan untuk memberikan kontribusi positif
dalam bidang studi komunikasi.
2. Secara praktis
Memberikan informasi kepada masyarakat
mengenai film yang di padukan dengan fenomena yang
6
benar-benar terjadi pada masyarakat saat ini. Hasil
penelitian ini di harapkan dapat memberikan masukan dan
menambah wawasan bagi mahasiswa, dan masyarakat
luas, serta para praktisi bahwa setiap masyarakat dapat
berperan aktif dalam mengembangkan karya melalui
media seperti film.
F. Kerangka Pemikiran
Secara etimologis, film berarti moving image,
gambar bergerak. Awalnya film lahir sebagai bagian dari
perkembangan tekhnologi.7 Film atau motion pictures
ditemukan dari hasil pengembangan prinsip-prinsip
fotografi dan proyektor. Film yang pertama kali
diperkenalkan kepada publik Amerika Serikat adalah film
dengan judul The Life of an American Fireman dan film
The Great Train Robbery yang dibuat oleh Edwin S.
Porter pada tahun 1903 (Hiebert, Ungurait, Bohn,
1975:246). Tetapi film The Great Train Robbery yang
masa putarnya hanya 11 menit dianggap sebagai film
cerita pertama karena telah menggambarkan situasi secara
ekspresif, serta peletak dasar teknik editing yang baik.8
“Film adalah karya seni yang diproduks secara
kreatif dan memenuhi imajinasi penonton yang bertujuan
7 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media,
(Yogyakarta : Jala Sutra, 2010), hal 132.
8 Siti Karlinah,Lukiati Komala, Betty S.Soemirat, Komunikasi Massa
(Jakarta, Universitas Terbuka,2008) , hal 7.29.
7
memperoleh keindahan. Selain itu, industry film juga
industry bisnis yang memberikan keuntungan yang
kadang keluar dari kaidah artistic film itu sendiri
(Dominiek,2007)”.9
Televisi dan film telah mengembangkan gubungan
dimana yang satu membantu yang lain. Orang sekarang
pergi ke bioskop untuk menyaksikan bintang televisi
favorit mereka. Tayangan wawancara televisi, misalnya,
sering kali menyoroti kehidupan dan masalah bintang-
bintang film.
Sekarang ini, kebanyakan film diorientasikan
kepada kaum remaja, dan bioskop merupakan ajang
pertemuan yang paling menyenangkan bagi kaum remaja
masa kini. Bioskop relatif murah dan mudah dicapai.
Sekaligus bioskop juga memberikan kesempatan kepada
kaum remaja untuk mendapatkan kawan-kawan baru serta
kesempatan untuk mendapatkan suasana yang bersifat
pribadai (privacy). Tetapi, selama beberapa tahun
terakhir, statistik menunjukan bahwa pengunjung bioskop
mulai bergeser ke orang-orang yang usianya lebih tua.
Walaupun sebagian masyarakat sering
menganggap film sebagai hiburan, banyak film
menjalankan fungsinya yang lain. Bahkan film hiburan
tidak sekedar menghibur. Film The Deer Hunter dan Born
9 Siti Karlinah,Lukiati Komala, Betty S.Soemirat, Komunikasi Massa
(Jakarta, Universitas Terbuka,2008) , hal 7.30.
8
on the Fourth of July menunjukan kepada kita betapa
kejamnya perang itu. Norma Rae menunjukan kepada kita
bagaimana pekerja kasar sering kali diperah tanagnnya.
Film rocky berusaha mendemonstrasikan bahwa impian
Amerika dapat menjadi kenyataan. Film-film lain
berfungsi terutama untuk mempengaruhi dan
meyakinkan.10
Film informasi digunakan secara berhasil di
sekolah-sekolah dan organisasi-organisasi bisnis. Konsep-
konsep seperti komunikasi nonverbal, teknik-teknik
berbicara didepan umum, serta aspek-aspek anatomis dan
fisiologis dari pembicaraan dan mendengar, sekedar
menyebutkan beberapa bidang komunikasi jauh lebih
mudah diajarkan dan dipelajari dengan bantuan film.11
Sebagai salah satu media elektronik yang sangat
tajam perkembangannya, film mempunyai beberapa
fungsi untuk dimanfaatkan oleh manusia. Dari semua
media elektronik tentunya mempunyai sisi negatif dan
positif. Akan tetapi bagaimana kita bisa mengambil
sebanyak-banyaknya kemanfaatan dari media tersebut.
Diantara fungsi film adalah:
1. Film sebagai media informasi
2. Film sebagai media hiburan.
10 Siti Karlinah,Lukiati Komala, Betty S.Soemirat, Komunikasi Massa
(Jakarta, Universitas Terbuka,2008) , hal 7.30.
11Joseph A. Devito, Komunikasi Antarmanusia (Tangerang: Karisma
Publishing Group, 2011) , hal 572.
9
3. Sebagai media pendidikan.
Semiotik atau semiologi adalah studi tentang tanda
dan cara tanda-tanda itu bekerja. Tanda pada dasarnya
akan mengisyaratkan suatu makna yang dapat di pahami
oleh manusia yang menggunakannya. Bagaimana manusia
menagkap sebuah makna tergantung pada bagaimana
manusia mengasosiasikan objek atau ide dengan tanda.
Hal ini selaras dengan pendapat Charles Sander Pierce
bahwa semiotik sebagai “ a relationship a many sign, an
object, and a meaning…” suatu hubungan diantara tanda,
objek dan makna.12
Semiotik digunakan sebagai pendekatan untuk
menganalisis teks media dengan asumsi bahwa media itu
sendiri dikomunikasikan melalui seperangkat tanda.13
Teks media yang tersusun atas perangkat tanda tersebut
tidak pernah membawa makna tunggal.
Tradisi semiotika itu sendiri terbagi atas tiga
varian semantic (bahasa) merujuk pada bagaimana
hubungan antara tanda dengan objeknya tau tentang
keberadaan dari tanda itu sendiri. Sintagmatic atau kajian
tentang hubungan antartanda, dimana tanda hamper tidak
12 Tomy Suprapto , Pengantar Ilmu Komunikasi Dan Peran
Manajemen Dalam Komunikasi (Yogyakarta : CAPS, 2011), Hal 95
13
Alex Sobur, Analisis teks media : suatu pengantar untuk analisis
wacana, analisis semiotic dan analisis framing, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya : 2006), hal 95
10
dapat berdiri sendiri. Dan yang terakhir paradigmatic
yang melihat bagaimana sebuah tanda membedakan
antara satu manusia dengan yang lain atau sebuah tanda
bisa saja dimaknai berbeda oleh masing-masing orang
sesuai dengan latar belakang budayanya.
G. Kajian Pustaka
Tinjauan pustaka yang menjadi tinjauan penulis
yaitu :
Pertama, “Pesan Dakwah dalam Film (Studi
Analisis Semiotik pada Film 99 Cahaya di Langit Eropa
Karya Guntur Soeharjanto)” oleh Yana Ahmad Rifa‟i,
tahun 2015, KPI, IAIN SMH Banten. Hasil penelitian film
ini adalah film 99 cahaya di lagit eropa mengandung
pesan dakwah islam yang terdapat dalam beberapa adegan
dan dialog, seperti Hanum yang memasuki Gereja karena
cuaca di luar sangat dingin, memberi tahu Stefan bahwa
daging babi itu haram, Fatma yang berbuat baik kepada
non muslim yang sudah menghina islam dan negaranya,
Marion yang member tahu Hanum bahwa hijab adalah
cara islam menjaga kehormatan seorang wanita muslim,
dll. Melalui teori Roland Barthes makna pesan dakwah
yang tersirat dalam adegan dan dialog tersebut lebih bisa
dipahami.
Walaupun sama-sama menjadikan film sebagai
objek analisis semiotik namun penelitian ini berbeda
11
karena menggunakan teori dari Ferdinand De Saussure
dan membahas unsur-unsur Islam secara umum dan film
yang dianalisis pun memiliki alur cerita yang berbeda.
Kedua, “Representatif Islam dalam Film Get
Married 99% Muhrim” oleh Siti aisyah tahun 2016, KPI,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hasil penelitian
menampilkan beberapa tanda yag muncul dalam adegan-
adegan pada film tersebut. penulis mendapatkan data yang
ditinjau dari denotasi, konotasi dan mitos. Makna denotasi
berupa penjelasan gambar-gambar pada kelima scene
yang berkaitan dengan representatif islam. Makna
konotasinya menjelaskan bagaimana para pemain member
gambaran tentang ajaran sebagai seorang muslim. Dan
mitosnya menjelaskan mengenai representasi sebagai
seorang muslim. Film ini mengajarkan tentang ajaran-
ajaran islam yag harus dilaksanakan, salah satunya
member gambaran bagaimana sebagai seorang muslim
diwajibkan menutup aurat yang sesuai dengan syariat
islam. Dan memenuhi segala perintah dan larangan yang
sudah ditetapkan oleh Allah swt.
Walaupun sama-sama membahas mengenai Islam
secara umum namun penelitian ini berbeda karena alur
cerita film dan isi pembahasan film mengenai dosa-dosa
yang dilakukan dalam film tersebut.
H. Metode Penelitian
12
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif.
menurut David William, penelitian kualitatif adalah
pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan
menggunakan metode alamiah, yang dilakukan oleh
orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.
Pendekatan kualitatif adalah pendekatan penelitian
yang terutama mengandalkan pada analisis secara
mendalam terhadap suatu gejala dan dilakukan sampai
ke akar permasalahannya. Penelitian kualitatif
bertujuan mempertahankan bentuk dan isi perilaku
manusia dan menganalisis kualitas-kualitasnya.14
Semiotik Ferdinand De Saussure adalah suatu
sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua
bagian, yakni signifier (penanda) dan signified
(pertanda)15
. Menurutnya, bahasa itu merupakan suatu
sistem tanda (sign). Setiap tanda kebahasaan, pada
dasarnya menyatukan sebuah konsep (concept) dan
suatu citra suara (sound image).
2. Sumber data
14 Deddy Mulyana, Metode Penelitian Kualitatif, ( Bandung : Remaja
Rosdakarya : 2013) hal 150
15
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya : 2009), hal 46
13
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung
atau dengan kata lain data asli.16
Dalam penelitian ini
data primer berupa data elektronik sebuah film
Pesantren Impian.
b. Data sekunder, berupa dokumen tertulis, yaitu
literatur-literatur seperti resensi film Pesantren Impian
baik dari surat kabar, wawancara-wawancara di
majalah maupun internet, serta buku-buku yang
relevan dengan penelitian.
3. Teknik pengumpulan data
a. Observasi
Observasi adalah suatu studi kesengajaan
dan dilakukan secara sistematis berencana, melalui
proses pengamatan atas gejala-gejala yang terjadi
pada saat itu.17
Kegiatan observasi meliputi
melakukan pencatatan secara sistematik, kejadian-
kejadian, perilaku dan objek-objek yang dilihat
dan hal-hal lain yang diperlukan dalam
mendukung penelitan yang sedang dilakukan.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu cara yang
dilakukan untuk menyediakan dokumen-dokumen
yang berupa gambar, audio dan video sebagai
16 Abdul Halim Hanafi, Metode Penelitian Bahasa untuk penelitian,
tesis dan disertasi, ( Jakarta : Diadit Media : 2011) hal 128
17 Abdul Halim Hanafi, Metode Penelitian Bahasa untuk penelitian,
tesis dan disertasi, ( Jakarta : Diadit Media : 2011) hal 128
14
bukti yang akurat dari pencatatan informasi
khusus.
4. Teknik analisis data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis semiotik. Keberadaan symbol menjadi
penting dalam menjelaskan fenomena komunikasi.
Simbol merupakan produk budaya suatu masyarakat
untuk mengungkapkan ide-ide, makna, dan nilai-nilai
yang ada pada diri mereka. Mengkaji aspek ini
merupakan aspek yang penting dalam memahami
komunikasi. Teori-teori komunikasi yang berangkat
dari tradisi semiotik menjadi bagian yang penting
untuk menjadi perhatian. Analisis-analisis tentang
iklan, novel, sinetron, film, lirik lagu, video klip,
fotografi dan semacamnya menjadi penting.18
Data pada penelitian ini dianalisis menggunakan
analisis semiotika model Ferdinand De Saussure yaitu
dengan cara mencari penanda dan pertanda dalam
setiap masing-masing adegan. Indikator masing-
masingnya adalah19
1. Signifier (penanda)
18 Syaiful Rohim, TEORI KOMUNIKASI Perspektif, ragam dan
budaya, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2009), hal 35.
19
Alex Sobur, Analisis teks media : suatu pengantar untuk analisis
wacana, analisis semiotic dan analisis framing, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya : 2006), hal 125
15
Bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna
(aspek material), yakni apa yang dikatakan dan
apa yang ditulis atau dibaca.
2. Signified (pertanda)
Gambaran mental yakni pikiran atau konsep aspek
mental dari bahasa.
I. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang
hal-hal yang diungkapkan dalam penelitian, maka penulis
membuat sistematika penulisan, yaitu sebagai berikut:
Bab pertama Pendahuluan, berisi latar belakang
masalah, identifikasi dan pembatasan masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, signikasi penelitian, kerangka
pemikiran, kajian pustaka, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab kedua Tinjauan Teoritis, terdiri dari tinjauan
umum semiotik dan tinjauan umum film dan tinjauan
Islam.
Bab ketiga Profil Film Pesantren Impian, terdiri
dari profil Produser, synopsis cerita, Tim produksi film
dan penghargaan terhadap film Pesantren Impian.
Bab keempat gambaran tentang islam pada film
Pesantren Impian.
Bab kelima kesimpulan dan saran
16
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Tinjauan Umum Film
1. Pengertian Film
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2009 tentang
perfilman pada Bab 1 Pasal 1 menyebutkan, yang
dimaksud dengan film adalah karya seni budaya yang
merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa
yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan
atau tanpa suara yang dipertunjukkan.20
Definisi film berbeda di setiap negara; di Perancis
ada pembedaan antara film dan sinema. “Filmis”
berarti berhubungan dengan film dan dunia sekitarnya,
misalnya sosial politik dan kebudayaan. Kalau di
Yunani, film dikenal dengan istilah cinema, yang
merupakan singkatan cinemathograph (nama kamera
dari Lumiere bersaudara). Cinemathographie secara
harfiah berarti cinema (gerak), tho atau phytos adalah
cahaya, sedangkan graphie berarti tulisan atau gambar.
Jadi, yang dimaksud cinemathographie adalah melukis
gerak dan cahaya. Ada juga
20 Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor : Ghalia
Indonesia, 2014) hal 91
17
istilah lain yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu
movies. Berasal dari kata move, artinya gambar
bergerak atau gambar hidup.
Film sebagai alat komunikasi massa mengalami
mar abad ke-19. Kekuatan dan kemampuan film dapat
menjangkau banyak segmen sosial. Film merupakan
kajian yang amat relevan bagi analisis structural
semiotika, seperti apa yang telah dikemukakan oleh
Van Zoest karena menurutnya film dibangun dengan
tanda-tanda semata. 21
Tanda-tanda itu termasuk
berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik
untuk mencapai efek yang diharapkan, berbeda dengan
photographer statis, rangkaian gambar dalam film
menciptakan imaji dan sistem penandaan. Film
dibangun dengan banyak tanda. Tanda-tanda itu
termasuk berbagai sistem yang bekerja sama dengan
baik dalam upaya mencari efek yang diharapkan.
2. Fungsi Film
Seperti halnya televisi siaran, khalayak menonton
film terutama adalah ingin memperoleh hiburan. Akan
tetapi, sesungguhnya dalam film dapat terkandung
fungsi informative maupun edukatif, bahkan
21 Bambang Setiawan dkk, Metode Penelitian Komunikasi, (Bogor :
Universitas Terbuka, 2007) hal 8.26
18
persuasif.22
Hal ini pun sejalan dengan misi perfilman
nasional sejak tahun 1979 bahwa selain sebagai media
hiburan, film nasional dapat digunakan sebagai media
edukasi untuk pembinaan generasi muda dalam rangka
nation and character building.
3. Karakteristik Film
Karteristik film yang spesifik yaitu, layar lebar,
pengambilan gambar, konsentrasi penuh dan
identifikasi psikologis.23
Layar yang luas. Kelebihan media film
dibandingkan dengan televise adalah layar yang
digunakan untuk pemutaran film lebih berukuran besar
atau luas. Dengan layar film yang luas, telah
memberikan keleluasaan penontonnya untuk melihat
adegan-adegan yang disajikan dalam film.
Pengambilan gambar. Dengan kelebihan film,
yaitu layar yang besar, maka teknik pengambilan
gambarnya pun dapat dilakukan atau dapat
memungkinkan dari jarak jauh atau extreme long shot
dan panoramic shot. Pengambilan gambar yang seperti
ini dapat memnuculkan kesan artistic dan suasana yang
sesungguhnya.
22 Siti Karlinah dkk, Komunikasi Massa, (Jakarta : Universitas
Terbuka, 2008) hal 7.30
23
Siti Karlinah dkk, Komunikasi Massa, (Jakarta : Universitas
Terbuka, 2008) hal 7.31
19
Konsentrasi Penuh. Karena kita menonton film di
bioskop, tempat yang memiliki kedap suara, maka pada
saat kita menonton film, kita akan fokus pada alur
cerita yang ada di dalam film tersebut. Tanpa adanya
gangguan dari luar.
Identifikasi psikologis. Konsentrasi penuh saat kita
menonton di bioskop, tanpa kita sadari dapat membuat
kita benar-benar menghayati apa yang ada di dalam
film tersebut. Penghayatan yang dalam itu membuat
kita secara tidak sadar menyamakan diri kita sebagai
salah seorang pemeran dalam film tersebut.menurut
ilmu jiwa sosial, gejala seperti ini disebut sebagai
identifikasi psikologis.
4. Unsur-unsur Film24
Unsur film berkaitan erat dengan karakteristik
utama, yaitu audio visual. Audio visual dikategorikan
ke dalam dua bidang, yaitu sebagai berikut :
Unsur naratif, yaitu materi atau bahan olahan,
dalam film cerita unsure naratif adalah penceritannya.
Unsur sinematik, yaitu cara atau dengan gaya
seperti apa bahan olahan itu digarap.
Unsur sinematik terdiri atas beberapa aspek
berikut :
24 Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor : Ghalia
Indonesia, 2014) hal 92
20
a. Mise on scene berasal dari Perancis, tanah
leluhurnya bapak perfilman dunia Louis dan
Auguste Lumiere, yang secara sederhana bisa
diartikan sebagai segala sesuatu yang berada di
depan kamera.
b. Sinematografi
c. Editing
d. Suara
Ada 4 elemen penting dari mise in scene :
- Setting.
- Tata cahaya.
- Kostum dan make up
- Acting dan pergerakan pemain
Pemahaman tentang sinematografi sendiri
mengungkapkan hubungan essensial tentang
bagaimana perlakuan terhadap kamera serta bahan
baku yang digunakan, juga bagaimana kamera
digunakan untuk memenuhi kebutuhan yang
berhubungan dengan objek yang akan direkam.
Editing secara teknis merupakan aktivitas dari
proses pemilihan, penyambungan dari gambar-
gambar (shots). Melalui editing struktur, ritme
serta penekanan dramatik dibangun / diciptakan.
Suara di dalam film adalah seluruh unsure bunyi
21
yang berhubungan dengan gambar. Elemen-
elemennya bisa dari dialog, musin ataupun efek.
B. Tinjauan umum Islam
1. Pengertian islam
Islam secara etimologis berasal dari kata “salima”
yang berarti selamat, damai dan sejahtera. Muncul juga
beberapa turunan kata lain diaantaranya kata “salam”
dan “salamah” artinya keselamatan, kedamaian,
kesejahteraan dan penghormatan. “Taslim” artinya
penyerahan, penerimaan dan pengakuan. Dengan
demikian Islam mengandung pengertian seragkaian
peraturan yang didasarkan pada wahyu yang di
turunkan oleh Allah SWT kepada para nabi untuk
diaati dalam rangka memelihara keselamatan
kesejahteraan dan perdamaian bagi umat Islam yang
termaktub dalam kitab suci Al-Quran. Islam dalam arti
agama adalah pengindahan hokum dalam arti semata-
mata berbuat kebajikan, dengan penjelasan yang tegas
bahwa Islam melindungi kita dari musibah, kejahatan
dan aib.25
Agama Islam merupakan suatu ajaran yang
istimewa, yang mengatur hal dengan cara terperinci. Di
dalam Islam ada hal yang di perbolehkan, ada pula
25 Hadji Agus Salim, Pesan-pesan Islam, ( Bandung : Mizan, 2011)
hal 80
22
yang bersifat dilarang. Apabila melanggar hal-hal yang
dilarang oleh agama Islam, maka akan berdosa.
2. Sholat sebagai tiang agama
Asal arti kata sholat menurut bahasa adalah doa.
Dinamakan dengan sebagian dari bagian-bagiannya,
karena diantara bagian dalam sholat itu terdapat doa.
Dikatakan juga bahwa asal arti kata sholat menurut
bahasa adalah pengagungan.26
Karena di dalamnya
terdapat pengagungan terhadap Allah Yang Maha Suci
dan Maha Tinggi.
Sholat adalah fardhu ain yang diwajibkan kepada
setiap muslim yang baligh, berakal, baik laki-laki
maupun perempuan, yang kepadanya sampai seruan
(dakwah) Nabi Muhammad SAW, yang mampu
melaksanakannya, anak usia sepuluh tahun boleh
dipukul jika dia menolak, tidak mau melaksanakan
sholat dan tidak mau menuruti perintah orangtua dan
pendidiknya untuk melaksanakan sholat.
Allah telah menjadikan sholat sebagai jalan untuk
mencapai kemenangan, keberuntungan, kebahagiaan,
dan kesuksesan baik di dunia maupun di akhirat.
Menegakkan (melaksanakan) sholat termaasuk tanda-
tanda keimanan yang paling besar, syiar-syiar agama
yang paling agung dan tanda-tanda bersyukur kepada
26 Muhammad Mahmud ash-shawaf, Sempurnakan Shalatmu,
(Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2007) hal 38
23
Allah yang paling tampak, atas anugrah nikmat-
nikmatNya yang tak terduga.27
3. Pondok Pesantren sebagai salah satu sarana belajar
umat islam
Zuhairini dalam bukunya, Sejarah Pendidikan
Islam, memberikan definisi tentang pondok pesantren
adalah tempat murid-murid (disebut santri) mengaji
agama Islam dan sekaligus di asramakan di tempat
itu.28
Pada dasarnya, pondok pesantren lahir sebagai
prewujudan keinginan untuk menimba ilmu sebagai
bekal hidup dan keinginan orang yang secara ikhlas
mengajarkan ilmu dan pengalamannya kepada umat.
Setiap pesantren ternyata berproses dan bertumbuh
kembang dengan cara yang berbeda-beda di berbagai
tempat, baik dalam bentuk maupun kegiatan-kegiatan
kurikulernya. Namun, diantara perbedaan-perbedaan
tersebut masih bisa di identifikasi adanya pola yang
sama. Persamaan pola tersebut, dapat di bedakan dalam
dua segi, yaitu segi fisik dan segi non fisik. Segi fisik
tediri dari emapt komponen pokok yang selalu ada
pada setiap pondok pesantren, yaitu (a) kiai sebagai
pemimpin, pendidik guru dan panutan (b) santri
sebagai peserta didik atau siswa, (c) masjid sebagai
27 Muhammad Mahmud ash-shawaf, Sempurnakan Shalatmu,
(Yogyakarta : Mitra Pustaka, 2007) hal 4
28
H.Mahpudin Noor, Potret Dunia Pesantren ( Bandung : humaniora,
2006) hal 17
24
tempat penyelenggara pendidikan, pengajaran dan
peribadahan (d) pondok atau asrama untuk tempat
tinggal santri.29
Adapun yang non fisik yakni pengajian
(pengajaran agama). Pengajian ini disampaikan dengan
berbagai metode yang secara umum nyaris sama, yakni
standarisasi kerangka sistem nilai baik dan buruk yang
menjadi standar kehidupan dan perkembangan pondok
pesantren.
C. Tinjauan Umum Semiotika
Manusia memiliki dibandingkan kemampuan yang
lebih dengan makhluk lainnya dalam hal berkomunikasi,
yaitu kemampuannya menciptakan bahasa simbolik. Tiada
manusia dalam aktivitasnya sehari-hari yang tidak
melakukan proses komunikasi, inilah yang menjadi hakikat
pokok komunikasi. Komunikasi ada hubungan dengan
perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan untuk
berinteraksi dengan manusia lainnya. Hamper setiap orang
butuh untuk mengadakan kontak sosal dengan orang lain.
Kebutuhan ini dipenuhi melalui saling pertukaran pesan
yang dapat menjembatani individu-individu agar tidak
terisolir.
29 Abd.halim soebahar, Modernisasi Pesantren, (Yogyakarta : LKiS
Printing Cemerlang, 2013) hal 37
25
Guna memenuhi kebutuhan berinteraksi untuk
mengadakan kontak dengan realitas lingkungannya, maka
digunakanlah bahasa dalam komunikasi manusia, baik
bahasa verbal maupun nonverbal. Sebagai bentuk pesan
yang digunakan oleh manusia, keduanya (bahasa verbal
dan nonverbal) menggunakan sistem lambang atau simbol.
Seperti yang diungkapkan oleh L.E. Sarbaugh dalam
definisnya : Communication is the process of using signs
and symbols which elicit meanings in another persons or
persons. Komunikasi merupakan proses penggunaan
tanda-tanda dan simbol-simbol yang mendatangkan makna
bagi orang atau orang-orang lain.30
1. Pengertian Semiotika
Secara etimologis, istilah semiotik berasal dari
kata Yunani semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu
sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar
konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat
dianggap mewakili sesuatu yang lain. Istilah semeion
tampaknya diturunkan dari kedokteran hipokratik atau
asklepiadik dengan perhatiannya pada simtomatologi
dan diagnostik inferensial . “Tanda” pada masa itu
masih bermakna sesuatu hal yang menunjuk pada
adanya hal lain. Contohnya, asap menandai adanya api.
30 Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor : Ghalia
Indonesia, 2014) hal 1.
26
Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan
sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-
objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai
tanda. Van Zoest (1996:5) mengartikan semiotic
sebagai “ilmu tanda (sign) dan segala yang
berhubungan dengannya: cara berfungsinya,
hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan
penerimaannya oleh mereka yang
mempergunakannya”.31
Preminger berpendapat bahwa semiotika adalah
ilmu tentang tanda-tanda. Ilmu yang menganggap
bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu
merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-
sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang
memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.
Semiotika mengeksplorasi bagaimana makna yang
terbangun oleh teks telah diperoleh melalui penataan
tanda dengan cara tertentu dan melalui penggunaan
kode-kode budaya. Menurut Culler (1981), semiotika
adalah instrument pembuka rahiasia teks dan
penandaan, karena semiotika adalah puncak logis dari
apa yang disebut Derrida sebagai “logosentrisme”.
Budaya barat: rasionalitas yang memperlakukan makna
31 Alex Sobur, Analisis Teks Wacana : Suatu Pengantar Untuk
Analisis Wacana, Analisis Semiotic Dan Analisis Framing, (Bandung : PT
Remaja Rosdakarya : 2006), hal 96
27
sebagai konsep atau representasi logis yang merupakan
fungsi tanda sebagai ekspresi.
Menurut Teeuw (1982) batasan semiotik adalah
tanda sebagai tindak komunikasi. Ia selanjutnya
menyempurnakan batasan semiotic sebagai model
sastra yang mempertanggungjawabkan semua faktor
dan aspek hakiki untuk pemahaman gejala sastra
sebagai alat komunikasi yang khas di dalam
masyarakat mana pun.32
2. Teori dan model semiotika
a. Semiologi Ferdinand De Saussure
Saussure melihat linguistik sebagai salah
satu cabang dari “semiologi”. Aturan-aturan yang
berlaku dalam linguistik juga berlaku dalam
semiotika. Sebagai seorang ahli linguistik, Saussure
melihat bahwa bahasa adalah jenis tanda tertentu
dan semiotika adalah ilmu yang mengkaji tentang
tanda, proses menanda dan menandai. Jadi,
memang dapat dipahami adanya hubungan antara
linguistik dengan semiotika.33
Sebagai seorang ahli linguistik, Saussure
amat tertarik pada bahasa. Dia lebih memerhatikan
cara tanda-tanda (atau dalam hal ini, kata-kata)
32 Bambang Setiawan dkk, Metode Penelitian Komunikasi, (Bogor :
Universitas Terbuka : 2007) hal 8.16
33
Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor : Ghalia
Indonesia, 2014) hal 18.
28
terkait dengan tanda-tanda lain dan bukannya cara
tanda-tanda terkait dengan objeknya. Model dasar
Saussure lebih fokus perhatiannya langsung pada
tanda itu sendiri. Bagi Saussure, tanda meupakan
objek fisik dengan sebuah makna; atau untuk
menggunakan istilahnya, sebuah tanda terdiri atas
penanda dan pertanda.
Menurut Ferdinand De Saussure, tanda
/simbol (termasuk bahasa) bersifat arbitari, yaitu
tergantung pada impuls (rangsangan) maupun
pengalaman personal pemakainya. Berdasarkan
pandangan Saussure, dalam satu sistem penandaan,
tanda merupakan bagia tak terpisahkan dari sistem
konvensi. Sifat arbitari ini, menurut Saussure,
artinya tidak ada hubungan alamiah antara bentuk
(penanda) dengan makna (pertanda). Namun,
penggunaan bahasa tidak sepenuhnya arbitari,
karena semua itu tergantung pada „kesepakatan‟
antar pengguna bahasa.34
Prinsip dari teori Saussure ini mengatakan
bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda, dan
setiap tanda itu tersusun dari dua bagian, yakni
signifier (penanda) dan signified (pertanda). Tanda
adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda
34 Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor : Ghalia
Indonesia, 2014) hal 18
29
(signifier) dengan sebuah ide atau pertanda
(signified). Tanda adalah seluruh yang dihasilkan
dari asosiasi penanda dengan pertanda. Hubungan
antara signifier dan signified disebut sebagai
„signifikasi‟.
Ketika bahasa berupaya mendefinisikan
realitas, ada bahaya bahwa bahasa sendiri tereduksi
menjadi suatu rangkaian signifier belaka tanpa
referensi langsung terhadap yang ditandakan
(signified). Suatu pengertian atau definisi tentang
sesuatu tinggal sebagai definisi belaka. Akibatnya,
bahasa menjadi “kosong”, sebab bahasa tampak
sebagai rangkaian perumusan yang tersimpan
dalam kamus atau memori saja.
Hubungan antara signifier dan signified ini
dibagi menjadi tiga, yaitu35
:
1. Ikon adalah tanda yang memunculkan kembali
benda atau realitas yang ditandainya, misalnya
foto atau peta.
2. Indeks adalah tanda yang kehadirannya
menunjukkan adanya hubungan dengan yang
ditandai misalnya asap adalah indeks dari api.
35 Alex Sobur, Analisis teks media : suatu pengantar untuk analisis
wacana, analisis semiotic dan analisis framing, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya : 2006), hal 126
30
3. Simbol adalah sebuah tanda dimana hubungan
antara signifier dan signified semata-mata
adalah masalah konvensi, kesepakatan atau
peraturan.
Dalam pandangan Saussure, makna sebuah
tanda sangat dipengaruhi oleh tanda lain.
Sementara itu, makna dianggap sebagai
fenomena yang bisa dilihat sebagai kombinasi
beberapa unsur dengan setiap unsur itu. Secara
sendiri-sendiri, unsur tersebut tidak mempunyai
makna sepenuhnya.
Gambar 2.1 : Elemen-elemen Makna
Saussure36
Sign
Composed of
Meaning
Signifier Signified
b. Pragmatisme Charles Sander Pierce
Jika Saussure menawarkan model dyalic,
maka Charles Sander Pierce dikenal dengan model
triadic dan konsep trikotominya yang terdiri atas
berikut ini : 36 Alex Sobur, Analisis teks media : suatu pengantar untuk analisis
wacana, analisis semiotic dan analisis framing, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya : 2006), hal 125
Signification
31
Representemen; bentuk yang diterima oleh
tanda atau berfungsi sebagai tanda (Saussure
menamakannya signifier). Representamen kadang
diistilahkan juga menjadi sign.
Interpretant; bukan penafsir tanda, tetapi
lebih merujuk pada makna dari tanda.
Object; sesuatu yang merujuk pada tanda.
Sesuatu yang diwakili oleh representamen yang
berkaitan dengan acuan. Object dapat berupa
representasi mental (ada dalam pikiran), dapat juga
berupa sesuatu yang nyata di luar tanda.37
Model triadik dari Pierce sering juga
disebut sebagai “triangle meanings semiotics” atau
dikenal dengan teori segitiga makna, yang
dijelaskan secara sederhana: “tanda adalah sesuatu
yang dikaitkan pada seseorang untuk sesuatu dalam
beberapa hal kapasitas. Tanda merujuk pada
seseorang, yakni, menciptakan di benak orang
tersebut suatu tanda yang setara, atau suatu tanda
yang lebih berkembang, tanda yang diciptakannya
dinamakan interpretant dari tanda pertama. Tanda
itu merujuk pada sesuatu, yakni objeknya”.
c. Mitologi Roland Barthes
37 Nawiroh Vera, Semiotika dalam Riset Komunikasi, (Bogor : Ghalia
Indonesia, 2014) hal 21
32
Menurut Barthes, semiologi hendak
mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity)
memaknai hal-hal (things). Memaknai, dalam hal
ini tidak dapat disamakan dengan
mengkonsumsikan. Memaknai berarti bahwa
objek-objek tidak hanya hendak berkomunikasi,
tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari
tanda. Barthes, dengan demikian melihat
signifikansi sebagai sebuah proses yang total
dengan suatu susunan yang sudah terstruktur.
Signifikansi tak terbatas pada bahasa, tetapi juga
pada hal-hal lain di luar bahasa. Barthes
menganggap kehidupan sosial sebagai sebuah
signifikansi. Dengan kata lain, kehidupan sosial,
apapun bentuknya, merupakan suatu sistem tanda
sendiri.
Semiotika Barthes tersusun atas tingkatan-
tingkatan sistem bahasa. Umumnya Barthes
membuatnya dalam dua tingkatan bahasa. Bahasa
tingkat pertama adalah bahasa sebagai obyek dan
bahasa tingkat kedua yang disebut dengan meta
bahasa. Bahasa ini merupakan suatu sistem tanda
yang memuat signifier (penanda) dan signified
(petanda).
33
BAB III
GAMBARAN UMUM FILM PESANTREN IMPIAN
A. Profil Produser Film Pesantren Impian
Setiawan Hanung Bramantyo lahir di Yogyakarta,
1 Oktober 1975, dikenal sebagai seorang sutradara dengan
karya-karya yang mengagumkan. Dalam kehidupan
pribadinya, Hanung pernah menikah dengan Yanesthi
Hardini namun berakhir dengan bercerai, bersama
Yanesthi Hanung memiliki 1 orang anak. Saat ini ia telah
menikah lagi dengan aktris cantik Zaskia Adya Mecca dan
telah di karuniai 3 orang anak.
Dalam Festival Film Indonesia (FFI) 2005,
Hanung terpilih sebagai sutradara tebaik lewat filmnya,
Brownies untuk Piala Citra – Film layar lebar. Dirinya
juga dinominasikan sebagai sutradara terbaik untuk film
cerita lepas, lewat Sayekti dan Hanafi, namun dirinya
kemudian di kalahkan oleh sutradara Guntur
Soehardjanto. Pada Festival Film Indonesia 2007 ia
kembali terpilih sebagai Sutradara Terbaik melalui
film Get Married. Hanung Bramantyo pernah kuliah di
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia namun ia
tidak menyelesaikannya. Setelah itu ia pindah
34
mempelajari dunia film di Jurusan Film Fakultas Film dan
Televisi Institut Kesenian Jakarta (IKJ).38
Film-film yang disutradarai Hanung diantaranya,
Gundala Putra Petir (2017), Kartini (2016), Rudy Habibie
(2006), Talak 3 (2016), 2014 (2015), Hijab (2015),
Soekarno : Indonesia Merdeka (2013), gending Sriwijaya
(2013), Perahu Keras 2 (2013), Cinta Tapi Beda (2012),
Perahu Kertas (2012), Pengejar Angin (2011), “?” (2011),
Sang Pencerah (2010), Tendangan dari Langit (2010),
Menebus Impian (2010), Get Merried 2 (2009), JK – Film
Pendek (2009), Perempuan Berkalung Sorban (2009), Doa
yang Mengancam (2008), Ayat-ayat Cinta (2008), Get
Merried (2007), Legenda Sundel Bolong (2007), Kamulah
Satu-satunya (2007), Lentera Merah (2006), Jomblo
(2006), Sayekti dan Hanafi (tv) (2005), Catatan Akhir
Sekolah (2005), Brownies (2004), When… - Film Pendek
(2003), Gelas-gelas Berdenting (2001) dan Topeng
Kekasih (2000).
Pada film Pesantren Impian, Hanung Bramantyo
bekerja sama dengan dengan Karan Mahtani sebagai
produser film. Film Pesantren Impian ini di sutradarai
oleh Ifa isfansyah. Cerita yang di ambil dari novel Asma
38 https://id.wikipedia.org/wiki/Hanung_Bramantyo di akses pada
tanggal 30 maret 2017 pukul 11:57
35
Nadia dengan judul yang sama ini, menjadi salah satu
judul baru lagi bagi Hanung yang sukses di pasaran
perfilman Indonesia.
B. Profil Sutradara Film Pesantren Impian
Ifa isfansyah lahir di Yogyakarta, 16 Desember
1979. Ia dikenal sebagai salah satu penulis naskah dan
sutradara film terbaik di Indonesia. Ifa tercatat sebagai
lulusan Institut Seni Indonesia Jurusan Televisi pada
tahun 2007. Pada tahun 10 Maret 2012, ifa menikah
dengan Kamila Andini, putri dari Garin Nugroho yang
sama-sama berprofesi sebagai sutradara.
Ifa telah aktif menjadi sutradara sejak awal tahun
2000an. Saat itu ia aktif beberapa komunitas film
independen Indonesia dan mulai berkarya melalui
beberapa film pendek. Tahun 2001 ia mendirikan
Fourcolors Film, sebuah komunitas film yang di
Yogyakarta yang kemudian berkembang menjadi rumah
produksi yang menangani beberapa film pendek, video
klip, iklan dan sinetron. Film pendek pertamanya berjudul
Air Mata Surga berhasil diundang Festival Film-Video
Indonesia pada tahun 2002 sebagai film pembuka.39
Tahun 2007, lewat film pendek yang berjudul Setengah
39
https://googleweblight.com/?lite_url=http://m.kapanlagi.com/indonesia/i/ifa_is
fa pada tanggal 30 maret 2017 pukul 13.03
36
Sendok Teh yang meraih banyak pujian di media
internasional.
Malang melintang di dunia film pendek, baru pada
tahun 2009 Ifa memberanikan diri menyutradarai film
panjang. Film panjang pertamanya adalah Garuda di
Dadaku yang diperankan oleh Maudi Koesnadi, Emir
Mahira, Marsha Aruan, dan actor senior Ikranagara. Film
memenangkan penghargaan Piala Citra dalam kategori
Film Anak-anak Terbaik.40
C. Sinopsis Cerita
Pesantren Impian adalah sebuah pesantren di
tengah pulau yang didirikan oleh Gus Budiman untuk
dijadikan tempat meraih kesempatan kedua bagi orang-
orang (khususnya perempuan) yang mengalami masa lalu
buruk di hidupnya. Pesantren ini didirikan untuk menjadi
jembatan hidayah bagi santriwati-santriwatinya. Di dalam
pesantren ini terdapat Gus budiman selaku pendiri
pesantren, Umar sebagai asisten sekaligus keponakan Gus
Budiman, ustad dan ustadzah, dokter yang melayani
kesehatan santri dan para pembantu pesantren.
Alkisah datanglah 10 santri yang mendapat
undangan untuk menimba ilmu di Pesantren Impian
40
https://googleweblight.com/?lite_url=http://m.kapanlagi.com/indonesia/i/ifa_is
fa pada tanggal 30 maret 2017 pukul 13.05
37
dengan berbagai latar belakang masa lalu mereka. Ada
Sissy seorang model yang bersama asistennya, Inong.
Lalu ada juga Butet dengan kasus narkobanya. Sri dengan
kasus skandal pelacuran dan pengeroyokan. Sementara
Rini yang dari luar tampak polos, ternyata sudah hamil di
luar nikah. Selain mereka berempat ada sederet nama lain
yang juga datang dengan persoalan masing-masing.
Termasuk Dewi yang menyamar sebagai Eni, seorang
polwan muda yang cerdas yang tengah mengusut sebuah
kasus pembunuhan dan mendapatkan petunjuk bahwa
pelakunya berada di Pesantren Impian itu.
Walaupun bukan tanpa masalah, ternyata
Pesantren Impian perlahan-lahan mampu mencairkan
kekakuan yang ada pada mereka dan membuat para
santriwati baru itu bisa akrab dalam semangat
persaudaraan. Perlahan tapi pasti, mereka mulai mengenal
Islam dengan lebih baik. Mereka terus diajak agar
kembali pada fitrah, supaya kematian (yang bisa datang
kapan pun) tidak menjadi sesuatu yang mengerikan
melainkan menjadi sebuah pintu kebebasan menuju surga.
Namun ketenangan dan kenyamanan di Pesantren Impian
itu tiba-tiba berubah drastis. Kematian demi kematian
aneh mulai terjadi satu persatu. Hal itu tentu membuat
para santriwati ketakutan dan membuat suasana semakin
mencekam. Eni yang berprofesi sebagai polisi berusaha
38
mengungkapkan pembunuhan yang terjadi di pesantren.
Berbekal keterangan-keterangan yang ia kumpulkan, ia
menuduh satu persatu santri yang di latar belakangi masa
lalu mereka.
Sampai pada akhirnya Gus Budiman menjadi
korban pembunuhan misterius itu dan perlahan tapi pasti
Eni mulai mengetahui siapa penyebab kematian santri-
santri bahkan Gus Budiman ini. Jane adalah mantan
tunangan Umar, ia dalang dari semua tragedy
pembunuhan yang terjadi di Pesantren Impian. Ia dendam
dengan setiap orang yang mengobrol dengan Umar. Umar
pernah berjanji pada Jane untuk menjadikan Jane orang
yang terakhir untuk dia. Jadi, setiap orang yang
mengobrol dan dinasihati oleh Umar akan langsung
dibunuh oleh Jane.
D. Tim Produksi Film Pesantren Impian
Genre : Drama, Misteri, Thriller
Produser : Karan Mahtani dan Hanung
Bramantyo
Penulis : Alim Sudio dan Salim Bachmid
Sutradara : Ifa Isfansyah
Diangkat dari : Novel Pesantren Impian karya
Asma Nadia
Produksi : MD Pictures
39
Pemain-pemain41
:
1. Prisia Nasution sebagai Eni
Eni adalah perempuan tangguh yang bekerja sebagai
polisi. Nama asli Enk adalah Briptu Dewi. Misi dia
masuk ke dalam Pesantren Impian dikarenakan ia
sedang ditugaskan menangkap dalang pembunuhan
yang terjadi di sebuah hotel. Fakta-fakta yang Eni
dapatkan mengarah pada salah satu santri yang ikut
masuk ke Pesantren Impian
2. Fachri Albar sebagai Umar
Umar adalah santri kepercayaan Gus Budiman. Ia
memiliki prilaku yang sopan dan santun. Para
santriwati banyak yang tertarik dan mencoba
mendekati umar dengan cara seperti mengobrol atau
meminta tolong. Di balik sifat santun Umar, umar
memiliki rahasia besar. Ia meninggalkan kekasihnya
untuk menuntut ilmu di Pesantren Impian dan
kekasihnya marah dan dendam pada Umar.
3. Dinda Kanya Dewi sebagai Inong
Inong merupakan asisten Sisy yang diajak oleh Sisy
untuk belajar di Pesantren Impian. Kehidupan Inong
sebelum menjadi asisten Sisy sangatlah buruk, ia
41 https://id.m.wikipedia.org/wiki/pesantren_impian di akses pada
tanggal 17 april 2017 pada pukul 16 : 15
40
hidup dijalanan. Semua perkerjaan kotor pernah ia
lakukan seperti mencopet, mabuk-mabukan dan masih
banyak lagi. Setelah masuk ke Pesantren Impian ia
menjadi wanita yang lebih taat terhadap perintah
Allah, namun malangnya ia di tuduh membunuh oleh
Eni sehingga ia di kurung di gudang pesantren yang
dijadikan penjara sementara waktu oleh Eni.
4. Indah permatasari sebagai Sissy
Sissy adalah seorang aktris ibukota. Kehidupannya
glamor. Namun semenjak pemberitaan bahwa ia di
“booking” oleh seorang mafia, pamornya menurun
dan ia pun melarikan diri ke Pesantren Impian. Sissy
merupakan orang yang diduga menjadi pembunuh
yang sedang di incar oleh Eni.
5. Deddy sutomo sebagai Gus Budiman
Gus budiman merupakan pendiri Pesantren Impian.
Pesantren impian adalah tempat dimana orang-orang
dengan latar kehidupan buruk yang berbeda menimba
ilmu dan merubah kehidupan menjadi lebih baik dan
lebih taat. Gus budiman akan mengirim orang-orang
suruhannya untuk mengamati setiap perempuan.
6. Siti Nursanti sebagai Hanum
Ustadzah Hanum selalu membimbing santriwati di
Pesantren Impian. Ia selalu mengingatkan santriawati
41
tentang kebaikan-kebaikan yang agama islam ajarkan.
Sifatnya yang penyabar membuat santriwati dekat dan
menganggapkan sebagai pengganti ibu mereka di
Pesantren Impian.
7. Annisa Hertami sebagai Tanti
8. Sheila Cascales sebagai Sri
Sri adalah artis ibukota yang wajahnya tidak asing
lagi. Sebelum masuk ke Pesantren Impian ia
dikabarkan terlbat dalam kasus pelacuran dan ia
membenarkan kasus tersebut. ia berusaha sekuat
mungkin untuk bertaubat di Pesantren Impian.
9. Shabrina Sungkar sebagai Rini
Rini mengalami pemerkosaan sehingga ia harus
menanggung kehamilan yang tidak ia inginkan. Rini
mengalami trauma yang mendalam karena sampai saat
ini ia tidak tahu siapa yang tega melakukan perbuatan
keji itu padanya.
10. Trina Titiliani sebagai Yanti
11. Vanda Mutiara sebagai Lin
12. Lina Sugiarto sebagai Ita
13. Fuad Idris sebagai Dodo
14. Febby Stephanie Ginting
15. Usmiati Brohisman sebagai mbok jum
16. Haydar Rukman Rosadi sebagai ustadz Agam
42
Ustadz Agam adalah suami dari ustadzah Hanum.
Ustadz agam sudah menjadi salah satu orang
kepercayaan Gus Budiman untuk mengurus dan
mengajar santri-santri di Pesantren Impian.
17. Alexandra Gottardo sebagai Jane
Jane adalah dalang dari semua pembunuhan yang
terjadi di Pesantren Impian. Ia mantan pacar dari
Umar, ia dendam karena ditinggal Umar ke Pesantren.
Dendamnya itu membuat ia diam-diam tinggal di
Pesantren tanpa pengetahuan siapapun. Ia membunuh
santri-santri yang kedapatan mengobrol dengan Umar.
43
BAB IV
GAMBARAN TENTANG ISLAM PADA FILM
PESANTREN IMPIAN
A. Adegan-adegan pada Film Pesantren Impian
Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata
sosial dan media komunikasi dengan atau tanpa suara dapat
dipertunjukkan. Film merupakan salah satu media komunikasi
yang menjadi alat untuk menyampaikan pesan-pesan kepada
khalayak. Dalam hal ini peneliti fokus pada pandangan Islam
dalam film Pesantren Impian.
Film memiliki adegan yang berkesinambungan. Adegan
adalah bagian dari babak yang menjadi gambaran suasana
dari suatu drama. Sedangkan babak merupakan bagian dari
drama yang terdiri dari dua atau tiga bahkan lebih, atau lebih
dikenal dengan istilah permulaan, klimaks dan ending.
Adegan menjadi sangat penting dalam sebuah film.
Karena melalui adegan yang diperankan oleh aktris dan aktor,
pesan-pesan dalam film tersebut dapat disampaikan kepada
khalayak. Seperti halnya dalam film Pesantren Impian,
berbagai adegannya mampu menguras emosi, memacu
adrenalin penonton dan membuat penonton penasaran disetiap
adegan.
44
Dalam film Pesantren Impian, hasil temuan yang dapat
diteliti menggunakan analisis semiotika Ferdinand De
Saussure untuk mengetahui gambaran tentang Islam pada film
tersebut di antaranya :
1. Santriwati-santriwati memperebutkan kerudung.
2. Butet membawa narkoba.
3. Ustadzah Hanum mengajarkan gerakan sholat kepada Eni.
4. Tanti diam-diam merokok di dalam kamar mandi
5. Pembunuhan misterius yang terjadi pada Tanti.
6. Eni menuduh Inong yang membunuh Tanti.
7. Ustadzah hanum memberikan mukena dan sajadah pada
Eni
8. Ustad Agam memberikan pemahaman bahwa masa lalu
yang dimiliki santriwati-santriawati telah berakhir setelah
mereka berada di Pesantren Impian,
9. Gus budiman mengingatkan perempuan memiliki
kedudukan yang sama. Perempuan juga berhak
mendapatkan kesempatan kedua atas kesalahan-kesalahan
yang pernah dilakukan di masa lalu
10. ustadzah Hanum memberikan kekuatan pada Eni yang
sedang menghadapi kasus pembunuhan misterius di
Pesantren Impian.
45
B. Hasil Analisis Semiotika yang Menggambarkan Tentang
Islam dalam Film Pesantren Impian
Berikut adalah beberapa adegan dalam film Pesantren
Impian yang menggambarkan tentang Islam dan penjelasan
dari adegan-adegan yang akan dijabarkan menggunakan
analisis semiotika Ferdinand De Saussure antara lain :
a. Amar ma’ruf nahi munkar
1. Santriwati memperebutkan penutup kepala
Dialog Visual
Sissy : “ah ga suka
warnanya”
Sissy : “Ada warna pink
ga?”
Gambar 1 Adegan menit ke 06.37
Penanda Petanda
Adegan santriwati sedang
melakukan pembicaraan
di dalam sebuah bus. Di
dalam adegan tersebut
santriwati memperebutkan
Santriwati memperebutkan
kerudung disebabkan adanya
pandangan bahwa ketika berada
di dalam pesantren atau
lingkungan yang islami seorang
46
penutup kepala, gerakan
tangan dan badan
menunjukkan sedang
memperebutkan dan
sebagian memakai
kerudung.
perempuan diwajibkan
memakai pakaian yang tertutup
dan sopan.
Analisis semiotika : Pada gambar 1 terlihat dari sudut
pengambilan medium shot menunjukkan perempuan-perempuan
yang sedang berada dalam perjalanan di sebuah bus tengah
memperebutkan kerudung yang mereka bawa. Melalui gambar,
dialog, penanda dan petanda hingga akhirnya membentuk suatu
pemaknaan, dapat disimpulkan bahwa sebelum ke pesantren,
perempuan-perempuan tersebut tidak menggunakan kerudung
sehingga mereka tidak terbiasa dan membuat mereka menjadi
saling berebutan agar terlihat matching dengan pakaian yang di
kenakan. Pemilihan warna pink yang di minta Sissy menujukkan
adanya keserasian dengan sifatnya yang girly karena Sissy
adalah seorang model. Pada dasarnya Kerudung atau hijab
merupakan simbol pakaian yang di pakai oleh wanita muslim.
Umumnya, bila seorang muslimah berada ditempat seperti masjid
atau pesantren, seorang muslimah pasti akan malu bila tidak
menutup aurat. Aurat muslimah adalah seluruh anggota badan
kecuali muka dan telapak tangan. Dalam hal ini, Islam
menganjurkan semua msulimah menggunakan pakaian yang
47
menutup aurat tidak hanya didalam masjid atau didalam
pesantren saja, melainkan diseluruh tempat dimanapun berada
dan disegala kondisi.
2. Dokter Aulia menyita narkoba dari Butet
Dialog Visual
Dokter Aulia :
Selamat datang di Pesantren
Impian, saya dokter Aulia.
Jika ada barang bawaan
kalian yang kami anggap
dapat mengganggu
konsentrasi kalian selama
berada disini, maka akan
kami sita. Selama seminggu
pertama kalian
Dilarang menggunakan
handphone, fokus kalian
disini adalah untuk
beribadah dan belajar.
(memeriksa tas)
(mengambil high heels42
dari
dalam salah satu tas santri).
Ini pesantren non, bukan
Gambar 2 adegan pada menit ke
08.30
Gambar 3 adegan pada menit ke
08.37
42 High heels adalah sepatu wanita yang memiliki tumpuan lancip di
ujungnya.
48
Indonesian
Nextstop Models. Dengar
semuanya,
Eni :
masih ada privasi disini kan
dok? Dok, tolong cek bagian
belakang Butet.
Dokter Aulia :
(mengecek bagian belakang
Butet dan menemukan
Narkoba.
Penanda Pertanda
Dokter Aulia sedang memeriksa
barang bawaan santriwati, Eni
yang berprofesi sebagai polisi
mencurigai gerak-gerik Butet
dan meminta Dokter Aulia
memeriksa barang bawaan
Butet. Adegan tersebut
ditunjukkan dengan gerakan
mata Eni dan gerakan badan
Dokter Aulia.
Di dalam pesantren ada
peraturan yang meminta
santrinya untuk tidak
membawa barang-barang
yang akan menganggu
proses belajar santri, barang-
barang itu diantaranya
handphone, make up,
bahkan rokok dan narkoba.
49
Analisis semiotika : Pada gambar 2 terlihat dari teknik
pengambilan over shoulder shot. Teknik ini didasarkan pada
kamera berada di belakang bahu salah satu objek pembantu, dan
bahu si objek tampak dalam frame. Objek utama tampak
menghadap kamera dengan latar depannya adalah bahu pemain.
Adegan tersebut menunjukkan Eni yang tengah berbisik kepada
Dokter Aulia, Eni yang sedari awal memperhatikan tingkah laku
Butet mencurigai Butet membawa narkoba. Pada gambar 3
menunjukkan teknik pengambilan two shot. Dokter Aulia
menemukan narkoba di saku celana bagian belakang Butet.
Melalui gambar, dialog, penanda dan petanda hingga akhirnya
membentuk suatu pemaknaan dapat disimpulkan bahwa
santriwati masih ketergantungan dengan benda-benda yang
sifatnya duniawi. Di dalam pesantren, santriwati tidak
diperbolehkan membawa barang-barang yang nantinya hanya
akan menggangu konsentrasi belajar, terlebih santri yang
membawa narkoba. narkoba adalah barang haram yang membuat
penggunanya bisa kehilangan kesadaran, apabila narkoba
digunakan terlebih di dalam pesantren pasti akan membawa
dampak yang sangat negatif pada santri yang memakainya dan
pada santri-santri yang lain. Dalam islam narkoba sendiri
50
dikategorikan sebagai barang yang memabukkan. Allah SWT
melarang semua hal yang memabukkan.
3. Santri belajar sholat
Dialog Visual
(tanpa dialog)
Gambar 4 pada menit ke 09.32
Gambar 5 pada menit ke 09.36
Penanda Pertanda
Adegan
memerlihatkan Eni
Eni yang belum pernah melakukan sholat,
berusaha belajar sholat dan gerakan-
51
sedang belajar sholat
dengan Ustadzah
Hanum, hal ini ditun
jukkan dengan
gerakan tangan Eni
yang mengikuti
gerakan tangan
Ustadzah Hanum.
Sementara santriwati
yang lain sudah
terlebih dulu
melaksanakan sholat
berjamaah.
gerakannya sesuai dengan yang di
perintahkan oleh Allah SWT.
Analisis semiotika : Pada gambar 4 terlihat dari teknik
pengambilan two shot, dimana Eni dan Ustadzah Hanum berdiri
bersebrangan. Ustadzah Hanum sedang mempraktekan gerakan
takbiratul ikhram. Pada gambar ke 5 menggunakan teknik
medium shot, memperlihatkan santriwati-santriwati sedang
sholat berjamaah. Kedua gambar ini membentuk satu adegan
yang menggambarkan santriwati sedang sholat berjamaah
sementara Eni tertinggal berjamaah karena sedang mempelajari
gerakan sholat dengan Ustadzah Hanum. Melalui gambar, dialog,
penanda dan petanda hingga akhirnya membentuk suatu
pemaknaan dapat disimpulkan bahwa sholat merupakan perintah
52
rukun islam kedua. Sholat merupakan kewajiban setiap muslim
baik laki-laki maupun perempuan. Perintah sholat ini termaktub
dalam Al-Qur‟an pada surat al-Hajj ayat 77 Allah SWT
berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu,
sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan,
supaya kamu mendapat kemenangan.”
4. Tanti merokok di dalam kamar mandi santri.
Dialog Visual
(tanpa dialog)
Gambar 5 pada menit ke 16.56
Gambar 6 pada menit ke 17.09
53
Gambar 7 pada menit ke 17.10
Penanda Pertanda
Tanti diam-diam masih
melakukan kegiatannya
di masa lalu yakni
merokok dan di lakukan
di dalam kamar mandi,
gerakan tangan Tanti
menunjukkan bahwa
Tanti menyembunyikan
rokoknya di dalam pot
bunga yang terdapat di
salah satu kamar mandi
santri.
Tanti belum bisa sepenuhnya
menghilangkan kebiasaan buruk
merokok.
Analisis semiotika : Pada gambar 5 teknik pengambilan
pada gambar ini meggunakan teknik close up, dimana fokus
gambar pada objek rokok yang di sembunyikan Tanti di dalam
54
pot bunga. Pada gambar 6 teknik pengambilan gambarnya masih
menggunakan close up dengan objek rokok yang sedang di hirup
oleh Tanti dan pada gambar 6 teknik pengambilan gambar
menggunakan teknik medium shot, fokus pada gambar ini
memperlihatkan Tanti yang sedang berada di dalam kamar mandi
dan tengah merokok secara diam-diam. Melalui gambar, dialog,
penanda dan petanda hingga akhirnya membentuk suatu
pemaknaan dapat disimpulkan bahwa Merokok adalah kegiatan
menghisap lintingan-lintingan tembakau. Rokok sangat berbahaya
terlebih jika seorang wanita menjadi perokok aktif. Wanita
cenderung memiliki banyak resiko seperti gangguan kehamilan,
gangguan pada janin dan sebagainya. Dalam islam, ada banyak
pendapat mengenai merokok. Sebagian ulama berpendapat masih
memperbolehkan rokok namun ada juga yang melarangnya.
Karena rokok di anggap dapat membahayakan kesehatan, maka
itu termasuk mencelakai diri sendiri. Ada ayat yang
menyembutkan bahwa Allah SWT tidak menyukai orang-orang
yang mebahayakan dirinya seoerti pada surat An-nisa ayat 29 :
ا يم ح م ر ك ان ب ك ن الل إ م ك س ف و وا أ ل ت ق ل ت و
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu”.
5. Pembunuhan pada Tanti.
Dialog Visual
55
Tanti : (sedang merokok, tiba-tiba
ada suara dari luar kamar mandi
dan ada rokok beserta korek yang
dilemparkan ke dalam kamar
mandi tempat Tanti sedang
merokok)
(Tanti keluar kamar mandi dan
sosok misterius muncul dan
langsung membunuhnya)
Gambar 8 pada menit ke
22.47
Gambar 9 pada menit ke
23.16
Penanda Pertanda
Adegan menunjukkan Tanti
keluar dari kamar mandi dengan
mimik wajah yang kaget karena
ada sosok misterius
menghampirinya. Ini terlihat
mulut yang terbuka dan mata
yang menatap aneh.
Pembunuhan misterius terjadi
pada Tanti saat Tanti sedang
asyik merokok di dalam
kamar mndi, pembunuhan ini
terjadi sangat cepat hingga
seisi Pesantren tidak
mengetahui hal tersebut.
Analisis semiotika : Pada gambar 8 teknik pengambilan
gambar menggunakan over shoulder shot dimana kamera berada
di belakang bahu salah satu objek pembantu, dan bahu si objek
56
tampak dalam frame. Objek utama tampak menghadap kamera
dengan latar depannya adalah bahu pemain. Dalam gambar,
bayangan hitam merupakan sosok misterius yang sedang
menghampiri Tanti, fokus kamera terletak pada raut wajah Tanti.
Pada gambar 9 teknik pengambilan gambar juga menggunakan
teknik yang sama. Eni membuka kamar mandi dan terkejutlah ia
saat menemukan jasad Eni. Santriwati berkumpul dan menangisi
jasad Tanti, mereka juga kebingungan karena tak ada satu pun
yang melihat kejadian pembunuhan misterius tersebut.
Menghilangkan nyawa seseorang termasuk kedalam dosa besar.
Dalam al-quran surat al-isra ayat 33 Allah SWT menjelaskan :
الق ل ب رم الله إ س الت ح ف وا الن ل ت ق … ول ت
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya), melainkan dengan suatu (alasan) yang
benar….”
6. Eni menuduh Inong atas pembunuhan Tanti.
Dialog Visual
Sisy : kenapa dia
di bawa ni? Salah apa?
Siregar : oh ternyata
dia polisi
Eni : ini tugas
negara !
57
Siregar : yakin kau
tak alah tangkap?
Eni : ada
keterangan yang ingin anda
sampaikan ibu Siregar?
Gambar 10 pada menit ke 26.51
Gambar 11 pada menit ke 26.59
Gambar 12 pada menit ke 27.00
Gambar 13 pada menit ke 27.05
Penanda Pertanda
Adegan menggambarkan
situasi yang menegangkan.
Eni yang berprofesi sebagai
polisi mengangkap Inong
atas bukti yang ia
kumpulkan. Terlihat Gerakan
Sebagai seorang polisi Eni
mengemban tugas untuk menyelidiki
dan menangkap orang-orang yang
berlaku kriminal. Eni mengumpulkan
bukti-bukti yang dirassa akurat untuk
menangkap Inong. Hal ini dilakukan
58
tangan Eni yang
menggenggam tangan Inong
dan memborgolnya. Eni juga
mengeluarkan pistol untuk
memberikan penegasan
bahwa ia sedang
melaksanakan tugas dan
mengungkap kasus
pembunuhan di Pesantren.
Eni agar kasus pembunuhan yang
terjadi pada Tanti segera menemukan
titik terang.
Analisis semiotika : Pada gambar 10 teknik pengambilan
gambar menggunakan close up, dimana fokus kamera terletak
pada objek pistol dan borgol yang akan di gunakan oleh Eni
untuk menangkap Inong. Pada gambar 11 teknik pengambilan
gambar menggunakan teknik medium shot, gambar menunjukkan
Eni membawa Inong. Pada gambar 12 teknik pengambilan
gambar menggunakan teknik close up dimana Eni menarik tangan
Inong dan membawanya keluar dari asrama. Pada gambar 13
menggunakan teknik close up, Eni mengambil pistol di sakunya
untuk menegaskan pada Sissy bahwa ia sedang menjalankan
tugas. Melalui gambar, dialog, penanda dan petanda hingga
akhirnya membentuk suatu pemaknaan dapat disimpulkan bahwa
Apa yang dilakukan Eni semata-mata adalah tugasnya menjadi
polisi, namun tuduhan yang ia sampaikan ke Inong bukan atas
dasar bukti-bukti yang kuat, ia lakukan hanya atas dorongan
59
emosinya dan keinginannya agar tugas-tugasnya cepat selesai.
Tuduhan merupakan perilaku menisbatkan keku rangan terhadap
seseorang yang tidak dimilikinya. Tuduhan merupakan perbuatan
dosa besar. Dalam islam, menuduh tanpa bukti yang jelas adalah
perbuatan yang keji, seseorang dapat menghukumi orang lain
sesuai aturan dan bukti yang jelas.
a. Kewajiban nasihat menasihati
1. Ustadzah Hanum memberikan alat sholat
kepada Eni.
Dialog Visual
Ustadzah Hanum : En, bangun
en, sholat subuh
Eni : maaf bu,
saya sedang bertugas.
Ustadzah Hanum : sholatlah
(sambil meletakkan sajadah dan
mukena)
Gambar 14 pada menit ke 30.11
Gambar 15 pada menit 30.19
Penanda Pertanda
Ustadzah Hanum menghampiri Eni Seorang muslim diwajibkan
60
yang sedang bertugas menjaga
gudang tempat Inong ditahan, dalam
tugasnya Ustadzah mengingatkan
Eni untuk sholat subuh, namun Eni
menolaknya. Simbol pada adegan ini
terlihat dari alat sholat yang
diletakkan Ustadzah Hanum,
biasanya wanita akan menggunakan
mukena untuk melakukan ibadah
sholat.
melaksanakan sholat
dimanapun dan dalam keadaan
apapun.
Analisis semiotika : Pada gambar 14 dan
15 teknik pengambilan gambar menggunakan teknik two shot
dimana kedua objek berjajar menjadi fokus kamera. Eni yang
sedang melaksanakan tugas untuk menjaga Inong di hampiri
Ustadzah Hanum yang membawa mukena dan sajadah, di
ingatkan untuk sholat subuh. Melalui gambar, dialog, penanda
dan petanda hingga akhirnya membentuk suatu pemaknaan dapat
disimpulkan bahwa sholat merupakan kewajiban setiap muslim
laki-laki maupun perempuan. Dalam hal ini, Eni menunjukkan
sikap tidak ingin melaksanakan sholat karena ia sedang bertugas.
Dalam Islam, sepenting apapun tugas atau pekerjaan yang sedang
dilaksanakan, sholat tetaplah menjadi yang utama. Mukena dan
sajadah yang dibawa oleh Ustadzah Hanum adalah tanda alat
sholat yang umumnya di pakai umat muslim di Indonesia.
61
2. Ustad Agam memberikan nasihat pada
santriwati
Dialog Visual
Ustadz Agam : Islam itu pada
prinsipnya sangat sederhana
yakni menyerahkan diri pada
sang Khalik, jadi kehidupan
kalian yang lama sudah
berakhir manakala kalian
menapakan kaki disini. Bagi
yang coba-coba membawa
kehidupan lama kalian kesini,
kalian akan tau akibatnya
Gambar 16 pada menit ke 08.48
Gambar 17 pada menit ke 08.55
Penanda Pertanda
Adegan menunjukkan
santriwati sedang terfokus
pada pembicaraan Ustad
Agam, terlihat dari jajaran
kursi dan tubuh santriwati
yang menghadap pada Ustad
Agam.
Pesantren merupakan tempat untuk
menimba ilmu agama dan dalam
pesantren impian fungsi pesantren
lainnya adalah merubah akhlak dan
perilaku santri menjadi jauh lebih
baik dari sebelumnya.
62
Analisis Semiotika : Pada gambar 16 teknik pengambilan
gambar menggunakan teknik medium shot, gambar memusatkan
pada kegiatan santriwati yang sedang berkumpul mendengarkan
nasehat dari Ustad Agam. Pada gambar 17 teknik pengambilan
gambar menggunakan teknik close up, kamera fokus pada
pembicaaraan yang sedang di sampaikan oleh Ustad Agam.
Melalui gambar, dialog, penanda dan petanda hingga akhirnya
membentuk suatu pemaknaan dapat disimpulkan bahwa Ustadz
Agam mencoba memberikan pemahaman bahwa masa lalu yang
dimiliki santriwati-santriawati itu telah berakhir setelah mereka
berada di Pesantren Impian. Allah SWT akan mengampuni dosa-
dosa mereka apabila mereka bertobat dan berjanji tidak akan
mengulanginya lagi. Ini sesuai dengan janji allah pada Al-quran
surat An-nisa ayat 110 :
د الل ج ي ر الل ف غ ت س م ي ه ث س ف م و لو يظ ا أ وء ل س م ع ه ي م و
ا يم ح ا ر ور ف غ
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya
dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia
mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
3. Nasihat Gus Budiman
Dialog Visual
Gus Budiman :
63
Assalamualaikum
Warohmatullahi wabarokatu.
Selamat datang di Pesantren
Impian. Saya bahagia sekali
kalian berada disini. Setiap
tahunnya kami merekrut
santriwati berdasarkan
pengamatan dari relawan-
relawan.kemudian kita memiih
25 orang saja setiap
angkatannya, biasanya hanya
sampai 10 atau 15 orang saja
yang bisa memenuhi undangan
kami. Jadi selamat untuk
kalian.
Sri :
kenapa bangun pesantren ini
Gus?
Gus Budiman :
sebaik-sebaiknya manusia
adalah yang berguna bagi
sesamanya.
Siregar :
tapi kenapa memilih cewek-
cewek yang bermasalah
Gambar 18 pada menit ke 14.38
Gambar 19 pada menit ke 15.33
Gambar 21 pada menit ke 16.27
64
macam kami ini gus?
Gus Budiman :
nah, kalian itu mempunyai
peran sangat penting dalam hal
ini. bukankah kalian besok
akan menjadi ibu? Ibu itu
mempunyai kedudukan yang
sangat mulia dalam islam. dia
mempunyai hak yang sama
untuk kesempatan yang kedua
kalinya. Itulah sebabnya
kenapa saya namakan
pesantren impian. Tugas kalian
disini tidak hanya belajar dan
beribadah saja tapi juga
bersilaturahmi, ingat
persaudaraan, kekeluargaan
harus di pererat diantara kalian
ini. Memang tidak mudah, tapi
bapak yakin bahwa kalian bisa
melaluinya. Begitu kalian
keluar dari tempat ini akan
menjadi manusia yang paling
dekat dengan allah. Insya
allah.
65
Penanda Pertanda
Secara keseluruhan adegan
menunjukkan santriwati sedang
berkumpul di suatu ruangan
untuk diperkenalkan dengan Gus
Budiman sebagai pemilik
Pesantren Impian.
Gus Budiman adalah pemilik
Pesantren Impian, bersama orang
kepercayaannya yaitu Umar ia
mendirikan tempat bernama
Pesnatren Impian untuk
memberikan tempat bagi
perempuan-perempuan yang ingin
mengubah masa lalu menjadi lebih
baik.
Analisis Semiotika : Pada Gambar 18, 19, dan 21 teknik
pengambilan gambar menggunakan medium shot dimana
kamera memfokuskan pada ruangan yang berisi santriwati-
santriwati sedang mendengarkan nasihat yang disampaikan oleh
Gus Budiman. Pada gambar 20 teknik pengambilan gambar
menggunakan close up, fokus kamera pada wajah Gus Budiman
yang memberikan nasihat-nasihat kepada santriwati. Melalui
gambar, dialog, penanda dan petanda hingga akhirnya
membentuk suatu pemaknaan dapat disimpulkan bahwa dalam
dialog, Gus budiman mengingatkan perempuan memiliki
kedudukan yang sama. Perempuan juga berhak mendapatkan
kesempatan kedua atas kesalahan-kesalahan yang pernah
dilakukan di masa lalu. Allah SWT senantiasa mengampuni
dosa-dosa baik itu kecil maupun dosa besar asalkan hambaNya
66
mau bertobat dan berserah diri. Ini sesuai dengan firman Allah
SWT dalam surat Az-zumar ayat 53 :
"Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas
terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari
rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang”
4. Ustadzah Hanum menasihati Eni.
Dialog Visual
Ustadzah Hanum :
(menghampiri Eni sambal
membawa Al-quran) kamu
gapapa?
Eni :
engga, saya gapapa kok bu. Ibu
lebih baik di dalam bu.
Ustadzah Hanum :
ada yang bisa saya bantu?
Eni :
engga, engga. Saya bisa bu. Ibu
lebih baik tunggu di dalam deh
bu.
Ustadzah Hanum :
(menyodorkan Al-quran
kepaada Eni) buka. Selamat
Gambar 22 pada menit ke 52.22
Gambar 23 pada menit ke 52.44
67
ulang tahun Briptu Dewi, insya
allah selalu sukses dan bahagia
lahir bathin dunia akhirat.
Eni :
ibu gimana bisa tau ulangtahun
saya? Ini pasti dari komandan s
aya ya? (raut wajah Eni
mendadak berubah menjadi
sedih)
Ustadzah Hanum :
kok jadi sedih?
Eni :
engga. Hmm orang terakhir
yang ngucapin saya ulangtahun
itu almarhumah ibu saya. Saya
jadi kangen.
Ustadzah Hanum :
kalau kangen ibu kamu, doa
kan saja dia. Karena itu yang
terbaik yang bisa kamu
lakukan. Ngomongin kangen,
allah juga pasti kangen sama
kamu. Ingat ya wi, allah tidak
akan memberikan cobaan
melebihi kemampuan kita untuk
Gambar 24 pada menit ke 53.30
Gambar pada menit ke 53.38
Gambar pada menit ke 54.57
68
menghadapinya
Eni :
ibu saya juga dulu selalu bilang
begitu bu ke saya, setiap saya
ulang tahun.
Penanda Pertanda
adegan menunjukkan Ustadzah
Eni berusaha menguatkan Eni
dengan gerakan tangan yang
menggenggam bahu Eni, wajah
Eni yang terlihat sedih, cemas dan
khawatir menunjukkan sikap yang
sedang dalam sebuah masalah.
Dalam menghadapi sebuah
masalah, Ustadzah Hanum
menasehati Eni untuk selalu
berpegang teguh pada al-qur‟an
dan senantiasa meminta
pertolongan Allah SWT.
Analisis Semiotika : Pada adegan dalam 5 gambar
tersebut teknik pengambilan gambar menggunakan teknik two
shot dimana 2 objek memiliki fokus yang sama. Eni yang sedang
dalam permasalahan, merasa gagal memecahkan kasus yang
ditanganinya. Ustadzah Hanum menghampiri Eni dan
menenangkannya sembari memberinya kado ulangtahun berupa
Alqur‟an. Melalui gambar, dialog, penanda dan petanda hingga
akhirnya membentuk suatu pemaknaan dapat disimpulkan bahwa
manusia sepatutnya menggantungkan semua harapan dan doanya
pada Allah SWT. Dalam susah atau senang, Allah lah sebaik-
69
baiknya tempat meminta pertolongan. Allah SWT tidak akan
menimpakan kesusahan pada hambaNya tanpa ada solusi, setiap
masalah pasti ada jalan keluarnya dan ada hikmah yang
terkandung didalamnya. Ini sesuai dengan firman Allah pada
surat Al-baqaroh ayat 286 :
ا ه ع ل وس ا إ س ف ل ف الله ن ك ا ل ي ا ل بت م س ا ك ه ي ل وع
ا ت م ب س ت ا اك ا ل رب ن ن ذ ؤاخ ن ت ا إ ين س و ن ا أ ن أ ط خ أ
ا ل ول رب ن ا تم ن ي ل را ع ص ا إ م ا ك ن ل ب ن ق ين م ى الذ ل ه ع ت حل
ا ا ول رب ن ن ل ا تم ة ل م اق ا ط ن ه ل نا واعف ب ر ع ف واغ
ا ن ا ل ت وارحن ن ا أ ن ول ا م رن ص ان ى ف ل وم ع ق ل رين ا اف ك ال
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah
Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan
kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat
sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum
kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami
apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami;
70
ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong
kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis film Pesantren
Impian, maka penulis mendapatkan kesimpulan :
1. Adegan-adegan yang menggambarkan tentang nilai-nilai
keislaman seperti :
1) Amar ma‟ruf nahi munkar meliputi : perintah
mengerjakan sholat (scene 9), menutup aurat bagi
perempuan (scene 3), menghindari perselisihan
(scene 25)
2) Kewajiban nasihat menasihati meliputi :
memberikan pemahaman bahwa masa lalu yang
dimiliki santriwati-santriawati telah berakhir
setelah mereka berada di Pesantren (scene 6),
mengingatkan perempuan bahwa perempuan
memiliki kedudukan yang sama (scene 7),
perempuan berhak mendapatkan kesempatan
kedua atas kesalahan-kesalahan yang pernah
dilakukan di masa lalu (scene 15), dan
mengingatkan bahwa Allah SWT adalah sebaik-
baiknya tempat memohon pertolongan (scene 51).
2. Hasil analisis semiotika menggunakan metode Fedinand
De Saussure menyimpulkan bahwa film Pesantren Impian
72
sebagai tanda, adapun penanda dalam film ini adalah
semua adegan yang diteliti yang kaitannya dengan nilai-
nilai keislaman dan pertandanya adalah Pesantren Impian
sebuah tempat yang memberikan kesempatan kedua bagi
perempuan-perempuan dengan masa lalu kelamnya,
didalamnya terdapat banyak masalah yang harus dihadapi
oleh santriwati, masalah terbesarnya adalah pembunuhan
berantai yang dilakukan Jenni, pacar dari Umar.
B. Saran
1. Untuk jurusan Komunikasi Penyiaran dan Islam
diharapkan memberikan materi perkuliahan yang
khusus tentang film, karena dengan adanya Mata
Kuliah tersebut mahasiswa akan semakin aktif dengan
kegiatan produksi film.
2. Untuk penikmat film hendaknya memperhatikan dan
memahami makna film yang ditayangkan agar mampu
mengambil makna yang positif daru film tersebut.
3. Skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu
penulis berharap kepada dosen pada mata kuliah
penelitian untuk memberikan materi perkuliahan
tentang analisis semiotik, analisis wacana, analisis
framing dan analisis isi, agar mahasiswa yang akan
mengambil model analisis tersebut mampu
73
menjabarkan dan memberikan hasil analisisnya
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Ash-shawaf Muhammad Mahmud, Sempurnakan Shalatmu
(Yogyakarta: Mitra Pustaka , 2007),
Ash-shiddieqy T.M Hasbi, Al-islam I, (Semarang: Pustaka Rizki
Putra, 2001),
Bambang Semedhi, Sinematografi-Videografi, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2011),
74
Danesi Marcel, Pengantar Memahami Semiotika Media,
(Yogyakarta: Jala Sutra, 2010),
Devito Joseph A, Komunikasi Antar Manusia, (Tangerang:
Karisma Publishing Group, 2011),
Haedari Amin, Transformasi Pesantren, (Jakarta: Media
Nusantara, 2006),
Hanafi Abdul Halim, Metode Penelitian Bahasa untuk Penelitian,
Tesis, dan Disertasi (Jakarta: Diadit Media, 2011),
Ismail Umar, Menghapus Film, (Jakarta: Sinar Harapan, 1993),
Karlinah Siti dkk, Komunikasi Massa, (Jakarta: Universitas
Tterbuka, 2008),
Mulyana Deddy, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2013),
Noor H.Mahpudin, Potret Dunia Pesantren, (Bandung:
Humaniora, 2006)
Rohim Syaiful, Teori Komunikasi Perspektif, Ragam dan
Budaya, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009)
Salim Hadji Agus, Pesan-pesan Islam, (Bandung: Mizan, 2011),
Setiawan Bambang dkk, Metode Penelitian Komunikasi, (Bogor:
Universitas Terbuka, 2007),
75
Sobur Alex, Analisis Teks Wacana : Suatu Pengantar Untuk
Analisis Wacana, Analisis Semiotik Dan Analisis
Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006)
Soebahar Abd.Halim, Modernisasi Pesantren, (Yogyakarta: LKiS
Printing Cemerlang, 2013)
Suprapto Tomy, Pengantar Ilmu Komunikasi Dan Peran
Manajemen Dalam Komunikasi, (Yogyakarta: CAPS,
2011),
Trianton Teguh, Film Sebagai Media Belajar, (Yogyakarta:
Cahaya Ilmu, 2013),
Vera Nawiroh, Semiotika Dalam Riset Komunikasi, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2014).
Internet :
https://id.wikipedia.org/wiki/Hanung_Bramantyo
https://googleweblight.com/?lite_url=http://m.kapanla
gi.com/indonesia/i/ifa_isfa
https://id.m.wikipedia.org/wiki/pesantren_impian
76
LAMPIRAN
Poster Film Pesantren Impian
77
Top Related