PERAN TAKMIR MASJID AN-NIDA DALAM PEMBINAAN AKHLAK...
Transcript of PERAN TAKMIR MASJID AN-NIDA DALAM PEMBINAAN AKHLAK...
i
PERAN TAKMIR MASJID AN-NIDA
DALAM PEMBINAAN AKHLAK MASYARAKAT
DI DUSUN NGAGLIK RW 02 KELURAHAN LEDOK
KECAMATAN ARGOMULYO SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan, S. Pd.
Oleh
FEBRIANI INDAH PRATIWI
11113077
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
ii
iii
PERAN TAKMIR MASJID AN-NIDA
DALAM PEMBINAAN AKHLAK MASYARAKAT
DI DUSUN NGAGLIK RW 02 KELURAHAN LEDOK
KECAMATAN ARGOMULYO SALATIGA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan, S. Pd.
Oleh
FEBRIANI INDAH PRATIWI
11113077
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
iv
v
vi
vii
MOTTO
“Mulailah dengan tulus, hasilnya akan mengakar. Mulailah dengan fokus,
Maka hasilnya akan menyebar”.
( Mario Teguh )
”Barangsiapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil”.
( Mahfudzot)
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
1. Kedua orang tuaku tersayang Bapak Joko Supriyanto & Ibu Siti Muntiah
yang telah membesarkanku dengan penuh cinta dan kesabaran serta
menjadi motivasi motivasi dalam setiap langkah hidupku.
2. Kepada adikku Muhammad Iqbal Abimanyu yang sangat kusayangi,
terimakasih atas dukungan dan motivasinya. Semoga kita bisa
membahagiakan Bapak dan Ibu.
3. Kepada keluarga besar yayasan An-nida dan takmir Masjid An-nida
terimakasih atas semangat dan motivasinya dalam membantu saya
menyelesaikan skripsi.
4. Kepada keluarga besar Pondok Pesantren An-nida Kota Salatiga.
Terimakasih motivasi dan semangatnya.
5. Kepada Ketua RW 02 Dusun Ngaglik Kelurahan Ledok Bapak Joko
Mulyono beserta Istri. Terimakasih atas bantuan dan semangatnya.
6. Kepada teman-temanku mbk Mita, mbk Hima, mbk Fanni, mbk Wahju,
Intan, Dian, dek Heni, dek Lilis, dek Santi terimakasih telah memberikan
motivasi serta semangatnya, sukses buat kita semua.
7. Kepada teman-teman seperjuangan angkatan tahun 2013 terimakasih untuk
semangat dan motivasi yang telah diberikan. Sukses buat semuanya.
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb
Alhamdulillairabbil‟alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada uswah khasanah kita Nabi
Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul Akhir. Aamiin
Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “PERAN TAKMIR MASJID AN-NIDA
DALAM PEMBINAAN AKHLAK MASYARAKAT DI DUSUN NGAGLIK
RW 02 KELURAHAN LEDOK KECAMATAN ARGOMULYO SALATIGA”
Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana
progam studi Pendidikan Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Institut
Agama Islam Negeri (IAIN).
Dalam menyusun skripsi ini penulis telah menerima bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Dr. Rahmat Hariyadi, M, Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
2. Suwardi, M. Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Siti Rukhayati, M. Ag. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
x
xi
ABSTRAK
Febriani Indah, Pratiwi 2017. PERAN TAKMIR MASJID AN-NIDA DALAM
PEMBINAAN AKHLAK MASYARAKAT DI DUSUN NGAGLIK RW 02
KELURAHAN LEDOK KECAMATAN ARGOMULYO SALATIGA.
Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Imam Mas Arum, M.Pd.
Kata Kunci : Peran Takmir Masjid dan Pembinaan Akhlak Masyarakat
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran takmir masjid An-nida
dalam pembinaan akhlak masyarakat di Dusun Ngaglik Rw 02. Rumusan
permasalahan dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana peran takmir
masjid An-nida dalam pembinaan akhlak masyarakat di Dusun Ngaglik Rw
02 Kelurahan Ledok Kecamatan Argomulyo Salatiga? (2) Apa faktor
pendukung dan penghambat dalam pembinaan akhlak masyarakat di Dusun
Ngaglik Rw 02 Kelurahan Ledok Kecamatan Argomulyo Salatiga?
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan
adalah observasi, wawancara (interview), dan dokumentasi. Analisis data
menggunakan teknik analisis deskriftif kualitatif yang dilakukan dengan
memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan, dan dari
makna itulah ditarik kesimpulan dengan pola pikir induktif.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa peran takmir masjid An-
nida dalam pembinaan akhlak masyarakat di Dusun Ngaglik Rw 02
diantaranya: (1) Takmir masjid An-nida menyelenggarakan kegiatan
pengajian rutinan tiap hari, tiap bulan, dan tahunan, menyelengarakan
pengajian taklim, pengajian Akbar, tadarus di bulan Ramadhan dan
menyelenggarakan santunan anak yatim setiap tahunnya serta beberapa
kegiatan lainnya. Maka dapat disimpulkan bahwa peran takmir masjid An-
nida bagi masyarakat Di Dusun Ngaglik RW 02 sangat baik dan berjalan
dengan lancar. (2) Faktor pendukung: tersedianya masjid sebagai sarana
beribadah dan hubungan sosial yang cukup baik dilengkapi dengan
tersusunnya program kegiatan yang cukup baik sehingga akan tercapai tujuan
yang diinginkan. Faktor penghambat: kurangnya kesadaran masyarakat
untuk mengikuti kegiatan secara rutin dan kejenuhan karena metode
pembelajaran yang monoton dan tidak bervariasi.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ....................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO ................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ....................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... vi
MOTTO ........................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ........................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
ABSTRAK ..................................................................................................... xi
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii
BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
B. Fokus Penelitian........................................................................ 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian ................................................................ 5
E. Penegasan Istilah ....................................................................... 6
F. Metode Penelitian...................................................................... 8
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
2. Kehadiran Peneliti
3. Lokasi Penelitian
4. Sumber Data
5. Prosedur Pengumpulan Data
xiii
6. Analisis Data
7. Pengecekan Keabsahan Data
8. Tahap-tahap Penelitian
G. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................... 12
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ................................................................. 13
A. Pengertian Takmir dan Masjid ................................................ 13
B. Peran dan Fungsi Masjid ......................................................... 16
C. Pembinaan Akhlak Masyarakat Terhadap Lingkungan ......... 19
1. Pengertian Akhlak Masyarakat ......................................... 19
2. Akhlak Masyarakat Terhadap Lingkungan ........................ 24
D. Tujuan Pembinaan Akhlak Pada Masyarakat............................ 28
E. Kajian Penelitian yang Relevan .............................................. 31
BAB III : PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ............... 34
A. Paparan Data ........................................................................... 34
1. Gambaran Umum Masjid An-nida ..................................... 34
2. Sejarah Berdirinya Masjid An-nida .................................. 35
3. Letak Geografis .................................................................. 39
4. Struktur Organisasi Yayasan An-nida ................................ 39
5. Sarana dan Prasarana Masjid An-nida................................ 41
6. Kegiatan-kegiatan Masjid An-nida................................... 44
B. Temuan Penelitian .................................................................... 47
1. Peran Takmir Masjid An-nida Bagi Masyarakat Lingkungan
RW 02.......... ..................................................................... 47
xiv
2. Faktor Pendukung Berjalannya Kegiatan di Masjid An-
nida...................................................................................... 49
3. Faktor Penghambat Berjalannya Kegiatan di Masjid An-
nida..................................................................................... 52
4. Cara Pemecahan Masalah dalam Menangani Berjalannya
Kegiatan Yang Diadakan di Masjid An-nida..................... 55
5. Tujuan dan Manfaat Diadakannya Kegiatan di Masjid An-
nida.................................................................................... 57
BAB IV : PEMBAHASAN ........................................................................ 60
A. Peran Takmir Masjid An-nida Dalam Pembinaan Akhlak
Masyarakat RW 02 ................................................................... 60
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pembinaan Akhlak
Masyarakat RW 02 .................................................................. 72
BAB V : PENUTUP .................................................................................. 78
A. Kesimpulan ............................................................................. 78
B. Saran-saran .............................................................................. 79
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terbinanya iman seorang muslim merupakan modal dasar bagi
terbentuknya masyarakat muslim. Karena itu, pembinaaan pribadi
muslim harus ditindaklanjuti kearah pembinaan suatu masyarakat Islam.
Masjid dapat digunakan sebagai sarana pembinaan masyarakat Islam(Yani,
2009: 25). Membangun Masjid termasuk perintah agama, Rasulallah bersabda
“Barangsiapa membangun masjid di dunia, maka Allah akan membangunkan
sebuah istana di surga”(Gatut Susanta, Adi Sulistyo, dan Suyud Basuni,
2008:8).
Kata “masjid” berasal dari bahasa arab, masjid yang berarti tempat
untuk bersujud. Dalam sejarah awal agama Islam, masjid mempunyai peran
ganda, peran pertama sebagai tempat berhubungan dengan Allah, yaitu masjid
bermakna vertikal, menyangkut hubungan manusia dengan sang khalik. Maka
akan begitu dibangun dalam konteks ini, masjid bukan lagi milik manusia,
akan tetapi menjadi milik Allah. Sehingga ungkapan “Rumah Allah” bukan
saja benar adanya secara kias namun juga benar secara hukum, sedangkan
peran kedua mencakup peran sosial kemsyarakatan, yaitu masjid bermakna
horisontal(H. Abu Bakar, 2007: 14).Masjid terlihat hanya digunakan untuk
melakukan ibadah shalat semata. Padahal bila masjid difungsikan dengan
baik dan benar seperti yang di contohkan oleh Nabi pada masa itu, sungguh
bangunan masjid bukan hanya menghiasi suatu pemukiman masyarakat
2
ataupun di pinggiran jalan raya/kota, melainkan akan membawa keberkahan
bagi siapapun, sendiri/individu ataumasyarakat dan merupakan tempat
ibadah yang tidak ada bandingannya di agama-agama lain, dalam hal
kesederhanaanya, keberhasilannya, ketenagaannya dan dalam
menggembala syi‟ar tauhid. Dengan demikian, masjid menjadi pusat
kehidupan bagi umat Islam.
Banyak hal yang dapat dipelajari dari sebuah masjid, dari segi
bangunan yang sederhana dan berarsitektur khas corak Islamnya hingga
kegiatan-kegiatan yang berada disekitar masjid.Masjid An-nida ini salah
satu masjid yang berlokasi di lingkungan Pondok Pesantren, RA
(Rhodlothul Athfal) dan SD PTQ An-nida yaitu bertempat di wilayah ABC
dusun Ngaglik Kelurahan Ledok Kecamatan Argomulyo Salatiga, memiliki
bangunan yang cukup sederhana dan banyak memberikan manfaat
kepada masyarakat sekitar masjid.Siapapun orangnya bila berada di dalam
masjid tidak terlihat mana yang kaya, mana yang miskin, pendidikan
rendah maupun tinggi ataupun orang pengusaha maupun buruh. Semua
yang berada di dalam masjid tampak sama sehingga tidak saling pamer
ataupun minder bila saling bertemu satu dengan yang lain. Disini mereka
saling menghargai, menghormati dan saling mendahulukan kepentingan
saudara daripada kepentingan pribadinya.
Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur‟an Surat At-Taubah
ayat 18 yang berbunyi :
آي ش يضبجذ الل ي ب ؼ كبح إ آر انز لاح ألبو انص و اخش ان ثبلل
زذ ان نئك أ كا ي نى خش إلا الل فؼض أ
3
Artinya:”Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta (tetap)
melaksanakan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada
apapun) kecuali kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka
termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.”(Q.S. At-Taubah :
18).
Telah jelas Allah memberikan petunjuknya kepada manusia di
muka bumi ini, bahwa hanya orang-orang yang bertaqwa yang bisa
memakmurkan masjid. Jadi, dapat disimpulkan bahwa, bukan sembarangan
orang yang dapat memakmurkan masjid, hanya orang-orang yang
beriman yang dapat memakmurkan masjid, orang-orang yang bertaqwa
dan beriman senantiasa mematuhi peraturan Allah dan dapat menjaga
keinginannya dari hal-hal yang dilarang oleh Allah.
Masjid An-Nida didirikan pada tanggal 1 Januari 1976 oleh Bapak
KH. Ali As‟ad, sampai sekarang usianya 41 tahun. Sebelum menjadi masjid
dulunya adalah sebuah bangunan mushola sempit yang didirikan untuk
beribadah dan kegiatan-kegiatan pengajian untuk masyarakat sekitar, karena
makin bertambahnya jama‟ah yang hadir sehingga penuh, maka mushola
direnofasi dan dibesarkan sehingga menjadi Masjid An-nida yang berlantai
tiga. Maka seyognyalah mendapat perhatian khusus dari para ulama, lebih-
lebih di kotaSalatiga yang menurut kata banyak orang adalah basis Kristen,
maka masjid An-Nida dapat dijadikan sebagai tempat beribadah umat
Islam.Kegiatan-kegiatan yang diadakan di masjid sangat banyak dan
berguna bagi jama‟ah dan masyarakat sekitar, banyak cara yang dilakukan
masjid An-nida melalui kegiatan rutin seperti pengajian, kegiatan ketika hari
raya, silaturahhmi dan anjangsana di masyarakat sekitar RW 02.
4
Salah satu pendukung utama dalam pembinaan akhlak
masyarakat yaitu takmir masjid yang baik. Karena takmir masjid sebagai
mediator yang baik melalui kegiatan-kegiatan keagamaan dan sosialyang
tentunya harus memberikan teladan yang baik. Idealnya takmir masjid
adalah seorang Muslim yang memiliki kepribadian islami dengan
sejumlah ciri yang melekat pada dirinya seperti memahami ilmu agama
dengan baik, menjaga shalat berjamaah di masjid, bersungguh sungguh dan
bertanggung jawab serta kreatif (Faruq, 2010: 71)
Berkaitan dengan keterangan di atas, penulis mencoba untuk
melakukan penelitian dengan judul “PERAN TAKMIR MASJID AN-
NIDA DALAM PEMBINAAN AKHLAK MASYARAKAT DI DUSUN
NGAGLIK RW02 KELURAHAN LEDOK KECAMATAN
ARGOMULYO SALATIGA”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peran takmir masjid An-nida dalam pembinaan Akhlak
masyarakat di Dusun Ngaglik RW 02 Kelurahan Ledok Kecamatan
Argomulyo Salatiga ?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan akhlak
bagi masyarakat di Dusun Ngaglik RW 02 Kelurahan Ledok Kecamatan
Argomulyo Salatiga?
5
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui peran takmir masjid An-nida dalam pembinaan Akhlak
masyarakat di DusunNgaglik RW 02 Kelurahan Ledok Kecamatan
Argomulyo Salatiga.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan
akhlak bagi masyarakat di Dusun Ngaglik RW 02 Kelurahan Ledok
Kecamatan Argomulyo Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
jelas dan diharapkan dapat memberi manfaat secara teoritis maupun praktis,
antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat
bagi dunia pendidikan, khususnya bagi pendidikan luar sekolah.
b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk
penelitian-penelitian lanjutan yang berhubungan dengan peran masjid
dan akhlak masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Takmir Masjid: Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan masukan khususnya dalam upaya- upaya untuk membina
akhlak masyarakat di lingkungan Rw 02
6
b. Bagi Masyarakat: Memberi informasi pada masyarakat tentang peran
masjid An-nida dalam upaya meningkatkan nilai-nilai akhlak bagi para
masyarakat sesuai ajaran Islam.
c. Bagi Pemerintah: Memberi informasi pada pihak terkait baik
pemerintah atau lembaga terkait guna memberikan dukungan dan
sebagai fasilitator dalam perkembangannya.
d. Bagi Peneliti: Menambah wawasan serta sebagai bekal agar lebih
berpengalaman dan berpengetahuan serta dapat mempraktekannya di
masyarakat.
E. Penegasan Istilah
1. Peran Takmir Masjid An-nida
Takmir masjid adalah organisasi yang mengurus seluruh
kegiatan yang ada kaitannya dengan masjid, baik dalam membangun,
merawat maupun memakmurkannya, termasuk usaha-usaha pembinaan
remaja Muslim di sekitar masjid. Masjid An-nida yang terletak di
lingkungan pondok pesantren dan masyarakat sekitar yang mayoritas
muslim. Banyak masyarakat yang berjama‟ah serta melakukan kegiatan
pengajian di masjid An-nida. Dalam hubungan sosial bermasyarakat
lembaga takmir masjid selalu mengadakan agenda rutinan yang bertujuan
untuk membina akhlak masyarakat sekitar. Bukan hanya masyarakat tetapi
pondok pesantren juga mendapatkan perhatian dan dukungan serta ikut
berpartisipasi dalam agenda kegiatan yang di adakan di masjid. Peran
masjid An-nida sendiri yaitu menjadi tempat beribadah dalam membina
7
masyarakat sekitar agar menjadi manusia yang berakhlak terutama
keberagamaan dan taat sesuai syari‟at Islam.
2. Pembinaan Akhlak Masyarakat
Pembinaan akhlak “Usaha secara sadar dan terarah guna
menanamkan budi pekerti yang luhur dan nilai-nilai yang susila kepada
anak sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran Islami dan tuntunan serta peri
kehidupan Rosullullah SAW sebagai uswatun hasanah” (Barnawi Umary
:1996). Dalam pembinaan akhlak padamasyarakat yang paling
berpengaruh yaitulingkungan sekitar dan pergaulan karena sebagai
motivasai dan penyemangat dalam pembinaan akhlak, karena sangat
ditentukan oleh adanya pembinaan mental yang dilakukan melalui
kegiatan-kegiatan yang dapat membina iman dan akhlak seseorang.
Lingkungan adalah daerah atau kawasan yang terdapat
didalamnya(KBBI,2007:675). Sedangkan masjid adalah suatu bangunan
yang digunakan sebagai tempat beribadah orang Islam(Gatut Susanta, Adi
Sulistyo, dan Suyud Basuni, 2008:8). Jadi peran pembinaan akhlakpada
masyarakat dilingkungan masjid yang penulis maksud dalam
penelitian ini adalah upaya yang dilakukan masjid An-nida dalam
mengalami masalah akhlakmasyarakat terutama keberagamaan
masyarakat yang tinggal di kawasan masjid dalam mengkaji ilmu
agama Islam dan ilmu pengetahuan umum.
8
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang
prosedurnya menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati(Moleong, 1989: 3).
“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berusaha menemukan
makna dari sebuah situasi atau kondisi” (Sugiyono, 2011:8).
2. Kehadiran Peneliti
“Metode penelitian ini menggunakan pendekatan atau metode
deskriptif yang merupakan sebuah metode yang bertujuan melukiskan
secara sistematis fakta atau karakteristk, populasi tertentu atau bidang
tertentu secara faktual dan cermat”(Wahyu MS, 1987:42).
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan karena meneliti
fenomena yang ada di lapangan atau masyarakat dan memusatkan
perhatian pada suatu kasus intensif dan terperinci mengenai latar belakang
keadaan yang ada(Asmani, 2011:66).
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Masjid An-nida yang
berlokasi di Dusun Ngaglik Rw 02, Kelurahan Ledok, Kecamatan
Argomulyo, Kota Salatiga pada tanggal 26 Mei 2017 sampai dengan
selesai.
4. Sumber Data
Sumber data yaitu subjek dari mana data diperoleh, sehingga
peneliti memperoleh sumber data yang dipandang paling mengetahui
9
dan berhubungan langsung dengan masalah yang diteliti.Responden
adalah orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan
peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan (Arikunto, 2010:
107).Sedangkan informan adalah orang yang menjadi sumber data dalam
penelitian (Alwi, 2007: 794).Subyek penelitian adalah keseluruhan dari
informan atau sumber yang hendak diteliti (Arikunto,2010:256) dalam
hal ini subyeknya adalah:
a. Takmir Masjid An-nida Salatiga.
b. Imam dan Ustadz di Masjid An-nida Salatiga.
c. Santri di Ponpes An-nida Salatiga
d. Masyarakat dan Jama‟ah di Masjid An-nida
5. Prosedur Pengumpulan Data
a. Metode Observasi atau Pengamatan
Metode observasi yaitu cara mengumpulkan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data keadaan lokasi umum
penelitian, keadaan masyarakat sekitar masjid An-nida dusun Ngaglik
RW 02 untuk memperoleh data tentang peran masjid dengan akhlak
masyarakat.
b. Metode Interview atau Wawancara
Metode interview atau wawancara adalah pengumpulan data
denagan proses tanya jawab dengan cara lisan dimana dua orang atau
lebihsaling berhadapan secara fisik(Surakhmad, 1985:132). Metode ini
10
digunakan untuk memperoleh informasi mendalam tentang peran
masjid An-nida dalam pembinaan akhlak masyarakat.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode atau alat untuk
mengumpulkan data dengan menelusuri berbagai macam dokumen
mengenai hal-hal yang berupa catatan, transkip buku, surat kabar,
notulen, agenda dan lain sebagainya(Arikunto, 1998:236).
6. Analisis Data
Dalam menganalisis data menggunakan kualitatif deskriptif
yang terdiri dari kegiatan yaitu, pengumpulan data sekaligus reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulanatau varikasi(Miler dan
Hibermen, 1992:16).
Pertama setelah pengumpulan data selesai, maka tahap
selanjutnya melakukan reduksi data yaitu penggolongan, mengarahkan,
membuang yang tidak perlu dan pengorganisasian sehingga data
terpilih. Kedua data yang telah direduksi akan dibentuk dalam naras.
Ketiga penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap
kedua.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Sebagai upaya membuktikan bahwa data yang diperoleh adalah
benar-benar valid, maka peneliti menggunakan cara triangulasi, yakni
data atau informasi yang diperoleh dari satu pihak di cek kebenarannya
dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya dari pihak
kedua, ketiga, keempat dan seterusnya dengan menggunakan metode
11
yang berbeda -beda. Hal ini bertujuan untuk membandingkan
informasi tentang hal yang sama yang diperoleh dari berbagai pihak,
agar terhindar dari subyektivitas.
8. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai
berikut:
a. Tahap pra lapangan
1. Mengajukan judul penelitian
2. Menyusun proposal penelitian
3. Konsultasi penelitian kepada pembimbing
b. Tahap pekerjaan lapangan, yang meliputi:
1. Persiapan diri untuk memasuki lapangan penelitian
2. Pengumpulan data atau informasi yang terkait dengan fokus
penelitian
3. Pencatatan data yang telah dikumpulkan
c. Tahap analisa data, meliputi kegiatan:
1. Penemuan hal-hal yang penting dari data penelitian
2. Pengecekan keabsahan data
d. Tahap peneliti laporan penelitian:
1. Penulisan hasil penelitian
2. Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing
3. Perbaikan hasil konsultasi
4. Pengurusan kelengkapan persyaratan ujian
5. Ujian munaqosah skripsi
12
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk mempermudah pemahaman penulisan ini, maka disusun
sistematika sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN : Bab ini menjelaskan tentang pokok permasalahan
yang menjadi landasan awal penelitian awal yaitu membahas tentang latar
belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,kegunaan penelitian,
penegasan istilah, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA :Pada bab ini pembahasan tentang penelitian
yang relevan, tinjauan umum pengertian masjid, peran dan fungsi masjid,
pembinaan akhlak masyarakatterhadap lingkungan dan tujuan dalam
pembinaan akhlak pada masyarakat.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN : Bab ini berisi tentang
gambaran umum masjid An-nida meliputi sejarah berdirinya masjid An-nida,
letak geografis, struktur organisasi masjid, serta sarana dan prasarana masjid,
kegiatan-kegiatan masjid serta faktor pendukung, hambatan dan cara
pemecahan masalah di lingkungan masyarakat sekitar Dusun Ngaglik RW 02.
BAB IV PEMBAHASAN : Pada bab ini peneliti akan menjelaskan tentang
analisis data yang terkumpul dalam klasifikasi data, dan berisi tentang peran
masjid An-nida dalam pembinaan akhlak masyarakat di Dusun Ngaglik RW
02 Kelurahan Ledok Kecamatan Argomulyo Salatiga.
BAB V PENUTUP : Dalam bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan
penelitian yang telah dilakukan , saran-saran, daftar pustaka, daftar riwayat
hidup dan lampiran.
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Takmir dan Masjid
Takmir masjid adalah organisasi yang mengurus seluruh
kegiatan yang ada kaitannya dengan masjid, baik dalam membangun,
merawat maupun memakmurkannya, termasuk usaha-usaha pembinaan
remaja muslim di sekitar masjid. Pengurus takmir masjid harus
berupaya untukmembentuk remaja masjid sebagai wadah aktivitas
bagi remaja muslim. Dengan adanya remaja masjid tugas pembinaan
remaja muslim akan menjadi lebih ringan. Pengurus takmir masjid,
melalui bidang pembinaan remaja masjid, tinggal memberi kesempatan
dan arahan kepad a remaja masjid untuk tumbuh dan berkembang,
serta mampu beraktivitas sesuai dengan nilai-nilai Islam (Siswanto,
2005: 56-57).
Masjid adalah kata benda yang menunjukkan tempat (dlaraf
makan) yang berasal dari kata ”sajada” yang memiliki arti tempat sujud
atau tempat untuk menyembah kepada Allah (Roqib, 2005:71). Bumi yang
kita tempati ini adalah masjid bagi kaum muslimin. Setiap muslim boleh
melakukan shalat di wilayah manapun, kecuali tempat-tempat yang
dilarang menurut ukuran Islam karena tidak sesuai untuk dijadikan tempat
shalat. Shalat tidak boleh dilakukan diatas kuburan dan ditempat-tempat
yang najis. Sebagaimana hadist Nab Muhammad SAW yang artinya :
”Setiap bagian dari bumi Allah adalah tempat sujud
(masjid).”(HR.Muslim) Hadist yang lain dari Nabi Muhammad saw yang
14
artinya : “Telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai tempat sujud dan
keadaanya bersih.(HR.Muslim)
Pengertian masjid secara umum adalah rumah atau suatu bangunan
yang digunakan sebagai tempat beribadah orang Islam. Seiring dengan
berkembangnya zaman, masjid banyak digunakan sebagai tempat
memakmurkan benih pembenaran umat Islam yang menyangkut segi
peribadahan maupun segi sosial, pendidikan, dan kebudayaan Islam
(Gatut, Adi, dan Suyud, 2008: 8). Masjid adalah rumah Allah yang sering
digunakan sebagai tempat pengabdian kepada Allah SWT (Amirudin dan
Supardi, 2001:viii). Drs. Muhammad Sa‟id Ramadhan Al-Buthi dalam
bukunya Ahmad Yani menyatakan, sebagai berikut :
Tidak heran jika masjid merupakan asas utama dan terpenting bagi
pembentukan masyarakat Islam. Karena masyarakat muslim tidak akan
tersentuh secara kokoh dan rapi kecuali dengan adanya komitmen terhadap
sistem, aqidah dan tatanan Islam. Hal ini tidak dapat ditumbuhkan kecuali
melalui semangat masjid.
Menurut Drs. Sidi Gazalba perkataan masjid berasal dari Bahasa
Arab, Kata pokoknya sujudan, fi‟il madhinya sajada(ia sudah sujud). Fi‟il
sajadadiberi awalan ‟ma‟, sehingga terjadilah isim makan. Isim makan
yang menyebabkan perubahan bentuk sajada menjadi masjidu. Masjid
secara bahasa berarti tempat yang digunakan untuk sujud. Selanjutnya,
makna di sini dipakai untuk pengertian sebuah bangunan yang didirikan
untuk tempat berkumpul kaum muslim guna mengerjakan shalat. Masjid
dalam pengertian syar‟i adalah tempat sujud yang disediakan untuk
mengerjakan shalat lima waktu untuk selamanya (Al-Qahthani, 2003:1).
15
Menurut Az-Zarkashi rahimahullah dalam bukunya Al-Qahthani
(2003:1) berkata:
Karena sujud merupakan rangkaian shalat yang paling mulia,
mengingat betapa betapa dekatnya seorang hamba dengan Tuhannya
ketika sujud, maka tempat tersebut dinamakan masjid dan tidak dinamakan
marka‟ (tempat ruku‟). Arti masjid dikhususkan sebagai tempat yang
disediakan untuk mengerjakan shalat lima waktu, sehingga tanah lapang
yang biasa digunakan untuk mengerjakan shalat hari raya Idul Fitri, Idul
Adha, dan lainnya tidak dinamakan masjid.
Ketika Rasulallah hijrah ke Madinah tanggal 12 Rabiul awal (30
September 622 M) beliau mendirikan masjid Quba sebagai awal sejarah
berdirinya masjid. Betapa pentingnya keberadaan sebuah masjid sehingga
Rasulallah dapat mengawali perjuangan dalam risalah Islam, berdakwah,
dan membina generasi terbaik. Dari masjid pula basis peradaban baru
dikukuhkan hingga menguasai tiga belahan bumi pada waktu itu. Masjid
memiliki andil yang sangat besar dalam perjuangan umat Islam.
Fakta dalam sejarah perkembangan Islam, masjid berperan vital
dan signifikan dalam pengembangan dakwah. Rasulallah saw menjadikan
masjid sebagai sentra utama seluruh aktifitas keumatan, baik dalam aspek
tarbiyah (pembinaan) dan pembentukan karakter para sahabat. Demikian
pula aspek politik, ekonomi, sosial budaya, dan menyusun strategi perang.
Misal masjid Nabawi yang difungsikan oleh Rasulallah SAW sebagai
pusat iabadah, pusat pendidikan dan pengajaran, pusat penyelesaian
problematika umat melalui baitul mal, serta pusat informasi Islam, bahkan
pernah sebagai pusat pelatihan militer dan urusan-urusan pemerintahan
Rasulallah. Intinya pada zaman Rasulallah SAW, masjid menjadi pusat
16
kegiatan umat, seperti kegiatan ibadah, yang bersifat ritual, sampai yang
bersifat sosial, dan menjadi pusat-pusat kebangkitan peradaban Islam.
Inilah suatu kondisi yang berkebalikan dibandingkan dengan fungsi masjid
zaman sekarang. Karena bagi masyarakat kita sekarang, masjid bukan
menjadi pusat aktivitas umat, melainkan masjid seakan hanya sebagai
tempat singgah untuk melaksanakan ibadah atau sebatas ritual, bahkan ada
yang memfungsikan sebagai temapat untuk acara pernikahan (Gatut, Adi,
dan Suyud, 2008:11).
Berdasarkan pemaparan tentang pengertian masjid diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa masjid adalah tempat beribadah bagi umat Islam
yang tidak mengenal status seseorang. Masjid bertujuan supaya mampu
membina keagamaan manusia baik bersifat individual maupun sosial
sesuai dengan syari‟at Islam.
B. Peran dan Fungsi Masjid
Kita semua telah mengenal masjid sebagai tempat ibadah umat
Islam. Masjid dapat kita jumpai dimana-mana, baik di desa maupun di
kota. Masjid tidak hanya berperan sebagai tempat mengerjakan ibadah
shalat saja, namun masjid juga dapat berperan sebagai “Islamic Center”
tempat membina hubungan manusia dengan Allah (hablumminallah) dan
hubungan manusia dengan manusia atau sesamanya (hablumminannas).
Masjid berperan besar dalam pembentukan peradaban umat Islam dari
dulu sampai sekarang.
Untuk masa sekarang fungsi dan peran masjid perlu lebih di
tingkatkan guna menjawab tantangan global dunia yang semakin menyatu
17
karena arus komikasi dan informasi semakin canggih, sehingga
menimbulkan pengaruh budaya global yang sulit dihindari. Fungsi masjid
paling utama adalah sebagai tempat ibadah shalat. Kalau kita perhatikan
salat berjama‟ah merupakan salah satu ajaran Islam yang pokok, sunnah
Nabi dalam pengertian muhaditsin bermakna perbuatan yang selalu
dikerjakan oleh beliau.
Ajaran Rasulullah SAW tentang shalat berjama‟ah merupakan
perintah yang benar-benar ditekankan. Shalat berjama‟ah di masjid yang
merupakan ajaran islam, khususnya bagi laki-laki yang tidak memiliki
uzur syar‟i, tetapi sekarang perkara ini telah banyak dilupakan oleh umat
Islam. Kita lihat di masjid orang-orang yang melaksanakan shalat
berjama‟ah sedikit sekali. Terlebih pada waktu salat subuh yang datang
mungkin bisa dihitung dengan jari. Oleh karena itu, kita perlu lebih
mengaktualkan kembali ajaran shalat berjama‟ah di masjid, yang
merupakan perintah Rasullulah SAW. Kita hidupkan kembali sunnah Nabi
dengan memulai berusaha dari kita sendiri menurut kemampuan masing-
masing.
Fungsi utama masjid adalah tempat bersujud Allah SWT, tempat
salat, tempat beribadah kepada-Nya. Ada lima kali umat Islam dianjurkan
mengunjungi masjid untuk salat berjama‟ah untuk waktu sehari. Melalui
masjid, sering dikumandangkan nama Allah melalui adzan, iqomat, tasbih,
tahmid, tahlil, istigfar, dan tilawah al-qur‟an (Gatut, Adi, dan Suyud,
2008:70). Dijelaskan dalam bukunya Ahmad Yani (2009) dan Gazalba
18
(1976) yang dominan dalam kehidupan umat Islam, masjid juga
memiliki peran multifungsi yang lain diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Sebagai tempat kaum muslim beri’tikaf membersihkan diri
Membina kesadaran dalam mendapatkan pengalaman batin
sehingga selalu terjadi keseimbangan jiwa raga serta keutuhan
kepribadian.
2. Sebagai tempat bermusyawarah.
Salah satu tempat untuk berkumpulnya orang-orang muslim adalah
di masjid. Mereka berkumpul tidak hanya secara fisik, namun juga
mempertemukan hati dan pikiran mereka, saling bertukar pendapat dan
pengalaman sehingga menimbulkan keharmonisan antar umat manusia.
Hubungan di dalam masjid itulah yang senantiasa mendekatkan hati
mereka. Hal ini mempunyai pengaruh positif dalam mengemban
amanah di muka bumi sebagai khalifah Allah.
3. Sebagai tempat perlindungan
Masjid juga sebagai tempat berkonsultasi, mengajukan
kesulitan-kesulitan, meminta bantuan, pertolongan, dan berlindung dari
terik matahari dan hujan bagi orang musafir sehingga mereka dapat
istirahat sementara. Di masjid juga disediakan suffahatau tempat
khusus untuk para penjaga masjid.
4. Sebagai tempat pembinaan keutuhan ikatan jama’ah
Gotong royong dalam rangka mewujudkan kesejahteraan bersama
dan manusia sebagai makhluk sosial dan individu. Sebagai makhluk
sosial terlihat ketika kita berada di masjid. Kita saling menghormati,
19
menghargai, dengan orang yang sudah dikenal ataupun belum.
Kegiatan sosial yang dapat dilakukan di masjid sangat banyak sekali
misalnya :
a. Taman Pendidikan Qur‟an (TPQ),
b. Berkumpul untuk berdiskusi (halaqoh)
c. Kegiatan pengajian rutinan
d. pengumpulan infaq, shadaqoh dan zakat.
5. Sebagai tempat kaum muslim untuk menuntut ilmu
Masjid berfungsi sebagai tempat untuk belajar mengajar,
khususnya ilmu agama yang merupakan fardlu „ain bagi umat Islam.
Disamping itu juga ilmu-ilmu lain, baik ilmu alam, sosial, humaniora,
keterampilan dan lain sebagainya dapat diajarkan di masjid.
Berdasarkan pemaparan tentang peran dan fungsi masjid di atas
dapat ditarik kesimpulan bahwa masjid memiliki peran yang sangat
penting bagi umat Islam dalam memperkuat keimanan. Masjid memiliki
multifungsi tidak hanya sebagai tempat beribadah saja, namun juga dapat
sebagai tempat sarana dan prasarana meningkatkan ilmu keagamaan dan
ilmu pengetahuan umum.
C. Pembinaan Akhlak Masyarakat Terhadap Lingkungan
1. Akhlak Mayarakat
Masyarakat muslim berdiri tegak di atas akidah Islam yang
bersemboyan “ Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah
utusan Allah”. Makna masyarakat muslim berdiri tegak diatas yaitu
bahwa masyarakat Islam benar-benar memuliakan, menghormati,
20
menyakralkan akidah itu, bekerja untuk mengukuhkan dalam hati dan
akal pikiran, mendidik generasi muda dengannya, melakukan
pembelaan terhadap kebatilan yang dilontarkan oleh para pedengki
yang sesat, dan berusaha untuk menampakkan secara nyata berbagai
keluhuran dan dampaknya pada kehidupan pribadi dan sosial
kemasyarakatan ( Yusuf, 2003: 42).
Tugas masyarakat terhadap akhlak adalah sebagai tegasnya
terhadap akidah, pemikiran dan ibadah yakni membimbing,
mengukuhkan dan memlihara. Pembimbingan itu bisa dilakukan
dengan penyebaran pamflet, propaganda diberagai media masa,
pembekalan dan tablig untuk membimbing manusia kejalan yang
lurus. Pengukuhan dilakukan dengan pendidikan yang panjang
waktunya, juga dengan tarbiyah yang mengakar dan mendalam dalam
rumah tangga, sekolah dan kampus. Sedangkan pemeliharaan bisa
dilakukan dengan dua hal yaitu pertama, mengendalikan opini umum
secara aktif, selalu beramar ma‟ruf nahi munkar, serta membenci
kerusakan dan menolak penyimpangan. Yang kedua, dengan hukuman
atau undang-undang yang melarang kerusakan (sebelum terjadinya)
dan pemberian (sesudah terjadinya). Hal itu untuk menakut-nakuti
orang yang hendak menyeleweng, mendidik orang yang merusak dan
membersihkan jama‟ah dari populasi moral.
Bukanlah disebut masyarakat Islam bila menyembunyikan
ketakwaan dan rasa takutnya kepada Allah, sehingga kita melihat
manusia melakukan sesuatu seakan mereka adalah tuhan atas dirinya
21
sendiri, dan mereka terus berbuat demikian seoalah tiada hisab yang
menunggu. Masyarakat Islam didalamnya diatur oleh perilaku utama
dan nilai-nilai oralitas yang luhur. Masyarakat Islam adalah
masyarakat yang senantiasa berusaha komitmen dan terikat dengan
ketentuan tersebut, meskipin hal itu sulit dan penuh pengorbanan. Oleh
karena itulah Allah mengutus Rasulallah untuk menyempurnakan
akhlak manusia. Seperti sabda Nabi SAW:
ى يكبسو الأخلاق ب ثؼثذ لأر إ
Artinya: ”Sesungguhnya aku diutus tiada lain kecuali untuk
menyempurnakan akhlak”(H.R.Bukhori, Hakim, Baihaqi).
Secara garis besar akhlak dapat dibedakan atas dua macam yaitu
akhlak baik dan akhlak buruk, yaitu sebagai berikut:
a. Akhlak Baik
Akhlak baik (Akhlakul Mahmudah) adalah tingkah laku terpuji
yang merupakantanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah,
Akhlakul karimah dilahirkanberdasarkan sifat-sifat yang terpuji.
Akhlak yang baik (terpuji) atau akhlak mahmudahyaitu akhlak yang
senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang dapat membawa nilai-
nilai positif dan kondusif bagi kemaslahat umat, seperti sabar, jujur,
bersyukur, tawadlu(rendah hati) dan segala yang sifatnya baik.
Seseorang yang memiliki akhlak yang baik dan menjadikan Nabi
MuhammadSAW sebagai figur atau contoh yang sempurna, maka dia
akan mempunyai hubungan yang baik juga dengan makhluk yang
lain, dengan demikian akan tercipta kehidupanyang harmonis
22
seperti saling memperhatikan kepentingan bersama. Dengan
demikianakan selamatlah manusia dari pikiran dan perbuatan-
perbuatan yang keliru dan menyesatkan.
b. Akhlak Tercela
Adapun Akhlak tercela atau tidak baik (Akhlakul Mudzmumah)
adalah perilaku yang tercermin dari tutur kata, tingkah laku, dan sikap
yang tidak baik. Akhlak tidak baikakan menghasilkan pekerjaan buruk
dan tingkah laku yang tidak baik.Akhlak yang tidak baik (tercela) atau
akhlak madzmumah adalah akhlak yangtidak dalam kontrol ilahiyah,
atau berasal dari hawa nafsu yang berada dalam lingkaransyaitaniyah
dan dapat membawa suasana negatif serta destruktif bagi kepentingan
umatmanusia, seperti takabur (sombong), berkhianat, tamak, pesimis,
malas dan lain-lain (Aminudin, 2005: 153).
Dalam masyarakat Islam antara ilmu dan akhlak, seni dan
akhlak, ekonomi dan akhlak, politik dan akhlak, bahkan antara perang
dan akhlak tidak dapat dipusahkan. Hal ini dikarenakan akhlak
merupakan unsur yang mewarnai setiap persoalan hidup dan sikap
seseorang, mulai dari yang kecil sampai urusan yang besar, baik yang
berdimensi individu maupun sosial (Yusuf, 2003: 158).
Hidup bermasyarakat bagi manusia adalah sangat penting,
manusia tidak mungkin dapat hidup sendiri secara berkelanjutan dan
manusia baru disebut sebagai manusia yang sempurna apabila ia
ternyata dapat hidup bersama dengan manusia lain dalam masyarakat.
Artinya, bahwa manusia tidak akan mengetahui fungsinya bagi yang
23
lain jika tidak hidup bersama dalam suatu masyarakat. Itulah Islam
memandang sebaik-baik manusia di muka bumi ini adalah yang
bermanfaat bagi manusia lain. sebaik-baik manusia adalah ia yang
bermanfaat bagi manusia yang lain. Dalam pergaulan dan kehidupan
bersama, masyarakat mempunyai ciri-ciri pokok. Menurut Soerjono
Seokanto yaitu :
a. Manusia yang hidup bersama.
Di dalam ilmu sosial tidak ada ukuran yang mutlak ataupun
angka yang pasti untuk menemukan berapa jumlah yang harus ada.
Akan tetapi secara teoritis, ada minimumnya ada dua oarang yang
hidup bersama.
b. Bercampur untuk waktu yang lama.
Kumpulan manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-
benda seperti umpamanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh
kalangan berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-
manusia baru. Manusia itu juga bisa bercakap-cakap, merasa
dimengerti, mereka juga mempunyai keinginan-keinginan
menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya sebagai
akibat hidup bersamanya itu, timbullah sistem komunikasi,
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan manusia dalam
kelompok tersebut.
c. Mereka sadar bahwa mereka adalah satu kesatuan.
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama.
24
Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh
karena itu setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu
dengan yang lainnya.
Berdasarkan ciri-ciri masyarakat diatas, maka berarti
masyarakat bukan hanya sekedar sekumpulan manusia belaka, akan
tetapi diantara mereka yang berkumpul itu harus ditandai dengan
adanya hubungan atau pertalian satu sama lainnya ( Ishomuddin,
1997:60-61).
2. Akhlak Masyarakat Terhadap Lingkungan
Selama ini, masalah akhlak hanya sering terfokus pada hubungan
antar manusia saja. Padahal, akhlak terhadap lingkungan juga
sangatlah penting. Dilihat sekarang ini banyak sekali tingkah laku
manusia yang tidak memperdulikan lingkungan sekitarnya, misalnya
dengan menebang hutan, mengubah area hutan menjadi area
pemukiman, yang akan mmengakibatkan pemanasan global karena
hutan yang bisa digunakan untuk mengolah kadar karbondioksida di
alam ini sudah mulai tiada. Dalam kasus ini, kita harus mengetahui
mana yang baik dan mana yang buruk. Jangan hanya memikirkan
kepentingan diri kita sendiri tetapi juga melihat dan memikirkan
kondisi lingkungan sekitarnya.
Sebagai umat Islam harus sadar untuk memelihara kelestarian
lingkungan hidup, menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani
dan nabati, flora dan fauna yang sengaja diciptakan Allah untuk
kepentingan manusia, dan juga kita harus sayang kepada sesama
25
makhluk hidup. Sehingga akhlak seorang muslim terhadap lingkungan
hidup dapat diartikan bahwa seorang muslim haruslah mempunyai
sikap atau budi pekerti yang baik terhadap lingkungan hidup baik di
lingkungan masyarakat ataupun lingkungan alam. Dalam Islam
diperintahkan bahwa akhlak seorang muslim terhadap lingkungan
masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Berbuat baik kepada tetangga.
Tetangga adalah orang yang terdekat dengan kita, dekat bukan
karena tali pertalian darah atau persaudaraan dan bahkan tidak
seagama. Agama Islam telah membuat ketetapan untuk
memuliakan tetangga, tidak boleh mengganggu dan menyusahkan
mereka. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya:
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian
hendaknya ia memuliakan tetangganya”. (H.R. Bukhori)
b. Suka menolong orang lain.
Setiap orang pasti memerlukan pertolongan orang lain.
adakalanya manusia itu mengalami sengsara, penderitaan batin,
kegelisahan jiwa dalam hidupnya. Sehingga manusia dalam
hidupnya memerlukan pertolongan orang lain, karena dalam Islam
seorang muslim yang satu dengan yang lainnya ibarat satu
bangunan. Jadi apabila umat yang satu terkena musibah maka umat
yang lain berkewajiban untuk membantunya.
c. Menjadikan masyarakat sebagai lapangan dakwah dan aktualisasi
nilai-nilai keislaman.
26
Setiap muslim harus menyadari sepenuhnya bahwa dakwah
adalah kewajiban yang harus ditunaikan, sehinnga masyarakat akan
dipahami sebagai media untuk dakwah. Maka dari itu di dalam
sebuah pergaulan masyarakat seorang muslim senantiasa
mengemban misi yang harus senantiasa diperhatikan. Dan perlunya
penerapan nilai-nilai dalam kegiatan keislaman dalam masyarakat,
agar dalam lingkungan masyarakat menjadi sebuah wadah yang
hidup dengan kegiatan-kegiatan Islam seperti pengajian-pengajian
dan sebagainya. Dalam firman Allah SWT dalam surat Fushillat
ayat 33 yang berbunyi :
ي ي لبل إ م صبنحب ػ دػب إن الل لا ي ل أحض
ضه ان
Artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataanya daripada orang
yang menyeru kepada Allah, mengerjakan Amal yang saleh dan
berkata:“sesungguhnya aku termasuk orang yang menyerah
diri”.( Q.S Fushillat :33)
d. Melakukan Amar Ma‟ruf Nahi Munkar.
Seorang muslim tidak dapat menjadi seorang yang primitif,
tidak mau tahu serta cuek dengan lingkungan dimana dia berada.
Dimanapun, seorang muslim berada haruslah senantiasa mengajak
dan memerintahkan untuk berbuat kebaikan dan mencegah serta
melarang dalam hal keburukan. Hal itu haruslah dilakukan sebatas
kemampuan manusia, karena pentingnya seseorang muslim
bersikap seperti yang dicontohkan Rasulallah.
27
Bahkan Allah menyatakan bahwa label khaira ummahsebaik-
baik umat ada pada kaum muslimin selama mereka itu tetap
menegakkan amar ma‟ruf nahi munkar, artinya tanpa itu umat
Islam tidak akan pernah menjadi umat yang terbaik. Dalam firman
Allah surah Al-Maidah ayat 79 yang berbunyi:
كش فؼه نجئش يب كبا فؼه ي ػ كبا لا زب
Artinya: “Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan
Munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa
yang selalu mereka perbuat”. (Q.S Al-Maidah:79)
e. Berperan aktif dan mempunyai nilai positif (bermanfaat) bagi
masyarakat.
Setiap muslim harus berusaha untuk memberikan kontribusi
dan peranan yang nyata dan bermanfaat sehingga hidup di
masyarakat merupakan sebuah momen dan kesempatan untuk
mengaktualisasikan kemampuan dirinya dalam berbuat baik dan
beramal saleh. Adapun yang dikendaki dalam Islam yaitu bahwa
pada akhirnya seoarang muslim itu akan dirasakan benar arti
kehadiran dan keberadaan dalam sebuah masyarakat. Adapun ciri-
ciri masyarakat yang dikendaki dalam Islam yaitu:
1. Tuhidullah (mengesakan Allah)
2. Ukhuwah (persaudaraan)
3. Bersatu dalam ikatan tali Allah
4. Masawah (persamaan)
5. Ta‟awun (tolong menolong)
6. „Adalah (keadilan)
28
7. Musyawarah
8. Ummatan wasathan (umat yang harmonis)
9. Takaful al-ijtima‟ (tanggung jawab sosial)
10. Fastabiq al-khairat ( berlomba-lomba dala kebaikan)
11. Tasamuh (toleransi)
12. Hurriyah (kebebasan)
13. Istiqomah (teguh pendirian)
14. Jihad (membela yang benar)
15. Ijtihad (pengembangan berfikir) (Nur Hidayat, 2015: 180-
184)
Berdasarkan pemaparan di atas tentang pembinaan akhlak
masyarakat dan lingkungan dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia
saling membutuhkan satu sama lain baik dalam hal beribadah ataupun
sosial bermasyarakat. Rasulallah SAW mengajarkan kepada umatnya
supaya berbuat baik terhadap diri sendiri dan orang lain, karena manusia
tidak bisa hidup sendiri melainkan membutuhnkan manusia yang lain.
Bukan hanya baik/peduli terhadap manusia saja akan tetapi juga terhadap
lingkungan sekitar seperti tumbuhan- tumbuhan dan hewan.
D. Tujuan Pembinaan Akhlak Pada Masyarakat
Islam menginginkan suatu masyarakat yang berakhlak mulia.
Akhlak ynag mulia ini sangat ditekankan karena di samping akan
membawa kebahagiaan bagi individu, sekaligus membawa kebahagiaan
masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain bahwa akhlak utama
yang ditampilkan seseorang, tujuannya adalah untuk mendapatkan
29
kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Para ahli pendidikan Islam
berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pembentukan
akhlak. Muhammad Athiyah Al-Abrasy mengatakan pembinaan akhlak
dalam Islam adalah untuk membentuk orang-orang yang bermoral
baik, sopan dalam berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku,
bersifat bijaksana, sopan dan beradab. Jiwa dari pendidikan Islam
pembinaan moral atau akhlak. Tujuan pembinaan akhlak kepada
masyarakat yaitu sebgai berikut:
1. Terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan
untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik, sehingga
mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan sejati dan
dalam arti yang sempurna.
2. Pembinaan akhlak yang bersifat menyeluruh yang mencakup
kebahagiaan hidup manusia dalam arti yang seluas-luasnya yaitu:
1. Memperkuat tali persaudaraan sesama manusia.
2. Memperkokoh ukhuwah Islamiyah
3. Untuk membentuk kehidupan yang harmonis antar sesama
manusia
Allah SWT mengambarkan dalam al-Qur‟an tentang janji-Nya
terhadap orang yang senantiasa berakhlak baik, diantaranya QS. an-Nahl
97 yang berbunyi :
ى نجز حبح طجخ فهح يؤي ث أ ركش أ م صبنحب ي ػ ي
ه يب كبا ؼ أجشى ثأحض
30
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-
laki maupunperempuan dalam keadaan beriman, maka
sesungguhnya akan Kamiberikan kepadanya kehidupan yang
baik, dan sesungguhnya akan Kamiberi balasan kepada mereka
dengan pahala yang lebih baik dari apa yangtelah mereka
kerjakan”.( QS. An-Nahl : 97)
Orang yang selalu melaksanakan akhlak baik, mereka akan senantiasa
memperolehkehidupan yang baik, mendapatkan pahala yang berlipat
ganda diakhirat dan akandimasukkan kedalam surga. Dengan demikian
orang yang berakhlak mulia akanmendapatkan keberuntungan hidup di
dunia dan akhirat ( Muhammad Azmi, 2006:61). Dalam Islam memiliki
ruang lingkup akhlak yaitu:
1. Akhlak terhadap diri sendiri meliputi kewajiban terhadap dirinya
disertai dengan larangan merusak, membinasakan dan menganiyaya
diri baik secara jasmani (memotong dan merusak badan), maupun
secara rohani (membirkan larut dalam kesedihan).
2. Akhlak dalam keluarga meliputi segala sikap dan perilaku dalam
keluarga, contohnya berbakti pada orang tua, menghormati orang tua
dan tidak berkata-kata yang menyakitkan mereka.
3. Akhlak dalam masyarakat meliputi sikap kita dalam menjalani
kehidupan soaial, menolong sesama, menciptakan masyarakat yang
adil yang berlandaskan Al-Qur‟an dan hadist.
4. Akhlak dalam bernegara meliputi kepatuhan terhadap Ulil Amri
selama tidak bermaksiat kepada agama, ikut serta dalam membangun
Negara dalam bentuk lisan maupun fikiran.
31
5. Akhlak terhadap agama meliputi beriman kepada Allah, tidak
menyekutukan-Nya, beribadah kepada Allah SWT. Taat kepada
Rosulallah SAW serta meniru segala tingkah lakunya.
Berdasarkan pemaparan di atas tentang tujuan pembinaan akhlak pada
masyarakat dapat ditarik kesimpulan bahwa pembinaan akhlak untuk
membentuk orang-orang yang bermoral baik, sopan dalam
berbicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku, bersifat bijaksana,
sopan dan beradab sesuai dengan syari‟at Islam.
E. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang memiliki relevansi terhadap penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Skripsi Indah Kurniawati NIM 11106048 dengan judul“Peran Masjid
Dalam Pemberdayaan Kesejahteraan Masyarakat di Masjid Nurus
Sa‟adah Dliko Indah Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2010”.
Bentuk penelitian ini adalah kualitatif. Dalam sekripsi ini dipaparkan
mengenai Masjid Nurus Sa‟adah ini dalam pengajaran dan
pendidikannya, juga mengajarkan sebagai basis perbaikan dan
bimbingan masyarakat.Aktivitas masjid telah menyentuh dan
melibatkan kelompok jama‟ah mulai dari anak-anak, remaja,
pemuda, orang dewasa, sampai orang tua, sehingga manakala
jama‟ah memiliki masalah dalam hidupnya, aktivitas masjid dapat
membantu mengatasinya. Salah satu aktivitas masjid ini adalah sudah
terdapat program di bidang sosial, pendidikan dan kesehatan yang
dapat membantu mensejahterakan masyarakat sekitar yang
32
notabene masih membutuhkan banyak bantuan dan perhatian.
Suatu masyarakat dapat dikatakan sebagai masyarakat yang
sejahtera bila dalam masyarakat tersebut tidak terdapat keributan
atau kekacauan di dalamnya. Pentingnya nilai kesejahteraan bagi
masyarakat di segala bidang akan memunculkan sikap positif.
Dimana masyarakat akan merasa aman, nyaman, dan tentram
berada dalam lingkungan tersebut. Walaupun dalam lingkungan
tersebut terdapat berbagai macam perbedaan suku, bangsa maupun
agama. Namun, akan terlihat damai dan sentosa bila dipenuhi
dengan sikap saling toleransi antar sesama.
2. Skripsi Adi Hermawan NIM H 000080040dengan judul “Peran
Masjid Sebagai Pusat Pendidikan Islam Dalam Pembentukan Akhlak
Remaja.” Bentuk penelitian ini adalah kualitatif. Dalam sekripsi ini
dipaparkan mengenai peran masjid harus mempunyai kegiatan-
kegiatan yang dapat menarik jama‟ah ditempat tersebut.Di masjid Al-
Muhajirin Semanggi Pasar Kliwon-Surakarta merupakancontoh
masjid yang banyak jama‟ahnya. Selain itu di masjid tersebut
terdapat satu lembaga yang terbentuk berupa bakti sosial kepada
masyarakat, berupa klinik pengobatan gratis.
3. Jurnal yang ditulis oleh Syamsul Kurniawan dengan judul “Masjid
Dalam Lintasan Sejarah Umat Islam.” Dalam jurnal ini dipaparkan
mengenai Masjid dalam sejarahnya mempunyai arti penting dalam
kehidupan umat Islam, hal ini karena masjid sejak masa Rasulullah
SAW, telah menjadi sentra utama seluruh aktivitas umat Islam
33
generasi awal, bahkan, masjid kala itu menjadi “fasilitas” umat
Islam mencapai kemajuan peradaban. Sejarah masjid bermula sesaat
setelah Rasulullah SAW hijrah di Madinah. Langkah pertama yang
beliau lakukan di Madinah, adalah mengajak pengikutnya,
membangun masjid. Allah SWT ternyata menakdirkan masjid yang
dibangun Rasulullah SAW, di Madinah (sebelumnya disebut
Yatsrib) menjadi rintisan peradaban umat Islam.
Berdasarkan tinjauan pustaka, dapat ditarik kesimpulan bahwa
penelitian yang akan dilakukan penulis memiliki kesamaan yaitu sama-
sama meneliti tentang peran masjiddan fungsi masjid bagi masyarakat
umat Islam. Sedangkan perbedaannya adalah penelitian ini lebih
menyoroti tentang pemberdayaan umat dan pendidikan dalam masjid
disamping itu lokasi dan subjek yang diteliti juga berbeda dengan
penelitian-penelitian diatas.
34
BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Gambaran Umum Masjid An-nida
Masjid adalah tempat untuk beribadah bagi umat Islam, dan dapat
juga digunakan sebagai tempat untuk kegiatan-kegiatan yang
mengarah kepada keagamaan dan sosial. Masjid An-nida yang berada
di lingkungan masyarakat ngaglik memiliki tempat yang strategis dan
mudah dijangkau, berlantai tiga dan tekstur yang berwarna kuning dan
hijau. Disekitar masjid juga terdapat sekolah yaitu Radlathul athfal
(RA) An-nida, SD PTQ An-nida dan Pondok Pesantren An-nida. Dan
sekarang Ini merupakan satu yayasan dalam lingkup yayasan An-nida.
Sejarah berdirinya masjid ini diungkapkan oleh Bapak M,
bahwa pada awalnya masjid ini dulunya hanya mushola sempit yang
digunakan untuk tempat beribadah masyarakat sekitar dan menjadi
tempat halaqoh/musyawarah. Tidak begitu banyak jama‟ah yang
mendatangi masjid. Namun, seiring berjalannya waktu dan hari demi
hari jama‟ah semakin ramai hingga penuh terutama pada waktu shalat
jum‟at.
Pada akhirnya Bapak Ali As‟ad sebagai pendirinya serta para
pengurus moshola tersebut sepakat bersama para masyarakat sekitar
untuk perluasan pembangunan mushola agar dapat dijadikan suatu
tempat ibadah bagi umat Islam secara keseluruhan. Setelah
pembangunan mushola dan mendekorasinya kini telah menjadi masjid
35
yang diberi nama masjid An-nida. Dalam hal ini tentunya masyarakat
sekitar sangat senang mengingat betapa pentingnya masjid di suatu
daerah guna untuk membina akhlak masyarakat baik disekitarnya
ataupun yang dari daerah yang jauh. Masyarakat lingkungan masjid
An-nida memiliki lingkungan yang rukun, mayoritas muslim, saling
menjaga dan membantu walaupun berbeda ekonomi, agama dan sosial.
Adapun dalam bidang pendidikan masyarakatnya memiliki pendidikan
yang bagus, perkembangan ekonomi yang meningkat dan banyak
pebisnis, maka masyarakat sekitar masjid di RW 02 bisa terbilang
masyarakat yang rukun dan makmur.
2. Sejarah Berdirinya Masjid An-nida
Pada zaman dahulu ketika Bapak KH. Ali As‟ad sudah
menyelesaikan belajarnya di pesantren Ma‟ahid Kudus lalu beliau
menikah dengan ibu Hj. Fatimah yaitu putri dari yai Ma‟ahid Kudus.
Perlu digarisbawahi kepemimpinan Bapak KH. Ali As‟ad, dan
keluarganya sewaktu pulang ke Salatiga merupakan keluarga yang
tergolong miskin, untuk menghidupi keluarganya saja terpaksa
menjadi tukang buruh, semua itu dilaksanakan sebagai rasa tanggung
jawab terhadap keluarga. Akan tetapi sebagai orang yang diberi
amanah oleh Allah SWT tetap melaksanakan tugasnya sebagai da‟i dan
melaksanakan dakwah. Semua ini dilaksanakan dengan ikhlas, tabah,
sabar karena mengharap keridloan Allah.
Kehidupan ekonomi yang semakin menjepit dan tuntutan
kebutuhan keluarga yang semakin bertambah dan rumah yang masih
36
menyewa, dengan hal tersebut menjadikan problematika keluarga yang
harus dibenahi. Namun hal tersebut tidaklah membuat semangat beliau
menjadi menciut. Akan tetapi dengan hal yang demikian itu beliau
selalu bermunajat berserah diri memohon petunjuk kehadrat illahi,
sehingga suatu ketika Bapak KH Ali As‟ad diberikepercayaan untuk
mencarikan ramuan jamu untuk dijadikan obat oleh suatu perusahaan
obat tradisional, dengan bekal kejujuran itulah kehidupan Bapak KH.
Ali As'ad semakin hari semakin membaik, hal terseebut terbukti
semakin banyaknya permintaan perusahaan untuk mengirimkan bahan
ramuan jamu. Sehingga mulailah membeli lahan, mendirikan
musholla. Sebelum menjadi masjid dulunya adalah sebuah bangunan
musholla sempit yang berukuran 5 x 5 M. Musholla satu lantai yang
dulunya memiliki madrasah Al-Hilal (kelompok pengajian) yang berisi
pengajaran-pengajaran Islam dan berhubungan muamalah yang diisi
oleh Bapak KH. Ali As‟ad. Tidak begitu banyak jama‟ah yang
mendatangi masjid. Namun, seiring berjalannya waktu dan hari demi
hari jama‟ah semakin ramai hingga penuh terutama pada waktu shalat
Jum‟at.
Pada akhirnya Bapak Ali As‟ad sebagai pendirinya serta para
pengurus moshola tersebut sepakat bersama para masyarakat sekitar
untuk perluasan pembangunan mushola agar dapat dijadikan suatu
tempat ibadah bagi umat Islam secara keseluruhan. Setelah
pembangunan mushola dan mendekorasinya kini telah menjadi masjid
yang diberi nama masjid An-nida. Masjid An-Nida didirikan pada
37
tanggal 1 Januari 1976 oleh Bapak KH. Ali As‟ad, sampai sekarang
usianya 41 tahun yang didirikan untuk beribadah dan kegiatan-
kegiatan pengajian untuk masyarakat sekitar, karena makin
bertambahnya jama‟ah yang hadir sehingga penuh, maka mushola
direnofasi dan dibesarkan sehingga menjadi “Masjid An-nida” yang
berlantai tiga yang bercorak khas dan memiliki sarana dan prasarana
yang memadai.
Bapak KH. Ali As‟ad tidak hanya mendirikan masjid tetapi
juga pondok pesantren dansebagainya. Pernah suatu ketika beliau
bermimpi bertemu dengan seorang kyai bemama Kyai Khumedi Saleh.
Didalam mimpimya itu beliau sedang mengalirkan air dari lokasi
pemandian senjoyo untuk dialirkan keSalatiga. Dalam mimpinya itu
Bapak Ali As‟ad dipanggil oleh Bapak Kyai Khumedi untuk terus
mengalirkan air ke Salatiga. Setelah ditanyakan kepada salah
seorangKyai di Kudus menurut penafsirannya Bapak Kyai disuruh
mendirikan pondok pesantren. Maka besarlah tekat dan minat beliau
untuk mendirikan ponpes. Oleh karena dalam mimpinya Bapak Kyai
merasa dipanggil, “Ali....Ali !!maka masjid dan pondok pesantren
yang diberinama “An-Nida", yang berasal dari kata nadawa, yang
berarti panggilan, maksudnya adalah ajakan kepada masyarakat untuk
mengaji dan melaksanakan perintah beribadah kepada Allah SWT.
Adapun para pendiri masjid dan pondok pesantren An-Nida
adalah alumni Pondok Ma‟ahid Kudus, diantaranya : KH. Ali As'ad,
pak Syamsudin, pak KH. Mashudi, KH. Muslim Jawahir, KH. Drs.
38
Ahmad Nuh Muslim, KH. Rosyidi, KH. Damami, TohaHasan, BA,
beliau-beliau ini bermusyawarah dengan mengambil keputusan
sebagaiberikut. Dengan tujuan pendirian masjid dan pondok pesantren
:
a. Sebagai rasa tanggungjawab untuk menyampaikan amanat.
b. Desakan dari para alumnus Ma‟ahidKrapyak Kudus yang berada di
Salatiga.
c. Mengingat kurangnya tempat pengembangan ilmu agama di
Salatiga.
d. Untuk menolong para pelajar dan masyarakat baik dari dalam
maupun dari luar kota Salatiga, dalam mencari ilmu serta sekaligus
menjadikan tempat berlindung dan ibadah
Dari hasil musyawarah itulah Bapak Kyai sendirilah yang
mengelola masjid dengan baik. Perkembangan masjid An-nida
nampaklah setiap tahunnya, baik bangunan fisik sebagai sarana belajar
maupun jumlah jama‟ahnya yang semakin bekembang pesat. Untuk
meningkatkan mutu kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh masjid dana
administrasi masjid, Bapak Kyai beserta staf dan pengurus ponpes An-
nida. Memusatkan perhatiannya untuk meningkatkan dan memperbaiki
mutu pondok pesantren. Dengan berdasarkan pemikiran yang demikian
maka perlu pembantu dalam menangani masalah yang berhubungan
dengan masjid dengan hal pertimbangan di atas maka dibentuklah
kepengurusan masjid yang dimulai pada tahun 1977 yang diketuai oleh
Bapak KH. Ali As‟ad. Pada tanggal 21 Desember 2003 keluarga besar
39
pendiri masjid dan pengasuh pondok pesantren An-nida Salatiga yaitu
KH. Ali As‟ad tutup usia. Sehingga An-nida sekarang menjadi
Yayasan dalam lingkup pendidikan termasuk juga masjid. Pada tahun
2005 terbentuknya kepengurusan takmir masjid baru yang di ketuai
oleh beliau Bapak H. Nur hadi, S.Pd. sampai sekarang.
3. Letak Geografis
Masjid An-nida terletak di pinggir jalan raya yang beralamat di
Jalan Jenderal Sudirman 239 Salatiga. Bertempat di Dusun Ngaglik,
Kelurahan Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kabupaten Datti II Salatiga,
Provinsi Jawa Tengah, Negara Republik Indonesia. Lokasi masjid
tidak begitu masuk ke pedesaan mudah dijangkau dan dilihat dari jalan
raya sudah terlihat karena masjid berlantaikan tiga.
4. Struktur Organisasi Yayasan An-nida
a. Setelah wafatnya KH. Ali As‟ad beliau pengasuh serta pendiri
masjid dan pondok pesantren An-nida telah mefakafkan semua
lembaga pendidikannya, dan sekarang menjadi yayasan An-nida.
Bentuk organisasi yayasan An-nida sebagai berikut:
Tabel 1
Struktur Organisasi Yayasan An-nida Tahun 2017
No. Nama Jabatan
1. Hj. Ibu Fatimah PEMBINA I
2. Joko Akhlis, S.E PEMBINA II
3. Drs. Dahlan PENGAWAS I
4. Ahmad Abdul Ghoni, S.Pd.I PENGAWAS II
40
5. Muhammad Syarifuddin, S.Pd.I KETUA UMUM
6. Sukedi, S.Pd.I KETUA
7. Maskuri SEKRETARIS UMUM
8. Ulya Fatmawati, S.Pd.I SEKRETARIS
9. Siswanto, M.Pd. BENDAHARA UMUM
10. Trimo BENDAHARA I
11. Nur Hadi, S.Pd.I BENDAHARA II
12. Imam Mas Arum, M.Pd. ANGGOTA
b. Sebelum menjadi yayasan, masjid An-nida sudah membentuk
kepengurusan yang dulunya diketuai oleh Bapak Kyai sendiri.
Namun, setelah wafatnya beliau masjid An-nida telah berganti
kepengurusan. Bentuk kepengurusan masjid An-nida ditetapkan
pada 3 Mei 2005 sampai sekarang yaitu sebagai berikut:
Tabel 2
Struktur Organisasi Masjid An-nida Tahun 2017
No. Nama Jabatan
1. Kepala Kelurahan Ledok Pelindung
2. Ketua Yayasan An-nida Penasehat
3. Nur Hadi, S.Pd. Ketua Ta‟mir
4. Sukarmo Wakil Ketua Ta‟mir
5. Yuwono Sekretaris I
6. Maskuri Sekretaris II
41
7. H. Suwandi Bendahara
8. Sutojoyo, SE, Msi.
Sukedi
Indra Chaniago
Seksi Sosial dan
Ekonomi
9. Wuryanto, Bsc.
Masrukan
Tutur Wibowo
Seksi Pembangunan dan
Perawatan
10. Achmad Abdul Ghoni, S.Pd.I.
Drs. Zuber Ali Yasin
H. Ahmad
Seksi Dakwah dan
Pendidikan
11. Tugiman
Umar
Seksi Perlengkapan
12. Ir. Muhtarudin
Fahrudin, S.Ag.
Nur Hadi, S.Pd.I.
Seksi Humas
13. Siswanto, M.Pd.
Bayu
Pujiyani
Pujiyati
Seksi Remas
14. Suyono
Bardikan
Pembantu Umum
5. Sarana dan Prasarana Masjid An-nida
Untuk memperlancar proses jama‟ah dankegiatan di masjid serta
untuk memudahkan interaksi belajar mengajar serta mencapai tujuan
42
pengajaran yang diharapkan, maka adanya sarana dan prasarana
sangatlah penting. Masjid An-nida memiliki sarana dan prasarana
yang cukup memadai, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3
Sarana dan Prasarana Masjid An-nida
No. Sarana Prasarana Jumlah Keterangan
1. Kamar mandi putri 1 Baik
2. Kamar mandi putra 1 Baik
3. Tempat wudhu
putra/putri
2 Baik
4. Mimbar 1 Baik
5. Satir 4 Baik
6. Jam dinding 2 Baik
7. Jam digital 1 Baik
8. Jadwal sholat 1 Baik
9. Lemari mukena 1 Baik
10. Lemari Al-Qur‟an 2 Baik
11. Kipas angin 5 Baik
12. Kotal amal 13 Baik
13. Mukena 10 Baik
14. Sajadah 15 Baik
15. Al-Qur‟an 40 Baik
16. Lampu penerangan 27 Baik
17. Sound system 1 set Baik
43
18. Microphone 4 Baik
19. Tikar 25 Baik
20. Karpet 5 Baik
21. Salon 6 Baik
22. Meja ngaji kecil 2 Baik
23. Kursi besar 1 Baik
24. Papan bor pengumuman 2 Baik
25. Penghapus 1 Baik
26. Rak sendal dan sepatu 2 Baik
27. Gelas 4 krat Baik
28. Ceret 1 Baik
29. Tremos 1 Baik
30. Asbak 5 Baik
31. Sendok 2 lusin Baik
32. Piring snack 50 Baik
33. Tangga alumunium 1 Baik
34. Penyedot debu 1 Baik
35. Kran 10 Baik
36. Ember kamar mandi 1 Baik
37. Sikat 2 Baik
38. Gayung 2 Baik
39. Sulak 2 Baik
40. Sapu 5 Baik
44
41. Pel 2 Baik
42. Ember 2 Baik
43. Keset 8 Baik
44. Pembersih kaca 5 Baik
45. Perpustakaan An-nida 1 Baik
46. Serambi masjid - Baik
47. Buku-buku tafsir 10 Baik
48. Buku-buku
perpustakaan
- Baik
49. Tempat sampah besar 1 Baik
50. Sapu halaman luar 2 Baik
51. Tempat penyimpanan 1 Baik
6. Kegiatan-kegiatan Masjid An-nida
Dalam kepengurusan takmir masjid An-nida mengadakan
banyak kegiatan rutinan bagi masyarakat sekitar bertujuan untuk
membentuk akhlak masyarakat menjadi orang mukmin dan
berakhlakul karimah. Dalam kegiatan tersebut tidak hanya melibatkan
masyarakat saja akan tetapi buat anak-anak, remaja dan bagi santri
pondok pesantren An-nida. Adapun kegiatan-kegiatan yang diadakan
masjid An-nida sebagai berikut:
a. Kegiatan Pengajian Tafsir habis subuh pemateri Bp. Ahmad Abdul
Ghoni S.Pd.I.
45
b. Kegiatan Pengajian dua minggu sekali habis magrib pemateri dari
luar.
c. Mengadakan kegiatan HSBI ( Hari Besar Islam)
d. Kegiatan Ramadhan dan Zakat Fitrah.
e. Kegiatan Sholat Idul Fitri dan Idul Adha.
f. Kegiatan penyembelihan hewan qur‟ban oleh panitia dari
pengurus takmir masjid.
Disamping kegiatan di masjid yang sangat berkembang pesat,
dan bertambahnya anggota jama‟ah pengajian maka kepengurusan
masjid juga mengadakan pengajian antar RT. Adapun kegiatan-
kegiatan yang diadakan sebagai berikut:
a. Kegiatan pengajian di RT 01 diadakan setiap malam jum‟at
bertempat di rumah ibu Ribut pematerinya mbak indah dan mbak
dian dari pondok pesantren An-nida dan pengajian setiap malam
senin bertempat di rumah ibu Nu‟ah pematerinya maz Imam
Fahroni dari pondok pesantren An-nida dan ustadz Nur Hadi.
b. Kegiatan pengajian untuk RT 02 tidak ada karena di lingkungan
RT 02 kebanyakan non muslim dan penduduknya minim sekali.
c. Kegiatan pengajian di RT 03 diadakan satu bulan sekali setiap
malam senin bertempat di rumah RT 03 pematerinya Bapak
Ahmad Abdul Ghoni.
d. Kegiatan pengajian di RT 04 diadakan setiap dua minggu sekali
dilaksanakan setiap malam minggu bertempat di rumah RT 04
pematerinya Bapak Ghoni, Bapak Sukedi, dan Bapak Maskuri.
46
e. Kegiatan pengajian di RT 05 diadakan satu bulan sekali yaitu
jama‟ah yasinan dan tahlil bertempat di rumah RT 05 pematerinya
Bapak Nur Hadi takmir masjid, Bapak Fachrudin, dan Bapak
Masrokan dan kegiatan pengajian setiap malam rabu bertempat di
rumah ibu seneng pematerinya ustadz Nur Kholis Majid.
Berdasarkan hasil wawancara dan perolehan data kegiatan-
kegiatan masjid An-nida dan sarana prasarannya di lingkungan
masyarakat sekitar bahwa masjid sangat memperdulikan
perkembangan masyarakat terutama dalam peribadahan dan sosial
untuk menjalin keharmonisan dan persatuan umat Islam. Masyarakat
RW 02 mayoritas melaksakan ibadahnya di masjid An-nida baik
jama‟ah hari-hari biasa atau sholat wajib ataupun pada waktu sholat
jum‟at, bukan hanya dari masyarakat sekitar saja akan tetapi banyak
musafir yang mendatangi masjid An-nida untuk melaksanakan ibadah
wajib. Masjid tidak hanya di gunakan untuk kegiatan masyarakat saja
akan tetapi santri dari pondok pesantren An-nida juga melakukan
kegiatan rutinitas di masjid An-nida baik dalam beribadah dan juga
dalam belajar mengajar untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama
dan umum.
B. Temuan Penelitian
Sesuai dengan hasil wawancara dan dokumentasi di lokasi
penelitian yaitu di lingkungan masyarakat masjid Aan-nida, peneliti
mendapatkan beberapa hal informasi diantarannya sebagai berikut:
1. Peran Masjid An-nida Bagi Masyarakat di Lingkungan RW 02
47
Peran masjid bagi masyarakat sangatlah penting karena masjid
adalah tempat suci dan tempat beribadah bagi umat Islam. Banyak
manusia yang kurang mengerti akan kelebihan dan manfaat adanya
masjid di lingkungan masyarakat. Dengan adanya masjid manusia
dapat belajar akan kedisiplinan waktu terutama dalam hal beribadah
untuk melaksanakn shalat tepat waktu dan berjama‟ah, walaupun
belum sepenuhnya mampu melaksankan sholat berjama‟ah setiap hari
akan tetapi, dengan dilatihnya hati agar terikat dengan masjid sedikit
demi sedikit pasti akan menjadi terbiasa sehingga menjadi rutinitas
yang sulit untuk ditinggalkan.
Selain itu masjid juga tidak hanya sebagai tempat untuk
melaksanakan shalat saja, akan tetapi juga dapat digunakan sebagai
tempat menuntut ilmu, belajar mengajar, halaqoh (berkumpul majlis),
pengajian dan sebagai tempat berlindung bagi para musafir untuk
berteduh dan beristirahat dalam perjalanan. Padahal bila masjid
difungsikan dengan baik dan benar seperti yang dicontohkan oleh Nabi
pada masa itu, sungguh bangunan masjid bukan hanya menghiasi suatu
pemukiman masyarakat ataupun di pinggiran jalan raya/kota,
melainkan akan membawa keberkahan bagi siapapun baik bagi diri
sendiri/individu atau bagi masyarakat.
Berdasarkan wawancara dengan responden oleh beliau bapak
AAG mengenai peran masjid An-nida bagi masyarakat dapat diperoleh
bahwa bapak AAG selaku salah satu imam masjid mengatakan:
“Masjid An-nida itu sudah berdiri sebelum pondok pesantren
didirikan, dulu hanya mushola kecil yang berukuran sempit. Tetapi
48
setelah kerutinan jama‟ah di masjid lama kelamaan menjadi penuh
dan berkembang pesat jama‟ahnya barulah di renovasi sehingga
menjadi sebuah masjid yang sederhana berlantaikan tiga. Masjid
An-nida berperan begitu penting bagi masyarakat sekitar karena
mencoba dan membina masyarakat sekitar agar selalu terikat
dengan masjid untuk menuju hal kebaikan dunia dan
akhirat”(Senin, 15 Mei 2017).
Jadi penulis dapat menyimpulkan penjelasan dari bapak AAG
mengenai peran masjid bagi masyarakat yaitu bahwa masjid memiliki
kegunaan yang luar biasa bagi masyarakat dalam mengubah perilaku
dan sosial masyarakat. Bukan hanya faktor dari luar saja akan tetapi
juga semangat dari diri sendiri untuk lebih terikat oleh masjid serta
lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Mengenai peran masjid An-nida bagi pembinaan akhlak
masyarakat bapak TTR juga mengatakan:
“Masjid itu sangat penting buat kebutuhan manusia terutama bagi
kaum muslim, karena dengan adanya masjid manusia lebih
merasakan tempat ibadah paling nyaman yang membuat hati
menjadi lebih dekat dengan Allah SWT” (Selasa, 23 Mei 2017).
Selain itu penulis juga mewawancari salah satu santri An-nida
yaitu saudara RIS yang mengatakan :
“Masjid An-nida adalah masjid yang makmur dan berkembang,
bukan hanya sebagai sarana tempat untuk beribadah saja, akan
tetapi juga mampu memberikan binaan terhadap masyarakat dari
kalangan anak kecil, remaja, bahkan sampai orang tua. Dalam
kegiatannya pun yang diadakan oleh masjid membaur dan rutin
pelaksanaannya dari kegiatan pengajian antar RT sampai adanya
kegiatan perayaan besar Islam” (Rabu, 24 Mei 2017).
Begitupun juga disampaikan oleh masyarakat sekitar masjid
An-nida yaitu ibu Ribut mengatakan:
49
“majid itu berfungsi sangat komplit , salah satunya yaitu bertujuan
untuk mengajak umat Islam untuk berlomba-lomba dalam
beribadah dan kebaikan” (Senin, 22 Mei 2017).
Dalam wawancara tersebut penulis dapat menyimpulkan
bahwa banyak masyarakat yang sangat peduli akan adanya masjid,
karena masjid dapat menjadi sarana berhubungan manusia dengan
Allah (habluminallah) dan hubungan manusia dengan manusia
(habluminannas). Masjid juga bermanfaat bagi Pemberdayaan
masyarakat melalui program-program yang ada pada masjid ini baik
dari segi keislamannya, sosial, pendidikan, yang bertujuan untuk
kemakmuran masyarakat.
2. Faktor Pendukung Dalam berjalannya kegiatan di masjid An-nida
Dalam melaksanakan suatu ibadah itu memerlukan keikhlasan
agar ketika menjalankan ibadah bisa kusyuk dan tenang. Karena
dalam urusan ibadah manusia membutuhkan motivasi dan dorongan
supaya menjadi penyemangat dalam menjalankan aktifitas serta
kelangsungan hidup. Faktor paling utama yaitu dimulai dari diri sendiri
yang dapat mengubah dan menata hati menjadi lebih baik. Akan tetapi
manusia tidaklah mampu untuk hidup sendiri, manusia membutuhkan
manusia yang lain untuk menjadi teman hidup serta saling berbagi.
Maka dari itu lingkungan juga dapat mempengaruhi aktifitas beribadah
dan kegiatan-kegiatan yang diadakan untuk membina akhlak manusia.
Berdasarkan wawancara dengan responden oleh beliau bapak
Nur Hadi selaku ketua takmir masjid An-nida mengenai faktor
50
pendukung dalam berjalannya kegiatan di masjid An-nida beliau
mengatakan:
“Faktor pendukung dalam berjalannya kegiatan masjid yaitu
adanya kekompakan masyarakat sekitar RW 02 untuk berkumpul
ke majelis pengajian, adanya rasa ingin tahu dalam
mengembangkan ilmu keagamaannya dan adanya rasa ingin
bersosialisasi kepada masyarakat untuk mensyiarkan agama
Islam” (Senin, 22 Mei 2017).
Dalam pernyataan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa
salah satu faktor pendukungnya dalam berjalannya kegiatan di masjid
yaitu adanya semangat yang dimulai dari diri sendiri, lalu dengan
adanya saling mengingatkan dan saling memotivasi satu sama lain
agar mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Mengenai faktor pendukung dalam berjalannya kegiatan ibu
nunung selaku ibu RW juga mengatakan:
“Dalam setiap arisan PKK selalu di umumkan untuk menghadiri
pengajian setiap malam jum‟at di lingkungan RT 01, supaya ibu-
ibu dan masyarakat sekitar mengingat dengan adanya kegiatan
rutinan yang bertempat di rumah bapak RW 02” (Kamis, 18 Mei
2017)
Begitupun juga disampaikan oleh jama‟ah pengajian yaitu
beliau ibu Tiah mengatakan:
“Salah satu faktor pendukung dalam berjalannya kegiatan rutinan
yaitu adanya sarana dan prasarana yang cukup, jarak atau tempat
yang kegiatan dekat atau mudah dijangkau, adanya ustadz yang
cukup berpengalaman, dan tempat ibadah yang nyaman sehingga
membuat para jama‟ah pengajian menjadi semangat dalam
menghadiri majelis”(Jum‟at, 19 Mei 2017).
Jadi penulis dapat menyimpulkan dari hasil wawancara kepada
ibu RW dan ibu Tiah bahwa untuk mencapai suatu tujuan dibutuhkan
adanya faktor pendukung dan pendorong sebagai sarana untuk
51
memotivasi dalam melakukan sesuatu kegiatan agar tercapai secara
maksimal. Seperti kegiatan keagamaan, sosial, ataupun kegiatan
individu, agar mendorong diri untuk semangat dalam melakukan
aktifitas, dengan adanya suatu kegiatan diperlukan adanya sarana dan
prasarana yang sesuai sehingga menjadi salah satu alasan untuk
memperlancar berjalannya kegiatan yang ada. Yang paling terpenting
adalah sesama muslim harus saling mengingatkan dan sling
menasehati dalam hal kebaikan, karena manusia diciptakan bukan
untuk hidup sendiri akan tetapi untuk hidup saling membutuhkan dan
membantu satu sama lain, baik dalam ibadah ataupun dalam hal sosial
bermasyarakat.
Selain itu penulis juga mewawancari salah satu ustadz
mengenai faktor pendukung dalam berjalannya kegiatan di masjid.
Berdasarkan wawancara dengan ustadz Sukedi, selaku pengajar di
pondok pesantren An-nida, berikut yang penulis dapatkan dari apa
yang diketahui mengenai faktor pendukung dalam berjalannya
kegiatan di masjid An-nida:
“Dalam menjalankan kegiatan keagamaan rutinan yang diadakan
oleh masjid yaitu antar RT, salah satu sarana sebagai faktor
pendukungnya yaitu dibuatkan surat pemberitahuan berupa
undangan yang diketahui oleh ketua RT, yang disebarkan kepada
para jama‟ah pengajian disetiap lingkungan RT”(Kamis, 18 Mei
2017).
Sedangkan respon salah satu masyarakat yang penulis
wawancarai juga berpendapat :
“Dengan diadakannya kegiatan di masjid yang bertujuan untuk
membina akhlak masyarakat mampu menjadi contoh atau iming-
iming untuk lebih meningkatkan ibadah serta berlomba-lomba
dalam kebaikan”(Kamis, 18 Mei 2017).
52
Jadi penulis dapat menyimpulkan penjelasan dari ustadz sukedi
dan salah satu masyarakat sekitar bahwa manusia itu adalah makhluk
sosial, dimana hidup saling mengingatkan dan saling bertukar
pemikiran. Bukan hanya sebagai makhluk yang meikirkan keperluan
diri sendiri akan tetapi juga harus peduli dengan lingkungan sekitar.
Dalam hal ini sebagai umat Islam harus saling mencontoh serta
mengajak satu sama lain dalam hal kebaikan terutama dalam hal
beribadah kepada Allah SWT.
3. Faktor Penghambat Dalam Berjalannya kegiatan di masjid An-nida
Setiap aktifitas manusia pasti mempunyai hambatan dalam
menjalankannya, karena hambatan membuat segala aktifitas kurang
maksimal dan tidak efektif. Adapun seperti yang sudah penulis
paparkan melalui hasil wawancara diatas adanya faktor pendukung
pasti akan ada faktor penghambatnya.
Berdasarkan wawancara kepada bapak Mad mengenai faktor
penghambat dalam berjalannya kegiatan di masjid An-nida
mengatakan:
“Faktor penghambat dalam kegiatan pengajian dapat dilihat dari
diri sendiri yaitu adanya kejenuhan dalam suatu majlis, karena
tidak adanya pergantian pemateri/ustadz dan hanya monoton saja.
Maka kejenuhan membuat berkurangnya jama‟ah dan
berangkatnya pun hanya kadang-kadang”(Rabu, 17 Mei 2017).
Mengenai faktor penghambat bapak Majid juga mengatakan:
“Kegiatan yang diadakan di masjid tidak hanya untuk orang-
orang tua saja, akan tetapi untuk semua kalangan terutama untuk
para remaja. Namun remas di sini itu tidak aktif dan kurang
berkembang, maka kegiatan-kegiatan yang ada di masjid
kebanyakan di hadiri oleh bapak-bapak dan ibu-ibu walaupun ada
53
remajanya mungkin hanya satu atau dua orang saja”(Rabu, 17
Mei 2017)
Begitu juga yang disampaikan oleh salah satu ustadz An-nida
yaitu beliau bapak Kedi mengenai penghambat dalam berjalannya
kegiatan di masjid An-nida beliau mengatakan:
“Kurangnya kesadaran peserta pengajian, sehingga kurang
mepreoritaskan kegiatan keagamaan karena adanya kesibukan
dari masing-masing orang”(Kamis, 18 Mei 2017).
Adapun peserta jama‟ah yaitu beliau mbh ti juga mengatakan:
“Kegiatan majlis itu kadang banyak yang menghadiri terkadang
juga sedikit, karena tidak semua orang bisa istiqomah dalam
menjalankan ibadah sunnah. Faktor penghambatnya yaitu
kesibukan dari pekerjaan masing-masing, terkadang pulang
sampai malam nglembur, maka dari tu dalam setiap pengajian
selalu diingatkan dan disosialisasikan untuk menghadiri prngajian
ritinan”(Sabtu, 21 Mei 2017).
Peserta jama‟ah lain yang bernama ibu Tiah juga mengatakan:
“Rasa malas juga bisa mempengaruhi dalam menjalankan
kegiatan, maka dari itu mulailah dari diri sendiri untuk melatih
hati supaya terikat dengan masjid sehingga kaki terasa mudah dan
ringan jika melangkah untuk menuntut ilmu keagamaan”(Minggu,
20 Mei 2017).
Jadi kesimpulannya bahwa kegiatan apapun harus disertai
dengan keikhlasan dan hati yang legowo dalam bahasa jawanya, karena
dimulai dari hatilah semua aktfitas dan pekerjaan bisa dikerjakan
dengan hati yang nyaman. Dalam hal beribadah manusia membutuhkan
keseimbangan untuk bisa menjalankan kewajiban duniawi dan
akhiratnya, maka dari itu tidak semua orang bisa memanfaatkan waktu
untuk membagi antara hal beribadah dangan pekerjaan. Penulis juga
menanyai beliau ustadz NK mengenai faktor penghambat yang dapat
54
mempengararuhi kaum muslim dalam menjalankan kegiatan keagamaan
antara lain:
“Banyak faktor yang dapat menghambat kaum muslim dalam
menjalankan ibadah ataupun kegiatan-kegiatan keagamaan,
menurut pendapat saya banyak faktor penghambatnya antara lain:
a. Adanya teknologi yang semakin maju, menjadikan masyarakat
enggan mengikuti kegiatan kemasjidan.
b. Terlalu sibuknya sebagian masyarakat dalam urusan dunia/
pekerjaan sehingga dalam beribadah kurang diprioritaskan.
c. Kurangnya pengetahuan tentang keagamaan yang membuat
masyarakat kurang begitu berminat dalam mengikuti kegiatan
di masjid
d. Adanya kejenuhan masyarakat dalam menghadiri majelis
karena materi dan ustadznya dalam menyampaikan monoton
saja atau kurang menyenangkan.
e. Timbulnya rasa malas sehingga tidak bisa memanfaatkan waktu
dengan sebaik-baiknya.
f. Faktor cuaca yang kurang mendukung yang dapat membuat
masyarakat enggan dalam mengahdiri majelis.
g. Kurang aktifnya remaja masjid untuk mendukung program
kegiatan-kegiatan di masjid, karena remaja masjid juga sangat
membantu dalam proses berjalannya kegiatan yang diadakan
oleh masjid.
h. Kurangnya motivasi untuk menggugah hati masyarakat untuk
melakukan ibadah sesuai dengan syari‟at Islam.
i. Adanya masyarakat yang kurang berminat untuk mengahdiri
majelis pengajian karena lebih memilih mengikuti majelis yang
lain diluar dari kegiatan yang diadakan di masjid An-nida” (
Rabu, 24 Mei 2017).
4. Cara Pemecahan Masalah dalam menangani berjalannya kegiatan yang
diadakan oleh masjid An-nida
Berdasarkan wawancara yang diperoleh penulis mengenai cara
pemecahan masalah dalam berjalannya kegiatan kepada beliau bapak
Nur Hadi selaku ketua takmir di masjidAn-nida mengatakan:
55
“Cara untuk memecahkan masalah dalam menangani masyarakat
agar berjalanya kegiatan yang diadakan di masjid yaitu salah
satunya sering kali diadakannya pertemuan dan sosialisasi tentang
agama kepada masyarakat suapaya sedikit-demi sedikit hati
mereka sadar sehingga terbuka hatinya betapa pentingnya
kewajiban beribadah kita kepada Allah baik melalui ibadah sholat
ataupun melalui ibadah muamalah”(Senin, 22 Mei 2017).
Ustadz Sukedi juga mengatakan:
“Setiap pengajian dihimbau untuk aktif dengan alasan supaya
semangat dan kesadaran masyarakat lebih meningkat sehingga
dalam menjalankan kegiatan terasa ringan sehingga tidak terasa
terbebani”(Rabu, 24 Mei 2017).
Jadi penulis dapat menyimpulkan penjelasan dari bapak Nur
Hadi dan ustadz Sukedi mengenai cara pemecahan masalah dalam
berjalannya kegiatan di masjid yaitu sering diadakannya pertemuan
dalam suatu majelis sehingga dapat mendakwahkan manfaat dalam
menghadiri pengajian yang mampu membina akhlak masyarakat
menjadi manusia yang berbudi pekerti baik dan luhur sesuai yang
diajarkan oleh Rasulallah SAW.
Selain itu penulis juga mewawancari imam sekaligus ustadzdi
masjid An-nida mengenai pemecahan masalah dalam berjalannya
kegiatan di masji. Berdasarkan wawancara dengan ustadz Nur Kholis
pengajar di pondok pesantren An-nida, berikut data yang penulis
dapatkan dari apa yang diketahui beliau mengatakan:
“Dalam suatu kegiatan pasti akan ada hambatannya tidak semua
kegiatan bisa berjalan dengan mulus ataupun lancar terus menerus
akan tetepi juga ada hambatan/ kekurangannya. Begitu juga
kegiatan yang ada di masjid An-nida pasti ada hambatan-
hambatannya, akan tetapi setiap hambatan pasti ada solusi untuk
memecahkannya supaya dalam kegiatan tetap berjalan sesui
dengan jadwal yang sudah ditentukan oleh keta‟miran masjid An-
56
nida. Maka menurut pendapat saya pribadi dalam pemecahan
masalah dalam berjalannya kegiatan di masjid yaitu : 1.
Melaksanakan dan selalu mengevaluasi program bimbingan
penyuluhan dalam pembinaan akhlak masyarakat, 2. Mengenalkan
teknologi yang semakin berkembang kepada masyarakat dalam hal
keagamaan sehingga tidak disalahgunakan, 3. Merangkul semua
elemen masyarakat dalam upaya melaksanakan program dan
memakmurkan masjid, 4. Menjadikan masjid bukan hanya sebagai
tempat beribadah saja, akan tetapi juga sebagai tempat
pemberdayaan umat”( Sabtu, 27 Mei 2017).
Bapak Joko selaku ketua RW 02 serta ahlulbait (tuan rumah) di
pengajian setiap malam jum‟at di RT 01 juga berpendapat:
“Masjid An-nida itu bisa dibilang makmur karena kegiatan-
kegiatan yang diadakan sangat bermanfaat sekali dan dapat
membina akhlak masyarakat terutama masyarakat di lingkungn
RW 02. Adapun kegiatan pasti mempunyai hambatan dan juga
mempunyai solusinya, menurut saya salah satu solusi paling
mudah yaitu dengan cara sering-seringnya kita untuk mengajak
dan saling mengingatkan, bisa lewat pengajian lain seperti
pengajian yang diadakn di antar RT atau ketika pengajian di
masjid. Karean motivasi bisa diberikan dari orang lain tinggal
bagaimana kita menyikapi dan mengambil keputusan untuk
menentukan hidup kita sendiri”( Jum‟at, 19 Mei 2017).
Dalam pemaparan diatas sesuai dengan yang sudah penulis
wawancarai mengenai cara pemecahan masalah dalam berjalannya
kegiatan di masjid dapat disimpulkan bahwa masjid An-nida sangat
memperdulikan kesejahteraan masyarakat, bukan hanya sebagai
tempat peribadahan saja namun juga berperan dalam pemberdayaan
umat. Dalam berjalannya kegiatan banyak cara yang bisa dilakukan
agar kegiatannya biasa berjalan dengan rutin, salah satunya yaitu
saling mengingatkan dan mengajak dalam hal kebaikan terutama
dalam hal beriadah dan muamalah sehingga peran masjid dalam
membina akhlak masyarakat terutama masyarakat lingkungan RW 02
57
dapat menghasilkan suatu tujuan yang diharapkan, baik berguna bagi
kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat kelak.
5. Tujuan dan Manfaat Kegiatan Yang Diadakan Oleh Masjid An-nida
Bagi Masyarakat Sekitar
Berikut tujuan dan manfaat diadakannya kegiatan di masjid
An-nida, data yang berhasil dihimpun oleh peneliti dan hasil
wawancara dari pengurus masjid, ustadz, santri, dan masyarakat sekitar
serta para jama‟ah pengajian di masjid An-nida.
Beliau bapak Nur Hadi selaku ketua takmir masjid An-nida
mengatakan bahwa:
“Tujuan dan manfaat masjid mengadakan kegiatan-kegiatan
keagamaan yaitu untuk mendakwahkan ajaran agama Islam.”(
Senin, 22 Mei 2017).
Sedangkan salah satu santri dari pondok pesantren An-nida
saudara HN berpendapat mengenai manfaat dan tujuan masjid
mengadakan kegiatan-kegiatan keagamaan yaitu:
“Menjadikan lingkungan yang agamis dan bermoral sesuai ajaran
Islam, membantu masyarakat dari manapun untuk memperluas
ilmu pengetahuan dan agama, mampu membina akhlak
masyarakat sehingga menjadikan lingkungan yang penuh dengan
syiar-syiar Islam”(Senin, 29 Mei 2017).
Selain itu penulis juga mewawancari masyarakat atau para jama‟ah
yang mengikuti kegiatan di masjid mengenai manfaat dan tujuan
adanya kegiatan di masjid An-nida yaitu ibuk Ngatiah mengatakan:
“Dalam kegiatan pengjian yang telah diadakan oleh masjid An-
nida, Ingsyaallah saya kerap menhgadiri majelis baik pengajian di
masjid ataupun pengajian yang di antar RT. Saya sendiri
merasakan betapa banyak manfaat serta tujuan yang ingin dicapai
sebagai bentuk rasa kepedulian terhadap masyarakat terutama
58
sekitar lingkungan RW dalam membina Akhlak manusia.
Manfaatnya yaitu sebagai sarana dalam berdakwah mengajarkan
ajaran Islam sehingga masyarakat terbentuk masyarakat yang
agamis, sedangkan tujuannya yaitu untuk mencetak generasi
penerus bangsa yang berakhlakul karimah sesuai syaria‟t Islam”(
Senin, 29 Mei 2017).
Dari beberapa yang di sampaikan pengurus masjid, dan ustadz,
imam masjid dan peserta jama‟ah pengajian diatas penulis dapat
menyimpulkan bahwa kegiatan yang diadakan di masjid An-nida
sangat membantu dalam proses pembinaan akhalak masyarakat,
walaupun belum bisa sepenuhnya yang berminat akan tetapi dengan
adanya kerutinan dan usaha yang dilakukan dengan bertujuan
mensyiarkan agama Islam. Maka dengan seiring berjalannya waktu
pasti sedikit demi sedikit akan menjadi terbiasa, sehingga hati akan
sadar dan pikiran akan terbuka sehingga menjadikan masyarakat akan
terikat oleh masjid dan menjadikan masjid sebagai tempat beribadah
yang paling istimewa.
Seperti yang diungkapkan oleh ustadz Nur Kholis beliau
mengatan tentang manfaat dan tujuan adanya kegiatan di masjid An-
nida:
“Saya melihat selama ini masjid An-nida selalu mengadakan
kegiatan-kegiatan yang mengarah pada kesosialan bermasyarakat.
Bukan hanya untuk masyarakat saja namun juga untuk anak-anak,
remaja, dan santri pondok pesantren An-Nida. Manfaat dan
tujuannya menurut saya yaitu: 1. Mengembangkan potensi
mayarakat sehingga menjadikan masyarakat yang agamis, 2.
Mensejahterakan masyarakat melalui progaram kegiatan yang di
adakan di masjid An-nida, 3. Menjadikan masyarakat yang
bermoral dan berpendidikan”( Minggu, 28 Mei 2017)
Dalam ungkapan diatas jelas bahwa masjid An-nida memiliki
peran untuk membina akhlak masyarakat,menjadikan lingkungan yang
59
berakhlak dan bersosial dengan baik serta menciptakan lingkungan
masyarakat yang rukun dan damai. Sebagaimana yang sudah
dipahami bahwa masjid mempunyai kaitan erat dengan masalah
keimanan dan pembinaan ummat bagi kaum muslimin agar dapat
memberikan peranan yang dominan dalam pembangunan negara.
Terbinanya iman seorang muslim merupakan modal dasar dagi
terbentuknya masyarakat muslim. Karena itu, pembinaan pribadi
muslim harus ditindaklanjuti ke arah pembinaan sauatu masyarakat
yang Islami. Masjid dapat dimanfaatkan sebagai sarana pembinaan
masyarakat Islam.
60
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan oleh penulis ketika
melakukan penelitian di Masjid An-nida melalui metode wawancara,
metode observasi dilapangan dan pada informan yaitu pengurus takmir
masjid dan masyarakat RW 02, maka penulis dapat menulis hal-hal apa
saja yang terkait dengan peran masjid An-nida dalam pembinaan akhlak
masyarakat di dusun Ngaglik RW 02 Kelurahan Ledok Kecamatan
Argomulyo kota Salatiga. Kemudian setelah penulis melakukan
wawancara langsung dengan pengurus takmir masjid dan masyarakat RW
02 , maka penulis menemukan beberapa hal sebagai berikut ini:
A. Peran Takmir Masjid An-nida Dalam Pembinaan Akhlak
Masyarakat RW 02
Peran Takmir Masjid An-nida mempunyai posisi yang sangat
penting untuk meningkatkan kualitas pendidikan Islam dan
masyarakatnya. Sedangkan melalui peran dari masjid adalah
mengoptimalkan fungsi masjid sebagai Islamic Center yaitu tmpat
membina hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan
manusia dengan manusia dan membina serta mengadakan kegiatan-
kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas pendidikan agama bagi
masyarakat.Pada saat fungsi masjid sudah terwujud, maka kualitas
masyarakat akan semakin meningkat dan membanggakan. Kualitas
masyarakat dapat dilihat ketika mereka selalu melaksanakan shalat
berjama‟ah di masjid dan mengikuti beberapa kegiatan yang sudah
61
diselenggarakan dengan kuantitas jama‟ah yang banyak.Peran masjid
An-nida dapat dilihat dari bebrapa kegiatan dan aktivitas yang
diselenggarakan di masjid ini. Kegiatan-kegiatan tersebut pada akhirnya
akan membawa dampak positif bagi pendidikan Islam dan
masyarakat yang selanjutnya menjadi landasan dalam kehidupan sehari-
hari. Adapun hasil wawancara kepada pengurus takmir masjid dan
masyarakat sekitar yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai tempat ibadah paling nyaman dan menenangkan
2. Sebagai saranan dalam membina umat berakhlakul karimah
3. Memiliki kegunaan dan fungsi yang sangat komplit terutama dalam
hal keagamaan dan sosial bermasyarakat
4. Memiliki kegiatan-kegiatan keagamaan dan sosial yang mampu
membina akhlak masyarakat RW 02
5. Menjadi tempat berkumpulnya umat Islam untuk berdakwah sesuai
syari‟at Islam
Dari uraian di atas dapat di ketahui bahwa masjid adalah salah satu
tempat yang memiliki multifungsi baik untuk beribadah kepada Allah
maupun untuk kegiata ibadah muamalah. Hal ini susuai dengan Q.S Al-Jin
ayat 18:
سح انج فلا رذػا يغ ص جذ لل ـ ض ٱن أ ا أحذ ٱلل
Artinya: “Dan Sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan
Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya
di samping (menyembah) Allah (Q.S Al-Jin :18)
62
Dalam ayat di atas menjelaskan bahwa masjid adalah rumah Allah,
dimana sebagai tempat manusia meminta dan berharap hanya kepada-Nya.
Melihat beberapa temuan diatas, maka dapat diketahui bahwa sebagian
besar dari masyarakat sangat memperdulikan peran masjid dalam
usahanya sebagai bentuk pembinaan akhlak masyarakat. Jadi dalam hasil
wawancara di atas mengenai peran masjid memiliki kesamaan yaitu sama-
sama berpendapat bahwa masjid sebagai tempat sarana dalam
meningkatkan ibadah dan sosial bermasyarakat yang bertujuan untuk
membina umat supaya bermoral dan berakhlak sesuai ajaran Rasulallah
SAW. Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahihnya, dari Abu
Hurairah Radhiyallahu „Anhu bahwa Nabi Shallallahu „Alaihi wa Sallam
bersabda :
و ف ث غ ل ى إلا يب اجز زذاسص ث ن كزبة الل ذ ثد الل ذ ي
ر كشى الل حفزى انى لائ كخ خ ح غشزى انش كخ ى انض ن نذ ع ز
ذ ػ ف
Artinya:“Tidaklah berkumpul sekelompok orang di salah satu rumah-
rumah Allah (masjid). Mereka membaca al-Qur`an dan saling
mempelajarinya (bersama-sama) di antara mereka, melainkan (akan)
turun ketenangan atas mereka, mereka akan diliputi rahmat, dan
paraMalaikat (hadir) mengelilingi mereka, serta Allah menyebutkan
(nama-nama) mereka di hadapan (para Malaikat) yang berada di sisi-
Nya.”(H.R Muslim dan Abu Hurairah).
Dalam hadits lain Rasul SAW juga bersabda:
ن ث الل ج الل ث يضجذا جزغ ث زب ي ن ث ث الل اخ بس ف س يثه ف انجخ
ف انجخ
63
Artinya: "Siapa yang membangun masjid hanya mencari ridha
Allah, maka Allah akan bangunkan baginya bangunan yang sama
di syurga. Dalam riwayat Harun : Allah bangunkan baginya rumah
di Surga." (HR. Imam Muslim)
Dalam hadist Rasulallah di atas menunjukkan bahwa Allah SWT
telah mengistimewakan orang yang mau merawat atupun memakmurkan
masjid. Karena dengan adanya masjid manusia mampu mensucikan hati
dan fikiran karena masjid adalah rumah Allah di dunia. Maka dari itu
perbanyaklah melakukan kebaikan dan menjadi manusia yang taat yang
memiliki hati yang terikat oleh masjid.
Hal ini dibuktikan sesuai dari isi wawancara denagan bapak AAG dan
masyarakat sekitar sebagai berikut:
“Masjid An-nida itu sudah berdiri sebelum pondok pesantren
didirikan, dulu hanya mushola kecil yang berukuran sempit. Tetapi
setelah kerutinan jama‟ah di masjid lama kelamaan menjadi penuh
dan berkembang pesat jama‟ahnya barulah di renovasi sehingga
menjadi sebuah masjid yang sederhana berlantaikan tiga. Masjid
An-nida berperan begitu penting bagi masyarakat sekitar karena
mencoba dan membina masyarakat sekitar agar selalu terikat
dengan masjid untuk menuju hal kebaikan dunia dan
akhirat”(Senin, 15 Mei 2017).
Hal ini juga serupa yang dikatakan oleh bapak TTR warga sekitar
masjid mengenai peran masjid:
“Masjid itu sangat penting buat kebutuhan manusia terutama bagi
kaum muslim, karena dengan adanya masjid manusia lebih
merasakan tempat ibadah paling nyaman yang membuat hati
menjadi lebih dekat dengan Allah SWT” (Selasa, 23 Mei 2017).
Dari hasil wawancara di atas mengenai peran masjid An-nida
sudah sangat jelas bahwa masjid An-nida tergolong masjid yang
makmur karena dengan adanya kepengurusan takmir yang berkualitas
dalam pengelolaan kegiatan masjid sehingga masjid memiliki peran
64
yang sangat komplit di masyarakat Dusun Ngaglik. Banyak kegiatan-
kegiatan yang diadakan dalam masjid An-nida dalam pembinaan akhlak
masyarakat di RW 02.
Dalam rangka pembinaan akhlak pada masyarakat di RW 02
dan sekitar lingkungan masjid adanya lembaga pendidikan yang dukung
juga oleh pengurus takmir masjid sehingga peran masjid sebagai sarana
dalam pembinaan akhlak untuk semua kalangan, oleh karena itu
kepengurusan takmir masjid An-nida telah mengadakan kegiatan-
kegiatansebagai berikut :
a. Pengajian Rutinan
Pengajian ini diikuti oleh Bapak-bapak, ibu-ibu, pemuda-
pemudi dan santri pondok pesantren An-nida di lingkungan masjid
Ngaglik RW 02. Adapun jenis pengajian sebagai berikut:
1. Kegiatan Pengajian Tafsir habis subuh pemateri Bp. Ahmad
Abdul Ghoni S.Pd.I.
2. Kegiatan Pengajian dua minggu sekali habis magrib pemateri
dari luar.
3. Mengadakan kegiatan HSBI ( Hari Besar Islam)
4. Kegiatan Ramadhan dan Zakat Fitrah.
5. Kegiatan Sholat Idul Fitri dan Idul Adha.
6. Kegiatan penyembelihan hewan qur‟ban oleh panitia dari
pengurus takmir masjid.
65
Dalam kegiatan di atas dilaksanakan di masjid An-nida ini
dilakukan sesuai dengan jadwal rutinan yang diselenggarakan di
masjid bersama para jama‟ah masyarakar muali dari anak-anak,
remaja, orang tua dan santri dari pondok pesantren An-nda. Masjid
adalah tempat yang paling ideal dan praktis utk menyucikan diri hal
ini sesuai dengan QS. At-Taubah ayat 108 yang berbunyi:
ا أثذ لا رمى ف و أحك أ رمو ف ل أ ي ش ػه ٱنزم ضجذ أص س ن جبل ف
أ زطشا حج ش ط حت ٱن ٱلل
Artinya:”Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-
lamanya. sesungguh- nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa
(mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di
dalamnya. di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin
membersihkan diri. dan Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bersih (Q.S At-Taubah:108).
Dalam ayat di atas telah menjelaskan tentang kegunaan
masjid sebagai tempat beribadah dan mensucikan diri untuk mereka
yang bertakwa dan beriman kepada Allah SWT. Di masjidlah kita
belajar dan mempraktekkan khusyu‟ dan ikhlas beribadah, percaya
penuh pada Allah, khusnudzon billah (berbaik sangka pada Allah),
takut azab Allah, berharap rahmat Allah, kasih sayang sesama umat
Islam dan tegas pada kuam kafir. Di masjid juga kita belajar dan
mepraktekkan kebersihan diri, lahir dan batin, disiplin, teratur,
tawadhu‟ (rendah hati), besegera dalam kebaikan, membersihkan
hati dari penyakit syirik, riya‟, sombong, kikir, materialisme (cinta
dunia), zikrullah dan akhirat dan berbagi sifat lainnya.
66
Masjid bukan hanya sebagai tempat beribadah namun juga
sebagai saran sosial bermasyarakat. Sebagai pusat utama ibadah
dan pergerakan umat, maka Masjid juga sangat terasa perannya
dalam pelayanan sosial (public services). maka setiap Masjid
selayaknya memiliki jama‟ahnya dan masyarakat sekitarnya,
sehingga diketahui potensi ekonomi yang ada dalam jama‟anya dan
ilmu pengetahuan keagamaaan. Pelayanan sosial tersebut dapat
berupa pengumpulan dan penyaluran zakat dan infak, pelayanan
kesehatan, beasiswa, pembinan kemampuan dan akhlak dan kepada
kalangan jama‟ah Masjid dan masyarakat sekitarnya. Dengan
demikian, upaya pembinaan akhlak kepada masyarakat akan
berjalan dengan baik sehingga memberikan hasil yang diharapkan
serta mencetak perilaku dan lingkungan yang agamis dengan
melalui kegiatan-kegiatan yang di adakan di masjid An-nida sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
b. Pengajian Antar RT
1. Kegiatan pengajian di RT 01 diadakan setiap malam jum‟at
bertempat di rumah ibu Ribut pematerinya mbak indah dan
mbak dian dari pondok pesantren An-nida dan pengajian setiap
malam senin bertempat di rumah ibu Nu‟ah pematerinya maz
Imam Fahroni dari pondok pesantren An-nida dan ustadz Nur
Hadi.
67
2. Kegiatan pengajian untuk RT 02 tidak ada karena di
lingkungan RT 02 kebanyakan non muslim dan penduduknya
minim sekali.
3. Kegiatan pengajian di RT 03 diadakan satu bulan sekali setiap
malam senin bertempat di rumah RT 03 pematerinya Bapak
Ahmad Abdul Ghoni.
4. Kegiatan pengajian di RT 04 diadakan setiap dua minggu
sekali dilaksanakan setiap malam minggu bertempat di rumah
RT 04 pematerinya Bapak Ghoni, Bapak Sukedi, dan Bapak
Maskuri.
5. Kegiatan pengajian di RT 05 diadakan satu bulan sekali yaitu
jama‟ah yasinan dan tahlil bertempat di rumah RT 05
pematerinya Bapak Nur Hadi ta‟mir masjid, Bapak Fachrudin,
dan Bapak Masrokan dan kegiatan pengajian setiap malam
rabu bertempat di rumah ibu seneng pematerinya ustadz Nur
Kholis Majid.
Dalam kegiatan yang diadakan di masjid tidak hanya
bertempat di masjid, karena semakin banyaknya Jama‟ah pengajian
maka dari pihak takmir masjid telah mengadakan agenda pengajian
antar RT di lingkungan RW 02, supaya silahturahmi antar takmir,
RT, RW dan masyarakat sekitar tetap terjalin kuat sehingga
menjadi lingkungan yang harmonis. Kerukunan itu sangat penting
dengan adanya kerukunan antar warga antar tetangga mampu
menjadikan manusia hidup dalam ketenangan karena manusia tidak
68
bisa hidup sendiri melainkan membutuhkan mahluk yang lainnya
untuk saling membantu. Mengenai tentang sosial bermasyarakat
Allah berfirman dalam Q.S Al-Hujrat ayat 11-13 yang berbunyi:
ى شاي اخ ك و ػض ا ل و ي الاضخشل اي بانز ضبء ب لاضبء ي
ا ثبلانمبة ثئش الإصى لاربثز فضكى اا ز لاره شاي خ ك ػض ا
( نى زت فأنئك ى انظبن ي ب ق ثؼذالإ 11انفض بانز ( ب
لاغزت ثؼضكى اي ا ض لارجض اثى ثؼض انظ ا انظ شاي اكث ااجزج
اة الل ر ارمالل ا ز زبفكش ي بءكم نحى اخ ثؼضب احت احذكى ا
ى ) ح بان 12س لجبئم ( ب ثب جؼهبكى شؼ ث ا ركش بس اب خهمبكى ي
ش ) ى خج الل ػه ذالل ارمبكى ا اكشيكى ػ ا ا (13نزؼبسف
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum
mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka yang
yang diolok-olok lebih baik dari mereka yang mengolok-olok dan
jangan pula wanita-wanita mengolok-olok wanita lain karena
boleh jadi wanita-wanita yang diperolok-olok lebih baik dari
wanita yang mengolok-olok dan janganlah kamu mencela dirimu
sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-
gelar yang buruk, seburuk-buruk panggilan yang buruk sesudah
iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah
orang-orang yang dzalim (11). Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian
prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan orang lain, dan janganlah sebagian kamu menggunjing
sebagian yang lain, sukakah salah seorang diantara kamu
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya, dan bertaqwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang
(12). Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seseorang laki-laki seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal
mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (13)
“(Q.S Al-Hujrat 11-13).
69
Dalam ayat ini Allah menjelaskan adab-adab pekerti yang
harus berlaku diantara sesama mukmin, dan juga menjelaskan
beberapa fakta yang menambah kukuhnya persatuan umat Islam,
yaitu:
a. Menjauhkan diri dari berburuk sangka kepada yang lain
b. Menahan diri dari memata-matai keaiban orang lain.
c. Menahan diri dari mencela dan menggunjing orang lain.
Dan dalam ayat ini Allah juga menerangkan bahwa semua
manusia dari satu keturunan, maka kita tidak selayaknya menghina
saudaranya sendiri. Dan Allah juga menjelaskan bahwa dengan
Allah menjadikan kita berbangsa-bangsa, bersuku-suku dan
bergolong-golong tidak lain adalah agar kita saling kenal dan saling
menolong sesamanya. Karena ketaqwaan, kesalehan dan
kesempurnaan jiwa itulah bahan-bahan kelebihan seseorang atas
yang lain. Maka kesimpulannya sesama umat muslim itu saling
membutuhkan, bukan hanya dalam hal beribadah saja namun juga
dalam sosial bermasyarakat atau beribadah muamalah sesuai
dengan ajaran Rasulallah SAW. Kegiatan di masjid An-nida yang
diadakan bukan hanya kegiatan beribadah saja akan tetapi juga
kegiatan yang menyangkut kemaslahatan dan kesejahteraan
masyarakat sekitar.
70
c. Pengajian Setiap Sabtu Sore di Bulan Ramadhan
Banyak sekali kegiatan yang diadakan di masjid An-nida
terutama pada saat bulan Ramdhan dimana bulan ini adalah bulan
yang penuh berkah dan juga mencari kesempatan dalam berlomba-
lomba dalam kebaikan di bulan yang mulia. Salah satu kegiatan
yang diadakan satu tahun sekali pada waktu bulan Ramadhan yaitu
pengajian sabtu sore bertempat di masjid An-nida dimulai pukul
04.00-berbuka puasa dan sekalian sholat berjam‟ah magrib di
masjid. Dalam pengajian tersebut yang diselenggarakan oleh
pengurus takmir masjid mengambil pematerinya dari luar, agar
para jama‟ah pengajian tidak merasa bosan serta ilmu menambah
pengetahuan dan ilmu keagamaan dari orang yang berbeda dalam
berdakwah dan menyampaikan ajaran Islam.
d. Tadarus Pada Bulan Ramadhan
Tadarusan pada bulan Ramadhan juga menjadi salah satu
kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas bacaan Al-Qur‟an
dari masyarakat. Terutama pada remaja yang belum mahir dalam
membaca Al-Qur‟an. Tadarusan Ramadhan ini dilakukan ba‟da
sholat tarawih di masjid An-nida. Tadarusan ini diikuti oleh bapak-
bapak, para remaja, anak-anak ma‟had dan santri pondok pesantren
An-nida. Dalam kegiatan tadarus pada bualan Ramadhan ini
bertujuan agar masyarakat antusias dalam mengerjakan kewajiban
dan sunnah di bulan puasa, dan dapat menjadi motivasi untuk
menggugah hati masyarakat sekitar dalam menjalankan aktivitas
71
keagamaan. Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan
keistimewaan dan keberkahan salah satunya yaitu memperbanyak
membaca ayat-ayat suci Al-Qur‟an.
Dan dalam hadits shahih dari Ibnu Mas‟ud Rasulullah
SAWbersabda. Hal itu menunjukkan dianjurkannya mempelajari Al-
Qur‟an pada bulan Ramadhan dan berkumpul untuk itu, juga
membacakan Al-Qur‟an kepada orang yang lebih hafal. Dan juga
menunjukkan dianjurkannya memperbanyak bacaan Al-Qur‟an pada
bulan Ramadhan. Tentang keutamaan berkumpul di masjid-masjid
untuk mempelajari Al-Qur‟anul Karim Rasulullah SAW bersabda:
انح كزبة الل فه حضخ، لشأ حشفب ي ل انى ي ضخ ثؼشش أيثبنب، لا أل
ى حشف ي لاو حشف، سا انزشيز، لبل: (حشف، ثم أنف حشف،
.)حذث حض صحح
Artinya:“Barangsiapa membaca satu huruf dari kitab Allah maka
baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali
lipatnya. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf; tetapi alif
satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.”(HR. At-Tirmidzi, ia
berkata: hadits hasan shahih).
Dalam firman Allah Q.S Al-Baqoroh ayat 185 yang berbunyi:
ش ش انفشلب انذ بد ي ث ذ نهبس انمشآ زل ف انز أ سيضب
Artinya: “Bulan Ramadhan yang di dalamnya –mulai- diturunkannya
Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan keterangan-keterangan
yang nyata yang menunjuk kepada kebenaran, yang membedakan
antara yang haq dan yang bathil.”(QS Al-Baqarah: 185)
Dalam ayat dan hadist di atas adalah tentang keutamaan membaca
Al-Qur‟an yang sangat memiliki keistimewaan, terutama pada bulan
72
Ramadhan. Masjid An-nida selalu mengadakan tadarus rutin pada saat
bulan Ramadhan yang diikuti oleh warga sekitar dan santri dari pondok
pesantren An-nida. Dalam berjalannya kegiatan yang diselenggarakan
akan membuat masyarakat sekitar masjid tergugah hatinya untuk lebih
meningkatkan ibadah di bulan yang suci sehingga menciptakan
lingkungan yang harmonis, berakhlak dan agamis.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pembinaan Akhlak
Masyarakat Ngaglik RW 02
Dalam melaksanakan suatu ibadah itu memerlukan keikhlasan agar
ketika menjalankan ibadah bisa kusyuk dan tenang. Karena dalam urusan
ibadah manusia membutuhkan motivasi dan dorongan supaya menjadi
penyemangat dalam menjalankan aktifitas serta kelangsungan hidup.
Faktor paling utama yaitu dimulai dari diri sendiri yang dapat mengubah
dan menata hati menjadi lebih baik. Akan tetapi manusia tidaklah mampu
untuk hidup sendiri, manusia membutuhkan manusia yang lain untuk
menjadi teman hidup serta saling berbagi. Begitu juga setiap aktifitas atau
suatu kegiatan manusia pasti mempunyai hambatan dalam
menjalankannya, karena hambatan membuat segala aktifitas kurang
maksimal dan tidak efektif. Hal ini dapat dibuktikan dengan wawancara
bersama bapak Mad dan ketua takmir masjid yang mengatakan:
“Faktor penghambat dalam kegiatan pengajian dapat dilihat dari diri
sendiri yaitu adanya kejenuhan dalam suatu majlis, karena tidak
adanya pergantian pemateri/ustadz dan hanya monoton saja. Maka
kejenuhan membuat berkurangnya jama‟ah dan berangkatnya pun
hanya kadang-kadang”(Rabu, 17 Mei 2017). “Faktor pendukung
dalam berjalannya kegiatan masjid yaitu adanya kekompakan
masyarakat sekitar RW 02 untuk berkumpul ke majelis pengajian,
73
adanya rasa ingin tahu dalam mengembangkan ilmu keagamaannya
dan adanya rasa ingin bersosialisasi kepada masyarakat untuk
mensyiarkan agama Islam” (Senin, 22 Mei 2017).
Dari hasil wawancara di atas dapat membuktikan bahwa setiap
kegiatan pasti memiliki faktor penghambat dan pendukung dalam
berjalannya kegiatan tersebut agar berjalan dengan lancar dan tersusun.
Pada dasarnya manusia memiliki kekurangan dan kelebihan sendiri-
sendiri, maka dari itu kegiatan yang diadakan harus sesuai dengan
kondisi dan lingkungan setempat. Dalam lingkungan masyarakat sekitar
bahwa manusia itu adalah makhluk sosial, dimana hidup saling
mengingatkan dan saling bertukar pemikiran. Bukan hanya sebagai
makhluk yang meikirkan keperluan diri sendiri akan tetapi juga harus
peduli dengan lingkungan sekitar. Dalam hal ini sebagai umat Islam
harus saling mencontoh serta mengajak satu sama lain dalam hal
kebaikan terutama dalam hal beribadah kepada Allah SWT.
Berkaitan dengan pembinaan akhlak masyarakat tersebut, ada
beberapa faktor yang mempengaruhi proses tersebut. Yaitu faktor
pendukung dan faktor penghambat. Faktor pendukung dan penghambat
sebagai berikut :
1. Faktor Pendukung
a) Adanya Masjid
Masjid sebagai tempat belajar mengajar, khususnya
ilmu agama yang merupakan fardlu‟ainbagi umat Islam.
Masjid An-Nida didirikan pada tanggal 1 Januari 1976 oleh
Bapak KH. Ali As‟ad, sampai sekarang usianya 41
74
tahun.Disamping itu masjid juga sebagai belajar ilmu-ilmu lain,
baik ilmu alam, sosial, humaniora, keterampilan dan lain
sebagainya dapat diajarkan di masjid.
b) Tersusunnya Program Kegiatan di Masjid
Kegiatan akan berjalan dengan baik dan lancar apabila
direncanakan serta adanya program dengan baik dan dan
tersusun. Sehingga kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan
akan tercapai tujuannya sehingga mendapatkan hasil sesuai yang
diharapkan. Dalam program kegiatan yang diadakan pengurus
takmir masjid disesuaikan dengan lingkungan, kondisi, tempat
dan waktu yang tepat.
c) Tersedianya dana yang memadai
Dana merupakan hal yang paling penting dalam hal
apapun. Karena tanpa dana yang cukup, tidak mungkin
suatu kegiatan akan berjalan dengan baik dan sesuai
progranm dan rencana yang disusun. Dana masjid An-nida di
dapat dari uang infak masyarakat Ngaglik. Bukan hanya dari
infak namun di serambi masjid telah disediakan kotak amal bagi
para jama‟ah sehingga uang yang terkumpul bisa digunakan
untuk membantu orang yang membutuhkan tau digunakan untuk
hal yang bermanfaat bagi masyarakat.
d) Komunikasi dan kerjasama
Komunikasi dan kerjasama atar pengurus takmir masjid,
remaja masjid, dan jama‟ah sudah berjalan dengan baik.
75
Sehingga dengan diadakannya kegiatan ini mampu
mewujudkan nilai pendidikan Islam masyarakat yang baik.
e) Jumlah Jama‟ah
Masyarakat yang tinggal di dusun Ngaglikmayoritas
beragama Islam. Masyarakatnyapun sangat antusias mengikuti
beberapa kegiatan yang diselenggarakan oleh takmir An-nida.
Tidak hanya masyarakat dalam saja yang mengikuti, tetapi
daerah lain juga.
Hal ini dapat dibuktikan dari hasil wawancara penulis dengan
beliau ibu Tiah dan masyarakat sekitar masjid An-nida beliau
mengatakan sebagai berikut:
“Salah satu faktor pendukung dalam berjalannya kegiatan rutinan
yaitu adanya sarana dan prasarana yang cukup, jarak atau tempat
yang kegiatan dekat atau mudah dijangkau, adanya ustadz yang
cukup berpengalaman, dan tempat ibadah yang nyaman sehingga
membuat para jama‟ah pengajian menjadi semangat dalam
menghadiri majelis”(Jum‟at, 19 Mei 2017).“Dengan diadakannya
kegiatan di masjid yang bertujuan untuk membina akhlak
masyarakat mampu menjadi contoh atau iming-iming untuk lebih
meningkatkan ibadah serta berlomba-lomba dalam
kebaikan”(Kamis, 18 Mei 2017).
Dari hasil wawancara di atas telah mmbuktikan bahwa banyak
faktor yang dapat mendukung berjalannya kegiatan yang telah diadakan di
masjid An-nida. Seperti kegiatan keagamaan, sosial, ataupun kegiatan
individu, agar mendorong diri untuk semangat dalam melakukan aktifitas,
dengan adanya suatu kegiatan diperlukan adanya sarana dan prasarana
yang sesuai sehingga menjadi salah satu alasan untuk memperlancar
berjalannya kegiatan yang ada. Yang paling terpenting adalah sesama
76
muslim harus saling mengingatkan dan sling menasehati dalam hal
kebaikan, karena manusia diciptakan bukan untuk hidup sendiri akan
tetapi untuk hidup saling membutuhkan dan membantu satu sama lain,
baik dalam ibadah ataupun dalam hal sosial bermasyarakat.
2. Faktor Penghambat
Adapun yang menghambat proses kegiatan keagamaan di
masjid yang dilaksanakan oleh Takmir Masjid An-nida yaitu :
a) Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengikuti kegiatan-
kegiatan secara rutin. Karena adanya kesibukan bekerja sehingga
keterbatan waktu untuk menghadiri majelis
b) Penggunaan metode yang monoton dan kurang bervariasi. Terkadang
kegiatan tersebut semakin lama semakin membuat jama‟ah
jenuh. Sehingga kegiatannya terasa monoton. (observasi dan
wawancara dengan ketua takmir masjid An-nida dan masyarakat
Ngaglik RW 02)
Selain itu terdapat pula faktor penghambat dalam berjalannya
kegiatan yang di dapat dari hasil yang dihimpun oleh peneliti dan hasil
wawancara dari beliau ustadz bapak Kedi. Hal ini dibuktikan sesuai dari
isi wawancaranya yang mengatakan sebagai berikut:
“Kurangnya kesadaran peserta pengajian, sehingga kurang
mepreoritaskan kegiatan keagamaan karena adanya kesibukan
dari masing-masing orang”(Kamis, 18 Mei 2017).
77
Hal serupa juga dikatakan oleh peserta jama‟ah mengatakan
sebagai berikut:
“Rasa malas juga bisa mempengaruhi dalam menjalankan
kegiatan, maka dari itu mulailah dari diri sendiri untuk melatih
hati supaya terikat dengan masjid sehingga kaki terasa mudah
dan ringan jika melangkah untuk menuntut ilmu keagamaan dan
adanya kejenuhan masyarakat dalam menghadiri majelis
karena materi dan ustadznya dalam menyampaikan monoton
saja atau kurang menyenangkan”(Minggu, 20 Mei 2017).
Dari hasil wawancara di atas telah membuktikan bahwa faktor
penghambat dalam berjalannya kegiatan dalam hal apapun harus disertai
dengan keikhlasan dan hati yang legowo dalam bahasa jawanya, karena
dimulai dari hatilah semua aktfitas dan pekerjaan bisa dikerjakan dengan
hati yang nyaman. Setiap muslim harus berusaha untuk memberikan
kontribusi dan peranan yang nyata dan bermanfaat sehingga hidup di
masyarakat merupakan sebuah momen dan kesempatan untuk
mengaktualisasikan kemampuan dirinya dalam berbuat baik dan beramal
saleh. Adapun yang dikendaki dalam Islam yaitu bahwa pada akhirnya
seoarang muslim itu akan dirasakan benar arti kehadiran dan keberadaan
dalam sebuah masyarakat yang terjalin dengan harmonis.
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti, mengenai peran takmir masjid An-nida dalam pembinaan
akhlak pada masyarakat secara umum, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Peran Takmir Masjid An-nida memiliki peran bagi masyarakat dalam
pembinaan akhlak masyarakat yaitu dengan diadakannya kegiatan-
kegiatan yang mampu membina akhlak masyarakat RW 02 melalui
program-program yang ada pada masjid ini baik dari segi
keislamannya, sosial, pendidikan, yang bertujuan untuk kemakmuran
masyarakat, dan menjadi tempat berkumpulnya umat Islam untuk
berdakwah sesuai syari‟at Islam, diantaranya takmir masjid An-nida
menyelenggarakan pengajian rutinan tiap hari, tiap bulan, dan
tahunan, menyelenggarakan pengajian taklim, pengajian Akbar,
tadarus di bulan Ramadhan dan menyelenggarakan santunan anak
yatin setiap tahunnya serta beberapa kegiatan lainnya.
2. Faktor pendukung dalam pembinaan akhlak pada masyarakat ,yaitu
tersusunnya program kegiatan, jumlah jama‟ah yang banyak dan
selalu aktif, adanya komunikasi dan kerja sama yang baik antara
takmir masjid, remaja masjid dan jama‟ah di masyarakat. Sedangkan
faktor penghambatnya yaitu kurangnya kesadaran masyarakat untuk
mengikuti kegiatan secara rutin dan metode pembelajaran yang
monoton dan tidak bervariasi.
79
B. Saran
Setelah penulis mengadakan penelitian dan pengamatan tentang
peranmasjid dalam pembinaan akhlak masyarakat Ngaglik RW 02, maka
penulis ingin menyampaikan saran-saran demi perbaikan dan kemajuan:
1. Pengurus Takmir Masjid
Kepada takmir masjid untuk lebih meningkatkan dan
menghidupkan lagi kegiatan-kegiatan yang sudah berjalan. serta lebih
menguatkan kekompakan antara sesama pengurus masjid, remaja, dan
masyarakat.
2. Jama‟ah dan Masyarakat RW 02
Kepada jama‟ah agar selalu senantiasa menghadiri shalat
lima waktu secara berjama‟ah dan masyarakat RW 02 ikut
berpartisipasi dalam berbagai kegiatan-kegiatan yang sudah tersusun
secara rutin untuk meningkatkan keimanan dan memperluas ilmu
keagaman dan penetahuan umum.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an, Jakarta:
Amzah.
Abu Bakar, H. 2007. Manajemen Masjid Berbaris II H. Abu Bakar. Yogyakarta :
Arina.
Al-Qahthani, Dr. Sa‟id bin Ali bin Wahf. 2003. Adab Dan Keutamaan
Menuju Dan Di Masjid. Terj. Muhlisin Ibnu Abdurrahim. Bandung:
Irsyad Baitus Salam.
Aminudin dkk. 2005. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum,
Bogor: Ghalia Indonesia.
Amiruddin.T, Supardi. 2001. Menejemen Masjid Dalam Pembangunan
Masyarakat Optimalisasi Peran dan Fungsi Masjid. Yogyakarta: UII
Press.
Arikunto, Suharsini. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Azmi, Muhammad. 2006. pembinaan Akhlak Anak Usia Pra Sekolah,
Yogyakarta: Belukar.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988.
Hidayat, Nur, M. Ag. 2015. Akidah Akhlak Dan Pembelajarannya. Yogyakarta:
Penerbit Ombak.
Ishomudin, DR. 1997. Sosiologi Perspektif Islam. Jakarta: PT. Ghalla Indonesia
dan UMM Press.
Jurnal Kurniawan, Syamsul. 2014. Masjid Dalam Lintasan Sejarah Umat Islam.
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3. 2007. Departemen Pendidikan Nasional.
Balai Pustaka
Moeleong, Lex.j. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda
Karya.
Roqib A,dkk. 2005. Pemberdayaan Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren
Sidi Gazalba, 1976. Masjid Pusat Ibadah dan Kebudayaan Islam, Jakatra: putra
Aksara
Skripsi Hermawan, Adi. 2010/2011. Peran Masjid Sebagai Pusat Pendidikan
Islam Dalam Pembentukan Akhlak Remaja.
Skripsi Indah Kurniawati. 2010. Peran Masjid Dalam Pemberdayaan
Kesejahteraan Masyarakat di Masjid Nurus Sa‟adah Dliko Indah
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Tahun 2010.
Susanta, Gatut, dkk. 2008. Cara Cerdas Memakmurkan Masjid. Jakarta : Penebar
Plus Wisma Hijau.
Yani, Ahmad H.Drs. 2009. Panduan Memakmurkan Masjid. Jakarta: Gema
Insani.
Yani, Ahmad H.Drs. 2009. Panduan Memakmurkan Masjid. Jakarta: Gema
Insani.
DOKUMENTASI
Masjid An-nida
Perpustakaaan dan Kantor Yayasan An-nida
Kegiatan-Kegiatan di Masjid An-nida
Pengajian tafsir rutinan
Mengaji dan muroja‟ah Al-qur‟an
Pengajian Nuzulul Qur‟an
Pengajian rutinan seminggu sekali
Pengajian rutinan di bulan Ramadhan
Kegiatan Pondok Ramadhan Aanak (PRA)
Kegiatan silaturahmi Ponpes An-nida dengan tokoh agama dan
masyarakat
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Febriani Indah Pratiwi Progdi : PAI
Nim : 111-13-077 Dosen PA : Drs.Bahroni, M.Pd.
NO Jenis Kegiatan Tanggal Sebagi Nilai
1. OPAK STAIN Salatiga 2013 “
Rekontruksi Paradigma
Mahasiswa yang Cerdas, Peka
dan Peduli”
26-27 Agustus
2013
Peserta
3
2. OPAK TARBIYAH 2013 “
Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai
Kearifan Lokal Sebagai
Identitas Pendidikan Indonesia”
29 Agustus 2013 Peserta
3
3. LIBRARY USER
EDUCATION (Pendidikan
Pemakai Perpustakaan)
16 September
2013
Peserta
2
4. Piagam Penghargaan
Penerimaan Santri Baru Ponpes
An-nida “Menjalin Silaturahmi
di Pesantren”
23 September
2013
Peserta
2
5. PIAGAM PENGHARGAAN
“Diskusi Pondok Pesantren
Putra Putri An-nida”
9 November
2013
Peserta
2
6. PIAGAM PENGHARGAAN
“Riyadhoh Santri Pondok
Pesantren Putra Putri An-nida”
01 Desember
2013
Panitia
3
7. PIAGAM PENGHARGAAN
“Lomba Pidato Bahasa
Indonesia dan Bahasa Jawa
15 Desember
2013
Peserta
2
Tingkat Mahasiswa Pondok
An-NIda
Kota Salatiga”
8. Surat Keputusan Pengasuh
Pondok Pesantren An-Nida
tahun 2011/2013
2 Januari 2014 Devisi
HUMAS
(Hubungan
Masyarakat)
4
9. Surat Keputusan Pengurus TPQ
An-Nida tahun 2014
7 Januari 2014 Sekretaris
4
10. PIAGAM PENGHARGAAN
PRA (Pondok Ramadhan
Anak) “Menjalin Kebersamaan
di Bulan Ramadhan”
18-20 Juli 2014 Panitia
3
11. Traning Dasar Kepribadian
Pondok Pesantren An-Nida
Kota Salatiga “Membentuk
Karakter Islami”
4-5 Agustus
2014
Panitia
3
12. PIAGAM PENGHARGAAN
“LOMBA 17 Agustus 2015”
18 Agustus 2014 Panitia
3
13. PIAGAM PENGHARGAAN
“Buka Bersama Anak-anak
TPQ An-nida”
23 Agustus 2014 Panitia
3
14. Piagam Penghargaan
Penerimaan Santri Baru Ponpes
An-nida “Keakraban Dalam
Membentuk Akhlak”
6-7 September
2014
Panitia
3
15. Piagam Penghargaan PRA
Ibtiba‟ (LDK)
“Bedah Buku Membidik
Bintang”
01 Oktober 2014 Peserta
2
16. PIAGAM PENGHARGAAN
LOMBA KEBERSIHAN
KAMAR “Kebersihan
Sebagian dari Iman”
9 Oktober 2014 Peserta
2
17. SEMINAR NASIONAL
ENTREPRENEURSHIP
“Gerakan Pramuka Racana
Kusuma Dilaga”
16 November
2014
Peserta
8
18. PIAGAM PENGHARGAAN
“Pendidikan Anggota Dasar
(PAD) Al-Khidmah Kampus
Kota Salatiga”
6-7 Desember
2014
Peserta
2
19. Piagam Penghargaan Lomba
Malam Kreasi
“Tunjukan Bakatmu”
17 Februari 2015 Panitia
3
20. Surat Keputusan Pengurus TPQ
An-Nida tahun 2015
27 Maret 2015 Sekretaris
4
21. PIAGAM PENGHARGAAN
“Pentas Seni Musicalisasi
Ponpes An-nida”
03 Mei 2015 Panitia
3
22. Seminar Daurah Mar‟atus
Sholihah “Aktualisasi Dakwah
dalam Membentuk Generasi
yang Bertaqwa, Berilmu, dan
Berakhlak Mulia”.
04 Mei 2015 Peserta
2
23. Seminar Bedah Buku
“Aktualisasi Dakwah dalam
Membentuk Generasi yang
Bertaqwa, Berilmu, dan
Berakhlak Mulia”.
05 Mei 2015 Peserta
2
24. Traning Dasar Kepribadian
Pondok Pesantren An-Nida
19-20 September
2015
Peserta 2
Kota Salatiga “Membentuk
Pribadi yang Muslin dan
Kamil”
25. IAIN Salatiga Bersholawat dan
Orasi Kebangsaan “Menyemai
Nilai-Nilai Islam Indonesia
Untuk Memperkokoh NKRI
dalam Mewujudkan Baldatun
Toyyibatun Warobbun Ghofur”
06 November
2015
Peserta
2
26. PIAGAM PENGHARGAAN
“Riyadhoh Santri TPQ An-nida
Salatiga”
24 Januari 2016 Panitia
3
27. Piagam Penghargaan Pondok
Ramadhan Anak (PRA XIV
TPQ An-Nida) “ Berkah, Ceria
di Bulan Ramadhan”
24 April 2016
Panitia
3
28. SEMINAR NASIONAL Milad
LDK ke-14 “Esensi Dakwah
Kontemporer”
21 Mei 2016 Peserta
8
29. PIAGAM PENGHARGAAN
Pondok Ramadhan Anak
(PRA) “Warna warni
Keindahan Ramadhan”
17-20 Juni 2016 Panitia
3
30. Diskusi Santri An-Nida
“Dodolan Agama”
23 Juni 2016 Peserta
2
31. PIAGAM PENGHARGAAN
“Pelatihan Iqro‟ Kibar SD
26 Juli 2016 Peserta
2
Muhamadiyah Plus Kota
Salatiga”
32. SEMINAR NASIONAL
EDUPRENEURSHIP “Strategi
Marketing Kunci Sukses
Wirausaha”
13 November
2016
Peserta
8
33. Praktikum Mata Kuliah
Kewirausahaan (Mahasiswa
PAI, PGMI, PGRA) “Keren itu
Mahasiswa Kreatif, Inovatif,
Mandiri dan Berani
Berwirausaha”
14 Desember
2016
Peserta
2
34. PIAGAM PENGHARGAAN
“Rihlah Santri TPQ An-nida
Salatiga”
28 Mei 2017 Panitia
3
35. Pengajian Akbar Ramadhan
1438 H “Menyiapkan Diri
Menjadi Menjadi Generasi
Khairul Ummah”
14 Juni 2017 Peserta
2
36. Piagam Penghargaan Amalan
Ramadhan Ponpes An-nida
“Dedikasi Santri Bertabur
Inspirasi”
18-21 Juni 2017 Peserta
2
37. PIAGAM PENGHARGAAN
Pondok Ramadhan Anak
(PRA)
9-11 Juni 2017 Panitia
3