1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Eksistensi istri tidak hanya berdampak terhadap diri dan
keluarga, tetapi juga sangat berpengaruh terhadap masyarakat,
bangsa dan negara. Bahkan kemajuan atau kehancuran negeri
tergantung pada perempuan. Perempuan yang terdidik degan baik
akan melahirkan generasi yang baik dan memakmurkan negeri.
Masyarakat yang melangkah maju ke jaman baru seperti
saat ini, mengalami masa emansipasi wanita, yaitu usaha
melepaskan diri dari peranan wanita yang terbatas dari sistem
kekerabatan untuk mendapatkan status baru, sesuai dengan jaman
baru, dalam keluarga dan dalam masyarakat besar. Perubahan
pada sistem perekonomian dalam masyarakat tersebut membawa
perubahan pada alokasi ekonomi keluarga dalam hal ini
perempuan berubah karena peranan perempuan dalam bidang
ekonomi berubah pula.1
1 Anisa Sujarwati, “Peran Perempuan dalam Perekonomian Rumah
Tangga di Dusun Pantog, Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo”, (Skripsi
2
Partisipasi wanita dalam dunia kerja, telah memberikan
kontribusi yang besar terhadap kesejahteraan keluarga, khususnya
di bidang ekonomi. Angka wanita pekerja di Indonesia dan juga
di negara lain masih akan terus meningkat, karena beberapa
faktor seperti meningkatnya kesempatan belajar bagi wanita,
keberhasilan program keluarga berencana, banyaknya tempat
penitipan anak dan kemajuan teknologi yang memungkinkan
wanita dapat menghandle masalah keluarga dan masalah kerja
sekaligus. Peningkatan partisipasi kerja tersebut bukan hanya
mempengaruhi konstelasi pasar kerja, akan tetapi juga
mempengaruhi kesejahteraan perempuan itu sendiri dan
kesejahteraan keluarganya.2
Di dalam keluarga perempuan memiliki tanggung jawab
pada ranah domestik karena ia bertanggung jawab terhadap anak-
anaknya. Kaum pria memiliki tanggung jawab untuk mencari
nafkah bagi keluarga. Keadaan ini pada akhirnya memposisikan
perempuan di bawah kaum pria di dalam sebuah keluarga.
Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Islam Negeri Yogyakarta,
2013), hal. 1. 2 Anisa Sujarwati, “Peran Perempuan dalam Perekonomian Rumah
Tangga di Dusun Pantog, Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo… hal. 2.
3
Namun seorang ibu memiliki wewenang penuh dalam melakukan
segala perbuatan dan tindakan untuk mencapai kesejahteraan
keluarga, maka sang ibu akan membantu untuk bekerja agar dapat
memenuhi kebutuhan hidup dan mencapai kesejahteraan
keluarga.
Dengan peran ibu yang dominan dan optimal dalam suatu
keluarga yang mencakup tugas pokok seorang ibu sebagai
pengurus rumah tangga dan juga perannya dalam perekonomian
keluarga, serta dalam pendidikan anak dapat mempengaruhi
tingkat kesejahteraan keluarga. Jika kesejahteraan ekonomi
keluarga tercapai, maka akan berpengaruh juga terhadap tingkat
pendidikan anak. Semakin baik kondisi ekonomi suatu keluarga,
maka pendidikan anak akan terpenuhi dengan baik. Begitu juga
bila kondisi ekonomi keluarga dan pendidikan anak terpenuhi
dengan baik, maka tercapailah keluarga yang sejahtera.
Melihat kondisi sekarang yang tiap keluarga memiliki
kebutuhan yang semakin banyak, dan tidak semua dari kebutuhan
keluarga tersebut dapat dipenuhi dari penghasilan suami, serta
4
naiknya harga kebutuhan pokok membuat istri berpikir untuk ikut
mencari penghasilan tambahan bagi keluarganya.
Bagi pekerja perempuan yang belum berkeluarga, hal ini
mungkin bukan menjadi masalah yang krusial namun untuk
pekerja perempuan yang telah mempunyai suami terlebih
memiliki anak, keadaan semacam ini tentu memaksa mereka
untuk mengurangi peran mereka di rumah.3
Peran perempuan dalam konteks berbangsa dan bernegara
tidak hanya terlihat pada masyarakat perkotaan, tetapi juga ada
pada masyarakat pedesaan, dan bahkan penduduk pedalaman
yang kebanyakan berlatar belakang pendidikan rendah, dan
menganut budaya patriarkhi namun demikian, kurang atau tidak
terpenuhinya kebutuhan ekonomi sangat memantik setiap
perempuan untuk bersikap respontif, yakni berpartisipasi dalam
memenuhi kebutuhan dasar. Di sisi lain sejak kecil para
perempuan sudah terbiasa membantu tugas dan pekerjaan orang
tua mereka. Dewasa ini, hal tersebut disebut dengan sebutan
3 Agus Supriadi, “Peran Istri yang Bekerja Sebagai Pencari Nafkah
Utama di Dalam Keluarga (Studi di Desa Jabung Lampung Timur),” (Skripsi
Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung 2016), hal. 6.
5
wanita karier, istilah baru yang digunakan untuk menyebut
perempuan yang bekerja di luar rumah mencari nafkah.
Berdasarkan uraian di atas, penulis terdorong untuk
melakukan penelitian dengan mengambil judul “Peran
Perempuan dalam Upaya Meningkatkan Perekonomian
Rumah Tangga Ditinjau dari Ekonomi Syariah (Studi pada
Pedagang di Pasar Tradisional Kabupaten Lebak)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi
permasalahan utama dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana
Peran Istri dalam Upaya Meningkatkan Perekonomian Rumah
Tangga Ditinjau dari Ekonomi Syariah (Studi pada Pedagang di
Pasar Tradisional Kabupaten Lebak)”. Sedangkan sub
masalahnya sebagai berikut:
1. Bagaimana peran istri dalam upaya meningkatkan
perekonomian rumah tangga di Pasar Tradisional Kabupaten
Lebak?
6
2. Bagaimana peran istri dalam upaya meningkatkan
perekonomian rumah tangga ditinjau dari ekonomi syariah?
C. Pembatasan Penelitian
Agar masalah lebih terfokus dan spesifik, maka penulis
membatasi permasalahan yang akan diteliti, penulis hanya
meneliti tentang peran perempuan dalam upaya meningkatkan
perekonomian rumah tangga ditinjau dari ekonomi syariah pada
pedagang di pasar tradisional Kabupaten Lebak.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, maka yang
menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui peran istri dalam upaya meningkatkan
perekonomian rumah tangga di Pasar Tradisional Kabupaten
Lebak.
2. Untuk mengetahui peran istri dalam upaya meningkatkan
perekonomian rumah tangga ditinjau dari ekonomi syariah.
7
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah:
1. Bagi Penulis
Dapat memperdalam pengetahuan dan ilmu, serta
wawasan mengenai peran istri dalam pengembangan ekonomi
syariah. Sebagai sarana untuk melakukan evaluasi dan
perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik dimasa yang
akan datang.
2. Bagi pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
dan menjadi bahan pertimbangan oleh pemerintah
Kabupaten, khususnya dalam memberdayakan perempuan.
3. Bagi akademik
Diharapkan dapat dijadikan sebagai studi
perbandingan dalam rangka mengkaji ilmu pengetahuan, dan
dapat dijadikan referensi untuk penelitian berikutnya yang
lebih baik lagi bagi civitas akademik UIN Sultan Maulana
Hasanuddin Banten, khususnya bagi mahasiswa Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam.
8
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu digunakan sebagai alat bantu dalam
memberikan gambaran terkait penelitian yang akan dilakukan.
Bantuan yang bisa didapat ialah berupa gambaran tentang
bagaimana menyusun kerangka berpikir, bagaimana mengelola
data dan memberikan gambaran objek yang diteliti melalui hasil
yang telah dijabarkan oleh penelitian terdahulu. Perbedaan antara
penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini dibuat oleh peneliti
adalah lokasi penelitian yang terletak di Pasar Kabupaten Lebak,
juga pada tinjauan ekonomi syariah.
Penelitian yang pertama, yang dilakukan oleh Rudy Catur
Rohman Kusmayadi dalam sebuah jurna yang berjudul
Kontribusi Pekerja Perempuan dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Keluarga dan Proses Pengambilan Keputusan
dalam Keluarga (Studi Mengenai Pekerja Wanita dalam Industri
Pengolahan Tembakau PR. Tali Jagad di Desa Gondowangi
Kecamatan Wagir Kabupaten Malang). Kesimpulan berdasarkan
hasil penelitian yang telah dipaparkan, simpulan yang dapat
ditarik adalah:
9
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar
perempuan sekaligus ibu rumah tangga termotivasi bekerja
untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka. Para
perempuan rumah tangga yang bekerja sebagai informan
dalam penelitian ini menampilkan karakteristik yang mirip,
yaitu bahwa mereka berasal dari keluarga strata ekonomi
bawah sehingga sebagian besar penghasilan ekonomi mereka
dari hasil bekerja digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
konsumsi.
2. Sebagian kecil responden bekerja bukan semata-mata karena
dorongan untuk mengatasi faktor kesulitan ekonomi
keluarga, melainkan untuk pemenuhan kebutuhan jiwa,
mengurangi potensi stres karena perasaan menganggur,
upaya mengembangkan diri dan menghindari hal-hal yang
kurang berguna misalnya pembicaraan gosip.
3. Perbedaan motivasi bekerja ibu-ibu rumah tangga dalam
penelitian ini lebih disebabkan karena latar belakang strata
ekonomi keluarga. Para responden yang termotivasi bekerja
untuk membantu persoalan ekonomi keluarga meningkatkan
10
kesejahteraan keluarga kebanyakan berasal dari strata
ekonomi rendah, sedangkan para perempuan ibu rumah
tangga yang termotivasi bekerja karena untuk menghindari
stres dan upaya pengembangan diri kebanyakan berasal dari
keluarga dengan strata ekonomi yang lebih tinggi (strata
menengah).
4. Para ibu rumah tangga yang bekerja banyak memainkan
peran yang cukup besar dalam pengambilan keputusan di
dalam keluarga. Peran perempuan pada kedudukan atau
posisi sebagai pengambil keputusan dalam rumah tangga
pada penelitian ini mencakup:
a. Pengambilan keputusan dalam bidang pemenuhan
kebutuhan pokok seperti makan, kebutuhan pakaian, dan
kebutuhan akan tempat tinggal.
b. Pengambilan keputusan dalam bidang pendidikan anak-
anak.
c. Pengambilan keputusan dalam bidang pemenuhan
kesehatan.
11
d. Pengambilan keputusan dalam bidang atau hal-hal lain,
seperti pernikahan anak, khitan anak, pembelian
kendaraan, dan lain sebagainya.4
Penelitian selanjutnya, yaitu penelitian yang dilakukan
oleh Vikih Aqbar, Peran Perempuan Terhadap Perekonomian
Keluarga (Studi Kasus: Pekerja Perempuan di Industri Plastik
Rumahan Primajaya Kelurahan Kerukut Kecamatan Limo Kota
Depok). Kesimpulan:
1. Peran perempuan dalam meningkatkan perekonomian
keluarga, meningkatkan bukan berarti menjadi satu-satunya
ujung tombak perekonomian keluarga melainkan hanya
membantu kekurangan atau membantu penambahan
pemasukan perekonomian keluarga, untuk kalangan
perempuan atau kalangan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja
di industri rumahan Primajaya Plastik ini sangatlah berperan
dalam perekonomian keluarga dengan upah atau gaji yang
4 Rudy Catur Rohman Kusmayadi, “Kontribusi Pekerja Perempuan
dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga dan Proses Pengambilan
Keputusan dalam Keluarga (Studi Mengenai Pekerja Wanita dalam Industri
Pengolahan Tembakau PR. Tali Jagad di Desa Gondowangi Kecamatan Wagir
Kabupaten Malang),” Jurnal Ekonomi Syariah Vol. 2, No. 1 (Maret 2017)
Institut Agama Islam (IAI) Al-Qolam Malang, hal. 110-111.
12
mereka dapat dari industri rumahan milik Ibu Ida ini,
walaupun hasilnya tidak sebanding dengan resiko, usaha,
maupun tenaga yang dikeluarkan dengan berperan di rumah
ataupun di luar.
2. Hak perempuan di tempat dia bekerja, jika dilihat dari segi
pengolahan yang diterapkan oleh Ibu Ida selaku pemilik
industri rumahan ini, peneliti sudah melihat semua pekerja
perempuan mendapatkan haknya seperti mendapat hak gaji,
hak libur, bahkan ketika para pekerja mengalami sakit atau
terdapat salah satu dari keluarga sedang tertimpa musibah
seperti sanak saudara pekerja perempuan meninggal dunia,
beliau tetap tidak lupa untuk memberikan haknya.
3. Harapan yang dimiliki oleh keluarga dan yang dimiliki oleh
industri kepada pekerja perempuan, Harapan utama yang
dimiliki oleh setiap keluarga pekerja perempuan adalah agar
tetap menjadi ibu dari anak-anak mereka dan menjadi istri
bagi suami-suami mereka hanya itu tidak lebih dan kurang.
Sedangkan harapan yang dimiliki Ibu Ida selaku pemilik
13
industri adalah tetap bertanggung jawab dengan apa yang
sudah menjadi kewajiban dia di industri.
4. Hasil dan manfaat yang diperoleh pekerja perempuan selain
hasil materil berupa uang atau gaji yang didapat, para pekerja
perempuan di sini juga dapat bertukar informasi mengenai
hal-hal yang tidak mereka dapat di rumah, seperti berita-
berita dan lain sebagainya, selain itu silaturahmi antar
tetangga bisa terjalin di tempat mereka bekerja.5
Penelitian yang terakhir dilakukan oleh Anisa Sujarwati,
dengan judul Peran Perempuan dalam Perekonomian Rumah
Tangga di Dusun Pantog, Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo,
(Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan humaniora Universitas Islam
Negeri Yogyakarta). Kesimpulan yang dapat diambil adalah
bahwa perempuan bekerja tidaklah hanya mementingkan diri
sendiri, mereka bekerja karena tuntutan ekonomi dan tuntutan
kebutuhan hidup yang terus menerus semakin tinggi.
5 Vikih Aqbar, “Peran Perempuan Terhadap Perekonomian Keluarga
(Studi Kasus: Pekerja Perempuan di Industri Plastik Rumahan Primajaya
Kelurahan Kerukut Kecamatan Limo Kota Depok),” (Skripsi Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
2017), hal. 64-65.
14
Masyarakat pedesaan seperti di Dusun Pantog Kulon yang
terdiri dari keluarga menengah ke bawah seringkali perempuan
berperan bukan hanya sebagai istri ataupun seorang ibu, tetapi
mereka juga berperan sebagai pekerja yang membantu suami
mereka dalam memakmurkan dan menjaga kestabilan kebutuhan
ekonomi keluarganya. Dusun Pantog Kulon mempunyai banyak
pekerja perempuan khususnya pembuat gula merah, dalam sehari
perempuan ini dapat bekerja dua kali, yaitu pagi hari pukul 7 pagi
sampai 9 pagi dan sore pukul 4 sore sampai 7 malam.
Penghasilan para perempuan pun juga tidak banyak yaitu sekitar
20 ribu sampai 40 ribu dalam sekali produksi gula merah.
Kontribusi di sektor pendidikan menjadi prioritas para
perempuan dalam memajukan anak-anak mereka dalam
pendidikan. Kontribusi perempuan di sektor kesehatan, kontribusi
di sektor sosial kemasyarakatan dan kontribusi di sektor
administrasi publik.
Peran perempuan bekerja tidak dapat dianggap remeh
karena para perempuan mempunyai aktivitas yang lebih dari para
laki-laki. Secara otomatis peran perempuan bekerja menjadi
15
ganda ketika para perempuan diwajibkan untuk melayani suami
dan mendidik anak-anak mereka. Selain menjadi ibu rumah
tangga para pekerja perempuan juga harus bekerja untuk
mensejahterakan keluarganya.6
G. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari serangkaian
teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya
merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam
memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian masalah
yang ditetapkan.
Dr. Mardani berpendapat bahwa pengertian ekonomi
syariah atau ekonomi islam adalah usaha atau kegiatan yang
dilakukan oleh perorangan atau kelompok atau badan usaha yang
berbadan hukum atau yang tidak berbadan hukum dalam rangka
memenuhi kebutuhan yang bersifat komersial dan tidak komersial
menurut prinsip syariah.
6 Anisa Sujarwati, “Peran Perempuan dalam Perekonomian Rumah
Tangga di Dusun Pantog, Banjaroya, Kalibawang, Kulon Progo… hal. 72.
16
Pada dasarnya ilmu ekonomi adalah ilmu yang
menjelaskan cara untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia,
guna menjaga kelangsungan hidupnya. Maka, tidak beda dengan
ekonomi lainnya bahwa ekonomi syariah dapat diterapkan dalam
sendi-sendi kehidupan manusia dalam pemenuhan kelangsungan
hidupnya. Sistem ekonomi pertama di muka bumi adalah
ekonomi islam. Terbukti di zaman Rasulullah SAW pada saat
Nabi mengajari para sahabatnya bagaimana berdagang yang
benar, jujur, dan adil.7
Pandangan paling tradisional mendudukkan perempuan
menjadi subordinat laki-laki, perempuan hidup dalam
konseptualisasi masyarakat patriarkhat.8 Peran perempuan
merupakan kegiatan atau aktivitas yang dikerjakan atau dianggap
menjadi tanggung jawab perempuan, yaitu kegiatan istri seperti
seputar dapur, sumur, kasur, dan mengurus anak.
Kegiatan ibu rumah tangga yang ikut serta dalam
pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga dan juga mengurus
7 Aan Ansori, “Digitalisasi Ekonomi Syariah”, dalam Islamiconomic:
Jurnal Ekonomi Keuangan dan Bisnis Islam, Vol. 7, No 1 (Januari-Juni 2016)
IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten, hal. 3. 8 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta,
Rake Saran, 2000), hal. 322.
17
rumah tangga, sehingga dikatakan bahwa ibu rumah tangga
mempunyai peran tambahan di dalam keluarga menarik untuk
dikaji dan dideskripsikan.9
W.J.S. Poerwadarmintasia mengemukakan, peran berasal
dari kata peran, berarti suatu yang menjadi bagian atau
memegang pimpinan yang utama. Sedangkan peranan menurut
Levinsion adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan
individu yang peting bagi struktur sosial masyarakat, peranan
meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing
seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
Peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan. Apabila
seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukan maka dia menjalankan suatu peranan. Perbedaan
antara kedudukan dan peranan adalah untuk kepentingan ilmu
pengetahuan, keduanya tidak dapat dipisahkan, oleh karena yang
9 Beti Aryani, “Peran Perempuan dalam Membantu Ekonomi
Keluarga di Desa Tanjung Kecamatan Pesisir Selatan Barat”, (Skripsi Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung, 2017), hal. 18.
18
satu tergantung pada yang lain dan sebaliknya juga demikian, tak
ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan.
Perempuan berperan penting dalam rangka pembentukan
kehidupan keluarga yang kokoh sehingga tidak terkena pengaruh
negatif dari perubahan serta pencapaian suatu keadan yang sehat,
sejahtera, baik lahir maupun batin. Kemampuan dan potensi yang
memadai dari perempuan, sebagai istri dan ibu rumah tangga
merupakan aspek terpenting dalam menentukan keberhasilan
(penunjang utama strategi suksesnya) suatu rumah tangga
(terutama masa depan anak atau generasi penerus). Oleh karena
itu diperlukan inovasi atau adopsi yang berkaitan dengan strategi
peningkatan kemampuan dan potensi kaum perempuan, sehingga
perempuan dapat berperan optimal di sektor domestik secara
profesional.10
Ekonomi keluarga adalah suatu kajian tentang upaya
manusia dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan melalui
aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang
10 Darmawani, “Peran Perempuan dalam Meningkatkan
Perekonomian Keluarga (Studi Kasus di Gamong Peunaga Pasie Kecamatan
Meureubo Kabupaten Aceh barat)”, (Skripsi Fakultas Sosil dan Ilmu Politik
Universita Teuku Umar, 2013), hal. 11.
19
bertanggung jawab atas kebutuhan dan kebahagiaan bagi
kehidupannya.11
Dalam menghadapi realita yang penuh dengan tantangan
seperti sekarang ini untuk dapat memelihara dan meningkatkan
taraf hidupnya, maka manusia senantiasa melakukan kegiatan-
kegiatan tertentu. Manusia cenderung meningkatkan aspek-aspek
ekonominya, sampai mencapai suatu tingkat relatifitas dan
kompleksitas tertentu dalam tatanan yang lebih baik dari
sebelumnya.
Islam tidak melarang dan menekan pihak perempuan
dalam bidang pekerjaan, baik bekerja di dalam maupun di luar
rumah. Seorang istri boleh bekerja di luar rumah, tetapi keluarnya
istri dari rumah untuk bekerja tidak berakibat buruk bagi dirinya,
suaminya, anak-anaknya, dan masyarakatnya.
Untuk lebih jelasnya berikut gambar kerangka pikir
penelitian ini:
11 Vikih Akbar, “Peran Perempuan Terhadap Perekonomian
Keluarga… hal. 33.
20
Gambar 1.1
Kerangka pemikiran
H. Metode Penelitian
1. Jenis dan Lokasi Penelitian
a. Jenis Metode Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif yaitu prosedur penelitian yang
menghasilkan data penelitian berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.12 Data
yang dikumpulkan umumnya berbentuk kata-kata,
12 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif
Rancangan Penelitian, (Jogjakarta, Ar-Ruzz Media, 2012), hal. 22.
Peran Istri
Pedagang Rumah Tangga
Ekonomi
Syariah
21
gambar, dan kebanyakan bukan berbentuk angka. Data
yang dimaksud meliputi transkrip wawancara, catatan di
lapangan, foto-foto, dan dokumen pribadi. Termasuk di
dalamnya deskripsi mengenai situasi wilayah penelitian.
Penelitian bertujuan untuk memahami masyarakat secara
personal dan memandang mereka sebagaimana mereka
sendiri mengungkapkan pandangan dunianya.
b. Lokasi Penelitian
Agar dapat memperoleh data yang dibutuhkan
dalam penelitian ini, penelitian rencananya akan dilakukan
pada pedagang di kawasan pasar tradisional Kabupaten
Lebak. Pasar Rangkasbitung Kabupaten Lebak tergolong
pasar yang lengkap dan luas, menyerap banyak tenaga
kerja dan merupakan magnet perdagangan dari setiap
kecamatan lain di sekitar Rangkasbitung.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini termasuk dalam studi kasus
sosial dan ekonomi yang bertujuan untuk mempelajari secara
mendalam mengenai keadaan kehidupan sekarang dengan latar
22
belakangnya dalam interaksi dengan lingkungan dari suatu unit
sosial, seperti individu, komunitas, masyarakat, dan
keterbatasannya (wilayah) yakni pada pasar tradisional
Kabupaten Lebak.
3. Sumber Data
Adapun sumber data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah:
a. Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara
mengadakan pengamatan dan wawancara langsung dengan
sejumlah pedagang yang menjadi subjek penelitian.
b. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari dokumen-
dokumen yang diteliti berupa laporan tertulis yang
berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam proses
penelitian nantinya.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Penelitian lapangan (Field Research),
Metode penelitian lapangan merupakan metode penelitian
23
kualitatif yang dilakukan di tempat atau lokasi penelitian.13
Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
snowball sampling yang merupakan teknik pengambilan
sampel sumber data yang pada awalnya sedikit tersebut belum
mampu memberikan data yang lengkap, maka harus mencari
orang lain yang dapat digunakan sebagai sumber data.14
Penelitian ini menggunakan tiga tahap snowball sampling pada
20 pedagang perempuan yang berbeda di Pasar Kabupaten
Lebak. Berikut teknik-teknik yang digunakan untuk
mendapatkan data:
a. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua
orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh
informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu,15 atau bisa
didefinisikan mengumpulkan informasi dengan
13 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif…
hal.182. 14 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kuantitatiff dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2008), hal, 300. 15 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:
Remaja Posdakarya, 2004), hal. 180.
24
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk
dijawab secara lisan pula. Dalam penelitian ini peneliti
mewawancarai langsung pedagang di Pasar Kabupaten
Lebak untuk mengetahui peran istri yang berdagang di
pasar tersebut dalam meningkatkan perekonomian rumah
tangga.
b. Dokumentasi
Suatu cara yang digunakan untuk melihat secara
langsung dokumen-dokumen yang berhubungan dengan
penelitian pada objek penelitian.
5. Instrumen Penelitian
Penelitian dengan pendekatan kualitatif menggunakan
instrument penelitian berupa pedoman wawancara, di mana
proses pengumpulan data menekankan pada wawancara
mendalam terhadap narasumber/ informan untuk mendapatkan
pemahaman mengenai peran istri dalam meningkatkan
perekonomian rumah tangga ditinjau dari ekonomi syariah di
pasar tradisional Kabupaten Lebak. Sedangkan untuk
memperoleh gambaran secara umum digunakan lembar
25
observasi, guna memperoleh gambaran keadaan pedagang
perempuan di pasar tradisional Kabupaten Lebak.
6. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
a. Teknik Pengolahan
Penelitian menggunakan metode kualitatif dalam
menganalisis data. Data yang diperoleh melalui
wawancara dalam penelitian ini dianalisis dengan analisis
kualitatif yaitu dengan cara data yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan informan dideskriptifkan secara
menyeluruh. Data wawancara dalam penelitian adalah
sumber data utama yang menjadi bahan analisi data untuk
menjawab masalah penelitian.
b. Analisis Data
Analisis data dimulai dengan melakukan
wawancara tidak langsung dengan informen. Setelah
melakukan wawancara, peneliti membuat transkrip hasil
wawancara dengan cara mengumpulkan semua jawaban
dari informen.
c. Pengujian keabsahan Data
26
Dalam data penelitian ini, data yang telah
terkumpul akan diolah dan pengolahan data dilakukan
dengan trigulasi, reduksi, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
1) Trigulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data
sebagai pembanding terhadap data tersebut.
2) Reduksi yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok,
dan memfokuskan pada hal-hal penting.
3) Penyajian data, data disajikan dalam bentuk teks yang
bersifat naratif. Data disajikan dengan
mengelompokkan sesuai dengan sub bab masing-
masing.
4) Penarikan Kesimpulan setelah menjabarkan data yang
telah diperoleh, peneliti membuat kesimpulan yang
merupakan hasil dari suatu penelitian.
27
I. Sistematika Pembahasan
Penulisan ini disusun dengan sistematika yang terdiri dari
beberapa bab atau bagian yaitu bab I Pendahuluan, bab II. Kajian
pustaka, bab III. Metode penulisan, bab IV. Pembahasan hasil
penulisan, dan bab V. Kesimpulan dan saran. Untuk masing-
masing isi setiap bagian adalah sebagai berikut:
BAB I: Pendahuluan bab ini menjelaskan tentang latar
belakang masalah, fokus masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, kerangka
penelitian, metode penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II: Kajian Pustaka bab ini membahas tentang
kajian pustaka, meliputi pengertian peran istri dalam upaya
meningkatkan perekonomian rumah tangga ditinjau dari ekonomi
Syariah.
BAB III: Gambaran Umum Lokasi Penelitian bab ini
menguraikan lokasi penelitian mulai dari keadaan pasar
Kabupaten Lebak dan keadaan pedagang di Pasar Kabupaten
Lebak.
28
BAB IV: Analisis Analisis Hasil Pera Istri Dalam
Meningkatkan Perekonomian Rumah Tangga Perspektif
Ekonomi Syariah bab ini membahas uraian hasil penelitian
berupa temuan-temuan dari penelitian yang telah dilakukan
dengan disertai pembahasan analisis dan terpadu.
BAB V: Penutup bab ini membahas tentang kesimpulan
mengenai objek yang diteliti berdasarkan hasil analisa data dan
memberikan saran untuk pihak-pihak yang terkait.
29
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Ekonomi Syariah
Ekonomi Islam sebagai suatu sistem ekonomi solutif yaitu
memposisikan sistem ekonomi Islam sebagai jawaban dari
kegagalan yang terdapat di dalam sistem ekonomi konvensional,
baik kapitalis maupun sosialis dengan menawarkan solusi yang
dapat memberikan kesejahteraan maksimal kepada umat.
Dawam Rahardjo memilih istilah ekonomi Islam dalam
tiga kemungkinan pemaknaan berikut:
1. Ekonomi Islam adalah ilmu yang berdasarkan nilai atau
ajaran Islam.
2. Ekonomi Islam adalah suatu sistem. Sistem yang menyangkut
pengaturan, yaitu pengaturan kegiatan ekonomi dalam
masyarakat atau negara berdasarkan cara atau metode
tertentu.
3. Ekonomi Islam dalam pengertian perekonomian umat Islam.
30
Ketiga wilayah tersebut yakni teori, sistem, dan kegiatan
ekonomi umat Islam merupakan tiga pilar yang harus membentuk
sebuah sinergi. Sebagai ilmu, ekonomi Islam memberikan makna
bahwa dalam ekonomi Islam harus selalu dilakukan
pengembangan keilmuan agar ditemukan formulasi ekonomi
Islam yang benar-benar sesuai dengan prinsip syariat Islam.1
Menurut Muhammad Abdul Manan ilmu ekonomi Islam
dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan sosial yang
mempelajari masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh
nilai-nilai Islam. Ia mengatakan bahwa ekonomi Islam
merupakan bagian dari tata kehidupan lengkap, berdasarkan
sumber hukum Islam, yaitu: Al-Quran, As-Sunnah, Ijma, dan
Qiyas. Setiap pengambilan hukum dalam ekonomi Islam harus
berbasis minimal pada keempat hal tersebut agar hukum yang
diambil sesuai dengan prinsip dan filosofi yang terdapat dalam
ekonomi Islam.
Akan tetapi, secara umum ekonomi Islam dapat
didefinisikan sebagai perilaku individu muslim dalam setiap
1 M. Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan
Praktik, (Bandung, Pustaka Setia, 2015), hal. 20.
31
aktivitas ekonomi syariahnya harus sesuai dengan tuntutan syariat
Islam, dalam rangka mewujudkan dan menjaga maqashid
syariah. Tujuan yang ingin dicapai dalam suatu sistem ekonomi
Islam berdasarkan konsep dasar dalam Islam, yaitu tauhid dan
berdasarkan rujukan pada Al-Quran dan Sunnah adalah:
1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia.
2. Memastikan kesetaraan kesempatan untuk semua orang.
3. Mencegah terjadinya pemusatan kekayaan dan meminimalkan
ketimpangan dana distribusi pendapatan dan kekayaan pada
masyarakat.
4. Memastikan kepada setiap orang kebebasan untuk mematuhi
nilai-nilai moral.
5. Memastikan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi.2
B. Sistem Ekonomi Syariah
Sistem ekonomi Islam merupakan ilmu ekonomi yang
dilaksanakan dalam praktik sehari-harinya bagi individu,
keluarga, kelompok masyarakat, ataupun pemerintah dalam
rangka mengorganisir faktor produksi, distribusi, dan
2 M. Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syariah Teori… hal, 23.
32
pemanfaatan barang dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan
aturan Islam. Sistem ekonomi Islam merupakan sistem ekonomi
yang mandiri terlepas dari sistem ekonomi lainnya.
Adapun yang membedakan sistem ekonomi Islam dengan
ekonomi lainnya adalah sebagai berikut:
1. Asumsi dasar/norma pokok dalam proses interaksi kegiatan
ekonomi yang diberlakukan.
2. Prinsip ekonomi Islam adalah penerapan asas efisiensi dan
manfaat dengan tetap menjaga kelestarian alam.
3. Motif ekonomi Islam adalah mencari keberuntungan di dunia
dan akhirat selaku khalifahtullah dengan jalan beribadah
dalam arti yang luas.3
Beberapa prinsip dari ekonomi Islam yang ditawarkan oleh
M.A. Choudhury, yaitu sebagai berikut:
1. Tauhid dan persaudaraan. Tauhid adalah konsep yang
menggambarkan hubungan antara manusia dengan Tuhannya.
Segala aktivitas ekonomi seorang muslim akan sangat terjaga
3 M. Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syariah Teori… hal, 70.
33
karena ia merasa bahwa Allah SWT akan selalu melihat apa
yang dilakukannya.
2. Bekerja dan produktivitas. Dalam ekonomi Islam individu
dituntut untuk bekerja semaksimal mungkin dengan tingkat
produktivitas kerja yang tinggi dengan tujuan memberikan
yang terbaik bagi kemaslahatan umat.
3. Distribusi kekayaan yang adil. Mekanisme pendistribusian
kekayaan dalam Islam adalah melalui zakat. Proses
mekanisme zakat mampu melakukan redistribusi kekayaan
dari pihak kaya ke pihak tidak mampu.4
Kebijakan dasar yang menjadi acuan dalam sistem ekonomi
Islam menurut Choudhury adalah sebagai berikut:
1. Pelarangan atas riba dalam perekonomian. Dalam ekonomi
Islam hanya biaya aktual yang diakui sebagai biaya produksi
dengan menambahkan biaya depresi, tetapi tidak
memasukkan komponen biaya spekulatif.
2. Penerapan mudharabah dalam perekonomian. Pola kerja
sama berbasis mudharabah memberikan kesempatan akses
4 M. Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syariah Teori… hal, 22.
34
yang sama kepada pemilik modal ataupun pengelola dalam
menjalankan aktivitas perekonomiannya.
3. Pelarangan atas israf atau konsumsi yang berlebihan atau
mubazir.
4. Kehadiran institusi zakat sebagai suatu mekanisme dalam
mengatur distribusi kekayaan dikalangan masyarakat.5
Secara umum, nilai-nilai Islam yang menjadi filosofi ekonomi
Islam dapat dijumpai dengan asas yang mendasari perekonomian
Islam yang diambil dari serangkaian doktrin agama Islam. Asas-
asas tersebut adalah sebagai berikut:
1. Asas suka sama suka, yaitu kerelaan yang sebenarnya, bukan
kerelaan yang bersifat semu dan seketika.
2. Asas keadilan, keadilan dapat didefinisikan sebagai
keseimbangan atau kesetaraan antara individu atau
komunitas.
3. Asas saling menguntungkan, dalam ekonomi Islam dilarang
melakukan transaksi maysir, gharar, dan riba sebab dalam
transaksi tersebut pasti akan ada pihak yang dirugikan.
5 M. Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syariah Teori… hal, 24.
35
4. Asas tolong menolong dan dilarang untuk adanya pemerasan
juga eksploitasi.6
C. Perempuan dan Perdagangan
Menjadi laki-laki atau perempuan adalah kenyataan,
bukan pilihan. Ketetapan bahwa saya laki-laki dan anda
perempuan merupakan ketetapan Sang Kuasa atas diri kita.
Apabila kita merasa memiliki jenis kelamin tertentu di mana
dengan jenis kelamin ini kita merasa lebih menjadi korban
kehidupan, maka sungguh persoalannya tidak terletak pada
kesalahan dalam jenis kelamin kita sendiri. Menjadi seorang
perempuan, berarti menjalankan takdir sebagai seorang
perempuan. Sama halnya dengan menjadi laki-laki berarti tengah
menjalani takdir sebagai seorang laki-laki.7
Islam tidak melarang seorang perempuan bekerja ataupun
berdagang bahkan sebaliknya Allah memerintahkan pada hamba-
Nya untuk beramal dan bekerja. Allah SWT berfirman:
عملكم و رسولهۥ وٱلمؤمنون وقل ٱعملوا فسيرى ٱلله
6 M. Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syariah Teori… hal, 25. 7 Muhammad Wahyidin, Bangga Menjadi Muslimah, (Bandung, PT
Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 22.
36
Artinya: “Dan katakanlah, bekerjalah kamu maka Allah
akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan
orang-orang mukmin.” (QS. At-Taubah: 105)8
Dalam pandangan ulama ayat ini bersifat umum
mencakup laki-laki dan perempuan. Allah membolehkan
perdagangan juga untuk semua. Karena setiap manusia
diperintahkan untuk berusaha serta beramal, baik dia laki-laki
maupun perempuan.
Allah SWT berfirman:
ا رجلين م يكون ل إن رجالكم ف واستشهدوا شهيدين من
ن ترضون من ا تضله اء أن هد لش فرجل وامرأتان ممه
ر إحداهما الخرى ما لش هداء إذايأب ا ل و إحداهما فتذك
ا إ ك و أ ا ير دعوا ول تسأموا أن تكتبوه صغ لى أجله بير
وأقوم للشه لكم أقسط عند للاه ابوا إله نى أله ترت ة وأد اد ه ذ
اح عليكم جن فليس كم ينأن تكون تجارة حاضرة تديرونها ب
ل ضاره كاتب و ول ي م ت إذا تبايع أله تكتبوها وأشهدوا
ويع اتهقوا و م شهيد وإن تفعلوا فإنهه فسوق بك للاه ل مكم للاه
بكل شيء عليم. وللاهArtinya: “dan persaksikanlah dengan dua orang saksi
laki-laki di antara kamu. Jika tidak ada dua orang laki-
laki maka boleh satu orang laki-laki dan dua orang
perempuan di antara orang-orang yang kamu sukai dari
8 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Quran Departemen Agama
Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Duta Ilmu
Surabaya, 2005), hal. 273.
37
para saksi yang ada, agar jika seorang lupa maka yang
seorang lagi mengingatkannya. Dan janganlah saksi-
saksi itu menolak jika dipanggil. Dan janganlah kamu
bosan menuliskannya untuk batas waktunya, baik (utang
itu) kecil atau besar. Yang demikian itu lebih baik di sisi
Allah, lebih dapat menguatkan kesaksian dan lebih
mendekatkan kamu kepada ketidak raguan, kecuali jika
hal itu merupakan perdagangan tunai yang kamu
jalankan di antara kamu. Maka tidak ada dosa bagimu
jika kamu menuliskannya.” (QS. Al-Baqarah: 282)9
Allah memerintahkan untuk mencatat ketika transaksi
hutang piutang. Allah juga memerintahkan agar menghadirkan
saksi saat transaksi tersebut. Kemudian Allah menjelaskan bahwa
semua peraturan terkait dengan utang piutang ini berlaku untuk
umum (bagi laki-laki dan perempuan).
Ayat di atas berlaku untuk laki-laki maupun perempuan.
Perintah mencatat hutang piutang ditunjukkan untuk laki-laki dan
perempuan. Berdagang (jual beli) dan menjadi saksi berlaku
untuk laki-laki dan perempuan. Mereka boleh mengambil saksi
untuk perdagangan serta pencatatan mereka.
Akan tetapi yang wajib diperhatikan ketika bekerja
ataupun berdagang adalah hendaknya interaksi mereka dalam
9 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Quran Departemen Agama
Republik Indonesia, Al-Quran dan…, hal. 59-60.
38
bentuk interaksi yang jauh dan terbebas dari semua penyebab
masalah dan yang menimbulkan perbuatan munkar. Perempuan
bekerja di tempat yang tidak ada campur baur dengan laki-laki
serta tidak memicu timbulnya fitnah demikian pula tatkala wanita
berdagang, dalam keadaan yang bersih dari fitnah. Dengan tetap
memperhatikan hijabnya, menutupi auratnya, serta menjauhi
sebab terjadinya fitnah.10
Oleh karena itu, disamping adanya toleransi untuk bekerja
dan berdagang bagi laki-laki dan perempuan, semua harus
terbebas dari segala yang membahayakan agama dan kehormatan
para perempuan, serta tidak membahayakan bagi laki-laki.
Namun pekerjaan para wanita dilakukan dalam kondisi tidak
memicu segala yang membahayakan agamanya, kehormatannya,
dan tidak menimbulkan kerusakan dan godaan bagi laki-laki.
Tidaklah mengapa seorang perempuan menolong laki-laki
yang memerlukan bantuan, begitu juga laki-laki menolong
perempuan yang sedang membutuhkan bantuan dengan catatan
10 Umdatul Hasanah, Eva Syarifah Wardah, Eka Julaiha dan Aang
Saeful Milah, Perempuan dalam Sorotan Agama, (Banten: LP2M IAIN SMH
Banten, 2015), hal. 99.
39
tidak membahayakan keduanya. Demikian pula kegiatan di pasar,
wanita melakukan jual beli yang mereka butuhkan, dengan tetap
menutup aurat dengan benar dari pandangan laki-laki.
D. Pandangan Islam Terhadap Perempuan yang Bekerja
Menurut teori feminis, hubungan-hubungan sosial di
dalam kerja, baik aspek kognitif, afektif, maupun pembagian
berdasarkan jenis kelaminnya, dibentuk berdasarkan gagasan
gender yang ada dalam masyarakat. Analisis sejarawan feminis
menunjukkan bahwa sejak industrialisasi pada abad pertengahan,
keluarga mempunyai peran di bidang produksi. Karenanya, para
feminis berpendapat bahwa kerja perempuan harus dilihat dalam
konteks ekonomi keluarga. Di dalam sistem masyarakat kapitalis
patriarkhi, produksi yang dihasilkan wilayah domestik, dan
produksi yang menghasilkan komoditas, merupakan hal yang
penting untuk mempertahankan sistem itu. Perempuanlah yang
menyiapkan tenaga kerja baru (anak-anaknya) bagi sektor kerja,
dan mengerjakan tugas-tugas rumah juga membagi waktunya di
40
sektor kerja publik.11 Dalam kaitannya dengan persamaan hak
dan derajat pada manusia, al-Quran secara tegas mengafirmasi
hal tersebut. Tidak ada dikotomi hak ataupun derajat di antara
manusia, hanya yang membedakan adalah kualitas takwa
seseorang kepada Tuhannya.12
Islam telah menggariskan bahwa kaum perempuan lebih
utama untuk bekerja di wilayah-wilayah domestik, bukan di
wilayah-wilayah publik, di sini dikatakan lebih utama bukan
keharusan. Islam tidak pernah melarang kaum perempuan untuk
berkarya di ruang-ruang publik.13
Pekerjaan domestik berkaitan dengan anggapan pekerjaan
yang harus dikerjakan oleh perempuan, dan laki-laki hanya
bersifat membantu saja. Jika perempuan bekerja di sektor publik,
hanya dilihat sebagai tambahan saja dan tidak diakui sama seperti
bila hal itu dilakukan laki-laki.
11 Misbahul Munir, Produktivitas Perempuan Studi Alisis
Produktivitas Perempuan dalam Konsep Ekonomi Islam, (Malang, UIN-Maliki
Press, 2010), hal. 60. 12 M. Faisol, Hermeneutiks Gender Perempuan dalam Tafsir Bahr al-
Muhith, (Malang: UIN Maliki Press, 2011), hal. 17. 13 Muhammad Wahyidin, Bangga Menjadi… hal. 57.
41
Saptari mendefinisikan kerja sebagai segala hal yang
dikerjakan oleh seorang individu, baik itu subsistensi untuk
dipertukarkan atau diperdagangkan, untuk menjaga
keberlangsungan keturunan dan kelangsungan hidup keluarga
atau masyarakat. Pendapat ini dapat dijelaskan dengan pengertian
publik oleh Abdullah bahwa ranah publik itu merupakan
perluasan dari ranah domestik, yang menjadi dasar penilaian dan
perlakuan terhadap perempuan. Usaha untuk mendorong
perempuan agar lebih terlibat dalam bidang publik, sama halnya
dengan memaksa perempuan untuk meninggalkan ranah domestik
yang kurang prestisius. Dapat dikatakan bahwa perempuan telah
merespon langsung perubahan ekonomi rumah tangga dan
perkembangan aspirasi perempuan.14
Indikator meningkatnya perekonomian rumah tangga
dilihat dari terpenuhinya kebutuhan pokok bagi keluarga.
Indikator peningkatan perekonomian rumah tangga pada dasarnya
disusun untuk menilai taraf pemenuhan kebutuhan keluarga yang
dimulai dari kebutuhan yang sangat mendasar sampai dengan
14 Muhammad Wahyidin, Bangga Menjadi… hal. 64.
42
pemenuhan kebutuhan yang diperlukan untuk pengembangan diri
dan keluarga. Ukuran taraf peningkkatan ekonomi keluarga
dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai beriku:
2. Kebutuhan dasar yang terdiri:
a. Pangan, kebutuhan ini mencakup pemenuhan kebutuhan
makan dan gizi sehari-hari.
b. Sandang, kebutuhan ini mencakup pemenuhan pakaian
yang layak pakai dan bersih.
c. Papan, merupakan tempat tinggal sehari-hari bagi
keluarga yang harus terpenuhi.
3. Kebutuhan sosial psikologis yang terdiri dari:
a. Pendidikan, pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi anak
yang mencakkup pendidikan formal, informal, dan
nonformal.
b. Rekreasi, kebutuhan akan hiburan dalam kehidupan
keluarga.
c. Transportasi, kebutuhan akan kendaraan untuk
transportasi sehari-hari.
43
4. Kebutuhan pengembangan, berupa simpanan uang atau
barang yang digunakan untuk kesehatan, pendidikan anak,
jaminan hari tua, dan juga kebutuhan yang mendadak.
Secara natural, perempuan memang mengambil dua
peran, yakni sebagai ibu rumah tangga dan pekerja. Sebagai istri,
ia bertugas untuk melayani kebutuhan keluarga dan sebagai ibu ia
berperan merawat dan membesarkan anak-anak dengan suasana
kasih sayang. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan
baginya untuk bekerja atau berdagang demi membantu suami
mencari nafkah.15
Tanggung jawab perempuan secara umum adalah menjadi
istri dan ibu rumah tangga. Tetapi bila ada perempuan yang
mengambil peran di luar rumah atau memilih bekerja mencari
nafkah di luar rumah, bukan berarti ia lari dari tanggung
jawabnya. Perempuan yang bekerja pun masih merasa dirinya
adalah seorang istri dan ibu dari anak-anaknya. Semua yang
dilakukan itu demi keluarga, pada dasarnya semua itu berat.
Karier juga berat karena semata-mata demi keluarga, menjadi ibu
15 Misbahul Munir, Produktivitas Perempuan Studi…. hal, 74-75.
44
rumah tangga dan tidak meninggalkan rumah pun dirasa penting,
antara pekerjaan dan pendidikan rumah tangga juga penting.
Produktivitas bisa bermakna filosofis dan teknis. Secara
filosofis produktivitas adalah sikap mental untuk berbuat lebih
baik. Sedangkan secara teknis produktivitas mengandung
pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan
keseluruhan sumber daya yang digunakan. Untuk mencapai
produktivitas ini, Islam memberikan hak dan kesempatan yang
sama untuk mendapatkan pekerjaan, memilih jenisnya, pindah
dari pekerjaan lama dan memperoleh penghasilan, baik di dalam
ataupun di luar negeri.16
Pada dasarnya perempuan tidak dilarang bekerja. Hanya
saja karena pertimbangan fisiologis sosiologis, syariat Islam
memberi batasan wilayah kerja mereka. Mereka mendapatkan
haknya untuk bekerja, apapun bentuknya dan di manapun
tempatnya, selama ia dapat memelihara diri dari kondisi yang
bisa menimbulkan fitnah, menjaga kehormatan, memelihara
kesopanan, dan tidak membawa mudharat bagi diri, keluarga dan
16 Muhammad Wahyidin, Bangga Menjadi… hal. 81.
45
masyarakatnya. Suasana seperti itu memperlihatkan bahwa
perempuan mempunyai kedudukan yang sama seperti laki-laki
dalam hal mengambil peluang untuk berusaha dan penguasaan
terhadap harta.17
Penelitian tentang peran perempuan di Indonesia, hampir
selalu dikaitkan dengan produksi. Berbagai studi meningkatkan
status perempuan, misalnya dengan meningkatkan pendidikan
atau tingkat partisipasi angkatan kerja, selalu dikaitkan dengan
tugas utamanya sebagai ibu rumah tangga, bukan sebagai
pengakuan bahwa perempuan juga berhak dan mampu untuk
mencapai pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja di luar
rumah. Ware berpendapat bahwa kurangnya partisipasi
perempuan dalam pembangunan adalah karena masih diterimanya
asumsi bahwa perempuan itu tidak bekerja.18
Partisipasi ekonomi perempuan ternyata tidak merubah
peranan ideal mereka. Pekerjaan perempuan di luar rumah,
apapun kedudukannya dan sumbangannya secara ekonomis, tidak
menggeser tugas utama mereka mengatur rumah tangga.
17 Muhammad Wahyidin, Bangga Menjadi… hal. 89.
18 Muhammad Wahyidin, Bangga Menjadi… hal. 108.
46
Kiprah perempuan di masa Rasulullah dan para sahabat
tidak hanya aktif secara sosial namun juga didukung untuk
terlibat dalam hampir semua aspek kehidupan dan betul-betul
menempati posisi yang sangat tinggi dan unggul baik dalam
bidang domestik maupun publik. Bukti ini bisa memberikan
gambaran bahwa kontribusi mereka jelas tidak dapat dielakkan
lagi dalam mewujudkan produktivitas.19
Sesuai dengan pengetahuan, kemampuan, dan
keterampilannya, perempuan mampu menjadi manusia yang
produktif. Ia merupakan mitra sejajar dengan manusia. Ia
mendapat imbalan dari segala sesuatu yang dilakukannya.
Perempuan boleh bekerja, berusaha, dan melakukan apa saja yang
dibolehkan Allah. Perempuan dan laki-laki disebutkan secara
eksplisit di dalam bekerja, karena manusia yang produktif bukan
hanya laki-laki. Kemudian sebagai makhluk sosial perempuan
boleh bergaul dengan masyarakat, membantu yang lemah,
19 Muhammad Wahyidin, Bangga Menjadi… hal. 114.
47
mendidik dan mengajari orang yang bodoh dan pekerjaan apapun
yang sesuai dengan keahlian dan kodratnya sebagai perempuan.20
E. Hak dan Kewajiban Perempuan dalam Islam
Hak-hak perempuan dalam Islam
1. Hak sosial (kemanusiaan)
Kondisi perempuan pada peradaban kuno selalu
ditindas, dipisahkan dan ditentang keberadaannya. Hak-hak
kemanusiaan mereka telah dihilangkan begitu saja. Situasi ini
berlangsung sampai datangnya Islam, yang mengajarkan
kepada umat manusia bagaimana bersikap adil dan benar
terhadap seluruh umat manusia. Islam juga datang untuk
menyelamatkan perempuan dari penindasan dan penghinaan
yang menyebabkan penderitaan. Islam datang untuk
meluruskan pengertian-pengertian yang salah, melaksanakan
hukum dan memulihkan kehormatan perempuan.21
20 Wahid Zaini, Abddurrahman Wahid, dkk, Memposisikan Kodrat
Perempuan dan Perubahan dalam Persepsi Islam, (Bandung, Mizan 1999),
hal. 118. 21 Fatima Umarnasit, Menggugat Sejarah Perempuan “Mewujudkan
Idealisme Gender Sesuai Tuntutan Islam”, (Jakarta, Cendikia 1999), hal. 65.
48
Allah SWT telah memulihkan manusia baik
perempuan maupun laki-laki dalam firman-Nya:
هم هم فى ٱلبر وٱلبحر ورزقن منا بنى ءادم وحملن ولقد كره
ن خلقنا تفضيل مه هم على كثير م لن ت وفضه ي ب ن ٱلطه م
Artinya: “Dan sesungguhnya telah kami muliakan
anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan
lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik
dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah kami
ciptakan.” (QS. Al-Isra: 70)22 Manusia baik laki-laki maupun perempuan,
dimuliakan melalui penciptaannya. Ini merupakan anugerah
Tuhan, buka keistimewaan pemberian manusia ataupun
pembawaan yang bersifat duniawi. Martabat dan kemuliaan
ini dinyatakan secara eksplisit di dalam Al-Quran dan telah
ditetapkan bagi seluruh umat manusia apapun jenis kelamin,
warna kulit, ras dan negara asalnya. Semua orang ber-ras
manusia oleh karena itu berhak mendapatkan keistimewaan
dan kehormatan yang sama sesuai dengan yang sudah
22 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Quran Departemen Agama
Republik Indonesia, Al-Quran dan…, hal. 394.
49
ditetapkan untuk manusia. Mereka berasal dari satu asal, satu
ayah dan satu ibu.
Apakah perempuan bukan manusia yang memiliki
nafs (jiwa) manusia yang bermartabat dan mulia? Tentu saja
perempuan manusia dan hal ini dinyatakan dengan jelas
dalam Al-Quran dan juga ditegaskan oleh Nabi saw.23
Penegasan kebenaran ini juga akan memecahkan
masalah diskriminasi rasial dan ketidaksamaan yang telah
dipikul manusia selama berabad-abad. Apabila kenyataan ini
hanya dimengerti oleh umat manusia, maka ketidak adilan
dapat dicegah, seperti memberikan atribut-atribut yang tidak
pantas kepada perempuan atau menganggap mereka kotor dan
tidak suci juga menjadi penyebab dari setiap kejahatan dan
malapetaka. Sebenarnya mereka membawa kualitas
pembawaan halus yang sama seperti laki-laki. Allah telah
menciptakan mereka sebagai mitra laki-laki dan
menghasilkan secara bersama-sama, banyak laki-laki dan
perempuan lainnya. Kebodohan telah menyebabkan manusia
23 Fatima Umarnasit, Menggugat Sejarah Perempuan… hal, 67.
50
terantuk-antuk dalam kegelapan selama beberapa abad
sehingga menyebabkan hak-hak kemanusiaan dan
kealamiahan perempuan diingkari. Masyarakat telah lupa
bahwa setiap perempuan adalah manusia, yang diciptakan
untuk manusia lain, jiwa yang diciptakan untuk jiwa lain, dan
alam yang melengkapi alam lain. Mereka juga telah lupa
bahwa laki-laki dan perempuan bukanlah dua entitas yang
terpisah, tetapi mitra yang saling melengkapi satu sama lain.24
Al-Quran telah menegaskan kemanusiaan perempuan
dan memperjelas tidak adanya perbadaan antara laki-laki dan
perempuan dalam segi kemanusiaan. Mereka sangat
diperlukan untuk membangun sebuah masyarakat yang
bersatu dalam solidaritas dan sebuah bangsa yang berbudi
luhur baik laki-laki dan perempuan menikmati hak-hak yang
sama.
2. Hak ibu dan perkawinan
Islam melindungi semua bayi, baik laki-laki maupun
perempuan. Sang ayah bertanggung jawab untuk merawatnya,
24 Fatima Umarnasit, Menggugat Sejarah Perempuan…hal, 73.
51
bahkan ketika sang anak masih berupa janin dalam rahim
ibunya. Untuk itu, ketika terjadi kasus perceraian sang istri
yang sedang hamil harus dinafkahi demi kepentingan anak
yang dikandungnya. Biaya perawatan ini harus dibayar oleh
ayahnya kepada sang ibu sampai ia melahirkan.
Andai kata terjadi talak ba’in (talak yang menyebabkan
mantan istri tidak boleh dirujuk kembali), suami tetap harus
membayar biaya perawatan kepada mantan istrinya yang
sedang hamil. Namun dalam kasus talak raj’I (talak yang
membolehkan laki-laki untuk merujuk kembali mantan
istrinya), istri yang diceraikan harus meminta nafkah baik dia
sedang hamil atau tidak.
Setelah kelahiran anak tibalah saat menyusui. Selama
masa ini si ayah juga bertanggung jawab terhadap mantan
istrinya, jika mantan istrinya setuju untuk menyusui anak
mereka, sang ayah wajib menjamin kesehatan ibu dari
anaknya dan juga pasokan makanan yang bergizi yang
dibutuhkan selama menyusui.25
25 Fatima Umarnasit, Menggugat Sejarah Perempuan… hal, 94.
52
3. Hak untuk mencari ilmu pengetahuan
Di dalam Islam, ilmu pengetahuan keagamaan itu wajib
hukumnya untuk setiap muslim laki-laki dan perempuan.
Oleh karena itu ilmu pengetahuan secara umum sangat
dijunjung tinggi dan dihormati dalam Islam.26 Maka tidak
heran jika para ulama diberi penghargaan yang tinggi dan
dipuji-puji di dalam Al-Quran.
Nabi SAW berkata: “mencari ilmu pengetahuan adalah
kewajiban bagi setiap muslim.” Kata ‘muslim’ dalam hadits
ini merujuk pada laki-laki dan perempuan. Para ulama
sepakat bahwa semua firman yang diturunkan Allah berlaku
pada laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu baik laki-laki
maupun perempuan adalah sama dilihat dari segi kewajiban.27
Selain itu, kaum perempuan mewakili separuh
masyarakat. Konsekuensinya mereka bersama-sama dengan
kaum laki-laki memikul beban untuk membangun
masyarakat. mereka sama-sama memikul tanggung jawab
pribadi dan masyarakat yang membutuhkan pendidikan yang
26 Fatima Umarnasit, Menggugat Sejarah Perempuan… hal, 99. 27 Fatima Umarnasit, Menggugat Sejarah Perempuan… hal, 102.
53
baik dan ilmu pengetahuan yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan individu dan bangsa Islam yang sedang tumbuh.
Pendidikan perempuan sangat vital bagi masyarakat kita
karena perempuan adalah orang yang melahirkan laki-laki
dan perempuan masa datang. Perempuan adalah sekolah dasar
bagi anak-anak kita. Darinya mereka belajar tentang fondasi
kemanusiaan dan basis pendidikan moral.28
Islam tidak melarang ilmu pengetahuan apapun.
Sebaliknya, Islam memberikan hak kepada perempuan untuk
mencari pengetahuan yang tidak terbatas. Islam memberinya
kebebasan untuk memilih, memilah, dan memutuskan.
Banyak perempuan merasakan bahwa tugas menjadi ibu
rumah tangga ternyata tidak cukup memberikan ruang gerak
dan motivasi untuk aktualisasi dan pengembangan diri.
Banyak perempuan yang ingin ke luar rumah bukan untuk
kebebasan dan mencari uang saja, melainkan untuk
28 Fatima Umarnasit, Menggugat Sejarah Perempuan… hal, 102.
54
mengamalkan ilmu dan ikut serta dalam pengembangan
peradaban umat manusia.29
4. Hak untuk memilih suami
Islam telah memulihkan martabat kaum perempuan, dan
memberikan kebebasan pada mereka untuk menentukan
pilihan, menegakkan hak-hak mereka yang paling penting
memberikan hak mereka untuk memilih calon suami. Karena
itu, setiap perempuan diberi hak untuk menolak atau
menerima lamaran. Bahwa dahulu kala kaum perempuan
biasa diperjual-belikan kepada para suami mereka layaknya
sebuah barang dagangan adalah suatu kenyataan. Mereka
tidak pernah diajak berkonsultasi atau diberitahu bahwa
mereka telah dinikahkan.30
Nabi Muhammad saw bersabda: “seorang janda tidak
boleh dinikahkan tanpa diajak dulu musyawarah, dan seorang
gadis tidak boleh dinikahkan tanpa meminta persetujuannya
lebih dahulu.” Orang-orang lalu bertanya, “Ya Rasulullah,
29 Istiadah, Pembagian Kerja Rumah Tangga dalam Islam, (Jakarta:
Solidaritas Perempuan, 1999), hal. 11. 30 Fatima Umarnasit, Menggugat Sejarah Perempuan… hal, 109.
55
bagaimana kami mengetahui bahwa ia memberikan izin?”
Beliau menjawab: “sikap diamnya perempuan menunjukkan
persetujuan.”
5. Hak untuk mencari pekerjaan
Islam adalah agama yang menghargai pekerjaan,
ketekunan dan kerja keras. Islam adalah agama pengorbanan
dan penyerahan. Sebagai muslim kita dianjurkan untuk
bekerja dan melakukan pekerjaan yang halal.31
Semua umat Islam memiliki hak untuk bekerja dan
mendapatkan laba dari usahanya. Islam telah memberikan hak
untuk melakukan pekerjaan yang halal bagi setiap individu
asal memenuhi persyaratan. Dalam beberapa riwayat
diceritakan bahwa Nabi saw mendorong umatnya untuk
melakukan pekerjaan yang halal. Pekerjaan yang halal jauh
lebih baik daripada kemalasan yang membawa kita kepada
kehinaan dan keburukan. Al-Imam Ahmad bin Hambal
meriwayatkan dari Rafi bin Khudaij: “Rasulullah ditanya
mengenai sumber pencarian yang paling baik. Beliau
31 Fatima Umarnasit, Menggugat Sejarah Perempuan… hal, 119.
56
menjawab pekerjaan yang dikerjakan dengan tangan dan
perdagangan yang halal.”32
Islam memperbolehkan perempuan untuk mengerjakan
profesi dan keahliannya yang halal dan tidak bertentangan
dengan fitrah mereka sebagai perempuan, atau merusak
martabat. Islam juga memberikan hak kepada perempuan
untuk memiliki usaha sendiri, berdagang, beramal, dan
sebagainya. Seandainya perlu dan dapat bermanfaat bagi
semua orang seperti merawat dan mengobati pasien
perempuan, kebidanan, mendidik para pemudi juga segala
aktivitas dan layanan sosial lainnya yang melibatkan kaum
perempuan. Perempuan yang memiliki kemampuan
dianjurkan untuk keluar dan memenuhi kebutuhan
kaumnya.33
6. Hak keagamaan
Islam telah menetapkan kelayakan kaum perempuan
untuk beribadah dan menunaikan berbagai kewajiban agama
lainnya. Ini dinyatakan secara jelas di dalam Al-Quran dan
32 Fatima Umarnasit, Menggugat Sejarah Perempuan… hal, 121. 33 Fatima Umarnasit, Menggugat Sejarah Perempuan… hal, 123.
57
dipertegas oleh Sunnah. Berikut poin-poin yang membahas
hak keagamaan kaum perempuan:
a. Syarat-syarat untuk menunaikan kewajiban agama
dipenuhi oleh perempuan.
b. Ayat-ayat Al-Quran diturunkan kepada semua manusia
baik laki-laki maupun perempuan.
c. Laki-laki dan perempuan sama dalam hal kewajiban
agama.
d. Dakwah adalah kewajiban bagi muslim laki-laki maupun
perempuan.34
7. Hak politik
Disamping hak-hak sejajar yang berhubungan dengan
keluarga, sang istri juga pada dasarnya memiliki kesempatan
untuk terlibat dalam urusan publik, baik dalam pendidikan
maupun politik.35 Islam mengakui pentingnya peran seorang
perempuan dalam kehidupan masyarakat dan dampaknya
pada kehidupan politik kita. Oleh karena itu, kaum
34 Fatima Umarnasit, Menggugat Sejarah Perempuan… hal, 142. 35 Fuadudin, Pengasuhan Anak dalam Keluarga, (Jakarta: Lembaga
Kajian Agama & Gender, 1999), hal. 14.
58
perempuan telah diberikan hak politik yang mencerminkan
status mereka yang bermartabat, terhormat dan mulia dalam
Islam. Sebagian dari hak-hak tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kebebasan untuk menyampaikan pendapat
Memang, yang sebenarnya adalah bahwa
memerintahkan kebaikan dan menegakkan kebaikan
merupakan ciri utama umat Islam. Sebenarnya kebebasan
berpendapat dijamin dalam Islam selama pendapat
tersebut disampaikan untuk kesejahteraan umat secara
keseluruhan dan tidak menimbulkan kejahatan yang lebih
besar dan membahayakan umat muslim pada umumnya
dan tidak menimbulkan fitnah yang berkembang di
masyarakat sendiri. Atas dasar ini, Islam mendorong laki-
laki dan perempuan untuk menyampaikan pendapat dan
berbicara secara bebas tanpa rasa takut ataupun enggan.36
b. Hak untuk mendapatkan perlindungan dan perawatan
Allah telah memerintahkan kaum beriman untuk
menolong kaum perempuan yang meninggalkan kampung
36 Fatima Umarnasit, Menggugat Sejarah Perempuan… hal, 170.
59
halaman karena melepaskan diri dari penganiayaan di
negeri kaum kafir dan yang ingin menjadi anggota
masyarakat Islam juga ingin menjadikan Islam sebagai
agama mereka.37
c. Hak untuk ikut berjihad
Allah menciptakan laki-laki dengan
kecenderungan untuk berperang dan memanggul senjata,
dan Allah menciptakan perempuan dengan kecenderungan
yang memungkinkan mereka untuk melaksanakan tugas-
tugas yang berbeda namun sama pentingnya. Namun,
perempuan juga dapat ikut berperang bila jihad menjadi
kewajiban individu.
d. Perempuan dan jabatan penguasa
Perempuan dapat menduduki jabatan eksekutif
yang tidak begitu berat baginya yang tidak bertentangan
dengan peran alamiah utama mereka yang berperan
sebagai ibu dan istri. Dengan demikian Islam telah
mengangkat martabat dan kehormatan perempuan dengan
37 Fatima Umarnasit, Menggugat Sejarah Perempuan… hal, 172.
60
memberikan dan menetapkan hak-hak dan kewajiban-
kewajiban mereka dalam berbagai aspek dunia politik.38
8. Hak ekonomi
Perempuan layak untuk beribadah menurut Al-Quran dan
Sunnah, berarti perempuan harusnya layak atas hak-hak
ekonomi seperti laki-laki. Termasuk hak untuk memiliki harta
bergerak, real asset, lahan pertanian dan sebagainya.
Sumbangan atau zakat yang diberikan oleh perempuan
yang sudah menikah, perempuan lajang yang ayahnya masih
ada, gadis yatim, orang yang tertipu saat transaksi, orang
sakit, orang yang sedang diambang kematian, dan juga yang
diberikan seorang gadis lajang yatim, sama dengan yang
diberikan oleh laki-laki merdeka. Konsekuensinya perempuan
yang sudah ataupun belum menikah berhak atas kepemilikan
dan pengurusan harta kekayaannya. Harta kekayaan tidak
harus ditempatkan dibawah kekuasaan suaminya, karena
perempuan tidak memerlukan pembatasan seperti itu.
38 Fatima Umarnasit, Menggugat Sejarah Perempuan… hal, 188.
61
Oleh karena itu, perempuan dalam Islam sepenuhnya
layak atas kepemilikan dan dia juga memiliki hak untuk
mengatur uangnya tanpa seizin suaminya. Tentu saja hal ini
hanya berlaku bila perempuan sudah baligh, dan
kedewasaannya jelas terlihat. Namun dia dapat meminta izin
suaminya sebagai perbuatan yang baik dan terpuji.39
Islam bertujuan menciptakan kedamaian dan
keberhasilan dalam pernikahan berdasarkan prinsip saling
membantu di antara istri dan suami. Tidak diragukan lagi
semakin kuat keluarga maka akan semakin bersatu bangsa-
bangsa, karena keluarga merupakan inti dari masyarakat yang
sehat dan stabil.
Allah telah memberikan tugas yang berbeda kepada
suami dan istri, sementara mereka tetap harus saling
memenuhi hak masing-masing sesuai dengan prinsip hak dan
tanggung jawab, sehingga mereka dapat hidup bersama secara
harmonis. Di antara tugas kaum perempuan adalah sebagai
berikut:
39 Fatima Umarnasit, Menggugat Sejarah Perempuan… hal, 196.
62
1. Harus setia dan patuh kepada suami
Allah menggambarkan perempuan yang shalehah
adalah perempuan yang patuh kepada suami dan menjadi
wali bagi suaminya. Patuh dengan ketulusan hati artinya
bahwa si istri dengan ikhlas patuh, dia memilih untuk
menjadi orang patuh, dan berharap dapat melakukannya.
Kepatuhannya bukan karena ia dipaksa dan diharuskan
untuk patuh. Karena inilah maka Allah menggambarkan
patuh dengan ketulusan hati. Sikap ini sama dengan sikap
berkasih sayang, saling mencintai, saling melindungi dan
saling memperhatikan antar dua belahan jiwa. Oleh
karena itu, wajar jika seorang perempuan shalehah
menjaga kesucian pernikahan dan melindungi kesucian
dirinya pada saat ada ataupun tidak ada suami.40
2. Harus memuaskan hasrat suami
40 Fatima Umarnasit, Menggugat Sejarah Perempuan… hal, 228.
63
Dengan kata lain, istri wajib memenuhi tugas
seksualnya terhadap suaminya. Istri tidak boleh menolak
kecuali karena alasan yang dapat diterima dan atau
dilarang hukum.
3. Tidak boleh mengizinkan siapapun untuk memasuki
rumahnya tanpa seizin suami
Diriwayatkan bahwa Nabi bersabda, “engkau
mempunyai hak atas istrimu, demikian juga istrimu
mempunyai hak atas engkau. Hakmu adalah mereka tidak
boleh memperkenankan siapapun yang tidak engkau sukai
masuk rumahmu. Hak mereka adalah engkau harus
memperlakukan mereka dengan baik dalam hal sandang
dan pangan.”41
4. Harus selalu bersih, rapih, menarik dan tampak riang di
hadapan suami.
Ini adalah tugas yang harus dipenuhi oleh seorang
istri. Ketika menggambarkan istri yang ideal, Nabi saw
bersabda “sebaik-baik istri adalah yang menyenangkan
41 Fatima Umarnasit, Menggugat Sejarah Perempuan… hal, 234.
64
suaminya ketika dipandang, mematuhinya bila ia
menyuruh dan tidak membantah dalam segala hal yang
menyangkut pribadi dan hartanya.”42
5. Hendaklah menjalankan tugasnya mengatur rumah.
Hukum syariah yang bersifat toleran menetapkan
bahwa suami dan istri harus bekerjasama dalam
manajemen keluarga sehari-hari. Karena suami
bertanggung jawab atas keuangan keluarga dan juga
bertanggung jawab untuk menafkahi keluarga. Maka istri
diharapkan membantunya untuk terjun langsung
menyiapkan makanan, membersihkan rumah dan
mengurus hal-hal yang berhubungan dengan rumah
tangga, atau dengan mengawasi para pembantu rumah
tangga yang biasanya melaksanakan tugas ini, karena istri
adalah penjaga rumahnya dan bertanggung jawab atas
rumah tangganya.43
42 Fatima Umarnasit, Menggugat Sejarah Perempuan… hal, 235. 43 Fatima Umarnasit, Menggugat Sejarah Perempuan… hal, 236.
65
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Keadaan Pasar Kabupaten Lebak
Salah satu pusat perdagangan di Kabupaten Lebak adalah
Pasar Rangkasbitung yang terletak di Rangkasbitung, Ibukota
Kabupaten Lebak. Kegiatan jual beli berkembang ditunjang
dengan fasilitas pasar dan infrastruktur yang paling baik di antara
pasar yang ada di Kabupaten Lebak. Pasar Rangkasbitung
merupakan jenis pasar umum, yakni jenis pasar yang
menyediakan segala jenis keperluan seperti sandang, pangan dan
papan dalam skala eceran dan skala besar. Pasar Rangkasbitung
merupakan pasar yang tergolong lengkap dan luas, menyerap
banyak pedagang dan merupakan magnet perdagangan dari setiap
kecamatan lain di sekitar Rangkasbitung.
66
Tabel 3.1
Struktur dan Jumlah Tarif Retribusi Pasar Grosir dan
pertokoan
Kelas Jenis Penyediaan
Jasa
Luas
Bangunan
(m2)
Tarif
(Rp)/Hari
I Ruko
1 s.d 100
> 100 s.d 200
> 200
7.500,00,-
10.000,00,-
15.000,00,-
II Toko
1 s.d 5
> 5 s.d 10
> 10 s.d 15
> 15 s.d 20
> 20 s.d 25
> 25 s.d 30
> 30
2.000,00,-
2.500,00,-
3.000,00,-
4.000,00,-
5.000,00,-
6.000,00,-
7.000,00,-
Sumber: Perda Tentang Retribusi Pasar1
B. Pedagang di Pasar Kabupaten Lebak
Keberadaan pasar di Kabupaten Lebak menyerap banyak
tenaga kerja, dari banyaknya perempuan yang berdagang peneliti
mengelompokkan pedagang sesuai dengan jenis dagangannya.
Berikut tabel daftar pedagang perempuan di pasar Kabupaten
Lebak:
1 Peraturan Daerah Kabupaten Lebak, Nomor 8 Tahun 2010, Tentang
Retribusi Jasa Usaha.
67
Tabel 3.2
Jumlah Pedagang Perempuan di Pasar yang Melakukan
Penjualan Barang/Jasa yang Dijadikan Populasi
NO JENIS BARANG/JASA
DAGANGAN
JUMLAH
PEDAGANG
PEREMPUAN
1. Aksesoris 5
2. Alat-Alat Rumah Tangga 6
3. Alat Pertanian 7
4. Apotik 1
5. Ayam 11
6. Beras 24
7. Buah-Buahan 10
8. Bumbu Dapur 3
9. Bunga 2
10. Daging 2
11. Emas 11
12. Grabadan 121
13. Gula Merah 4
14. Hasil Bumi 3
15. Ikan 32
16. Jam 1
17. Service 1
18. Wartel 1
19. Karung 1
20. Kelontongan 19
21. Pakaian 103
22. Makanan & Minuman 19
68
23. Kitab 1
24. Pecah Belah 5
25. Rokok 1
26. Sabuk & Topi 2
27 Samara 4
28. Sandal & Sepatu 29
29. Sayuran 25
30. Sembako 2
31. Tahu & Tempe 14
Jumlah pedagang perempuan di
Pasar Kabupaten Lebak 470
Sumber: Bidang Pasar, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Lebak
69
BAB IV
ANALISIS PERAN ISTRI DALAM UPAYA
MENINGKATKAN PEREKONOMIAN RUMAH TANGGA
DITINJAU DARI EKONOMI SYARIAH
A. Peran Istri yang Bekerja Ditinjau di Pasar Kabupaten Lebak
Saling melengkapi berarti wanita tidak dipandang terhina
dan rendah hanya karena menjadi wanita. Wanita sama dengan
laki-laki, keduanya merupakan ciptaan Allah. Keduanya memiliki
tugas penting dan agung dalam hidup, tidak akan sempurna
kehidupan ini tanpa laki-laki dan perempuan. Wanita persis
seperti laki-laki, keduanya adalah manusia sempurna dengan
potensi maksimal, keduanya mempunyai peran dalam hidup dan
dalam agama.
1. Peran dan Tanggung Jawab Suami Istri
a. Peran dan Tanggung Jawab Suami Istri dalam Keluarga
Keberhasilan suami dalam kariernya (pangkat dan
jabatan) banyak sekali didukung oleh motivasi, cinta kasih
serta doa dari seorang istri. Sebaliknya, keberhasilan
70
karier istri juga didukung oleh pemberian akses, motivasi
dan keikhlasan suami.
Jika di dalam sebuah keluarga memungkinkan
untuk berbagi peran tradisional domestik secara fleksibel
sehingga dapat dikerjakan siapa saja yang memiliki
kesempatan dan kemampuan di antara anggota keluarga
tanpa memunculkan diskriminasi gender, maka berbagi
peran ini sangat baik untuk menghindari beban ganda bagi
salah satu suami atau istri, maupun anggota keluarga
lainnya. Jika suami atau istri sangat kecil intensitas
pertemuannya, maka peran-peran di antara suami atau istri
dapat diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
dominasi dan beban berlipat pada salah satu anggota
keluarga. Pengaturan peran atas dasar gender ini
dilakukan berlandaskan pada visi, adanya komitmen dan
saling mengikhlaskan, juga fleksibel sehingga dapat
beradaptasi dengan perubahan. Seperti yang diceritakan
Ibu Dewi kepada peneliti:
71
“…. Anak juga udah gede kecuali aku punya bayi
baru bawanya gak bisa. Kalo udah gede mah
kayak pulang sore kan kita gak fokus ke anak,
yang penting kita tau anak pulang jam sekian, kita
juga harus bisa bagi waktu buat jemput anak terus
pulang bareng. Kalo pekerjaan rumah dikerjain
seminggu sekali. Ya kalo nyuci mah dibantu
suami, aku nyuci dia yang ngejemur. Tapi kalo
setrika ada jatah yang setrika tetangga”.1 Peran sebagai seorang istri dan ibu tidak mereka
lepaskan, dasarnya bahwa mereka mampu melakukan dua
peran sekaligus sebagai tugas yang mau tidak mau harus
mereka jalankan. Tuntutan hidup bukan satu-satunya
alasan istri berprofesi sebagai pedagang, namun mereka
bekerja juga untuk menggunakan waktu luang dalam
keseharian mereka sebagai ibu rumah tangga. Keluarga
Ibu Dewi merupakan keluarga yang mampu membagi
peran domestik di dalam keluarga, karena sebagian
pekerjaan rumah tangganya dibantu bahkan dikerjakan
oleh suaminya.
b. Peran dan Tanggung Jawab Pencari Nafkah
Nafkah adalah pengeluaran atau sesuatu yang
dikeluarkan oleh seseorang untuk orang-orang yang
menjadi tanggung jawabnya. Berdasarkan Al-Quran dan
1 Dewi, Pedagang di pasar Kabupaten Lebak, wawancara dengan
penulis di pasar Kabupaten Lebak, tanggal 01 Maret 2019.
72
Hadis, nafkah meliputi makanan, lauk pauk, alat-alat
untuk membersihkan anggota tubuh, perabotan rumah
tangga, dan tempat tinggal. Para fuqoha’ kontemporer
menambahkan selain yang telah disebutkan, biaya
perawatan termasuk dalam ruang lingkup nafkah.
Masyakat dengan budaya patriarkhi menentukan
bahwa tanggung jawab mencari dan menyediakan nafkah
keluarga adalah ayah. Sedangkan ibu lebih fokus pada
peran reproduksi di dalam ranah domestik. Pembakuan
peran suami dan istri ini telah mengakar di masyarakat.
Pembakuan peran ini sesungguhnya tidak menjadi
masalah jika istri menghendaki, memutuskan untuk
memilih menjadi ibu rumah tangga tanpa tekanan
siapapun.
Peran pencari nafkah sesungguhnya bukan
berdasarkan pada kodrat terkait dengan tanggung jawab
sosial yang dapat dilakukan oleh siapa saja yang siap dan
mampu menjalankan peran tersebut. Dalam realitas
kehidupan masyarakat yang telah mengalami perubahan,
73
terutama fenomena pemenuhan kebutuhan keluarga dan
upaya-upaya untuk mempertahankan hidup keluarga,
meningkatkan kebutuhan terhadap pendidikan dan
kesehatan, maka pencari nafkah tunggal sesungguhnya
bukan masalah jika telah mencukupi kebutuhan keluarga
sehingga dapat menciptakan kehidupan sejahtera dan
sakinah. Namun jika pencari nafkah tunggal tidak mampu
mencukupi kebutuhan keluarga, maka dalam kenyataan
masyarakat telah terjadi pergeseran di mana siap atau
tidak siap, mampu atau tidak mampu, istri mengambil
peran produktif di luar tugas reproduksinya di wilayah
domestik.
Masyarakat berpandangan bahwa istri yang
bekerja di luar rumah adalah keluar dari habitatnya,
karena itu masyarakat memberikan label kepada istri
sebagai pencari nafkah tambahan. Kata tambahan pada
awalnya dimaksudkan untuk membedakan tingkat
kewajiban dan tanggung jawab nafkah utama dalam
keluarga adalah suami.
74
Perlu menjadi catatan penting dalam hal ini,
bahwa untuk memelihara agar relasi suami istri tetap
harmonis, maka diperlukan perubahan mindset tentang
nafkah dan juga pencitraan laki-laki dan perempuan.
Nafkah merupakan harta kekayaan anugerah dari Allah
yang dititipkan kepada sebuah keluarga dengan sarana
bekerja, namun Allah yang paling mengetahui siapa yang
paling pantas untuk dititipi amanah tersebut. Boleh jadi
suami, istri, anak, anak mantu atau anak angkat. Karena
itu bisa terjadi bahwa sumber penghasilan dari suami, bisa
juga melalu istri yang pada dasarnya untuk kesejahteraan
bersama bagi keluarga tersebut. Suami tidak perlu
khawatir dan cemburu bahkan merasa tertindas dalam
keadaan seperti ini, bersyukur atas karunia Allah jauh
lebih mulia. Demikian istri juga tidak perlu merubah
karakter sebagai penindas, sebaiknya tetap santun, dan
saling menghargai dalam kehidupan rumah tangga.
Sejarah hidup Rasulullah menunjukkan bahwa
Rasulullah tidak segan-segan mengerjakan pekerjaan
75
kerumahtanggan yang dipandang oleh sebagian orang
sebagai tugas perempuan. Demikian pula dalam hal
ekonomi, adakalanya istri Rasulullah bergantung
kepadanya, namun bukan tidak ada istri Nabi yang justru
menjadi pencari nafkah utama dalam keluarga, dia adalah
Khodijah.2
2. Wanita karier dalam pandangan Islam
Prof. Dr. Tapi Omas Ihromi, yang dimaksud dengan
wanita bekerja adalah mereka yang hasil karyanya akan dapat
menghasilkan imbalan keuangan. Wanita bekerja dapat dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu: Pertama mereka yang bekerja
untuk menyalurkan hobby, pengembangan bakat dan
meningkatkan karier. Kedua, mereka yang bekerja untuk
memenuhi kebutuhan hidup karena tekanan ekonomi dengan
kata lain untuk perbaikan sosial.
Wanita karier dan wanita bekerja memiliki perbedaan
yang sangat tipis. Keduanya memang berorientasi untuk
menghasilkan uang, namun dalam berkarier seseorang
2 Ratna Bantara Munti, Perempuan Sebagai Kepala Rumah Tangga,
(Jakarta: Solidaritas Perempuan, 1999), hal. 57.
76
cenderung sudah lebih mapan status ekonominya dan lebih
memprioritaskan status sosial atau jabatan. Sedangkan dalam
bekerja motivasi utamanya adalah untuk memenuhi
kebutuhan ekonomi keluarga.3 Seperti yang diceritakan oleh
ibu Suhenah kepada peneliti:
“Pendapatan bapak dari jualan kelontongan juga
kan gak seberapa neng, jadi ibu bantu jualan
pakaian anak. Soalnya di rumah juga kesel yah.
Udah biasa di pasar biarpun sepi tapi kita happy
gitu ketemu banyak orang. Dapet duit gak dapet
duit pokoknya happy”.4
Para ulama masih memperdebatkan bolehkah seorang
wanita (istri) bekerja di luar rumah. Untuk mengetahui
bagaimana hukum wanita yang bekerja atau berkarier dapat
dilihat dari fatwa-fatwa para ulama. Ada dua pendapat
tentang boleh tidaknya wanita bekerja di luar rumah.
Pendapat yang paling ketat menyatakan tidak boleh karena
3 Asriaty, “Wanita Karir dalam Pandangan Islam”, Jurnal Almaiyyah,
vol. 07, No. 2 (Juli-Desember, 2014). hal.169. 4 Suhenah, Pedagang di pasar Kabupaten Lebak, wawancara dengan
penulis di pasar Kabupaten Lebak, tanggal 01 Maret 2019.
77
bertentangan dengan kodrat wanita yang telah diberikan dan
ditentukan oleh Tuhan. Peran wanita secara alamiyah menurut
pandangan ini adalah menjadi istri yang dapat menenangkan
suami, melahirkan, mendidik anak, dan mengatur rumah.
Dengan kata lain, tugas wanita adalah dalam sektor domestik,
pendapat yang relatif lebih longgar menyatakan bahwa wanita
diperkenankan bekerja di luar rumah dalam bidang-bidang
tertentu yang sesuai dengan kewanitaan, keibuan, dan
keistrian, seperti pengajar, pengobatan, perawatan serta
perdagangan. Menurut Qaim Amin pendapat yang
mewajibkan wanita harus berada dalam rumahnya tidak lain
bersumber dari adat dan tradisi masyarakat Arab pada masa
itu. Dahulu pada kehidupan masyarakat jahiliyah merupakan
kehidupan keras yang penuh dengan peperangan dan
pembunuhan, karena mata pencaharian mereka adalah
berburu, dan kondisi tersebut tidak memungkinkan wanita
untuk turut serta melakuan apa yang dilakukan oleh kaum
pria. Oleh karena itu, derajat kaum wanita menjadi rendah
dalam anggapan mereka.
78
Adapun sekarang, kita sudah berada dalam keadaan
yang relatif aman, semuanya telah diatur di dalam Undang-
undang, perang sudah tidak lagi menjadi trend dan cara dalam
mencari penghidupan. Alasan mengapa para wanita harus ikut
bekerja, karena pada setiap negara banyak kaum wanita yang
dijumpai belum menikah atau wanita yang terpaksa bercerai
dengan suaminya, baik cerai hidup maupun cerai mati,
ataupun wanita yang telah bersuami namun dia terpaksa harus
bekerja mencari nafkah karena himpitan kemiskinan atau
karena suaminya tidak mampu, atau ada sebagian wanita yang
telah menikah tetapi tidak memiliki keturunan. Dalam kondisi
seperti inilah wanita tidak boleh dilarang bekerja atau bekerja
di luar rumah.5 Seperti yang dikatakan oleh Ibu Sarah kepada
peneliti:
“Apalagi sekarang gak punya suami, kalo gak bisa
nyari mah siapa yang nyari. Di rumah juga pegel gak
ngapa-ngapain. Lagian juga gak ada yang nafkahin,
gak punya anak juga neng”.6
5 Asriaty, “Wanita Karir dalam… hal. 175. 6 Sarah, Pedagang di pasar Kabupaten Lebak, wawancara dengan
penulis di pasar Kabupaten Lebak, tanggal 01 Maret 2019.
79
Dalam sejarah Islam awal, pekerjaan dan aktivitas
yang dilakukan oleh perempuan pada masa Nabi SAW cukup
beragam, ada yang bekerja sebagai perias pengantin, seperti
Ummu Salim binti Malham, yang menjadi perawat atau
bidan. Bidang perdagangan, Khadijah binti Khuwailid tercatat
sebagai seseorang yang sangat sukses. Zainab binti Jahsy
aktif bekerja sampai pada menyamak kulit binatang, dan hasil
usahanya beliau sedekahkan. Raithah istri Abdullah bin
Masud, sangat aktif bekerja karena suami dan anaknya tidak
dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Asyifa,
seorang perempuan yang pandai menulis, juga ditugaskan
Khalifah Umar untuk menangani pasar Kota Madinah.
Sebagian besar wanita yang bekerja pada saat itu tidak
semata-mata karena kondisi darurat meskipun ada yang
demikian namun pekerjaan yang mereka lakukan itu sebagai
upaya pengaktualisasian diri dari keahlian yang mereka
miliki.7
7 Asriaty, “Wanita Karir dalam… hal. 175.
80
Namun secara garis besar, para ulama sesungguhnya
sepakat untuk membolehkan seorang wanita untuk bekerja di
luar rumah, akan tetapi mereka memberikan batasan yang
jelas yang harus dipatuhi jika wanita ingin bekerja atau
berkarier terutama harus didasari dengan izin suami. Di mana
istri yang bekerja dengan izin suami dia tetap berhak
mendapatkan hak nafkahnya, sebaliknya istri yang tetap
bekerja namun suaminya tidak mengizinkannya, maka
dianggap istri telah durhaka terhadap suami, dan
mengakibatkan gugurnya hak nafkah istri.8 seperti yang
diutarakan Ibu Rasma kepada peneliti:
“Dapet izinlah neng. Te izin mah atuh kumaha ie geh
nu ngarebusna sareng suamina. Ie teteh ngen tinggal
mawana doang ka pasar”.9
Meskipun demikian, izin suami tidak bisa
diterjemahkan secara mutlak dan mengikat tanpa batasan.
Suami hanya boleh melarang istrinya bekerja jika pekerjaan
8 Asriaty, “Wanita Karir dalam… hal. 177. 9 Rasma, Pedagang di pasar Kabupaten Lebak, wawancara dengan
penulis di pasar Kabupaten Lebak, tanggal 01 Maret 2019.
81
yang akan dijalankan dapat membawa kemudharatan baginya
dan keluarganya. Dalam kondisi inilah suami berkewajiban
untuk mengingatkannya. Akan tetapi jika bekerjanya istri
untuk memenuhi kebutuhan hidup dirinya dan keluarga akibat
suami tidak mampu bekerja mencari nafkah baik karena sakit,
miskin atau karena yang lainnya, maka suami tidak berhak
melarangnya.10
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Peran Istri dalam
Meningkatkan Perekonomian Rumah Tangga
1. Manajemen Ekonomi Keluarga
Dalam kehidupan keluarga, tidak terlepas dari
bagaimana fungsi-fungsi keluarga yang dapat berjalan dengan
baik. Kelancaran dan kesejahteraan keluarga jika ditunjang
dengan pilar ekonomi yang kuat.
Ketahanan aspek kesehatan keluarga dan pemenuhan
fungsi produksi sehat bagi ibu dan anak memerlukan biaya
yang cukup besar. Empat sehat lima sempurna, pemberian
supplement untuk ketahanan fisik, dan perawatan ibu hamil
10 Asriaty, “Wanita Karir dalam… hal. 178.
82
juga melahirkan, perawatan bayi dan seterusnya, memerlukan
sederetan dana yang harus dipisahkan.
Untuk mengantarkan masa depan anak-anak,
diperlukan biaya pendidikan yang tidak kecil jumlahnya.
Peralatan sekolah dan sarana pendidikan perlu disiapkan agar
kualitas pendidikan yang diterima oleh anak menjadi baik.
Biaya rutin yang bersifat konsumtif merupakan kebutuhan
pokok yang mutlak harus tersedia, yang mencakup sandang,
pangan dan papan. Bagi keluarga yang menggunakan fasilitas
listrik, air bersih, telpon yang sekarang telah akrab dalam
keluarga di kalangan perkotaan maupun pedesaan, menambah
deretan kebutuhan yang tidak dapat dihindari.
Atas dasar fenomena di atas, maka setiap keluarga
perlu mempersiapkan manajemen pengelolaan ekonomi,
khususnya keuangan yang sangat vital dalam mewujudkan
kesejahteraan keluarga. Dalam konteks keluarga, perencanaan
anggaran perlu dipetakan sesuai dengan prioritas kebutuhan.
Untuk menentukan klasifikasi kebutuhan perlu diidentifikasi
seperti kebutuhan rutin keluarga, jumlah anak yang dibiayai,
83
jenjang pendidikan yang sedang dijalani, biaya kesehatan,
sebagian dikeluarkan sebagai zakat, infaq dan shadaqah, dan
kebutuhan tak terduga juga perlu untuk dianggarkan.
Tabel 4.1
Perekonomian Keluarga Pedagang di Pasar
Kabupaten Lebak
No Nama Pendapatan
/Hari
Pengeluaran
/Hari
1. Herlina 100.000,- 100.000,-
2. Entin 300.000,- 300.000,-
3. Dewi 500.000,- 150.000,-
4. Emur 200.000,- 50.000,-
5. Sarah 100.000,- 20.000,-
6. Rasmah 300.000,- 100.000,-
7. Suhenah 500.000,- 100.000,-
8. Wenti 50.000,- 30.000,-
9. Maris 200.000,- 200.000,-
10. Sakmah 200.000,- 200.000,-
11. Saadah 20.000,- 50.000,-
12. Ipah 200.000,- 150.000,-
13. Ani 400.000,- 150.000,-
14. Eni 200.000,- 150.000,-
15. Arya 50.000,- 100.000,-
16. Nuraeni 60.000,- 100.000,-
17. Maryani 1000.000,- 100.000,-
18. Iin 300.000,- 100.000,-
19. Elpah 400.000,- 150.000,-
20. Iim 200.000,- 100.000,-
21. Uun 300.000,- 80.000,-
22. Juer 100.000,- 75.000,-
23. Suanah 250.000,- 75.000,-
84
24. Uen 500.000,- 80.000,-
25. Makiah 300.000,- 40.000,-
26. Titi 200.000,- 110.000,-
27. Iis 200.000,- 100.000,-
28. Juhem 350.000,- 100.000,-
29. Darsah 100.000,- 55.000,-
30. Suarti 250.000,- 95.000,-
31. Siti Maemunah 200.000,- 150.000,-
32. Suherti 400.000,- 130.000,-
33. Juli 200.000,- 90.000,-
34. Dewi 500.000,- 150.000,-
35. Nuryati 200.000,- 75.000,-
36. Siti Umukulsum 300.000,- 150.000,-
37. Yani 350.000,- 150.000,-
38. Susi 500.000,- 170.000,-
39. Ike Hoeriah 500.000,- 130.000,-
40. Marsiti 200.000,- 150.000,-
41. Irma 100.000,- 80.000,-
42. Amsah 100.000,- 75.000,-
43. Eros 100.000,- 75.000,-
44. Arnah 150.000,- 150.000,-
45. Yati 200.000,- 100.000,-
46. Marwah 300.000,- 140.000,-
47 Sumyati 200.000,- 150.000,-
48. Sani 100.000,- 75.000,-
49. Anawiyah 500.000,- 100.000,-
50. Suryati 100.000,- 70.000,-
51. Ijah 400.000,- 100.000,-
52. Sai 150.000,- 70.000,-
53. Mae 500.000,- 120.000,-
54. Maemunah 170.000,- 130.000,-
55. Ikah 150.000,- 110.000,-
56. Ipah 300.000,- 100.000,-
57. Minah 200.000,- 75.000,-
58. Tati 200.000,- 110.000,-
59. Arsinah 170.000,- 60.000,-
60. Piah 160.000,- 80.000,-
85
Dari tabel hasil penelitian tingkat perekonomian
keluarga pedagang perempuan di Pasar Kabupaten Lebak
dapat disimpulkan bahwa pendapatan terbesar perhari
diperoleh Ibu Maryani, rata-rata pendapatan perhari sebesar
Rp. 1.000.000 dengan pengeluaran yang digunakan untuk
biaya pendidikan anak, uang saku atau uang jajan anak, biaya
makan dan biaya hidup lainnya perhari mencapai Rp.
100.000. Jadi, pendapatan bersih Ibu Maryani sebesar Rp.
900.000.
Sedangkan pendapatan terendah diperoleh oleh Ibu
Saadah sebesar Rp. 20.000 perhari dengan pengeluaran untuk
biaya pendidikan anak, uang saku atau uang jajan anak, biaya
makan dan biaya hidup lainnya mencapai Rp.50.000 perhari.
Ini artinya pendapatan Ibu Saadah tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidup sehari-harinya.
Tingginya kebutuhan rumah tangga sering kali
menjadi alasan bagi seorang istri untuk mencari penghasilan
tambahan. Disamping untuk membantu suami dalam
memenuhi kebutuhan rumah tangga di Kabupaten Lebak yang
86
menjadi salah satu alasan istri memilih untuk bekerja adalah
pendapatan suami yang dirasa kurang cukup memenuhi
kebutuhan keluarga, juga banyaknya waktu luang yang dirasa
terbuang sia-sia jika hanya dihabiskan di dalam rumah.
2. Tingkat Pendapatan Suami
Tabel 4.2
Daftar Pendapatan Suami Pedagang di Kabupaten Lebak
No Nama Pendapatan Suami
1. Herlina -
2. Entin -
3. Dewi 500.000,-
4. Emur -
5. Sarah -
6. Rasmah 300.000,-
7. Suhenah 300.000,-
8. Wenti -
9. Maris 1.500.000,-
10. Sakmah 300.000,-
11. Saadah 150.000,-
12. Ipah -
13. Ani 500.000,-
14. Eni 400.000,-
15. Arya 30.000,-
16. Nuraeni 150.000,-
17. Maryani -
18. Iin 150.000,-
19. Elpah 500.000,-
20. Iim 300.000,-
21. Uun 1000.000,-
22. Juer 2500.000,-
23. Suanah 2500.000,-
87
24. Uen -
25. Makiah 2000.000,-
26. Titi 2500.000,-
27. Iis 2000.000,-
28. Juhem 500.000,-
29. Darsah 50.000,-
30. Suarti 400.000,-
31. Siti Maemunah 100.000,-
32. Suherti 2500.000,-
33. Juli 150.000,-
34. Dewi 3000.000,-
35. Nuryati 2500.000,-
36. Siti Umukulsum 2300.000,-
37. Yani 2700.000,-
38. Susi 1000.000,-
39. Ike Hoeriah 100.000,-
40. Marsiti 600.000,-
41. Irma 100.000,-
42. Amsah 2000.000,-
43. Eros 150.000,-
44. Arnah 2000.000,-
45. Yati 300.000,-
46. Marwah 2000.000,-
47. Sumyati 400.000,-
48. Sani 50.000,-
49. Anawiyah -
50. Suryati 300.000,-
51. Ijah 2700.000,-
52. Sai 2000.000,-
53. Mae 700.000,-
54. Maemunah 3000.000,-
55. Ikah 100.000,-
56. Ipah 2000.000,-
57. Minah 2700.000,-
58. Tati 400.000,-
59. Arsinah 80.000,-
60. Piah 100.000,-
88
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, pendapatan
suami terbesar mencapai angka Rp. 3000.000, sedangkan
pendapatan suami ibu-ibu yang lain tidak lebih dari Rp.
2500.000. bahkan ada ibu yang harus menjadi tulang
punggung keluarga karena telah ditinggal suaminya. Bukan
hanya pendapatan suami yang dapat mempengaruhi istri ikut
terjun langsung mencari nafkah tambahan, tidak adanya
pencari nafkah utama juga sangat mempengaruhi istri untuk
ikut berperan mencari nafkah demi keberlangsungan
hidupnya juga anak-anaknya.
Pajman Simanjuntak menyatakan bahwa bagaimana suatu
keluarga mengatur siapa yang bekerja, bersekolah atau tetap
mengurus rumah tangga berdasarkan pada tingkat penghasilan
keluarga yang bersangkutan. Artinya, ketika tingkat
penghasilan keluarga yang bersangkutan belum mampu
mencukupi kebutuhan keluarga, maka akan semakin banyak
anggota keluarga yang akan dimasukan ke dalam pasar tenaga
kerja.
89
Pendapatan keluarga, khususnya tingkat pendapatan
suami sangat memegang peranan penting dalam keputusan
perempuan untuk masuk ke dalam pasar tenaga kerja. Hal ini
juga menjelaskan bahwa ibu rumah tangga di Kabupaten
Lebak yang memutuskan bekerja disebabkan oleh pendapatan
suami yang dirasa belum cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Partisipasi perempuan bekerja tergantung pada
kemampuan suami untuk menghasilkan pendapatan, jika
pendapatan suami masih belum mampu memenuhi
kebutuhan, maka istri akan bekerja lebih banyak untuk
membantu kebutuhan rumah tangga.
3. Jumlah Tanggungan Keluarga
Tabel 4.3
Jumlah Tanggungan Keluarga Pedagang di Pasar
Kabupaten Lebak
No Nama Jumlah Anak
1. Herlina 2
2. Entin 2
3. Dewi 2
4. Emur 2
5. Sarah -
6. Rasmah 3
7. Suhenah 6
90
8. Wenti -
9. Maris 3
10. Sakmah 4
11. Saadah 5
12. Ipah 3
13. Ani 3
14. Eni 3
15. Arya 3
16. Nuraeni 5
17. Maryani 2
18. Iin 3
19. Elpah -
20. Iim 2
21. Uun 1
22. Juer 2
23. Suanah 2
24. Uen 2
25. Makiah 4
26. Titi 2
27. Iis 3
28. Juhem 2
29. Darsah 2
30. Suarti 3
31. Siti Maemunah 2
32. Suherti 2
33. Juli 1
34. Dewi 4
35. Nuryati 2
36. Siti Umukulsum 3
37. Yani 3
38. Susi 3
39. Ike Hoeriah 4
40. Marsiti 3
41. Irma 3
42. Amsah 2
43. Eros 1
44. Arnah 2
91
45. Yati 2
46. Marwah 3
47 Sumyati 3
48. Sani 1
49. Anawiyah 4
50. Suryati 4
51. Ijah 3
52. Sai 3
53. Mae 2
54. Maemunah 2
55. Ikah 3
56. Ipah 2
57. Minah -
58. Tati 2
59. Arsinah 3
60. Piah 4 Berdasarkan hasil penelitian Ibu Suhenah memiliki
tanggungan yang paling banyak yaitu 6 orang anak sedangkan
ibu yang lain memiliki tanggungan kurang lebih sama yaitu di
antara 2 sampai 5 orang anak. Semakin banyak tanggungan
keluarga, maka semakin tinggi pula curahan waktu
perempuan untuk bekerja. Dapat dikatakan bahwa jumlah
tanggungan keluarga berpengaruh terhadap keputusan
perempuan untuk bekerja juga akan semakin besar.
Pajman Simanjuntak menjelaskan bahwa bagaimana
suatu rumah tangga mengatur siapa yang bersekolah, bekerja,
92
dan mengurus rumah tangga bergantung pada jumlah
tanggungan keluarga yang bersangkutan. Semakin banyak
jumlah tanggungan keluarga, maka semakin tinggi pula
probabilitas perempuan yang telah menikah untuk bekerja.
Hal ini didukung oleh Novita Eliana dan Rita Ratina yang
menyatakan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan
keluarga, maka semakin tinggi curahan waktu tenaga kerja
perempuan untuk bekerja. Sa’ir Tumanggor dan Sulaiman
Efendi juga menyatakan bahwa variabel jumlah tanggungan
memiliki pengaruh bahwa semakin banyak jumlah
tanggungan, semakin besar partisipasi perempuan untuk
bekerja.
4. Jam Kerja
Lamanya waktu bekerja akan mempengaruhi besarnya
minat untuk bekerja. Jumlah jam kerja yang dicurahkan oleh
masing-masing angkatan kerja berbeda-beda, ada yang
bekerja penuh ada pula yang bekerja paruh waktu. Jam kerja
memiliki peran peting bagi perempuan yang telah menikah
dalam mengambil keputusan untuk masuk dalam pasar tenaga
93
kerja. Di mana peran ganda sebagai seorang istri juga ibu
menjadi pertimbangan bagi perempuan. Ketika perempuan
yang sudah menikah memiliki banyak tanggungan di dalam
keluarga sedangkan tingkat pendapatan suami masih rendah
dan belum bisa mencukupi kebutuhan keluarga, maka
perempuan menikah bersedia bekerja walaupun dengan jam
kerja yang tinggi. Ini dilakukan untuk membantu
perekonomian dan kebutuhan keluarga.
Tabel 4.4
Jumlah Jam Kerja Pedagang di Pasar Kabupaten Lebak
No Nama Jam Kerja
1. Herlina 8 Jam
2. Entin 8 jam
3. Dewi 7 Jam
4. Emur 9 Jam
5. Sarah 11 Jam
6. Rasmah 5 Jam
7. Suhenah 8 Jam
8. Wenti 12 Jam
9. Maris 8 Jam
10. Sakmah 8 Jam
11. Saadah 9 Jam
12. Ipah 7 Jam
13. Ani 7 Jam
14. Eni 7 Jam
15. Arya 9 Jam
16. Nuraeni 8 Jam
94
17. Maryani 8 Jam
18. Iin 8 Jam
19. Elpah 8 Jam
20. Iim 7 Jam
21. Uun 7 Jam
22. Juer 7 Jam
23. Suanah 6 Jam
24. Uen 8 Jam
25. Makiah 8 Jam
26. Titi 7 Jam
27. Iis 7 Jam
28. Juhem 7 Jam
29. Darsah 8 Jam
30. Suarti 7 jam
31. Siti Maemunah 8 Jam
32. Suherti 8 Jam
33. Juli 8 Jam
34. Dewi 8 Jam
35. Nuryati 7 Jam
36. Siti Umukulsum 7 Jam
37. Yani 8 Jam
38. Susi 8 Jam
39. Ike Hoeriah 8 Jam
40. Marsiti 8 Jam
41. Irma 8 Jam
42. Amsah 8 Jam
43. Eros 8 Jam
44. Arnah 7 Jam
45. Yati 8 Jam
46. Marwah 8 Jam
47 Sumyati 8 Jam
48. Sani 8 Jam
49. Anawiyah 8 Jam
50. Suryati 7 Jam
51. Ijah 8 Jam
52. Sai 7 Jam
53. Mae 6 Jam
95
54. Maemunah 8 jam
55. Ikah 8 jam
56. Ipah 8 Jam
57. Minah 8 Jam
58. Tati 7 Jam
59. Arsinah 8 Jam
60. Piah 8 Jam
5. Tingkat Usia
Pajman Simanjuntak menyatakan bahwa umur akan
mempengaruhi penyediaan tenaga kerja. Penambahan
penyediaan tenaga kerja akan mengalami peningkatan sesuai
dengan pertambahan umur, kemudian menurun kembali
menjelang usia pensiun atau umur tua. Hal ini dikarenakan
semakin tinggi tingkat umur maka akan semakin kecil
proporsi penduduk yang bersekolah, sehingga penyediaan
tenaga kerja mengalami peningkatan. Ketika semakin tua
umur seseorang, tanggung jawab pada keluarga akan semakin
besar, terutama pada penduduk usia muda yang sudah
menikah. Bagi seorang yang sudah menikah adanya tanggung
jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selanjutnya,
ketika tingkat umur semakin tua maka akan termasuk pada
96
masa pensiun atau yang secara fisik sudah tidak mampu untuk
bekerja.
Tabel 4.5
Tingkatan Usia Pedagang di Pasar Kabupaten Lebak
No Nama Usia (Tahun)
1. Herlina 41
2. Entin 52
3. Dewi 33
4. Emur 50
5. Sarah 50
6. Rasmah 42
7. Suhenah 52
8. Wenti 32
9. Maris 48
10. Sakmah 51
11. Saadah 42
12. Ipah 50
13. Ani 40
14. Eni 41
15. Arya 45
16. Nuraeni 36
17. Maryani 51
18. Iin 42
19. Elpah 41
20. Iim 35
21. Uun 47
22. Juer 45
23. Suanah 35
24. Uen 60
25. Makiah 58
26. Titi 30
27. Iis 40
28. Juhem 40
97
29. Darsah 50
30. Suarti 54
31. Siti Maemunah 41
32. Suherti 45
33. Juli 26
34. Dewi 34
35. Nuryati 40
36. Siti Umukulsum 49
37. Yani 47
38. Susi 41
39. Ike Hoeriah 52
40. Marsiti 48
41. Irma 42
42. Amsah 47
43. Eros 37
44. Arnah 30
45. Yati 45
46. Marwah 43
47 Sumyati 50
48. Sani 38
49. Anawiyah 52
50. Suryati 47
51. Ijah 45
52. Sai 50
53. Mae 35
54. Maemunah 46
55. Ikah 46
56. Ipah 33
57. Minah 26
58. Tati 42
59. Arsinah 58
60. Piah 59
98
C. Partisipasi Perempuan dalam Meningkatkan Perekonomian
Rumah Tangga Menurut Tinjauan Ekonomi Syariah
Secara kodrati, manusia diberikan hak otonomi untuk
bertindak dan menuai hasilnya, tetapi dalam bertindak harus
senantiasa menghindari ke arah yang batil, artinya yang
bertentangan dengan syariah Islam. Jika sebuah tindakan dalam
kualifikasi batil, kemudian dilanjutkan dengan mengonsumsi
hasilnya, hal tersebut merupakan tindakan batil yang berantai dan
bertentangan dengan nilai-nilai ajaran Islam di bidang ekonomi.
11
Keikutsertaan kaum perempuan dalam bidang pekerjaan
dalam Islam diwajibkan jika berada dalam kondisi seorang
perempuan harus menanggung biaya hidup dirinya beserta
keluarga pada saat orang yang menanggungnya tidak ada atau
sudah tidak berdaya atau apabila pendapatan suami tidak dapat
mencukupi kebutuhan yang dibutuhkan.
11 Arfin Hamdih, Hukum Ekonomi Islam Ekonomi Syariah di
Indonesia Ap
likasi dan Prospektifnya, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2007), hal. 44.
99
Kesesuaian peran istri dalam meningkatkan perekonomian
rumah tangga ditinjau dari ekonomi syariah dapat dilihat dari
tanggapan responden terhadap beberapa pertanyaan, berikut dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.6
Tanggapan Responden Terhadap Pertanyaan Peran Istri
dalam Upaya Meningkatkan Perekonomian Rumah Tangga
Ditinjau dari Ekonomi Syariah
No Indikator Pertanyaan
Jawaban
Perorangan
Iya Tidak
1. Izin suami 52 8
2. Pemenuhan kebutuhan keluarga 60 -
3. Tanggung jawab terhadap suami
dan anak
55 5
4. Jam kerja malam - 60
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jawaban responden
terhadap pertanyaan peran istri dalam upaya meningkatkan
perekonomian rumah tangga ditinjau dari ekonomi syariah. hasil
penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu
100
pedagang perempuan di Kabupaten Lebak mendapatkan izin dari
suami untuk berdagang, adapun beberapa responden yang
menjawab tidak mendapatkan izin suami dikarenakan mereka
sudah tidak memiliki suami, dengan artian beberapa responden
berstatus janda.
Kepemilikan pribadi menunjukkan bahwa manusia
memiliki kebebasan untuk mendapatkan yang diinginkan tetapi
batasan yang minimal dan maksimal yang bisa didapatkan adalah
batasan boleh dan tidaknya sesuatu yang diinginkan.12 Telah
dijelaskan pada poin sebelumnya, bahwa istri yang bekerja
dengan izin suami dia tetap berhak mendapatkan hak nafkahnya,
sebaliknya istri yang tetap bekerja namun suaminya tidak
mengizinkannya, maka dianggap istri telah durhaka terhadap
suami, dan mengakibatkan gugurnya hak nafkah istri. Fatna
Subbah menjelaskan bahwa kepatuhan seorang istri kepada
suaminya bukan hanya sarana marginal dalam Islam, dia
12 Veithzal Rivai, dkk, Ekonomi Syariah Konsep, Praktek &
Penguatan Kelembagaannya, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009), hal. 61.
101
membuktikan bahwa itu merupakan unsur pokok dan aturan
utama bagi kehidupan sistem tersebut.13
Adapun hasil penelitian terhadap pemenuhan kebutuhan
hidup keluarga, dari ke 60 responden semuanya menjawab bahwa
hasil dari perdagangannya digunakan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Di antara motivasi keikutsertaan wanita dalam
kehidupan sosial adalah untuk menjalankan profesi dan
membantu suaminya, untuk mendapatkan biaya yang akan
digunakan dalam rangka mewujudkan tujuan yang baik.14
Abu Sa’id al-Khuduri berkata bahwa Nabi SAW bersabda
kepada Zainab, istri Abdullah bin Mas’ud: “Suamimu dan
anakmu adalah lebih berhak untuk kamu berikan sedekahmu
kepada mereka.” (HR. Bukhori)15
Selain itu, responden yang sudah menikah juga
menyatakan bahwa mereka telah memenuhi tanggung jawab
mereka terhadap suami dan kebutuhan anak. Artinya, meskipun
13 Fatima Merinisi, Pemberontakan Wanita Peran Intelektual Kaum
Wanita dalam Sejarah Islam, (Bandung: Mizan, 1999), hal. 189. 14 Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita Jilid II, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1990), hal. 62. 15 Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita Jilid III, (Jakarta:
Gema Insani Press, 1990), hal. 118.
102
mereka memutuskan untuk ikut bekerja di luar rumah, namun
tanggung jawab mereka sebagai seorang istri dan ibu
terselesaikan dan tidak diabaikan begitu saja.
Para responden pedagang perempuan tersebut juga tidak
menggunakan jam malam untuk bekerja, karena mereka hanya
bekerja sampai sore. menurut mereka malam adalah waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan rumah lainnya. Mengingat mereka telah
bayak menggunakan waktu di pagi hari sampai sore hari untuk
bekerja di luar rumah.
Kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian dan tempat
tinggal merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi
manusia.16 Dengan bekerjanya seorang istri, berarti sumber
pemasukan keluarga tidak hanya satu, melainkan dua. Dengan
demikian pasangan tersebut dapat mengupayakan kualitas hidup
yang lebih baik untuk keluarga, seperti dalam hal fasilitas
kesehatan, pendidikan, sandang, pangan dan papan.17 Berikut
16 Afzarul Rahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: PT Dana
Bhakti Wakaf, 1995), hal. 41. 17 Irman Noorhafitudin Dimyati, Membangun Ketahanan Keluarga,
(Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), hal. 161.
103
tabel peningkatan perekonoomian keluarga pedagang di Pasar
Kabupaten Lebak:
Tabel 4.7
Peningkatan Perekomian Keluarga Pedagang Perempuan di
Pasar Kabupaten Lebak
No Nama
Pendapatan
Sebelum Istri
Bekerja
Pendapatan
Setelah Istri
Bekerja
1. Herlina - 100.000,-
2. Entin - 300.000,-
3. Dewi 500.000,- 1.000.000,-
4. Emur - 200.000,-
5. Sarah - 100.000,-
6. Rasmah 300.000,- 600.000,-
7. Suhenah 300.000,- 800.000,-
8. Wenti - 50.000,-
9. Maris 1.500.000,- 1.700.000,-
10. Sakmah 300.000,- 500.000,-
11. Saadah 150.000,- 170.000,-
12. Ipah - 200.000,-
13. Ani 500.000,- 900.000,-
14. Eni 400.000,- 600.000,-
15. Arya 30.000,- 80.000,-
16. Nuraeni 150.000,- 150.000,-
17. Maryani - 1.000.000,-
18. Iin 150.000,- 450.000,-
19. Elpah 500.000,- 900.000,-
20. Iim 300.000,- 500.000,-
21. Uun 1.000.000,- 1.300.000,-
22. Juer 2.500.000,- 2.600.000,-
23. Suanah 2500.000,- 2.750.000,-
24. Uen - 500.000,-
104
25. Makiah 2000.000,- 2.300.000,-
26. Titi 2500.000,- 2.700.000,-
27. Iis 2.000.000,- 2.200.000,-
28. Juhem 500.000,- 850.000,-
29. Darsah 50.000,- 150.000,-
30. Suarti 400.000,- 650.000,-
31. Siti Maemunah 100.000,- 300.000,-
32. Suherti 2.500.000,- 2.900.000,-
33. Juli 150.000,- 350.000,-
34. Dewi 3000.000,- 3.500.000,-
35. Nuryati 2500.000,- 2.700.000,-
36. Siti
Umukulsum 2300.000,- 2.600.000,-
37. Yani 2.700.000,- 3.050.000,-
38. Susi 1.000.000,- 1.500.000,-
39. Ike Hoeriah 100.000,- 600.000,-
40. Marsiti 600.000,- 800.000,-
41. Irma 100.000,- 200.000,-
42. Amsah 2.000.000,- 2.100.000,-
43. Eros 150.000,- 250.000,-
44. Arnah 2.000.000,- 2.150.000,-
45. Yati 300.000,- 500.000,-
46. Marwah 2.000.000,- 2.300.000,-
47. Sumyati 400.000,- 600.000,-
48. Sani 50.000,- 150.000,-
49. Anawiyah - 500.000,-
50. Suryati 300.000,- 400.000,-
51. Ijah 2.700.000,- 3.100.000,-
52. Sai 2.000.000,- 2.150.000,-
53. Mae 700.000,- 1.700.000,-
54. Maemunah 3.000.000,- 3.170.000,-
55. Ikah 100.000,- 250.000,-
56. Ipah 2.000.000,- 2.300.000,-
57. Minah 2.700.000,- 2.900.000,-
58. Tati 400.000,- 600.000,-
59. Arsinah 80.000,- 250.000,-
60. Piah 100.000,- 260.000,-
105
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi
dalam mencari hasil yang dibutuhkan peneliti sebagaimana yang
telah terurai pada bab-bab sebelumnya yaitu tentang “Peran istri
dalam upaya meningkatkan perekonomian rumah tangga ditinjau
dari ekonomi syariah (studi pada pedagang di pasar tradisional
Kabupaten Lebak)” dapat peneliti simpulkan sebagai berikut:
1. Perempuan bekerja bukanlah hanya mementingkan diri sendiri,
mereka bekerja karena tuntutan ekonomi dan tekanan kebutuhan
hidup yang terus menerus semakin tinggi. Peran istri dalam
meningkatkan perekonomian keluarga sudah dapat terlihat dari
peran seorang perempuan yang berdagang di pasar Kabupaten
Lebak, yang dirasa sudah membantu perekonomian keluarga.
Perempuan bekerja mencari nafkah, diperbolehkan dalam ajaran
Islam. Istri yang bekerja dianggap membantu suami dalam
menghidupi anak-anak mereka, akan tetapi dengan catatan sang
106
istri harus mendapat izin dan restu suami sebelum melakukan
kegiatan perdagangan.
2. Alasan-alasan yang menjadi faktor motivasi istri bekerja lebih
mengarah kepada kebutuhan ekonomi yang tidak mampu
dipenuhi sepenuhnya. Selain itu, terdapat faktor lain seperti
ekonomi keluarga, tingkat pendapatan suami, jumlah
tanggungan keluarga, jam kerja, dan tingkat usia.
B. Saran
Dari berbagai informasi yang peneliti dapatkan melalui
bertanya langsung maupun pengambilan gambar yang peneliti
lakukan, terdapat permasalahan yang menjadi catatan oleh
peneliti di mana hal tersebut menjadi dasar untuk memberikan
saran, yaitu:
1. Untuk para pedagang perempuan di pasar Kabupaten Lebak
agar lebih mengutamakan keluarga yang ia miliki. karena
keluarga adalah segalanya dibandingkan dengan apapun, selain
itu persiapkan tabungan untuk pendidikan anak walau
berapapun penghasilannya.
107
2. Begitu juga dengan suami, berikanlah ridhamu kepada istrimu
untuk mencari nafkah tambahan di luar. Karena biar
bagaimanapun keluarnya istrimu dari rumah mencari nafkah
adalah untuk keberlangsungan hidup keluarga dan anak-anak.
108
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Abu Syuqqah, Abdul Halim, 1990, Kebebasan Wanita Jilid II,
Jakarta: Gema Insani Press.
________, Abdul Halim, 1990, Kebebasan Wanita Jilid III,
Jakarta: Gema Insani Press
Al Arif, M. Nur Rianto, 2015, Pengantar Ekonomi Syariah Teori
dan Praktik, Bandung: Pustaka Setia.
Al-Quran dan Terjemahannya, 2005, Jakarta: Departemen
Agama RI.
Dimyati, Irman Noorhafitudin, 2007, Membangun Ketahanan
Keluarga, Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Faisol, M, 2011, Hermeneutiks Gender Perempuan dalam Tafsir Bahr
al-Muhith, Malang: UIN Maliki Press.
Fuadudin, 1999, Pengasuhan Anak dalam Keluarga, Jakarta: Lembaga
Kajian Agama & Gender.
Hamdih, Arfin, 2007, Hukum Ekonomi Islam Ekonomi Syariah di
Indonesia Aplikasi dan Prospektifnya, Bogor: Ghalia
Indonesia.
Hasanah, Umdatul, Eva Syarifah Wardah, dkk, 2015, Perempuan
dalam Sorotan Agama, Banten: LP2M IAIN SMH
Banten.
109
Istiadah, 1999, Pembagian Kerja Rumah Tangga dalam Islam,
Jakarta: Solidaritas Perempuan.
Muhadjir, Noeng, 2000, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Yogyakarta: Rake Saran.
Mulyana, Deddy, 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif,
Bandung: Remaja Posdakarya. Munir, Misbahul, 2010, Produktivitas Perempuan Studi Analisis
Produktivitas Perempuan dalam Konsep Ekonomi Islam,
Malang: UIN-Maliki Press.
Munti, Ratna Bantara, 1999, Perempuan Sebagai Kepala Rumah
Tangga, Jakarta: Solidaritas Perempuan.
Prastowo, Andi, 2012, Metode Penelitian Kualitatif dalam
Perspektif Rancangan Penelitian, Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Rahman, Afzarul, 1995, Doktrin Ekonomi Islam, Yogyakarta: PT
Dana Bhakti Wakaf.
Rivai, Veithzal, Komala Ardiyani, dkk, 2009, Ekonomi Syariah
Konsep, Praktek & Penguatan Kelembagaannya,
Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif Kuantitatiff dan
R&D, Bandung: Alfabeta.
Umarnasit, Fatima, 1999, Menggugat Sejarah Perempuan
Mewujudkan Idealisme Gender Sesuai Tuntutan Islam,
Jakarta: Cendikia.
110
Wahyidin, Muhammad, 2007, Bangga Menjadi Muslimah,
Bandung: PT Remaja Rosdakary.
Zaini, Wahid, Abddurrahman Wahid, dkk, 1999, Memposisikan
Kodrat Perempuan dan Perubahan dalam Persepsi
Islam, Bandung: Mizan.
JURNAL DAN SKRIPSI
Ansori, Aan, Digitalisasi Ekonomi Syariah, Jurnal Ekonomi
Keuangan dan Bisnis Islam, IAIN Sultan Maulana
Hasanuddin Banten, 2016.
Aqbar, Vikih, Peran Perempuan Terhadap Perekonomian
Keluarga (Studi Kasus: Pekerja Perempuan di Industri
Plastik Rumahan Primajaya Kelurahan Kerukut
Kecamatan Limo Kota Depok), Skripsi Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah 2017.
Aryani, Beti, Peran Perempuan dalam Membantu Ekonomi
Keluarga di Desa Tanjung Kecamatan Pesisir Selatan
Barat, Skripsi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017.
Asriaty, Wanita Karir dalam Pandangan Islam, Jurnal Almaiyyah, vol.
07, No. 2 Juli-Desember, 2014.
Catur Rohman Kusmayadi, Rudy, Kontribusi Pekerja Perempuan
dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga dan Proses
Pengambilan Keputusan dalam Keluarga (Studi
Mengenai Pekerja Wanita dalam Industri Pengolahan
Tembakau PR. Tali Jagad di Desa Gondowangi
Kecamatan Wagir Kabupaten Malang), Jurnal Ekonomi
Syariah Institut Agama Islam (IAI) Al-Qolam Malang,
2017.
111
Darmawani, Peran Perempuan dalam Meningkatkan
Perekonomian Keluarga (Studi Kasus di Gamong
Peunaga Pasie Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh
barat), Skripsi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Teuku Umar, 2013.
Sujarwati, Anisa, Peran Perempuan dalam Perekonomian Rumah
Tangga di Dusun Pantog, Banjaroya, Kalibawang, Kulon
Progo, Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora
Universitas Islam Negeri Yogyakarta, 2013.
Supriadi, Agus, Peran Istri yang Bekerja Sebagai Mencari Nafkah
Utama di Dalam Keluarga (Studi di Desa Jabung
Lampung Timur), Skripsi Fakultas Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Lampung 2016.
112
PEDOMAN WAWANCARA
A. Identitas Responden:
1. Siapa nama ibu?
2. Berapa usia ibu?
B. Pertanyaan Mengenai Peran Istri dalam rumah tangga:
1. Sebagai seorang istri, apa saja yang anda lakukan sehari-
hari untuk keluarga?
2. Sebagai ibu rumah tangga, apa saja kegiatan anda di
rumah?
3. Sebagai ibu rumah tangga, apakah peran anda di dalam
keluarga seperti pekerjaan rumah tangga dibantu oleh
suami atau bahkan digantikan?
4. Berapa jumlah anak anda? Berapa usianya?
5. Sebagai ibu apa yang sehari-hari anda lakukan untuk anak
anda?
6. Menurut anda, seberapa penting peran orang tua untuk
pendidikan anak?
7. Apakah anak anda bersekolah? Jika iya, berapa jumlah
anak anda yang bersekolah dan kelas berapa?
8. Selama anda bekerja, siapa yang menjaga anak-anak anda
di rumah?
9. Apakah anda mendapatkan izin dari suami ibu untuk
bekerja?
10. Berapa jam dalam sehari anda bekerja?
113
11. Apakah anda tidak merasa berat dengan peran ganda yang
ibu jalani? Apa alasannya?
C. Peningkatan Perekonomian Keluarga:
1. Apa pekerjaan suami anda?
2. Berapa pendapatan suami anda perhari atau perbulan?
3. Sebagai pedagang, berapakah penghasilan anda perhari?
4. Apakah keuntungan dari berdagang meningkatkan
penghasilan keluarga? Jika iya, berapa besar
peningkatannya?
5. Berapakah pengeluaran anda dalam sehari-hari? Apakah
seimbang dengan pendapatan anda?
6. Berapa pengeluaran untuk makan keluarga dalam sehari?
7. Berapa pengeluaran uang untuk kebutuhan pakaian dalam
setahun?
8. Apakah pendapatan anda peroleh disisihkan untuk
menabung? Jika iya, berapa yang anda tabungkan?
9. Bagaimana status tempat tinggal anda? warisan dari orang
tua, milik sendiri, atau rumah kontrakan?
10. Apakah anda memiliki sarana transportasi pribadi? Jika
iya, apa bentuknya?
11. berapa kali dalam setahun anda melakukan rekreasi
bersama keluarga?
Top Related