BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Penyalahgunaan narkoba merupakan sebuah permasalahan yang dihadapi
oleh pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA
sesuai dengan Surat Edaran Badan Narkotika Nasional (BNN) No. SE/ 03/ IV/
2002, merupakan akronim dari NARkotika, psiKOtropika, dan Bahan Adiktif
lainnya. Narkoba merupakan zat zat alami maupun kimiawi yang jika
dimasukkan ke dalam tubuh dapat mengubah pikiran, suasana hati, perasaan
dan perilaku seseorang. Istilah narkoba sebenarnya muncul sekitar tahun 1998
karena banyaknya penggunaan maupun pemakaian barang-barang yang
termasuk narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya. Di dalam masyarakat
sudah banyak mengenal macam-macam narkoba walaupun tidak seluruhnya,
antara lain : ganja, heroin, sabu-sabu, inek, putaw dan lain sebagainya
(Zulkarnain, 2007).
Menurut estimasi Badan Dunia bidang Narkoba (United Nations Office
on Drugs and Crime—UNODC) pada World Drug Report (2006), angka
prevalensi setahun terakhir penyalahguna narkoba di dunia sebesar 5% dari
populasi dunia (kurang lebih 200 juta jiwa) dengan perinciannya yaitu :
penyalahguna Ganja 162,4 juta jiwa, ampetamine-type stimulants (ATS) 35
juta jiwa (terdiri dari : Shabu 25 juta jiwa dan Ecstasy 10 juta jiwa), Kokain
13,4 juta jiwa, Opiat 15,9 juta jiwa (dimana heroin sebesar 11,3 juta jiwa).
World Drugs Report 2010, melaporkan bahwa Setiap tahun, sekitar 100 ribu
Gambaran Pelaksanaan Therapeutic..., ZICO ARFIAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
orang tewas, atau setiap hari 300 orang tewas, karena mengkonsumsi Opium.
Setiap tahun negara-negara di seluruh dunia dibanjiri 1000 ton heroin, 1000 ton
kokain, sejumlah besar ganja dan ATS (BNN, 2011)
Dari laporan perkembangan situasi narkoba dunia tahun 2014, diketahui
angka estimasi pengguna narkoba di tahun 2012 adalah antara 162 juta hingga
324 juta orang atau sekitar 3,5%-7%. Perbandingan estimasi prevalensi tahun
2012 (3,5%-7%) dengan estimasi tahun 2010 yang kisarannya 3.5%-5.7%
menunjukkan kecenderungan prevalensi penyalahgunaan narkoba relatif stabil.
Jenis yang paling banyak digunakan adalah ganja, opiod, cocain atau type
amphetamine dan kelompok stimulant (UNODC, 2014).
Di Indonesia diperkirakan jumlah penyalahguna narkoba setahun terakhir
sekitar 3,1 juta sampai 3,6 juta orang atau setara dengan 1,9% dari populasi
penduduk berusia 10-59 tahun di tahun 2008. Hasil proyeksi angka prevalensi
penyalahguna narkoba akan meningkat sekitar 2,6% di tahun 2013, provinsi
DKI Jakarta sebesar 4,73% memiliki angka prevalensi yang paling tinggi
dibandingkan provinsi lainnya, diikuti oleh Kalimantan Timur sebesar 3,07%
dan Kepulauan Riau sebesar 2,94%, sedangkan angka prevalensi terendah
adalah Papua sebesar 1,23% dan angka kejadian di jawa tengah sebesar 1,9%.
(BNN, 2014).
Narkoba disuatu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan (dalam waktu operasi dan untuk
penenang), akan tetapi di sisi lain penyalahgunaan narkoba dapat menimbulkan
Gambaran Pelaksanaan Therapeutic..., ZICO ARFIAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa
pengendalian dan pengawasan yang ketat (Taufik, 2007). Penyalahgunaan
narkoba dewasa ini sudah sangat kompleks dan menimbulkan banyak
permasalahan. Dimana permasalahan penyalahgunaan narkoba dan peredaran
gelap narkoba akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan yang
mengkhawatirkan dan berdampak pada hilangnya suatu generasi muda.
Bermula dari mencoba-coba, iseng, ikut-ikutan teman, stres, pelarian atau
motif lainnya, akhirnya generasi muda ketagihan narkoba (Alatas, 2010).
Pecandu narkoba seringkali stres dan berpikiran negatif karena tertekan
oleh apa yang sedang dihadapinya sehingga sulit untuk mencapai kesembuhan.
Berdasarkan hal tersebut, akan lebih baik bila pada para pecandu ditanamkan
sikap pantang menyerah dengan keadaan yang sedang dihadapi (Primardi,
2010). Banyak dampak yang dialami oleh penyalahguna NAPZA sehingga
diperlukanya program rehabilitasi, rehabilitasi merupakan suatu rangkaian
proses pelayanan yang diberikan kepada pecandu dengan tujuan melepaskan
dari ketergantungan NAPZA hingga dapat menikmati kehidupan bebas tanpa
NAPZA (Martono dan Joewana, 2008).
Dengan rehabilitasi, penyalahgguna narkoba yang mengikuti rehabilitasi
dapat disembuhkan dan dapat dikembalikan keberfungsian sosialnya ke dalam
lingkungan masyarakat selayaknya. Membangun karakter, sifat, sikap, perilaku
dan memberikan keterampilan-keterampilan bagi mereka sebagai modal untuk
berinteraksi maupun bekerja di sektor-sektor usaha yang bersangkutan dengan
Gambaran Pelaksanaan Therapeutic..., ZICO ARFIAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
keahliannya, misalnya banyak keterampilan yang diberikan seperti
keterampilan otomotif, baik roda dua maupun empat, elektronik, las, desain
grafis dan lain sebagainya yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka
(Fassino et al., 2004)
Praktek rehabilitasi terhadap pasien penyalahgunaan narkoba ini harus
meliputi baik terapi tingkah laku, terapi medis, terapi keagamaan, atau
kombinasi dari semua terapi tersebut. Tingkat keberhasilan dari setiap terapi
yang diberikan tidak selalu memberikan hasil yang sama bagi setiap orang.
Karena itu, setiap proses rehabilitasi harus selalu dievaluasi dan dikaji kembali
efektifitasnya. Dari sekian banyak metode yang digunakan dalam setiap panti
rehabilitasi,terdapat salah satu metode yakni Terapi Komunitas. Metode
pemulihan yang digunakan adalah penggabungan antara Terapi Komunitas
dengan 12 langkah Narcotics Anonymous.
Terapi Komunitas adalah metode terapi yang dilakukan dengan cara
membiasakan pasien untuk hidup berkelompok bersama dalam suatu
komunitas atau lingkungan tertentu. Terapi Komunitas adalah suatu metode
rehabilitasi sosial sekelompok orang yang memiliki prinsip interpersonal yang
cukup tinggi sehingga mampu mendorong orang lain untuk belajar berinteraksi
di suatu komunitas. Terapi komunitas memiliki lima fase pelaksanaan yaitu
Orientation Phase, Core Treatment Phase, Pre – Reentry Phase, Reentry
Phase, Aftercare Phase. Terapis komunitas terdiri dari staf yang pernah
Gambaran Pelaksanaan Therapeutic..., ZICO ARFIAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
mengalami rasa sakit dan memiliki perilaku yang timbul akibat ketergantungan
narkoba, namun telah mampu dan mengetahui cara mengatasinya (Leon, 2007).
Program TC merupakan salah satu program terapi perubahan perilaku
yang efektif untuk dijalankan. Evaluasi yang dilakukan oleh NIDA di Donovan
California State Prison terhadap narapidana yang menjalani program TC
dengan narapidana yang tidak menjalani program TC, menunjukkan hasil
bahwa narapidana dengan program TC menunjukkan perilaku yang lebih
positif dan tingkat kekerasan yang menurun selama menjalani program (Cullen,
et al, 2007).
Sedangkan 12 langkah Narcotics Anonymous (NA) adalah model 12
langkah program untuk kecanduan obat setelah Alcoholic Anonymous (AA).
Narcotics Anonymous menyebut dirinya sebuah program pemulihan spiritual
dari penyakit kecanduan. 12 langkah dari program NA didasarkan pada
prinsip-prinsip rohani, tiga diantaranya adalah kejujuran, keterbukaan pikiran,
dan kemauan, diwujudkan dalam tiga langkah pertama. Program ini
berorientasi kelompok, dan didasarkan pada 12 langkah dan 12 tradisi yang
diadaptasi dari Alcoholic Anonymous (AA). NA menjelaskan kecanduan
sebagai penyakit progresif dan belum bisa disembuhkan yang mempengaruhi
setiap bidang kehidupan seorang pecandu seperti fisik, mental, emosional, dan
spiritual. Terapi komunitas yang diberikan pada residen diharapkan akan
meningkatkan salah satu faktor internal yang juga mempengaruhi proses
pemulihan residen (Burns, 1993 dalam Kafni, 2012).
Gambaran Pelaksanaan Therapeutic..., ZICO ARFIAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Pengendalian emosi dan perbaikan psikologi dalam Terapi Komunitas
dapat mengembangkan persepsi yang positif mengenai diri Residen pada aspek
identitas personal yaitu dapat menyelesaikan masalah dengan pemikiran yang
jernih dan dapat mengendalikan diri. Suasana kekeluargaan yang diciptakan di
Terapi Komunitas akan membuat Residen memiliki rasa dibutuhkan dan
dihargai oleh orang lain, sehingga tingkah laku yang ditimbulkannya pun
menjadi tidak egois dan peduli terhadap orang lain, hal tersebut adalah wujud
dari aspek identitas sosial dan penilaian sosial. Pengembangan intelektual dapat
membentuk aspek tingkah laku personal seperti kemampuan perencanaan masa
depan, pada aspek penilaian keluarga yaitu memahami orang-orang
terdekatnya terutama keluarga dan teman-teman di rumah rehab. Sedangkan
pada segi spiritual, dengan program NA Residen dapat mengembangkan
hubungan baik dengan Tuhan, memiliki kendali norma yang baik pada diri,
sehingga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya, hal tersebut
merupakan wujud dari aspek identitas moral etik, aspek penilaian moral etik
dan aspek penilaian sosial (Kafni, 2012).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di IPWL YPI Nurul
Ichsan Al Islami Desa Karangsari didapatkan data jumlah penyalahgunaan
NAPZA dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan dimana tahun 2013
sebanyak 39 orang, tahun 2014 sebanyak 47 orang dan tahun 2015 sebanyak 54
orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan pengurus IPWL diketahui bahwa
Gambaran Pelaksanaan Therapeutic..., ZICO ARFIAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
program terapi dan rehabilitasi yang telah dilakukan antara lain, terapi herbal,
religious, outbound, mandi malam dan terapi godog.
Berdasarkan latar belakang dan hasil survei diketahui bahwa di tempat
penelitian jumlah penyalahgunaan NAPZA semakin meningkat dan belum
pernah dilakukan terapi komunitas, sehingga peneliti tertarik untuk
mengadakan penelitian tentang “Gambaran pelakasanaan tahap orientasi
therapeutic community pada penyalahgunaan napza di IPWL YPI Nurul Ichsan
Al Islami Desa Karangsari Kec. Kalimanah Kab. Purbalingga”.
B. Rumusan Masalah
Penggunaan NAPZA menyebabkan banyak efek samping, baik pada
kondisi fisik maupun mental. Penurunan kondisi fisik dan mental tersebut akan
mempengaruhi kualitas hidup individu yang menggunakan NAPZA. Kualitas
hidup pengguna NAPZA terbukti lebih buruk dibandingkan individu yang
tidak menggunakan NAPZA. Upaya rehabilitasi dilakukan berguna selain
untuk membebaskan ketergantungan pasien menggunakan NAPZA, juga untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien. Peningkatan kualitas hidup telah terbukti
bagi pasien yang telah mengikuti program pengobatan atau pun rehabilitasi.
Alternatif penanganan permasalahan akibat penyalahgunaan napza,
antara lain rehabilitasi medis, pendekatan therapeutic community, dan
pendekatan terpadu. Therapeutic Community (TC) merupakan program terapi
rehabilitasi pecandu-pecandu narkoba. Program TC di Indonesia berlangsung
Gambaran Pelaksanaan Therapeutic..., ZICO ARFIAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
1997, TC adalah program pengobatan yang efektif untuk pecandu narkoba
yang bertujuan mengembalikan pecandu narkoba agar bisa kembali hidup
berorientasi dalam masyarakat dan lingkungan. Orientasi Therapeutic
Community (TC) juga sangat penting dilakukan untuk mengenali bagaimana
program rehabilitasi yang akan dilakukan terhadap pecandu narkoba.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian
sebagai berikut: “Bagaimanakah gambaran pelaksanaan tahap orientasi
therapeutic community pada penyalahgunaan napza di IPWL YPI Nurul Ichsan
Al Islami Desa Karangsari Kec. Kalimanah Kab. Purbalingga?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran pelaksanaan tahap orientasi therapeutic community
pada penyalahgunaan napza di IPWL YPI Nurul Ichsan Al Islami Desa
Karangsari Kec. Kalimanah Kab. Purbalingga
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran karakteristik responden meliputi umur, jenis
kelamin, pendidikan, dan pekerjaan di IPWL YPI Nurul Ichsan Al Islami
Desa Karangsari Kec. Kalimanah Kab. Purbalingga tahun 2016
b. Mengetahui gambaran pelaksanaan tahap orientasi therapeutic community
bimbingan fisik, bimbingan ketrampilan, bimbingan sosial, bimbingan
kesenian, bimbingan spiritual, oun the spot terapi pada penyalahgunaan
Gambaran Pelaksanaan Therapeutic..., ZICO ARFIAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
napza di IPWL YPI Nurul Ichsan Al Islami Desa Karangsari Kec.
Kalimanah Kab. Purbalingga
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah wawasan dan informasi pengetahuan serta data empiris
guna pengembangan keilmuwan Bimbingan Konseling Islam, khususnya
bagi konseling masyarakat terkait dengan penanganan pecandu narkoba.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Akademis
Secara akademis penelitian ini berguna untuk bahan pertimbangan atau
referensi dalam rangka mengembangkan konsep-konsep, teori-teori,
terutama model pemecahan masalah Program Therapeutic Community.
b. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
lembaga tersebut, khususnya tentang peningkatan kualitas korban
penyalahgunaan napza dengan metode Therapeutic Community (TC),
agar dapat lebih meningkatkan mutu dan kualitas dalam memberikan
pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan napza
c. Bagi Peneliti
Penelitian ini menjadikan penambah pengalaman dan wawasan tentang
pendidikan luar sekolah dalam menangani korban penyalahgunaan napza
melalui kegiatan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan napza
Gambaran Pelaksanaan Therapeutic..., ZICO ARFIAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
E. Keaslian Penelitian
1. Nurhuda (2015) tentang “Pendidikan Karakter bagi Korban Penyalahgunaan
Napza dengan Metode Therapeutic Commuinty (TC) di Panti Sosial Pamardi
Putra (PSPP) Yogyakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif dengan subjek penelitian, Pengelola, Pekerja
sosial, Conselour addict, dan Korban penyalahgunaan napza (residen) Panti
Sosial Pamardi Putra (PSPP) Yogyakarta. Data dikumpulkan melalui
wawancara, observasi, dan dokumentasi yang dilengkapi dengan daftar
pertanyaan. Semua data yang terkumpul dianalisis dengan interpretasi yang
didahului dengan trianggulasi untuk mengetahui keabsahan data. Hasil
penelitian menunjukan bahwa (1) Pendidikan karakter melalui metode TC
dilaksanakan melalui beberapa tahap yaitu Intake proses, entry unit, primary
stage, re-entry unit, dan after care dan dilakukan melalui 4 fokus
pembinaan yaitu pembinaan sifat dan kepribadian, pembinaan dan
pengendalian emosi, pembinaan pola pikir, dan pembinaan keterampilan
dan bertahan hidup. (2) Faktor Pendukung dalam pelaksanaan pendidikan
karakter melalui metode TC antara lain semangat dan kerja keras pekerja
sosial dalam melaksanakan kegiatan rehabilitasi korban penyalahgunaan
napza, adanya motivasi dari residen untuk sembuh total dari pengaruh
penyalahgunaan Napza, saling terbuka satu sama lain antara residen dengan
pengelola PSPP. adanya dukungan dari pihak pemerintah dalam membantu
penyediaan fasilitas di PSPP. Sedangkan faktor penghambatnya adalah
Gambaran Pelaksanaan Therapeutic..., ZICO ARFIAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
kurangnya jumlah pekerja sosial yang ada, belum tersedianya fasilitas
wisma tamu untuk mendukung penyatuan keluarga dengan residen dalam
proses pemulihan, masih adanya keluarga korban penyalahgunaan napza
yang tidak berperan aktif dalam proses rehabilitasi.
2. Restiana (2015) tentang “Metode Therapeutic Community Bagi Pecandu
Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra Yogyakarta”. Penelitian ini
merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan deskriptif. Adapun
tujuannyauntuk mengetahui penerapan metode Therapeutic Community
serta untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan metode Therapeutic
Community. Subjek penelitian ini yaitu 3 orang konselor Therapeutic
Community dan 3 residen PSPP. Metode pengumpulan data dilakukan
dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data
menggunakan deskriptif kualitatif. Sedangkan metode yang digunakan
untuk menguji keabsahan data yaitu triangulasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa penerapan Therapeutic Community dilaksanakan
secara terpadu (one stop center), meliputi: 1) tahap persiapan. 2) tahap
pelaksanaan meliputi tahap rawatan utama (primary stage) dan tahap
resosialisasi (re-entry stage). 3) tahap pembinaan lanjut (aftercare). Secara
teknis, penerapan metode Therapeutic Community dilakukan dengan
program individual dan kelompok. Kelebihan metode Therapeutic
Communitydari segi metodenya mampu merubah aspek kognitif, afektif,
sikap dan perilaku serta spiritual residen menjadi lebih baik. Selain itu
Gambaran Pelaksanaan Therapeutic..., ZICO ARFIAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Therapeutic Community merupakan base on knowledge. Kemudian dari segi
terapis yaitu jumlah terapis dan konselor yang seimbang dengan jumlah
residen, tenaga berpengalaman dan profesional.
3. Kafni (2012) tentang pengaruh Terapi Komunitas terhadap Self-Concept
pada Residen di LSM Rumah Cemara. Subjek pada penelitian ini sebanyak
10 orang, yaitu residen yang selama satu bulan secara intensif mengikuti
Terapi Komunitas. Alat ukur yang digunakan adalah TSCS yang diciptakan
oleh William H. Fitts, alat ukur ini terdiri dari 100 buah item. Berdasarkan
hasil pengolahan data menunjukkan peningkatan Self-Concept Residen
meningkat sebesar 19,1%, perubahan terbesar pada dimensi internal yaitu
aspek tingkah laku sebesar 24% dan pada dimensi ekternal yaitu aspek
keluarga sebesar 32,2% dan aspek sosial sebesar 27,3%, sedangkan dengan
menggunakan Uji Wilcoxon diperoleh nilai Z = -2.807 < Z(0,5-α) = -1,645,
dengan demikian dapat dikatakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang
artinya terdapat pengaruh Terapi Komunitas terhadap Self-Concept pada
residen di LSM Rumah Cemara Bandung.
Gambaran Pelaksanaan Therapeutic..., ZICO ARFIAN, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2016
Top Related