BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Letak Geografis Kota Yogyakarta, teletak pada pegunungan selatan,
Gunung Api Merapi, dataran rendah antara Pegunungan Selatan dan
Pegunungan Kulon Progo dan Dataran Rendah Selatan. Memiliki segi
geografis yang seperti ini tidak bisa dibantah lagi bahwa salah satu ikon
pariwisata di Indonesia yang cukup menonjol ialah Kota Yogyakarta. Selain
menjadi ikon kota pariwisata Kota Yogyakarta juga memiliki beberapa
predikat, antara lain: Kota Perjuangan, Kota Pelajar, dan Kota Budaya.
Yogyakarta adalah kota yang memiliki keanekaragaman seni dan
budaya yang sampai saat ini masih tetap hidup di tengah-tengah masyarakat.
Keunggulan tersebut menjadikan Kota Yogyakarta banyak di kunjungi
wisatawan. Pengembangan kepariwisataan di Kota Yogyakarta
mengedepankan konsep pariwisata yang berbudaya mengingat begitu
besarnya potensi budaya. Gelar kota pariwisata dapat diraih karena memang
kota ini mampu menyuguhkan kepada wisatawan beraneka macam Objek dan
Daya Tarik Wisata. Mulai dari wisata panorama alam, pendidikan, seni dan
budaya, spiritual, sampai wisata kuliner. Tidaklah mengherankan apabila
Yogyakarta dipilih sebagai kota tujuan wisata setelah Pulau Bali. Banyak
pilihan tempat yang menjadi Objek Daya Tarik Wisata di Yogyakarta. Candi
Prambanan, Pantai Parangtritis, Kraton, dan Kotagede.
Selama ini ketika orang berbicara wisata di Yogyakarta, selalu identik
dengan Candi Prambanan, Pantai Parangtritis, Kraton, Kebun Binatang
Gembiraloka, dan Malioboro, Kotagede terlupakan. Harus diakui, Kotagede
sudah dilupakan orang, setidaknya oleh masyarakat Kota Yogyakarta sendiri.
Potensi Kotagede untuk dikembangkan menjadi tujuan wisata utama cukup
besar, sehingga sangat tepat bila menjadi pusat tujuan wisata utama di
Yogyakarta," kata Ketua Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta
(BP2KY) Dedy Pranawa Eryana di Yogyakarta
(http://travel.kompas.com/read/2011/06/14/22100850/Kotagede.Akan.Jadi.Tuj
uan.Wisata.Utama)
Kota yang berjarak sekitar 15km dari pusat Yogyakarta ini, dan
berbatasan dengan: sebelah Utara: Kelurahan Redjowinangun, Barat:
Kecamatan Umbulharjo, Selatan: Kabupaten Bantul, Timur: Kabupaten
Bantul, kota kecil ini merupakan kota yang bersejarah, karena di Kotagede
inilah Kerajaan Mataram (Islam) pertama kali didirikan. Kotagede merupakan
suatu kawasan bekas peninggalan Kerajaan Mataram Islam pada abad XVI.
Masehi dengan luas kurang lebih 3,07km2.
http://id.wikipedia.org/wiki/KotagedeYogyakarta (diakses pada 19 September
2009).
Kotagede merupakan salah satu dari kawasan bersejarah yang
menyimpan begitu banyak peristiwa. Keunggulan Kotagede terletak dibidang
kepariwisataan, berbagai potensi wisata budaya yang memilikki kekhasan
sebagai warisan kebudayaan Mataram Islam yang menjadi Living Tradition
masyarakat Kotagede dan masih terpelihara dengan baik sampai sekarang.
http://www.tasteofjogja.org/web/IDA/detailartikel.asp?idartikel=22 (diakses
pada 22 Oktober 2009)
ejumlah potensi wisata yang cukup menarik di Kotagede di
antaranya adalah kerajinan perak, kuliner, wisata ziarah seperti masjid dan
juga makam raja-raja, serta kehidupan sehari-hari masyarakat yang cukup
unik http://travel.kompas.com/read/2011/06/14/22100850/Kotagede.Akan.Ja
di.Tujuan.Wisata.Utama). Kotagede merupakan kawasan kecil yang memiliki
5 potensi wisata, diantaranya: Potensi Sejarah, Potensi Kerajinan, Potensi
Makanan Tradisional, Potensi Tokoh Historis dan Pembelajaran, Potensi
Arsitektur Bangunan, yang menjadikan keistimewaan untuk berwisata.
Potensi Sejarah, Potensi sejarah dapat di buktikan dengan adanya berbagai
macam situs sejarah di Kawasan Cagar Budaya Kotagede. Potensi sejarah ini
misalnya adanya Masjid Agung Mataram, Makam raja-raja Mataram, situs
Watu Gilang, bentheng, Watu gilang, Watu cantheng, Pasar Kotagede.
Kerajinan perak yang menjadi ciri dari Kotagede juga merupakan potensi yang
dapat menjadi andalan dalam menarik kunjungan wisatawan.
Berangkat dari potensi budaya yang kuat dan mengakar, banyak
terdapat situs-situs sejarah, adat, nilai dan tradisi yang masih terjaga sampai
saat ini. Sebagai langkah awal, pemerintah Kota Yogyakarta menobatkan
bangunan yang berpotensi menjadi cagar budaya tersebut menjadi bangunan
warisan budaya Menurut UU No.5/1992 banyak peninggalan sejarah di
Kotagede menjadikan Kotagede dinobatkan sebagai Kawasan Cagar Budaya
yang memiliki ciri khas tersendiri
http://www.tikusdarat.net/?lang=id&rid=8&id=112 (11 Oktober 2009)
Dengan potensi kawasan yang berlimpah dan telah berumur ratusan
tahun tersebut, maka sudah selayaknya bahwa kawasan tersebut harus terus
dijaga dan dilestarikan. Dalam hal ini Yayasan kanthil tidak bekerja sendiri,
yayasan ini juga dibantu oleh Dinas Kebudayaan dan Dinas Pariwisata Kota
Yogyakarta untuk terus melestarikan dan menjaga kawasan kotagede sebagai
sebuah kawasan cagar budaya dan tujuan wisata di Yogyakarta. Pihak
Pemerintah Daerah Kota Yogyakarta harus selalu memberikan kontribusi agar
Kawasan Kotagede dapat tetap terjaga keasliannya. Selain itu partisipasi
masyarakat Kotagede juga menjadi hal yang sangat penting dalam
perlindungan terhadap kawasan ini. Apabila Kawasan Kotagede dapat
berkembang sebagai objek wisata budaya yang ramai dikunjungi oleh para
wisatawan, maka hal tersebut dapat membantu meningkatkan perekonomian
masyarakat sekitar dan juga akan berdampak pada meningkatnya Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Kota Yogyakarta. Kerjasama antara para stakeholder
sangat diperlukan dalam pengembangan kawasan Kotagede sebagai daerah
tujuan wisata budaya di Yogyakarta.(hasil wawancara dengan bapak ida fajar
bidang promosi dan kerjasama yayasan kanthil, 24 februari 2011)
Menurut hasil wawancara dengan M. Natsier selaku Ketua Yayasan
Kanthil, pada tanggal 28 Agustus 2010, mengatakan bahwa wisata budaya
yang ada di Kotagede menurut banyak orang kurang menarik, padahal ada 5
potensi wisata yang dimiliki Kotagede diantaranya: wisata budaya, wisata
belanja, wisata historis, makanan tradisional, tokoh historis dan
pembelajarannya. Namun keberadaan 5 potensi yang ada di Kotagede belum
tergarap dengan baik, hanya sekitar 40% wisatawan yang berkunjung ke
Kotagede yang mengetahui bahwa Kotagede sebagai Kawasan Cagar Budaya,
sisanya mereka hanya mengetahui bahwa Kotagede sebagai kota perak..
Padahal Kotagede memiliki nilai sejarah atau bisa disebut dengan kota
budaya, dan perak hanya bagian dari sejarah yang ada di Kotagede. Pantaslah
apabila Kotagede lebih dikenal orang dengan kota perak dibanding dengan
kota kawasan cagar budaya. Padahal pariwisata Kotagede mempunyai
sumbangsih nilai-nilai luhur kepada masyarakat baik fisik maunpun non fisik.
Mempromosikan Kotagede mulai dilakukan pada tahun 2005, namun
baru pada tahun 2008 Yayasan Kanthil menggunakan strategi promosi dengan
memanfaatkan elemen-elemen bauran promosi seperti advertising
(periklanan), personal selling (penjulan perseorangan), direct marketing
(pemasaran langsung), dan public relations and publicity (hubungan
masyarakat dan humas) dalam wawancara dengan bapak Ida Fajar selaku
bidang promosi dan kerjasama Yayasan Kanthil, 24 Februari 2011. Promosi
ini di lakukan oleh Yayasan Kanthil, Yayasan yang bergerak dalam bidang,
pelestarian budaya dan kepariwisataan. Untuk melakukan kegiatan promosi
diperlukan strategi-strategi yang tepat agar kegiatan promosi yang dilakukan
dapat mencapai tujuan dan target yang diinginkan.
Mendatangi berbagai seminar pelestarian dan pengembangan kawasan
cagar budaya baik di dalam negeri maupun di luar negeri, membuat paket-
paket wisata yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke
Kotagede, inilah cara-cara yang di tempuh oleh Yayasan Kanthil untuk
mempromosikan keberadaan Kotagede sebagai kawasan cagar budaya.
Strategi promosi berkaitan dengan masalah-masalah perencanaan,
pelaksanaan, dan pengendalian komunikasi. Setiap perusahann ataupun
organisasi pasti memiliki cara yang berbeda-beda dalam menjalakan aktivitas
promosinya, namun pada dasarnya mereka memiliki tujuan yangs sama, yaitu
untuk mempengaruhi konsumen agar memanfaatkan produk barang ataupun
jasa yang ditawarkan.
Selain adanya lima potensi wisata di Kotagede yang belum di ketahui
masyarakat luas, serta anggapan masyarakat luas bahawa Kotagede adalah
kota perak, alasan lainnya mengapa Yayasan Kanthil melakukan strategi
promosi dengan memanfaatkan elemen-elemen pada bauran promosi adalah
terjadinya bencana alam gempa bumi pada 27 Mei 2006 lalu yang melanda
Yogyakarta dan telah meluluhlantahkan kawasan Kotagede. Banyak bangunan
peninggalan sejarah dan bangunan jogjo yang rusak karena terjadinya bencana
alam gempa bumi. Bisa dikatakan jumlah kunjungan wisatawan ke Kotagede
mengalami penurunan pada tahun 2007, dibandingakan tahun 2006
mengalami penurunan sebanyak 2407 (lihat tabel 1). Padahal gempa bumi
terjadi pada bulan Mei tahun 2006, tetapi faktanya justru tahun 2007 yang
mengalami penurunan pengunjung. Dapat di simpulkan bahwa adanya gempa
bumi pada tahun 2006 tidak begitu mempengaruhi wisatawan untuk
berkunjung ke Kotagede. Maka dari itu pada tahun 2008 Yayasan Kanthil
kembali menyusun strategi promosi dengan harapan akan ada kenaikkan
pengunjung sesuai target.
Tabel 1
Jumlah kunjungan wisatawan ke Kotagede
Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008
Januari 1.844 970 1.115
Februari 891 871 945
Maret 1932 1.099 1.353
April 1.404 784 988
Mei 1.022 676 1.249
Juni 715 1.343 1.057
Juli 808 919 1.425
Agustus 533 805 825
Sumber: Yayasan Kanthil
Berbagai upaya dan strategi telah disiapkan ditahun 2008, dengan
harapan adanya kenaikkan jumlah pengunjung sesuai yang ditargetkan.
pengunjung hingga 1000 lebih, dan untuk tahun 2008 target kita akan ada kenaikkan 4000 pengunjung saya rasa sudah cukup. Ya
muluk-muluktarget itu, tetapi paling tidak bisa mengembalikan jumlah wisatawan seperti tahun 2006. (hasil wawancara dengan devisi kerjasam dan promosi Yayasan Kanthil, bapak Ida Fajar, pada 24
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti melakukan
penelitian mengenai strategi promosi wisata cagar budaya pada Yayasan
Kanthil untuk menarik minat wisatawan berkunjung ke Kotagede 2008.
September 822 619 343
Oktober 1268 985 1.024
November 710 872 925
Desember 1186 785 823
Total 13.135 10.728 12.072
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan di
atas, maka akan timbul suatu permasalahan yang menjadi perhatian dan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Bagaimana strategi promosi wisata kawasan cagar budaya dalam
menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Kotagede pada tahun
2008?
C.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan strategi promosi yang dilakukan oleh Yayasan Kanthil
dalam meningkatkan minat pengunjung untuk berkunjung ke Kotagede
2008 sebagai kawasan wisata cagar budaya.
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat strategi
promosi yang di lakukan Yayasan Kanthil dalam menarik wisatawan
untuk brkunjung ke kawasan cagar budaya Kotagede.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat, baik dari segi teoritis
maupun dari segi praktis, yaitu:
1. Secara teoritis
Mendapatkan informasi tentang potensi wisata yang ada di Kawasan
Kotagede.
2. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat menjadi masukan:
a. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan tentang kegiatan promosi
yang dilakukan oleh Yayasan Kanthil dalam menarik minat
wiasatawan untuk berkunjung ke kawasan cagar budaya Kotagede.
Serta memperoleh informasi tambahan mengenai potensi-potensi
wisata yang terdapat di Kotagede.
b. Bagi perusahaan atau organisasi, penelitian ini diharapkan bisa menjadi
masukkan pertimbangan perusahaan, terutama dalam mengambil
langkah dan keputusab menyangkut strategi promosi.
F. Kerangka Teori
1. Promosi
Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani, yang berarti
leadership), dapat diartikan bahwa strategi adalah
keseluruhan tindakan-tindakan yang ditempuh oleh sebuah organisasi
untuk mencapai sasaran-sasarannya (Winardi, 1989: 46). Dalam
melakukan kegiatan komunikasi pemasaran diperlukan strategi-startegi
yang jelas dan juga alur kominikasi yang tepat sasaran hingga
menghasilkan sebuah alur komunikasi yang efektif. Berhasil atau tidaknya
kegiatan komunikasi secara efektif sebagian besar ditentukan oleh strategi
komunikasi yang digunakan.
Sedangkan menurut Efendy, pengertian strategi adalah
perencanaan (planning), managemen (management) untuk mencapai suatu
tujuan tersebut, tetapi strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang
menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana
taktik operasionalnya. (Effendy, 1984: 32)
Pada hakikatnya dalam pelaksanaan sebuah usaha untuk mencapai
sebuah usaha untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan, terlebih
dahulu menentukan strategi yang tepat, karena dalam sebuah strategi
terdapat pula sebuah taktik operasional dari perencanaan dalam
manajemen organisasi yang dapat mengantarkan pada sasaran dan
tujuannya. Sedangkan promosi sendiri merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan suatu program pemasaran. Setinggi apapun kualitas
sebuah produk barang atau jasa, bila konsumen belum pernah
mendengarkannya dan tidak yakin bahwa produk itu akan berguna bagi
mereka, maka mereka tidak akan pernah tertarik untuk membelinya,
(Tjiptono, 2000:219). Jadi perlu mengunakan strategi promosi yang efektif
dan tepat sasaran agar produk barang atau jasa kita dapat laku dan
konsumen akan tertarik.
Promosi merupaka salah satu variabel dalam bauran pemasaran
(marketing mix) yang sangat penting dilaksanakan oleh perusahaan dalam
memasarkan produk jasanya. Kegiatan promosi bukan saja berfungsi
sebagai alat komunikasi antara perusahaan dengan konsumen, melainkan
juga sebagai alat untuk mempengaruhi konsumen dalam kegiatan
pembelian/penggunaan jasa sesuai dengan kegiatan dan kebutuhannya. Hal
ini dilakukan dengan menggunakan alat-alat promosi. Adapun pengertian
promosi menurut Tjiptono (2000:200) adalah:
menyampaikan atau mengkomunikasikan suatu produk kepada pasara sasaran, untuk memberi informasi keistimewaan, kegunaan, dan yang paling penting adalah tentang keberadaannya untuk mengubah sikap ataupun untuk mendorong orang untuk bertindak
Dapat disimpulkan bahwa promosi merupakan salah satu faktor
penentu keberhasilan dari kegiatan pemasaran. Sedangkan, strategi
merupakan suatu rencana yang diutamakan. Jadi starategi promosi
merupakan gabungan dari sebuah perencanaan, implementasi, dan
pengendalian komunikasi persuasif dari suatu organisasi dengan
konsumen atau pelanggan (Tjiptono, 200:233).
Setiap alat promosi memiliki karakter dan biaya masing-masing.
Akhir-akhir ini masih banyak perusahaan atau organisasi yang hanya
mengandalkan beberapa alat promosi untuk mencapai tujuan komunikasi.
Hal semacam ini masih sering dilakukan oleh perusahaan ataupun
organisasi yang tahu bahwa telah terjadi munculnya fenomena terbaginya
pasar massa menjadi pecahan-pecahan pasar kecil yang masing-masing
menuntut pendekatan tersendiri. Belum lagi munculnya berbagai jenis
media baru dan tuntutan konsumen yang semakin canggih. Setiap
perusahaan menggunakan bauran promosi yang berbeda-beda, karena di
sesuaiakan oleh kondisi dan kemampuan perusahaan serta konsumen yang
menjadi sasaran atau target audience.
2. Strategi Promosi Pariwisata
Dalam menjalankan aktivitas promosi, Yayasan Kanthil perlu
terlebih dahulu memperhatikan langkah-langkah dalam mengembangkan
program promosi yang dapat mengantarkan pada titik keberhasilan.
Menurut Kotler dan Susanto (2001:778), ada delapan tahapan yang harus
dilakukan sebagai langkah dalam mengembangkan program komunikasi
dan promosi, yaitu:
a. Mengidentifikasi audiens sasaran
Komunikator pemasaran harus mulai dengan audiens sasaran yang
jelas. Audiens itu mungkin pembeli potensial produk perusahaan,
pemakai sekarang, orang yang memutuskan atau orang yang
mempengaruhi. Audiens dapat berupa individu, kelompok, publik
tertentu, atau publik umum. Audiens sasaran akan mempengaruhi
secara kritis keputusan komunikator mengenai apa yang dikatakan,
bagaimana mengatakannya, kapan mengatakannya, di mana, dan
kepada siapa mengatakannya.
b. Menentukan tujuan komunikasi
Setelah penentuan pasar sasaran dan kerakteristiknya telah
diidentifikasikan, komunikator pemasaran harus memutuskan respon
audiens yang diharapkan. Respon akhir dari audiens adalah pembelian
dan kepuasan. Namun prilaku pembelian adalah hasil akhir dari proses
pengambilan keputusan konsumen yang panjang. Komunikator
pemasaran dapat mencari respon kognitif (perhatian), afektif
(minat/keinginan), atau perilaku (tindakkan) dari audiens sasaran, yaitu
komunikator pemasaran dapat memasukkan sesuatu ke dalam pikiran
konsumen, mengubah sikap konsumen, atau membuat konsumen
bertindak.
c. Merancang pesan
Perusahaan perlu mengembangkan pesan yang efektif . Idealnya pesan
itu harus memperoleh perhatian, menarik minat, membangkitkan
keinginan, dan menghasilkan tindakkan. Merumuskan pesan
membutuhkan pemecahan empat masalah: apa yang dikatakan (isi
pesan), bagaimana mengatakan secara logis (struktur pesan),
bagaimana mengatakannya secara simbolis (format pesan), dan siapa
yang harus mengatakannya (sumber pesan)
d. Mengukur hasil promosi
Pengukuran efektivitas sangat penting dilakukan. Tanpa dilakukan
pengukuran efektivitas tersebut akan sulit diketahui apakah tujuan
perusahaan dapat dicapai atau tidak.
e. Mengalokasikan total anggaran promosi
Tahap ini adalah tahap yang paling sulit, dimana kegiatan promosi
sangat ditentukan oleh faktor-faktor seperti tidakkan para pesaing dan
jenis produk. Sehingga penggeluaran biaya sangat diperhitungkan
secermat mungkin.
f. Mengatur dan mengelola komunikasi pemasaran yang terintegrasi
Setelah melakukan pengukuran efektifitas, perusahaan harus
mempertimbangkan jenis-jenis media baru yang lebih lengkap dan
aktual.
g. Memilih saluran komunikasi
Setelah menentukan pasar sasaran dan karakteristiknya telah
diidentifikasi, komunikator pemasaran harus memutuskan respon
audiens yang diharapkan. Respon akhir dari audiens adalah pembelian
dan kepuasan. Namun perilaku pembelian adalah hasil akhir dari
proses pengambilan keputusan konsumen yang panjang. Komunikator
pemasaran harus dapat memasukkan sesuatu ke dalam pikiran
konsumen , mengubah sikap konsumen, atau membuat konsumen
bertindak.
h. Memutuskan mengenai bauran bauran promosi
Perusahaan mempunyai tugas yang amat penting, dimana sebuah
perusahaan atau organisasi harus membagi total anggaran promosi
untuk kelima kiat promosi yaitu periklanan (advertising), pemasaran
langsung (direct marketing), promosi penjualan (sales marketing),
hubungan masyarakat dan publisitas (publicity and public relation),
serta penjualan dengan cara bertatap muka/penjualan personal
(personal selling), dan internet marketing. Setiap perusahaan dapat
menggunakan tema pesan dan berita yang berbeda-beda tergantung
dari masing-masing kegiatan promosinya.
Selain delapan strategi promosi yang telah disebutkan di atas, saat
ini seiring dengan perkembangan teknologi informasi, internet merupakan
salah satu faktor yang sangat mendukung dalam strategi promosi. Internet
marketing adalah menjual barang atau jasa melalui media internet. Internet
marketing juga bisa mewakili perusahaan dalam memasarkan produknya
melalui dunia maya. Dengan internet marketing bisa jadi pengusaha tidak
perlu menyediakan kantor ataupun tokonya untuk menjual produknya.
Selain itu banyak keuntungan yang diperoleh dari memasarkan produk
atau jasa di dunia maya, antara lain: internet bisa menjangkau berbagai
wilayah, tidak memerlukan banyak waktu, dana yang dikeluarkan
minimal, tak mengenal batas waktu mengandung arti bahwa sampai
kapanpun dan dimanapun dapat diakses. Setelah mengetahui keuntungan
dari memarketingkan produk di internet, berikut jenis-jenis Internet
marketing:
a. Promosikan di Program PPC
Bisa dikatakan program ini merupakan yang terbaik dalam sistem
marketing online atau internet marketing. Dengan mengikuti program
PPC ini Anda bisa menayangkan iklan Anda di setiap website atau
blog yang telah menjadi anggota di situs publisher, dimana kita
sebagai advertisernya.
b. Promosi via email
Perusahaan atau organisasi bisa menawarkan dan mempromosikan
secara masif produk Anda melalui email ini. Kunjungi dan sapa
banyak komunitas siapa tahu diantara mereka banyak yang tertarik
dengan penawaran Anda tersebut. Jika Anda mampu memanfatakan
jejaring ini secara maksimal maka jangan heran beberapa bulan ke
depan akan banyak order mendatangi Anda.
c. Rajin Mengupdate Artikel di Blog atau Website
Lewat media blog atau situs Anda bisa menggaet orang dengan artikel
tertarik dan penasaran dulu dengan artikel Anda, dan akhirnya
mengarah ke produk yang akan Anda jual.
(http://www.anneahira.com/jenis-jenis-internet.htm)
Banyak manfaat dan keuntungan, ketika sebuah perusahaan atau
organisasi memiliki program Internet Marketing dalam promosinya.
Dalam hal ini Yayasan Kanthil nantinya dapat memperkenalkan Kotagede
secara Internasional.
Kegiatan promosi sangat penting untuk mendukung sebuah
kegiatan pemasaran. Oleh karena itu, Yayasan Kanthil yang hendak
menjalankan kegiatan promosi harus memilikki tujuan yang jelas dari
berbagai elemen-elemen promosi yang akan digunakan. Tujuan promosi
penting ditetapkan atau direncanakan terlebih dahulu. Tujuan ini
hendaknya untuk mengidentifikasi pasar mana yang akan hendak dijadikan
target untuk dicapai, dan juga mengenai apa yang harus dilakukan untuk
meraih pasar tersebut, dan siapa yang harus melakukan tugas itu, dan
kapan mereka harus menyelesaikannya. Menurut Basu Swasta dan Irawan
(2002: 353-355) tujuan promosi adalah:
a. Memodifikasi tingkah laku
Promosi di tujukan untuk mengubah tingkah laku masyarakat atau
konsumen dalam melakukan pembeliannya serta mempertkuat tingkah
laku yang sudah ada.
b. Memberitahu
Promosi yang bersifat informatif (memberikan informasi). Promosi
yang bersifat demikian sebaiknya dilaksanakan pada tahap permulaan
siklus kehidupan suatu produk.
c. Membujuk
Promosi yang bersifat persuasif atau membujuk dan ditujukan untuk
mempengaruhi konsumen merek lain supaya beralih ke merek yang
semula digunakan ke merek yang dipromosikan perusahaan, promosi
ini cocok dilakukan terhadap produk yang sedang berada dalam tahap
pertumbuhan.
d. Mengingatkan
Promosi ini bertujuan untuk mempertahankan merek produk dari
ingatan konsumen dan memelihara kesetiaan konsumen. Promosi
seperti ini dilakukan jika suatu produk telah telah mencapai tahap
kedewasaan.
Dalam menjalankan aktifitas promosi kepariwisataan, Yoeti
(1985:142) mendefinisikan tiga instrumen promosi yang banyak
digunakan dalam bidang pariwisata, yaitu:
a. Advertising
Tugas utama adalah untuk melancarkan pekerjaan channel yang
ditunjuk (travel agent) dan dapat memudahkan kegiatan personal selling
pada masing-masing perantara. Dalam kepariwisataan selain Advertising
melalui media massa juga dikenal advertising lain yang mempunyai
peranan besar untuk promosi pariwisata, yaitu:
a) Outdoor Travel Advertising
Bersifat statis, biasanya hanya ditempatkan pada tempat-tempat
yang strategis disepanjang jalan, mulai dari bandara, terminal,
stasiun, dan shopping center. Misalnya: baleho, poster, dan
billboard.
b) Point of Sale Advertising
Bentuk advertising yang pembuatannya disesuaikan dengan tempat
dimana pesan advertaising dimuat. Biasanya jenis advertising ini
terbuat dari karton-karton yang dibentuk dengan macam-macam
cara yang diletakkan dimeja, digantung, atau berupa ballpoint, map
atau lainnya.
b. Sales Support
Bantuan pada penjual dengan memberikan semua bentuk
promotion materials yang direncanakan untuk memberikan kepada
umum (travel trade) yang ditunjuk sebagai perantara. Sales Support
memiliki fungsi, antara lain:
a) antara perusahaan
industri kepariwisataan dengan seller jenis jasa-jasa yang
dihasilkan perusahaan tersebut.
b) Merupakan alat bantu yang efektif bagi seller seperti travel
Seles support tidak lain adalah kegiatan yang mengadakan kontrak
pribadi secara langsung atau tidak langsung dengan customer atau trade
intermediateries dengan tujuan adalah:
a) Memberi mereka tentang produk atau service yang
tersedia/disediakan, kualitas produk, harga produk/service. Time-
schedules dari macam-macam transport yang menghubungkan
tourist destination
b) Membantu mereka dalam penjualan produk yang tersedia agar
sampai ke pemakai terakhir (ultimate customers).
c) Memberikan motovasi kepada mereka untuk melakukan kegiatan
penjualan dari produk atau service yang dipromosikan.
Bentuk-bentuk dari sales support yang banyak digunakan antara
lain:
a) Brochures
Merupakan publikasi cetakan dengan menggunakan kertas yang
relatif baik, lay-out yang disusun menarik, dengan segala potensi
yang hendak dipromosikan.
b) Prospectus
Merupakan selebaran yang kadang-kadang dilipat dua, didesain
agar lebih menarik dan didalamnya.
c) Direct-mail materials
Merupakan surat penawaran yang dikirimkan peda potential
tourist dengan brosur, prospectus, folder, leafet dan lain-lain.
d) Folder
Suatu promotion-materilas yang dilipat-lipat, ada yang dua lipatan
atau empat lipatan.
e) Leaflets
Merupakan bentuk selebaran (leaf) dimana dicantumkan berbagai
informasi dengan ringkas tentang obyek yang dipromosikan.
f) Booklets
Booklets hampir menyerupai guide-book. Pembuatannya biasanya
ditanggung bersama oleh beberapa sponsor yang ikut
mempromosikan produk dan service perusahaan.
g) Guide-book
Berupa buku yang memberi informasi tentang unti-unit usaha
kepariwisataan serta gambaran tourist destination secara singkat.
Yoeti (1985:142)
c. Public Relations
Public Relations merupakan upaya komunikasi menyeluruh dari
suatu perusahaan untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan dan
sikap berbagai kelompok terhadap perusahaan tersebut (Tjiptono,
1997:230). Komunikasi dalam public relations selain diupayakan untuk
memperoleh pendapat yang menguntungkan dari masyarakat, juga
diupayakn untuk merubah sikap. Selanjutnya dari perubahan sikap
pelanggan akan terbentuk suatu tindakan nyata dengan memberi
dukungan kepada perusahaan. Hal ini dapat mempengaruhi
perkembangan perusahaan dan menaikkan derajat perusahaan ke arah
yang lebih tinggi.
Menurut Cutlip, Center dan Glen M. Broom, Effendy (1993:116),
public relation adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik,
mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara seseorang atau
organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan
suatu program kegiatan untuk meraih pengertian dan dukungan publik.
Tugas public relations adalah memelihara hubungan baik dengan
dunia luar perusahaan, agar ada kesan baik terhadap perusahaan
sehingga mempunyai goodwill dalam masyarakat. Dalam bidang
kepariwisataan fungsi public relations adalah memberikan release
kepada umum atau orang yang memerlukan informasi tentang obyek-
obyek wisata. Selain itu public relations juga bekerja dalam
mempromosikan hal-hal yang menyangkut kepariwisataan termasuk
aspek yang berkaitan dengannya. Ciri-ciri khusus dari public relations,
menurut Yoeti (1985:142) :
a) Seperti halnya dengan advertising dan sales support, tujuan public
relations adalalah komunikasi, namun dalam public relation
tidakmembayar mass mdia yang memuat tulisan yang
mempromosikan produk, resort atau daerah tujuan yang
dipromosikan tersebut. Sebaliknya penulis yang mengirimkan
pada mass media dimana tulisan itu dimuat justru memberi
honorarium bagi penulis atau wartawan tersebut. Jadi merupakan
kebalikan dari advertaising yang dibayar oleh sponsor.
b) Public relations digunakan untuk menciptakan keadaan yang
favourable bagi sales support dan advertising sendiri dan
mengetenggahkan fakta dan informasi pada media advertising dan
sales intermediateries sendiri.
c) Public Relations selain berguna menciptakan dam memelihara
kesan yang positif tentang suatu daerah, tourist destination, resort,
maupun perusahaan atau suatu association serta organisasi, juga
tertanam selalu dalam ingatan orang-orang sebagai hasil tulisan
editor, wartawan, travel-writer atau dalam ingatan para sales
intermediateries (travel agent, tour operator, retailer, dan lain-
lain).
Beberapa bentuk public relations yang banyak digunakan dalam
promosi kepariwisataan adalah sebagai berikut: Press releases, press
demonstrations, press conferens, familiarization visits, participation on
fair exibitions, inaguration flight or anniversary, travel decumentary film
for cinema or tv. Public relations sangat peduli dengan beberapa tugas
pemasaran, yaitu antara lain:
a) Membangun image (citra)
b) Mendukung aktivitas komunikasi lainnya.
c) Mengatasi permasalahan dan isu yang ada.
d) Memperkuat positioning perusahaan.
e) Mengadakan lounching untuk produk/jasa baru.
3. Pariwisata
Menurut UU RI No.9 tahun 1990 tentang Kepariwisataan
dijelaskan dalam ketentuan umum pasal 1 ayat 1, bahwa yang dimaksud
dengan pariwisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan
tersebut yang dilaksanakan secara sukarela, bersifat sementara untuk
menikmati obyek dan daya tarik wisata.
Pariwisata adalah salah satu aset negara yang penting untuk
dikembangkan. Karena pariwisata dapat dijadikan insdustri yang dapat
menghasilkan produk-produk wisata untuk dipasarkan. Dalam
mengembangkan sektor pariwisata, perlu memperhatikan pula beberapa
prinsip yang harus diterapkan dalam mengelola obyek wisata. Hal tersebut
tentunya bertujuan untuk menarik perhatian wisatawan dan kemudian
menjaga keamanan dan kenyamanannya, Beberapa prinsip tersebut antara
lain:
a. Sadar Wisata
Keadaan atau pemahaman yang mendalam pada seseorang, sekelompok
orang akan arti dan hakikat pengembangan pariwisata dalam
pembangunan pariwisata berkaitan dengan kepentingan wisatawan,
kepentingan umum, serta kepentingan bangsa dan negara. Pemahaman
tersebut akan mendorong terwujudnya masyarakat sadar wisata, yakni
masyarakat sadar atau mengetahui lebih jauh mengenai apa yang akan
dikerjakan berikut masalah-masalah yang dihadapi yang bertujuan
untuk kemajuan pembangunan pariwisata yang berarti juga turut
memajukan negara dan bangsa Indonesia.
b. Sapta Pesona
Kondisi yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat
wisatawan berkunjung ke suatu daerah/wilayah di negara kita. Sapta
pesona terdiri dari beberapa unsur, yaitu aman, tertib, sejuk, indah,
ramah-tamah dan kenangan. Kita harus menciptakan suasana indah dan
mempesona, dimana saja dan kapan saja, khususnya ditempat-tempat
yang banyak dikunjungi wisatawan dan pada waktu melayani
wisatawan. Dengan kondisi dan suasana yang menarik dan nyaman,
wisatawan akan betah tinggal lebih lama, merasa puas akan
kunjungannya dan memberikan kenangan yang indah dalam hidupnya.
Sehingga dengan terciptanya kondisi tersebut, maka pariwisata dapat
menjelma menjadi industri pariwisata yang menghasilkan produk-
produk wisata untuk dipasarkan. Menurut Nyoman S. Pendit definisi
pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan
lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta
menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. (Pendit, 1995:35)
Pada hakikatnya industri pariwisata adalah industri yang
mengutamakan jasa. Bidang ini merupakan industri yang sangat terkait
dengan ekonomi global, jika dikembangkan dengan baik maka akan sangat
membantu kehidupan ekonomi suatu negara atau daerah. Ada beberapa
definisi tentang jasa ini yang dapat dijadikan acuan untuk memahami
perbedaan konsep antara pemasaran produk atau barang dengan pemasaran
jasa. Menurut William J. Stanton (1994:220) definisi jasa adalah:
Jasa adalah kegiatan yang dapat didefinisikan secara tersendiri yang pada hakikatnya bersifat tidak teraba (intangible), yang merupakan pemenuhan kebutuhan, dan tidak harus terikat pada penggunaan benda yang nyata (tangible). Akan tetapi sekalipun penggunaan benda perlu, namun tidak terdapat adanya pemindahan pemilik atas benda (pemilik permanen).
Pada dasarnya jasa merupakan semua aktifitas ekonomi yang
hasilnya bukan berbentuk produk fisik atau konstruksi, yang umumnya
dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan serta memberikan nilai
tambah (misal: kenyamanan, hiburan, dan kesenangan) konsumen.
Produk jasa memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk
barang (produk fisik). Sebagian suatu produk jasa, wisata memiliki ciri-
ciri khusus yang membedakannya dengan produk pada umumnya.
Menurut Suyitno (2001:10), ciri-ciri khusus tersebut adalah:
a. Tidak berwujud (Intangibility)
Wisata bukanlah produk yang kasat mata yang dapat dilihat atau diraba,
namun kehadirannya dapat dirasakan.
b. Tidak memiliki ukuran kuantitatif (Unmeasurable)
Wisata tidak memiliki satuan ukuran tertentu, tetapi dapat diukur
melalui kelas wisata seperti deluxe, standard atau economy.
c. Tidak tahan lama atau mudah kadaluwarsa (perisable)
Masa jual wisata terbatas yaitu semenjak produk tersebut ditawarkan
hingga menjelang diselenggarakann.
d. Tidak dapat disimpan (Unstorable)
Tidak dapat menimbun sisa produk yang tidak terjual
e. Melibatkan konsumen (wisatawan) dalam proses produksinya
Menurut INPRES No.9 tahun 1969 Wisatawan adalah setiap orang
yang bepergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ketempat lain
dengan menikmati perjalanan dan kunjungannya itu. (Karyono, 1997:20).
Setiap orang dapat melakukan kegiatan perjalanan wisata dengan berbagai
cara karena alasan yang berneda-beda pula. Suatu perjalanan dianggap
sebagai perjalanan wisata bila memenuhi tiga persyaratan yang diperlukan,
yaitu: harus bersifat sementara, harus bersifat sukarela, dan tidak bekerja
yang sifatnya menghasilkan upah bayaran.
G. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif, yaitu
penelitian yang bertujuan mendeskripsikan atau menggambarkan fakta dan
peristiwa. Penelitian deskriptif hanya memaparkan situasi atau peristiwa,
tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesa atau
membuat prediksi (Rakhmat Jalaludin, 2001:24). Penelitian deskriptif
bertujuan sebagai berikut:
a. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala
yang ada.
b. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek yang
berlaku
c. Membantu perbandingan dan evaluasi
d. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi
masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk
menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang
(Jalaludin Rakhmat, 2001:25)
Penelitian yang dilakukan oleh penulis berusaha untuk
menggambarkan bagaimana strategi promosi yang dilakukan oleh Yayasan
Kanthil dalam upaya menarik wisatawan untuk berkunjung ke Kotagede.
Penelitian ini juga bersifat studi kasus mengenai strategi promosi
wisata kawasan cagar budaya dalam menarik wisatawan untuk berkunjung
ke Kotagede (study diskriptif tentang strategi promosi wisata kawasan
cagar budaya pada Yayasan Kanthil). Studi ini bertujuan untuk
mendiskripsikan atau menggambarkan suatu kasus, dalam hal ini adalah
strategi promosi wisata kawasan cagar budaya dalam menarik wisatawan
untuk berkunjung ke Kotagede.
Penelitian dengan studi kasus digunakan peneliti karena studi kasus
merupakan inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena, di dalam konteks
kehidupan nyata bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak
nampak dengan tegas dan di mana multi sumber bukti dimanfaatkan.
(YIN, 1996:18)
2. Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini adalah di Yayasan Kanthil di kampung
Pekaten KG11/826 RT 45 RW 09 Prenggan Kotagede Yogyakarta 55172.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian kualitatif
terdapat empat tekhnik pengumpulan data yaitu: (Lexy J. Moleong,
1994:153):
a. Wawancara (interview)
Merupakan proses tanya jawab secara lisan antara dua pihak atau
lebih yang berhadapan secara fisik. Wawancara dilakukan dalam
bentuk pertanyaan-pertanyaan baik yang telah digariskan atau yang
nantinya muncul tiba-tiba atau spontan. Teknik wawancara yang
digunakan adalah teknik wawancara bebas terpimpin karena dalam
wawancara, unsur kebebasan masih dipertahankan, sehingga
kewajaran dapat dicapai secara maksimal dan memudahkan
diperolehnya data secara mendalam (Hadi, 1997: 224).
Dalam penelitian ini, wawancara menggunakan informan. Menurut
Nurul Zuriah (2006:179) pengertian informan adalah seseorang yang
akan memberikan informasi sebagai bentuk respon bersedia bekerja
sama, bersedia menjawab pertanyaan sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
Untuk memperoleh data-data yang komprehensif penelitian kali ini
informan terdiri dari: M. Natsier (Ketua Yayasan Kanthil), Ida Fajar
(staf promosi dan kerjasama), Shinta Noor Kumala (sekretaris).
Wawancara ini di gunakan sebagai data pokok (data primer). Dalam
melakukan wawancara peneliti menggunakan suatu instrumen yaitu
interview guide, yang diharapkan dapat mempermudah atau
memperlancar proses wawancara.
b. Studi dokumentasi
Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri,
pengumpulannya oleh peneliti didapatkan dari buku-buku, majalah,
brosur, dan dokumen lain yang relevan dengan permasalahan yang
sedang dikaji (Marzuki, 1986:57). Data sekunder yang dipakai oleh
penulis adalah dokumen, arsip-arsip, serta dengan cara mengunjungi
langsung kawasan kotagede, leaflet yang relevan dengan permasalahan
yang sedang diteliti, sebagai kelengkapan data.
4. Tekhnik Analisis Data
Data penelitian deskriptif hanyalah memaparkan situasi atau
peristiwa. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak
menguji hipotesa atau membuat prediksi. Oleh sebab itu analisa yang
dilakukan adalah dengan pengolahan data kualitatif dengan mengacu pada
kegiatan promosi pada Yayasan kanthil.
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode non
statistik, yaitu analisis kualitatif yang hanya menggambarkan atau
memaparkan peristiwa, tidak mencari hubungan antar variabel.
a. Pengumpulan data, kegiatan ini dilakukan menggunakan cara
wawancara
b. Reduksi data, penyerhanaan dari data-data kasar. Reduksi data
merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan, membuang
data yang tidak perlu, mengorganisasi data hingga dapat ditarik
kesimpulan
c. Penyajian data, penyajian data merupakan upaya penyusunan,
pengumpulan, dan penyederhanaan informasi ke dalam suatu
konfigurasi yang mudah dipahami. Penyajian data yang sederhana dan
mudah dipahami adalah cara utama untuk menganalisis data deskriptif
kualitatif yang valid.
d. Menarik kesimpulan, data yang terkumpul disususn dalam satu
kesatuan kemudian dikategorikan sesuai dengan masalah-masalahnya.
Dan selanjutnya data tersebut dihubungkan dan dibandingkan anatara
satu dengan yang lainnya sehingga dapat ditarik kesimpulan dari
penyelesaian permasalahan. (Winardi, 1989)
5. Keabsahan Data
Untuk memperoleh keabsahan data diperkuat tekhnik pemeriksaan
meliputi pengukuran validitas yaitu pemeriksaan keabsahan data. Caranya
dengan menganalisis data yang telah terkumpul dan dibuat laporan
informasi yang telah diberikan atau penghalusan data oleh subyek atau
informan. Jika kurang sesuai diadakan perbaikkan ataupun responden
dapat memberikan penjelasan dan informasi yang telah diperoleh serta
memanfaatkan tekhnik Trianggulasi.
Trianggulasi adalah tekhnik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekkan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Denzin
(1978) membedakan empat macam trianggulasi sebagai teknik
pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik,
dan teori (Moleong, 1988:178).
Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
trianggulasi sumber yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam metode kualitatif. Hal itu dapat dicapai dengan cara:
a. Membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara.
b. Membandingkan dengan apa yang dikatakan orang dengan apa yang
dikatakan secara pribadi
c. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu
d. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan (Moleong, 1988;179)
Pendapat tentang trianggulasi data yang akan digunakan untuk
mengukur keabsahan data tersebut mengandung makna bahwa dengan
menggunakan metode trianggulasi dapat mempertinggi validitas, memberi
kedalaman hasil penelitian sebagai pelengkap apabila data yang diperoleh
dari sumber pertama masih ada keraguan.
Agar data yang didapat semakin dipercaya, maka data yang
diperoleh tidak hanya dari satu sumber saja, tetapi juga berasal dari
sumber-sumber lain yang berkaitan dengan subyek penelitian. Maksudnya
adalah cara tersebut dipakai dengan cara membandingkan data-data, yaitu
dari data wawancara, pengamatan secara langsung maupun dari
dokumentasi yang didapat pada waktu penelitian. Semuanya itu akan
dibandingkan dengan hasil pengamatan yang dilakukan dalam penelitian.
Top Related