1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Instagram adalah salah satu media sosial yang awalnya merupakan
aplikasi khusus untuk memasang foto-foto pengguna. Sejak tahun 2012, Facebook
mengakuisisi Instagram. Sejak saat itu, Instagram menjadi salah satu media sosial
yang diperhitungkan di dunia. Angka pengguna Instagram meningkat pesat hingga
400 juta pengguna aktif dengan 30 juta foto yang dubagikan serta 80 juta foto
yang diunggah setiap hari yang dimana umur Instagram pada saat itu masih 5
tahun yang dimana mampu mengalahkan pengguna twitter. Pengguna Instagram
yang banyak tersebut menjadi alat baru marketing di media sosial yang
mengalahkan para pendahulunya yaitu Twitter dan Facebook (RM, 2017:28)
Gambar 1.1 Logo Instagram
Sumber: Instagram, 2016
Komunikasi visual yang ditawarkan oleh Instagram sangat cocok dengan
ragam bisnis kuliner yang dimiliki oleh banyak pelaku UMKM. Saat ini,
konsumen ingin berkomunikasi dengan produsen, lalu melihat dan mengamati
setiap brand dengan cermat. Komunikasi visual memiliki beberapa keunggulan,
misalnya lebih cepat menyampaikan pesasn, menarik, artistik dan mudah meraih
kepercayaan konsumen. Beberapa tujuan utama penggunaan Instagram untuk
meningkatkan penjualan produk kuliner yaitu mendapatkan lebih banyak
2
Industri
Tekstil dan
Pakaian Jadi
15,07%
Industri Kulit
dan Alas Kaki
3,70% Industri
Kertas,
Percetakan
3,32%
Lainnya
8,49%
Industri
Makanan dan
Minuman
69,43%
pelanggan, mempromosukan produk secara autentik dan orisinal, membangun
kepercayaan pelanggan, meningkatkan visibilitas dan brand produk kuliner,
membangun komunikasi yang sehat dengan pelanggan dan mengedukasi
pelanggan sesuai benefit produk (RM, 2017:29).
Jika dilihat pada gambar 1.2 berdasarkan laporan Statistik Daerah Kota
Bandung 2016, menunjukkan bahwa potensi industri pengolahan di Kota
Bandung tahun 2015, sebanyak 69,43 persen adalah usaha industri makanan dan
minuman, disusul oleh usaha industri tekstil dan pakaian jadi sebanyak 15,07
persen. Dari sisi penyerapan tenaga kerja, tercacat bahwa industri makanan dan
minuman mampu menyerap 38,25 persen tenaga kerja dan sebanyak 36,22 persen
tenaga kerja diserap oleh industri tekstil. Hal ini menunjukkan bahwa usaha
kuliner memiliki potensi besar dalam pertumbuhan ekonomi di Kota Bandung.
Gambar 1.2 Potensi Usaha Industri Kota Bandung 2015
Sumber: BPS Kota Bandung, 2016
1.2 Latar Belakang Penelitian
Perkembangan teknologi informasi, dengan media sosial sebagai salah
satu produknya yang mendorong keterbukaan informasi dan kebebasan
berpendapat, telah membawa pengaruh yang besar terhadap dinamika kehidupan
masyarakat saat ini (Wedhaswary, 2011).
Industri Kimia,
Farmasi 0,91%
Industri Karet,
Plastik 1,67%
Industri Barang
Logam 1,89%
Industri Mesin
1,17%
Industri Lainnya
2,85
3
Gambar 1.3
Jumlah Pengguna Media Sosial Secara Global Tahun 2017
Sumber: wearesocial.com
Berdasarkan data yang diperoleh dari (Kemp, 2017) pada gambar 1.2
mengenai jumlah pengguna media sosial secara global tahun 2017 menunjukkan
bahwa pengguna media sosial telah mencapai 2,789 miliar orang dengan penertasi
global sebesar 37%, jumlah pengguna media sosial yang mengkases
menggunakan mobile sebanyak 2,549 miliar orang dengan penertasi sebesar 34%.
Pada tahun 2017 dapat dilihat bahwa pengguna media sosial secara global
meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 2.31 miliar di tahun 2016.
Gambar 1.4
Jumlah Pengguna Media Sosial di Indonesia Tahun 2017
Sumber: wearesocial.com
4
Data yang diperoleh dari (Kemp, 2017) pada gambar 1.3 mengenai jumlah
pengguna media sosial di Indonesia tahun 2017 menunjukkan bahwa terdapat
sebanyak 106 miliar pengguna aktif dengan penetrasi sebesar 40%, sedangkan
pengguna media sosial yang mengakses via mobile sebanyak 92 miliar dengan
penetrasi sebesar 35%. Terjadi peningkatan yang cukup signifikan untuk
pengguna media sosial di Indonesia yang dimana pada tahun sebelumnya 79
miliar pengguna di tahun 2016.
Berdasarkan data terakhir pengguna media sosial Instagram, Indonesia
adalah pengguna instagram terbesar di Asia. Pada tahun 2017, pengguna media
sosial Instagram di Indonesia mencapai 45 juta pengguna yang dimana angka
tersebut naik dua kali lipat dari tahun sebelumnya yang mencapai 22 juta
pengguna pada tahun 2016 (Ryza, 2017). Secara global, pengguna instagram
memiliki lebih dari 800 juta pengguna aktif dan komunitas bisnis yang didominasi
oleh Usaha Kecil Menengah telah tumbuh menjadi 25 juta pengguna pada bulan
Desember 2017 dibandingkan pada bulan Juli 2017 yaitu sebanyak 15 juta
pengguna (Akbar, 2017).
Gambar 1.5
Data Pertumbuhan Pengguna Media Sosial Tahun 2014
Sumber: Hubspot dan Iconosquare
Berdasarkan gambar 1.4 dapat diketahui data statistik mengenai
pertumbuhan penggunaan media sosial yang dari lima media sosial yang
5
memperlihatkan bahwa Instagram adalah media sosial dengan tingkat
pertumbuhan tertinggi sebesar 93% lalu diurutan selanjutnya yaitu Facebook
sebesar 91%, YouTube sebesar 89%, Twitter sebesar 87% dan Google+ sebesar
80% (Webb, 2016).
Laporan dari SumAll yang merupakan lembaga analisa dari Amerika
Serikat menjelaskan bahwa Instagram merupakan platform media sosial yang
paling efektif dalam memacu bisnis. Instagram juga merupakan layanan yang
hanya berbasis aplikasi mobile, dinyatakan sebagai media sosial yang paling cepat
menciptakan follower baru dan hal tersebut baik untuk pelaku bisnis. Menurut
CEO SumAll, jika para pelaku bisnis memiliki produk visual dan tidak ada di
Instagram, maka perusahaan tersebut akan kehilangan brand awareness dan
pendapatan (Bhaskoro, 2013).
Selain itu, hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa
Internet Indonesia (APJII) yang bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan bahwa berdasarkan populasi, jumlah pengguna internet terbanyak
berada di Provinsi Jawa Barat sebanyak 16,4 juta, diikuti oleh Jawa Timur 12,1
juta pengguna dan Jawa Tengah sebesar 10,7 juta pengguna pada tahun 2013
(Marius, Anggoro, & Content is The King, 2015).
Beberapa tahun terakhir, makin banyak pelaku usaha, baik perusahaan
besar maupun ritel, beralih atau mengembangkan usaha ke arah digital. Menurut
Ketua Umum Indonesian E-Commerce Association (idEA) mengatakan bahwa
data Sensus Ekonomi 2016 dari Badan Pusat Statistik menyebutkan, industri e-
commerce Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir tumbuh sekitar tujuh belas
persen dengan total jumlah usaha e-commerce mencapai 26,2 juta unit
(Abdurrahman, 2017). Presiden Jokowi akhirnya resmi mengundangkan Peta
Jalan Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik (SPNBE) atau Roadmap
e-Commerce 2017 – 2019 dalam sebuah Peraturan Presiden (Perpres) nomor 74
Tahun 2017. Road Map E-Commerce untuk Rakyat Indonesia secara garis besar
program nya adalah (BOC, 2017):
1. Pendanaan (Optimalisasi pendanaan untuk UMKM digital dan start-up
e-commerce)
6
2. Perpajakan (Penyederhanaan kewajiban dan persamaan perlakuan
pajak)
3. Perlindungan Konsumen (Perlindungan konsumen dan pelaku industri
dengan regulasi)
4. Pendidikan dan Sumber Daya Manusia (Edukasi ekosistem e-
commerce dan pengambilan kebijakan)
5. Infrastruktur Komunikasi (Peningkatan infrastruktur komunikasi
sebagai pondasi e-commerce)
6. Logistik (Peningkatan efisiensi logistik e-commerce dengan Sistem
Logistik Nasional)
7. Keamanan Siber (Penguatan sistem keamanan siber untuk
meningkatkan keamanan transaksi online).
Gambar 1.6
Roadmap E-Commerce Indonesia 2017-2019
Sumber: boc.web.id
Perpres dikeluarkan dengan pertimbangan ekonomi berbasis elektronik
mempunyai potensi ekonomi yang tinggi bagi Indonesia, dan merupakan salah
satu tulang punggung perekonomian nasional, serta dalam rangka
mengoptimalkan pemanfaatan potensi ekonomi berbasis elektronik, pemerintah
memandang perlu mendorong percepatan dan pengembangan sistem perdagangan
nasional berbasis elektronik (e-Commerce), usaha pemula (start-up),
7
pengembangan usaha, dan percepatan logistik dengan menetapkan Peta Jalan
Sistem Perdagangan Nasional Berbasis Elektronik (Roadmap e-Commerce) yang
terintegrasi (Kominfo, 2017). CEO Bukalapak.com Ahmad Zaky mengatakan,
jika penerapan pajak terhadap pelaku e-commerce dilakukan, dikhawatirkan
terjadi perpindahan barang yang selama ini dijual atau ditaruh di lapak online.
Para penjual yang mengisi lapak online yang kebanyakan UKM akan khawatir
terkena pajak padahal pendapatan mereka tidaklah luar biasa (Glienmourinsie,
2017). Hasil dari survei yang dilakukan idEA, perdagangan online di media sosial
jauh lebih banyak daripada di marketplace. Hal tersebut dapat menjadi potensi
pajak yang bisa dikejar pemerintah dari e-commerce di media sosial jauh lebih
besar daripada yang bisa didapatkan dari marketplace. Survei idEA yang
dilakukan terhadap 1.800 responden di 11 kota besar mengungkapkan, hanya 16%
pelaku e-commerce yang berjualan di marketplace dan responden yang berjualan
di media sosial (facebook, instagram) mencapai 59%, lalu selebihnya berjualan di
platform lain atau website sendiri (Sukmawijaya, 2018).
Kehidupan ekonomi kota Bandung terus mengalami perkembangan. Kini
tidak lagi hanya sekedar kota tujuan wisata belanja bagi produk sandang dan kulit,
tapi juga telah meluas pada sektor makanan dan masakan. Keberadaannya sebagai
tujuan wisata semakin mantap seiring menjamurnya kreasi dan kreatifitas
kulinernya dengan sajian aneka masakan dan minuman khasnya (Syasadmin,
2009). Ketua Bidang Pajak Cybersecurity Infrastruktur idEA Bima Laga,
mengatakan bila terjadi perlakuan yang berbeda mengenai kebijakan e-commerce
dengan media sosial, maka akan membawa dampak yang buruk terhadap
perkembangan e-commerce di Indonesia dan pelaku usaha akan berpindah ke
media sosial (Goenawan, 2018).
Menurut Menteri Pariwisata, Arief Yahya, sektor kuliner memberikan
kontribusi kepada pendapatan negara sebesar Rp 208,6 triliun dengan rata-rata
pertumbuhan sekitar 4,5 persen pada tahun 2013 lalu. Sementara penyerapan
tenaga kerja di sektor kuliner ini mencapai 3,7 juta orang dengan rata rata
pertumbuhan mencapai 26 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kuliner Indonesia
mampu menjadi salah satu penggerak ekonomi masyarakat. Bandung bersama
8
empat kota/daerah lainnya yaitu Yogyakarta, Solo, Semarang, dan Bali,
ditetapkan sebagai destinasi wisata kuliner Indonesia oleh Kementerian Pariwisata
(Widianto, 2015). Kota Bandung layak untuk dijadikan pusat kajian seni kuliner
Indonesia. Pasalnya, kuliner yang bermunculan dari Bandung selalu menjadi tren
kuliner Indonesia. Ragam wisata kuliner yang tidak ada habisnya ini muncul dari
penduduk Bandung yang kreatif dan inovatif. Para pengusaha berani membuat
gebrakan baru dalam bisnis terutama kuliner (Yulee, 2014).
Saat ini sudah cukup banyak para penggiat sosial media yang
menggunakan fasilitas Instagram dalam membangun bisnis online sebagai alat
untuk mempromosikan produk yang mereka tawarkan. Hal tersebut dikarenakan
bahwa perkembangan Instagram yang semakin hari kian berkembang pesat
dengan diikuti jumlah pengguna yang turut melesat. Beberapa fitur terbaru
diluncurkan Instagram untuk membantu para pelaku bisnis untuk memperluas
jangkauan pasar, seperti (InfoDigi, 2017):
1. Melihat insight market, dalam hal ini kita dapat melihat data statistik
demografi followers yang meliputi usia, jenis kelamin, domisili followers
serta pada jam berapa followers sedang online di instagram,
2. Jam upload foto, dengan adanya insight market, pelaku usaha dapat
mengetahui pada jam berapa followers sedang aktif menggunakan
instagramnya sehingga pelaku usaha tidak terlalu bergantung pada prime
time.
3. Kemudahan klien menghubungi pengguna, dengan mengisi kontak bisnis
seperti email, alamat kantor atau pun nomor telepon, pelaku usaha akan
mudah dihubungi oleh followers secara pribadi.
4. Informasi kategori instagram bisnis, terdapat beberapa kategori bisnis
yang dapat pelaku usaha gunakan sesuai dengan jenis bisnis yang
ditawarkan, hal ini akan mempermudah followers dalam mengidentifikasi
jenis usaha yang ditawarkan.
Dari segi aspek bisnis, peluang yang besar diberikan media sosial salah
satuya instagram, membuat banyak perusahaan dan usaha kecil menengah
(UKM), memanfaatkan media sosial untuk kepentingan pemasaran (marketing),
9
mengkomunikasikan dan mensosialisasikan produk-produk, ide dan gagasannya,
hingga melakukan e-commerce. Media sosial merupakan alat yang penting untuk
semua bisnis karena memungkinkan perusahaan untuk berkomunikasi dengan
mendengarkan dan belajar dari pelanggan kita dengan cara yang tidak pernah
dilakukan sebelumnya (Jones, Borgman, & Ulusoy, 2014).
Hasil penelitian sebelumnya menemukan bahwa media sosial yang paling
banyak digunakan oleh UKM adalah Facebook, Twitter dan Instagram. Bagi
sebagian besar UKM manfaat dari penggunaan media sosial adalah untuk
komunikasi personal dengan konsumen, pemasaran dan iklan, mendata kebutuhan
konsumen, memberikan respon pada konsumen, membantu pengambilan
keputusan dan sebagai forum diskusi dengan konsumen (Purwidiantoro, Kristanto,
& Hadi, 2016)
Tingginya angka penggunaan internet dan media sosial sebagai tempat
melakukan bisnis, menunjukkan bahwa pasar konvensional bukan lagi menjadi
media untuk memaksimalkan potensi yang ada bagi UMKM di Indonesia, akan
tetapi dibutuhkan pasar elektronik untuk memaksimalkan potensi ekonomi digital
tersebut (Wisnubrata, 2016). Situs media sosial dan halaman web memberikan
para pelaku usaha kecil untuk mengatasi keterbatasan waktu dan sumber daya
keuangan yang memungkinkan mereka menjangkau pelanggan dengan biaya yang
efektif (Jones, Borgman, & Ulusoy, 2014).
Media sosial merupakan sebuah fenomena baru yang telah mengubah cara
lingkungan bisnis beroperasi. Melalui media sosial, bisnis mendapat akses yang
berkaitan dengan sumber daya yang tidak tersedia bagi pemilik bisnis. Hal ini
menjadi penting bagi pemilik bisnis untuk memahami bagaimana media sosial
bekerja sebagai alat komunikasi, pemasaran dan bagaimana mereka secara
signifikan dapat mengembangkan bisnis mereka (Nugroho & Kastaman, 2014).
Namun, data survey dari Deloitte Access Economics pada 437 UKM yang
tersebar Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan dan Makassar, ditemukan
bahwa sebesar 36% UKM masuk dalam kategori bisnis luring tanpa akses
broadband, 37% sudah masuk dalam bisnis daring dasar, 18% masuk dalam
kategori bisnis daring menengah dan hanya 9% yang masuk dalam kategori bisnis
10
dari lanjutan. Kondisi ini masih jauh dari harapan optimalisasi UKM Indonesia.
Jika UKM didorong untuk masuk ke dalam bisnis daring menengah dan lanjutan,
pertumbuhan bisnis akan mampu bertumbuh sebanyak 80% lebih besar
dibandingkan bisnis luring (Baziad, 2015). Masih banyak pelaku Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah yang belum memanfaatkan media sosial dengan benar untuk
mempromosikan produk serta jasa yang ditawarkan. Pelaku UMKM yang
memunyai akun media sosial seringkali tidak menyadari kapasitas produksi yang
dimiliki. Contohnya, tidak siap terhadap besarnya pesanan yang masuk sehingga
proses produksi dilakukan seadanya dan akibatnya kualitas barang terkena imbas.
Founder dan CEO GDILab Billy Boen menerangkan media sosial sangat penting
sebagai alat promosi, sehingga setiap pelaku usaha sebaiknya memunyai kanal di
dunia digital (Margrit, 2017).
Deputi Bidang Produksi dan Pemasaran Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah (UKM), Wayan Dipta meminta kepada pelaku UKM untuk
beralih mempromosikan produknya dari konvensional marketing ke bisnis online.
Namun, keterbatasan infrastruktur jaringan teknologi terhadap pelaku industri
UKM masih menjadi kendala. Selain masalah infrastruktur, pemahaman terhadap
bahasa asing juga menjadi kendala para pelaku UKM. Akibatnya, para pelaku
UKM harus melalui pihak lain dalam berinteraksi dengan pembeli dari luar negeri
(Perdana, 2016). Banyak pelaku usaha terutama Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) yang masih terjerat dengan kemiskinan. Hal itu dikatakan Kepala Bidang
Usaha Non-Formal Dinas KUKM Kota Bandung, Ahmad Tadjudin Sastrawinata.
Beliau mengatakan saat ini pemerintah kota Bandung akan membina para pelaku
usaha kecil dan menengah. Masalah utamanya ialah mengenai permodalan. Akses
mereka sangat minim. Kami harus mendidik mereka bagaimana caranya
mempromosikan produk-produk mereka. Untuk promosi, pelaku UMKM
setidaknya harus mulai memberdayagunakan media sosial (Mawardi, 2017).
Teknologi informasi yang telah diciptakan tidak langsung membuat orang-
orang dapat menerimanya. Terdapat beberapa penyebab yang membuat orang
menerima atau menolak menggunakan teknologi informasi. Di antara banyak
variabel yang dapat mempengaruhi penggunaan dari sistem. Penelitian
11
sebelumnya menunjukkan terdapat dua faktor penentu yang sangat penting.
Pertama, orang cenderung menggunakan atau tidak menggunakan aplikasi
dipengaruhi dari sejauh mana mereka percaya hal tersebut akan membantu mereka
dalam melakukan pekerjaan dengan lebih baik, ini menjadi variabel pertama
persepsi pemanfaatan (perceived of usefulness). Kedua, jika pengguna percaya
bahwa aplikasi tersebut bermanfaat, maka mungkin pada saat yang sama,
pengguna juga percaya bahwa sistem akan sulit digunakan dan manfaat kinerja
pengguna sebanding dengan upaya menggunakan aplikasi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa disamping manfaatnya, penggunaan teori juga dipengaruhi
oleh persepsi kemudahaan penggunaan (perceived ease of use) (Davis, 1989).
Menurut Davis (1986) TAM merupakan sebuah teori sistem informasi
yang dirancang untuk menjelaskan bagaimana pengguna mengerti dan
menggunakan sebuah teknologi informasi. TAM dibuat untuk mengetahui
teknologi dapat diterima atau ditolak oleh pengguna. Tujuan dari teori TAM
adalah memberikan penjelasan terhadap faktor-faktor penentu penerimaan
komputer yang lebih umum sifatnya, sehingga dapat menjelaskan perilaku
pengguna dari berbagai macam teknologi komputasi dan pengguna. Sikap
seseorang terhadap penggunaan sistem (attitude toward using, A) bergantung
pada persepsi pemanfaatan (perceived usefulness, PU) dan persepsi kemudahaan
penggunaan (perceived ease of use, EOU) sebagai tingkat keyakinan seseorang
mengenai kemudahan dalam menggunakan sistem tertentu atau sejauh mana
seseorang mengeluarkan upaya seminimum mungkin (Winarko & Mahadewi,
2013).
Dari fenomena yang telah dijelaskan sebelumnya, teknologi informasi
dalam hal ini media sosial akan sangat berperan untuk memajukan sektor Usaha
Mikro dan Kecil Menengah (UMKM). Media sosial menawarkan berbagai
keuntungan apabila mampu diterapkan secara efektif oleh pelaku UMKM.
Sehingga dapat dilakukan analisis untuk mengetahui bagaimana pengguna dapat
menerima dan memahami sebuah teknologi informasi dalam hal ini media sosial
yaitu instagram oleh penggunanya yaitu pelaku Usaha Mikro dan Kecil Menengah
(UMKM) yang bergerak di bidang kuliner. Sehingga dilakukan penelitian dengan
12
judul “Analisis Penggunaan Media Sosial Instagram dengan Pendekatan
Technology Acceptance Model (TAM): (Studi Kasus pada UMKM Kota
Bandung Bidang Kuliner)”
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, dapat disimpulkan bahwa media sosial
Instagram sebagai fenomena yang dapat mengubah cara bisnis beroperasi menjadi
alat yang penting karena memungkinkan perusahaan untuk berkomunikasi untuk
mendapatkan inforamsi dan belajar dari pelanggan. Namun, bagi sebagian pelaku
usaha kecil masih sulit karena belum mampu menggunakan media sosial dengan
Instagram dengan baik.
Media sosial Instagram akan memberikan berbagai keuntungan apabila
mampu diterapkan oleh pelaku UMKM di Kota Bandung yang dimana pengguna
media sosial Instagram terus mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun
ke tahunnya. Hal tersebut menjadi penting bagi pelaku UMKM di Kota Bandung
untuk memahami bagaimana media sosial Instagram bekerja sebagai alat
komunikasi, pemasaran, dan bagaimana pengaruh media sosial Instagram dalam
mengembangkan bisnis mereka.
Walaupun dengan adanya teknologi informasi yang tercipta, tidak
langsung membuat calon pengguna dapat menerimanya dengan baik. Ada dua
faktor penting penentu dalam penerimaan suatu sistem dalam penelitian ini yaitu
pengaruh Persepsi Kemudahan (Perceived Ease of Use) dan Persepsi Pemanfaatan
(Usefulness) terhadap Niat untuk tetap menggunakan (Behavioral Intention to
Use). Sehingga dalam penelitian ini dilakukan analisis untuk mengetahui
bagaimana pengguna dalam hal ini Pelaku UMKM Kota Bandung dapat
menerima dan memahami sebuah teknologi informasi yaitu media sosial
Instagram.
13
1.4 Pertanyaan penelitian
1. Seberapa besar pengaruh persepsi kemudahan penggunaan (perceived
ease of use) terhadap persepsi pemanfaatan (perceived usefulness)
dalam penggunaan instagram?
2. Seberapa besar pengaruh persepsi kemudahan (perceived ease of use)
terhadap niat untuk menggunakan (behavioral intention to use)
instagram?
3. Seberapa besar pengaruh persepsi pemanfaatan (perceived usefulness)
terhadap niat untuk menggunakan (behavioral intention to use)
instagram?
4. Seberapa besar pengaruh persepsi pemanfaatan (perceived usefulness)
dan persepsi kemudahan (perceived ease of use) terhadap niat untuk
menggunakan (behavioral intention to use)?
1.5 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui besar pengaruh persepsi kemudahan penggunaan
(perceived ease of use) terhadap persepsi pemanfaatan (perceived of
usefulness) dalam penggunaan media sosial Instagram.
2. Mengetahui besar pengaruh persepsi pemanfaatan (perceived of
usefulness) terhadap niat untuk menggunakan (behavioral intention to
use) media sosial Instagram.
3. Mengetahui besar pengaruh persepsi pemanfaatan (perceived
usefulness) terhadap niat untuk menggunakan (behavioral intention to
use) media sosial Instagram.
4. Mengetahui besar pengaruh persepsi pemanfaaatan (perceived
usefulness) dan persepsi kemudahan (perceived ease of use) terhadap
niat untuk menggunakan (behavioral intention to use) media sosial
Instagram.
14
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman
tentang analisis penggunaan media sosial Instagram pada Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) Kota Bandung bidang kuliner yang dapat mempengaruhi
penggunaan media sosial Instagram dalam menjalankan bisnis berdasarkan
Techonolgy Acceptance Model (TAM). Dalam bidang usaha, hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk meningkatkan penggunaan dan
pemasaran dengan menggunakan media sosial Instagram dalam menjalankan
bisnis. Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini juga dapat berkontribusi sebagai
literatur untuk penelitian selanjutnya mengenai analisis penggunaan media sosial
Instagram pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) berdasarkan
Technology Acceptance Model (TAM).
1.6.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman dan tambahan
informasi kepada pelaku Usaha Mikro dan Kecil Menengah (UMKM) mengenai
manfaat instagram untuk pengembangan usahanya.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
1.7.1 Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Kota Bandung, Jawa Barat dengan
objek penelitian yaitu pelaku Usaha Mikro dan Kecil Menengah (UMKM) yang
menggunakan instagram.
1.7.2 Waktu dan Periode Penelitian
Penelitian ini memakan waktu selama kurang lebih dua bulan untuk
mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan yaitu 7 bulan, dimulai dari bulan
Januari hingga bulan Juli 2018.
15
1.8 Sistematika Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN
Berisikan tinjauan pustaka penelitian, penelitian terdahulu hingga kerangka
pemikiran. Pengumpulan data dan sumber data, teknik pemeriksaan data hingga
teknik analisis data.
BAB III METODE PENELITIAN
Berisikan karakteristik penelitian, tahapan pelaksanaan penelitian,
populasi dan sampel penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Berisikan deskripsi data, temuan hasil penelitian hingga pembahasan
temuan hasil penelitian.
BAB V KESIMPULAN
Berisikan kesimpulan penelitian dan saran.