1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.1.1 Sarana Transportasi di Jakarta
Semakin bertambahnya jumlah penduduk serta semakin
berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi tentunya memicu
peningkatan aktifitas ekonomi masyarakat. Peningkatan aktifitas ekonomi
masyarakat tak lepas dari kebutuhan dalam bertransportasi. Kebutuhan
transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat
aktivitas ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya. Dalam kerangka
makro-ekonomi, transportasi merupakan tulang punggung perekonomian
nasional, regional, dan lokal, baik di perkotaan maupun di pedesaan.
Sarana transportasi yang ada di darat, laut, maupun udara memegang
peranan vital dalam aspek sosial ekonomi melalui fungsi distribusi antara
daerah satu dengan daerah yang lain (Kepala Bidang Pembinaan Profesi,
Masyarakat Transportasi Indonesia, 2008). Indonesia merupakan negara
kepulauan dimana pembangunan sektor transportasi dirancang untuk tiga
tujuan yaitu: mendukung gerak perekonomian, stabilitas nasional, dan
mengurangi ketimpangan pembangunan antar wilayah dengan
2
memperluas jangkauan arus distribusi barang dan jasa ke seluruh pelosok
Nusantara (Biro Pusat Statistik, 2013).
Transportasi darat merupakan jenis transportasi yang paling
dominan di Indonesia dibandingkan tranportasi lainnya seperti
transportasi udara dan transportasi laut. Hal ini ditunjukkan dari data
Badan Litbang Kementrian Perhubungan 2001 yang menggambarkan
bahwa ± 95% perjalanan penumpang dan barang menggunakan jenis
transportasi darat. Besarnya persentase tersebut merefleksikan tingginya
ketergantungan penduduk Indonesia terhadap jenis transportasi ini
(Sumber: Astalog.com). Transportasi darat memberikan kontribusi dalam
meningkatkan perekonomian di suatu wilayah. Ini dapat dilihat bahwa
pada umumnya daerah-daerah yang memiliki jaringan angkutan darat,
sebagai sarana yang dapat menghubungkan daerah tersebut dengan daerah
lain, akan memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dibandingkan
daerah-daerah yang terisolir. Transportasi darat di Indonesia dibagi
menjadi dua yaitu transportasi darat menggunakan kendaraan (mobil,
sepeda motor, bus, truk) dan kereta api. Perkembangan produksi
transportasi darat menggunakan kereta api mengalami penurunan setiap
tahunnya sebesar 3,89% per tahun (Badan Pusat Statistik, 2013).
Kendaraan pribadi telah menjadi salah satu kebutuhan penting yang
tak terpisahkan bagi masyarakat urban yang aktif dan memiliki mobilitas
cukup tinggi di perkotaan. Tingkat kertergantungan mobilitas penduduk
Jakarta terhadap mobil pribadi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
3
kota-kota besar lainnya di Asia-Pasifik dan global. Hal tersebut
dibuktikan dari hasil survei Frost & Sullivan, 2014 yang merupakan
salah satu lembaga survei dari Singapura. (Lihat Gambar 1.1)
Gambar 1.1 Penggunaan Sarana Transportasi
Sumber: Frost & Sullivan (2014)
Berdasarkan gambar diatas dapat disimpulkan bahwa masyarakat
Jakarta sangat bergantung kepada transportasi pribadi. Diperkirakan 62
persen penduduk Jakarta bergantung pada kendaraan pribadi, hanya 14
persen yang mengandalkan transportasi umum dapat dilihat pada Gambar
1.1. Hal tersebut dikemukakan oleh Vivek Vaidya, Vice President Frost
& Sullivan pada seminar “Prediksi Industri Otomotif Indonesia 2014”.
Sedangkan 19 persen masyarakat menggunakan mobil pribadi dan
transportasi publik dan sisanya 4 persen, tidak menggunakan kendaraan
bermotor sama sekali. Beliau juga menjelaskan bahwa dari hasil survei
yang dilakukan, mayoritas masyarakat enggan untuk menggunakan
transportasi umum dikarenakan beberapa hal antara lain tingkat
kriminalitas yang tinggi terjadi di transportasi umum, serta transportasi
4
umum yang tersedia cenderung kurang nyaman bahkan seringkali penuh
dan harus berdesak-desakan. Jaminan akan keselamatan angkutan umum
sangatlah rendah. Hal ini ditandai dengan banyaknya kasus kecelakaan
yang terjadi. Sehingga kondisi ini semakin menghambat untuk
mendorong minat masyarakat beralih memanfaatkan angkutan umum
sebagai pengganti dari kendaraan pribadi.
Sepanjang lima tahun terakhir, 2010 - 2014, jumlah angkutan umum
yang terlibat kecelakaan mencapai sebanyak 4.962 unit. Artinya, rata-rata
setiap hari hampir 1.000 angkutan umum terlibat kecelakaan di jalan
(Ditlantas Polda Metro Jaya, 2014). Menurut kriminolog Adrianus E.
Meliala, kejahatan di Jakarta sudah pada tingkat yang mengkhawatirkan.
Penggunaan senjata api dan kekerasan seksual di transportasi publik telah
membuat masyarakat resah. Data di Bidhumas Polda Metro Jaya
menyebutkan, sepanjang tahun 2012 terjadi 31 kasus kejahatan di
angkutam umum. Yang paling sering terjadi di angkutan kota dan taksi.
Dari 31 kasus, 16 kasus dialami penumpang perempuan. Bukan hanya
tingkat kriminalitas yang tinggi di Indonesia tetapi juga, usia kendaraan
umum yang sudah tidak layak pakai di Indonesia membuat masyarakat
merasa tidak aman dan nyaman.
Pemerintah DKI Jakarta mengesahkan Perda Nomor 5/2014 tentang
Transportasi yang mengatur batas usia maksimal kendaraan umum dan
kendaraan barang adalah 10 tahun. Pembatasan usia 10 tahun ini berlaku
untuk jenis bus besar, sedang, kecil, serta angkutan barang. Khusus
5
angkutan jenis taksi, maksimal batas umur yang diberikan adalah 7 tahun.
Berdasarkan data dewan Transportasi Kota Provinsi DKI Jakarta, 65%
angkutan umum dan angkutan barang sudah tidak layak atau sudah
berusia lebih dari 10 tahun. Dari 98.529 unit kendaraan, sebanyak 63.913
unit kendaraan sudah tidak dapat beroperasi. Jenis kendaraan yang tidak
layak pakai ini terdiri dari bus besar, bus kecil, taksi bajaj, truk barang,
hingga bus antar kota antar provinsi. Tak dapat dipungkiri masyarakat
cenderung merasa lebih aman jika menggunakan transportasi pribadi jika
dibandingkan dengan transportasi umum.
Dalam survei yang dilakukan oleh TNS Sofres, 2015 menyebutkan
bahwa untuk aktivitas mobilitas sehari – hari, masyarakat cenderung lebih
menyukai transportasi pribadi mereka dengan menggunakan mobil (Lihat
gambar 1.2). Saat menggunakan transportasi pribadi, masyarakat
cenderung merasa lebih nyaman, cepat, praktis dan aman.
Gambar 1.2 Pemilihan Sarana Tranportasi Masyarakat
Sumber : TNS Daily for OICA on the image for reputation of the
automotive industry 2015
6
Sektor industri otomotif di Indonesia berkembang dengan pesat
menurut Kementerian Perindustrian Saleh Husein (2015), selain itu
industri otomotif juga berperan penting dalam perekonomian nasional.
Data Kementrian Perindustrian menunjukkan bahwa industri otomotif
menyerap tenaga kerja hingga 1,3 juta orang, mencakup industry
perakitan, komponen, showroom, dan bengkel. Saat ini Indonesia menjadi
negara produsen otomotif kedua terbesar di ASEAN setelah Thailand.
Thailand pada 2014 memproduksi sekitar 1,9 juta kendaraan per tahun,
dan 50 persennya diekspor. Indonesia memiliki kemampuan produksi
sekitar 1,3 juta unit per tahun dan masih berorientasi pasar dalam negeri
(Lihat Gambar 1.3).
Gambar 1.3 ASEAN Domestic Automarket & Production Tahun
2014
Sumber: ASEAN Automotive Federation (2014)
Potensi pasar domestik kendaraan roda empat sangat ditopang oleh
jumlah penduduk kelas menengah. Berdasarkan data AC Nielsen pada
7
2013, tingkat pertumbuhan jumlah penduduk kelas menengah di ASEAN
pada 2012-2020 sebesar 110,5 persen. Indonesia bahkan mencapai 174
persen, tertinggi di antara seluruh negara ASEAN. Hal ini menunjukkan,
permintaan kendaraan bermotor dalam negeri akan terus meningkat.
Gambar 1.4 Pertumbuhan Domestik Market dan Produksi Mobil
Januari – Agustus 2015
Sumber: GAIKINDO, 2015
Penjualan kendaraan roda empat diprediksi akan mengalami
pertumbuhan yang signifikan pada tahun 2016. Menurut Ketua Umum
Gaikindo, angka penjualan pada industry otomotif dapat mencapai angka
lebih dari 1.2 juta unit bahkan dapat mencapai angka 1.3 juta unit pada
tahun 2016 dibanding pada tahun 2014 yang hanya mencapai angka 1.115
8
juta sampai 1.2 juta unit. Dan pada tahun 2015, data domestik market dan
produksi mobil dari Januari sampai Agustus 2015 mengalami peningkatan
secara signifikan. Hal ini berarti pertumbuhan industri otomotif Indonesia
terus menerus berkembang dari segi pemintaan barang dan produksi
mobil (Lihat pada gambar 1.4).
Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Dirinci
Menurut Kepulauan Tahun 2009-2013
Sumber: Badan Pusat Statistik (2013)
Menurut data dari Badan Pusat Statistik pertumbuhan jumlah
kendaraan bermotor meningkat setiap tahunnya. Tercatat sebanyak
54.353.720 kendaraan berada di Jawa, yang menduduki peringkat
tertinggi dengan jumlah kendaraan terbanyak di Indonesia. Peningkatan
kendaraan bermotor di Jakarta cukup signifikan dengan tingkat kenaikan
11-12% setiap tahunnya. (Lihat Tabel 1.1)
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Direktorat Lalu Lintas
Polda Metro Jaya, jumlah kendaraan bermotor di Jakarta dan sekitarnya
9
bertambah sebanyak 5.500 hingga 6.000 unit kendaraan per hari. Jumlah
unit kendaraan bermotor hingga akhir 2014 di Jakarta sebanyak
17.523.967 unit yang didominasi oleh kendaraan roda dua dengan jumlah
13.084.372 unit. Diikuti dengan mobil pribadi sebanyak 3.226.009 unit,
mobil barang 673.661 unit, bus 362.066 unit, dan kendaraan khusus
137.859 unit.
1.1.2 Perilaku Masyarakat Terhadap Kendaraan
Pada jaman dahulu, masyarakat kelas menengah menilai bahwa
mobil merupakan sebuah kendaraan yang sangat sulit dijangkau atau
direalisasikan, tetapi saat ini memiliki mobil bukan suatu hal yang sulit
diwujudkan. Berdasarkan hasil survei Nielsen (2015) yang dilakukan
secara online yang melibatkan 503 pengguna internet 66% pria dan
sisanya wanita mengatakan bahwa masyarakat kelas menengah jika
memiliki kesempatan pasti mereka akan membeli mobil baru,
mengupgrade mobil yang sudah lama atau menambah mobil yang mereka
miliki. Hal tersebut didukung pula dengan data yang didapat dari TNS
Forces (2015). Pada survei yang dilakukan pada 18 Negara dengan
14.000 responden, selain sebagai sarana transportasi, kepemilikan mobil
juga menjadi sebuah kebutuhan emosional.
10
Gambar 1.5 Persentase Ketergantungan Masyarakat Terhadap
Mobil
Sumber: TNS Daily for OICA 2015
Tingkat kepercayaan konsumen Indonesia termasuk yang tinggi di
dunia yaitu di angka 124 dengan batas standard psikologis adalah 100.
Batas standard psikologis ini menentukan perilaku optimis dan pesimis
konsumen Indonesia. Jika tingkat kepercayaan konsumen berada dibawah
100, maka perilaku konsumen tergolong pesimis terhadap ekonomi
outlook mereka. Ekonomi outlook disini meliputi keyakinan konsumen
terhadap job market, status keuangan mereka, dan seberapa besar
pengeluaran mereka (Marketeers.com, 2015). Walaupun saat ini
perekonomian Indonesia masih tidak stabil dengan harga nilai tukar
Rupiah yang masih tinggi terhadap mata uang Dollar, hal ini tidak
mempengaruhi permintaan konsumen terhadap kendaraan beroda empat
dan dapat dikatakan bahwa penjualan mobil dari tahun ke tahun akan
meningkat selama penawaran harga yang diberikan tergolong affordable.
11
1.1.3 Servis Kendaraan Pribadi
Melihat tingginya tingkat penggunaan kendaraan pribadi sebagai
alternatif utama masyarakat Jakarta menuju ke tempat kerja, tentunya
kendaraan pribadi menjadi hal yang sangat penting bagi mereka dalam
kehidupan sehari-hari. Berdasarkan paparan kepala dinas perhubungan
provisi DKI Jakarta menyebutkan bahwa jumlah kendaraan di Jakarta
mecapai 8.37 juta (diantaranya 2.73 juta merupakan kendaraan roda >3)
dan pertambahan kendaraan sebesar 1.284 kendaraan (216 mobil dan
1.068 motor). Hal ini mengakibatkan kemacetan yang semakin hari
semakin parah yang disebabkan oleh pertumbuhan jalan yang tidak dapat
mengimbangi pertumbuhan kendaraan. Pertumbuhan jalan hanya
berkembang 0,01% setiap tahunnya sedangkan pertumbuhan kendaraan
meningkat 11% per tahunnya. Seperti yang dikatakan oleh Direktur
Jenderal Bina Marga (2014), kemacetan lalu lintas yang berkepanjangan
ini menyebabkan pemborosan akibat inefisiensi transportasi sebesar Rp
5,5 triliun per tahun dan dampak kesehatan akibat polusi udara sebesar Rp
2,8 triliun per tahun.
12
Gambar 1.6. Laju Pertumbuhan Jalan dengan Laju Pertumbuhan
Kendaraan
Sumber : Dinas Perhubungan DKI Jakarta (2013)
Berdasarkan Global Competitiveness Report 2013 yang dibuat oleh
World Economic Forum, menunjukkan bahwa kualitas infrastruktur
Indonesia berada pada posisi yang sangat rendah, jauh dibandingkan
negara tetangga Singapore, Malaysia, dan bahkan Thailand. Indonesia
menduduki peringkat ke 92 dari negara-negara di dunia (Lihat Gambar
1.7). Sedangkan jika dikhususkan sesuai infrastruktur jalan, Berdasar
World Economic Forum 2013-2014, competitiveness index kualitas
infrastruktur jalan di Indonesia menduduki peringkat 61 dari 148 negara
(Lihat Gambar 1.7). Hal tersebut dikarenakan nilai pembiayaan
infrastruktur pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari
tahun 2005 hingga tahun 2013 tidak mengalami kenaikan yang signifikan.
Pembiayaan infrastruktur rata-rata 1,66 % dari PDB dan hanya setelah
13
tahun 2012 berada di atas 2% sementara di negara lain seperti di India
sejak 2009 nilai investasi infrastruktur mencapai 7 % PDB. Sementara di
Tiongkok, sejak 2005 nilai investasi infrastruktur 9-11 % PDB.
Gambar 1.7 Peringkat Kualitas Infrastuktur Dunia
Sumber: Global Competitiveness Report (2013)
Selain itu, tingginya tingkat kerusakan jalan yang belum teratasi
merupakan faktor yang menyebabkan kerusakan pada kendaraan. Kepala
Bidang Pemeliharaan Dinas Bina Marga DKI Suko Wibowo mengatakan,
hingga Mei 2015, jumlah kerusakan jalan berdasarkan pengaduan
masyarakat ada 2.998 titik. PT. Toyota Astra Motor (2014) dalam website
nya menjelaskan mengenai tingginya potensi mobil yang sering
menghantam lubang di jalanan akan mengakibatkan berbagai kerusakan
antara lain ban, pelek, lower arm, ball joint, shock-absorder, bushing
arm, bearing roda dan lain-lain. Data kondisi jalan di Indonesia (BPS,
2013) menunjukkan bahwa kondisi jalan di Indonesia 41,97% berada
dalan kondisi baik, 22,89% berada dalam kondisi sedang, 20,03% berada
dalam keadaan rusak, dan 15,11% berada dalam kondisi rusak berat.
(Lihat gambar 1.8)
14
Gambar 1.8. Distribusi Panjang Jalan Menurut Kondisi Jalan
2013
Sumber : BPS, 2013
Kondisi jalan yang berada dalam kondisi sedang pun
memungkinkan terjadi kerusakan kendaraan saat melintasi jalan tersebut.
Hal ini berarti kondisi jalan yang baik di Indonesia hanya 41,97% dan
kondisi jalan yang rusak (sudah termasuk kondisi jalan sedang, rusak, dan
rusak berat) sebersar 58,03%. Berdasarkan hasil In Dept Interview yang
dilakukan kepada 9 orang dengan ciri-ciri yaitu:
Umur 22 – 50 tahun,
Bekerja kantoran
Memiliki kendaraan pribadi
Mobilitas Tinggi
In Depth Interview yang dilaksanakan pada 9-12 Oktober 2015
tersebut dilakukan bertujuan untuk salah satunya mengetahui perilaku
yang dilakukan oleh masyarakat dalam upaya menjaga kondisi
15
kendaraannya agar selalu prima. Mayoritas responden melakukan servis
berkala untuk menjaga kondisi kendaraannya dan untuk menghindari
kerusakan lebih parah. Seperti yang dikatakan oleh responden berikut ini:
“Ya lakukan perawatan berkala lah misalkan ya yang sepantasnya
ya..ganti oli tepat waktu sesuai dengan waktunya, ya isi air radiator ya kita
check ya kalo bisa ya 2 hari sekali tiga hari sekali, trus keadaan kondisi
ban, spooring dan balancing” (Shanty, Karyawan Swasta, 44 tahun)
“Ya dijaga Bu, caranya kita memakai olinya kita teratur ya jadi uda
berapa ribu kilometer kita harus ganti, supaya komponen – komponen
filter udara filter oli itu harus selalu kita ganti Bu”. (Winson, Karyawan
Swasta, 26 tahun).
Menurut buku Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan (2013),
servis berkala adalah istilah yang sama pengertiannya dengan Perawatan
Berkala atau Pemeliharaan Berkala. Untuk servis besar pada motor
(engine) biasanya orang menyebut Tune-up Motor. Manfaat yang didapat
ketika mobil diservis secara teratur antara lain:
a. Kondisi kendaraan akan selalu dalam performa yang maksimal.
Seiring dengan pemakaian yang rutin tentunya komponen-
komponen dalam mobil akan mengalami perubahan dan keausan.
Contohnya adalah kampas rem yang kian menipis seiring dengan
pemaikan yang terus menerus, busi yang menjadi aus, dan juga
saringan udara yang lama kelamaan akan menjadi semakin kotor.
Pada saat dilakukan perawaran berkala, makan komponen-
16
komponen dalam mobil akan dibersihkan dan dilakukan control
kualitas. Jika ada salah satu bagian yang sudah tidak dapat
digunakan tentunya akan dilakukan penggantian. Oleh karena itu
performa dari kendaraan pribadi akan selalu terjaga.
b. Berkendara akan menjadi lebih nyaman dan aman. Sebagai contoh
jika pengendara melakukan servis berkala secara rutin, mereka tidak
akah khawatir terhadap kualitas dari masing-masing bagian dalam
mobil tersebut sehingga pengendara dapat berkedara dengan
nyaman dan tenang tanpa mengkhawatirkan akan terjadi kecelakaan
yang dapat seharusnya dapat dihindari seperti rem yang tidak
bekerja dengan baik.
c. Dapat mengurangi pembebanan biaya yang lebih besar. Saat servis
berkala, dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh mengenai kondisi
kendaraan. Apabila ditemukan ada komponen yang sudah rusak dan
harus segera dilakukan penggantian, maka biasanya pihak bengkel
akan memberikan informasi dan permintaan persetujuan. Hal ini
adalah deteksi awal sebelum kerusakan menjadi lebih besar dan
lebih banyak dikarenakan masing-masing komponen dalam mobil
merupakan sebuah perangkat yang saling berhubungan.
d. Dapat mengurangi resiko kendaraan mogok diperjalanan. Ketika
kondisi kendaraan tidak dalam keadaan prima, hal yang seringkali
terjadi adalah kendaraan tersebut mogok di tengah jalan. Yang
tentunya akan sangat merugikan pengendara karena harus
17
mendereknya ke bengkel sehingga membutuhkan tenaga, waktu,
dan biaya yang tidak sedikit. Ada banyak hal yang menyebabkan
kendaraan tiba-tiba tidak bisa dijalankan seperti kondisi aki sudah
lemah, sistem pengisian tidak normal, plat kopling sudah habis,
aliran bahan bakar tidak lancar dan sebagainya. Jika mobil diservis
secara berkala, tentunya resiko mogok akan lebih kecil dan dapat
diminimalisir.
e. Dengan melakukan servis berkala secara rutin umur kendaraan akan
menjadi lebih lama dan jika nantinya akan dijualpun nilai dari
kendaraan tersebut akan lebih tinggi.
Adapun daftar – daftar pekerjaan servis berkala yang penting untuk
dilakukan menurut majalah online Hobimoto (2015) antara lain:
a. Penggantian oli mesin dan filter.
Oli mesin perlu diganti setiap 5.000 km, tetapi ada beberapa mobil
baru saat ini yang merekomendasikan pada jarak 10.000km untuk
interval penggantian oli mesinnya.Oli bekerja lebih berat di saat
kita sedang berkendara di tengah kemacetan lalu lintas. Untuk Filter
oli diganti setiap 10.000 km.
b. Pengganti Oli Komponen Penggerak (Drive Train).
Pada mobil terdapat komponen penggerak selain mesin, yaitu
diferensial yang umumnya disebut gardan dan ada transmisi yang
18
berfungsi untuk meningkatkan kecepatan tanpa memaksakan mesin.
Oli diferensial perlu diganti setiap 10.000 km. Untuk oli transmisi
manual, oli perlu diganti setiap 10.000 km. Spesifikasi oli yang
digunakan berbeda untuk tiap transmisi dapat dilihat dari tingkat
kekentalannya. Untuk mobil dengan transmisi otomatis, kuras dan
gantilah oli setiap 25.000 km.
c. Penggantian Air Radiator
Air pada radiator adalah media supaya mesin dapat melepaskan
panasnya. Air radiator perlu diganti setiap 20.000 km, Fungsi
penggantian Air Radiator adalah melindungi radiator dan mesin dari
korosi.
d. Penggantian minyak rem
Agar komponen rem awet dan terbebas dari karat, maka kuras dan
gantilah minyak rem setiap 20.000 km. Komponen ini merupakan
komponen penting dalam mobil yaitu sebagai penghenti laju mobil
karena itu penggantian minyak rem harus sangat diperhatikan.
e. Penggantian filter udara dan filter bahan bakar
Penggantian filter udara dan bahan bakar digantgi setiap 20.000km
agar performa mobil tetap terjaga. Filter bahan bakar dan udara
yang kotor akan dengan mudah mengurangi kemampuan mobil kita.
f. Penggantian timing belt dan drive belt
Bagi mobil yang menggunakan timing belt, timing belt diganti
setiap 50.000 km. Apabila sampai putus saat mesin bekerja, kita
19
akan mengeluarkan biaya besar untuk memperbaiki kerusakan
mesin yang ditimbulkan. Untuk drive belt atau tali kipas, diganti
tiap 30.000 km atau sesuai kondisi, sabuk penggerak ini memutar
banyak hal seperti power steering, alternator, pompa air dan kipas
mesin.
g. Pengecekan terhadap komponen mesin sesuai dengan masa
pemakaian kendaraan seperti karet wiper, shock absorber, tierod,
long tierod, ball joint dan link stabilizer. Jika salah satu dari
komponen ini sudah rusak, aus atau lemah maka akan membuat
pengendalian kurang baik dan membuat suara-suara yang
mengganggu dari kolong mobil.
h. Penyetelan terhadap komponen mesin sesuai dengan standar yang
berlaku untuk kendaraan.
i. Pembersihan pada sistem pembakaran dan pengapian.
1.1.4 Perkembangan Mal di Jakarta
Jakarta yang merupakan ibukota negara Indonesia mempunyai luas
area kurang lebih 740.3 km. Pertumbuhan penduduk membuat luas
Jakarta semakin sempit ditambah lagi dengan pertumbuhan jumlah mall
yang semakin banyak selama lima tahun terakhir. Dari hasil penelitian
Lamudi sebagai platform property global menemukan bahwa lebih dari
170 mal di Jakarta. Pencapaian ini menghantarkan Jakrta sebagai ibukota
20
Indonesia yang masuk dalan daftar kota besar dengan jumlah pusat
perbelanjaan terbanyak di dunia. Menurut Global Cities Retail Guide
tahun 2013/2014 dari Cushman & Wakefield, lahan ritel di Jakarta
tumbuh lebih dari 17% atau dapat dikatakan mencapai angka 4 juta meter
persegi yang hampir sama dengan 9 kali luas kota Vatikan (Gambar 1.9)
Gambar 1.9 Fakta Tentang Mal di Jakarta
Sumber : Global Cities Retail Guide, 2014
Economic excitement akan dirasakan saat berkunjung ke mal.
Dengan masuknya label ternama ditambah restoran dan toko dari luar
negeri memicu konsumen untuk mendapatkan retail therapy. Pendapatan
per kapita yang tinggi, kelas menengah yang dominan, dan meningkatnya
daya beli adalah alasan utama dibalik lonjakan permintaan ritel di Jakarta.
Pusat perbelanjaan di Jakarta memberikan konsep yang sama untuk
21
menarik perhatian pengunjung. Terdapat lima mal terbesar di Jakarta
yaitu (Gambar 1.10):
- Mall Kelapa Gading
- Grand Indonesia
- Kota Kasablanka
- Gandaria City
- Central Park
Gambar 1.10 Lima Mal Terbesar di Jakarta
Sumber : Global Cities Retail Guide, 2014
22
1.1.5 Perilaku Masyarakat Terhadap Mall
Ketergantungan masyarakat Indonesia khususnya Jakarta terhadap
pusat perbelanjaan tentunya sudah tidak diragukan lagi. Mayoritas orang
– orang berpergian ke mal bukan sebagai tujuan utama untuk berbelanja
melainkan mereka ke mal hanya untuk memenuhi kebutuhan emosional
mereka seperti bergaya, memakai baju dan menggunakan perhiasan yang
bagus (Seminar APPBI, 2014).
Berdasarkan survei MARS Indonesia 2015, mayoritas masyarakat
Indonesia menghabiskan berkunjung ke mal sebanyak 3-4 kali dalam
sebulan. Hal tersebut terjadi karena pusat perbelanjaan atau mal yang ada
di Indonesia pada umumnya memiliki berbagai macam fungsi sebagai
tempat dimana semua kalangan mulai dari anak-anak hingga kalangan
dewasa dapat menghabiskan waktu selama berjam-jam pada saat
weekdays maupun weekend bersama keluarga, kerabat hingga kolega
bisnis. Tidak hanya berfungsi sebagai tempat berbelanja, melainkan juga
sebuah tempat untuk berkuliner, meeting, menonton film, rekreasi, pergi
ke salon, dan lain-lain.
Sementara itu hasil survei menjelaskan bahwa kegiatan yang
dilakukan selama di pusat perbelanjaan/mal, responden menyatakan
sekadar melihat-lihat/ window shopping sebesar 81,6%. Disusul belanja di
supermarket (57,9%), belanja pakaian (51,5%), makan di foodcourt/
restoran (48,8%), bermain di arena permainan (18,5%), belanja footwear
23
(18,0%), nonton di bioskop (15,3%), makan di café (10,7%), belanja buku
(10,6%), dan belanja elektronik (8,7%).
Perubahan perilaku konsumen saat ini cenderung bersifat impulsive
dimana mereka tidak memiliki rencana dalam berbelanja. Berdasarkan
hasil data survei Nielsen Shopper Trends yang dilakukan kepada 1.804
orang yang dipilih melalui rumah tangga dengan criteria usia 16 – 65
tahun dan pengeluaran bulanan lebih dari Rp 1.5 juta rupiah, ditemukan
bahwa perilaku konsumen berbelanja secara impulsive meningkat
sebanyak 21% dan sebanyak 39 persen konsumen mengatakan, meskipun
mereka biasanya merencanakan apa yang akan dibeli, mereka selalu
membeli barang tambahan.
1.2 Identifikasi Masalah
Menurut hasil In Depth Interview (Lampiran 1) yang telah dilakukan,
mayoritas responden merasa merasa malas saat harus membawa mobilnya
untuk servis berkala ke bengkel. Selain dikarenakan antrian yang panjang,
mereka juga merasa bosan saat harus menunggu berjam-jam di bengkel. Seperti
yang dikatakan oleh responden berikut ini:
“Biasa untuk bawa ke bengkel sih kendalanya waktu ya. Kadang-kadang
kita ga ada waktu buat bawa ke bengkel.” (Shanty, Karyawan Swasta, 44 tahun)
“Khusus satu harian ke bengkel aja, dari pagi sampai sore, soalnya kalo
servis itu lama dan yang mau servis itu banyak juga jadi kalau datangnya
24
kesiangan pasti ditolak sama bengkelnya alasannya udah ga cukup waktunya.”
(Nadia, Karyawan Swasta, 25 tahun)
“Lama biasanya karena ngantri. Terus pelanggan itu kan gimana bisa
butuh cepet gitu. Bisa tidak bengkel itu tidak menunggu antrian. Itu yang harus
dirubah. Tidak menunggu antrian itu lebih diminati”. (Dharma, Karyawan
Swasta, 40 tahun)
Berdasarkan hasil insight yang didapat, mayoritas responden merasa akan
sangat membuang waktu dan tenaga saat mereka harus menghabiskan waktu
menunggu di bengkel untuk melakukan servis berkala. Sehingga banyak
diantara mereka yang melakukan servis hanya berdasarkan adanya waktu yang
tersedia atau harus mengorbankan waktu berakhir pekannya untuk menunggu di
bengkel. Padahal mereka ingin beristirahat dan refreshing pada saat hari Sabtu
dan Minggu tiba. Seperti yang di katakana responden berikut ini:
“Hari biasa uda jelas ga mungkin ke bengkel karena pagi sampai sore
kerja malemnya kuliah, kalau sabtu minggu bisa nunggu sampai berjam-jam
sampai ketiduran di bengkel. Padahal sabtu minggu pengennya jalan-jalan kalau
gak istrirahat di rumah”. (Winda, Karyawan Swasta, 24 tahun)
1.3 Ide Bisnis
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang ada, ide bisnis disusun
dengan menggunakan pendekatan 5W1H (What, Who, Why, Where, When, dan
How). Berikut rincian ide bisnis berdasarkan 5W1H di atas:
25
- What
Sebuah usaha perbengkelan yang menawarkan kemudahan dalam
akses nya dengan bantuan e-comerce. Bengkel tersebut berada di dalam
area pusat perbelanjaan sehingga pelanggan tidak perlu bosan menunggu
karena mereka dapat mengabiskan waktunya berada di dalam mal
tersebut. Kami juga menawarkan pick-up service untuk area sekitar bagi
pelanggan yang tidak sempat untuk datang berkunjung secara langsung.
- Who
Target market dari bisnis ini adalah:
1. Para pengunjung mal yang memiliki mobil khususnya mobil dengan
kilometer diatas 40.000 km yang selama ini tidak melakukan servis
berkala secara teratur karena keengganan mereka untuk menunggu
berjam-jam saat melakukan servis berkala di bengkel yang selama
ini mereka kunjungi.
2. Pekerja kantoran yang lokasi kantornya berada dekat dengan lokasi
bengkel kami berada yang selama ini tidak punya waktu untuk
melakukan servis berkala secara rutin dikarenakan kesibukannya.
- Why
Banyaknya masyarakat di kota besar khususnya Jakarta yang malas
untuk pergi ke bengkel dikarenakan kebosanan saat menunggu. Sehingga
berakibat ketidakteraturan mereka dalam melakukan servis berkala yang
tentunya akan mengganggu performa kendaraan mereka. Sehingga perlu
adanya sebuah bengkel dimana lokasinya berada di dalam mal sehingga
26
pelanggan tidak akan bosan saat menunggu mobilnya selesai diservis.
Mereka dapat makan, nonton, meeting, berbelanja, dan lain-lain.
- Where
Lokasi yang dipilih adalah di area parkir pusat perbelanjaan yang
lokasinya dekat dengan area perkantoran.
- When
Waktu layanan akan disesuaikan dengan jam operasional mall, atau
jam 10.00 – 22.00 waktu setempat. Waktu pemesanan melalui telepon
atau aplikasi akan dibatasi minimal 24 jam sebelumnya.
- How
Bengkel yang lokasinya berada di mall tersebut akan dilengkapi
dengan fasilitas aplikasi smartphone dimana pelanggan dapat melakukan
booking terlebih dahulu untuk menghindari antrian yang panjang. Mereka
juga akan diberikan notifikasi jika servis pada mobil mereka telah selesai
dan mobil siap untuk diambil. Pada fitur pick-up service, pelanggan dapat
memantau lokasi kendaraannya dan detail montir yang mengerjakannya
sehingga mereka tidak perlu khawatir akan pencurian yang mungkin
dilakukan. Pada aplikasi tersebut juga akan terdapat riwayat servis mobil
yang telah dilakukan dari masing-masing profil mobil yang dimiliki dan
akan ada notifikasi jika sudah saatnya melakukan servis kembali.
27
1.4 Tujuan
Tujuan dari pengembangan model bisnis Mobile Auto Service ini adalah
sebagai berikut:
- Menangkap peluang bisnis yang ditimbulkan oleh keterbatasan waktu
para pekerja dalam meluangkan waktunya untuk melakukan servis
berkala kendaraan pribadinya.
- Menyusun rencana bisnis untuk merealisasikan ide bisnis Mobile Auto
Service ini dan melihatnya dari berbagai aspek.
- Memperoleh investor yang akan menginvestasikan modal untuk
merealisasikan bisnis Mobile Auto Service ini.
1.5 Manfaat
Manfaat dari pengembangan model bisnis Mobile Auto Service ini adalah
sebagai berikut:
- Bagi Pelanggan:
Membantu menyelesaikan permasalahan pemilik mobil yang terhambat
masalah waktu dan lokasi sehingga mengabaikan kondisi mobil yang
seharusnya perlu dirawat secara berkala.
- Bagi Investor:
Memberikan alternatif investasi bisnis terhadap para investor.
28
1.6 Sistematika Penulisan
Thesis ini berisikan 5 bab yang bertujuan untuk supaya pembaca lebih
memahami ide bisnis yang direncanakan, 5 bab tersebut akan dituliskan dengan
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab 1 akan dijelaskan mengenai latar belakang yang menyertai
pembuatan dari ide bisnis ini. Selanjutnya akan dijelaskan mengenai
permasalahan yang ditemukan serta ide bisnis yang akan ditawarkan
sebagai penyelesaian dari masalah yang telah ditemukan tersebut. Pada
bab 1 juga akan disebutkan manfatat, tujuan, dan sistematika penulisan
thesis ini.
BAB 2 BISNIS MODEL
Bab ini akan mendeskripsikan Bisnis Model, idnustri analisis
menggunakan 5 forces, SWOT analysis, STP, serta bisnis model kanvas.
BAB 3 FINAL DESAIN BISNIS MODEL
Bab ini akan lebih menjelaskan secara lebih terperinci mengenai
bisnis model kanvas.
BAB 4 BUSINESS PLAN
Bab ini akan mendiskusikan mengenai rencana bisnis yang akan
dijalankan, serta realisasinya dari berbagai aspek.
Top Related