1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kolostomi merupakan kolokutaneostomi yang disebut juga anus
preternaturalis yang dibuat untuk sementara atau menetap. Kolostomi
sementara dibuat, misalnya pada penderita gawat perut dengan peritonitis
yang telah dilakukan reseksi sebagian kolon. Pada keadaan demikian,
membebani anastomosis baru dengan pasase feses merupakan tindakan
yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, untuk
pengamanan anastomosis, aliran feses dialirkan sementara melalui
kolostomi dua stoma yang biasanya disebut stoma laras ganda.
Sebagian besar pasien yang pernah melakukan kolostomi belum
mengetahui perawatan kolostomi yang tepat sehingga sering terjadi infeksi
pada luka kolostomi dan terjadi iritasi. Untuk menanggulangi hal tersebut
diperlukan adanya bimbingan bagi pasien guna melakukan perawatan luka
kolostomi secara mandiri. Terapis enterostoma merupakan ahli yang
bertugas khusus untuk merawat dan membimbing penderita dan
keluarganya untuk menghadapi hidup dengan anus preternaturalis.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari kolostomi dan perawatan luka kolostomi?
1.2.2 Apa tujuan dari perawatan luka kolostomi?
1.2.3 Apa jenis-jenis dari kolostomi?
1.2.4 Bagaimana indikasi dari kolostomi?
1.2.5 Bagaimana kontraindikasi dari kolostomi?
1.2.6 Apa persiapan klien sebelum melakukan perawatan kolostomi?
1.2.7 Apa persiapan alat sebelum melakukan perawatan kolostomi?
1.2.8 Bagaimana prosedur pelaksanaan dan rasional dari perawatan
kolostomi?
1.2.9 Apa hal-hal yang perlu diperhatikan selama melakukan prosedur
perawatan kolostomi?
1
2
1.2.10 Apa evaluasi dan dokumentasi dari perawatan kolostomi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa mengetahui tentang pengertian dari kolostomi dan
perawatan kolostomi.
1.3.2 Mahasiswa mengetahui tentang tujuan dari perawatan kolostomi.
1.3.3 Mahasiswa mengetahui tentang jenis-jenis dari kolostomi.
1.3.4 Mahasiswa mengetahui tentang indikasi dari kolostomi.
1.3.5 Mahasiswa mengetahui tentang kontraindikasi dari kolostomi.
1.3.6 Mahasiswa mengetahui tentang persiapan klien sebelum
melakukan perawatan kolostomi.
1.3.7 Mahasiswa mengetahui tentang persiapan alat sebelum melakukan
perawatan kolostomi.
1.3.8 Mahasiswa mengetahui tentang prosedur pelaksanaan dan rasional
dari perawatan kolostomi.
1.3.9 Mahasiswa mengetahui tentang hal yang perlu diperhatikan selama
melakukan prosedur perawatan kolostomi.
1.3.10 Mahasiswa mengetahui tentang evaluasi dan dokumentasi dari
perawatan kolostomi.
3
BAB II
ISI
2.1 Pengertian
Kolostomi adalah pembuatan lubang sementara atau permanen dari
usus besar melalui dinding peruut dengan tindakan bedah bila jalan ke
anus tidak bisa berfungsi, dengan cara pengalihan aliran feses dari kolon
karena gangguan fungsi anus. (Suratun, 2010)
Perawatan kolostomi adalah membersihkan stoma kolostomi, kulit
sekitar stoma, dan mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai
kebutuhan.
Sumber :
Suratun,L.S.(2010). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media
2.2 Jenis Kolostomi
2.2.1. Berdasarkan Sifatnya
1. Colostomy Permanent (Tetap)
Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila
pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara
normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau
pengangkatan kolon sigmoid atau rectum sehingga tidak
memungkinkan feses melalui anus. Kolostomi permanen
biasanya berupa colostomi single barrel (satu ujung lubang).
2. Colostomy Temporary (Sementara)
Pembuatan kolostomi sementara biasanya untuk tujuan
dekompresi kolon atau untuk mengalirkan feses sementara
dan kemudian kolon akan dikembalikan seperti semula dan
abdomen ditutup kembali.
4
Sumber:
Gemma,S. Colostomy Care. (2009). Retrieved from
http://mystoma.weebly.com/colostomy-technique.html.
2.2.2. Berdasarkan Bentuknya
1. Single Colostomy ( Tunggal / Ujung )
Kolostomi ujung merupakan tipe umum dari temporary
colostomy. Kolostomi jenis ini hanya memiliki sebuah stoma
yang muncul di bagian proksimal usus dan dilakukan pada
kerusakan kolon sebagian.
Gambar: Single Colostomy
2. Double Barreled Colostomy ( Tabung Ganda)
Kolostomi tabung ganda memiliki dua stoma yang terpisah
yaitu satu stoma berada di proksimal dan berfungsi,
sedangkan stoma yang lain berada di distal dan tidak
berfungsi. Stoma umumnya berdekatan antara satu stoma
dengan yang lainnya, satu stoma berada di atas stoma yang
lainnya atau saling berdampingan.
5
a b
Gambar : Double Barreled Colostomy
3. Devine Devided Colostomy ( Kolostomi Pemisahan )
Kolostomi pemisahan merupakan kolostomi yang memiliki
dua stoma yang dipisahkan oleh kulit di atas dinding
abdomen.
Gambar : Devine Devide Colostomy
4. Loop Colostomy ( Colostomy Lengkung )
Untuk kolostomi lengkung , sebuah usus dibawa keluar dari
abdomen dan disangga dengan batang plastik. Apabila dibuat
dua lubang, lubang proksimal (ujung) berfungsi
mengeluarkan materi feses dan lubang distal yang tidak
berfungsi hanya mengeluarkan mucus / lendir saja.
6
Gambar : Loop Colostomy
Sumber:
Gemma,S. Colostomy Care. (2009). Retrieved from
http://mystoma.weebly.com/colostomy-technique.html.
2.2.3. Berdasarkan Letaknya
1. Colostomy Asenden
Hampir sama dengan ileostomi yaitu drainase feses cair dan
tidak dapat diatur, serta terdapat enzim-enzim pencernaan.
Berfungsi mengosongkan kolon asenden.
2. Colostomy Tranversal
Kolostomi transversal menghasilkan drainase yang agak kental
karena telah terjadi penyerapan cairan kembali dan berfungsi
untuk mengosongkan kolon tranversal.
3. Colostomy Desenden
Kolostomi desenden menghasilkan drainase feses yang lebih
padat. Feses ini memiliki konsistensi normal dan
pengeluarannya dapat dikontrol. Kolostomi ini berfungsi untuk
mengosongkan kolon desenden.
Sumber:
Gemma,S. Colostomy Care. (2009). Retrieved from
http://mystoma.weebly.com/colostomy-technique.html.
7
2.3 Macam-Macam Tindakan pada Colostomy
2.3.1 Perawatan Pada Colostomy
Indikasi
Indikasi perawatan kolostomi adalah
1. Pada kasus keganasan meliputi: kanker kolon distal, kanker
ekstrakolon yang menyebabkan kolon distal
tersumbat/tidak berfungsi (kanker pada pelvis), perforasi
kolon distal karena kanker.
2. Pada kasus nonkeganasan meliputi: sumbatan di lumen
rectum, anus karena infeksi berat lama, fibrosis pasca
infeksi, sumbatan di luar lumen (proses infeksi pada
pelvis), trauma anus-rektum.
Sumber: Dhiraj,C.D.(2008).General Surgical Operation. New
Delhi: B-3 EMCA house.
Kontraindikasi
Kontraindikasi perawatan kolostomi adalah
1. Irritable bowel syndrom
2. Stoma pada kolon asenden dan transversum
3. Stoma prolaps dan hernia peristoma
4. Pasien dengan urostomi, ileostomi
Sumber: Dhiraj,C.D.(2008).General Surgical Operation. New
Delhi: B-3 EMCA house.
Komplikasi yang dapat terjadi pada kolostomi adalah
1. Obstruksi/ penyumbatan
Penyumbatan dapat disebabkan oleh adanya perlengketan
usus atau adanya pengerasan feses yang sulit dikeluarkan. Untuk
menghindari terjadinya sumbatan, pasien perlu dilakukan irigasi
8
kolostomi secara teratur. Pada pasien dengan kolostomi permanen
tindakan irigasi ini perlu diajarkan agar pasien dapat melakukannya
sendiri di kamar mandi.
2. Infeksi
Kontaminasi feses merupakan factor yang paling sering
menjadi penyebab terjadinya infeksi pada luka sekitar stoma. Oleh
karena itu pemantauan yang terus menerus sangat diperlukan dan
tindakan segera mengganti balutan luka dan mengganti kantong
kolstomi sangat bermakna untuk mencegah infeksi.
3. Retraksi stoma/ mengkerut
Stoma mengalami pengikatan karena kantong kolostomi yang
terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk
disekitar stoma yang mengalami pengkerutan.
4. Prolaps pada stoma
Prolaps terjadi karena kelemahan otot abdomen atau karena fiksasi
struktur penyokong stoma yang kurang adekuat pada saat
pembedahan.
5. Stenosis
Penyempitan dari lumen stoma
6. Perdarahan stoma
\
Sumber: Johnson,J.J.Y.(2005). Prosedur Perawatan di Rumah.
Jakarta: EGC
Persiapan Klien
1. Memberi penjelasan pada klien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
2. Mengatur posisi tidur klien (supinasi).
3. Mengatur tempat tidur klien dan lingkungan (menutup gorden jendela,
pintu, memasang penyekat tempat tidur, mempersilahkan keluarga
untuk menunggu di luar, kecuali jika diperlukan untuk belajar
merawat kolostomi).
9
Sumber: Johnson,J.J.Y.(2005). Prosedur Perawatan di Rumah. Jakarta:
EGC
Persiapan Alat
1. Kantong colostomy baru
2. 1 set rawat luka ( pinset, kom kecil, gunting)
3. Waslap atau kassa
4. Kasa steril, plester
5. Bengkok dan pengalas
6. Sarung tangan
7. Kantong plastic untuk sampah
8. Baskom air hangat
9. Sabun ringan (tanpa minyak, parfum, atau krim)
Sumber: Johnson,J.J.Y.(2005). Prosedur Perawatan di Rumah. Jakarta:
EGC
Prosedur Pelaksanaan dan Rasional
NO PROSEDUR RASIONAL
1. Cuci tangan. Mengurangi perpindahan
mikroorganisme.
2. Jelaskan prosedur umum pada
klien.
Mengurangi ansietas
3. Jelaskan setiap langkah yang akan
dilakukan, biarkan klien dan
pemberi perawatan mengajukan
pertanyaan atau mengambil
bagian dalam prosedur.
Penguatan instruksi pada klien
secara detail perlu dilakukan agar
klien dapat melaksakan perawatan
mandiri.
4. Berikan privasi. Mengurangi rasa malu.
5. Gunakan sarung tangan. Menghindari pemajanan perawat
pada sekresi tubuh.
6. Tempatkan pengalas linen pada Mencegah rembesan feses ke atas
10
sekitar abdomen dan di bawah
lubang stoma.
kulit.
7. Dengan cermat lepaskan kantong
(kantong dan barier kulit) dan
letakkan dalam kantong tempat
sampah, lepaskan kantong dan
barier kulit dengan mengangkat
erlahan sudutnya dengan jari
tangan dominan sambil menekan
kulit di bawahnya dengan jari
tangan tidak dominan, lepaskan
sedikit demi sedikit sampai
keseluruhan wafer barier
terangkat.
Menghindari robekan pada kulit.
8. Kosongkan kantong; ukur, buang,
dan catat jumlah isi fekal.
Mempertahankan pencatatan.
9. Cuci tangan dan gunakan sarung
tangan kembali.
Mengurangi kontaminasi.
10. Dengan perlahan bersihkan kulit
stoma dan kulit peristoma dengan
kassa atau waslap yang dibasahi
air bersabun (jika sejumlah bahan
fekal sulit dibuang, biarkan kassa
basah atau kain basah pada area
tersebut selama beberapa menit
sebelum dengan perlahan
membuang bahan fekal); bilas dan
keringkan.
Membuang bahan fekal dari kulit
dan lubang stoma.
11. Keringkan kulit dengan saksama
dan pasang kantong baru.
Memberikan perlindungan kulit
dari kontaminasi fekal.
12. Lepaskan sarung tangan dan
bereskan semua perlengkapan
Meningkatkan lingkungan yang
bersih.
11
yang telah digunakan.
13. Cuci tangan. Mengurangi pemindahan
mikroorganisme.
Sumber: Johnson,J.J.Y.(2005). Prosedur Perawatan di Rumah. Jakarta:
EGC
Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Selama Prosedur
1. Tipe kantong dan barrier kulit.
2. Jumlah dan karakteristik feses.
3. Kondisi stoma dan kulit sekitarnya.
4. Kemampuan klien untuk melakukan perawatan ostomi secara mandiri.
Sumber: Johnson,J.J.Y.(2005). Prosedur Perawatan di Rumah. Jakarta:
EGC
Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi
1. Hasil tercapai: Stoma pulih tanpa kemerahan, edema, pembengkakan,
robekan, lecet, tukak, atau fistula di area stoma.
2. Hasil tidak tercapai: Klien tetap merasa tidak nyaman dalam
mendiskusikan perubahan citra tubuh.
3. Hasil tidak tercapai: Klien melaksanakan prosedur dengan keakuratan
70%.
Sumber:
Johnson,J.J.Y.(2005). Prosedur Perawatan di Rumah. Jakarta: EGC
Dokumentasi
Hal-hal yang harus dicatat pada lembar laporan klien antara lain:
1. Tanggal dan waktu prosedur dilakukan serta warna, konsistensi, dan
jumlah feses yang terdapat di dalam kantong.
12
2. Kondisi stoma dan kulit peristoma.
3. Pengkajian abdomen.
4. Status emosional pasien.
5. Indicator verbal dan nonverbal terjadinya perubahan konsep diri
selama prosedur.
6. Indicator verbal dan nonverbal mengenai kesiapan untuk
melaksanakan perawatan diri.
Sumber: Johnson,J.J.Y.(2005). Prosedur Perawatan di Rumah. Jakarta:
EGC
2.3.2 Pemasangan Kantong Kolostomi
Persiapan Alat
1. Tiga pasang sarung tangan peristoma
2. Wadah/gelas ukur
3. Dua pengaman linen
4. Baskom air hangat
5. Sabun ringan (tanpa minyak, parfum, krim)
6. Waslap
7. Handuk
8. Penyegar udara
9. Bahan kantong baru
10. Gunting
11. Pensil/pena
12. Pasta atau bedak kulit peristoma
13. Deodoran kantong ostomi
Sumber: Suratun,L.S.(2010). Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media
13
Tujuan
1. Membersihkan kantong ostomi untuk evakuasi fekal
2. Mengurangi bau karena penggunaan kantong lama
3. Meningkatkan citra diri positif
Sumber: Suratun,L.S.(2010). Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media
Prosedur dan Rasional
NO PROSEDUR RASIONAL
1.Cuci tangan. Mengurangi perpindahan
mikroorganisme.
2.Jelaskan prosedur umum pada
klien.
Mengurangi ansietas
3.
Jelaskan setiap langkah yang akan
dilakukan, biarkan klien dan
pemberi perawatan mengajukan
pertanyaan atau mengambil bagian
dalam prosedur.
Penguatan instruksi pada
klien secara detail perlu
dilakukan agar klien dapat
melaksakan perawatan
mandiri.
4. Berikan privasi. Mengurangi rasa malu.
5.Gunakan sarung tangan. Menghindari pemajanan
perawat pada sekresi tubuh.
6.
Tempatkan pengalas linen pada
sekitar abdomen dan di bawah
lubang stoma.
Mencegah rembesan feses
ke atas kulit.
7.
Ukur stoma dengan metode
pengukuran.
Memberikan keakuratan
dan kecocokan pemasangan
kantong.
8. Biarkan wafer barier-kulit adhesif
tetap utuh (potong seperti piring
datar, tanpa kantong, yang
dilekatkan dengan pas pada kulit
Memotong barier sesuai
ukuran tema.
14
sekitar stoma), gambarkan
lingkaran pada tepi adhesive yang
sama ukurannya dengan stoma;
potong melingkar.
9.
Potong bagian belakang kantong
ostomi adhesif melingkar sehingga
ukurannya kira-kira 1/8 inci lebih
besar dari ukuran stoma actual.
Memungkinkan kantong
ditempatkan di atas dan
melingkari stoma tanpa
menyentuh membrane
stoma.
10.
Buka dasar kantong dan berikan
sedikit deodoran kantong, jika klien
menginginkannya; tutu kembali
kantong dengan kuat.
Mengurangi bau dan rasa
malu.
Menghindari kebocoran
feses.
11.
Lepaskan penutup wafer barier-
kulit adhesive dan tempelkan wafer
pada kulit dengan lubang di tengah
di atas stoma; biarkan selama kira-
kira 30 detik.
Melekatkan wafer barier
pada kulit.
Kehangatan kulit dan jari
meningkatkan keadhesifan
wafer.
12.
Berikan pasta stoma atau bedak
pada kulit yang terpajan antara
wafer barier kulit dan stoma.
Mencegah iritasi kulit
peristoma yang tidak
tertutup.
13.
Lepaskan penutup adhesive bagian
belakang kantong dan bagian tenga
kantong di atas stoma, dan
tempelkan pada wafer barier kulit.
(Jika kantong mempunyai tepi,
masukkan kantong ke dalam tepi,
masukkan kantong ke dalam tepi
lingkaran pada wafer barier seperti
(gambar).
Mengamankan kantong
untuk menampung feses.
14. Lepaskan sarung tangan dan
bereskan semua perlengkapan yang
Meningkatkan lingkungan
yang bersih.
15
telah digunakan.
15.Cuci tangan. Mengurangi pemindahan
mikroorganisme.
Sumber: Suratun,L.S.(2010). Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media
Dokumentasi
1. Warna, konstitensi, dan jumlah feses dalam kantong.
2. Kondisi stoma dan kulit peristoma.
3. Pengkajian abdomen.
4. Status emosional klien
5. Indicator verbal dan nonverbal tentang perubahan konsep diri
selama prosedur.
6. Indicator verbal dan nonverbal kesiapan klien untuk melakukan
perawatan diri.
7. Penyuluhan dan partisipasi klien dalam pelaksanaan prosedur.
8. Kebutuhan penyuluhan tambahan untuk klien.
9. Tipe alat yang diinginkan klien.
Sumber: Suratun,L.S.(2010). Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media
2.3.3 Irigasi Pada Kolostomi
Pengertian
Irigasi kolostomi adalah memasukkan cairan ke dalam kolon melalui
stoma, sehingga usus berdistensi dan menstimulasi peristaltic usus,
dengan demikian eliminasi dapat terjadi pada waktu yang telah dipilih
klien.
Sumber: Johnson,J.J.Y.(2005). Prosedur Perawatan di Rumah.
Jakarta: EGC
16
Tujuan
1. Untuk menetapkan pola eliminasi yang teratur
2. Membersihkan kolon dari gas dan bau
3. Memperoleh control eliminasi fecal
4. Membantu penyesuain emosional klien
Sumber: Johnson,J.J.Y.(2005). Prosedur Perawatan di Rumah.
Jakarta: EGC
Indikasi
1. Klien yang terpasang kolostomi sigmoid
2. Kualitas otot kolon memungkinkan diirigasi dengan aman
Sumber: Johnson,J.J.Y.(2005). Prosedur Perawatan di Rumah.
Jakarta: EGC
Kontraindikasi
1. Kolostomi asenden
2. Baru menjalani pembedahan dan jahitan yang belum sembuh
3. Penyakit menetap di dalam kolon
4. Bayi atau anak-anak
5. Fasilitas kebersihan tidak lengkap/tidak baik
6. Kelainan pada stoma (prolapse, hernia)
Sumber: Johnson,J.J.Y.(2005). Prosedur Perawatan di Rumah.
Jakarta: EGC
Persiapan alat
1. Penggantung infise
2. Kantungb dan slang irigasi
3. Corong irigassi
4. Pelumas larut air / jelly
17
5. Commode atau kursi commode
6. Cairan fisiologis atau air hangat
7. Dua handuk
8. Dua waslap
9. Pengalas / perlak
10.Baskom mandi
11.Kantung colostomy baru
12.Sarung tangan bersih
Sumber: Johnson,J.J.Y.(2005). Prosedur Perawatan di Rumah.
Jakarta: EGC
Prosedur kerja
NO. INTERVENSI RASIONAL
1. Jelaskan prosedur pada klien dan
keluarga.
Mengurangi ansietas.
2 Cuci tangan dan siapkan peralatan. Mengurangi perpindahan
mikroorganisme dan meningkatkan
efisiensi.
3. Berikan kehangatan dan privasi. Meningkatkan kenyamanan dan
mengurangi rasa malu.
4. Siapkan larutan irigasi sebagai
berikut:
Menjamin persiapan larutan dan
slang secara tepat.
a. Gunakan kantong dan larutan
irigasi (biasanya air hangat);
gunakan 250-500 mL untuk
irigasi awal, selanjutnya 500-
1000 mL (jumlah minimal
yang dianjurkan).
Memungkinkan usus menyesuaikan
tekanan cairan.
b. Periksa suhu larutan (harus
terasa hangat saat disentuh,
Mencegah cidera akibat larutan
panas atau kram akibat larutan
18
tetapi tidak panas). dingin.
c. Tutup klem slang. Memungkinkan kontrol cairan
lebih baik.
d. Isi kantong dengan air hangat
atau larutan yang
diprogramkan pada suhu yang
tepat.
e. Buka klem dan keluarkan
udara dari slang.
Mencegah masuknya udara ke
dalam usus.
f. Tutup klem.
g. Gantungkan kantong dan
slang pada penggantung atau
kaitan.
Memungkinkan drainase karena
gravitasi.
h. Lumasi ujung slang kira-kira
3-4 inci dengan jel larut air
dan tutup ujung slang.
Mencegah iritasi jaringan stoma.
5. Gunakan sarung tangan. Mencegah kontak perawat dengan
sekresi tubuh.
6. Tempatkan klien pada posisinya
(tempatkan pengalas linen di bawah
klien saat melakukan prosedur di
tempat tidur:
Memudahakan irigasi yang efektif.
a. Di atas comode
b. Duduk di kursi menghadap
toilet.
c. Pada posisi miring, ke arah
sisi lubang stoma, dengan
kepala tempat tidur
ditinggikan 30-450.
d. Pada posisi terlentang
7. Dengan perlahan buang kantong yang Menghindari iritasi kulit atau
19
ada di area stoma. cedera.
8. Kaji sisi tersebut terhadap
kemerahan, bengkak, nyeri tekan, dan
ekskoriasi.
Menentukan kebutuhan terhadap
tindakan perawatan kulit lain.
9. Dengan perlahan cuci area stoma
dengan air hangat.
Menghilangkan sekresi.
10. Bilas dengan air bersih dan keingkan
secara saksama.
11. Pasang kantong penampung dan
sabuk irigasi:
a. Lubang melingkar dari
kantong penampung dari
kantong penampung tepat di
atas stoma.
Memegang kantong irigasi di
tempatnya agar tidak menetes.
b. Mengikat tepat mengitari
pinggang.
12. Posisikan kantong cairan irigan (yang
tersambung) pada ketinggian 18 inci
di atas stoma (kira-kira setinggi
bahu).
Menghindari tekanan yang tidak
diperlukan pada jaringan mukosa
karena dorongan cairan.
13. Tempatkan ujung terendah kantong
penampung ke dalam toilet atau
pispot besar dan jangan diklem.
Memberikan wadah untuk drainasi
dan mengawali aliran irigan.
14. Pajankan stoma melalui lubang atas
dari kantong penampung.
15. Lumasi ujung corong dan dengan
perlahan masukkan ke dalam lubang
stoma.
Mencegah keluarnya isi usu ke
kulit.
16. Dengan perlahan masukkan 3-4 inci
slang irigasi melaui lubang corong ke
dalam stoma, jika tidak mudah masuk
ke lubang stoma jangan dipaksakan.
Mencegah cedera pada stoma atau
jaringan usus.
20
17. Lepaskan klem slang irigasi dan
biarkan larutan masuk selama 10-15
menit
Infus lambat mencegah kram
karena distensi berlebihan
18. Dorong klien bernapas dalam dan
lambat pada saat penginfusan
Merilekskan klien dan menurunkan
kram usus
19. Jika klien mengeluh kram, hentikan
infus selama beberapa menit;
kemudian lakukan penginfusan
dengan lamabt
Memberikan waktu bagi usus untuk
menyesuaikan dengan air
20. Observasi terhadap aliran material
fekal dan larutan serta kaji drainase
Menunjukkan keefektifan irigasi
21. Lepaskan kantong penampung dan
guyur isinya ke toilet atau kosongkan
pispot
Memperbaiki kebersihan ruangan
22. Keringkan dasar kantong penampung
dan klem
Mencegah kotor dan
mempersiapkan penampungan
drainase selanjutnya
23. Dorong klien untuk berpindah kira-
kira selama 30-45 menit kemudian
(atau bantu, sesuai kebutuhan, untuk
keamanan selama mobilitas)
Memungkinkan irigasi
mengencerkan sisa isi usus
24. Ulangi langkah 13, 20 dan 21
25. Bersihkan bedpan Memperbaiki kebersihan dan
program ruangan
26. Lepaskan kantong penampung dan
sabuk irigasi
Menyelesaikan prosedur irigasi
27. Buang atau simpan peralatan Meningkatkan kebersihan dan
kerapian lingkungan
28. Buang sarung tangan lama dan
gunakan pasangan yang baru
Mengurangi kontaminasi
29. Cuci, bilas dan keringkan area stoma Membersihkan area peristoma
30. Berikan antiseptik, jika diprogramkan Mencegah infeksi
21
31. Pasang balutan yang baru atau
kantong ostomi, jika diperlukan
32. Cuci tangan Mengurangi perpindahan
mikroorganisme
Sumber: Johnson,J.J.Y.(2005). Prosedur Perawatan di Rumah.
Jakarta: EGC
Evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi
1. Hasil tercapai: Stoma pulih tanpa kemerahan, edema, pembengkakan,
robekan, lecet, tukak, atau fistula di area stoma.
2. Hasil tidak tercapai: Klien tetap merasa tidak nyaman dalam
mendiskusikan perubahan citra tubuh.
3. Hasil tidak tercapai: Klien melaksanakan prosedur dengan keakuratan
70%.
Sumber: Johnson,J.J.Y.(2005). Prosedur Perawatan di Rumah.
Jakarta: EGC
Dokumentasi
Hal-hal yang harus dicatat pada lembar laporan klien antara lain:
1. Tanggal dan waktu prosedur dilakukan serta warna, konsistensi, dan
jumlah feses yang terdapat di dalam kantong.
2. Kondisi stoma dan kulit peristoma.
3. Pengkajian abdomen.
4. Status emosional pasien.
5. Indicator verbal dan nonverbal terjadinya perubahan konsep diri selama
prosedur.
6. Indicator verbal dan nonverbal mengenai kesiapa untuk melaksanakan
perawatan diri.
22
Sumber: Johnson,J.J.Y.(2005). Prosedur Perawatan di Rumah.
Jakarta: EGC
2.4.3 Mengevakuasi dan membersihkan kantong colostomy
Tujuan
1. Mengeluarkan materi fekal dari kantong ostomi
2. Membersihkan kantong untuk dapat digunakan kembali
3. Mempertahankan integritas stoma dan kulit peristoma
4. Meningkatkan kenyamanan umum
5. Meningkatkan konsep diri yang positif
Sumber: Johnson,J.J.Y.(2005). Prosedur Perawatan di Rumah.
Jakarta: EGC
Persiapan alat
1. Tiga pasang sarung tangan nonsteril (satu pasang untuk klien jika
perlu)
2. Pispot dan/ atau wadah berskala
3. Dua alas tempat tidur kedap air sekali pakai
4. Pengharum ruangan
5. Dua waslap
6. Kaca/cermin
7. Pengharum kantong ostomi
8. Kertas toilet
9. Handuk kertas
10. Pengharum ruangan
11. Tali karet
Sumber: Johnson,J.J.Y.(2005). Prosedur Perawatan di Rumah.
Jakarta: EGC
23
Prosedur kerja
Tindakan Rasional
1. Lakukan higienis tangan Mengurangi transfer
mikroorganisme
2. Jelaskan prosedur umum kepada
klien dan kemudian jelaskan
setiap langkah saat langkah
tersebut dilakukan, izinkan klien
mengajukan pertanyaan atau
melakukan setiap bagian
prosedur
Mengurangi ansietas; menguatkan
instruksi yang akan dibutuhkan klien
dengan lebih terperinci untuk
melakukan perawatan diri
3. Berikan privasi Mengurangi rasa malu
4. Posisikan cermin untuk
memungkinkan klien melihat
prosedur
Memungkinkan klien mengobservasi
dan mempelajari prosedur
5. Pasang sarung tangan Mengurangi pajanan perawat ke
sekresi tubuh klien
6. Letakkan alas kedap air sekali
pakai di atas abdomen di sekitar
dan dibawah kantong
Mencegah teetsan atau rembesan
feses ke kulit
7. Apabila menggunakan toilet,
dudukkan klien di toilet atau di
kursi yang menghadap toilet,
dengan kantong diatas toilet; jika
menggunakan pispot, letakan
kantong ke atas pispot
Memposisikan klien sehingga feses
mengalir ke bawah
8. Lepaskan klem pada bagian
bawah kantong dan letakkan
dalam jarak yang mudah
dijangkau. (lipat bagian bawah
kantong keatas sehingga
Meningkatkan efisiensi; manset
akan mempertahankan bagian bawah
kantong tetap bersih, yang
membantu mencegah baud an
menjaga kebersihan tangan selama
24
membentuk sebuah manset
sebelum penggosongan)
prosedur
9. Secara perlahan buka lipatan
ujung kantong dan biarkan feses
mengalir ke pispot atau toilet
Mengeluarkan feses dari kantong
10. Rapatkan sisi bagian bawah
kantong
Mengeluarkan feses tambahan dari
kantong
11. Buka ujung bawah kantong dan
lap dengan kertas toilet
Mengeluarkan kelebihan feses dari
ujung bawah kantong
12. Bilas toilet atau, jika
menggunakan pispot, fiksasi/
tutup kembali ujung kantong
dengan tali karet dan kemudian
kosongkan pispot
Mengurangi rasa malu klien dan
mengurangi bau runangan
13. Cuci kelm saat dikamar mandi
dan keringkan dengan handuk
kertas
Membersihkan klem eksterior
14. Lepaskan sarung tangan, lakukan
higienis tangan, dan pakai
kembali sarung tangan
Mengurangi transfer
mikroorganisme
15. Berikan pengharum kantong ke
ujung bawah kantong
Mengurangi bau yang tidak sedap
16. Klem kembali kantong dengan
klem yang telah dibersihkan
Mencegah kebocoran feses
17. Lap bagian luar kantong dengan
waslap bersih yang basah;
pastikan untuk mengelap
disekitar klem pada bagian
bawah kantong
Menyelesaikan pembersihan
kantong
18. Lepaskan sarung tangan dan
simpan atau buang semua
peralatan dengan tepat
Meningkatkan kebersihan
lingkungan
25
19. Semprotkan pengharum ruangan,
jika dibutuhkan
Menghilangkan bau yang tidak
sedap
20. Cuci tangan Mengurangi transfer
mikroorganisme
Sumber: Johnson,J.J.Y.(2005). Prosedur Perawatan di Rumah.
Jakarta: EGC
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Warna, konsistensi dan jumlah feses di dalam kantong
2. Kondisi stoma
3. Pengkajian abdomen
4. Status emosional klien
5. Indicator verbal dan nonverbal terjadinya perubahan konsep diri
selama prosedur
6. Indicator verbal dan nonverbal mengenai kesiapan untuk
melaksanakan perawatan diri
7. Penyuluhan dan partisipasi dalam melaksanakan prosedur
8. Kebutuhan klien untuk mendapat penyuluhan tambahan
Sumber: Johnson,J.J.Y.(2005). Prosedur Perawatan di Rumah.
Jakarta: EGC
Evaluasi
1. Hasil tercapai : klien mampu melaksanakan prosedur secara
mandiri
2. Hasil tercapai : stoma dan kulit disekitarnya dalam kondisi baik
tanpa nyeri, iritasi, atau ekskoriasi
3. Hasil tercapai : klien mengatakan strategi koping yang positif
Sumber: Johnson,J.J.Y.(2005). Prosedur Perawatan di Rumah.
Jakarta: EGC
BAB III
PENUTUP
26
3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas disimpulkan bahwa kolostomi merupakan
suatu tindakan pembuatan lubang sementara atau permanen dari usus besar
melalui dinding peruut dengan tindakan bedah bila jalan ke anus tidak
26ias berfungsi, dengan cara pengalihan aliran feses dari kolon karena
gangguan fungsi anus.
Kolostomi dapat dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya adalah
kolostomi double barrel, kolostomi single, kolostomi loop dan lain-lain.
Berdasarkan banyaknya macam kolostomi, maka seorang perawat dituntut
untuk mengetahui macam-macam kolostomi dan mampu melakukan
tindakan perawatan pada kolostomi serta mengetahui indikasi dan
kontraindikasinya.
3.2 Saran
Selain melakukan perawatan kolostomi, sebagai seorang perawat
hendaknya kita juga melakukan Health Education kepada penderita dan
keluarga agar penderita dan keluarga dapat melakukan perawatan secara
mandiri di rumah.
DAFTAR PUSTAKA
26
27
Dhiraj,C.D.(2008).General Surgical Operation. New Delhi: B-3 EMCA house.
Johnson,J.J.Y.(2005). Prosedur Perawatan di Rumah. Jakarta: EGC
Suratun,L.S.(2010). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Gastrointestinal. Jakarta: Trans Info Media
Gemma,S. Colostomy Care. (2009). Retrieved from
http://mystoma.weebly.com/colostomy-technique.html.
Welch, D. (n.d). Ostomy. Retrieved from www.restoredimages.com/ostomy.php.
DAFTAR PEMBAGIAN TUGAS
28
NO. NAMA NIM TUGAS
1. Ayis Tandhi
Kusuma (P27820112028)
Mencari pengertian, macam-
macam, tujuan, indikasi, dan
kontraindikasi perawatan
kolostomi
2. Devi Paramita
Yuliningrum(P27820112117)
Irigasi Pada Coloctomy
3. Fitri Wahyuni (P27820112112) Perawatan Luka Kolostomi
4. Lailil Oktavia Ardi (P27820112026) Pemasangan kantong
kolostomi
Top Related