BAB I
PENDAHULUAN
A LATAR BELAKANG
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air dan elektrolit (1). Cairan
yang berada dalam tubuh terdapat dalam dua kompartemen yang utama yaitu
cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler, yang berasal dari dalam sel dikenal
dengan cairan intraseluler sedangkan berasal dari luar tubuh disebut cairan
ekstraseluler (2),(3).
Dalam tubuh manusia, air merupakan komponen utama yang mempunyai
peran penting baik dalam suspensi maupun larutan (2). Cairan tubuh dari zat
terlarut yaitu Elektrolit yang terdiri dari Natrium (Na+), Kalium (K+), Kalsium
(Ca2+), Magnesium (Mg2
+), Klorida (Cl-), Bikarbonat (HCO3-), Fosfat (HPO4
2-) dan
Sulfat (SO42-) dan non elektrolit merupakan zat yang tidak dapat diurai dalam
larutan yang tidak mempunyai muatan listrik (1,3). Proses metabolismenya
sebagian besar dipengaruhi oleh elektrolit (3).
Kalium merupakan salah satu ion dari elektrolit bermuatan positif
(kation) utama yang terdapat dalam cairan intraseluler (3). Jumlah konsentrasi
pada orang dewasa sekitar 50-60 per kilo gram berat badan yang dipengaruhi oleh
jenis kelamin, umur dan masa otot seseorang (3,4). Kalium mempunyai peran dan
fungsi sebagai sintesis protein, kontraksi otot, konduksi saraf, pengeluaran
hormon, transport cairan dan perkembangan janin (2). Pengaturan distribusi antara
kompartemen ekstraseluler dan intraseluler mempunyai peranan yang penting
untuk homeostasis kalium dan juga mempengaruhi keseimbangan dalam asupan
1
dan pengeluarannya. Pemeliharaan dari homeostasis cairan tubuh merupakan hal
yang penting untuk kelangsugan hidup (1,5). Kalium merupakan garam yang
dapat diserap dengan cepat oleh tubuh, kelebihan kalium yang terdapat dalam
tubuh akan dikeluarkan lewat urin dan keringat (6).
Latihan fisik adalah gerakan yang direncanakan, terstruktur dan berulang
untuk memelihara kesehatan tubuh (7). Pada waktu berolahraga energi dan panas
meningkat melalui proses metabolisme dan kontraksi otot, juga air yang keluar
melaui keringat tidak hanya melalui proses metabolisme tetapi hal ini didapatkan
melalui konsumsi cairan dan makanan sehari-hari.
Menurut World Health Organization (WHO) orang yang kurang
melakukan latihan fisik mempunyai 20% sampai 30% peningkatan risiko terhadap
semua penyebab kematian dibandingkan dengan mereka yang terlibat dalam 30 menit
aktivitas atau latihan fisik dengan intensitas sedang yang dilakukan hampir setiap hari
dalam seminggu. (who)
Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti kadar
kalium sebelum dan sesudah latihan fisik intensitas ringan pada mahasiswa
fakultas kedokteran universitas sam ratulangi angkatan 2010.
B. MASALAH
Bagaimana perbandingan kadar kalium sebelum dan sesudah latihan fisik
intensitas ringan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi angkatan 2010 ?
C. TUJUAN
2
Mengetahui perbandingan kadar kalium sebelum dan sesudah latihan fisik
intensitas ringan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi angkatan 2010
D. MANFAAT
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat yaitu:
1. Dapat mengetahui gambaran kadar kalium serum sebelum dan sesudah latihan
fisik intensitas ringan pada mahasiswa Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
angakatan 2010
2. Menambah wawasan dan melatih diri dalam melakukan penelitian tentang
gambaran kadar kalium serum sebelum dan sesudah latihan fisik
3. Menambah wawasan tentang pengaruh intensitas suatu latihan fisik terhadap
keseimbangan elektrolit terutama kalium
E. Hipotesis
Penelitian ini mengambil hipotesis yaitu tidak ada perbedaan kadar kalium serum
sebelum dan sedsudah latihan fisik.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kompartemen cairan tubuh
Dalam pendistribusian cairan tubuh terdapat dua kompartemen yang terdiri
dari cairan intreaseluler dan cairan ekstraseluler dan cairan ekstraseluler
distribusikan lagi menjadi cairan intertisial dan plasma darah, dalam
kompartemen cairan tubuh mempunyai presentase yang berbeda-beda yaitu
dengan pendistribusian cairan tubuh yang tergantung pada umur, jenis kelamin
dan derajat obesitas (3,5).
1. Kompartemen cairan intraseluler
Cairan intraseluler ialah cairan yang tedapat di dalam sel yang mempunyai
jumlah total 2/3 dari cairan tubuh dan sekitar 42 liter yang berada dalam 75 triliun
sel (3,5,9). Volume cairan intraseluler sekitar 60% dari cairan tubuh total,karena
konsentrasi dan jumlah zat terlarut yang terlalu besar sehingga masing-masing sel
dapat berubah-ubah. Hal ini disebabkan karena setiap sel memiliki campuran
tersendiri dengan berbagai zat (2,5).
2. Kompartemen cairan ektraseluler
4
Cairan ekstraseluler ialah cairan yang terdapat diluar sel dan memiliki
20% cairan tubuh yang bervolume sekitar 40% dari cairan tubuh (2,3,8). Cairan
intertisial mempunyai kompartemen cairan sebesar 75% yang terdapat pada sel-sel
sedangkan cairan plasma darah terdapat sebesar 25% (3). Oleh karena itu secara
tetap cairan ekstraseluler tercampur antara plasma dan cairan intertisial yang
mempunyai komposisi hampir sama (5).
B Elektrolit dan Non Elektrolit
Elektrolit menghasilkan partikel – partikel yang bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan yang mencangkup natrium (Na+), kalium
(K+), kalsium (Ca2+), magnesium (Mg+), klorida (Cl-), bikarbonat (HCO3
-), fosfat
(HPO42-) dan sulfat (SO4
2-) (1). Natrium (Na+) merupakan kation ekstraseluler
utama dan kalium (K+) merupakan kation intraseluler utama juga sel mempunyai
anion-anion yang utama dalam intrasel yaitu protein dan fosfat, dan anion utama
dalam ekstraseluler yakni klorida (Cl-) dan bikarbonat (HCO3-) sedangkan Non
elektrolit merupakan zat yang tidak terurai dalam larutan yang tidak mempunyai
muatan listrik yakni protein, urea, glukosa, oksigen, karbondioksida dan asam-
asam organik (1,3).
1. Kalium
Kalium adalah kation utama yang mempunyai jumlah besar dan banyak
terdapat dalam cairan intrasel. Kadar kalium serum normal 3,5-5,5 mEq/L,
konsentrasi kalium intraseluler sekitar 145 mEq/L dan ekstraeluler 4 – 5 mEq/L,
kalium merupakan zat terlarut yang sebagian besar terdapat di intraseluler,
sehingga kalium mempunyai peran yang penting dalam menahan cairan di dalam
sel serta mempertahankan volume sel (1,2).
5
Jumlah kalium juga di pengaruhi oleh umur dan jenis kelamin, pada
wanita 25% lebih kecil dibandingkan dengan laki – laki dan jumlah kalium pada
orang dewasa lebih kecil 20% dibandingkan pada anak – anak (2). Hal ini terlihat
di dalam (tabel 1) (4).
Tabel 1. Nilai rujukan kalium serum
Serum bayi 3,6 – 5,8 mmol/L
Serum anak 3,5 – 5,5 mmol/L
Serum dewasa 3,5 – 5,3 mmol/L
Urine anak 17 – 57 mmol/L
Urine dewasa 40 – 80 mmol/L
Cairan lambung 10 mol/L
2. Pengaturan distribusi kalium internal
Kalium berada pada jumlah yang konstan pada hampir semua jaringan
binatang dan tumbuhan tetapi masukannya bisa bervarasi. Kalium yang
diabsorbsi relatif lengkap di saluran pencernaan bagian atas dan sesudah
melakukan pencernaan makanan, kosensentrasi kalium ekstraseluler akan
meningkat mencapai angka yang bisa membahayakan bila kalium yang dicerna
tidak dipindahkan secara cepat ke dalam sel, sebagian besar kalium yang dicerna
secara cepat akan berpindah ke dalam sel sampai ginjal dapat membuang
kelebihan kalium (4,6).
3. Ekskresi kalium
6
Ginjal mempunyai tiga proses untuk mengekskresi kalium yaitu pertama
laju filtrasi kalium, kedua laju reabsorbsi tubulus oleh kalium dan ketiga laju
sekresi kalium oleh tubulus. Tempat yang paling penting dalam ekskresi kalium
berada di sel–sel prinsipalis tubulus distal bagian akhir dan tubulus gentes
kortikalis karena kebanyakan pengaturan per harinya terjadi di dalam bagian ini
(5).
4. Gangguan Keseimbangan Elektrolit
a. Hipokalemia
Hipokalemia terjadi apabila kadar kalium plasma kurang dari 3,5 mEq/L,
penyebabnya dapat dibagi sebagai berikut: asupan kalium yang kurang,
pengeluaran kalium yang berlebihan, kalium masuk ke dalam sel, tetapi penyebab
yang paling sering menyebabkan hipokalemia yakni dengan meningkatnya
kehilangan kalium atau karena retribusi kalium dalam sel (2,9).
Pengeluaran kalium yang berlebihan dari saluran cerna salah satunya:
Muntah, pada keadaan muntah kalium lebih banyak keluar mealui ginjal dan
terdapat peningkatan ekskresi kalium ginjal dengan melibatkan tiga mekanisme
pertama kehilangan asam lambung yang menyebabkan alkalosis metabolik yang
merangsang perpindahan kalium ke dalam sel - sel tubulus ginjal, kedua alkalosis
metabolik menyebabkan lebih banyak NaHCO3 dan cairan melalui tubulus distal
dan bikarbonat dan meningkatkan ekskresi K+, ketiga kehilangan cairan lambung
menyebabkan berkurangnya volume ekstraseluler yang akan merangsang sekresi
aldosteron melalui mekanisme rennin–angiotensin-aldosteron (1,2). Berikut ini
gambar tentang penyebab terjadinya hipokalemia (gambar 1) (10)
7
Gambar 1. Pendekatan diagnostik hipokalemia
b. Hiperkalemia
Kadar kalium serum lebih dari 5,0 mEq/L disebut hiperkalemia,
penyebabnya antara lain 1) keluarnya kalium dari intrasel ke ekstrasel 2)
berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal.hiperkalemia paling sering terjadi
akibat ekskresi ginjal yang inadekuat dan terdapat pada keadaan
hipoaldosteronisme, gagal ginjal, deplesi volume sirkulasi efektif, dan pemakaian
siklosporin (1,2). Hal ini terlihat dalam (gambar 2) (10)
8
Gambar 2. Pendekatan diagnostik hiperkalemia
C. Latihan fisik
Latihan fisik merupakan bagian dari total volume aktifitas fisik dengan
tujuan atau maksud tertentu (7). Pada waktu seseorang melakukan aktifitas fisik
seperti kerja fisik atau berolahraga maka sumber-sumber energi yaitu lemak atau
karbohidrat yang terdapat dalam tubuh akan berubah menjadi air, karbondioksida
dan energi (6).
Latihan fisik adalah suatu kelompok aktifitas fisik berupa gerakan tubuh
yang terencana, terstruktur dan berulang untuk meningkatkan kebugaran jasmani,
meningkatkan kesehatan dengan memperkecil faktor risiko timbulnya penyakit
yang kronis serta juga menjamin keamanan selama melakukan latihan (7,11).
Latihan fisik mempunyai prinsip dengan memberi beban secara teratur, sistematis
9
Hiperkalemia (K > 5 mEq/ L)
dan berkesinambungan melalui program latihan yang tepat sehingga dapat
meningkatkan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari (12).
Olahraga yang teratur memiliki efek yang menguntungkan pada manusia
juga mencegah masalah kesehatan hal itu menyatakan bahwa terdapat perbedaan
pada durasi keparahan dan frekuensi latihan, kondisi fisik dan fisiologi seseorang
(13).
1. Jenis aktifitas fisik
Sebagian besar orang menghabiskan waktu mereka dengan beraktifitas
sekitar 85-95% seperti duduk, berdiri dan berjalan dalam aktifitas fisik. Setiap
individu mempunyai faktor- faktor utama yaitu(7,11) :
a. Frekuensi
Frekuensi aktifitas fisik mengacu pada jumlah sesi aktifitas fisik persatuan
waktu, dan untuk menentukan sasaran kalori yang diberikan, pembatasan gaya
hidup yang ditentukan bergantung pada jumlah sesi latihan per minggu.
b. Durasi
Lamanya waktu yang di habiskan sesorang dalam melakukan aktifitas
fisik. American College of Sports Medicine (ACMS) menganjurkan 20-60 menit
untuk melakukan aerobic secara kontinu.
c. Insitas
Total penggunaan kalori selama melakukan latihan fisik. Intensitas juga di
bagi dengan istilah ringan, sedang, berat dan sangat berat. Terlihat dalam tabel
berikut (tabel 2)
10
Tabel 2. Kalsifikasi intensitas latihan berdasarkan denyut jantung (12)
Klasifikasi intensitas Denyut jantung
maksimum (%)
Sangat ringan
Ringan
Sedang
Berat
Sangat berat
Maksimum
< 50
50-63
64-76
60-84
> 94
100
d. Volume
Volume merupakan jumlah total dari aktifitas yang dihitung dari durasi,
jarak yang di tempuh maupun pengulangan yang akan di lakukan (13).
D. Hubungan latihan fisik dengan kadar elektrolit serum
Aktifitas seseorang mempunyai pengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit hal ini menyebabkan meningkatnya metabolisme tubuh maka terjadi
peningkatan cairan yaitu melalui keringat (8), sehingga semakin besar
pengeluaran keringat maka semakin besar pula laju kehilangan natrium, kalium
dan klorida dari dalam tubuh (3).
Energi yang dihasilkan dari pembakaran sumber energi tubuh akan terbagi
menjadi dua bentuk yaitu dalam bentuk kerja dan panas, energi dalam bentuk
kerja terdiri dari berlari, menendang, meloncat dan lain-lain sedangkan energi
11
panas hanya dapat dirasakan dan tidak dapat dilihat karena terjadi di dalam sel-sel
otot dan sistem kardiovaskuler (6).
Kehilangan air melalui penguapan dipengaruhi oleh suhu tubuh dan
lingkungan juga jumlah kehilangan lewat keringat juga dipengahruhi dari suhu
tubuh dan dikontrol oleh sistem saraf otonom (14), dengan demikian jumlah
cairan yang dibutuhkan juga akan meningkat (8).
Peningkatan konsentrasi dari elektrolit akan menyebabkan terjadinya
perbedaan konsentrasi antara cairan ektraseluler dan cairan intraseluler dengan
melalui proses osmosis yaitu berpindahnya larutan yang memiliki konsentrasi
tinggi menuju ke konsentrasi yang rendah (6). Kehilangan cairan yang banyak
menyebabkan tubuh mengalami dehidrasi (12). Ketika sel-sel mengalami
dehidrasi dan cairan tubuh terus berkurang hal imi menyebabkan terhambatnya
laju pengeluaran panas dari dalam tubuh, dengan terhambatnya pengeluaran panas
akan menyebabkan terjadinya peningkatan temperature intenal badan yang dapat
memicu heart stresss (6).
Pada saat berolahraga tubuh akan mengalami dehidrasi, sehingga
menyebabkan penurunan kemampuan konsentrasi, peningkatan suhu tubuh dan
terhambatnya laju produksi energi. Hal ini dapat terjadi jika tidak diimbangi
dengan konsumsi cairan yang cukup (6,12).
Olahraga yang teratur mempunyai efek yang penting dalam aspek
biokimia darah, hal ini juga menunjukkan perbedaan tergantung pada keparahan,
frekuensi latihan dengan disertai kondisi fisik dan fisiologis seseorang, yang
dinyatakan dalam nilai-nilai biokimia yang berbeda selama dan setelah latihan
intensif.(hurmus koc)untuk olahraga dengan intensitas yang tinggi terjadi
12
pengurangan berat badan 2,5% karena akibat dari cairan tubuh yang keluar
melalui keringat,(konsumsi cairan dan olahraga)cotntoh latihan fisik dengan
intensitas tinggi misalkan dalam hal ini sepakbola karena membutuhkan kekuatan
dan ketahanan tubuh sedangkan untuk intensitas rendah seseorang hanya
melakukan aktifitas seperti biasa misalnya berjalan atau berlari-lari kecil,
(cairan,karbhdrat dan perfma sepakbola)
BAB III
13
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan bersifat eksperimental.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 5 bulan (September
2013 – Januari 2014).Lokasi penelitiannya bertempat di Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, tempat fitnes My Health
dan pemeriksaan darah duilakukan di Laboratorium ProKita.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi program studi kedokteran umum angkatan 2010
2. Sampel
Sampel diambil dengan metode simple random sampling sebanyak 30
orang.
Kriteria pengambilan sampel:
a. Kriteria inklusi:
1) Sehat
2) Bukan atlet
3) Tidak dalam pengobatan yaeng mengonsumsi obat yang
mempengaruhi kadar elektrolit darah
14
4) Bersedia ikut dalam penelitian
b. Kriteria eksklusi:
1) Sedang sakit ketika latihan fisik dilakukan
2) Tidak mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung
banyak kalium minimal 24 jam sebelum pengambilan darah
pertama selama latihan fisik berlangsung.
D. Cara Pengambilan Sampel
Sampel diambil dengan metode simple random sampling sebanyak
30 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
E. Variabel Penelitian
Variabel terikat : kadar serum kalium
Variabel bebas : latihan fisik intensitas ringan
F. Definisi Operasional
a) Kadar serum kalium adalah hasil yang didapat dari pengambilan
darah vena tanpa puasa yang dipeiksa dengan alat AVL 9180
electrolyte analyzer dengan metode elektrode ion selektif dapat
diklasifikasi normal adalah....
b) Denyut jantung adalah hasil perabaan arteri radialis dengan
menggunakan indeks dari jari tengah dan jari manis.
c) Latihan fisik dengan dengan intensitas ringan yaitu latihan fisik
dengan target denyut jantung 30-59% dari denyut jantung
maksimum yang dihitung dengan rumus denyut jantung maksimum
15
x 30-59%. Denyut jantung maksimum diperoleh dari rumus 220 –
usia.
G. Alat dan Bahan
1.Alat
a. Spuit 5 mL
b. Tourniquet
c. Tabung reaksi
d. Stopwatch
e. AVL 9180 electrolyte analyzer
f. Treadmill
2. Bahan
a. Serum darah
b. Kapas
c. Alkohol 70%
H. Jalannya Penelitian
1. Persiapan penelitian
a. Populasi terjangkau dikumpulkan di ruangan
b. Dijelaskan tentang maksud dan tujuan penelitian
c. Dilakukan pemilihan sampel dengan metode simpel random sampling
16
e. Responden diminta untuk menandatangani informed consent
2. Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan darah dilakukan sebanyak 2 kali. Pengambilan pertama
dilakukan sebelum melakukan latihan dan kedua saat selesai melakukan
latihan. Latihan terdiri dari 5 menit pemanasan, 5 menit peregangan, 30
menit latihan intiwarm up dan 30 menit latihan inti dengan target heart rate
yang ditentukan serta 5 menit pendinginan. Suhu ruangan diatur konstan.
a. Pengambilan darah
1) Lengan responden diletakkan diatas meja dengan telapak tangan
menghadap keatas.
2) Lengan diikat cukup erat dengan tourniquet 7-10 cm dari lipatan siku agar
aliran darah terbendung.
3) Responden disuruh untuk mengepal dan membuka tangan beberapa kali
agar lebih banyak mengisi pembuluh darah.
4) Dalam keadaan tangan responden masih mengepal, ujung jari pemeriksa
mencari pembuluh darah yang akan ditusuk,yaitu vena mediana cubitti.
5) Lokasi tersebut dibesihkan dengan kapas alkohol 70% dan dibiarkan
mengering.
6) Spuit injeksi 5 mL telah disiapkan sebelumnya dan dipegang dengan
tangan kanan. Setelah alkohol mengering, kulit ditegangkan dengan jari
telunjuk disamping pembuluh darah agar tidak bergerak.
7) Jarum disuntikkan dengan membentuk sudut 300 sepanjang pembuluh
darah kira-kira 1 cm.
17
8) Tarik perlahan spuit sehingga darah masuk ke dalam semprit.
9) Bersamaan dengan itu, kepalan tangan dibuka dan ikatan toniquet dilepas.
10) Kasa kering diletakkan pada tempat tusukkan dan jarum ditarik.
Responden diinstruksikan untuk menekan bekas tusukan.
11) Jarum dilepas dari spuit dan dipindahkan pada tabung reaksi.
12) Tabung reaksi diberi label yang berisi identitas dan waktu pengambilan.
b. Teknik pemeriksaan
i. Sampel darah yang telah diambil dibawah ke Laboratorium Pro-Kita
ii. Darah yang diambil didiamkan sampai beku
iii. Sampel darah disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15
menit
iv. Serum dipisahkan dari bekun darah dengan memisahkan kedalam
cup sampel.
v. AVL 9180 dinyalakan dan dilakukan kalibrasi.
vi. Ambil sampel sebanyak 100 µl.
vii. Bila pada alat sudah tertera “ Analyzing Blood” tekan tombol
“Yes”.
viii. Sampel akan dihisap oleh aspirator, tunggu hasil selama satu menit.
Hasil akan muncul pada layar dan lasung diprint
I. Metode Pengukuran Kalium Serum
Pemeriksaan dilakukan dengan alat AVL 9180 Electrolyte
Analyzer dengan metode elektrode ion selektif (Ion Selective Electrode/
ISE). Pada dasarrya alat yang menggunakan metode ISE untuk
menghitung kadar ion sampel dan membandingkan kadar ion yang tidak
18
diketahui nilainya dengan kadar ion yang diketahui nilainya. Membran ion
selektif pada alat mengalami reaksi dengan elektrolit sampel. Membran
merupakan penukar ion, bereaksi terhadap perubahan listrik ion sehingga
menyebabkan perubahan potensial membran. Perubahan potensial
membran ini diukur, dihittung dengan menggunakan persamaan Nerst,
hasilnya kemudian di hubungkan dengan amplifier dan di tampilkan oleh
alat.
J. Pengolahan data
Data diolah dengan menggunakan program SPSS versi 20. Data dianalisa
univariat dengan menghitung mean dan dianalisa bivariat dengan uji t
berpasangan (paired t-test).
19
K. Alur Penelilitian
Gambar 3. Alur Penelitian
20
Pengambilan Darah
Analisis dan Pengolahan data
Pemeriksaan kadar
ka
Pembagian kuesioner untuk mendapat data
Pemanasan dan peregangan
Pemilihan Populasi
Pengukuran denyut jantung
Informed consent
Pemilihan sampel dengan simple random sampling yang sesuai kriteria
Latihan diatas treadmill selama 30 menit
Pengambilan darah
Pendinginan
Gambar 4. Kerangka Teori
Gambar 5. Kerangka Konsep
21
Variabel Terikat :
Kadar Kalium Serum
Variabel Bebas :
Latihan fisik Intensitas Ringan
kalium
Latihan Fisik
Laju Pengeularan Kerinngat
Kerusakkan ginjal
Penggunaan obat-obat
Suhu
Dehidrasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Wilson ML, Keseimbangan Cairan dan Elektrolit serta Penilaiannya, dalam: Buku Ajar Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Edisi 6, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2005, h:308-9,313,341-3
2. Siregar P, Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 5, Jakarta: Penerbit Buku Interna Publishing: 2009, h:175-183
3. Irawan AM, Cairan Tubuh Elektrolit dan Mineral, Polton Sports Science Performance Lab, 2007; 01:1-5
4. Yaswir R, Ferawati I, Fisiologi dan Gangguan Keseimbangan Natrium, Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan Laboratorium, Jurnal Kesehatan Andalas, 2012; 1:80-85
5. Guyton CA, Hall EJ, Kompartemen Cairan Tubuh:Cairan Ekstrasel dan Intrasel; Cairan Intertisial dan Edema, dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 1 :1, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2007, h:307-315
6. Irawan AM, Konsumsi Cairan dan Olahraga, Polton Sports Science Performance Lab, 2007; 01: 1-6
7. Sjostrom M, Ekelund U, Yngve A, Penkajian Aktifitas Fisik, dalam: Buku Ajar Gizi Kesehatan Masyarakat, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2009, h:100-08
8. Tamsuri Anas , Klien Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit, dalam: Seri Asuhan Keperawatan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2008, h 1-25
22
9. Gaw A, Murphy JM, Cowan AR, O’Reilly St J Denis, Stewart JM, Shepherd James, Biokimia Klinis Teks Bergambar, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: 2012, h:233-6,242-3
10. Darwis D, Moenajat Y, Nur BM, Madjid AS, Siregar P, Aniwidyaningsih W, dkk, Fisiologi Keseimbangan Air dan Elektrolit dam Gangguan Keseimbangan Asam-Basa, Fisiologi, Patofisiologi, Diagnosis dan Tatalaksana, Edisi 2, Jakarta: FK-UI: 2008
11. Pardede KK Sri, Panduan Uji Latihan Jasmani dan Peresapannya, dalam: Buku American college of Sports Medicine, Edisi 5, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC:2004, h:133-142
12. Rismayanti C, Jurnal Persepsi Terhadap Macam,Fungsi Cairan,dan Kadar di Hidrasi Tubuh di Unit Kegatan Mahasiswa Olahraga Universitas Negeri Yogyakarta
13. Tirtawirya D, Intensitas dan Volume dalam Latihan Olahraga, ISSA, 2012
14. nelsen
15. Koc H, The Effect of A ccute Exercises on Blood Electrolyte Values in Handball Players, Pharmacy and Pharmacology, 2011; 4
16. Hazar M, Sever O, Gurkan CA, Er FN, Erol M, Physiologic Responses of Macro Elements to Maximal Aerobic Exercises in Male and Famale, Life Science Journal, 2013; 10
23
Top Related