DIKTAT BAHAN AJAR PAK
BAB I
AGAMA DAN KEBEBASAN BERAGAMA
A. Pengertian Agama
1. Pengertian Umum
Agama adalah hubungan manusia dengan Sang Penguasa Suci Tertinggi yang oleh umat beragama
disebut Allah
2. Pengertian Khusus
Agama adalah hubungan cinta Tuhan kepada manusia dan sebaliknya serta hubungan manusia
dengan sesama dan dirinya sendiri. Dalam hal ini Tuhan lebih dulu mencintai manusia dan manusia
yang menyadari cinta Tuhan itu menanggapinya dengan iman. Hubungan yang erat antara cinta
Tuhan dan manusia ditegaskan oleh Yesus dalam Injil ( Mat, 22 : 34-40 ; Mrk, 12 : 28-34 )\
B. Kebebasan Beragama
1. Pengertian Kebebasan Beragama
Kebebasan beragama berarti bahwa setiap manusia bebas memilih, melaksanakan dan pindah
agama menurut keyakinannya, dan dalam hal ini tidak boleh dipaksa oleh siapapun, entah oleh
pemerintah, pejabat agama, masyarakat, maupun orang tua sendiri.
2. Dasar Kebebasan Beragama
Dasar dari kebebasan beragama bukan hukum negara, bukan kebijaksanaan pemerintah, melainkan
martabat manusia. Martabat adalah kenyataan bahwa manusia memiliki akal budi dan kehendak
merdeka yang kedua-duanya merupakan inti hakiki manusia. Dapat juga dikatakan bahwa dasar
dari kebebasan agama adalah kehendak Tuhan sendiri yaitu agar manusia menggunakan akal, budi
dan pikirannya untuk menghayati kemerdekaan.
3. Dokumen tentang Kebebasan Beragama
a. Dokumen Internasional
1). Deklarasi tentang hak-hak asasi manusia (declaration of human rights) yang ditanda tangani di
New York tanggal 10 Desember 1948 dan menjadi piagam PBB.( Pasal 1, 18, dan 19 )
Pokok deklarasi tersebut menjelaskan tentang hak-hak asasi manusia yaitu hak hidup, hak akan
hidup yang merdeka, hak akan hidup yang layak ( dalam arti sosial ekonomi). Pasal pertama
mengatakan :”Semua manusia dilahirkan bebas merdeka dan sama dalam kemuliaan martabat
dan hak-haknya. Mereka dianugerahi Tuhan dengan akal bido dan sudah selayaknya mereka
bertindak terhadap sesamanya dengan semangat persaudaraan.”
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
Pasal 18 merumuskan kebebasaan agama sbb :’ Setiap orang berhak atas kebebasan pikiran,
keinsafan batin dan agama; dalam hal ini sebenarnya termasuk kebebeasan berganti agama
atau kepercayaan dan kebebasan untuk menyatakan agama atau kepercayaannya itu”. Pasal 19
memberikan tambahan yang sangat berharga yaitu : “ Setiap orang berhak atas kebebasan
mempunyai dan mengeluarkan pendapat; dalam hal ini termasuk kebebasan mempunyai
pendapat dengan tidak mendapat gangguan dan untuk mencari, menerima dan menyampaikan
keterangan dan pendapat dengan cara apapun juga dan tidak memandang batas-batas.”
2). Deklarasi Konsili Vatikan II tentang Kebebasan Agama
Sidang Konsili Vatikan II pada tanggal 7 Desember 1965 memperdalam dasar dari kebebasan
agama dan menyatakan bahwa kebebasan agama berakar dalam wahyu ilahi sendiri. Konsili
mengatakan bahwa Allah memanggil manusia untuk mengabdi-Nya secara rohani dan benar.
Manusia dalam iman menanggapi panggilan Allah dengan rela.
b. Dokumen Nasional
1). UUD 1945, pasal 29 : (a). Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa, (b). Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat menurut agamanyadan kepercayaannya itu”
2). Keputusan MPRS, Juni 1966, dalam ketetapan 27 memperkokoh kembali kebebasan agama
yaitu semua agama yang diakui pemerintah diberikan kesempatan yang sama.
c. Manifestasi Agama yang Merugikan
Agama meskipun dipuji-puji kerap kali tak mampu memenuhi harapan manusia. Agama
sejauh Nampak dalam hidup sehari-hari, lepas dari teori yang muluk-muluk mencemaskan
terutama dalam tiga bentuk yaitu fanatisme, takhayul dan fatalism yang sering dosebut tiga
penyakit agama.
1). Fanatisme, adalah sikap menonjolkan agamanya sendiri dengan kecenderungan menghina
agama lain dan mengurangi hak hidupnya. Fanatisme. sering mengarah menuju dominasi politis
dan cita-cita untuk mendirikan Negara agama. Fanatisme agama disebabkan oleh beberapa hal di
antaranya : (a). Kurang mengenal agama lain karena hidup di daerah/tempest yang tertutup (b).
Pendidikan agama yang sempit karena hanya mencari-cari kesalahan atau menjelek-jelekkan
agama lain (c). Rasa bangga yang berlebihan atas kejayaan agamanya sendiri serta tidak melihat
kekurangan-kekurangan diri (d). Rasa takut akan kemajuan (kemajuan agama lain menjadi
ancaman), dan (e). Tidak adanya keyakinan yang tenang, dewasa, realistis dan terbuka.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
2). Takhyul, adalah kepercayaan yang terlalu besar akan benda atau acara tertentu untuk dengan
demikian mendapat bantuan dari Tuhan. Dalam hal ini orang lebih percaya akan benda atau acara
tertentu daripada akan Tuhan/Allah sendiri. Takhyul terutama merajalela di kalangan penganut
agama primitif yaitu animisme. Di dalam takhyul kita berhubungan dengan bayangan, fantasi dan
gagasan khayal yang menguasai jiwa manusia, sehingga menyebabkan berbagai gangguan jiwa
dan membuat manusia selalu hidup dalam ketakutan.
3). Fatalisme, adalah sikap mudah menyerah pada nasip/takdir. Nasip dianggap sebagai sesuatu
yang telah ditakdirkan oleh Tuhan, akibatnya manusia tidak mau berusaha menghadapi
penderitaan dan tantangan hidup, melainkan menghibur diri dengan acara-acara keagamaan sambil
menanti surga. Orang-orang fatalis mempunyai pandangan tentang Tuhan yang picik dan paham
yang tidak realistis tentang dunia. Tuhan seakan-akan menakdirkan segala nasip buruk atau roh-
roh jahat yang dikhayalkan oleh orang fatalis. Ia mudah lari ke dalam impian idealisme. Misalnya
jika jika perkawinan gagal atau usaha gagal, ia cepat menyimpulkan bahwa hal itu tidak
dikehendaki atau telah ditakdirkan Tuhan, sehingga orang menyerah begitu saja.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
BAB II
MEMAHAMI AGAMA KATOLIK
A. Memahami Kekhasan Agama Katolik
1. Kesamaan dasar agama monoteis
a. Bagaimana mencari yang ilahi apapun namanya
b. Menawrkan arti hidup, yakni apa arti hidup manusia di bumi yang fana ini.
c. Mengjarkan cara hidup, yakni bagaimana manusia mengatur pola tingkah lakunya agar dapat
berbahagia.
d. Membantu mengatassi penderitaan. Hidup manusia yang tak putus ditimpa kemalangan dan
penderitaan tidak jarang membuat manusia frustasi atau putus asa. Agama mendampingi
manusia untuk mencoba mengerti dan mengatasi penderitaan.
2. Ciri Khas agama Kristen
a. Mempunyai hubungan diri yang khusus dengan orang yang disebut sebagai Yesus Kristus
b. Dalam hidup bersama, dalam pola hidup dan pengetahuan, agama Kristen menjadikan
pribadi Yesus (ajaran dan perbuatannya) sebagai tolok ukur.
c. Agama Kristen mengakui kedudukan dan hubungan Yesus yang menentukan dengan Allah
dan konsekuwensinya untuk hidup orang-orang Kristen
d. Meyakini bahwa yang menghimpun dan menyatupadukan umat adalah Yesus Kristus
3. Kebiasaan Orang Kristen
Setiap masyarakat mempunyai tradisi atau kebiasaan yang mampu menopang dan
melestarikan masyarakat itu sendiri. Gereja sebagai masyarakat kaum beriman, juga memiliki
bermacam-macam kebiasaan. Dalam perjalanan sejarah, kebiasaan itu telah membentuk,
menopang dan membangun jemaat beriman. Kita ditantang untuk mengamalkan, menyegarkan
kemudian mewariskannya kepada generasi yang akan datang.
Adapun kebiasaan-kebiasaan baik yang perlu dilestarikan oleh umat beriman Katolik di
antaranya adalah :
a. Berhimpun pada hari Minggu (mengikuti Ekaristi/Ibadat)
b. Membaca kitab Suci
c. Melaksanakan Ibadat harian
d. Berdoa bersama dalam keluarga
e. Berdoa secara pribadi
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
f. Terlibat dalam kehidupan jemaat setempat (Kring, Lingkungan, Stasi, Paroki)
g. Terlibat dalam nasyarakat
h. Berpuasa dan berpantang
i. Memeriksa batin
j. Mengku dosa di hadapan Imam
B. Iman
1. Pengertian dan Sifat iman
Iman adalah penyerahan diri secara total (menyeluruh) kepada kehendak Allah. Iman juga bisa
diartikan sebagai hubungan pribadi dengan Yesus Kristus.
Sifat-sifat iman itu adalah :
a. mengatur manusia kepada keselamatan
b. iman yang hidup
c. iman yang dihayati dan diamalkan
d. iman yang berbuah banyak
e. segala tindakan kita akhirnya merupakan bukti pengungkapan iman
2. Pokok-Pokok Iman dan Pedoman Hidup Kristen
Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu
yang tidak kita lihat. Kreana iman kita mengerti bahwa alam semesta ini telah dijadikan oleh Allah
(Ibr.11:1-3). Karena iman semua orang dibenarkan (Gal,2;16b; Rom, 3:28. 5:1). Karena iman kita
diselamatkan ( 2Tim, 3 :15). Oleh iman akan Kristus, kita memperoleh pengampnnan dosa dan
mendapat bagian dalam kebahagiaan yang ditentukan untuk orang-orang yang dikuduskan ( Kis,
26:18b).
Guna menjaga khazanah iman, Gereja merumuskan pokok-pokok iman yang tertuang
dalam Syahadat. Tetapi sekarang kita memiliki iman yang sempurna, jika tidak mempunyai kasih,
kita sama sekali tidak berguna (1Kor, 13: 2b). Maka iman harus diamalkan dalam kasih. Dan
hokum kasih telah diberikan oleh Yesus sendiri (Mrk, 12 : 30-31).
Iman dan kasih harus diamalkan secara nyata dalam perbuatan, karena iman tanpa
perbuatan adalah iman yang kosong (Yak, 2:17).
Beberapa pedoman hidup Kristen selain Kitab Suci, seperti ; Syahadat Para Rasul (Gredo),
Hukum Kasih, Sabda Bahagia, Sepuluh Perintah Allah, Lima Perintah Gereja, dan sebagainya
dapat menjadi sarana kongrit mengamalkan iman dan kasih dalam perbuatan.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
3. Kewajiban seorang beriman
a. Ketaatan beriman: Seorang beriman patuh kepada Allah bukan karena terpaksa atau takut
melainkan katena menyadari bahwa Allah merupakan inti dan pusat perhatiannya. Ia sudah
menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah dan telah mempercayakan diri pada-Nya.
b. Mencari tahun dan memperdalam iman ; Hubungan iman mulai dengan tahap Allah
mengundang dan memperkenalkan diri dan ingin membina hubungan dengan manusia.
Oleh karena itu dari pihak manusia memang dituntut agar mencari tahu tentang Allah,
berupaya mempererat hubungan dengan Tuhan, merefleksikan iman serta memperdalam
iman.
c. Hidup dari iman : Seorang beriman selayaknya hidup berdasarkan pola imannya dan hidup
di jalan iman.
d. Mempertahankan dan menyebarkan iman : Seorang beriman yang tidak akan tinggal diam,
melainkan terdorong untuk berbicara tentang Tuhan serta maksud dan rencanan-
Nya.Kabar gembira yang diterima dalam iman merupakan dorongan besar dan kuat untuk
menyebarluaskannya serta menjadi pewarta (penyebar) iman dan sekaligus
mempertahankannya
4. Cara-cara memperdalam iman
a. Sering dan selalu berdoa
b. Membaca Kitab Suci
c. Mengikuti Kegiatan-kegiatan rohani
d. Membaca kisah tokoh-tokoh beriman
C. Sumber dan Pedoman Iman
Tuhan Yesus menjadi sumber iman dan pedoman iman kita adalah Kitab Suci
1. Pengertian Kitab Suci
Kitab Suci Agama Kristiani disebut Alkitab. Kitab Suci yaitu Firaman (Sabda) Tuhan yang
ditulis dalam bahasa manusia dan penulisnya diilhami oleh Roh Kudus. Kitab Suci menyajikan
sejarah keselamatan Allah yang memuncak dalam diri Yesus Kristus yang merupakan Sabda
Allah yang kekal dan sempurna. Bahasa asli Kitab suci adalah :
a. Perjanjian Lama : Bhs. Ibrani
b. Kitab Esra, Daniel : Bhs.Aram
c. Perjanjian Baru : Bhs.Yunani
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
2. Cara Membaca Kitab Suci
Dalam membaca Kitab Suci tidak hanya dihafal secara harafiah, tetapi hendaknya dipahami
makna yang terkandung di dalamnya. Misalnya memahami makna perumpamaan yang
disampaikan oleh Yesus.
3. Pedoman Membaca Kitab Suci
Sebelum membaca Kitab Suci, kita perlu menenangkan diri, bersikap hening dan berdoa
memohon pimpinan Tuhan. Setelah itu dengan perlahan kita baca dalam hati teks yang kita
pilih (beberapa kali), sebelum kita merenungkannya. Ketika kita membaca teks tersebut ,
mungkin ada kata-kata atau kalimat yang mengesan /menyentuh hati kita. Berhentilah pada
bagian tersebut dan renungkan, apa maksud Tuhan melalui Firman/Sabda-Nya itu. Kemudian
berdoalah sekali lagi mohon kekuatan untuk hidup sesuai dengan Firman-Nya itu ( yang baru
saja kita baca) dan Taatilah Firman itu.
4. Pengelompokan Kitab Suci
Kitab Suci Agama Kristiani disebut Alkitab. Alkitab dibagi menjadi dua golongan besar
yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kitab Perjanjian Lama terdiri dari 46 kitab yang dapat
dikelompokkan menjadi :
a. Kitab Sejarah : memuat kitab taurat Musa (Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan
Ulangan), kitab Yosua, Hakim-hakim, Samuel, Raja-Raja, tawarikh, Esra, Nehemia, Makabe,
Tobit, Yudit dan Ester
b. Kitab Kebijaksanaan : Kitab Ayub, Mazmur, Amsal, Pengkhotbah, Kidung Agung,
Kebijaksanaan Salomo dan Sirakh
c. Kitab Nabi-Nabi : Yesaya, Yeremia, Ratapan, barukh, Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja,
Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, hagai, Zakaria dan Maleakhi.
Perjanjian Baru terdri dari 27 kitab yang dikelompokkan menjadi 6 bagian yakni :
a. Injil : terdiri dari 4 kitab yakni Injil : Mateus, Markus, Lukas dan Yohanes.
b. Kisah Para Pasul : merupakan karangan Lukas
c. Surat-Surat Paulus : jumlahnya ada 13 yaitu Surat Paulus kepada kelompok umat yaitu kepada
Jemat di Roma, Korintus I & II, Galatia, Efesus, Filipi, Kolose, Tesalonika I & II. Selain itu
ada Surat Paulus kepada perorangan seperti Timotius I & II, kepada Titus, dan Filemon.
d. Surat kepada Orang Ibrani ; kemungkinan dari seorang murid Paulus
e. Surat-surat Katolik : terdiri dari Surat Yakobus, Surat Petrus I & II, Surat Yohanes I-III, dan
Surat Yudas.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
f. Kitab Wayu : merupakan bagian terakhir dari keseluruhan Alkitab yang ditulis oleh Yohanes.
Dalam Alkitab khususnya Alkibat Katolik terdapat kitab tambahan yang disebut
Deoterokanonika. Kitab Deoterokanonika juga diterima oleh Gereja Katolik dan Yunani
Ortodok, tetapi tidak diterima oleh Gereja Kristen Protestan. Alkitab yang tidak memuat
deoterokanonika disebut kitab kanonika yang diterima oleh semua Gereja. Kitab
deoterokanonoka terditi dari : kitab Tobit, Yudit, Serakh, Kebijaksanaan Salomo, Barukh ,
Mmakabe I & II, Tambahan Kitab Ester dan tambahan Kitab Daniel.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
BAB III
TENTANG YESUS KRISTUS
A. Bangsa dan Tanah Air Yesus
1. Keadaan Geogafis Palestina, Tanah Air Yesus
Pada awal tarikh masehi zaman hidup Yesus, Palestina terdiri dari 3 propinsi yaitu :
- Galilea : daerah subur, murid-murid Yesus berasal dari Galilea, dan selama 30 tahun Yesus
tinggal di Gelilea ( Naseret )
- Samaria : terletak antara Yudea dan Galilea, orang Samaria adalah campuran Israel asli dan
imigran dari Asyria, dan orang Samaria dianggap lebih rendah oleh orang-orang Israel sebab tidak
asli lagi
- Yudea : daerah tandus, tempat Yesus dilahirkan (Betlehem)
2. Situasi Sosial Politik Zaman Yesus
Pada abad pertama sesudah masehi ,bangsa-bangsa di seputar Laut Tengah dijajah oleh bangsa
Romawi. Roma menempatkan seorang gubenur dengan tentaranya di setiap provinsi. Mereka bertugas
menjaga ketentraman masyarakat dan menjamin pemasukan pajak. Pada waktu Yesus dihukum mati :
Pontius Pilatus menjadi Gubenur Roma di Palistina sedang yang menjadi raja adalah Herodes. Roma
tidak campur tangan dalam hidup sosial dan keagamaan bangsa yang dijajah, asal mereka tidak
memberontak dan rajin bayar pajak. Dengan pajak itu pemerintah Roma mampu membiayaai seluruh
aparatur pemerintah dan militer juga melayani kehidupan mewah kalangan atas orang-orang Roma
serta para penguasa.
Pajak tetap membebani rakyat miskin. Selain pajak kepada pemerintah penjajah masih ada lagi
pajak keagamaan bagi Bait Allah dan pajak bagi pemerintah darah. Kesadaran politik rakyat jelata
sangat tipis. Mereka menerima dan memikul saja beban dari pemerintah meskipun sangat berat.
3. Hidup keagamaan zaman Yesus
Yesus seorang Yahudi. Bangsa Yahudi zaman itu agak unik. Mereka menganggap dari bangsa
khusus yang terpilih oleh Allah dan Allah menjalin hubungan khusus (perjanjian) dengan mereka.
Sementara bangsa-bangsa lain menyembah macam-macam dewa-dewi. Kaum Yahudi
mempertahankan dengan gigih Allah Yang Esa.
Pusat agama Yahudi adalah Bait Allah di kota suci Yerusalem. Sejumah besar Imam
menyelenggarakan ibadat di sana sesuai dengan peraturan Nabi Musa. Kehidupan agama di kota-kota
lain dan di desa berpusat pada Sinagoga, tempat ibadat orang Yahudi. Pada hari Sabat (Sabtu) orang
Yahudi dilarang berkerja.Mereka berkumpul di Sinagoga untuk mendengarkan Firman Tuhan.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
B. Pribadi dan Warta Yesus
1. Yesus bebas dalam pergaulan
- Yesus makan dengan pemungut cukai dengan orang berdosa (Mrk.2:15-16)
- Yesus dengan Zakheus (Luk, 19:1-11)
- Yesus dengan orang perempuan Samaria (Yoh.4:6-9)
- Yesus dan perempuan yang berbuat zinah (Yoh:8:1-11)
Dari contoh di atas jelas bahwa pergaulan Yesus tampa melihat mengenai : kebiasaan, adat
istiadat dan peraturan sosial. Yesus secara bebas bergaul dengan siapa saja.Yesus tidak mau
terikat oleh apapun juga.
2. Yesus berani didalam pengajaran.
Yesus mengajar di rumah ibadat (Mrk,6:2-3)
a. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita : Janganlah membunuh,
TETAPI AKU BERKATA kepadamu : setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus
dihukum.
b. Kamu telah mendengarkan Firman : Jangan berzinah, TETAPI AKU BERKATA kepadamu :
Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya sudah berzinah dalam
hatinya.
c. Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita : Jangan bersumpah
palsu. TETAPI AKU BERKATA kepadamu : jangan sekali-kali bersumpah.
d. Kamu telah mendengar firman Allah : mata ganti mata, gigi ganti gigi TETAPI AKU
BERKATA kepadamu : kasihilah musuhmu.
Jadi menurut Yesus (berdasarkan kutipan diatas) Sabda Allah tidak berguna kalau manusia
dirugikan. Ibadat harus ditinggalkan kalau hubungan dengan sesama tidak beres.
3. Yesus berani dan bebas dalam perbuatan : Tentang hari Sabat ( Mrk,2 : 23,24-27 )
a. Hari Sabat dianggap hari Allah. Demi Allah hari Sabat dirayakan dengan ibadat dan bebas
berkerja.
b. Hari Sabat juga tanda khas seoarng Yahudi, biar dijajah atau hidup di pengasingan, hari Sabat
tetap dirayakan sebagai ungkapan kesadaran nasional Yahudi. Barang siapa melanggar hari
Sabat, berdosa melawan Allah dan mengkhianati bangsanya sendiri. Tetapi mengapa Yesus tak
memperhatikannya ? Perintah Alah bukan demi kehormatan Allah dan bukan untuk
meluhurkan nama Allah. Perintah Allah diberikan demi kehormatan manusia untuk
meluruhurkan nama manusia. Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk
hari Sabat.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
4. Yesus membawa sesuatu yang baru ( Luk,6: 20-26)
Yang meskin = yang tidak berdaya = yang tidak mampu dan = yang masa depan suram
Pada zaman Yesus miskin berarti juga :
- Yang tidak sempat berdo’a
- Yang tidak bisa beribadat
- Yang tidak saleh
- Yang tidak beragama
Orang-orang semacam ini oleh Yesus disebut dekat pada Allah yang baru yaitu :
- Allah dekat padamu di manapun
- Allah mencintaimu
- Allah mencari kemuliaan manusia
- Allah menuntut hormat terhadap manusia
- Kehendak Allah jelas supaya kita membahagiakan satu sama lain.
Kenyataan menyolok sekali yang bertentangan dengan agama Yahudi :: Yang baru Yang
diwartakan Yesus,memang merampok agam Yahudi.Hal ini jelas dimata para pemuka
agama.Padahal hanya agama yang menjamin kelangsungan bangsa.Barang siapa merongrong
agama, membahyakan bangsa.
- Yesus bersekongkol dengan sempah masyarakat
Ahli-ahli taurat dari golongan Farisi melihat bahwa ia mukan dengan pemungut bea dan orang
berdosa.
- Yesus melnggar taurat :
Ia mengatakan semua makanan halal
Ia menyentuh orang kusta
Ia tidak berpuasa.
- Yesus melanggar adat saleh :
Ia berbicara dengan perempuan,yang kapir lagi
Ia membelawanita berzinah,ia makan dengan tangan najis
- Yesus mencampuri urusan para pemuka agama
Imam Aging bertanggung jawab atas Bait Allah.Tetapi Yesus mengusir para pedagang di sana.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
C. Peristiwa-Pristiwa Penting Dalam Hidup Yesus
1. Yesus dilahirkan seorang wanita
Yesus dilahirkan sekitar tahun I di Pelistina.
Yesus dibesarkan di Nazaret
Yesus diimani sebagai karunia khusus dari Allah (Allah berkerja dalam dirinya)
2. Wafat Yesus
Yesus wafat disalib
Kematian yesus didalangi oleh para pemimpin agama
Pemerintah remawi melaksanakan hukuman itu
Yesus ditangkap dengan bantuan seorang murid yang dekat
Yesus tidak dibela oleh murid-murid
4. Kebangkitan Yesus
“Seandainya Kristus tidak bangkit, sia-sialah iman kita” kata Paulus. Disinilah sendi dan kunci
iman kita : Yesus dibangkitkan Allah, Yesus bangkit, Yesus dipermulakan, dan Yesus naik ke
surga
D. Sebutan-Sebutan Untuk Yesus
1. Menurut Petrus “Engkau adalah Kristus = raja penyelamat” (Mrk.8:29)
Kristus yang berarti Yang Diurapi
Menurut YohanesYesus adalah Mesias=Anak Allah (Yoh.20:31)
2. Gereja perdana menyebutkan.Putra Allah bahkan putra satu-satunya,putra Tunggal
(Mrek.13:32)
3. Yesus adalah terang dunia
Allah hadir dalam rupa cahya untuk memimpin dan menyelamatkan,(Kel.13:21)
Di kalangan Nabi-nabi, masa depan yang gemilang dan penuh kebahagiaan digambarkan
sebagai hari-hari dan masa yang penuh cahya gemilang (Yes.60:1-3:60:19:22)
4. Yesus adalah Anak Domba Allh
Menurut paulus menyebut Yesus dengan gelar”Anak Domba Allah)
Kedua gelar tersebut mengungkapkan bahwa Yesus adalah penyelamat dan Yesus adalah
Raja,penguasa dunia semesta,hakim dan pemenang pada akhir zaman.
5. Yesus adalah Mandataris Allah
yesus direncanakan dan ditetapkan oleh Allah untuk mewujutkan rencana itu hingga mencapai
tujuannya.Untuk itu diberi mandat,Pada pundaknya ditaruh suatu Tugas dan Tanggung jawab
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
mempersatukan semua yang tercerai berai.Ia adalah Mandataris Allah,pribadi kepercayaan
Allah.
6. Yesus The Men For Atheis
- Penjelmaan : Kitab Suci meningkatklan bahwa Yesus pada dasarnya sama dengan Allah :
Namun ia tak perlu mempertahankan keadaan ilahi itu. Sebaiknya ia melepaskan semuanya
lalu menjadi sama sepeerti seorang hamba.Yesus menjadi manusia untuk kepentingan manusia
lain.
- Wartanya : Praktis, tdk berbelit-belit orintasinya memang pada semua manusia, (Luk,21:1-4)
- Tempatnya : ia tidak memisahkan diri dari masyarakat,ia hidup di tengah-tengah
masyarakat,menjajahi :kota dan desa daerah gunung dan pantai.Ia ada di tangah sukaduka
hidup manusia,(Yoh,2;1-11) (Mat.8 :14-17)
- Akhir hidupnya : Perjalannya menjadi manusia keberadaannya di tengah manusia, selalu ia
senasib sepenanggungan dengan manusia dalam hidup sehari-hari.Pada akhir di terima juga
salah satu nadib manusia yaitu mati : ia mati dengan cara disalibkan.Disangka ia mati kerna
duehaka ( luk.22;37).Ia mati kerna dan untuk keselamatan manusia,”Orang yang paling
mengasihi sahabat-sahabatnya adalah orang yang memberi hidupnya untuk mereka”
(Yoh.15;13)
7. Yesus adalah tokoh pembebas
Yesus membebaskan orang tanpa kekuasaan.Suatu pembalasan yang harus
- Terbit dari batin manusia (hati manusia) lalu mewujudkan dari dalam masyarakat apapun
bentuknya.
- Pembebasan yang ingin ditegakkan ialah pertobatan yaitu suatu peralihan sikap dari segala
bentuk praktek egoisme kepada sikap menjadikan Allah dan semua sebagai pusat perhatian
- Kekuasaan yang harus dibebaskan bukannya kekuasaan manusia melainkan kuasa jahat:
kesombongan,permususan,ketidakadilan,segala bentuk egoisme, penderitaan,menyakit,maut.
- Kalau pembebasan terjadi maka akan terlihat hasilnya yaitu perubahan mental dalam cara
berpikir,bertindak dan dalam menerapkan untuk mulai dalam hidup.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
BAB IV
PAHAM MENGGEREJA
A. Pengertian Gereja
Umat Katolik termasuk juga mahasiswa dan para cendikiawan sering menggunakan kata
Gereja dalam arti yang berbeda-beda. Perbedaan itu bahkan tidak hanya dalam menggunakan istilah,
tetapi paham tentang Gerejapun bermacam-macam. Di bawah ini akan diuraikan paham-paham yang
beredar tentang gereja.
1. Gereja Sebagai Lembaga
Kita mengenal macam lembaga, instansi atau organisasi. Gereja adalah semacam lembaga
negara yang mempunyai :
a. Hukum ketat dan teliti guna mengatur seluruh hidup (Hukum Gereja/KHK)
b. Segalanya ditata dengan hukum dan kekuasaan
c. Gereja sebagai suatu organisasi raksasa yang bertaraf Internasional.
d. Strukturnya dari Roma sampai ke pelosok-pelosok daerah seantara dunia sangat rapi.
e. Mempnyai prosedur hierarki ketat dan jelas. Hieratki Gereja terdiri dari: Paus, Uskup, Imam, dan
Diakon. Garis kumando dan koordinasinya sangat mekanis. Roma merupakan induk dan ada
cabang di setiap Negara serta ada ranting di setiap Keuskupan. Gereja Universal/Internasional,
Nasional, Regional, Keuskupan, Paroki, Stasi, Lingkungan, Kring, dan Keluarga (gereja mini/inti
gereja)
f. Keanggotaan Gereja didaftar yang baik adalah mereka yang tetap setia pada lembaga (Keuskupan
dan Paroki)
2. Gereja Merupakan Kumpulan Ajaran.
Buku katekismus yang merupakan ringkasan ajaran agama Katolik menjadi buku pegangan
pengajar agama mapun pada calon permandian. Pelajaran agama lebih memberikan penjelasan
katekismus yang berbentuk tanya jawab. Para calon permandian menghafalkan tanya jawab itu untuk
mempersiapkan dari menempuh ujian akhir masa ketekumenat.
Gereja pada dasarnya terdiri dari :
a. Sejumlah ajaran atau dokrin,misalnya ada ajaran iman, susila dan peribadatan.
b. Ajaran-ajaran resmi itu dirumuskan pada sidang para uskup sedunia (Sidang /Sinode/Konsili) yang
dipimpin Paus dan dihadiri oleh para Kardinal semulurh dunia.
c. Menjadi warga Gereja berarti menerima ajaran-ajaran resmi Gereja.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
d. Orang Katolik yang baik ialah mereka yang dapat menerima dengan taat semua ajaran yang telah
diputuskan itu.
3. Gereja Adalah Kumpulan Upacara
Sebagian umat mempunyai paham bahwa Gereja sebagai sekumpulan upacara. Sejumlah
ibadat menurut pola tertentu. Upacara permandian, pengakuan, upacara Ekaristi, upacara sambut baru,
krisma dsb. Gereja menjadi perwujudan lahir seremonial dan dari keyataan ilahi yang batiniah. Dalam
bentuk lahir itulah rahmat ditampakkan. Sehingga kultus dan ritus menjadi inti Gereja. Tekun
mengikuti ibadat, laku tapa serta devosi-devosi mempertinggi mutu ke-Katolikan-nya.
4. Gereja Adalah Umat Pilihan
Dalam Kristus Gereja merupakan lanjutan dan penyempurnaan bangsa terpilih tersebut.
Dengan permandian telah dipilih secara khusus. Ia disendirikan dengan segala keistimewaan dari
Allah. Mereka yang tergolong umat pilihan tidak ingin menodai pilihan Allah ini, Adanya orang kafir
atau yang sudah murtad mereka berada di luar Gereja.
5. Gereja Pembagi Tiket ke Surga
Ketika dibaptis seseorang dilahirkan kembali dan diangkat menjaedi anak-anak Allah. Setiap
orang yang dipermandikan, disucikan dari segala dosa dan diberi tanda materai kekal. Tanda materai
kekal tersebut menjadi jaminan untuk mendapat tiket ke Surga. Gereja semata-mata sembagi
perangkat atau piranti atau penyalur tiket. Dengan tiket di tangan orang Katolik bisa mengusahakan
keselamatan dirinya. Setiap orang Katolik telah terdaftar, telah memegang tiket dan dengan itu
macam-macam bantuan dan kemudahan untuk selamat sampai tujuan telah tersedia.
6. Gereja Persaudaraan Cinta Kasih
Gereja pada dasarnya adalah persaudaraan cinta kasih berdasarkan iman kepada Kristus.
Dengan beriman kepada Kristus orang akan sampai kepada Allah yaitu dapat mengenal Bapa, Putera
dan Roh Kudus dalam kesatuan Tri Tunggal Mahakudus. Antara sesama yang mengimani Kristus
terjadi ikatan bati dan dengan ikatan batin itu orang beriman saling melayani dan bersama-sama
melayani umat manusia dan masyarakat. Pelayanan kepada rekan seiman dan kepada sesama
berdasarkan cinta dan semangat persaudaraan dimaksudkan juga untuk memberi kesaksian betapa
besar kasih Allah kepada manusia.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
Dengan demikian turut mengundang agar orang lain dimungkinkan untuk turut kengikuti
Kristus, turut mengenal Bapa dan Roh Kudus serta ambil bagian dalam persaudaraan cinta kasih,
Gereja sering disebut koinonia dan diakonia. Disebut koinonia karena Gereja mau mewujudkan
persekutuan dan persaudaraan hidup. Disebut diakonia karena umat yang bersatu dan bersekutu ingin
melaksanakan pelayanan. Jadi persekutuan hidup Kristiani dan pelayanannya itulah yang menjadi inti
dari Gereja.
7. Gereja sebagai sarana cinta kasih manusia satu sama lain
Yesus bersabda :” Inilah perintahKu, “Hendaklah kamu saling mengasihi, seperti Aku telah
mengasihi kami. Tidak ada seorangpun yang memiliki cinta kasih lebih besar daripada Dia yang
menyerahkan hidup/nyawa bagi sahabat-sahabatNya.” Cinta itu tidak mengernal batas. Sebagaimana
cinta Kristus tidak mengenal ukuran dan tidak mengenal batas.
B. Bidang Pelayanan Gereja
Gereja adalah umat Allah yang percaya dan beriman kepada Yesus Kristus. Sebagai anggota
Gereja /Umat Allah kita memiliki tugas perutusan yang sama, baik sebagai imam, biarawan/wati
maupun awam . Dengan dibaptis kita semua sebagai warga Gereja dan kita menerima tugas perutusan
yang sama dari Yesus. Keikutsertaan dalam tugas ini sudah dimulai sejak zaman Yesus. Ketika para
Rasul sudah dapat diikutsertakan, dalam beberapa hal diutus dua-dua supaya mereka dapat
memusatkan pikiran dan tenaganya pada tugas, mereka dilarang membawa bekal yang berlebihan
disamping beberapa nasihat lain (Mrk, 6: 6-13).
Ada 5 tugas pelayanan Gereja , yaitu :
1. Kainonia = persekutuan
Sebagai anggota Gereja setiap orang memiliki tugas dan kewajiban untuk membentuk,
membangun dan memelihara persekutuan Gereja. Persekutuan itu dibangun dengan melakukan
kebiasaan-kebiasaan sebagai orang Katolik yang baik.
2. Diakonia = pelayanan
Tugas pelayanan Gereja terdiri dari tugas pelayanan ke dalam dank e luar. Tugas pelayanan ke
dalam, yaitu pelayanan yang berkaitan dengan liturgis seperti (koor, lector, prodiakon, misdinar,
pemimpin ibadat dan sebagainya. Sedangkan tugas pelayanan ke luar misalnya tugas pelayanan
dalam bidang social, ekonomi, pendidikan, kesehatan, politik dan sebagainya.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
3. Kerygma = pewataan
Tugas pokok sebagai orang beriman Katolik adalah mewartakan Kabar Gembira tentang Yesus
Kristus yang sengsara, wakfat dan bangkit dari antara orang mati untuk menyelamatkan umat
manusia. Yesus mewartakan Injil Kabar Gembira keselamatan dengan perkataan dan perbuatan-
Nya. Ia berbuat baik, menyembuhkan banyak orang sakit, mentahirkan orang kusta, memberi
makan banyak orang, dan bahkan membangkitkan orang mati. Kita sebagai pengikut Kristus
mempunyai tugas yang sama yakni mewartakan Kabar Gembira Keselamtan-Nya. Perintah untuk
mewartakan Injil tersurat dengan jelas dalam sabda-nya : ”Kepada-ku telah diberikan segala kuasa
di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah
mereka dalam nama Bapa, dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarilah mereka melakukan segala
segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah Aku menyertai kamu
senantiasa sampai kepada akhir zaman.’ ( Mat, 28 : 18 – 20 )
4. Martiria = kesaksian
Dengan menerima sakremen-sakremen terutama sakramen Krisma, seorang pengikut Kristus
berkewajiban untuk memberikan kesaksian imannya tentang Yesus Kristus kepada banyak orang.
Kesaksian dimaksud terutama melalui hidup dan karya nyata sehari-hari, melalui perkataan dan
perbuatan sebagai orang beriman dengan segala konsekuensinya.
5. Liturgia = Liturgi
Bidang liturgia berkenaan dengan pelayanan sakramen-sakramen dalam Gereja. Sebagai orang
Katolik yang taat dan setia senantiasa hidup dalam sakramen-sakramen dan menghayatinya dalam
perilaku kehidupan sehari-hari.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
BAB V
HIDUP DALAM SAKRAMEN
A. Pengertian Sakramen
Sakramen adalah tanda persatuan dan perjumpaan kita dengan Kristus secara khusus dan
istimewa yang mendatangkan rahmat. Sakramen juga dapat dipahami sebagai tanda kebaikan dan
rahmat Tuhan dalam Gereja yang menyelamatkan. Jadi sakramen dapat diartikan sebagai tanda
keselamatan yang ada dalam Gereja Katolik. Sakramen, sebagaimana difahami oleh Gereja Katolik,
adalah tanda yang terlihat, yang dapat ditangkap oleh panca indera, yang dilembagakan oleh Yesus
dan dipercayakan kepada Gereja, sebagai sarana yang dengannya rahmat ilahi diindikasikan oleh tanda
yang diterimakan, yang membantu pribadi penerimanya untuk berkembang dalam kekudusan, dan
berkontribusi kepada pertumbuhan Gereja dalam amal-kasih dan kesaksian.
Meskipun tidak semua pribadi menerima semua sakramen, sakramen-sakramen secara
keseluruhan dipandang sebagai sarana penting bagi keselamatan umat beriman, yang
menganugerahkan rahmat tertentu dari tiap sakramen tersebut, misalnya dipersatukan dengan Kristus
dan Gereja, pengampunan dosa-dosa, atau pun pengkhususan (konsekrasi) untuk suatu pelayanan
tertentu.
Gereja Katolik mengajarkan bahwa efek dari suatu sakramen itu ada ex opere operato (oleh
kenyataan bahwa sakramen itu dilayankan), tanpa memperhitungkan kekudusan pribadi pelayan yang
melayankannya; kurang layaknya kondisi penerima untuk menerima rahmat yang dianugerahkan
tersebut dapat menghalangi efektivitas sakramen itu bagi yang bersangkutan; sakramen memerlukan
adanya iman, meskipun kata-kata dan elemen-elemen ritualnya, menyuburkan, menguatkan dan
memberi ekspresi bagi iman (Kompendium Katekismus Gereja Katolik, 224).
B. Macam-Macam Sakramen
Gereja Katolik mengajarkan adanya tujuh sakramen, dan diurutkan dalam Katekismus Gereja
Katolik (KGK) sebagai berikut:
• Pembaptisan: KGK 1213–1284
• Penguatan, juga disebut Krisma (KGK 1289): KGK 1285–1321
• Ekaristi: KGK 1322–1419
• Rekonsiliasi(umumnya disebut "Pengakuan Dosa"):KGK 1422–1498
• Pengurapan orang sakit: KGK 1499–1532
• Imamat: KGK 1536–1600
• Pernikahan: KGK 1601–1666
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
Penjelasan tiap sakramen tersebut berikut ini terutama didasarkan atas Kompendium
Katekismus Gereja Katolik. Baptisterium (bejana/ruang/tempat pembaptisan) dalam Katedral St.
Rafael, Dubuque, Iowa. Bejana khusus ini diperluas pada tahun 2005 untuk mencakup sebuah kolam
kecil bagi pembaptisan selam orang dewasa, delapan sisi pada bejana melambangkan delapan jiwa
yang terselamatkan oleh Bahtera Nuh.
1. Sakramen Baptis
Pembaptisan adalah sakramen pertama dan mendasar dalam inisiasi Kristiani. Sakramen ini
dilayankan dengan cara menyelamkan si penerima ke dalam air atau dengan mencurahkan (tidak
sekedar memercikkan) air ke atas kepala si penerima "dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus "
(Matius 28:19). Pelayan sakramen ini biasanya seorang uskup atau imam, atau (dalam Gereja Latin,
namun tidak demikian halnya dalam Gereja Timur) seorang diakon.
Dalam keadaan darurat, siapapun yang berniat untuk melakukan apa yang dilakukan Gereja,
bahkan jika orang itu bukanlah seorang Kristiani, dapat membaptis. Pembaptisan membebaskan
penerimanya dari dosa asal serta semua dosa pribadi dan dari hukuman akibat dosa-dosa tersebut, dan
membuat orang yang dibaptis itu mengambil bagian dalam kehidupan Tritunggal Allah melalui
"rahmat yang menguduskan" (rahmat pembenaran yang mempersatukan pribadi yang bersangkutan
dengan Kristus dan Gereja-Nya). Pembaptisan juga membuat penerimanya mengambil bagian dalam
imamat Kristus dan merupakan landasan komuni (persekutuan) antar semua orang Kristen.
Pembaptisan menganugerahkan kebajikan-kebajikan "teologis" (iman, harapan dan kasih) dan karunia-
karunia Roh Kudus. Sakramen ini menandai penerimanya dengan suatu meterai rohani yang berarti
orang tersebut secara permanen telah menjadi milik Kristus.
2. Sakramen Penguatan
Penguatan atau Krisma adalah sakramen ketiga dalam inisiasi Kristiani. Sakramen ini
diberikan dengan cara mengurapi penerimanya dengan Krisma, minyak yang telah dicampur sejenis
balsam, yang memberinya aroma khas, disertai doa khusus yang menunjukkan bahwa, baik dalam
variasi Barat maupun Timurnya, karunia Roh Kudus menandai si penerima seperti sebuah meterai.
Melalui sakramen ini, rahmat yang diberikan dalam pembaptisan "diperkuat dan diperdalam" (KGK
1303). Seperti pembaptisan, penguatan hanya diterima satu kali, dan si penerima harus dalam keadaan
layak (artinya bebas dari dosa-maut apapun yang diketahui dan yang belum diakui) agar dapat
menerima efek sakramen tersebut.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
Pelayan sakramen ini adalah seorang uskup yang ditahbiskan secara sah; jika seorang imam
(presbiter) melayankan sakramen ini — sebagaimana yang biasa dilakukan dalam Gereja-Gereja
Timur dan dalam keadaan-keadaan istimewa (seperti pembabtisan orang dewasa atau seorang anak
kecil yang sekarat) dalam Gereja Ritus-Latin (KGK 1312–1313) — hubungan dengan jenjang imamat
di atasnya ditunjukkan oleh minyak (dikenal dengan nama krisma atau myron) yang telah diberkati
oleh uskup dalam perayaan Kamis Putih atau pada hari yang dekat dengan hari itu. Di Timur sakramen
ini dilayankan segera sesudah pembaptisan. Di Barat, di mana administrasi biasanya dikhususkan bagi
orang-orang yang sudah dapat memahami arti pentingnya, sakramen ini ditunda sampai si penerima
mencapai usia awal kedewasaan; biasanya setelah yang bersangkutan diperbolehkan menerima
sakramen Ekaristi, sakramen ketiga dari inisiasi Kristiani. Kian lama kian dipulihkan urut-urutan
tradisional sakramen-sakramen inisiasi ini, yakni diawali dengan pembaptisan, kemudian penguatan,
barulah Ekaristi.
3. Sakramen Ekaristi
Ekaristi adalah sakramen (yang kedua dalam inisiasi Kristiani) yang dengannya umat Katolik
mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus serta turut serta dalam pengorbanan diri-Nya.
Aspek pertama dari sakramen ini (yakni mengambil bagian dari Tubuh dan Darah Yesus Kristus)
disebut pula Komuni Suci. Roti (yang harus terbuat dari gandum, dan yang tidak diberi ragi dalam
ritus Latin, Armenia dan Ethiopia, namun diberi ragi dalam kebanyakan Ritus Timur) dan anggur
(yang harus terbuat dari buah anggur) yang digunakan dalam ritus Ekaristi, dalam iman Katolik,
ditransformasi dalam segala hal kecuali wujudnya yang kelihatan menjadi Tubuh dan Darah Kristus,
perubahan ini disebut transubstansiasi. Hanya uskup atau imam yang dapat menjadi pelayan Sakramen
Ekaristi, dengan bertindak selaku pribadi Kristus sendiri. Diakon serta imam biasanya adalah pelayan
Komuni Suci, umat awam dapat diberi wewenang dalam lingkup terbatas sebagai pelayan luar biasa
Komuni Suci. Ekaristi dipandang sebagai "sumber dan puncak" kehidupan Kristiani, tindakan
pengudusan yang paling istimewa oleh Allah terhadap umat beriman dan tindakan penyembahan yang
paling istimewa oleh umat beriman terhadap Allah, serta sebagai suatu titik dimana umat beriman
terhubung dengan liturgi di surga.
Betapa pentingnya sakramen ini sehingga partisipasi dalam perayaan Ekaristi (Misa)
dipandang sebagai kewajiban pada setiap hari Minggu dan hari raya khusus, serta dianjurkan untuk
hari-hari lainnya. Dianjurkan pula bagi umat yang berpartisipasi dalam Misa untuk, dalam kondisi
rohani yang layak, menerima Komuni Suci. Menerima Komuni Suci dipandang sebagai kewajiban
sekurang-kurangnya setahun sekali selama masa Paskah.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
4. Sakramen Rekonsiliasi
Sakramen rekonsiliasi adalah yang pertama dari kedua sakramen penyembuhan, dan juga
disebut Sakramen Pengakuan Dosa, Sakramen Tobat, dan Sakramen Pengampunan(KGK 1423–1424).
Sakramen ini adalah sakramen penyembuhan rohani dari seseorang yang telah dibaptis yang
terjauhkan dari Allah karena telah berbuat dosa. Sakramen ini memiliki empat unsur: penyesalan si
peniten (si pengaku dosa) atas dosanya (tanpa hal ini ritus rekonsiliasi akan sia-sia), pengakuan kepada
seorang imam (boleh saja secara spirutual akan bermanfaat bagi seseorang untuk mengaku dosa
kepada yang lain, akan tetapi hanya imam yang memiliki kuasa untuk melayankan sakramen ini),
absolusi (pengampunan) oleh imam, dan penyilihan.
"Banyak dosa yang merugikan sesama. Seseorang harus melakukan melakukan apa yang
mungkin dilakukannya guna memperbaiki kerusakan yang telah terjadi (misalnya, mengembalikan
barang yang telah dicuri, memulihkan nama baik seseorang yang telah difitnah, memberi ganti rugi
kepada pihak yang telah dirugikan). Keadilan yang sederhana pun menuntut yang sama. Akan tetapi
dosa juga merusak dan melemahkan si pendosa sendiri, serta hubungannya dengan Allah dan sesama.
Si pendosa yang bangkit dari dosa tetap harus memulihkan sepenuhnya kesehatan rohaninya dengan
melakukan lagi sesuatu untuk memperbaiki kesalahannya: dia harus 'melakukan silih bagi' atau
'memperbaiki kerusakan akibat' dosa-dosanya. Penyilihan ini juga disebut 'penitensi'" (KGK 1459).
Pada awal abad-abad Kekristenan, unsur penyilihan ini sangat berat dan umumnya mendahului
absolusi, namun sekarang ini biasanya melibatkan suatu tugas sederhana yang harus dilaksanakan oleh
si peniten, untuk melakukan beberapa perbaikan dan sebagai suatu sarana pengobatan untuk
menghadapi pencobaan selanjutnya.
Imam yang bersangkutan terikat oleh "meterai pengakuan dosa", yang tak boleh dirusak. "Oleh
karena itu, benar-benar salah bila seorang konfesor (pendengar pengakuan) dengan cara apapun
mengkhianati peniten, untuk alasan apapun, baik dengan perkataan maupun dengan jalan lain" (kanon
983 dalam Hukum Kanonik). Seorang konfesor yang secara langsung merusak meterai sakramental
tersebut otomatis dikenai ekskomunikasi (hukuman pengucilan) yang hanya dapat dicabut oleh Tahta
Suci (kanon 1388).
5. Sakramen Pengurapan Orang Sakit
Pengurapan Orang Sakit adalah sakramen penyembuhan yang kedua. Dalam sakramen ini
seorang imam mengurapi si sakit dengan minyak yang khusus diberkati untuk upacara ini.
"Pengurapan orang sakit dapat dilayankan bagi setiap umat beriman yang, karena telah mencapai
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
penggunaan akal budi, mulai berada dalam bahaya yang disebabkan sakit atau usia lanjut" (kanon
1004; KGK 1514). Baru menderita sakit ataupun makin memburuknya kondisi kesehatan membuat
sakramen ini dapat diterima berkali-kali oleh seseorang.
Dalam tradisi Gereja Barat, sakramen ini diberikan hanya bagi orang-orang yang berada
dalam sakratul maut, sehingga dikenal pula sebagai "Pengurapan Terakhir", yang dilayankan sebagai
salah satu dari "Ritus-Ritus Terakhir". "Ritus-Ritus Terakhir" yang lain adalah pengakuan dosa (jika
orang yang sekarat tersebut secara fisik tidak memungkinkan untuk mengakui dosanya, maka minimal
diberikan absolusi, yang tergantung pada ada atau tidaknya penyesalan si sakit atas dosa-dosanya), dan
[[Ekaristi[[, yang bilamana dilayankan kepada orang yang sekarat dikenal dengan sebutan "Viaticum",
sebuah kata yang arti aslinya dalam bahasa Latin adalah "bekal perjalanan".
6. Sakramen Imamat
Imamat atau Pentahbisan adalah sakramen yang dengannya seseorang dijadikan uskup, imam,
atau diakon, sehingga penerima sakramen ini dibaktikan sebagai citra Kristus. Hanya uskup yang
boleh melayankan sakramen ini.
Pentahbisan seseorang menjadi uskup menganugerahkan kegenapan sakramen Imamat
baginya, menjadikannya anggota badan penerus (pengganti) para rasul, dan memberi dia misi untuk
mengajar, menguduskan, dan menuntun, disertai kepedulian dari semua Gereja.
Pentahbisan seseorang menjadi imam mengkonfigurasinya menjadi Kristus selaku Kepala
Gereja dan Imam Agung, serta menganugerahkan baginya kuasa, sebagai asisten uskup yang
bersangkutan, untuk merayakan sakramen-sakramen dan kegiatan-kegiatan liturgis lainnya,
teristimewa Ekaristi.
Pentahbisan seseorang menjadi diakon mengkonfigurasinya menjadi Kristus selaku Hamba
semua orang, menempatkan dia pada tugas pelayanan uskup yang bersangkutan, khususnya pada
Kegiatan Gereja dalam mengamalkan cinta-kasih Kristiani terhadap kaum papa dan dalam
memberitakan firman Allah.
Orang-orang yang berkeinginan menajdi imam dituntut oleh Hukum Kanonik (Kanon 1032
dalam Kitab Hukum Kanonik) untuk menjalani suatu program seminari yang selain berisi studi filsafat
dan teologi sampai lulus, juga mencakup suatu program formasi yang meliputi pengarahan rohani,
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
berbagai retreat, pengalaman apostolat (semacam Kuliah Kerja Nyata), dst. Proses pendidikan sebagai
persiapan untuk pentahbisan sebagai diakon permanen diatur oleh Konferensi Wali Gereja terkait.
7. Sakramen Pernikahan
Pernikahan atau Perkawinan, seperti Imamat, adalah suatu sakramen yang mengkonsekrasi
penerimanya guna suatu misi khusus dalam pembangunan Gereja, serta menganugerahkan rahmat
demi perampungan misi tersebut. Sakramen ini, yang dipandang sebagai suatu tanda cinta-kasih yang
menyatukan Kristus dengan Gereja, menetapkan di antara kedua pasangan suatu ikatan yang bersifat
permanen dan eksklusif, yang dimeteraikan oleh Allah. Dengan demikian, suatu pernikahan antara
seorang pria yang sudah dibaptis dan seorang wanita yang sudah dibaptis, yang dimasuki secara sah
dan telah disempurnakan dengan persetubuhan, tidak dapat diceraikan.
Sakramen ini menganugerahkan kepada pasangan yang bersangkutan rahmat yang mereka
perlukan untuk mencapai kekudusan dalam kehidupan perkawinan mereka serta untuk menghasilkan
dan mengasuh anak-anak mereka dengan penuh tanggung jawab. Sakramen ini dirayakan secara
terbuka di hadapan imam (atau saksi lain yang ditunjuk oleh Gereja) serta saksi-saksi lainnya,
meskipun dalam tradisi teologis Gereja Latin yang melayankan sakramen ini adalah kedua pasangan
yang bersangkutan.
Demi kesahan suatu pernikahan, seorang pria dan seorang wanita harus mengutarakan niat dan
persetujuan-bebas (persetujuan tanpa paksaan) masing-masing untuk saling memberi diri seutuhnya,
tanpa memperkecualikan apapun dari hak-milik esensial dan maksud-maksud perkawinan. Jika salah
satu dari keduanya adalah seorang Kristen non-Katolik, maka pernikahan mereka hanya dinyatakan
sah jika telah memperoleh izin dari pihak berwenang terkait dalam Gereja Katolik. Jika salah satu dari
keduanya adalah seorang non-Kristen (dalam arti belum dibaptis), maka diperlukan izin dari pihak
berwenang terkait demi sahnya pernikahan.
Tujuh sakramen tersebut dapat dibagi ke dalam 3 kelompok yakni :
a. Kelompok Sakramen Inisiasi yang terdiri dari Sakramen Baptis, Ekaristi Pertama dan Krisma
b. Kelompok Sakramen Pemeliharaan hidup beriman/penyembuhan terdiri dari : Sakramen
Rekonsiliasi/tobat/pengakuan dosa dan sakramen pengurapan atau perminyakan orang sakit.
c. Kelompok Sakramen pemilihan jalan hidup/panggilan yang terdiri dari :sakramen perkawinan dan
sakramen imamat
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
C. Validitas Dan Keabsahan Pelayanan Sakramen-Sakramen
Sebagaimana dijelaskan di atas, efek dari sakramen-sakramen timbul ex opere operato (oleh
kenyataan bahwa sakramen-sakramen tersebut dilayankan). Karena Kristus sendiri yang bekerja
melalui sakramen-sakramen, maka efektivitas sakramen-sakramen tidak tergantung pada kelayakan si
pelayan.
Meskipun demikian, sebuah pelayanan sakramen yang dapat dipersepsi akan invalid, jika
orang yang bertindak selaku pelayan tidak memiliki kuasa yang diperlukan untuk itu, misalnya jika
seorang diakon merayakan Misa. Sakramen-sakramen juga invalid jika "materi" atau "formula"nya
kurang sesuai dari pada yang seharusnya. Materi adalah benda material yang dapat dipersepsi, seperti
air (bukannya anggur) dalam pembaptisan atau roti dari tepung gandum dan anggur dari buah anggur
(bukannya kentang dan bir) untuk Ekaristi, atau tindakan yang nampak. Formula adalah pernyataan
verbal yang menyertai pemberian materi, seperti (dalam Gereja Barat), "N., Aku membaptis engkau
dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus". Lebih jauh lagi, jika si pelayan positif mengeluarkan
beberapa aspek esensial dari sakramen yang dilayankannya, maka sakramen tersebut invalid. Syarat
terakhir berada di balik penilaian Tahta Suci pada tahun 1896 yang menyangkal validitas imamat
Anglikan.
Sebuah sakramen dapat dilayankan secara valid, namun tidak sah, jika suatu syarat yang
diharuskan oleh hukum tidak dipenuhi. Kasus-kasus yang ada misalnya pelayanan sakramen oleh
seorang imam yang tengah dikenai hukuman ekskomunikasi atau suspensi, dan pentahbisan uskup
tanpa mandat dari Sri Paus.
Hukum kanonik merinci halangan-halangan (impedimenta) untuk menerima sakramen imamat
dan pernikahan. Halangan-halangan sehubungan dengan sakramen imamat hanya menyangkut soal
keabsahannya, tetapi "suatu halangan yang bersifat membatalkan dapat menjadikan seseorang tidak
berkapasitas untuk secara valid untuk mengikat suatu janji pernikahan" (kanon 1073).
Dalam Gereja Latin, hanya Tahta Suci yang secara otentik dapat mengeluarkan pernyataan
bilamana hukum ilahi melarang atau membatalkan suatu pernikahan, dan hanya Tahta Suci yang
berwenang untuk menetapkan bagi orang-orang yang sudah dibaptis halangan-halangan pernikahan
(kanon 1075). Adapun masing-masing Gereja Katolik Ritus Timur, setelah memenuhi syarat-syarat
tertentu termasuk berkonsultasi dengan (namun tidak harus memperoleh persetujuan dari) Tahta Suci,
dapat menetapkan halangan-halangan (Hukum Kanonik Gereja-Gereja Timur, kanon 792). Jika suatu
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
halangan timbulnya hanya karena persoalan hukum Gerejawi belaka, dan bukannya menyangkut
hukum ilahi, maka Gereja dapat memberikan dispensasi dari halangan tersebut.
Syarat-syarat bagi validitas pernikahan seperti cukup umur (kanon 1095) serta bebas dari
paksaan (kanon 1103), dan syarat-syarat bahwa, normalnya, mengikat janji pernikahan dilakukan di
hadapan pejabat Gereja lokal atau imam paroki atau diakon yang mewakili mereka, dan di hadapan
dua orang saksi (kanon 1108), tidaklah digolongkan dalam Hukum Kanonik sebagai halangan, tetapi
sama saja efeknya.
Ada tiga sakramen yang tidak boleh diulangi: Pembaptisan, Penguatan dan Imamat: efeknya
bersifat permanen. Ajaran ini telah diekspresikan di Barat dengan citra-citra dari karakter atau tanda,
dan di Timur dengan sebuah meterai (KGK 698). Akan tetapi, jika ada keraguan mengenai validitas
dari pelayanan satu atau lebih sakramen-sakramen tersebut, maka dapat digunakan suatu formula
kondisional pemberian sakramen misalnya: "Jika engkau belum dibaptis, aku membaptis engkau …"
D. Dasar Biblis Sakramen-Sakramen Dalam Gereja Katolik
Seringkali kita bertanya, dan kadang dipertanyakan oleh saudara-saudari kita dari Gereja lain
yg non- Katolik, apakah 7 (tujuh) Sakramen dalam Gereja Katolik ditetapkan oleh Kristus dan
mempunyai dasar biblis yang kuat ttg itu. Kadang kita sendiri bingung dan tidak tahu mau menjawab
apa. efeknya adalah pnghayatan kita terhadap Sakramen pun kurang mendalam.
Ketujuh sakramen (Pembaptisan, Penguatan, Ekaristi, Pengakuan Dosa, Tahbisan, Perkawinan,
dan Urapan orang sakit) merupakan tanda yang menyampaikan rahmat dan kasih Tuhan secara nyata.
Hal ini merupakan pemenuhan janji Kristus yang tidak akan pernah meninggalkan kita sebagai yatim
piatu (Yoh 14:18). Melalui sakramen tersebut, Allah mengirimkan Roh Kudus-Nya untuk
menyembuhkan, memberi makan dan menguatkan kita.
Keberadaan sakramen sebenarnya telah diperkenalkan sejak zaman Perjanjian Lama, tetapi
pada saat itu hanya merupakan simbol saja -seperti sunat dan perjamuan Paskah (pembebasan Israel
dari Mesir)- dan bukan sebagai tanda yang menyampaikan rahmat Tuhan. Kemudian Kristus datang,
bukan untuk menghapuskan Perjanjian Lama melainkan untuk menggenapinya. Maka Kristus tidak
menghapuskan simbol-simbol itu tetapi menyempurnakannya, dengan menjadikan simbol sebagai
tanda ilahi. Sunat disempurnakan menjadi Pembaptisan, dan perjamuan Paskah menjadi Ekaristi.
Dengan demikian, sakramen bukan hanya sekedar simbol semata, tapi menjadi tanda yang sungguh
menyampaikan rahmat Tuhan.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
Di sini kita melihat bagaimana Allah tidak menganggap benda- benda lahiriah sebagai sesuatu
yang buruk, sebab di akhir penciptaan Allah melihat semuanya itu baik (Gen 1:31). Bukti lain adalah
Kristus sendiri mengambil rupa tubuh manusia (yang termasuk ‘benda’ hidup) sewaktu dilahirkan ke
dunia (lih. Ibr 10:5) Kita dapat melihat pula bahwa di dalam hidupNya, Yesus menyembuhkan,
memberi makan dan menguatkan orang-orang dengan menggunakan perantaraan benda-benda, seperti
tanah sewaktu menyembuhkan orang buta (Yoh 9:1-7); air sewaktu mengubahnya menjadi anggur di
Kana (Yoh 2:1-11), roti dan ikan dalam mukjizat pergandaan untuk memberi makan 5000 orang (Yoh
6:5-13), dan roti dan anggur yang diubah menjadi Tubuh dan DarahNya di dalam Ekaristi (Mat 26:26-
28). Jika Yesus mau, tentu Ia dapat melakukan mujizat secara langsung, tetapi Ia memilih untuk
menggunakan benda- benda tersebut sebagai perantara. Janganlah kita lupa bahwa Ia adalah Tuhan
dari segala sesuatu, dan karenanya Ia bebas menentukan seturut kehendak dan kebijaksanaan-Nya
untuk menyampaikan rahmatNya kepada kita.
1. SakramenPembaptisan (KGK1213-1284)
Akibat dosa asal, kita lahir di dunia dengan kehilangan kemuliaan Allah (Rm 3:23), sehingga
kita tidak mungkin bersekutu dengan Allah. Yesus telah turun ke dunia untuk membawa manusia
kembali ke pangkuan Allah. Yesus mengatakan bahwa seseorang harus “dilahirkan kembali dalam air
dan Roh” (Yoh 3:5), yaitu di dalam Pembaptisan, di mana seseorang dilahirkan kembali secara
spiritual. Oleh kelahiran baru di dalam Pembaptisan ini kita diselamatkan (lih. 1Pet 3:21), karena di
dalam Pembaptisan kita dipersatukan dengan kematian Kristus untuk dibangkitkan bersama-sama
dengan Dia (Rom 6:5).
Jadi Sakramen Pembaptisan mendatangkan dua macam berkat, yaitu penghapusan dosa dan
pencurahan Roh Kudus beserta karuniaNya ke dalam jiwa kita, yang memampukan kita untuk hidup
baru (Acts 2:38). Oleh Pembaptisan, kita diangkat menjadi anak-anak Allah dan digabungkan ke
dalam Gereja yang menjadikan kita anggota Tubuh Kristus
2. Sakramen Ekaristi (KGK 1322- 1419)
Kristus mengasihi Gereja-Nya tanpa batas dengan menganugerahkan Tubuh dan Darah-Nya
sendiri kepada setiap anggota keluargaNya di dalam perjamuan Ekaristi. Ekaristi merupakan
penyempurnaan dari perjamuan Paska Perjanjian Lama, yang ditandai dengan kurban anak domba
yang membebaskan orang-orang Israel dari maut. Dalam Ekaristi, Kristuslah, Anak Domba Allah
yang menjadi kurban untuk menghapus dosa-dosa kita, dan karena itu kita memasuki Perjanjian Baru
yang membebaskan kita dari kematian kekal.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
Yesus sendiri berkata, “Jika kamu tidak makan daging-Ku dan minum darah-Ku, engkau tidak
mempunyai hidup di dalam dirimu” (Yoh 6:53). Maka, dengan menyambut Ekaristi, kita
melaksanakan ajaran Yesus untuk memperoleh hidup yang kekal. Sakramen ini ditetapkan oleh Yesus
sendiri pada Perjamuan Terakhir sebelum sengsara-Nya, ketika Ia berkata kepada para rasulNya,
“Ambillah, makanlah, inilah TubuhKu… Minumlah…inilah darahKu yang ditumpahkan bagiMu..
..perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Luk 22:19-29, Mat 26: 28, Mrk 14:22-24).
Gereja Katolik mengajarkan bahwa kurban salib Kristus terjadi hanya sekali untuk selama-
lamanya (Ibr 9:28). Kristus tidak disalibkan kembali di dalam setiap Misa Kudus, tetapi kurban yang
satu dan sama itu dihadirkan kembali oleh kuasa Roh Kudus untuk mendatangkan buah-buahnya,
yaitu penebusan dan pengampunan dosa. Hal itu dimungkinkan karena Yesus yang mengurbankan
Diri adalah Tuhan yang tidak terbatas oleh waktu dan kematian, sehingga kurbanNya dapat dihadirkan
kembali, tanpa berarti diulangi.
Melalui perkataan imam yang dikenal sebagai konsekrasi, roti dan anggur diubah menjadi
Tubuh dan Darah Kristus oleh kuasa Roh Kudus. Karena itu, kita harus memeriksa diri sebelum
menyambut Ekaristi, sebab “barangsiapa dengan tidak layak makan roti dan minum cawan Tuhan, ia
berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan…dan barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh
Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya” (1Kor 11:27-29). Dari pengajaran Rasul Paulus ini,
kita mengetahui bahwa Kristus sungguh hadir di dalam Ekaristi. Yesus memakai segala cara untuk
menyatakan bahwa Ia mau tinggal bersama kita, untuk menyertai dan menguduskan kita, karena
sungguh besarlah kasihNya kepada kita sebagai anggota Gereja-Nya.
3. Sakramen Penguatan (KGK 1285-1321)
Tuhan memperkuat jiwa kita juga dengan Sakramen Penguatan. Hal ini kita lihat dari kisah
para rasul yang, walaupun telah menerima rahmat Tuhan, mereka dikuatkan secara istimewa pada hari
Pentakosta, ketika Roh Kudus turun atas mereka. Atas karunia Roh Kudus ini para rasul dapat dengan
berani mengabarkan Injil dan melaksanakan misi yang Yesus percayakan kepada mereka. Karunia
Roh Kudus ini diturunkan melalui penumpangan tangan para rasul (Kis 8:14-17) yang kemudian juga
dilanjutkan oleh para penerus mereka (para uskup) kepada Gereja-Nya. Melalui Sakramen Penguatan
inilah kita dikuatkan dalam iman untuk menghadapi tantangan hidup.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
4. Sakramen Pengakuan/ Tobat (KGK 1422-1498)
Allah mengetahui bahwa di dalam perjalanan iman, kita dapat jatuh di dalam dosa. Maka Ia
menganugerahkan Sakramen Pengakuan/ Tobat pada kita, karena Allah selalu siap sedia untuk
mengangkat kita dan mengembalikan kita ke dalam persekutuan dengan Dia. Di dalam sakramen ini
kita mengakukan dosa kita di hadapan imam, karena Yesus telah memberi kuasa kepada para
imamNya untuk melepaskan umatNya dari dosa. Setelah kebangkitanNya, Yesus berkata kepada para
rasulNya, “Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan
jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” (Yoh 20:22-23). Melalui
Sakramen Tobat ini kita menerima pengampunan dosa dari Tuhan dan juga rahmatNya, yang
membantu kita untuk menolak godaan dosa di waktu yang akan datang.
5. Sakramen Perkawinan (KGK 1601-1666)
Sebagian besar orang dipanggil untuk kehidupan berumah tangga. Melalui Sakramen
Perkawinan, Tuhan memberikan rahmat yang khusus kepada pasangan yang menikah untuk
menghadapi bermacam tantangan yang mungkin timbul, terutama sehubungan dengan membesarkan
anak-anak dan mendidik mereka untuk menjadi para pengikut Kristus yang sejati.
Dalam sakramen Perkawinan terdapat tiga pihak yang dilibatkan, yaitu mempelai pria, mempelai
wanita dan Allah sendiri. Ketika kedua mempelai menerimakan sakramen Perkawinan, Tuhan berada
di tengah mereka, menjadi saksi dan memberkati mereka. Allah menjadi saksi melalui perantaraan
imam, atau diakon, yang berdiri sebagai saksi dari pihak Gereja
Sakramen Perkawinan adalah kesatuan kudus antara suami dan istri yang menjadi tanda yang
hidup tentang hubungan Kristus dengan GerejaNya (Ef 2:21-33). Karenanya, perkawinan sakramental
Katolik adalah sesuatu yang tetap dan tak terceraikan, kecuali oleh maut (Mrk 10:1-2, Rom 7:2-3,
1Kor 7:10-11).
6. Sakramen Tahbisan (KGK 1536- 1600)
Pada zaman Perjanjian Lama, meskipun bangsa Israel telah dikatakan sebagai ‘kerajaan imam
dan bangsa yang kudus’ (Kel 19:6), Allah tetap memanggil para pria tertentu untuk menjalankan tugas
sebagai imam (Kel 19:22). Hal yang sama terjadi di dalam Perjanjian Baru, sebab walaupun semua
orang Kristen dikatakan sebagai ‘imamat yang rajani’ (1Pet2:9), namunYesus memanggil secara
khusus beberapa orang pria untuk menjalankan tugas pelayanan sebagai imam. Melalui Tahbisan ini,
para imam diangkat untuk menjadi pelayan Gereja untuk menjalankan tugas-tugas Kristus, yaitu
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
sebagai imam untuk menguduskan, nabi untuk mengajar dan raja untuk memimpin dan
melayani umat-Nya. Di atas semua ini tugas yang terpenting adalah mengabarkan Injil dan
menyampaikan sakramen-sakramen.
7. Sakramen Urapan Orang Sakit (KGK 1499- 1532)
Alkitab mengatakan agar jika kita sakit, maka baiklah kita memanggil penatua Gereja untuk
mendoakan dan mengurapi kita dengan minyak di dalam nama Tuhan. Dan doa yang didoakan dengan
iman ini akan menyelamatkan kita yang sakit dan mengampuni dosa kita (Yak 5:14-15). Oleh karena
itu, sakramen Urapan orang sakit ini tidak hanya dimaksudkan untuk menguatkan kita di waktu sakit,
tetapi juga untuk membersihkan jiwa kita dari dosa dan mempersiapkan kita untuk bertemu dengan
Tuhan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut : Gereja adalah Tanda Kasih Tuhan.
Gereja adalah tujuan akhir hidup manusia dan sarana untuk mencapai tujuan itu. ‘Gereja’ yang
merupakan keselamatan manusia dalam persekutuan dengan Allah dan sesama, juga menjadi
‘sakramen keselamatan’, atau sarana dan tanda yang nyata dari misteri kasih Allah yang ditunjukkan
oleh pengorbanan Yesus di kayu salib. Sebagai anggota Gereja, kita diikutsertakan di dalam misteri
itu, dengan mengambil bagian di dalam misteri Paska Kristus yang dinyatakan di dalam ketujuh
sakramen yang kita terima, lewat perantaraan penerus para rasul, yaitu para uskup dan pembantunya
(imam). Marilah kita mensyukuri anugerah Gereja Kudus ini, beserta dengan rahmat sakramen dan
keberadaan para pemimpin Gereja, sebab oleh semua itu kita beroleh karunia Allah yang tiada
batasnya, yaitu keselamatan di dalam persekutuan dengan Tuhan.
Tugas Pendalaman Lebih Lanjut :
1. Jelaskan syarat-syarat penerimaan dari ketujuh sakramen dalam Gereja Katolik !
2. Sebutkan juga sarana yang digunakan dalam penerimaan tujuh sakramen tersebut !
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
BAB VI
PERKAWINAN DALAM PANDANGAN KATOLIK
A. Pengertian dan Hakikat Perkawinan
Perkawinan adalah persekutuan hidup antara seorang pria dan seorang wanita, atas dasar ikatan
cinta kasih yang total, dengan persetujuan bebas dari keduanya yang tidak dapat ditarik kembali,
dengan tujuan : kelangsungan bangsa, perkembangan pribadi, dan kesejahteraan keluarga. Dalam
undang-undang perkawinan dikatakan :’ Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami-istri, dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”(Ps. 1 UU Perkawinan)
Perkawinan dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, oleh karena itu hakikat perkawinan
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Perkawinan merupakan persekutuan hidup dan cinta
a. Perkawinan pertama-tama merupakan suatu persekutuan hidup yang menyatukan seorang pria dan
seorang wanita dalam kesatuan lahir-batin yang mencakup seluruh hidup. Atas dasar persetujuan
bebas, mereka bersekutu membentuk suatu keluarga : mempunyai rumah bersama, harta, benda dan
uang menjadi milik bersama, mempunyai nama keluarga yang sama, mempunyai anak bersama,
saling pasra diri jiwa-raga atas dasar cinta kasih yang tulus.
b. Persetujuan bebas adalah syarat mutlak untu terjadinya dan sahnya perkawinan. Tidak ada cinta
yang dipaksa dan terpaksa. Cinta mensyaratkan kebebasan dan tanggung jawab. Persetujuan kedua
belah pihak harus dinyatakan secara jelas di depan saksi-saksi yang sah. Unsur pokok dari cinta
perkawinan adalah kesetiaan kepada pasangannya ‘ dalam untung dan malang” dan bertanggung
jawab dalam segala situasi.
c. Persatuan suami-istri itu berciri dinamis, dalam arti dapat berkembang mekar, tetapi dapat juga
mundur bahkan hancur. Karena itu suami dan istri sama-sama bertugas untuk tetap memupuk
kesatuan mereka agar tetap tahan uji.
2. Perkawinan merupakan lembaga social
a. Dalam masyarakat umumnya perkawinan dipandang sebagai satu-satunya lembaga yang
menghalalkan persekutuan pria dan wanita, hubungan seks dan mendapatkan keturunan. Oleh karena
itu, perkawinan dilindungi dan diatur oleh hukum adat dan hukum negara. Suami-istri dan anak-anak
hanya diakui sah dalam wadah perkawinan yang sah. Maka, perzinahan dikecam dan dan anak di luar
nikah dianggap haram.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
b. Perkawinan merupakan kenyataan yang juga melibatkan mamsyarakat luas, baik sanak saudara
maupun tetangga dan kenalan. Masyarakat ikut campur dalam urusan perkawinan, karena ikut
berkepentingan dalam keutuhan kehidupan keluarga, sebab keluarga adalah sel masyarakat.
3. Perkawinan merupakan lembaga hukum Negara
a. Perkawinan merupakan ikatan resmi yang perlu disahkan. Perkawinan bukan ikatan bebas menurut
selera sendiri; bukan sekedar soal cinta sama cinta, lantas indehoy bersama, melainkan soal
masyarakat, social, keluarga/family, dan masa depan bangsa. Oleh karena itu Negara ikut campur
tangan dalam masalah perkawinan warganya.
b. kebanyakan Negara mengatur perkawinan sebagai lembaga hukum resmi , yang menghalalkan
hubungan seks dan mengesahkan keturunan. Penyelewengan/perzinahan harus dicegah; anak di luar
nikah tiodak diakui sebagai anak yang sah menurut hukum.
4. Perkawinan antara dua orang yang telah dibaptis merupakan sakramen
a. Perkawinan antara dua orang yang dibabtis (yang telah bersatu secara pribadi dengan Kristus)
merupakan perayaan iman Gerejawi, yang membuahkan rahmat bagi kedua mempelai. Ikatan cinta
setia yang mempersatukan mereka berdua menjadi lambing, tanda dan perwujudan kasih setia Kristus
kepada Gereja dan saluran rahmat bagi mereka.
b. Rahmat yang mereka terima adalah : rahmat yang menguduskan mereka berdua; rahmat yang
menyempurnakan cinta dan persatuan antara mereka; dan rahmat yang membantu mereka dalam hidup
berkeluarga, hingga semakin dekat dengan Tuhan. Sakramen perkawinan tidak hanya terjadi pada saat
berlangsungnya upacara di gereja, tetapi berlangsung terus selama hidup mereka berdua. Dengan
demikian , Tuhan sendiri berkenan hadir di dalam keluarga mereka.
B. Tujuan Perkawinan
Perkawinan dapat dilaksanakan dengan tujuan yang berbeda-beda. Akan tetapi tujuan yang
layak dikejar oleh suami istri adalah :
1. Pengembangan dan pemurnian cinta kasih suami-istri
Kasih yang telah bersemi antara pria dan wanita masih harus terus dikembangkan dan
dimurnikan, sehingga sungguh saling membahagiakan. Cinta bukan semata-mata dorongan nafsu, rasa
tertarik, rasa simpati atau asmara, melainkan suatu keputusan pribadi untuk bersatu dan rela
menyerahkan diri demi kebahagiaan pasangannya. Suami dan istri bukan sekedar bojo (jenis
lain/pasangan) melainkan jodo dan garwo (sigaraning nyawa/belahan jiwa) serta “teman
seperjalanan”.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
2. Kelahiran dan pendidikan anak
Perkawinan adalah satu-satunya lembaga yang sah untuk pemenuhan keinginan mempunyai
anak. Suami dan istri yang normal mempunyai kerinduan akan keturunan, maka disenut batih
(badaning getih, artinya membentuk sejarah dengan darah, yaitu membentuk generasi baru dalam
keturunan). Namun perlu diingat bahwa anak itu anugerah Tuhan, yang tak boleh dimutlakkan. Maka
bila Tuhan tidak memberikan anak/keturunan, perkawinan tidak boleh kehilangan artinya.
3. Pemenuhan kebutuhan seksual
Pria dan wanita yang dewasa dan normal merasakan kebutuhan seksual. Kebutuhan itu layak
dipenuhi melalui hubungan seks antara suami-istri. Itu berarrti bahwa persetubuhan diadakan bukan
sekedar menuruti hawa nafsu, melainkan dengan kesadaran dan tanggung jawab penuh, sehingga
kebutuhan itu terpenuhi dalam suasana cinta kasih dan disertai kerelaan untuk menerima hidup baru
sebagai “hasil perpaduan cinta kasih mereka berdua.”
4. Lain-lain
Selain tujuan di atas, perkawinan juga mempunyai maksud/tujuan lain, misalnya kesejahteraan
keluarga, jaminan perlindungan dan keamanan, demi ketenangan, nama baik, kerukunan keluarga,
jaminan nafkah/ekonomi, sah dan sehatnya keturunan, dan sebagainya, termasuk pertimbangan
material.
C. Ciri-Ciri Perkawinan Kristiani
Menurut pandangan Katolik, perkawinan yang baik harus memiliki dan memperjuangkan cirri-
ciri sebagai berikut :
1. Monogami
Seorang suami selayaknya hanya mempunyai satu istri, demikian pula istri mempunyai satu
suami saja. Denga demikian, cinta mereka penuh dan utuh, tak terbagi. Hal ini juga mencerminkan
prinsip bahwa pria dan wanita mempunyai martabat yang sama.
2. Tak-terceraikan
Dalam perkawinan, suami dan istri telah mempersatukan diri dengan bebas, bahkan disatukan
oleh rahmat Tuhan sendiri. Cinta sejati adalah cinta yang setia, dalam keadaan bagaimanapun.
Perceraian membuktikan bahwa suami dan istri gagal mengembangkan cinta yang sejati.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
3. Terbuka bagi keturunan
Suami dan istri diharapkan bersedia mempunyai anak, bila Tuhan memberikannya. Adapun
jumlah dan jarak kelahiran anak perlu direncanakan bersama dengan bijaksana. Segala bentuk
pengguguran harus ditolak dengan tegas, karena jelas-jelas merupakan sikap menolak keturunan yang
sudah ada.
4. Keluarga Kriastiani adalah “Gereja mini.”
Keluarga kristiani merupakan gereja mini artinya adalah persekutuan dasar iman dan tempat
persemaian iman sejati. Maka dalam keluarga Katolik, pertama-tama diharapkan agar berkembanglah
iman yang menghangtkan suasana. Iman di sini bukan pertama-tama berarti pengetahun agama
(meskipun itu juga penting) tetapi lebih pada sikap atau penghayatan agama, yang diwujudkan dalam
usaha untuk menjaga suasana kedamaian, kerjasama dan kerukunan dalam keluarga. Dengan
demikian, Tuhan sendiri akan hadir di tangah-tengah keluarga untuk membawa keselamatan dan
rahmat-Nya.
D. Halangan Perkawinan
Perkawinan itu menyangkut kepentingan banyak orang. Karena itu Negara maupun agama
menjaga agar hal itu dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Oleh karena itu ditentukan beberapa
halangan perkawinan, untuk mencegah terjadinya perkawinan yang akan merugikan banyak orang.
Yaitu di antaranya :
1. Usia muda
Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria minimal berusia 19 tahun dan wanita minimal berusia
16 tahun. Keduanya perlu izin dari kedua orang tua bila belum berusia 21 tahun.
2. Perbedaan agama
Suami dan istri membentuk suatu persekutuan yang mencakup seluruh hidup. Perbedaan agama
dapat menghambat pembentukan kesatuan dalam perkawinan. Orang Katolik hanya diperbolehkan
menikah dengan orang yang berlainan agama bila telah mendapatkan dispensasi atau izin dari
pemimpin Gereja katolik yang berwewenang, dan disertai janji dari pihak yang bukan Katolik
bahwa tidak akan menghalang-halangi pelaksanaan kewajiban agama pasangannya.
3. Ikatan perkawinan sebelumnya
Perkawinan berciri monogam dan tak terceraikan. Karena itu seorang duda-cerai atau janda-cerai
hanya diperbolehkan menikah lagi apabila perkawinan sebelumnya sudah diceraikan, tidak hanya
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
oleh pengadilan negeri tetapi juga oleh pimpinan Gereja Katolik yang berwenang (bila hal itu
mungkin)
4. Hubungan darah
Cinta persaudaraan itu suci, maka selayaknya dipertahankan. Dua orang yang masih berhubungan
darah (tunggal embah), hanya boleh menikah setelah mendapat izin dari pimpinan Gereja yang
berwenang (juga memerlukan izin dari Negara)
5. Lain-lain
Hal lain yang membuat perkawinan itu tidak sah atau batal adalah apabila seseorang masih terikat
pada kaul kekal kebiaraan, tahbisan suci, dan ikatan perkawinan dengan yang lain . Segala bentuk
paksaan juga membuat perkawinan batal.
E. Tugas Suami Istri
Perkawinan member hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu kepada suami dan istri. Suami
dan istri Kriatiani diberi tugas suci oleh Gereja (dan Negara) yaitu :
1. Membangun keluaga penuh cinta kasih
Melalui pernikahan , suami-istri membangun suatu persekutuan cinta yang kita sebut keluarga
Kristiani. Cinta itu pertama-tama harus disahkan antara mereka berdua sendiri, kemudian kepada
anak-anak, juga kepada sanak saudara, tetanggha, lingkungan dan akhirnya kepada semua orang
lain, terutama orang kecil dan miskin.
2. Mendidik generasi muda
Anak-anak membutuhkan bantuan orang dewasa agar dapat berkembang dengan baik. Suami istri
diharapkan mau dan mampu mendidik generasi muda, terutama anak-anak mereka sendiri.
3. Ikut membangun masyarakat
Masyarakat terbentu dari keluarga-keluarga; keluarga adalah sel terkecil masyarakat. Sel-sel ini
harus sehat agar seluruh tubuh juga sehat. Karena itu, keluarga juga terpanggil untuk hidup
bermasyarakat dengan sebaik-baiknya dan ikut membangun masyarakat dengan membentuk
pribadi-pribadi yang baik, bertindak jujur, adil, ber-Ketuhanan dan ber-perikemanusiaan.
4. Ikut membangun Gereja
Suami istri Kristiani juga terpanggil untuk ikut membangun umat (jemaat). Umat pun terdiri dari
keluarga-keluarga. Maka mereka pertama-tama diharapkan aktif meneguhkan iman mereka sendiri
dengan membina hidup rohani keluarganya sendiri (berdoa bersama, mengikuti ibadah/liturgy
Gereja, dsb) serta mendidik anak-anak mereka dalam sikap dan cara-cara beriman yang benar.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
Juga menjadi saksi Kristus, dengan aktif ikut mengambil bagian dalam kegiatan umaty beriman,
khususnya di lingkungan dan paroki.
BAB VII
GEREJA DAN POLITIK
(Mendesain Kembali Keterlibatan Gereja dalam Politik Bangsa)
A. Pendahuluan
Gereja dan politik adalah dua entitas yang berbeda tetapi sekaligus saling melayani dan
mengisi. Gereja sekaligus politis dan poitik sekaligus sebagai sakramen yaitu tanda kehadiran Allah.
Bagaimana mungkin politik itu sebagai sakramen? Apa alasan yang mendasar? Tentu saja begitu
banyak keraguan dan perasaan miris ketika mendengar ungkapan bahwa politik sebagai sakramen.
Akan tetapi Gereja diyakini sebagai tanda keselamatan yang nyata dan dalam.
Salah satu perdebatan yang cukup serius akhir-akhir ini adalah mengenai hubungan antara Gereja dan
politik sebagai intitusi sekular.
Bagaimana Gereja memposisikan diri dalam kancah politik yang praktisnya berkisar pada
usaha perebutan dan mempertahankan kekuasaan. Dan sikap politik yang demikian bergejolak di
tengah berjuta rakyat yang sedang bersusah payah untuk mempertahankan hidup sebagai haknya yang
sangat substansial. Seperti apa sikap gereja etrahdap pollitik dan seperti apa politik yang digambarkan
gereja supaya tidak berbenturan dengan tradisi dan ajaran Magisterium Gereja? Perlu dilihat kembali
apa itu Gereja sebagai sakramen keselamatan dan politik sebagai sakramen juga. Bagaimana keduanya
dikawinkan dan saling melayani satu sama lain?
B. Gereja - Sakramen Keselamatan Universal
Kateksimus Gereja Katolik memandang Gereja sebagai sakramen keselamatan yang sifatnya
universal. Keselamatan itu tidak untuk dirinya sendiri tetapi untuk dunia di luar dirinya yang lebih
universal. Kata Yunani "musterion" (rahasia) dijabarkan dalam bahasa Latin dengan dua istilah:
"mysterium" dan "sacramentum". Menurut tafsiran di kemudian hari istilah "sacramentum" lebih
banyak menonjolkan tanda kelihatan dari kenyataan keselamatan yang tak kelihatan, sedangkan
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
kenyataan tak kelihatan itu sendiri dimaksudkan dengan istilah "mysterium". Dalam arti ini Kristus
sendiri adalah misteri keselamatan: "Misteri Allah tidak lain dari Kristus sendiri.
Karya keselamatan dari kodrat manusiawi-Nya yang kudus dan menguduskan adalah sakramen
keselamatan yang dinyatakan dalam Sakramen-sakramen Gereja (yang oleh Gereja-gereja Timur juga
disebut "misteri-misteri kudus" dan bekerja di dalamnya. Ketujuh Sakramen itu adalah tanda dan
sarana, yang olehnya Roh Kudus menyebarluaskan rahmat Kristus, yang adalah Kepala di dalam
Gereja, Tubuh-Nya. Jadi, Gereja mengandung dan menyampaikan rahmat yang tidak tampak, yang ia
lambangkan. Dalam arti analog ini, ia dinamakan "sakramen". Sebagai Sakramen, Gereja adalah alat
Kristus. Gereja di dalam tangan Tuhan adalah "alat penyelamatan semua orang" (LG 9), "Sakramen
keselamatan bagi semua orang" (LG 48), yang olehnya Kristus "menyatakan cinta Allah kepada
manusia sekaligus melaksanakannya" (GS 45,1). Ia adalah "proyek yang kelihatan dari cinta Allah
kepada umat manusia" (Paulus VI, wejangan 22 Juni 1973). Cinta ini merindukan, "supaya segenap
umat manusia mewujudkan satu Umat Allah, bersatu padu menjadi satu Tubuh Kristus, serta dibangun
menjadi satu kanisah Roh Kudus" (AG 7).
Gereja dipanggil bukan untuk dirinya sendiri, melainkan untuk menjadi saksi Kristus yang
membawa keselamatan dunia. Yesus sendiri menyebut peranan Gereja dalam rangka peristiwa
keselamatan itu. Ada tertulis demikian, “Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati
pada hari yang ketiga, dan lagi, dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa
harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem. Kamu adalah saksi dari semuanya
ini.” (Luk 24:46-48). Agar Gereja mampu menjadi saksiNya, Kristus menjanjikan Roh Kudus (Luk
24:49),
Dalam hal ini, Konsili Vatikan II menyadari dengan baik tugas perutusannya, “Kepada para
bangsa dan Gereja diutus oleh Allah untuk menjadi ‘Sakramen Universal keselamatan’.”(AG1),
Gereja sebagai sakramen keselamatan Allah bagi dunia berarti bahwa Gereja menjadi simbol yang
Real dari keselamatan Allah yang terlaksana dalam Kristus. Dengan kata lain, Kristus tetap berkarya
dan menyelamatkan dunia, tetapi sebagai tanda kehadiranNya yang menyelamatkan itu kini Kristus
menggunakan Gereja.
Menurut hakikatnya, eksistensi Gereja tidak bisa dipisahkan dengan tugas perutusannya
menjadi saksi Kristus dan sakramen keselamatan Allah. Tugas perutusan itu datang dari Tuhan Yesus
Kristus sendiri. Hal ini jelas dinyatakan dalam AG 5 yang antara lain menyatakan bahwa Kristus
sesudah kebangkitanNya, “ ..........mendirikan GerejaNya sebagai sakramen keselamatan. Ia mengutus
para rasul ke seluruh dunia, seperti Ia sendiri telah diutus oleh Bapa (Yoh 20:21), perintahNya kepada
mereka: Karena itu, pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu, dan baptislah mereka dalam nama
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus; dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepadamu (Mat 28:19).”
Tugas perutusan ini hanya terlaksana berkat Roh Kudus yang diutus oleh Bapa dan Kristus sendiri.
“Untuk melaksanakan itu, Kristus mengutus Roh Kudus dari Bapa, supaya Ia mengerjakan karya
penyelamatanNya dalam jiwa manusia, dan menggerakkan Gereja untuk memperluas diri.” AG 4.
Bagaimana dengan pernyataan Gereja bahwa di luar Gereja tidak ada keselamatan atau di luar Kristus
tidak ada keselamatan? Pernyataan ini sebenarnya lahir dalam konteks zaman dan situasi polekmik
Gereja akan ajarannya yang suci. Pada saat itu terdapat banyak ajaran sesat atau Bidaah yang muncul
berhamburan. Melihat kenyataan ini, Gereja mengeluarkan pernyataan bahwa di luar Gereja yang suci
tidak ada keselamatan. Melihat apologi ini, sebenarnya di luar Gereja yang sifatnya universal masih
ada keselamatan bahkan keselamatan yang di tawarkan Gereja diperuntukkan bagi semua orang
dengan menembusi sekat Ras, Klaim Kebenaran agama-agama, warna kulit bahkan antara golongan
timur dan barat. Pernyataan yang cukup problematis ini sebenarnya berlaku hanya dalam lingkungan
Gereja sendiri yang sedang mengalami kesakitan internal dengan lahirnya ajaran-ajaran sesat.
C. Politik Sebagai Sakramen
Kamus besar Bahasa Indonesia mendefinisikan politik sebagai proses pembentukan dan
pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan,
khususnya dalam negara. Akan tetapi sejatinya pengertian politik itu dapat dilihat dalam pendefinisian
klasik oleh Aristoteles politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama. Lebih lanjut Aristoleles mengatakan abhwa manusia adalah mahluk berpolitik ( zoon
politikon) yang dapat memngem,bangkan dirinya bersama dengan sesama warga negara polis. Senada
dengan itu, Mangunwijaya menjernihkan arti politik yang selama ini selalau dimengerti secara sempit
demngan berpaling keapda tradisi filsafat Yunani. Pemikiran utama mereka, bagaimana seahrusnya
manusia hidup di dunia ini dan bagaimana relasi yang ahrus dibangun antara individi yang alinnya.
Politik adlaah pengabdian ekapda kepentingan amsyarakat, bagsa. Yang terpenting adalah
kesejahteraan masyarakat bukan pengelola Negara
Sekarang politik dilihat sebagai sakramen. Johann Baptist Metz, seorang teolog Jerman, pada
tahun 1966 menggunakan kembali pengertian teologi politik untuk kerangka berpikirnya, muncul
banyak suara kritis. Tidak sedikit yang menuduhnya sebagai seseorang yang hanya mencari
popularitas dengan menggunakan sebuah pengertian yang kontroversial. Memang kontroversial,
karena pengertian ini masih mengingatkan orang akan gagasan Carl Schmitt yang berciri integralistik.
Betapa orang begitu trauma mensakralkan apa yang namanya politik. Pola traumatis ini muncul dari
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
gagasan yang terlanjur melekat dalam ingatan kebanyakan orang bahwa politik itu kotor. Mereka
belum mengkaji sisi lain dari politik sebagai perbuatan yang suci
Istilah "sakramen politik" barangkali sudah membuat kita sekalian mengernyitkan dahi, bahkan
lebih jauh mengira sebagai ajaran baru yang ‘menyesatkan' jemaat beriman. Jumlah sakramen sudah
ditetapkan dalam Konsili Trento (1545-1563) yang mengajarkan bahwa jumlah sakramen hanya tujuh
(DS 844: Canones de sacramentis in genere). Sebelum penetapan oleh Konsili tersebut, jumlah
sakramen dalam Gereja Katolik Roma mengalami "naik turun", pernah jumlah sakramen mencapai
dua puluhan, tetapi juga pernah "belasan". Akan tetapi, sejak Konsili Trento Gereja Katolik Roma
tidak lagi memperdebatkan jumlah sakramen. Tujuh saja. Tidak lebih. Tidak kurang. Memang
rasanya, jumlah itu sedikit banyak dipaksakan, berbau angka magis.
Meskipun begitu, dewasa ini ada kecenderungan untuk memikirkan ulang sakramen Baptis
(permandian), Krisma (penguatan atau sidi), dan Ekaristi (Perjamuan Tuhan) sebagai satu kesatuan
Sakramen Inisiasi. Sementara itu, tetap dikemukakan pula pandangan mengenai hidup sakramental
yang mengakui Kristus sebagai sakramen utama atau tanda rahmat Allah yang berdaya guna, dan
Gereja yang dirintis-Nya sebagai sakramen dasar, yang diwujudkan dalam ketujuh sakramen.
Pandangan seperti ini dikembangkan oleh Otto Semmelroth, Karl Rahner dan Edward Schillebeeckx.
Pemikiran Eddy Kristianto, OFM tentang politik sebagai sakramen sebenarnya bukanlah sebauh
dogma personal yang harus dipaksakan penerimaannya oleh Gereja universal. Pemikiran ini lebih
berdimensi kritik atas Gereja yang masih alergi dengan istilah politik dalam dirinya sebagai agen
keselamatan dunia. Memang benar kalau kita menengok kembali sejarah Gereja masa lalu di mana
kekuatan politis dan Gereja tidak ada pemisahana yang jelas. Bahkan Gereja tunduk di bawah
kekuasaan Negara ( politik) dan di sisi lain Negara juga tunduk di bawah Gereja (
pemerintahanTheokratis).
Lalu di manakah letak kemandirian Gereja sebagai agen keselamatan? Tentu saja politik
sebagai sakramen bukan sebuah teologi yang fantastis dan sebuah teologisasi politk. Bukanlah teologi
yang mengawang dan tidak bersentuhan dengan realitas manusia yang sedang memijakan kakinya di
bumi yang sedang terluka oleh peperangan, bahaya globalisasi yang tidak bijak dan dunia yang
terkoyak akibat kerakusan manusia. Sakramen polittik bukan hendak menggaet politik sebagai bentuk
teologi baru. Politik tetap sebuah entitas otonom, tetapi diberi warna yang manusiawi dan Ilahi. Oleh
karena politik adalah tanda. Salah satu hal pokok Yang mau dikedepankan adalah mengenai
keterlibatan Gereja dalam ruang publik ( kepentingan umum) untuk mencapai target Bonnun
Commune dan summum Commune ( kebaikan umum) yang selaras dengan suara keprihatian Gereja
akan dunia.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
Politik merupakan tanda dan sarana penyelamatan atau politik sebagai sakramen yang
membebaskan rakyat dari kemelaratan hidup. Dalam kaitan dengan politik sebagai sakramen, ruang
publik perlu bijaksana melihat apa yang menjadi kegelisahan kita bersama. Kegelisahan saat ini adalah
bertambahnya angka statistik pengangguran, gizi buruk, dan kemiskinan.
D .Desain Keterlibatan Gereja Dalam Politik
Suara konsili Vatikan II dalam dokumen Gaudium et Spes; “Perasaan traumatis umat Kristen
terhadap politik masih membekas. Bahkan begitu banyak orang yang kebingungan, entah mau
menceburkan diri kearena yang namanya politik atau tidak. Mereka terlanjur diindoktrinasi bahwa
politik itu kotor. Akan tetapi sejatinya politik itu baik yaitu mengantar segenap umat manusia ke
kebaikan bersama. Kalau semua orang sampai kepada pemahaman ini, maka tidak ada yang takut
untuk berpolitk bahkan tidak ada kata haram baginya. Namun melihat kenyataan sekarang, begitu
banyak umat yang terjun dalam pertarungan politik praktis. Bahkan kaum Klerus pun turut tercebur
dan berenang secara nyaman di dalamnya. Namun pada prinsipnya ,
Gereje Katolik melarang para Hierarki Gereja tidak diperkenankan untuk terlibat dalam politik
praktis. Jelasnya, mereka tidak boleh mencalonkan dan dicalonkan sebagai wakil rakyat atau pejabat
negara seperti bupati, gubernur, atau presiden dan wakil presiden. Ketika terlibat dalam perebutan
kekausaan, diri emreka terkena hukuman san wajib meninggalkan status hidup religiusnya. Ada
beberapa skandal yang terjadi, misalnya Ferdinand Hugo presiden Paraguay dan seorang Imam SVD
Philipina yang sudah menjabat sebagai Gubernur dan sekarang sedang meloncat ke arena yang lebih
luas lagi yaitu pertarungan sengit untuk menjadi presiden. Sedangkan kaum awam beriman Kristen
dan yang tidak terbilang dalam hierarki Gereja mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk berpolitik
praktis, tanpa mengatasnamakan Gereja
Bagi orang kristen, terlibat dalam dunia politik merupakan anugerah yang terbesar, mengingat
misteri inkarnasi sendiri langsung berkaitan dengan hal tersebut. Allah menjadi manusia merupakan
pencerahan bagi manusia karena Allah turut berpartisipasi dengan kehidupan manusia dan rela
menjadi bagian dari anggota masyarakat. Kekotoran dan kehirupikikukan dunia ini tidak menghalangi
rencana Allah untuk terlibat aktif dan menjadi bagian dari kekotoran dunia itu. Maka secara teologis,
keterlibatan umat beriman dalam politik bangsa mendapat akarnya dalam misteri Inkarnasi.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
Keterlibatan anggota Gereja dalam politik merupakan rahmat terbesar karena sudah memenuhi
panggilan terbesar untuk peduli terhadap persoalan dan cita-cita hidup bermasyarakat dan berbangsa.
BAB VIII
MARIA SEBAGAI POLA HIDUP ORANG BERIMAN
A. Inkarnasi
Misteri inkarnasi (natal) bukan cuma soal Sabda yang menjadi daging (manusia) atau Allah yang
mendatangi manusia untuk menebus umat manusia, melainkan misteri itu bisa kita lihat dan
renungkan lebih dalam lagi yaitu Allah yang berinisiatif untuk bersatu dengan ciptaanNya secara
definitif supaya ciptaanNya bersatu dengan Dia. Di sinilah terjadi peristiwa iman-wahyu : Proses
Membuka diri (contoh). (bdk. Yoh 1:1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama
dengan Allah dan Firman itu adalah Allah
Dalam peristiwa inkarnasi, Kristus,
Sang Putra Allah, menjadi senasib
dengan manusia, membuat ke-
AllahanNya yang tidak terbatas
menjadi seolah-olah terbelanggu
dan berdiam dalam
kemanusiaanNya, dengan segala
kelemahan dan ketebatasanNya.
Dalam hal ini Santo Agustinus
mengatakan : Dia yang adalah
Allah Putra, mengosongkan
diriNya, dan mengambil rupa
seorang hamba, namun Ia tidak
kehilangan ke-AllahanNya.
Inkarnasi, Allah yang menjadi manusia, adalah suatu rencara besar Allah
bagi manusia (Luk 2:10-14). Rencana ini tidak pernah bisa dilepaskan dari
sejarah keselamatan manusia sejak manusia pertama kali jatuh ke dalam
dosa.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
(bdk. Ibr 1:1-2). Setelah pada jaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara
kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah
berbicara kepada kita dengan perantaraan AnakNya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak
menerima segala yang ada.
B. Maria Diikutsertakan Dalam Rencana Allah
Setiap manusia dilibatkan oleh Allah dalam rencana keselamatan. Seperti kita ketahui cerita
dan riwayat para nabi (Yesaya, Yeremia, Samson, Daud, Ishkak, dll). Dalam hal ini Maria
mendapatkan peran yang sangat penting demi terjadinya kehendak Allah tersebut. Maria dipilih oleh
Allah menjadi ibu Mesias.
Selama ini yang sering kita dengar dan renungkan mungkin hanya Maria akan mengandung
seorang bayi, dan bayi itu anak Allah. Tetapi kalau kita memahaminya dari sudut pandang orang
Yahudi tentunya tugas ini menjadi dua kali lebih berat dari pada yang kita bayangkan. Orang Yahudi
sangat kental tradisi keagamaanNya. Orang Yahudi pada jaman Yesus bahkan sampai sekarang,
menanti-nantikan hadirnya seorang Mesias, Juru Selamat. Sebagaimana janji Allah kepada Daud, Raja
Israel, Allah akan membangkitkan seseorang dari keturuan Daud (dibaca : akan lahir dari keturunan
Daud), dan akan menjadi raja bagi bangsa Israel, dan kerajaanNya akan jaya selamanya dan tidak akan
pernah berakhir.
Sebagai seorang Yahudi yang saleh, Maria tentunya juga hidup dalam pengharapan yang sama
dengan harapan orang-orang sebangsanya. Dalam peristiwa Maria menerima kabar Gembira dari
Malaikat sebenarnya Maria mengalami dua keterkejutan sekaligus kebahagian.
Keterkejutan yang pertama adalah ternyata Mesias seorang tokoh yang sudah ditunggu-tunggu
oleh seluruh bangsanya akan muncul. Harapan besar itu segera terwujud. Segala penderitaan Israel
karena penjajahan dan morat marit pemerintahan pada waktu itu akan segera berakhir dengan hadirnya
seorang mesias.
Keterkejutan yang kedua adalah ternyata mesias ini akan hadir ke dunia melalui rahimnya
sendiri. Seperti yang sudah sering kita dengar, hal ini tentu tidak mudah bagi Maria yang nota bene
masih sangat muda waktu itu.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
Sisi yang kita mau kupas dalam kesempatan ini adalah pergulatan Maria ketika ia tahu bahwa
yang dikandungnya adalah seorang tokoh besar yang sudah dinanti-nantikan dan diharap-harap oleh
banyak orang. Orang Israel mengira Mesias akan lahir dari rahim seorang perempuan dari kalangan
kerajaan, yang jelas-jelas keturunan Raja Daud. Sementara Maria hanya perempuan biasa. Bisa kita
bayangkan sejak semula Maria sudah sadar akan penolakan bangsaNya terhadap Putranya ini. Akan
terjadi tegangan antara pengharapan orang-orang sebangsanya dengan kenyataan apa yang
dikehendaki oleh Yesus. Dan sepertinya penolakan terhadap Yesus Sebagai Sang mesias sungguh-
sungguh terjadi.
Seperti kita tahu mendidik anak bukanlah pekerjaan yang mudah. Anak adalah titipan Tuhan di
mana seorang ibu mempunyai tugas untuk mendidik dan membesarkannya dengan penuh kasih sayang
dan pengorbanan yang tidak sedikit.
Dalam kasus Maria, hal ini menjadi sangat tidak mudah. Bisa dibayangkan bagimana sikap dan
kelakuan Yesus setelah besar kalau Maria salah mendidiknya. Tugas Maria tidak berhenti ketika ia
mengandung dan melahirkan Yesus. Tugas Maria seperti dikatakan dalam Injil adalah mendidik
Yesus, memperkenalkan Yesus pada bait Allah, memperkenalkan Yesus pada tradisi bangsanya,
mendampingi Yesus, bahkan sampai menemani di kaki Salib.
Senjata Maria adalah Doa. Menghadapi tugas yang tidak mudah itu Maria mempunyai
kekuatan yaitu kesadaran bahwa Allah pasti akan mendampingi dia dalam segala hal. Doa Maria
sudah sering kita doakan seperti Ibadat Sore yaitu dalam Kidung Maria (Luk 1:46-55)
Dalam Kidung Maria sebetulnya terkandung iman Maria yang sangat dalam, yaitu Allah yang
selalu setia pada perjanjianNya. Hidup kita ini didasari oleh perjanjian antara Allah dan manusia, di
mana Allah akan memberikan berkat melimpah kepada manusia yang senantiasa percaya dan
berpegang teguh padaNya. Dan dalam perjanjian itu Allah selalu setia sedangkan manusia seringkali
lupa dan tidak setia dengan perjanjian tersebut. Namun Allah sebagai pihak yang dirugikan berkali-
kali memperbaharui perjanjianNya dengan manusia dengan harapan manusia akan berubah. Di atas
ketidaksetiaan manusia, Allah tetap setia.
C. Gelar-Gelar Maria
Bulan Mei dan Oktober senantiasa identik dengan Maria, Bunda Yesus Kristus yang terberkati,
dikandung tanpa dosa dan diangkat ke surga dengan raganya yang tetap murni. Di awal bulan Mei ini,
kami mengangkat sebuah topik yang semoga membuka wawasan kita bersama, betapa Bunda Maria
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
sedemikian dihormati oleh Gereja sehingga sangat banyak gelar-gelar dan sebutan-sebutan yang
diberikan bagi Bunda Maria untuk menghormati peranannya dalam Gereja sebagai persekutuan umat
beriman.
Kenapa Maria diberikan gelar-gelar tertentu? Tentu saja karena peranan Bunda Maria
sendiri dalam Gereja. Pertama, Maria dipilih Tuhan secara istimewa untuk menjadi Bunda Tuhan
Yesus Kristus juru selamat manusia. Pemilihan yang istimewa ini sangat dirasakan akibatnya yang
membahagiakan oleh Gereja sepanjang masa. Kedua, seperti yang dijelaskan oleh Lumen Gentium
No.62, keibuan Maria dalam tata rahmat berlangsung terus tanpa putus, mulai dari persetujuan yang
diberikannya dengan setia pada saat menerima kabar gembira dari malaikat Gabriel dan yang
dipertahankannya tanpa ragu sampai di kaki salib sampai kepada kesempurnaan abadi semua orang
beriman. Karena setelah diangkat ke surga, Maria tidak meninggalkan tugas ini, melainkan
melanjutkannya melalui peraantaraan limpah dengan memberikan kita anugerah keselamatan abadi.
Hal itu menunjukkan bahwa peran Maria dalam tata penyelamatan tetap aktual sepanjang sejarah
Gereja tanpa terhenti oleh hilangnya Maria secara fisik dari panggung sejarah dunia. Karena itu Maria
sungguh melebihi segala makluk di surga maupun di bumi, dan keunggulan ini sekaligus menjadi
alasan bagi umat beriman untuk memuji, mencinta khusus, mengagumi dan menghormati Maria
sambil meneladani dan memohon bantuan pengantaraan doanya pada Allah.
Kita tentu saja familiar dengan gelar-gelar yang umum, seperti Perawan yang
Terberkati dan Bunda Allah, ada berapa banyak sebetulnya gelar-gelar Maria? Sebuah sumber
menyebut ada 117 gelar-gelar Maria, tetapi tentu saja kita tidak dapat membahasnya satu-per-satu
pada kesempatan ini. Kita akan mambahas gelar-gelar yang utama, dan bagaimana gelar-gelar Maria
dilihat dalam beberapa pengelompokkan.
Bagaimana mengelompokkannya? Katekismus Gereja Katolik artikel 969 dan Konstitusi
Dogmatis tentang Gereja (Lumen Gentium) mengajarkan ada 4 gelar utama Maria dalam
kedudukannya sebagai pengacara (advocata), pembantu (ajutrix), penolong (auxiliatrix), dan perantara
(mediatrix) (LG 62). Tapi kita akan membahasnya dalam pengelompokkan berdasarkan sifat gelarnya
sendiri, yaitu: Gelar yang bersifat doktrinal, Gelar yang bersifat devosi, dan Gelar karena penampakan
atau pengaruh geografis.
Gelar Maria yang bersifat doktrinal adalah gelar-gelar Maria yang secara dogmatis penting
bagi Gereja. Gelar-gelar Maria yang bersifat doktrinal ini misalnya Maria Bunda Allah, Maria
Perawan Yang Terberkati, Maria Yang Dikandung Tanpa Dosa atau Bunda Gereja adalah contohnya.
Gelar Maria yang bersifat devosi adalah gelar-gelar yang bersifat puitis atau alegori. Banyak dari
gelar-gelar ini yang berasal dari Kitab Suci, seperti Tabut Perjanjian, Menara Gading, Benteng Daud,
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
Bintang Timur, Bintang Samudera dan lain-lain.Sementara gelar karena penampakan atau geografis
adalah gelar yang diberikan kepada Maria karena kehadirannya di tempat-tempat tertentu, dan juga
penghormatan daerah tertentu kepada Maria yang khusus daerah tersebut, bukan Gereja Katolik
seluruhnya, misalnya Bunda Lourdes, Bunda Karmel, Bunda La Salette. Di sebuah paroki di Pakem,
Yogyakarta ada gelar ’Kitiran Kencana’ bagi Bunda Maria.
Baiklah, apa saja gelar-gelar Maria karena dogma Gereja? Ada beberapa gelar Maria yang
bersifat dogma karena berasal dari ajaran resmi Gereja. Ada yang universal, berasal dari konsili
ekumenis sekitar abad keempat sehingga diterima baik oleh Gereja Katolik Roma dan juga Gereja
Ortodoks Timur seperti gelar Maria Bunda Allah dan ada juga yang lebih baru yang hanya diterima
oleh Gereja Katolik seperti gelar Yang Dikandung Tanpa Noda (Imaculata) dan Yang Diangkat Ke
Surga (Assumption).
Maria Bunda Allah dalam bahasa Yunani disebut Theotokos adalah gelar Maria yang sangat
penting bagi Gereja. Gelar ini didasarkan pada panggilan Elizabeth kepada Maria dalam Injil Lukas
1:43. Gelar ini resmi disandangkan pada tahun pada Konsili Efesus tahun 431. Pada tahun-tahun
tersebut berkembang ajaran oleh Nestorius dari Konstantinopel yang memandang bahwa Maria hanya
membawa tubuh Yesus sebagai manusia, dan bukan sekaligus keilahianNya. Gelar Maria Bunda Allah
membawa implikasi teologis bahwa Yesus adalah sungguh-sungguh manusia dan sungguh-sungguh
Allah sejak pertama Ia dikandung oleh Maria dan dengan demikian gelar itu sekaligus mematahkan
ajaran Nestorius dan menyatakan bahwa Nestorianisme adalah sesat. Maria Bunda Allah dirayakan
Gereja Katolik dalam pesta setiap setiap tanggal 1 Januari.
Selanjutnya kita juga terbiasa dengan sebutan ”Perawan Maria”. Walaupun sangat biasa kita
dengar, gelar ini juga memiliki dasar dogmatis yang berasal dari Gereja awal, bahwa Maria tetap
perawan sebelum, saat dan sesudah melahirkan Yesus. Hal ini juga berasal dari kutipan ucapan Maria
seperti tercatat dalam Injil Lukas 1:34. Ajaran ini berasal dari ajaran Ignatius dari Antiokia,
Ambrosius dari Milan dan Agustinus dari Hippo dan akhirnya menjadi ajaran resmi Gereja sejak
Sinode Lateran tahun 649.
Selain itu ada sebuah gelar Maria Yang Dikandung Tanpa Dosa atau Immaculata. Gelar ini
diberikan bahwa karena kesuciannya untuk mengandung Tuhan, Maria dikecualikan dari dosa asal
sejak Maria berada dalam kandungan ibunya. Gereja percaya dan mengajarkan bahwa sejak dikandung
karena perkawinan orang tuanya, yaitu St Joachim dan St Anna, Maria diberikan rahmat ilahi oleh
Allah, dikecualikan dari dosa dan mengalami kepenuhan rahmat untuk hidup tanpa dosa. Ini tampak
jelas dari salam sukacita dari malaikat Gabriel kepada Maria yang menyebutnya ”penuh rahmat”.
Kepercayaan bahwa Maria Dikandung Tanpa Dosa menjadi ajaran resmi Gereja tahun 1854, tetapi
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
sebetulnya kepercayaan bahwa Maria sendiri bebas dari dosa sudah ada sejak lama, bahkan pesta
perayaannya pada setiap tanggal 8 Desember sudah dirayakan sejak 1476, sebelum menjadi ajaran
resmi Gereja.
Akhirnya, sebuah gelar dogmatis terpenting adalah Yang Diangkat Ke Surga atau Maria
Assumpta. Gelar ini mengikuti gelar Yang Dikandung Tanpa Dosa dan kepercayaan turun temurun
bahwa Maria sungguh-sungguh dikecualikan dari manusia biasa oleh Allah. Kepadanya telah
diberikan kepenuhan rahmat hidup tanpa dosa dan pada akhirnya saat paripurna hidupnya ia diberi
rahmat terakhir yaitu jiwa dan raganya diangkat ke surga. Gelar dogmatis ini tergolong baru, menjadi
ajaran resmi Gereja pada tahun 1950 dari Paus Pius XII dalam konstitusi apostoliknya. Walaupun
demikian, kepercayaan bahwa Maria diangkat ke surga dengan tubuh dan jiwanya sudah ada dalam
tulisan-tulisan sejak abad ke-5.
Baiklah, apa saja gelar-gelar Maria yang bersifat devosi? Ada banyak gelar-gelar Maria
yang bersifat devosi, seperti “Benteng Daud”, “Benteng Gading/Turris Eburnus”, “Tabut Perjanjian”,
“Cermin keadilan/Speculum Justitiae”, “Takhta Kebijaksanaan/Sedes Sapientiae”, “Bintang
Timur/Bintang Fajar/Stella Matutina”, “Pintu Surga/Caeli Porta”, “Bintang Samudera/Stella Maris”,
“Mawar yang Gaib/Rosa Mystica”, “Hamba Tuhan/Ancilla Domini”, “Ratu Bidadari/Regina
Angelorum”, “Ratu Damai/Regina Pacis”,
Sebagian besar gelar di atas berhubungan dengan nubuat dan perlambang dalam Perjanjian
Lama yang menubuatkan peran Bunda Maria dalam misteri keselamatan. Beberapa di antaranya
berfokus pada kesucian dan peran keibuannya. Selain itu ada pula yang berasal dari kitab Wahyu.
“Benteng Daud” adalah benteng yang berdiri menyolok dan kokoh di puncak tertinggi
pegunungan yang mengelilingi Yerusalem. Benteng yang demikian merupakan sarana pertahanan
kota. Dengan benteng itu, peringatan akan dapat segera disampaikan apabila musuh datang
menyerang. Maria diperbandingkan dengan Benteng Daud karena kesuciannya, karena ia dikenal
sebagai yang penuh rahmat dan karena ia dikandung tanpa dosa. Dengan doa-doa dan teladannya,
Maria merupakan bagian dari “sarana pertahanan” Tuhan dengan mana Kerajaan Allah akan berdiri
tegak tak terkalahkan dan dosa akan senantiasa dikalahkan (bdk Kid 4:4).
Maria disebut “Benteng Gading”. Gelar ini juga digunakan dalam Kidung Agung (Kid 7:4)
yang menggambarkan pengantin terkasih. (Ungkapan serupa, “Istana Gading” digunakan dalam
Mazmur 45:9, untuk alasan yang sama). Kedua ilustrasi tersebut menubuatkan hubungan perkawinan
antara Kristus dan pengantin-Nya, Gereja, seperti disampaikan dalan Surat Rasul Paulus kepada
Jemaat di Efesus. Di sini patut kita ingat, seperti diajarkan dalam Vatikan II, bahwa Maria adalah
“serupa Gereja”: Ia mengandung dari kuasa Roh Kudus dan melalui dia, Juruselamat kita masuk ke
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
dalam dunia ini. Gereja, “oleh menerima Sabda Allah dengan setia pula – menjadi ibu juga. Dan
sambil mencontoh Bunda Tuhannya, Gereja dengan kekuatan Roh Kudus secara perawan
mempertahankan imannya, keteguhan harapannya, dan ketulusan cinta kasihnya” (Lumen Gentium no.
64).
Gelar “Tabut Perjanjian” mengangkat peran keibuan Maria. Perlu diingat bahwa dalam
Perjanjian Lama, Tabut Perjanjian adalah rumah bagi Sepuluh Perintah Allah, Hukum Tuhan.
Sementara bangsa Israel dalam pengembaraan menuju tanah terjanji, suatu tiang awan, yang
melambangkan kehadiran Allah, akan turun atas atau “menaungi” kemah di mana Tabut disimpan.
Yesus datang untuk menggenapi perjanjian dan hukum. Dalam kisah Kabar Sukacita, perkataan
Malaikat Agung Gabriel kepada Maria, “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang
Mahatinggi akan menaungi engkau,” (Luk 1:35) menyatakan gagasan yang sama. Karena itu, Maria
yang memberi “rumah” Yesus dalam rahimnya; adalah “Tabut” baru, dan bunda dari pelaksana
perjanjian yang sempurna dan kekal.
Atas dasar ini bermunculan gelar-gelar yang lain: Yeremia menubuatkan bahwa Mesias akan
disebut, “TUHAN - keadilan kita.” (Yer 23:6); sehingga Maria disebut “Cermin keadilan” karena tak
seorang pun dapat mencerminkan kasih dan penghormatan kepada Kristus dalam hidupnya lebih baik
dari Maria. Karena kemurniannya, kelimpahan kasihnya dan karena ia menjadi “rumah” bagi Yesus,
Maria disebut “Rumah Kencana”. Yesus adalah Kebijaksanaan Tuhan, “Firman itu telah menjadi
manusia, dan diam di antara kita” (Yoh 1:14); karenanya, Maria, yang mengandung Kristus, digelari
“Takhta Kebijaksanaan”.
Bagi kita, Bunda Maria juga melambangkan pengharapan yang besar. Vatikan II menyatakan,
“Sementara itu Bunda Yesus telah dimuliakan di surga dengan badan dan jiwanya, dan menjadi citra
serta awal Gereja yang harus mencapai kepenuhannya di masa yang akan datang. Begitu pula di dunia
ini ia menyinari Umat Allah yang sedang mengembara sebagai tanda harapan yang pasti dan
penghiburan, sampai tibalah hari Tuhan.” (Lumen Gentium no. 68). Karena alasan ini Bunda Maria
digelari “Bintang Timur”, karena ia melambangkan orang-orang Kristen yang menang, yaitu mereka
yang bertekun dalam iman dan beroleh bagian dalam kuasa Mesianis Kristus dan menang atas kuasa
kegelapan yaitu dosa dan maut. Istilah ini dapat ditemukan dalam Kitab Wahyu (Why 2:26-28): “Dan
barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan
Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; dan ia akan memerintah mereka dengan tongkat besi; mereka
akan diremukkan seperti tembikar tukang periuk – sama seperti yang Kuterima dari Bapa-Ku – dan
kepadanya akan Kukaruniakan bintang timur.” Juga dalam Kidung Agung (Kid 6:10) kita temukan,
“Siapakah dia yang muncul laksana fajar merekah, indah bagaikan bulan purnama, bercahaya
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
bagaikan surya…”; sama seperti cemerlangnya terang menghalau kegelapan fajar, Maria
memaklumkan kedatangan Putranya, yang adalah Terang Dunia (bdk Yoh 1:5-10, 3:19).
Maria juga adalah “Pintu Surga”. Maria adalah sarana yang dipergunakan Kristus untuk datang
dari surga demi membebaskan kita dari dosa. Di akhir hidupnya, kita percaya bahwa Bunda Maria
diangkat jiwa dan badannya ke surga, suatu kepenuhan janji akan kehidupan kekal dan kebangkitan
badan yang dijanjikan Yesus. Sebab itu, Maria adalah pintu melalui mana Yesus masuk ke dalam
dunia ini dan pintu kepada kepenuhan janji di mana kita akan beroleh bagian dalam kehidupan kekal.
Karena itu, kita memandang Maria sebagai “Bintang Samudera”. Bagaikan bintang samudera
membimbing para nahkoda mengarungi lautan berbadai menuju pelabuhan yang aman, demikian juga
Maria, melalui segala doa dan teladannya, membimbing kita sepanjang perjalanan hidup kita, kadang
melalui samudera yang bergolak, menuju pelabuhan surgawi.
Secara keseluruhan, Maria adalah “Mawar yang Gaib”. Mawar dianggap sebagai bunga yang
terindah, bunga kerajaan yang harumnya melampaui segala bunga lainnya. Bunda Maria memiliki
kekudusan yang manis dan keutamaan yang cantik. Singkatnya, segala gelar ini mengingatkan kita
akan pentingnya peran Bunda Maria dalam spiritualitas Katolik, sebagai teladan keutamaan dan
kekudusan dalam peran keibuannya, dan sebagai tanda akan kehidupan yang akan datang.
Pada akhirnya kita merangkum pujian dan kepada Maria dan menyatakan gelar-gelarnya dalam
sebuah litani yang bernama Litani Santa Maria. Kita mendapati gelar-gelar tersebut dalam Litani Santa
Perawan Maria (terutama versi Loreto), yang disusun sekitar pertengahan abad ke-16. St. Petrus
Kanisius mempopulerkan Litani Santa Perawan pada tahun 1558 saat ia mempublikasikannya guna
menggairahkan devosi kepada Bunda Maria sebagai tanggapan atas “Reformasi” Protestan yang
menyerang devosi-devosi sejenis. Litani ini merupakan seruan gelar pujian kepada Santa Perawan
yang digunakan dalam perayaan-perayaan di Gereja Loreto, Italia sejak abad ketigabelas. Litani ini
disetujui oleh Paus Sixtus V tahun 1587.
D. Tempat dan Peran Bunda Maria dalam Gereja
Fajar Dalam tradisi Katolik, bulan Mey khusus didedikasikan kepada Bunda Maria. Artinya,
dengan cara ini, umat Katolik diharapkan "secara khusus" menempatkan kehidupan hariannya dalam
disposisi hati yang selalu terkait dengan kehidupan dan peran Bunda Maria dalam sejarah
keselamatan: mengandung, melahirkan, membesarkan, dan menyertai seluruh hidup dan karya Yesus
mulai dari peristiwa di Nazaret-Betlehem sampai titik puncaknya di Kalvari, ketika ia dengan penuh
iman tetap teguh berdiri di kaki salib Yesus Putera-Nya.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
Dalam cara yang sama umat kristiani diajak untuk merenungkan dan memaknai peristiwa-
peristiwa hidupnya sehari-hari bersama dengan Bunda Maria dalam persekutuan dengan Roh Kudus di
bawah terang hidup dan karya Yesus. Dari sebab itu, umat Katolik diharapkan lebih intensif
mempercayakan seluruh hidup dan karyanya setiap hari kepada Yesus melalui tangan bundawi Maria.
Dengan demikian, kita diantar pada sebuah keyakinan bahwa peran serta Maria dalam sejarah
keselamatan ini tidak berakhir sampai di kaki salib. Bunda Maria tetap menjadi Bunda Gereja
sepanjang zaman. Mengapa? Karena sebelum Yesus menghembuskan nafas terakhir di atas Salib, Ia
telah menyerahkan Ibu-Nya sendiri untuk diterima oleh murid-Nya yang terkasih yang mewakili
komunitas Gereja-umat baru yang dibentuk oleh darah dan air (Baptis dan Ekaristi) yang mengalir dari
lambung Yesus. Di sini, sebagaimana pendapat para Bapa Gereja yang mengatakan bahwa Gereja
sebagai mempelai Kristus dilahirkan dari lambung (rusuk) Kritus-Adam Baru Perjanjian Baru,
sebagaimana Hawa dijadikan dari Rusuk Adam.
Kenyataan peran serta Maria ini semakin dipertegas oleh Kisah Para Rasul yang menampilkan
kehadiran Maria di antara para murid, berdoa bersama mereka, untuk memohon kedatangan Roh
Kudus, yang berpucak pada turunnya Roh Kudus dalam bentuk lidah-lidah api dengan segala karunia-
Nya pada hari Pentakosta. Maria hadir ketika Gereja perdana dikokohkan dan diberanikan oleh Roh
Kudus untuk keluar dari ruang atas (senakel) dan bersaksi kepada dunia-segala bangsa bahwa Yesus
yang wafat di kayu salib, kini telah bangkit untuk memberikan kehidupan baru bagi seluruh umat
manusia. Peristiwa ini merupakan salah satu moment penting bagi cikal-bakal Gereja yang diutus.
Oleh karena itu, Bunda Maria tetap diyakini mempunyai peran yang signifikan baik bagi karya
dan perutusan Yesus, maupun bagi segenap umat beriman yang telah dibaptis dalam nama Tuhan kita
Yesus Kristus yang dengannya disatukan dalam anggota Tubuh Mistik Kristus, yakni: Gereja.
Lalu apa peranannya bagi kita? Sekali lagi kita bercermin pada peristiwa di kaki salib yang
dicatat oleh Yohanes sebagai murid yang dikasihi Yesus yang menjadi saksi hidup peristiwa tersebut.
Setelah sekian lama, para murid mulai mengenal, mencintai, dan mengikuti Yesus dalam perjalanan
kemuridan mereka, di akhir hidup-Nya, Yesus menantang para murid (yang diwakili "murid yang
terkasih") untuk menerima dan mencintai Ibu-Nya sebagai salah satu jalan kemuridan Kristiani. Para
murid bukan hanya ditantang untuk menyangkal diri dan memikul salib sebagai jalan kemuridan,
melainkan juga menerima peran kebundaan Maria di dalam kehidupan spiritual mereka. Peran
kebundaan spiritual yang dimainkan oleh Maria bagi segenap umat kristiani bukan atas kuasanya
sendiri, melainkan karena Allah Tritunggalah yang menganugerahkan peran itu kepadanya. Roh
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
Kuduslah yang memungkinkan Maria untuk menjadi Bunda Yesus yang utuh, ketika "ia dapat
mengandung dan melahirkan Yesus karena kuasa Roh Kudus." Demikianpun, Bunda Maria dapat
menjadi Bunda segenap umat beriman kristiani hanya karena partisipasinya di dalam kebundaan Roh
Kudus terhadap Gereja (umat beriman). Kebundaan Maria kepada Yesus berlangsung terus kepada
segenap anggota Gereja yang adalah saudara-saudara Kristus
Di sini, peran Bunda Maria bukan hanya mendoakan kita sebagai Bunda berbelas kasih, tetapi
yang terutama melalui kerjasama dengan Roh Kudus, Bunda Maria dapat membentuk kita untuk
menjadi serupa dengan Putera-Nya. Artinya, dengan mempercayakan diri kita ke dalam asuhan
kebundaan Maria, diharapkan kita dapat dibentuk oleh Roh Kudus untuk mengenakan perasaan-
perasaan Kristus sendiri yang mengantar kita pada keserupaan dengan Dia dalam kata dan perbuatan.
Inilah hakikat hidup dalam Roh bersama Bunda Maria. Inilah hakekat spiritualitas kristiani berdimensi
marial. Ini bukan sebuah elemen opsional alias boleh pilih dan boleh tidak, melainkan sebuah elemen
fundamental yang menjadi sebuah imperatif teologis bagi segenap umat Kristiani. Menerima dan
mengikuti Yesus berarti juga menerima dan mengikutsertakan Ibu-Nya dalam perziarahan kemuridan
kristiani untuk sampai pada kedewasaan Kristus Puteranya yang adalah Tuhan dan saudara sulung
kita.
Dari sebab itu, apabila devosi kepada Bunda Maria tidak membawa kita untuk semakin
mencintai dan menyerupai Yesus Tuhan, Guru , dan saudara kita yang tampak secara kasat mata
melalui tutur kata dan kesaksian hidup kita sehari-hari di tengah keluarga, dunia dan masyarakat,
maka kita perlu bertanya ulang "apa motivasi utama" kita berdevosi kepada Bunda Maria.
Devosi yang sejati kepada Bunda Maria harus membawa perubahan hidup yang radikal, total
dan siginifikan agar bukan diri kita lagi yang hidup, tetapi Kristuslah yang hidup di dalam diri kita.
Hal ini semestinya juga mengantar kita kepada keprihatinan dengan kaum miskin, lemah, dan tertindas
dalam kehidupan sosial kemasyarakatan yang adalah "kaum anawin" atau golongan sosial masyarakat
Yahudi dari mana Bunda Maria berasal, yang kepada mereka, Bunda Maria telah mengidungkan
"magnifikat" atau Kidung Pembebasan.
Dengan demikian, devosi kepada Bunda Maria yang menjadi tindakan personal-individual
bukan hanya berhenti pada memohon agar dikabulkannya doa-doa kita, tetapi harus juga bermuara
pada aktivitas sosial-pastoral yakni melayani kaum miskin dalam berbagai aspek kehidupan yang kita
jumpai setiap hari yang adalah "buah hati Gereja."
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
Sebentar lagi bulan Mei yang didedikasikan kepada Bunda Maria akan berakhir. Dan kita
harus bertanya diri: sedalam apakah devosi kita kepadanya? Jika devosi kita masih berkutat pada
memohon doa-doanya bagi kebutuhan-kebutuhan duniawi kita secara egosentris (berpusat pada diri),
maka perlu sebuah niat hati yang teguh untuk memperbaharui komitment kita pada transformasi cara
hidup yang mencakup keprihatinan eksternal dalam lingkup sosial-kemasyarakatan lewat tindakan
nyata memberdayakan bukan "memperdayai" yang lemah, miskin, terlantar, terpinggirkan dan
tersingkir di dalam lingkup Gereja maupun di dalam masyarakat. Sebab mereka adalah sakramen atau
tanda dan sarana kehadiran Allah sendiri, wajah Allah sendiri yang mengundang kita.
"Devosi yang sejati kepada Maria harus mengantar kepada keserupaan dengan Yesus
Puteranya dalam kata dan perbuatan," kata Santo Monfort. Siapa yang punya telinga hendaklah
mendengarkan,meresapkan dan melaksanakanya.
E. Penghormatan Kepada Maria
Sebagai orang Katolik, kita harus mengenal bagaimana peranan Bunda Maria dalam Gereja,
karena Maria adalah Bunda Gereja dan Gereja adalah kita.Kita tidak dapat melihat kedudukan Bunda
Maria dengan perasaan kita, tetapi kita harus mengacu kepada tafsiran Gereja dan tafsiran Kitab
Suci.Orang katolik menghormati Bunda Maria, fakta ini menimbulkan pertanyaan bagi sebagian
orang, batu sandungan, kadang-kadang menjadi bahan tuduhan dari saudara-saudara kita yang
berkepercayaan lain dan bahkan dari saudara kita yang beragama Protestan. Dari kritikan ini
mengakibatkan begitu banyak orang Katolik yang tidak tertarik lagi untuk menghormati Bunda Maria
bahkan meninggalkan Gereja Katolik.
Tuduhan-tuduhan yang sering kita dengar yaitu:bahwa orang katolik secara berlebihan
menghormati Bunda Maria atau orang katolik menyembah Maria, orang katolik menyembah patung.
Menghadapi pertanyaan seperti ini kita tidak hanya membiarkannya berlalu begitu saja (biarkan
mereka berkata demikian) atau melarikan diri, tetapi kita harus berusaha menjawabnya sambil
merenung apakah penghormatan kita kepada Bunda Maria sudah benar atau salah.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
1. Syarat-syarat penghormatan kepada Bunda Maria
Dalam penghormatan kepada Bunda Maria kita berpedoman pada empat (4) sifat.
a. Penghormatan kepada Bunda Maria harus berdasarkan Kitab Suci.
Dalam Kitab Suci memang tidak ada satu ayatpun yang menyuruh kita untuk menghormati
Bunda Maria. Akan tetapi dalam Injil Lukas 1:26-38 dan paralelnya, kita menemukan dasar mengapa
kita menghormati Bunda Maria.
1). Dasar-dasar menghormati Bunda Maria:
Karena Bunda Maria terlibat aktif dalam karya penebusan. Seperti dalam dalam Injil Lukas,
ketika Malaikat Gabriel menyampaikan pesan Allah kepada Bunda Maria bahwa ia akan melahirkan
seorang laki-laki.”Sesungguhnya engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki
dan hendaklah engkau menamakan Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah
yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya tahta Daud, bapa leluhurnya.”
(Luk. 1:31-32) Bunda Maria dengan iman yang penuh pasrah kepada Allah hanya menjawab:
“sesungguhnya aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataanmu.” (Luk. 1:38) Disinilah
Bunda Maria menerima tugas untuk mengambil bagian dalam karya keselamatan. Seluruh hidup
Bunda Maria diabdikan kepada karya penebusan. Apa yang dibuat oleh Bunda Maria? Bunda Maria
mengandung dan kemudian melahirkan Sang Penebus dan sebagai akibatnya, ia harus mengungsi ke
Mesir. Kemudian Bunda Maria harus membesarkan anaknya itu yaitu: Tuhan Yesus dengan segala
kebutuhan-Nya. Dengan demikian Bunda Maria terlibat penuh dalam karya penebusan.
2). Bunda Maria merupakan seorang kudus yang besar.
Dalam Gereja katolik kita menghormati orang-orang kudus karena mereka merupakan karya
tangan Tuhan yang penuh dan kaya akan rahmat. Bunda Maria adalah yang terkudus dari para kudus
Bahkan sejak dalam kandungan Santa Anna ia sudah dipersiapkan oleh Allah sebagai ibu penyelamat.
Maka kita pantaslah menghormatinya sebagai karya tangan Allah yang istimewa. Dikatakan oleh
malaikat:salam hai engkau yang dikarunia, Tuhan menyertai engkau. Suci artinya dikaruniai oleh
Tuhan. Orang dijadikan suci bukan karena karya manusia ,doa manusia, kepandaian, tetapi pertama-
tama oleh karena karunia Tuhan. Dari dalam diri manusia dibutuhkan suatu jawaban yang serius akan
rahmat Tuhan yang istimewa ini, karena rahmat membutuhkan kerja sama dengan usaha manusia,
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
tetapi yang menjadi penggerak utama adalah rahmat Tuhan. Ketika malaikat mengatakan salam hai
engkau yang dikaruniai Tuhan, disinilah malaikat mengakui bahwa Maria adalah orang yang kudus.
b. Penghormatan kepada Bunda Maria harus sesuai dengan liturgi/ibadat.
Pusat ibadat/liturgi dalam Gereja katolik adalah hanya satu yaitu: Allah sendiri melalui putra-
Nya Yesus Kristus. Segala penghormatan kita harus sampai kepada Allah, menghormati Bunda Maria
tidak hanya sampai pada Maria itu sendiri, agar tidak mengambil arti atau mengambil kesimpulan
singkat bahwa kita menjadikan Bunda Maria sebagai Allah. kita harus menghormati Bunda Maria
supaya ia menghantar kita kepada Allah, permohonan kita dapat sampai kepada Allah. Allah saja yang
Mahakuasa,diluar Allah tidak ada yang mahakuasa. Pusat dan puncak dari ibadat/liturgi dalam Gereja
katolik adalah Ekaristi. Dalam ajaran Gereja Katolik tidak pernah Ekaristi diperalatkan atau diganti
demi dan untuk menghormati Maria. Misalnya:jangan sampai kita yang percaya akan keagungan
Ekaristi, kita mengikuti misa, tetapi sepanjang misa kita berdoa rosario. Jikalau dalam perayaan
Ekaristi, pusatnya adalah hanya Tuhan Yesus, jangan sampai kita berkata dan berbangga bahwa
sepanjang Ekaristi kita dengan tekun berdoa rosario, hal itu salah atau sesudah menerima komuni
kudus kita menyanyikan lagu-lagu Maria, misalnya:menyanyikan lagi Ave Maria. Itu berarti kita tidak
menyadari Yesus yang sudah hadir di dalam hati kita dan juga mengurangi nilai Ekaristi. Hal seperti
inilah yang membuat kita dianggap menyembah Bunda Maria.
c. Penghormatan kepada Bunda Maria harus Ekumenis artinya tidak menghambat persatuan umat
Katolik dengan Allah.
Sebagai orang katolik kita harus berusaha supaya penghormatan kepada Bunda Maria
membantu atau membawa kita untuk bersatu dengan Allah. Akan tetapi kita tidak boleh meninggalkan
Maria demi ekuimeni. Ekuimeni artinya apa? Ada orang mengatakan ekuimeni itu menyesuaikan diri.
Lalu siapa yang harus menyesuaikan diri.... orang katolik! Tidak perlu memakai Maria dalam arti
sebagai perantara, misa kudus, pengakuan dosa, ini bukan ekuimeni. Ekuimeni artinya:bersama-sama
menampilkan diri seperti keyakinan kita masing-masing supaya dengan saling mengenal kita mencari
iman yang sejati untuk sampai kepada Allah, yang harus satu ialah imannya dan tidak boleh
melepaskan pokoknya yaitu: Ekaristi. Menghormati Bunda Maria juga merupakan pokok iman
sehingga jikalau kita melepaskan Bunda Maria atau tidak menghormati Bunda Maria berarti bukan
ekuimeni dan bahkan dapat dikatakan bahwa kita tidak setia kepada Tuhan Yesus.Mengapa...? Karena
Ia telah menyerahkan Bunda Maria kepada Yohanes murid-Nya dan kita juga merupakan murid
Kristus. Akan tetapi, disini jangan sampai terkesan bahwa kita menyamakan Bunda Maria dengan
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
Yesus,Maria tetap sebagai ciptaan dan Yesus sebagai pencipta. Jikalau ada orang yang setiap hari
berdoa tiga kali rosario, tetapi pada hari minggu tidak pergi mengikuti perayaan Ekaristi maka itu
penghormatan yang salah dan sesat. Bunda Maria hanya mau dan menghendaki untuk membawa kita
kepada Yesus dan Bunda Maria tidak pernah membuat atau mendirikan kerajaannya sendiri di dunia
ini.
d. Penghormatan kepada Bunda Maria harus antropologis.
Antropos artinya:manusia. Antropologis artinya:disesuaikan dengan perkembangan manusia.
Ada orang yang menanyakan apakah mungkin penghormatan kepada Bunda Maria masih relevan atau
sesuai dengan perkembangan wanita moderen sekarang? Bunda Maria itukan wanita yang
kolot,tinggal di desa dan tidak memiliki pengetahuan. Sedangkan wanita moderen sekarang
tinggalnaya di kantor, di sekolah dan lain-lain. Disini bukan dilihat dari itu semua,tetapi kita melihat
sifat dan pribadi dari Bunda Maria itu sendiri,ia adalah seorang hamba Allah yang setia dan sebagai
teladan dalam iman kepada Allah. Dalam diri Bunda Maria kita juga menemukan suatu sifat
kewanitaan yang sungguh-sungguh setia dan seorang ibu yang penuh perhatian serta sabar dalam
menanggung penderitaan.Untuk menjadi contoh wanita moderen Bunda Maria tidak bisa
hilang.Banyak wanita mederen sekarang yang ingin demokrasi dalam keluarganya, tidak mau hanya
sebagai pendengar, pelaksana, tetapi ingin menentukan jalannya keluarga itu bahkan ikut berperan
dalam pertanggungjawaban perkembangan keluarga.Memang ini merupakan sesuatu yang sangat
baik.Lalu apakah kebebasan seperti itu terdapat pula dalam diri Bunda Maria? Bunda Maria bahkan
menerima tanggung jawab yang sangat besar yang melebihi karya dan tanggung jawab wanita
sekarang yaitu: ingin menjadi ibu Sang Mesias yang datang menyelamatkan manusia. Bukankah ini
merupakan suatu tugas yang sangat berat yang harus dilaksanakan Bunda Maria.Ketika Bunda Maria
dan Santo Yusuf mempersembahkan Yesus di Bait Allah, Simeon bernubuat bahwa sebilah pedang
akan menembus jiwanya. Bukankah ini merupakan sesuatu tugas yang berat? Akan tetapi Bunda
Maria Menyimpan semuannya itu didalam hatinya. Bunda Maria merupakan salah satu tokoh atau
pribadi yang patut diteladani atau dihormati oleh setiap orang khususnya orang Kristen.
Bunda Maria telah mengambil bagian dalam karya keselamatan melalui imannya. Anak Allah
sebagai Juru Selamat diterimanya terlebih dahulu dalam hatinya kemudian dalam rahimnya
sebagaimana ketika ia menjawab “ya” kepada kabar keselamatan dari Allah melalui Malaikat Gabriel.
Ini bukan berarti Allah menghendaki agar pelaksanaan karya keselamatam tergantung pada manusia
melainkan bahwa menurut rencana Allah bahwa manusia pada gilirannya berkat rahmat Ilahi akan
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
mengimani keselamatan. Dalam “ya” yang penuh kepercayaan itu Bunda Maria menerima
keselamatan bagi semua umat manusia .Oleh karena itu jangan sampai kita menjadikan Bunda Maria
sebagai tukang pos dalam arti: tolong sampaikan permohonan saya kepada Tuhan Yesus. Banyak
orang mengormati Bunda Maria dengan membanjirinya melalui doa permohonan dan permintaan yang
lainnya. Jikalau doa permohonan kita ingin dikabulkan, kita harus kembali atau melihat dalam Injil
Yohanes tentang perkawinan di kana. Bunda Maria mengatakan kepada pelayan-pelayan supaya
lakukan apa yang diperintah oleh Tuhan Yesus. Sehingga hal yang sama juga pada kita, jikalau doa
permohonan kita ingin dikabulkan maka kita harus menjalani apa yang diperintah oleh Tuhan Yesus
Kepada kita, yaitu: melalui ajaran-ajaran-Nya baik itu melalui ajaran resmi Gereja maupun apa yang
ditulis oleh para rasul dalam Kitab Suci.
F. Mengikuti Teladan Maria
Setiap tahun, pada tanggal 15 Agustus, seluruh Gereja Katolik di dunia merayakan Hari Raya
Bunda Maria yang diangkat ke Surga dengan tubuh dan jiwanya. Ini merupakan sesuatu yang khusus
dan istimewa. Pertama-tama mungkin timbul pertanyaan, mengapa kita merayakan perayaan ini,
bahkan ada orang banyak yang bertanya mengapa orang Katolik menyembah Maria. Jika ada
pertanyaan seperti itu kita harus dapat menjawabnya bahwa kita tidak menyembah Maria, karena
kalau kita menyembah Maria berarti kita menyembah berhala. Orang Katolik tidak menyembah Bunda
Maria, tetapi menghormatinya. Jadi, di sini ada perbedaan besar, antara "menyembah Maria" dan
"menghormati Maria", sebab kalau kita menyembah Maria, kita menjadikan Maria itu setara dengan
Allah, atau menjadikan Maria seperti Allah. Kita tidak menyembah Maria, tetapi kita menghormati
Maria, dan memang sebagai orang-orang Katolik kita sangat menghormati Bunda Maria.
Apa dasar penghormatan ini? Dasarnya bukan lain ialah bahwa di antara semua manusia di
dunia ini Maria telah dipilih oleh Allah menjadi "ibu Tuhan kita Yesus Kristus". Maka, Maria juga
disebut "Bunda Allah", karena dia melahirkan Yesus Kristus yang adalah manusia dan Allah. Bunda
Maria tidak hanya melahirkan tubuh Yesus saja, namun ia melahirkan seluruh Pribadi Yesus Kristus.
Oleh karena itu, Bunda Maria adalah ibu dari Tuhan kita Yesus Kristus "Allah dan manusia". Karena
dia Bunda Allah, maka sudah sepantasnya kita menghormati ibu Tuhan kita Yesus Kristus. Dalam
Injil dikatakan "dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam
rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: ’Diberkatilah
engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu
Tuhanku datang mengunjungi aku?’” (Luk 1:41-43). Kita perhatikan di sini bahwa Roh Kudus
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
sendirilah yang berbicara melalui mulut Elisabet bahwa Maria adalah ibu Tuhan. Roh Kudus begitu
menghargai Maria, lalu siapakah kita jika berani meremehkan Maria, apalagi menghujat Maria? Oleh
karena itu, kalau orang dengan sengaja menghujat Maria, itu sama saja dengan menghujat Roh Kudus
yang berkata demikian itu. Oleh karena itu, sebagai orang-orang Katolik kita teguh percaya untuk
menghormati Bunda Maria, kita tidak menyembah Maria, tetapi menghormati dia sebagai bunda
Tuhan.
Bunda Maria telah dipilih untuk menjadi bunda Allah, maka Tuhan memberikan hak-hak
istimewa yang hanya diberikan kepada Bunda Maria dan tidak diberikan kepada kita. Bunda Maria
diberi hak-hak istimewa yang tidak dimiliki oleh manusia. Apakah hak-hak istimewa yang diberikan
kepada Bunda Maria? Salah satunya adalah bahwa Maria dibebaskan dari dosa sejak ia dikandung.
Hal ini supaya tubuh Maria sungguh-sungguh menjadi tidak bercela karena ia harus melahirkan Yesus
Kristus, Sang Penyelamat dunia yang tak bercela. Jadi karena Maria dipilih untuk melahirkan Yesus,
maka ia pun menerima rahmat istimewa ini, dikandung tanpa noda dosa.
Demi kepentingan Yesus dan seluruh umat manusia, Maria dibebaskan dari segala noda dosa.
Karena dia dibebaskan dari noda dosa, maka Maria sebetulnya juga tidak tunduk kepada hukum dosa
karena dia tidak pernah berbuat dosa. Maka dari itu dia dibangkitkan kembali dengan tubuhnya. Inilah
kepercayaan Gereja. Gereja percaya bahwa Allah mengangkat Maria ke surga dengan jiwa dan badan,
karena peranannya yang luar biasa dalam karya penyelamatan dan penebusan Kristus. Kebenaran iman
ini dimaklumkan sebagai dogma dalam kontitusi Apostolik Munificentissimus Deus oleh Sri Paus Pius
XII (1939-1958). Dalam Kontitusi Apostolik itu, Sri Paus menyatakan:
"Kami memaklumkan, menyatakan, dan menentukannya menjadi suatu dogma wahyu ilahi:
bahwa Bunda Allah yang tak Bernoda, Perawan Maria, setelah menyelesaikan hidupnya di dunia
ini, diangkat dengan badan dan jiwa ke dalam kemuliaan surgawi".
Sejak semula Gereja mengimani bahwa Maria telah dipilih Allah sejak awal mula untuk
menjadi Bunda Putera-Nya, Yesus Kristus. Untuk itu Allah menghindarkannya dari noda dosa asal
dan mengangkatnya jauh di atas para malaikat dan orang-orang kudus.
Pada tahun 1950 Paus Pius XII menjadikan kepercayaan ini sebagai dogma. Dogma ini berarti
kebenaran iman yang sudah ada sejak semula. Dalam Kitab Suci juga kita jumpai banyak kebenaran
iman, karena begitu pentingnya sehingga Gereja hanya meneguhkan "inilah wahyu Allah". Gereja
hanya menyampaikannya secara resmi. Sebenarnya banyak wahyu Allah yang tidak dijadikan dogma.
Sehingga Gereja menyatakan dengan resmi dan tegas oleh rahmat yang diberikan Tuhan dalam Gereja
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
untuk mengatakan dengan wibawa yang besar tanpa salah "inilah termasuk dasar wahyu Allah". Itulah
dogma. Gereja Katolik dengan resmi berdasarkan wibawa dan wewenangnya berani mengatakan "ini
adalah wahyu Allah". Sehingga dalam Gereja dogma-dogma itu sedikit sekali.
Bila kita meninggal, badan kita terpisah dan badan kita baru akan dibangkitkan pada akhir
zaman, namun kita tidak tahu kapan hal itu terjadi. Sedangkan Bunda Maria diberi hak istimewa, ia
sudah dibangkitkan sekarang ini dengan tubuh dan jiwa sekaligus, tanpa harus menunggu saat akhir
zaman tiba.
Lalu sekarang mengapa Gereja Katolik menghormati Bunda Maria? Gereja Katolik
menghormati Bunda Maria karena dia adalah bunda Allah, dan juga selain itu Bunda Maria
mempunyai peranan-peranan yang sangat penting khususnya dewasa ini. Kita akan melihat beberapa
peranan Bunda Maria.
1. Maria adalah Teladan Iman bagi Kita
Maria percaya kepada sabda Tuhan, dia begitu peka terhadap sabda Allah dan ia percaya apa
yang disabdakan Tuhan, walaupun tampaknya sulit. Maria tetap bertekun dan percaya kepada Tuhan
dalam segala situasi hidupnya. Dalam hidupnya, Bunda Maria juga tidak bebas dari kesusahan, dia
menderita bukan karena dosa-dosanya, tetapi dia menderita karena mau solider dengan umat manusia
yang menderita. Oleh karena itu, kita melihat sejak permulaan, ketika dia diberi kabar gembira oleh
malaikat Tuhan, betapa sulitnya ia harus menghadapi kenyataan bahwa ia harus mengandung dari Roh
Kudus dan bagaimana ia harus meyakinkan St. Yosef. Secara manusiawi Bunda Maria tidak bisa, dan
kemudian dia serahkan semuanya kepada Allah. Allah sendiri yang kemudian campur tangan dan
mengatakan kepada Santo Yosef melalui seorang malaikat bahwa anak yang dikandung Maria itu
berasal dari Roh Kudus.
Lalu penderitaan Maria yang lain adalah saat ia bersama Yosef dan Yesus yang masih kecil
harus mengungsi ke Mesir karena dikejar-kejar mau dibunuh. Baru saja melahirkan, Maria harus
mengungsi ke Mesir yang sangat jauh. Saat-saat mau melahirkan pun dia tidak diterima oleh orang-
orang di Betlehem, tidak ada orang mau menerima dia untuk menumpang di rumah, sehingga ia
terpaksa harus melahirkan di kandang binatang. Bisa kita bayangkan penderitaan Bunda Maria saat itu
pastilah sangat berat, dan walaupun ia istimewa di mata Tuhan, sebagai manusia dia hidup sebagai
orang yang miskin. Suaminya, St Yosef, bekerja sebagai tukang kayu kecil, bukan juragan kayu, atau
bos kayu seperti sekarang ini.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
Hidup Bunda Maria sebagai manusia sangat sederhana dan begitu miskin, bersama St. Yosef,
si tukang kayu, mereka tinggal di sebuah desa kecil yang bernama Nazaret. Maria adalah teladan
iman, sehingga dalam hidupnya ia harus mengalami percobaan-percobaan iman, tantangan-tantangan
iman, dan Bunda Maria tetap percaya kepada Tuhan. Imannya begitu besar sehingga ketika Yesus
mulai tampil di muka umum, karena iman Maria maka mujizat pertama Yesus terjadi di pesta
perkawinan Kana. Air berubah menjadi anggur, Yesus mengadakan mujizat-Nya karena permintaan
Bunda Maria.
Kemudian pada waktu Yesus disalibkan, di mana kita melihat Bunda Maria? Bunda Maria
berada di bawah salib Yesus. Bisa dibayangkan, seorang ibu yang melihat anaknya yang tidak
bersalah, tidak berdosa, dimusuhi dan akhirnya ditangkap, disiksa, dihukum sewenang-wenang, dan
Dia harus memikul salib sampai mati di kayu salib. Bunda Maria melihat semua itu dari dekat. Bunda
Maria tidak mau menyingkir, ia tetap mengikuti Putranya sampai di bawah salib. Maria tetap setia
berdiri di bawah kaki salib Yesus melihat Anaknya mati secara kejam dan tragis oleh orang-orang
yang benci kepada Yesus.
Bisakah Anda bayangkan seandainya anak Anda disiksa di depan mata Anda, bagaimana
perasaan Anda? Mungkin banyak di antara kita yang akan mengatakan lebih baik saya saja jangan
anak saya. Saya kira akan demikian. Penderitaan Bunda Maria begitu besar, karena itu Bunda Maria
juga disebut "Bunda Dukacita". Maria mengenal penderitaan para ibu yang melihat anak-anaknya
tidak karuan hidupnya, karena itu pergilah kepada Bunda Maria, dia mengerti penderitaanmu, dia
mengerti apa artinya sebagai seorang ibu yang anaknya tersiksa, karena Bunda Maria telah mengalami
bagaimana Anaknya diperlakukan tidak adil, diperlakukan sewenang-wenang di atas kayu salib.
Betapa pedihnya, sedihnya hati Bunda Maria.
Oleh karena Maria adalah teladan iman, maka dia mengamini sabda Allah dan dia percaya
pada apa yang dikatakan Allah. Ini berbeda dengan Zakaria yang tidak percaya, Bunda Maria justru
percaya. Oleh karena itu, ketika malaikat mengatakan kepada Zakaria, bahwa istrinya, Elisabet, akan
mengandung, Zakaria dalam hatinya tertawa dan berkata, ”Mana mungkin saya dan istri saya yang
sudah tua, bisa punya anak lagi?” Akan tetapi pada diri Bunda Maria berbeda, dia percaya, dan
karenanya Elisabet pun berkata, "berbahagialah dia yang telah percaya" (Lk 1”45).
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
2. Bunda Maria sebagai Teladan Pelaksana Kehendak Allah
Mengapa manusia sering merasa tidak bahagia, menderita di dunia ini? Hal itu karena manusia
seringkali melawan kehendak Allah. Itu dilambangkan dalam "salib". Kalau kita melihat salib ada
garis lurus horisontal dan vertikal. Kehendak Allah yang vertikal tidak mau sejajar dengan kehendak
sendiri. Kehendak manusia seringkali melawan kehendak Allah, maka seringkali terjadi ’tabrakan’
yang kemudian terbentuklah salib itu.
Manusia mencari kehendaknya sendiri, tidak mencari kehendak Tuhan, dia hanya mau
mengikuti apa yang baik bagi dirinya, apa yang menguntungkan dia, apa yang menyenangkan dia
secara duniawi, tidak secara ilahi.
Karena manusia selalu berpusat pada dirinya sendiri, maka dia menjadi sengsara. Kalau
keinginannya tidak dituruti, dia sudah kecewa. Kalau keinginannya ditentang orang lain, lalu menjadi
marah. Kalau keinginannya diremehkan orang lain, lalu tidak bisa tidur. Hal itu semua karena dia
mencari keinginannya sendiri, ingin dipuji, dihormati, dimuliakan, sehingga baru saja diremehkan
sudah tidak terima dan sebagainya.
Akan tetapi, kalau orang mencari kehendak Allah, maka ia akan berbahagia. Inilah yang
dilakukan oleh Bunda Maria, dia hanya mencari apa yang dikehendaki Allah, "terjadilah padaku
menurut perkataan-Mu". Dalam hal ini, karena rahmat Allah, Maria mengerti bahwa yang membawa
kebahagiaan bagi kita ialah melakukan kehendak Allah itu sendiri.
Kalau kita mencari Allah maka kita tak akan pernah kehilangan kebahagiaan, walaupun
banyak tantangan dan penderitaan yang harus dihadapi. Hal itu juga yang dialami oleh Bunda Maria.
Maria ikut menderita dan sebagainya, tetapi dalam lubuk hatinya dia tidak pernah kehilangan
damainya, tidak pernah kehilangan kebahagiaannya, walaupun banyak kesukaran dan tantangan harus
ia hadapi. Jadi, Bunda Maria adalah teladan pelaksana kehendak Allah yang sempurna. Dia yang
paling peka. Apa yang menjadi kehendak Allah itu yang ia ingini, apa yang dikehendaki Bapa itu pula
yang Bunda Maria kehendaki.
Lalu bagaimana dengan kita sendiri? Seringkali kita mempunyai kehendak sendiri, apalagi
orang dewasa ini bahkan mau mencari hukumnya sendiri. Pokoknya saya senang, saya untung,
akhirnya terjadilah pertentangan, peperangan yang mulai terjadi dalam keluarga. Istri mencari
kehendaknya sendiri, suami mencari kehendaknya sendiri, anak-anak mencari kehendak sendiri, kalau
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
tidak sama ya saling bertengkar, saling tabrakan. Karena istri ingin suami menyenangkan dia,
suaminya minta supaya istri menyenangkan dia, akhirnya seleranya tidak sama. Seandainya di dalam
keluarga, istri berusaha untuk betul-betul menyenangkan suaminya, tidak hanya menyenangkan
dirinya, lalu suami sebaliknya juga berusaha menyenangkan istrinya tidak hanya menyenangkan
dirinya sendiri, maka pasti tidak ada terjadi benturan, dan keluarga menjadi surga di dunia. Kalau kita
sama-sama mencari apa yang menjadi kehendak Allah, maka semuanya akan harmonis, akan ada
sukacita dan kedamaian, serta kebahagiaan yang sejati dari Tuhan. Itulah yang dialami Bunda Maria,
karena itu kita patut meneladaninya sebagai pelaksana kehendak Allah yang sejati.
3. Maria Sebagai ”Utusan Allah”
Pada zaman sekarang ini Maria mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam zaman
Perjanjian Lama Allah berbicara melalui para nabi seperti dikatakan dalam Ibrani, "dahulu Allah
berbicara kepada nenek moyang kita melalui para nabi." Dan dewasa ini Allah berbicara kepada kita
melalui Putera-Nya, Yesus Kristus. Akan tetapi sekarang dalam situasi-situasi yang sulit serta sabda
Tuhan yang tertulis dalam Kitab Suci sulit dimengerti orang, Allah mengutus Bunda Maria untuk
mengingatkan kita kembali akan sabda Tuhan, akan keinginan Tuhan, dan akan perintah-perintah
Allah. Oleh karena itu, sejak abad yang lalu secara istimewa Tuhan mengutus Bunda Maria ke dunia
ini dengan tanda-tanda dan mujizat-mujizat; dengan demikian kita tahu bahwa melalui penampakan-
penampakan yang otentik yang terjadi di dunia, Tuhan sungguh telah mengutus Bunda Maria.
Dalam sejarah Gereja, sebetulnya Bunda Maria sudah seringkali menampakkan diri, dan
penampakan besar yang mempunyai pengaruh dan dampak yang begitu besar pula terjadi di Mexico.
Di Mexico Bunda Maria menampakan diri kepada seorang Indian, dan penampakan itu disertai dengan
mujizat. Melalui penampakan Bunda Maria itu dan tanda yang diberikan kepada orang Indian yang
sederhana, banyak orang-orang Indian yang bertobat dan percaya kepada Kristus. Apa yang tidak
berhasil dilakukan oleh para misionaris yang sudah berpuluh-puluh tahun berusaha mewartakan Injil
kepada orang-orang Indian, Maria dengan penampakannya itu, akhirnya menarik banyak orang Indian
kepada Kristus. Dan, sampai sekarang tempat itu menjadi tempat ziarah yang besar sekali di dunia. Itu
terjadi pada abad XVI dan XVII. Kemudian pada abad XIX, sekitar tahun 1850, seratus tahun yang
lalu Bunda Maria secara istimewa menampakkan diri kepada St. Bernadeth di Lourdes. Penampakan
itu nadanya tidak berbeda dengan di Mexico, yaitu pesannya "supaya manusia bertobat", supaya
manusia berpaling kepada Tuhan. Rupanya ini menjadi urgensi dewasa ini, bahwa manusia harus
berpaling kepada Allah.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
Dengan pesan itu banyak orang yang bertobat. Pesan yang disampaikan Bunda Maria sama
dengan pesan Tuhan Yesus sendiri karena Bunda Maria turun ke dunia menampakkan diri, bukan atas
kehendaknya sendiri, tetapi karena diperintahkan Tuhan, untuk mempersiapkan kedatangan Putranya
yang kedua kali pada akhir zaman. Kemudian lebih urgen lagi, Bunda Maria menampakkan diri
kepada tiga orang anak di Fatima. Dan, di Fatima itu pesan Bunda Maria sangat mendesak supaya
manusia betul-betul berpaling dan bertobat kepada Allah.
Kemudian Bunda Maria juga minta supaya dibaktikan secara khusus kepada hatinya yang
berdukacita, kepada hati kudus Bunda Maria, untuk berdoa bersama dia terus-menerus dengan doa
Rosario. Bunda Maria mengatakan, kalau manusia tidak bertobat maka bencana dan malapetaka akan
terjadi di dunia serta Rusia akan menyebarkan kesesatan kepada dunia. Dan kita tahu selama sekian
puluh tahun (� 70 tahun) Rusia menyiarkan kesesatan komunisme di mana-mana, hal yang begitu
mengerikan. Akan tetapi kemudian Paus Yohanes Paulus II membaktikan Rusia dan seluruh dunia
kepada hati Bunda Maria, mengajak seluruh uskup di seluruh dunia berbakti kepada hati Bunda Maria,
sehingga akhirnya komunisme dijebol; mula-mula tembok Berlin dirobohkan, di Jerman, Polandia,
dan di Rusia sendiri komunisme menjadi hancur karena kebaktian kepada hati kudus Maria tadi. Akan
tetapi, peringatan Bunda Maria masih sangat urgen bahwa masanya sudah dekat, kita semua
diharapkan betul-betul kembali dan bertobat kepada Tuhan, sebab kalau tidak bertobat suatu
malapetaka besar akan menimpa dunia.
Kalau kita melihat kejahatan-kejahatan yang sedang terjadi sangat mengerikan, bermacam
bentuk kejahatan telah melanda dunia termasuk di negara kita, orang-orang tidak takut lagi pada
hukuman dan tidak takut kepada Allah. Pada tanggal 1 Januari 1981 Paus Yohanes Paulus II
mengungkapkan kepada seluruh dunia dalam pesan tahun baru itu, tentang bahaya yang mengancam
dunia. Kalau terjadi perang nuklir akan dahsyat sekali dan mengerikan sebab akan menghancurkan
seluruh bumi dengan segala isi bumi termasuk manusia yang akan menderita akibat radiasi nuklir
tersebut, akibatnya akan sangat mengerikan.
Peringatan-peringatan Bunda Maria pada akhir-akhir abad ini terjadi di banyak tempat, di
mana-mana Bunda Maria menampakkan diri untuk menyampaikan pesan supaya manusia berbalik
pada Allah dan bertobat, suatu peringatan yang sebetulnya sangat keras. Kalau manusia tidak bertobat
akan terjadi segala malapetaka besar. Lalu bagaimana sikap kita? Memang peringatan itu sangat ngeri,
sebetulnya peringatan supaya bertobat itu disampaikan karena hati Allah yang memperingatkan
kepada kita, "bertobatlah dan kembalilah kepada-Ku dengan segenap hatimu." Oleh karena itu, pada
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
tahun-tahun akhir ini penampakan Bunda Maria banyak sekali terjadi di mana-mana, walaupun tentu
saja banyak juga penampakan-penampakan palsu yang terjadi. Untuk itu kita juga harus mengujinya,
tetapi penampakan-penampakan yang otentik yang telah diselidiki oleh para ahli dengan mempelajari
gejala dan tanda-tanda yang serius cukup meyakinkan, maka ini peringatan-peringatan Bunda Maria
sangat penting. Bunda Maria yang diutus oleh Allah, hampir selalu dengan nadanya sedih, dengan hati
yang sedih. Kesedihan Bunda Maria diungkapkan antara lain melalui patung yang menangis, patung
yang mengeluarkan darah di matanya, dan sebagainya. Ini merupakan ungkapan kesedihan-kesedihan
Bunda Maria atas situasi dosa manusia dewasa ini.
Kalau melihat di sekitar kita, begitu banyak dosa-dosa yang terjadi, dan dengan dosa-dosa kita
sendiri juga menambah penderitaan Bunda Maria. Maka saatnyalah bagi kita sekarang untuk berbalik
kepada Tuhan, bertobat dengan segenap hati. Dan pesan Bunda Maria yang sangat penting yaitu
dengan bertobat, berdoa, berpuasa, dan bermatiraga, segala bentuk kejahatan dan peperangan akan
dihindarkan. Seperti juga yang terjadi ketika Tuhan Yesus menampakkan diri kepada St. Faustina,
supaya berdoa dan berdoa, dan itu ia lakukan sehingga ia berdoa untuk suatu kota dan kota itu
akhirnya luput dari kebinasaan atau peperangan, sedangkan di sekitar kota itu hancur lebur. Oleh
sebab itu, sebenarnya kita bisa ikut menciptakan perdamaian dunia. Perdamaian dunia tidak ditentukan
oleh para ahli politik, para pejabat atau pemerintah, tetapi oleh umat-umat yang berdoa, yang
berkorban. Tiap-tiap korban kita, tiap-tiap doa kita, itu semua mempunyai nilai yang tak terkatakan di
hadapan Allah. Bila kita berdoa, berkorban, maka pertama-tama kita menurunkan berkat atas diri kita
sendiri. Kita menyelamatkan diri sendiri dan keluarga, dan kemudian juga ikut menciptakan
perdamaian di dunia ini.
Perdamaian tidak diciptakan dengan kekerasan, tetapi dengan doa dan pengorbanan-
pengorbanan kita. Inilah pesan Bunda Maria yang dewasa ini begitu terlihat mendesak. Mendekati
Milenium III, manusia penuh pengharapan dengan apa yang akan terjadi pada Milenium nanti, suatu
pengharapan yang diungkapkan oleh Paus Yohanes Paulus II, bahwa di tengah-tengah segala
kejahatan dan gejolak kejahatan yang terjadi, di situlah rahmat Allah akan mengalir dan dicurahkan
secara melimpah-limpah, dan itulah yang akan menyelamatkan dunia. Suatu musim semi baru akan
tiba dalam Gereja dan tanda-tandanya sudah kelihatan di mana-mana. Akan tetapi, juga pesan Bunda
Maria bahwa semuanya itu akan melalui pemurnian yang dahsyat dan kalau demikian tidak ada
seorang pun yang bisa meluputkan diri. Kita sebagai orang beriman, kita bisa meluputkan diri dari
semua itu, apa pun yang akan terjadi, kita tidak akan goyah dan takut kalau kita berpaling kepada
Tuhan dengan segenap hati. Yesus yang sungguh Allah dan sungguh manusia sekarang bertahta di
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
surga sebagai Raja yang kepada-Nya telah diserahkan segala kekuasaan baik di surga maupun di bumi
yang akan melindungi kita. Dan Bunda Maria, ibu-Nya yang menyertai Dia dengan setia dalam
seluruh karya-Nya di tengah-tengah manusia kini bertahta juga di surga sebagai Ratu Surgawi, yang
mendoakan kita di hadapan Puteranya dan menolong kita dalam semua kedukaan kita. Di dalam Yesus
dan Bunda Maria, keluhuran martabat manusia tampak dengan cemerlang. Kecemerlangan martabat
manusia itu bukan terutama karena keagungan manusia di antara ciptaan lainnya, melainkan terutama
karena karya penebusan Yesus Kristus, Putera Maria, dan persatuan mesra dengan-Nya.
Maka pengangkatan Maria ke surga dengan badan dan jiwa ini menunjukkan juga kepada kita
betapa tingginya nilai tubuh manusia di hadapan Allah.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
BAB IX
TRI TUNGGAL MAHA KUDUS
Tritunggal atau Trinitas adalah doktrin Iman Kristen yang mengakui Satu Allah Yang Esa,
namun hadir dalam Tiga Pribadi Allah: Allah Bapa dan Allah Putra dan Allah Roh Kudus. Dimana
ketiga Pribadi Allah, sama esensinya, sama kedudukannnya, sama kuasanya, dan sama kemuliaannya.
Doktrin Tritunggal adalah doktrin utama Kekristenan. Doktrin ini diterima oleh mayoritas aliran-aliran
Kristen:Katolik,Protestan,dan Orthodoks.
Istilah Tritunggal, atau trintiy (Inggris), atau trinitas(Latin) mengandung arti ketiga Pribadi
dalam satu kesatuan esensi Allah. Formula Doktrin Tritunggal berbunyi: satu keberadaan Allah
didalam tiga Pribadi: Allah Bapa dan Allah Anak (Putra) dan Allah Roh Kudus. Satu Keberadaan
Allah Yang Esa. Istilah keberadaan, bahasa Yunani-nya adalah ousia (Ing: being ). Istilah ousia
memiliki beberapa istilah Latin yang sepadan: substantia (Ing: substance), essentia (Ing: essence),
natura (Ing: nature).
Maka satu keberadaan Allah sama pengertiannya dengan satu esensi,atau satu natur, atau satu
substansi Allah. Tiga Pribadi Allah. Istilah pribadi,bahasa Yunani-nya adalah hupostasis,
diterjemahkan ke Latin menjadi persona (Ing:Person).
A. Pengertian Tritunggal
Dalam analogi sederhana api dapat digunakan sebagai penjelasan: Api terbagi menjadi tiga
komponen yaitu: panas, cahaya (tepatnya gelombang cahaya), dan daya bakar. Jadi walau api itu
satu, namun api bisa kita temui dalam tiga wujud sesuai dengan keinginan kita, misal sebagai panas
(waktu kita memasak), sebagai cahaya (waktu lampu mati dan kita menyalakan lilin), dan dalam
wujud pembakar (waktu kita membakar kertas). Hal ini ‘identik’ dengan keberadaan Allah, karena kita
dapat berjumpa dengan Allah dalam tiga pribadi, sebagai Allah Bapa (waktu kita bertobat dan
menyesali dosa), atau sebagai Yesus (waktu kita memohon sesuatu), dan sabagai Allah Roh Kudus
(waktu kita meminta kekuatan).
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
B. Sejarah Tri Tunggal Mahakudus
SELAMA bertahun-tahun, ada banyak tentangan atas dasar Alkitab terhadap gagasan yang
makin berkembang bahwa Yesus adalah Allah. Dalam upaya untuk mengakhiri pertikaian itu,
penguasa Roma Konstantin memanggil semua uskup ke Nicea, jumlahnya sekitar 1800 uskup. Dari
jumlah ini sekitar 1000 orang dari timur dan 800 orang dari barat. Namun jumlah yang hadir, lebih
sedikit dan tidak diketahui pasti berapa. Eusebius dari Kaisaria menghitung 250, Athanasius dari
Alexandria menghitung 318, dan Eustatius dari Antiokia mencatat 270 orang. Mereka bertiga hadir
pada konsili ini. Belakangan Socrates Scholasticus mencatat lebih dari 300 orang dan Evagrius,
Hilarius, Hieronimus dan Rufinus mencatat 318 orang.
Konstantin bukan seorang Kristen. Menurut dugaan, ia belakangan ditobatkan, tetapi baru
dibaptis pada waktu sedang terbaring sekarat.
Mengenai dirinya, Henry Chadwick mengatakan dalam The Early Church: “Konstantin, seperti
bapanya, menyembah Matahari Yang Tidak Tertaklukkan;... pertobatannya hendaknya tidak
ditafsirkan sebagai pengalaman kerelaan yang datang dari batin... Ini adalah masalah militer.
Pengertiannya mengenai doktrin Kristen tidak pernah jelas sekali, tetapi ia yakin bahwa kemenangan
dalam pertempuran bergantung pada karunia dari Allah orang-orang Kristen.”
Peranan apa yang dimainkan oleh kaisar yang tidak dibaptis ini di Konsili Nicea?
Encyclopaedia Britannica menceritakan:
Karena itu, peran“Konstantin sendiri menjadi ketua, dengan aktif memimpin pertemuan dan
secara pribadi mengusulkan... rumusan penting yang menyatakan hubungan Kristus dengan Allah
dalam kredo yang dikeluarkan oleh konsili tersebut, ‘dari satu zat dengan Bapa’... Karena sangat segan
terhadap kaisar, para uskup, kecuali dua orang saja, menandatangani kredo itu, kebanyakan dari
mereka dengan sangat berat hati.”
Konstantin penting sekali. Setelah dua bulan debat agama yang sengit, politikus kafir ini
campur tangan dan mengambil keputusan demi keuntungan mereka yang mengatakan bahwa Yesus
adalah Allah. Tetapi mengapa? Pasti bukan karena keyakinan apapun dari Alkitab. “Konstantin pada
dasarnya tidak mengerti apa-apa tentang pertanyaan pertanyaan yang diajukan dalam teologi Yunani,”
kata A Short History of Christian Doctrine. Yang ia tahu adalah bahwa perpecahan agama merupakan
ancaman bagi kekaisarannya, dan ia ingin memperkuat wilayah kekuasaannya.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
Namun, tidak seorang uskup pun di Nicea mengusulkan suatu Tritunggal. Mereka hanya
memutuskan sifat dari Yesus tetapi bukan peranan roh kudus. Jika suatu Tritunggal merupakan
kebenaran Alkitab yang jelas, tidakkah mereka seharusnya mengusulkannya pada waktu itu?
C. Perkembangan Pemahaman Tri Tunggal Mahakudus
SETELAH Konsili Nicea, perdebatan mengenai pokok ini terus berlangsung selama puluhan
tahun. Mereka yang percaya bahwa Yesus tidak setara dengan Allah bahkan mendapat angin lagi
untuk beberapa waktu. Namun belakangan, Kaisar Theodosius mengambil keputusan menentang
mereka. Ia meneguhkan kredo dari Konsili Nicea sebagai standar untuk daerahnya dan mengadakan
Konsili Konstantinopel pada tahun 381 M. untuk menjelaskan rumus tersebut.
Konsili tersebut menyetujui untuk menaruh roh kudus pada tingkat yang sama dengan Allah
dan Kristus. Untuk pertama kali, Tritunggal Susunan Kristen mulai terbentuk dengan jelas.
Tetapi, bahkan setelah Konsili Konstantinopel, Tritunggal tidak menjadi kredo yang diterima
secara luas. Banyak orang menentangnya dan karena itu mengalami penindasan yang kejam.
Baru pada abad-abad belakangan Tritunggal dirumuskan dalam kredo-kredo yang tetap. The
Encyclopedia Americana mengatakan : “Perkembangan penuh dari ajaran Tritunggal terjadi di Barat,
pada pengajaran dari Abad Pertengahan, ketika suatu penjelasan dari segi filsafat dan psikologi
disetujui.”
D. Kredo Athanasia
TRITUNGGAL didefinisikan lebih lengkap dalam Kredo Athanasia. Athanasius adalah
seorang pendeta yang mendukung Konstantin di Nicea. Kredo yang memakai namanya berbunyi:
“Kami menyembah satu Allah dalam Tritunggal... sang Bapa adalah Allah, sang Anak adalah Allah,
dan Roh Kudus adalah Allah; namun mereka bukan tiga allah, tetapi satu Allah.”
Tetapi, para sarjana yang mengetahui benar masalahnya setuju bahwa Athanasius tidak
menyusun kredo ini. The New Encyclopedia Britannica mengomentari: “Kredo itu baru dikenal oleh
Gereja Timur pada abad ke-12. Sejak abad ke-17, para sarjana pada umumnya setuju bahwa Kredo
Athanasia tidak ditulis oleh Athanasius (meninggal tahun 373) tetapi mungkin disusun di Perancis
Selatan pada abad ke-5... Pengaruh kredo itu tampaknya terutama ada di Perancis Selatan dan Spanyol
pada abad ke-6 dan ke-7. Ini digunakan dalam liturgi gereja di Jerman pada abad ke-9 dan kira-kira
tidak lama setelah itu di Roma.”
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
Jadi dibutuhkan waktu berabad-abad sejak zaman Kristus bagi Tritunggal untuk dapat diterima
secara luas dalam Susunan Kristen. Dan dalam semua hal tersebut, apa yang membimbing keputusan-
keputusannya? Apakah Firman Allah, atau apakah pertimbangan para pendeta dan politik? Dalam
Origin and Evolution of Religion, E. W. Hopkins menjawab: “Definisi ortodoks yang terakhir dari
tritunggal sebagian besar adalah masalah politik gereja.”
E. Pengertian Pribadi Dalam Tritunggal
Allah Tritunggal: Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus merupakan inti ajaran
Kristen. Ketiga Pribadi sama kedudukannya, sama kuasanya, dan sama kemuliaannya. Ketiganya satu
dalam esensi dan memiliki sifat (Ing:attribute) yang sama. Ke-mahakuasa-an,ke-tidak-berubah-an, ke-
mahasuci-an, ke-tidak-tergantung-an, dimiliki oleh masing-masing Pribadi Allah.
Masing-masing Pribadi adalah Allah, namun ke tiga Pribadi tidak identik, maka Allah Bapa
bukan Allah Anak; Allah Anak bukan Allah Roh Kudus; dan Allah Roh Kudus bukan Allah Bapa.
Ketiganya dapat dibedakan, tetapi didalam esensi tidak terpisahkan.
1. Allah Bapa
Allah sebagai Bapa yang memelihara, yang memberikan kasih seorang Bapa Sejati yang sangat
mesra, begitu penyayang dan begitu tertib penuh ketegasan (disiplin). Bapa Sorgawi tidak pernah
sama dengan para bapa (bapak-bapak atau para ayah) dunia ini dalam hal kasih dan karakter yang
tidak dapat terbandingi dengan kasih dan karakter Bapa Sorgawi. Allah sebagai Bapa Sorgawi
merupakan Bapa yang sempurna dari segala bapa (bapak-bapak atau para ayah) dunia ini yang adalah
gambaran dan rupa (duplikat dan bayangan) dari Sang Bapa Sorgawi yang murni. Bapa (Kepribadian
Bapa) tidaklah lebih tinggi daripada Anak ataupun juga dengan Roh Kudus.
2. Allah Anak
Allah sebagai teladan dengan Ia merendahkan diri-Nya dalam rupa manusia dan mengenakan
nama Yesus yang adalah Kristus (Allah yang datang sebagai manusia), taat pada semua hukum yang
telah Ia tetapkan, mati di kayu salib, dikuburkan, lalu bangkit pada hari yang ketiga, dan naik ke surga
dan dari sana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan mati. Ia adalah teladan iman
sejati dan sumber kehidupan bagi orang Kristen. Allah telah menunjukkan kasih-Nya yang terbesar
dengan menjadi Anak yang mati di kayu salib. Ini adalah berita Injil yang adalah kekuatan Allah.
Alkitab menyatakan bahwa Anak merupakan yang Anak sulung Allah dari semua anak-anak Allah
dimaksudkan bahwa Anak pun merupakan "Sahabat Sejati" yang rela mengorbankan Nyawa-Nya dan
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
tidak menyayangkannya sama sekali untuk manusia dapat diterima sebagai anak-anak Allah. Anak
(Kepribadian Anak) tidak pernah lebih rendah daripada Bapa.
3. Allah Roh Kudus
Allah sebagai Pembimbing, Pendamping, Penolong, Penyerta, dan Penghibur yang tidak
terlihat, namun berada dalam hati setiap manusia yang mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan
dan hidup didalam-Nya.
Roh Kudus bukanlah tenaga aktif. Roh Kudus bukanlah kebijaksanaan (pikiran) tertinggi dari
seluruh alam jagad kosmik. Roh Kudus bukanlah manusia tokoh pendiri suatu agama baru. Roh Kudus
tidak pernah berbau hal yang mistik. Memang benar bahwa Allah itu maha kuasa, tetapi Roh Kudus
itu bukan sekedar kuasa atau kekuatan, tetapi Roh Kudus adalah Allah, sebab Allah itu Roh. Dengan
demikian Roh Kudus adalah Pribadi Allah itu sendiri dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari Allah. Kepribadian Roh Kudus tidak pernah lebih rendah daripada Bapa maupun Anak. «»
F. Dasar-Dasar Alkitabiah Tritunggal
• Pada saat penciptaan dalam Kitab Kejadian Allah berkata: "Marilah Kita ...", kata Kita
merupakan subjek jamak.
• Saat Yesus dibaptis di sungai Yordan, Ia menunjukkan kepribadian-Nya pada saat yang sama
dan bermunculan bersama-sama dengan Roh Kudus (dalam manifestasi burung merpati) turun
ke atas Anak, dan Bapa berfirman dengan lantang penuh kasih.
• Saat penciptaan, dimana Bapa mencipta, Anak berfirman, dan Roh Kudus yang memulihkan
(melayang-layang) sempurna.
• Saat Pencurahan Pentakosta, dimana Bapa mengutus, Anak yang memberikan Roh Kudus, dan
Roh Kudus tercurah pada murid-murid Yesus yang ada di atas loteng.
• Saat Yesus berada di atas gunung, setelah Ia meneladani manusia dengan berdoa, Ia
menunjukkan kemuliaan-Nya dan menampakkan kepribadian-Nya dengan wajah-Nya
bercahaya seperti matahari dan pakaian-Nya menjadi putih bersinar seperti terang, kemudian
Roh Kudus turun, dan awan yang terang menaungi 3 orang murid Yesus. Bapa dari dalam
awan itu memperdengarkan suara-Nya dan berkata: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-
Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia."
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
G. Pandangan Alkitab Terhadap Allah Tritunggal
Hal pertama yang perlu kita tegaskan adalah bahwa kita tidak menemukan istilah Allah
Tritunggal di dalam Alkitab. Karena itu, ada sebagian orang yang menolak pandangan Allah
Tritunggal karena menurut mereka istilah itu tidak pernah ditemukan di dalam Alkitab, baik di dalam
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Selanjutnya, mereka itu menyatakan bahwa ajaran Allah
Tritunggal hanya merupakan ciptaan dari bapak-bapak Gereja mula-mula. Benarkah demikian?
Jawabnya adalah, memang istilah Allah Tritunggal tidak ditemukan, baik di dalam Perjanjian Lama
maupun Perjanjian Baru. Jika kita melihat perkembangan doktrin Tritunggal tersebut, memang hal itu
tidak terlihat secara jelas dinyatakan di dalam Perjanjian Lama. Umat Allah di dalam Perjanjian Lama
malah terus menerus diperingatkan bahwa Allah itu esa (Ulangan 6:4). Hukum Taurat pertama dari
sepuluh Hukum Taurat menegaskan : Jangan ada padamu allah lain di hadapanKu (Kel.20:3). Itulah
sebabnya umat Allah di dalam Perjanjian Lama hanya beribadah kepada YHWH.
Namun demikian, kehadiran Yesus Kristus dan Roh Kudus di Perjanjian Baru membuat
pemahamaman akan keesaan Allah tersebut perlu dipikirkan ulang. Siapakah Yesus Kristus? Siapakah
Roh Kudus? Apakah Yesus manusia biasa, atau sekedar seorang nabi seperti nabi lainnya di dalam
Perjanjian Lama? Penulis-penulis Perjanjian Baru memberi pengajaran bahwa Yesus dan Roh Kudus
adalah pribadi Allah juga. Sekalipun terjadi pro-kontra di dalam gereja mula-mula tentang pribadi
Yesus, namun akhirnya, pada tahun 325 hal itu dapat diselesaikan melalui sidang "oikumene" (konsili)
pertama di Necea bahwa Yesus adalah Allah. Pengakuan bahwa Yesua adalah Allah diteguhkan dalam
konsili-konsili selanjutnya, seperti Konsili Efesus (431), Chalcedon (451). Demikian juga keAllahan
Roh Kudus diteguhkan melalui Konsili kedua di Konstantinopel pada tahun 381. Jika d emikian
halnya, apakah Alkitab mengajarkan adanya tiga Allah? Tentu saja tidak, sebab sebagaimana kita lihat
pada Hukum Taurat pertama, Allah menegaskan untuk tidak menyembah Allah lain di luar Dia
Pengakuan kepada Allah yang esa merupakan pengakuan mutlak yang tidak dapat ditawar-
tawar (Ulangan 6:4). Di dalam Injil Perjanjian Baru, kita juga menemukan penegasan akan keesaan
Allah tersebut, baik oleh Tuhan Yesus (Yoh.10:30) maupun oleh rasul-rasul (1Tim.2:5). Dari
pengajaran Alkitab tersebut, kita melihat bahwa di satu sisi Alkitab menegaskan keesaan Allah, tapi di
sisi lain, kita menemukan adanya kejamakan di dalam keesaan tersebut. Dari kenyataan tersebut,
bapak-bapak Gereja mencoba memahami dan menjelaskannya. Tentu saja, sebagaimana kita sebutkan
di atas, ada pemahaman yang tidak sesuai dengan pengajaran Alkitab, seperti Sabellianisme dan
Arianisme dan ada juga yang sesuai dengan ajaran Alkitab, sebagaimana diajarkan oleh Athanasius.
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
Apakah adanya sifat kejamakan di dalam Allah yang esa tersebut hanya ditemui di dalam
Perjanjian Baru? Sebenarnya, jika kita meneliti Perjanjian Lama, kita juga menemukan adanya unsur
kejamakan tersebut. Kejamakan tersebut dapat ditemukan ketika kita membaca kalimat pertama
Perjanjian Lama. Dalam Kej.1:1 kita membaca: Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Di
dalam bahasa aslinya (Ibrani) kalimat tersebut berbunyi: Be reshit bara Elohim et ha shamayim ve et
ha aretz. Kata Elohim menandakan jamak (bandingkan dengan Yes.6:2 di mana banyak mahluk
surgawi (serafim) melayani Allah). Salah satu oknum dari Allah Tritunggal tersebut segera disebut
secara eksplisit pada ayat 2: Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Selanjutnya, kita juga
dapat menemukan kejamakan tersebut dalam kisah penciptaan manusia: Baiklah KITA menjadikan
manusia menurut gambar dan rupa kita ( (Kej.1:26). Lalu bagaimana dengan Perjanjian Baru? Ketiga
oknum Tritunggal dinyatakan dengan sangat jelas. Misalnya, dalam kisah pembaptisan Yesus
(Mark.1:9-11), kisah pengutusan pada saat Yesus memberikan amanat agung: Mat.28:19, pada saat
khotbah perpisahan (Yoh.16:4-7), juga dalam memberi berkat (2 Kor.13:13).
DIKTAT BAHAN AJAR PAK
DAFTAR PUSTAKA
A.M. Mangunwijaya, Mengatasi Hambatan-hambatan Kepribadian, Yogyakarta, Yayasan Canisius.
A.P. Budiyono, Mendalami Kitab Suci Dalam Kelompok dengan 30 orang, Yogyakarta, Yayasan
Canisius.
Dahler, R.Franz. 1978. Masalah Agama. Yogyakarta : Kanisius
Ismantoro, SJ. 1992 Kuliah Agama Katolik di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta
KomisiKateketik KWI. 1992.Pendidikan Agama Katolik. Jakarta
KWI 1997 Iman Katolik. Jakarta : kanisius dan Obor
Lembaga Alkitab Indonesia. 1991. Alkitab. Jakarta
Maryanto Ernest./1987.Persiapan Krisma Suci. Yogyakarta:Kanisius
R. Hardowiyono Sy, Membina Jamaat Beriman, Jakarta, Dokpen MAWI.
Riberu J. 1986. Materi Kuliah Agama Katolik di Perguruan Tinggi. Jakarta
Thom Yakobs, Dinamika Gereja, Yogyakart, Yayasan Canisius.
V. Riberu, Ilham bagi para pengilham, Jakarta, Suseat.
Top Related