TUGAS JURNAL
BESIFLOXACIN SEBAGAI TERAPI PADA KONJUNGTIVITIS BAKTERI
OLEH
Rifka Humaida
1118011110
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSIITAS LAMPUNG
RUMAH SAKIT UMUM ABDUL MULUK
BANDAR LAMPUNG
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas berjudul Besifloxacin Sebagai Penatalaksanaan
Konjungtivitis Bakteri. Adapun penulisan tugas ini dibuat dengan tujuan untuk
memenuhi salah satu tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Mata di
Rumah Sakit Abdoel Moeloek.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada dokter pembimbing
yang telah bersedia memberikan bimbingan dalam penyusunan tugas ini, juga
kepada semua pihak yang telah turut serta dalam membantu penyusunan tugas ini
sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunannya laporan kasus ini masih memiliki
banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati penulis mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan laporan kasus
ini. Akhirnya semoga tugas ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi
kita semua
Bandar Lampung, Maret 2016
Penulis
BAB IPENDAHULUAN
Konjungtivitis merupakan penyakit mata yang paling umum di dunia.
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjuntiva atau peradangan pada
selaput lendir yang menutupi belakang kelopak mata dan bola mata1. Umumnya
konjungtivitis ini bermanifestasi dalam bentuk iritasi dan pelebaran pembuluh
darah (injeksi) bilateral, eksudat purulen dengan palpebra saling melengket saat
bangun tidur dan kadang-kadang terdapat edema pada palpebra.1,2,3
Kebanyakan konjungtivitis bakteri akut dapat sembuh sendiri dalam 7 hari
tanpa pengobatan, tetapi pengobatan empiris menggunakan antibiotik topikal
memberikan banyak manfaat terhadap pasien dimana dapat memperpendek durasi
penyakit1,2,3. Pada pasien yang mendapatkan terapi empiris menunjukan
penyembuhan penyakit yang lebih cepat yakni 2-5 hari2,3. Keuntungan lain yang
dapat diperoleh dari pemberian antibiotik topikal akan mengurangi penularan
infeksi dan mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut seperti selullitis,
panophthalmitis, dan keratitis.3
Organisme yang paling sering menyebabkan konjungtivitis bakteri adalah
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae.
Meskipun Staphylococcus epidermis, Enterococcus spp, Moraxella spp,
Streptococci viridans groups, Escherichia coli, Serratia marcescens, Proteus
mirabilis dan Pseudomonas aeruginosa juga merupakan penyebab konjuntivitis
bakteri meskipun jarang ditemukan1,2,5
Golongan antibiotik yang digunakan untuk terapi konjuntivitis bakteri
antara lain sulfonamide (sulfacetamide), aminoglycosides (gentamicin dan
tobramycin), polymyxin B-based formulations (bacitracin dan polymyxin B in
combinations with trimethoprim, neomycin, sulfacetamide, or gramicidin),
macrolides (erythromicin and azitromycin), adn fluroquinolones (ciprofloxacin,
ofloxacin, levofloxacin, gatifloxacin, moxifloxacin, and besifloxacin)3.
Fluoroquinolones terlah berhasil digunakan dalam ophtalmology selama
hampir dua dekade terakhir. Fluoroquinolones merupakan golongan antibiotik
spektrum luas terhadap bakteri gram positif, gram negative dan anaerob. Saat ini
fluoroquinolones digunakan sebagai first line dalam terapi konjuntivitis bakteri4,6.
Besifloxacin merupakan topical okular terbaru yang merupakan golongan
fluoroquinolon yang sedang dikembangkan. Besifloxacin opthalmic suspension
0,6% telah digunakan di US dan Canada sebagai terapi konjungtivitis bakteri
sejak tahun 20092,4,6. Besifloxacin memiliki struktur molekular yang unik yang
memiliki potensi yang tinggi sebagai antibakteri. Dalam tes kerentanan,
menunjukkan besifloxacin memiliki kerentanan terhadap berbagai macam patogen
termasuk patogen yang yang resisten terhadap golongan fluoroquienolons lainnya
terutama yang resisten terhadap Staphylococcal spp serta antibiotik lain3,4,6.
Sebelumnya telah dilakukan penelitian yang membandingkan efektivitas
pemberian Besifloxacin opthalmic suspension 0,6% dengan Moxifloxacin
opthalmic solutions 0,5% terhadap konjungtivitis bakteri yang diberikan 3 kali
sehari selama 5 hari, menunjukkan hasil bekerja lebih efektif Besifloxacin untuk
terapi konjuntivitis bakteri dibandingkan Moxifloxacin. Pemberian besifloxacin 2
kali sehari dalam 3 hari memberikan efektivitas lebih baik dalam penatalaksanaan
konjungtivitis bakteri3.
Dalam artikel riview ini akan menjelaskan tentang besifloxacin tentang
mekanisme kerja, pharmakokinetik serta efektivitas dan keaamanan. Untuk
mengetahui potensi Besifloxacin dalam penatalaksaan dan pencegahan infeksi
bakteri pada mata.
BAB II PEMBAHASAN
A. Mekanisme Kerja
Besifloxacin telah digunakan di US dan Canada sejak tahun 2009 sebagai
terapi konjungtivitis bakteri. Besifloxacin merupakan golongan fluoroquinolon
pertama yang dikembangkan secara khusus sebagai obat tipokal mata yang
digunakan yang tidak mempunyai indikasi sitemik3.
Fluoroquinolon bekerja dengan cara menghambat 2 enzim penting yang
berperan dalam sintesis DNA bakteri yakni Topoisomerase II (sintesis DNA) dan
Topoisomerase IV. Topoisomerase II relaxes supercoils merupakan untaian
ganda DNA bakteri yang memfasilitasi replikasi DNA. Sedangkan Topoisomerase
IV bekerja dengan cara memutuskan kromosom dua sel pada setiap akhir
replikasi. Proses ini sikenal sebagai decatenation3,6. Berikatan dengan enzim DNA
yang nantinya akan membentuk suatu ikatan kompleks fluoroquinolon-enzim-
DNA. Flouroquinolos bekerja dengan cara menghambat enzim topoisomerase,
mengambat terjadinya replikasi DNA, dan akhirnya akan membunuh bakteri6.
Agen fluoroquinolon terdahulu seperti ofloxacin dan ciprofloxacin bekerja
dengan cara mengikat salah satu agen penting. Pada gram negatif dia bekerja
dengan cara menghambat enzim topoisomerase II, sedangkan pada gram positif
bekerja dengan cara menghambat enzim topoisomerase IV. Sedangkan agen
fluoroquinolon terbaru seperti moxifloxacin dan gatifloxacin mempunyai aktivitas
ganda dengan cara menghambat kedua ezim topoisomerase II dan IV3,4,6.
Kedua mekanisme ini akan meningkatkan aktivitas antimikroba, khusunya
pada gram positif. Selain itu bekerja meghambat enzim topoisomerase dengan
sangat baik serta mengurangi terjadinya perlawanan spontan, yang bekerja sebagai
dua titik mutasi yang diperlukan enzim yang dapat menyebabkan terjadinya
resistensi terhadap fluoroquinolon dan mutasi ganda6.
Besifloxasin merupakan agen terbaru fluoroquinolon, yang bekerja dengan
cara menghambat kedua enzim toposoimerase yang mempunyai efektivitas lebih
tinggi. Bekerja secara seimbang dalam menghambat enzim Toposoimerase II dan
IV. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Cambau et.al pada tahun 2009,
didapatkan pada S. Pneumonia besifloxacin memiliki aktivitas in vitro lebih besar
dalam menghambat enzim toposoimerase I dan IV dibandingkan dengan
moxifloxacin atau ciprofloxacin3,6. Konsentrasi yang dibutuhkan untuk
menghambat 50% isolasi agen S.Pneumonia DNA gyrase 16 kali lipat lebih
rendah dibandingkan ciprofloxacin dan empat kali lebih rendah dibandingkan
moxifloxacin3. Konsistensi yang seimbang dalam menghambat kedua enzim
bakteri mengurangi angka kejadian terjadinya resistensi bakteri. Angka resistensi
besifloxacin terhadap S. Aureus dan S. Pneumonia dua kali lebih rendah
dibandingkan dengan angka resistensi terhadap ciprofloxacin terutama pada
bakteri gram postif yang menghambat dari enzim topisemerase IV3,6.
Besifloxacin selain sebagai antimikroba juga memiliki fungsi sebagai anti
inflamasi pada infeksi mata. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zang et.al
pada tahun 2008, besifloxacin memiliki efek menghambat sintesis sitokin pro-
inflammatory di mata serta menghambat stimulus interleukin B dan
lipopolysakarida6.
B. Aktivitas Antimikroba
Molekuler besifloxacin memiliki sebuah strukur kima yang hampir mirip
dengan gatifloxacin dan moxifloxacin tetapi perbedaannya pada besifloxacin
mempunyai klorin atom pada posisi C-8 (menggantikan C-8 methoxy group pada
moxifloxacin dan gatifloxacin) dan amino-azepinyl gropu pada C-7(menggantikan
substansi pyrrolol-pyridinyl dan methyl-piperazinyl pada moxifloxacin dan
gatifloxacin). Merupakan sebuah kombinasi yang unik lebih baik dan diyakini
bahwa besifloxacin mempunyai potensi antibakteri yang lebih baik dibandingkan
dengan generasi fluoroquinolon lainnya3,6.
Menurut penelitiin yang dilakukan oleh Has et.al dievaluasi aktivitas in
vitro besifoloxacib menggunakan 2.690 isolasi bakteri klinis dari 40 spesies, yang
di kumpulkan di US dari mata dan spesimen pernafasan antara tahun 2005 dan
2008. Didaptkan hasil mempunyai konsistensi yang seimbang dalam penargetan
topoisimerase II dan topoisemerase IV. Nilai konsentrasi hambatan minimum
menunjukkan besifloksasin bekerja lebih aktif terhadap bakteri gram positif, gram
negatif dan, organisme anaerob. Termasuk pada bakter-bakteri yang paling sering
menyebebkan infeksi pada mata seperti S. Aureus , S. Epidermis, S. Pneumonia,
dan Haemophilus infuenza6. Diantara agen topikal yang sering digunakan dalam
tatalaksana infeksi mata seperti moxifloxacin, gatifloxacin, azitromycin, dan
tobramycin – besifloxacin memiliki aktivitas invitro terbaik dimana mempunyai
konsentrasi hambatan minimum terutama pada patogen gram positif dan anerob
serta menunjukkan hasil lebih baik atau setara pada isolasi bakteri gram negatif3,6.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Haas et al, dengan menganalisis
mikroba terhadap besifloxacin menggunakan tiga jenis uji klinis. Dari tiga uji
klinis, menggunakan 1.324 isolasi konjuntivitis bakteri yang memiliki lebih dari
70 spesies yang didapat dari pasien di US dan Asia. Menunjukkan hasil MIC
secara keseluruhan besifloxacin (0,06 ug/mL untuk MIC50 dan 0,25 ug/mL untuk
MIC90 pada semua agen isolasi). Besifloxacin mempunyai potensi yang paten
terhadap bakteri gram positif termasuk terhadapt bakteri yang terlah resisten
terhadap golongan fluoroquinolon lainnya3,6.
Resistensi bakteri terhadap flouroquinolon muncul akibat terjadinya
mutasi bakteri terhadap topoisomerase II dan topoisomerase IV. Besifloxacin
memiliki potensi yang lebih besar terhadap agen strain yang resisten terhadap
fluoroquinolon, pada besifloxacin terjadinya mutasi topoisemerase tidak terlalu
berpengaruh dibandingan dengan golongan fluoroquinolon lainnya3,6.
C. Tingkat Keamanan
Besifloxacin memiliki administrasi topikal mata yang mencapai
konsentrasi yang tinggi di dalam plasma. Besifloxacin mempunyai potensi terapi
yang tinggi serta efektif dan mempunyai efek samping sistemik yang minimal.
Besifloxacin menunjukkan keamanaan dan toleransi yang baik pada mata dalam
uji klinis konjuntivitis. Pemberian besifloxacin selama tiga kali sehari selama lima
hari dan dua kali sehari selama 3 hari menunjukkan tidak mempunyai efek
samping yang berbahaya4.
BAB IIIKESIMPULAN
Besifloxacin merupakan topikal baru C-8 chlorofluoroquinolone yang memilki
potensi yang kuat, mempunyai spketrum yang luas, serta mempunyai profil
farmakokinetik yang samsama mendukung penggunaannya dalam pengobatan
empiris pada infeksi mata. Besifloxacin telah ditetapkan sebagai pengobatan yang
efektif dan aman untuk konjuntivitis bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Voughan D, Asbury T. 2013. General Ophthalmology 18th
Edition. Singapore: Lange 2. Morris TW, Gearinger LS, Usner DW, Paterno MR, Decory
HH, Comstock TL, Haas W. Integreted Analysis Of Three Bacterial Conjuntivitis Trials Of Besifloxacin Ophtalmic Suspension 0,6% : Microbiollogical Eradication Outcomes. Clin Ophthalmology. 2011:5 1359-1367
3. O’Brien PT. Besifloxacin Opthalmic Suspension 0,6% : a Novel Topical Fluoroquinolon for Bacterial Conjuntivitis. Review. Opthalmology. 2012 29(6):473-490
4. Malhotra R, Ackerman S, Gearinger SL, Morris TW, Allaire C. The safety of besifloxacin ophtalmic suspension 0,6% used three times daily for 7 days in the treatment of bacterial conjuntivitis. Drugs RD. 2013;13:243-252.
5. Silverstein BE, Morris TW, Gearinger LS, Decory HH, Comstock TL. Besifloxacin Ophtalmic Suspensions 0,6% In The Treatment Of Bacterial Conjuntivitis Patiens With Pseudomonas Aeroginosa Infections. Clin Ophthalmology. 2012;6: 1987-1996
6. Mah SF, Sanfilippo MC. Besifloxacin; Efficacy and Safety in Treatment and Preventin of Oculoar Bacterial Infection. Review in United States. J Ocular Pharmacol Ther. 2016