5/28/2018 BAB I
1/18
1
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar belakangMasalah ketuntasan dalam belajar merupakan masalah yang sangat penting bagi para
siswa sekolah dasar dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah
ditetapkan, terlebih lagi bagi para siswa yang mengalami kesulitan belajar. Munculnya model
pembelajaran tuntas sebagai salah satu bentuk inovasi dalam dunia pendidikan saat ini
bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan usaha belajar siswa dalam rangka mencapai
tingkat penguasaan kompetensi (mastery level) yang memadai. Dengan ditempatkannya
model pembelajaran tuntas sebagai pendukung pelaksanaan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) maka berarti semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan kurikulum
tersebut harus memahami dengan benar model pembelajaran tuntas baik secara konseptual
maupun penerapannya dalam proses pembelajaran
Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang
bertujuan untuk memotivasi peserta didik mencapai penguasaan (mastery level) terhadap
kompetensi tertentu. Pembelajaran tuntas adalah pola pembelajaran yang menggunakanprinsip ketuntasan secara individual. Selanjutnya dilakukan penilaian terhadap hasil
pembelajaran untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik, serta digunakan
sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki proses
pembelajaran.
Untuk mengukur penguasaan kompetensi perlu dikembangkan suatu penilaian yang
mencakup seluruh kompetensi dasar dengan menggunakan indikator yang telah ditetapkan
oleh pendidik. Penilaian terhadap hasil pembelajaran menggunakan sistem penilaian
berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk
menentukan kompetensi dasar yang telah dikuasai dan belum dikuasai serta mengetahui
kesulitan belajar peserta didik. Apabila peserta didik belum menguasai suatu kompetensi
dasar harus mengikuti proses pembelajaran kemudian dilakukan penilaian untuk mengukur
pencapaian kompetensi.
5/28/2018 BAB I
2/18
2
Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan bimtek KTSP tahun 2008 dan 2009 yang
dilaksanakan oleh Direktorat Pembinaan SMA ditemukan bahwa pada umumnya pendidik
telah melaksanakan remedial dan pengayaan tetapi tidak melalui analisis hasil belajar peserta
didik. Selain itu sering ditemukan pendidik melakukan tes ulang terhadap peserta didik yang
remedial tanpa melakukan perbaikan proses pembelajaran yang berdasarkan analisis hasil
belajar peserta didik. Oleh karena itu, Direktorat Pembinaan SMA memandang perlu
menerbitkan Petunjuk Teknis Pembelajaran Tuntas, Remedial, dan Pengayaan di SMA
B.Rumusan masalah1. Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran tuntas?2. Bagaimanakah ciri-ciri dari belajar tuntas ?3. Bagaiman penerapan filosofis belajar tuntas dalam kurikulum 2013.
C.Tujuan1. Mendefinisikan belajar tuntas2. Mendeskripsikan ciri-ciri belajar tuntas3. Menerapkan filosofi belajar tuntas dalam Kurikulum 2013.
D.Manfaat.1. Dapat Mendefinisikan belajar tuntas dan dapat mengaplikasi di dalam proses
pembelajaran2. Dapat Mendeskripsikan ciri-ciri belajar tuntas3. Dapat Menerapkan filosofi belajar tuntas dalam Kurikulum 2013.
5/28/2018 BAB I
3/18
3
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengetian Belajar Tuntas (Mastery Learning)Mastery learning merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menganut azas
ketuntasan belajar. Belajar tuntas (Mastery Learning) adalah pendekatan pembelajaran
berdasar pandangan filosofis bahwa seluruh peserta didik dapat belajar jika mereka mendapat
dukungan kondisi yang tepat. Konsep belajar tuntas adalah proses belajar yang bertujuan agar
bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya cara menguasai materi secara penuh. Belajar
tuntas ini merupakan strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan
pendekatan kelompok. Dengan sistem belajar tuntas diharapkan proses belajar mengajar
dapat dilaksanakan agar tujuan instruksional yang akan dicapai dapat diperoleh secara
optimal sehingga proses belajar lebih efektif dan efisien, (Sukmadinata, Nana Syaodih,
2005).
Tolok ukur yang digunakan pada pencapaian hasil belajar dengan pendekatan tersebut
adalah tingkat kemampuan siswa per orang, bukan perkelas. Dengan demikian, siswa yang
memiliki tingkat kecerdasan atau penguasaan pengetahuan dan keterampilan diatas rata-rata
kelas, siswa yang bersangkutan berhak memperoleh pengayaan materi atau melanjutkan ke
unit kompetensi selanjutnya, sebaliknya apabila siswa tersebut belum mampu mencapai
standar kompetensi yang diharapkan maka siswa tersebut harus mengikuti program perbaikan
(remedial) materi.
Dalam pelaksanaannya peserta didik memulai belajar dari topik yang sama dan pada
waktu yang sama pula. Perlakuan awal belajar terhadap siswa juga sama. Siswa yang tidak
dapat menguasai seluruh materi pada topik yang dipelajarinya mendapat pelajaran tambahan
sehingga mencapai hasil yang sama dengan kelompoknya. Siswa yang telah tuntas mendapat
pengayaan sehingga mereka pun memulai mempelajari topik baru bersama-sama dengan
kelompoknya dalam kelas.
Pendekatan dalam proses belajar-mengajar adalah menyertai siswa dalam
menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dalam rangka membantu memahami,
melaksanakan dan menyimpulkan dari materi yang diberikan guru sehingga siswa merasa
5/28/2018 BAB I
4/18
4
terbimbing, terarah sesuai tujuan pembelajaran yang dikehendaki dalam suasana yang bebas
dari ketertekanan dan menyenangkan.
Teknik pendekatan yang dipilih adalah salah satu cara guru melakukan inovasi dan
terobosan dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Kegiatan pendekatan terhadap siswa
dalam penelitian tindakan kelas ini diwujudkan dalam partisipasi siswa dan guru dalam
menghadapi tugas-tugas siswa. Partisipasi dimaksudkan sebagai keterlibatan mental dan
emosi serta fisik anggota dalam memberikan inisiatif terhadap kegiatan yang dilancarkan
oleh organisasi serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggung jawab atas
keterlibatannya.
Pendekatan belajar tuntas (mastery learning) dapat dilaksanakan dan mempunyai efek
meningkatkan motivasi belajar intrinsik. Pendekatan ini mengakui dan mengakomodasi
semua siswa yang mempunyai berbagai tingkat kemampuan, minat, dan bakat tadi asal
diberikan kondisi-kondisi belajar yang sesuai. Dalam penelitian ini, partisipasi yang
dimaksud adalah keikutsertaan atau keterlibatan siswa kelas dalam kegiatan yang
diselenggarakan oleh guru dalam hal ini adalah proses pembelajaran dalam kelas maupun
pemberian tugas-tugas sebagai tahap menyiapkan diri pada saat ujian semester nantinya. Dari
uraian tersebut kehadiran siswa sangat dominan dalam kegiatan.
Menurut Mansyur (1992) pelaksanaan belajar tuntas terdiri atas langkah-langkahsebagai berikut:
a. Kegiatan orientasiKegiatan ini mengorientasikan setiap siswa terhadap belajar tuntas yang berkenaan
terhadap orientasi tentang apa yang akan dipelajari oleh siswa dan cara belajar yang harus
dilakukan oleh siswa. Guru menjelaskan keseluruhan bahan yang telah dirancang, lalu
melanjutkan dengan pra test.
b. Kegiatan belajar mengajarGuru mengenalkan materi pembelajaran pada satuan pelajaran yang akan dipelajari
dengan cara:
a) Memperkenalkan tabel spesifikasi tentang arti dan cara mempergunakannya untukkepentingan belajar. Mengajukan pertanyaan yang menonjolkan isi bahan yang
disajikan Mengajukan topik umum/konsep umum yang akan dipelajari.
b) Penyajian rencana kegiatan belajar berdasarkan standar kelompok. Tujuannya adalahmenjelaskan apa yang akan dilakuakan siswa dalam kegiatan kelompok.
5/28/2018 BAB I
5/18
5
c) Penyajian pelajaran dalam situasi kelompok berdasarkan satuan pelajaran. Gurumenyampaikan pelajaran sambil memberi peringatan secara periodik untuk menarik
perhatian siswa.
d) Mengidentifikasikan kemajuan belajar siswa yang telah memuaskan dan yang belum.Tes dilakukan setelah satu satuan pelajaran selesai diajarkan.
e) Menetapkan siswa yang hasil pelajarannya telah memuaskan. Mereka diminta untukmembantu temen-temannya sebagai tutor atau diberi tugas pengayaan bahan baginya
sendiri.
f) Memberikan kegiatan kolektif kepada siswa yang hasil belajarnya belum memuaskan.g) Menetapkan siswa yang hasil belajarnya memuaskan
c. Penentuan tingkat penguasaan bahanSetelah satuan pengajaran selesai diberikan, diadakan tes sumatif, dan diperiksa oleh
temannya sendiri berdasarkan petunjuk guru. Mereka sendiri yang menentukan tingkat
penguasaan bahan berdasarkan kriteria penguasaan yang telah ditetapkan sebelumnya.
d. Memberikan atau melaporkan tingkat penguasaan setiap siswa yang bertujuan untukmengetahui tingkat pengayaan mereka, bahan yang sudah dikuasai ditandai dengan M
(mastery) dan yang belum dikuasai ditandai dengan NM (non mastery).
e. Pengecekan keefektifan seluruh programKeefektifan strategi belajar tuntas ditandai dengan hasil yang dicapai siswa, yakni persen
siswa yang mampu tingkat mastery (standar A). Ada dua cara untuk menetukannya yang
dapat dilakukan oleh guru:
1) Membandingkan hasil yang dicapai oleh kelas yang menggunakan strategi belajartuntas dengan kelas yang menggunakan strategi lain.
2) Membuat hipotesis tentang hasil belajar, lalu dibuktikan berdasar hasil belajar kelas(membandingkan tes awal dan tes akhir).
Mengobarkan motivasi belajar dalam diri siswa (motivasi intrinsik) dapat dilakukan
oleh seorang guru yang mempunyai kesabaran. Setiap siswa adalah individu yang unik, yang
mempunyai tingkat kemampuan, minat, dan bakat yang berbeda-beda, baik dalam hal
intensitas maupun arah. Guru yang mempunyai tingkat kesabaran tinggi akan dapat
menunjukkan kepada siswa-siswanya bahwa semua orang mampu mempelajari sesuatu
(termasuk materi ajar di kelas), walaupun dengan alokasi waktu dan upaya yang berbeda-
beda. Adanya alokasi waktu khusus untuk remedial dan pengayaan dalam penerapan KTSP di
5/28/2018 BAB I
6/18
6
sekolah-sekolah memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk menuntaskan belajarnya
pada suatu kajian.
Guru dan siswa bekerjasama secara partisipatif dan persuasif. Penilaian yang dilakukan
mengandung nilai obyektifitas yang tinggi karena penilaian dilakukan oleh guru, teman dan
diri sendiri. Strategi ini tidak mengenal kegagalan siswa, karena siswa yang kurang mampu
dibantu oleh guru dan temannya. Berdasarkan perencanaan yang sistematik, menyediakan
waktu berdasarkan kebutuhan masing-masing individu, berusaha menutupi kelemahan-
kelemahan strategi belajar yang lain, mengaktifkan para guru sebagai regu yang harus
bekerjasama secara efektif sehingga proses belajar mengajar dapat dilaksanakan secara
optimal.
Pada pembelajaran yang menggunakan pendekatan belajar tuntas (mastery learning),
siswa-siswa yang mengalami kesulitan mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
akan mendapatkan pelajaran tambahan (remedial) agar mereka juga bisa sukses melewati
kajian itu. Bagi siswa yang berhasil tuntas menguasai kajian tersebut dapat diberikan program
pengayaan (enrichment). Satu hal penting yang harus diingat dalam penerapan pendekatan
belajar ini adalah: Penggunaan komunikasi yang tepat memegang peranan sangat penting. Ini
berkaitan dengan upaya agar siswa yang lamban tidak merasa rendah diri, dan siswa yang
cepat menguasai suatu kajian tidak menjadi tinggi hati. Juga, kemungkinan efek bahwa
mengulang-ulang suatu kajian dan kebutuhan waktu yang banyak untuk menguasai suatu
materi ajar bagi siswa yang lamban sebagai sesuatu yang memalukan harus dihindarkan,
Efek pendekatan belajar tuntas (mastery learning) justru harus dan dapat diarahkan
oleh guru agar menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri siswa. Guru harus dapat
meyakinkan bahwa semua siswa bisa menguasai suatu materi ajar, walaupun beberapa
memerlukan alokasi waktu yang lebih banyak dan upaya yang lebih keras. Kebutuhan alokasi
waktu yang berbeda-beda, dan upaya keras atau mudah yang diperlukan masing-masing
siswa adalah suatu hal yang sangat alamiah dan lumrah.
Rasa percaya diri yang besar akan muncul seiring penguasaan-penguasaan siswa
lamban terhadap materi ajar. Jika ini dapat dipertahankan dalam setiap pembelajaran yang
dilakukan oleh guru, maka motivasi belajar intrinsik akan muncul secara perlahan dan segera
memberikan efek balik yang luar biasa bagi siswa lamban tersebut dan bahkan seluruh kelas.
5/28/2018 BAB I
7/18
7
Hal lain yang harus diingat, dalam penggunaan pendekatan belajar tuntas (mastery
learning) guru harus lebih sering memberikan umpan balik (feed back) kepada seluruh
anggota kelas. Ini akan memberikan informasi kepada siswa tentang kemajuan penguasaan
mereka terhadap suatu kajian yang sedang dipelajari, juga titik-titik kelemahan mereka yang
masih harus diperbaiki. Kejelasan informasi sedang berada di titik mana kemampuan siswa
dibanding penguasaan materi ajar yang harus dituntaskan oleh siswa akan membantu siswa-
siswa belajar dengan lebih efektif dan efisien.
Konsep dasar yang perlu mendapat perhatian pendidik ialah peta sebaran potensi
sebelum siswa mendapat perlakuan belajar. Secara empirik data potensi tersebar normal
(Direktorat Dikmenum:2003). Hal itu mengandung arti bahwa hampir seluruh data berada
dalam kurva. Berdasarkan konsep ini maka siswa di kelompokkan dalam 3 kelompok yaitu
atas, tengah dan bawah. Kelompok atas berarti siswa yang dapat belajar dengan cepat,
kelompok tengah siswa rata-rata, dan kelompok bawah adalah siswa yang berkarakter belajar
lambat. Seperti dalam distribusi sebaran IQ pengelompokan berdasarkan proporsi antara 26%
kelompok atas dan 26% kelompok bawah, dan 68% kelompok tengah pada antara 85 -115.
Satu persen dari kelompok atas tergolong siswa yang amat cerdas, dan dua persen dari
kelompok bawah siswa yang daya belajarnya sangat lambat. Tingkat ketuntasan bermacam-
macam dan merupakan persyaratan yang harus dicapai siswa. Persyaratan penguasaan bahantersebut berkisar antara 75% sampai dengan 90%.
B.Ciri-ciri Pembelajaran TuntasMenurut Ahmadi, Abu, dkk. (2005) ada beberapa ciri belajar tuntas (mastery
learning), yaitu :
1. Siswa dapat belajar dengan baik dalam kondisi pengajaran yang tepat sesuai denganharapan pengajar.
2. Bakat seorang siswa dalam bidang pengajaran dapat diramalkan, baik tingkatannyamaupun waktu yang dibutuhkan untuk mempelajari bahan tersebut. Bakat berfungsi
sebagai indeks tingkatan belajar siswa dan sebagai suatu ukuran satuan waktu.
3. Tingkat hasil belajar bergantung pada waktu yang digunakan secara nyata oleh siswauntuk mempelajari sesuatu dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan untuk
mempelajarinya
4. Tingkat belajar sama dengan ketentuan, kesempatan belajar bakat, kualitaspengajaran, dan kemampuan memahami pelajaran.
5/28/2018 BAB I
8/18
8
5. Setiap siswa memperoleh kesempatan belajar yang berdiferensiasi dan kualitaspengajaran yang berdiferensiasi pula.
C.Indikator Pelaksanaan Pembelajaran Tuntas1. Metode Pembelajaran
Strategi pembelajaran tuntas sebenarnya menganut pendekatan individual, dalam arti
meskipun kegiatan belajar ditujukan kepada sekelompok peserta didik (klasikal), tetapi juga
mengakui dan memberikan layanan sesuai dengan perbedaan-perbedaan individual peserta
didik, sehingga pembelajaran memungkinkan berkembangnya potensi masing-masing peserta
didik secara optimal.
Adapun langkah-langkahnya adalah :
1. mengidentifikasi prasyarat (prerequisite),2. membuat tes untuk mengukur perkembangan dan pencapaian kompetensi,3. mengukur pencapaian kompetensi peserta didik.Metode pembelajaran yang sangat ditekankan dalam pembelajaran tuntas adalah
pembelajaran individual, pembelajaran dengan teman atau sejawat (peer instruction), dan
bekerja dalam kelompok kecil. Berbagai jenis metode (multi metode) pembelajaran harus
digunakan untuk kelas atau kelompok.
Pembelajaran tuntas sangat mengandalkan pada pendekatan tutorial dengan sesion-sesion
kelompok kecil, tutorial orang perorang, pembelajaran terprogram, buku-buku kerja,
permainan dan pembelajaran berbasis komputer.
2. Peran Guru
Strategi pembelajaran tuntas menekankan pada peran atau tanggung jawab guru dalam
mendorong keberhasilan peserta didik secara individual. Pendekatan yang digunakan
mendekati model Personalized System of Instruction (PSI) seperti dikembangkan oleh Keller,
yang lebih menekankan pada interaksi antara peserta didik dengan materi/objek belajar.
Peran guru harus intensif dalam hal-hal berikut:
1. Menjabarkan/memecah KD (Kompetensi Dasar) ke dalam satuan-satuan (unit-unit)yang lebih kecil dengan memperhatikan pengetahuan prasyaratnya.
2. Mengembangkan indikator berdasarkan SK/KD.3. Menyajikan materi pembelajaran dalam bentuk yang bervariasi4. Memonitor seluruh pekerjaan peserta didik5. Menilai perkembangan peserta didik dalam pencapaian kompetensi (kognitif,
psikomotor, dan afektif)
6. Menggunakan teknik diagnostik
5/28/2018 BAB I
9/18
9
7. Menyediakan sejumlah alternatif strategi pembelajaran bagi peserta didik yangmengalami kesulitan
3. Peran Peserta didik
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang memiliki pendekatan berbasis
kompetensi sangat menjunjung tinggi dan menempatkan peran peserta didik sebagai subjek
didik. Fokus program pembelajaran bukan pada Guru dan yang akan dikerjakannya
melainkan pada Peserta didik dan yang akan dikerjakannya. Oleh karena itu, pembelajaran
tuntas memungkinkan peserta didik lebih leluasa dalam menentukan jumlah waktu belajar
yang diperlukan. Artinya, peserta didik diberi kebebasan dalam menetapkan kecepatan
pencapaian kompetensinya. Kemajuan peserta didik sangat bertumpu pada usaha serta
ketekunannya secara individual.
4. Evaluasi
Penting untuk dicatat bahwa ketuntasan belajar dalam KTSP ditetapkan dengan
penilaian acuan patokan (criterion referenced) pada setiap kompetensi dasar dan tidak
ditetapkan berdasarkan norma (norm referenced). Dalam hal ini batas ketuntasan belajar
harus ditetapkan oleh guru, misalnya apakah peserta didik harus mencapai nilai 75, 65, 55,
atau sampai nilai berapa seorang peserta didik dinyatakatan mencapai ketuntasan dalam
belajar.
Asumsi dasarnya adalah:
1) bahwa semua orang bisa belajar apa saja, hanya waktu yang diperlukan berbeda,2) standar harus ditetapkan terlebih dahulu, dan hasil evaluasi adalah lulus atau tidak
lulus.
Sistem evaluasi menggunakan penilaian berkelanjutan, yang ciri-cirinya adalah:
1) Ulangan dilaksanakan untuk melihat ketuntasan setiap Kompetensi Dasar2) Ulangan dapat dilaksanakan terdiri atas satu atau lebih Kompetensi Dasar (KD)3) Hasil ulangan dianalisis dan ditindaklanjuti melalui program remedial dan program
pengayaan.
4) Ulangan mencakup aspek kognitif dan psikomotor5) Aspek afektif diukur melalui kegiatan inventori afektif seperti pengamatan, kuesioner,
dsb.
Sistem penilaian mencakup jenis tagihan serta bentuk instrumen/soal. Dalam
pembelajaran tuntas tes diusahakan disusun berdasarkan indikator sebagai alat diagnosisterhadap program pembelajaran. Dengan menggunakan tes diagnostik yang dirancang secara
5/28/2018 BAB I
10/18
10
baik, peserta didik dimungkinkan dapat menilai sendiri hasil tesnya, termasuk mengenali di
mana ia mengalami kesulitan dengan segera. Sedangkan penentuan batas pencapaian
ketuntasan belajar, meskipun umumnya disepakati pada skor/nilai 75 (75%) namun batas
ketuntasan yang paling realistik atau paling sesuai adalah ditetapkan oleh guru mata
pelajaran, sehingga memungkinkan adanya perbedaan dalam penentuan batas ketuntasan
untuk setiap KD maupun pada setiap sekolah dan atau daerah.
Mengingat kecepatan tiap-tiap peserta didik dalam pencapaian KD tidak sama, maka
dalam pembelajaran terjadi perbedaan kecepatan belajar antara peserta didik yang sangat
pandai dan pandai, dengan yang kurang pandai dalam pencapaian kompetensi. Sementara
pembelajaran berbasis kompetensi mengharuskan pencapaian ketuntasan dalam pencapaian
kompetensi untuk seluruh kompetensi dasar secara perorangan. Implikasi dari prinsip tersebut
mengharuskan dilaksanakannya program-program remedial dan pengayaan sebagai bagian
tak terpisahkan dari penerapan sistem pembelajaran tuntas.
D.Prinsip-prinsip Pembelajaran TuntasPara pengembang konsep belajar tuntas mendasarkan pengembangan pengajarannya
pada prinsip-prinsip sebagai berikut (Sukmadinata, Nana Syaodih, 2005) :
1. Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal dapat menguasaisebagian terbesar bahan yang diajarkan. Tugas guru untuk merancang pengajarannya
sedemikian rupa sehingga sebagian besar siswa dapat menguasai hampir seluruh bahan
ajaran.
2. Guru menyusun strategi pengajaran tuntas mulai dengan merumuskan tujuan-tujuankhusus yang hendak dikuasai oleh siswa.
3. Sesuai dengan tujuan-tujuan khusus tersebut guru merinci bahan ajar menjadi satuan-satuan bahan ajaran yang kecil yang medukung pencapaian sekelompok tujuan tersebut.
4. Selain disediakan bahan ajaran untuk kegiatan belajar utama, juga disusun bahan ajaranuntuk kegiatan perbaikan dan pengayaan. Konsep belajar tuntas sangat menekankan
pentingnya peranan umpan balik.
5. Penilaian hasil belajar tidak menggunakan acuan norma, tetapi menggunakan acuanpatokan.
6. Konsep belajar tuntas juga memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan individual.Prinsip ini direalisasikan dengan memberikan keleluasaan waktu, yaitu siswa yang pandai
atau cepat belajar bisa maju lebih dahulu pada satuan pelajaran berikutnya, sedang siswa
yang lambat dapat menggunakan waktu lebih banyak atau lama sampai menguasai secara
tuntas bahan yang diberikan
5/28/2018 BAB I
11/18
11
E.Kelebihan dan kekurangan pembelajaran tuntas.1. Kelebihan
Menurut Mariana, Alit Made, (2003:21), menyatakan tiga hal kelebihan pembelajaran
tuntas, yaitu:
1)Pembelajaran tuntas lebih efektif daripada pembelajaran yang tidak menganut pahampembelajaran tuntas. Keunggulan pembelajaran tuntas termasuk juga pencapaian siswa
dan retensi (daya tahan konsep yang dipelajari) lebih tahan lama.
2)Efisiensi belajar siswa secara keseluruhan lebih tinggi pada pembelajaran tuntasdaripada pembelajaran yang tidak menerapkan pembelajaran tuntas. Siswa yang
tergolong lambat menguasai standar kompetensi secara tuntas dapat belajar hampir
sama dengan siswa yang mempunyai kemampuan lebih tinggi.
3)Sikap yang ditimbulkan akibat siswa mengikuti pembelajaran tuntas positif,dibandingkan dengan pembelajaran yang tidak menganut faham pembelajaran tuntas.
Adanya sikap positif dan rasa keingintahuan yang besar terhadap suatu materi subyek
yang dipelajarinya. Sikap positif lainnya misalnya adanya rasa percaya diri yang
berarti, kemauan belajar secara kooperatif satu dengan yang lainnya, dan sikap yang
positif terhadap pembelajaran dengan memberikan perhatian yang besar. Pembelajaran
remedial (remedial learning) merupakan bagian dari proses pembelajaran secara
menyeluruh untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan atau
ditetapkan.
2. KekuranganMenurut Mariana, Alit Made, (2003:24) juga menyatakan tentang kelemahan
belajar tuntas diantaranya adalah :
1) Guru-guru yang sudah terlanjur menggunakan teknik lama sulit beradaptasi.2) Memerlukan berbagai fasilitas, dan dana yang cukup besar. Menuntut para guru untuk
lebih menguasai materi lebih luas lagi dari standar yang ditetapkan.
3) Diberlakukannya sistem ujian (UAS dan UAN) yang menuntut penyelenggaraanprogram bidang studi pada waktu yang telah ditetapkan dan usaha persiapan siswa
untuk menempuh ujian.
Dalam pelaksanaan konsep belajar tuntas apabila kelas itu belum biasa
menggunakan strategi belajar tuntas, maka guru terlebih dahulu memperkenalkan prosedur
belajar tuntas kepada siswa dengan maksud memberikan motivasi, menumbuhkan
kepercayaan diri, dan memberikan petunjuk awal.
5/28/2018 BAB I
12/18
12
Perbandingan pembelajaran tuntas
dengan pembelajaran konvensional
NoElement
Pembelajaran tuntas Pembelajaran
konvensional1 Tingkat ketuntasan Diukur dari performance
peserta didik dalam setiap
unit (satuan kompetensi atau
kemampuan dasar
Setiap peserta didik harus
mencapai nilai 75 Diukur
dari performance peserta
didik yang dilakukan
secara acak
2 Satuan acara
pembelajaran
Dibuat untuk satu minggu
pembelajaran, dan dipakai
sebagai pedoman guru serta
diberikan kepada peserta
didik
Dibuat untuk satu minggu
pembelajaran, dan hanya
dipakai sebagai pedoman
guru
3 Pandangan terhadap
kemampuan peserta
didik
Kemampuan hampir sama,
namun tetap ada variasi
Kemampuan peserta didik
dianggap sama
4 Bentuk pembelajaran Dilaksanakan melalui
pendekatan klasikal,
kelompok dan individual
Dilaksanakan sepenuhnya
melalui pendekatan klasikal
5 Cara pembelajaran Pembelajaran dilakukan
melalui penjelasan guru
(lecture), membaca secara
mandiri dan terkontrol,
berdiskusi, dan belajar secara
individua
Dilakukan melalui
mendengarkan (lecture),
tanya jawab, dan membaca
(tidak terkontrol)
6 Orientasi
pembelajaran
Pada terminal performance
peserta didik (kompetensi
atau kemampuan dasar)
secara individual
Pada bahan pembelajaran
7 Peranan guru Sebagai pengelola
pembelajaran untuk
memenuhi kebutuhan peserta
Sebagai pengelola
pembelajaran untuk
memenuhi kebutuhan
5/28/2018 BAB I
13/18
13
didik secara individua seluruh peserta didik dalam
kelas
8 Fokus kegiatan
pembelajaran
Ditujukan kepada masing-
masing peserta didik secaraindividua
Ditujukan kepada peserta
didik dengan kemampuanmenengah
9 Instrumen umpan
balik
Menggunakan berbagai jenis
serta bentuk tagihan secara
berkelanjutan
Lebih mengandalkan pada
penggunaan tes objektif
untuk penggalan waktu
tertentu
10 Cara membantu
peserta didik
Menggunakan sistem tutor
dalam diskusi kelompok
(small-group learningactivities) dan tutor yang
dilakukan secara individua
Dilakukan oleh guru dalam
bentuk tanya jawab secara
klasika
Tabel 2.1
F.Menerapkan filosofi belajar tuntas dalam Kurikulum 2013.Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang merupakan lanjutan pengembangan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dikembangkan pada tahun 2004 lalu,
yang mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu. Proses
pembelajaran didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada tingkat yang memuaskan
dengan memperhatikan karakteristik konten kompetensi dimana pengetahuan adalah konten
yang bersifat tuntas (mastery). Keterampilan kognitif dan psikomotorik adalah kemampuan
penguasaan konten yang dapat dilatihkan. Sedangkan sikap adalah kemampuan penguasaan
konten yang lebih sulit dikembangkan dan memerlukan proses pendidikan yang tidak
langsung. Dalam kurikulum 2013 ini, kompetensi yang semula diturunkan dari mata
pelajaran berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi, dimana
kompetensi tersebut dikembangkan melalui berbagai cara sesuai dengan jenjang pendidikan.
Untuk jenjang sekolah dasar (SD), kompetensi dikembangkan melalui tematik integratif
dalam semua mata pelajaran. Dengan pola tematik integratif ini, buku-buku siswa SD tidak
lagi dibuat berdasarkan mata pelajaran. Namun, berdasarkan tema yang merupakan gabungan
dari beberapa mata pelajaran yang relevan dengan kompetensi di SD. Dalam pembelajaran
tematik-integratif ini, siswa tidak lagi belajar IPA, Bahasa Indonesia, Matematika, atau mata
pelajaran lainnya. Akan tetapi, siswa belajar tema yang didalam tema itu sudah mencakup
5/28/2018 BAB I
14/18
14
seluruh mata pelajaran dan kompetensinya. Dengan kata lain, tidak ada pemisahan antar mata
pelajaran. Melalui sistem tematik integratif ini, indikator mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial akan muncul di kelas IV, V, dan VI SD. Kelebihan dari
sistem tematik integratif ini bisa dilihat dari pemberian materi IPA dan IPS untuk kelas IV
yang akan memberika ruang bagi pendidik untuk lebih mengenalkan lebih dalam mengenai
materi yang diajarkan dengan mengintegrasikannya dengan kehidupan sehari-hari, sehingga
sejak mulai SD, peserta didik sudah dibekali dengan pengetahuan-pengetahuan yang
menyangkut dengan kehidupan sehari-harinya. Lain halnya pada jenjang SMP, dimana
kompetensi dikembangkan melalui mata pelajaran, adapun dalam kurikulum 2013 ini,
terdapat usulan untuk mengelompokkan mata pelajaran. Untuk mata pelajaran pendidikan
agama, PPKn, bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, dan bahasa Inggris, dimasukkan ke
dalam kelompok A. Sementara itu, kelompok B terdiri atas mata pelajaran seni budaya,
penjaskes, dan prakarya (termasuk muatan lokal), dengan pengelompokkan ini, dilakukan
pula penambahan alokasi waktu. Untuk siswa SMP akan ditambahkan alokasi waktu untuk
setiap mata pelajarannya, sedangkan mata pelajarannya ada yang dikurangi, sehingga dalam
setiap mata pelajaran siswa dapat lebih memahaminya dengan baik, dan materi yang
diajarkan akan lebih mendalam dengan proses pencarian sendiri oleh peserta didik tersebut.
Sedangkan untuk jenjang SMA , tidak jauh berbeda dengan jenjang SMP, dimana
pada jenjang SMA ini dikembangkan melalui mata pelajaran wajib dan pilihan, sedangkan
untuk SMK dikembangkan melalui mata pelajaran wajib, pilihan, dan vokasi. Dengan
pengembangan ini, sama halnya dengan pengelompokkan pada jenjang SMP, sehingga siswa
SMA maupun SMK akan lebih mendalami suatu mata pelajaran.
Berdasarkan perkembangan konsep pembelajaran di atas, maka pada kurikulum 2013
sudah mulai memasuki pengertian dari pembelajaran sebagai suatu sistem, dimana sudah
mulai memperhatikan beberapa dimensi yang melandasinya, diantaranya adanya landasan
mengenai kurikulum. Kurikulum sebagai instrumen peningkatan mutu pendidikan terdiri dari
tiga komponen yaitu tujuan, metode, dan isi. Peningkatan kompetensi guru dan penyediaan
sarana dan prasarana pendidikan hanya akan memberikan makna bagi peserta didik jika
diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan yang dirumuskan dalam kurikulum. Pada
konteks Sistem Pendidikan Nasional rumusan tersebut dirumuskan pada Standar Kompetensi
Lulusan (SKL). Pada Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan bab Ketentuan Umum SKL didefinisikan sebagai kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Supaya SKL tersebut dapat
tercapai, maka dalam proses pembelajaran mencakup ketiga hal tersebut, diantaranya sikap
5/28/2018 BAB I
15/18
15
(afektif), pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor). Untuk kurikulum 2013 ini,
pada tingkatan SD, SMP, maupun SMA adanya peningkatan dan keseimbangan antara soft
skills dan hard skills yang meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terpadu.
Adapun berdasarkan model pembelajarannya, dalam kurikulum 2013 standar proses
yang semula terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan
mengamati, menanya, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. Proses
belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat,
dimana guru bukan satu-satunya sumber belajar dan sikap tidak diajarkan secara verbal,
tetapi melalui contoh dan teladan dari pendidik maupun jajarannya. Hal ini menunjukkan
bahwa model pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013 ini merupakan gabungan
dari keempat model yang telah dikemukakan di awal, dimana dari komponen-komponmen
yang terdapat dalam keempat model pembelajaran tersebut, dapat dilaksanakan dalam
kurikulum 2013 yang telah dirumuskan. Namun, yang lebih ditonjolkan adalah model
behavioristik, sehingga dengan kurikulum 2013 ini, pendidik diharapkan lebih
mengembangkan aspek afektifnya, yang seyogyanya dapat menunjang kedua aspek lainnya,
yaitu kognitif dan psikomotor.
BAB III
PENUTUP
5/28/2018 BAB I
16/18
16
A.KesimpulanBelajar tuntas (mastery learning) adalah pendekatan pembelajaran yang didasarkan atas
pandangan bahwa setiap individu memiliki potensi untuk mencapai prestasi belajar optimal
asalkan diberi waktu belajar sesuai dengan kebutuhannya.
Belajar tuntas adalah suatu konsep belajar yang menitik beratkan kepada penguasaan
penuh atau learning for mastery. Penguasaan penuh atau mastery dalam pembelajaran yang
berarti menguasai atau memperoleh kecakapan khusus. Mastery adalah sebuah pernyataan
tentang penguasaan dengan sempurna terhadap tujuan akhir pembelajaran. Para pendidik
berkewajibaan memegang konsep mastery dalam memperlakukan kemampuan peserta didik
sampai pada taraf memiliki kemampuan.
Ciri dari pembelajaran tuntas yaitu, Siswa dapat belajar dengan baik dalam kondisi
pengajaran yang tepat sesuai dengan harapan pengajar, Bakat seorang siswa dalam bidang
pengajaran dapat diramalkan, baik tingkatannya maupun waktu yang dibutuhkan untuk
mempelajari bahan tersebut. Bakat berfungsi sebagai indeks tingkatan belajar siswa dan
sebagai suatu ukuran satuan waktu, Tingkat hasil belajar bergantung pada waktu yang
digunakan secara nyata oleh siswa untuk mempelajari sesuatu dibandingkan dengan waktuyang dibutuhkan untuk mempelajarinya, Tingkat belajar sama dengan ketentuan, kesempatan
belajar bakat, kualitas pengajaran, dan kemampuan memahami pelajaran, dan Setiap siswa
memperoleh kesempatan belajar yang berdiferensiasi dan kualitas pengajaran yang
berdiferensiasi pula.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang merupakan lanjutan pengembangan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dikembangkan pada tahun 2004 lalu, yang mencakup
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan secara terpadu. Proses pembelajaran
didasarkan pada upaya menguasai kompetensi pada tingkat yang memuaskan dengan
memperhatikan karakteristik konten kompetensi dimana pengetahuan adalah konten yang
bersifat tuntas (mastery).
B.Saran
5/28/2018 BAB I
17/18
17
Dari hasil penulisan ini menurut penulis di dalam proses belajar mengajar alangkah
bagusnya seorang guru memilih pembelajaran tuntas karena di dalam proses penerapan
pembelajaran tuntas siswa kan termotivasi dan proses belajar lebih aktif sehingga tujuan
dalam pencapai tujuan pembelajaran akan lebih mudah di raih.
5/28/2018 BAB I
18/18
18
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (2003). Kerangka Dasar Kurikulum 2004 untuk TK /RA, SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA,
serta SMK/MAK. Jakarta: Depdiknas.
Anonim . (TT). Mastery leraning. Funderstanding diambil pada tanggal 04 Februari 2014, dari
(http://www.funderstanding.com/mastery_learning.cfm).
Armawan, Dafid . 2011. Belajar tuntas( ) sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran siswa
kelas xi-2 jurusan tkr smkn1. Skripsi tidak dipublikasikan (online)
(SEYEGANhttpeprints.uny.ac.id28671BELAJAR_TUNTAS_%28MASTERY_LEARNING%29_SEBA
GAI_UPAYA_MENINGKATKAN_KUALITAS_PEMBELAJARAN_SISWA_KELAS_XI-
2_JURUSAN_TKR_SMKN_1_SEYEGAN.pdf/, diakses tanggal 04 februari 2014).
Basuki dan Widyaiswara (TT). belajar tuntas (mastery learning) (ONLINE)
(Madyahttpsumsel.kemenag.go.idfiledokumenbelajartuntasbybasuki.pdf/, Diakses tanggal
04 Februari 2014)
Sukmadinata dan Nana Syaodih. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. PT. Remaja
Rosdakarya: Jakarta.
http://www.funderstanding.com/mastery_learning.cfmhttp://www.funderstanding.com/mastery_learning.cfm