BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor utama yang
diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Usaha pencapaian
kualitas SDM yang tinggi tidak lepas dari peranan faktor gizi. Gizi yang baik,
akan menghasilkan SDM yang berkualitas yaitu sehat, cerdas, dan memiliki fisik
yang tangguh serta produktif.1
Perbaikan gizi diperlukan pada seluruh siklus kehidupan, mulai sejak masa
kehamilan, bayi dan anak balita, prasekolah, anak SD, remaja, dan dewasa sampai
usia lanjut.1
Gerbang pertama untuk membangun SDM yang berkualitas adalah dengan
pemberian ASI eksklusif pada bayi. Pemberian ASI secara eksklusif dari dini
mempunyai efek terhadap keberhasilan kelangsungan pemberian ASI dalam
jangka panjang, hal ini disebabkan adanya antibodi yang penting dalam kolostrum
dan ASI untuk melindungi bayi baru lahir.2
Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan alamiah bagi bayi karena
mengandung semua bahan yang diperlukan oleh bayi. Pemberian ASI saja sampai
bayi berusia enam bulan disebut dengan ASI eksklusif. Selanjutnya ASI
diteruskan hingga anak berusia dua tahun. 3
Persiapan pemberian ASI eksklusif dimulai sejak janin masih dalam
kandungan ibunya. Hal ini sangat mendasar karena kualitas kesehatan janin dalam
kandungan akan sangat menentukan kualitas pertumbuhan dan perkembangan
bayi selanjutnya4. Setelah persiapan selesai, pada masa akhir kehamilan akan
dilanjutkan dengan sekresi ASI yang prosesnya segera setelah persalinan.5
Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for
Infant and Young Child Feeding, WHO/ UNICEF merekomendasikan empat hal
penting yang harus dilakukan, yaitu pertama memberikan ASI kepada bayi segera
dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya ASI saja atau
1
pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga
memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6
bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak
berusia 24 bulan atau lebih.6
Indonesia telah meratifikasi Global Strategy for Infant and Young Child
Feeding melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
237/Menkes/SK/IV/1997 tentang pemasaran produk pengganti ASI dan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/SK.IV/2004 tentang pemberian ASI
secara eksklusif pada bayi Indonesia yang semula 4 bulan menjadi 6 bulan.
Disamping itu, masih ada perangkat hukum lainnya yang berkaitan dengan upaya
tumbuh kembang optimal berupa Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1999
tentang pemasaran makanan bayi.1
ASI eksklusif mendapat perhatian dunia karena memiliki sangat banyak
manfaat, tidak hanya bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi, namun juga
memberi banyak manfaat bagi ibu.
Namun, banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya ibu yang memberi
ASI eksklusif, antara lain pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI eksklusif
masih rendah. Ibu merasa ASI-nya tidak cukup, atau ASI tidak keluar pada hari
pertama kelahiran bayi. 7
Hal ini tidak disebabkan karena ibu tidak memproduksi ASI yang cukup,
melainkan karena ibu tidak percaya diri bahwa ASI-nya tidak cukup untuk
bayinya. 7
Tatalaksana rumah sakit yang salah yaitu beberapa rumah sakit memberikan
susu formula pada bayi yang baru lahir sebelum ibunya mampu memproduksi ASI
dari puting susu ibunya juga menjadi salah satu faktor. 7
Banyaknya ibu yang mempunyai pekerjaan diluar rumah dan waktu cutinya
terbatas hanya tiga bulan sehingga harus dipikirkan jalan keluar agar bayi tetap
mendapat ASI. Misalnya menjemputnya secara rutin, memeras, dan
menyimpannya di kulkas.7
2
Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah menyusui secara dini dengan
posisi yang benar, teratur, dan eksklusif. Dalam hal ini peranan petugas kesehatan
sangatlah penting untuk menolong ibu menyusui mengatasi kesulitan-kesulitannya
sehingga penyelenggraan laktasi dapat berjalan dengan baik, maka agar dapat
terlaksananya pemberian ASI eksklusif dibutuhkan informasi yang lengkap
mengenai manfaat dari ASI dan menyusui serta bagaimana melakukan manajemen
laktasi.5
Tatalaksana yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan menyusui
sehingga bayi dapat disusui dengan baik dan benar adalah dengan manajemen
laktasi. Tujuan dari manajemen laktasi adalah meningkatkan penggunaan ASI
eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan melalui fasilitas kesehatan Sayang Bayi.8
Penelitian dan pengembangan Depkes RI, pencapaian pemberian ASI
eksklusif Provinsi Sulawesi Selatan mencapai 57,48% pada tahun 2006, 57,05%
pada tahun 2007, dan 48,64% pada tahun 2008 9. Dan untuk Kota Makassar,
pencapaian pemberian ASI eksklusif hingga tahun 2008 cenderung meningkat,
yakni 52% pada tahun 2005, 69,7% pada tahun 2006, 79,1% pada tahun 2007, dan
meningkat lagi menjadi 86,60% (24.887 bayi ASI eksklusif dari 28.738 jumlah
bayi) pada tahun 2008.9,10
Pengetahuan ibu tentang pentingnya ASI dan pelaksanaan manajemen
laktasi yang benar akan sangat mendorong, membantu dan memudahkan serta
memberi kenyamanan, pada ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Berkaitan
dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
hubungan tingkat pengetahuan manajemen laktasi ibu dengan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif di RSKD Siti Fatimah Makassar pada tahun 2012.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan tingkat
pengetahuan manajemen laktasi ibu dengan pemberian ASI eksklusif di RSKD
Siti Fatimah Fatimah Makassar?
3
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat
pengetahuan tentang manajemen laktasi ibu dengan keberhasilan pemberian ASI
eksklusif di RSKD Siti Fatimah Makassar.
1.3.2.Tujuan Khusus
a. mengetahui tingkat pengetahuan manajemen laktasi ibu di RSKD Siti
Fatimah Makassar.
b. mengetahui pencapaian pemberian ASI eksklusif di RSKD Siti Fatimah
Makassar.
c. mengetahui penerapan manajemen laktasi dalam pemberian ASI eksklusif di
RSKD Siti Fatimah Makassar.
d. mengetahui faktor-faktor penghambat pemberian ASI eksklusif di RSKD
Siti Fatimah Makassar.
e. mengetahui pengaruh manajemen laktasi terhadap keefektifan pemberian
ASI eksklusif di RSKD Siti Fatimah Makassar.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan diperoleh dari keberadaan penelitian ini adalah :
1.4.1.Bagi RSKD Siti Fatimah Makassar
Sebagai masukan dalam memberikan informasi tentang ASI eksklusif dan
manajemen laktasi kepada ibu menyusui dan calon ibu.
1.4.2.Bagi Dinas Kesehatan
Sebagai bahan kajian untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam
memberikan ASI eksklusif, dan dalam memberikan bimbingan tentang
pelaksanaan manajemen laktasi sebagai wujud upaya peningkatan status gizi
generasi penerus bangsa.
1.4.3.Bagi Masyarakat
4
Sebagai informasi tentang penerapan manajemen laktasi dan pemberian ASI
eksklusif untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan gizi bayi dan balita.
1.4.4.Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
Sebagai bahan masukan berupa literatur dan pengembangan materi untuk
penelitian selanjutnya.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini tentang hubungan tingkat pengetahuan manajemen laktasi ibu
dengan pemberian ASI eksklusif dimana ruang lingkup penelitian dibatasi hanya
pada ibu yang memiliki bayi berusia 6-12 bulan. Obyek penelitian ini adalah
seluruh ibu di RSKD Siti Fatimah Makassar yang menyusui anaknya dengan atau
tanpa mengetahui tentang manajemen laktasi. Desain penelitian secara analitik
dengan pendekatan cross sectional. Data yang digunakan adalah data primer,
dengan instrumen bantu kuesioner. Lokasi penelitian di RSKD Siti Fatimah
Makassar.
1.6. Sistematika dan Organisasi
Secara garis besar sistematika karya tulis ini adalah sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, serta sistematika
dan organisasi.
Bab II Tinjauan Pustaka, kerangka konsep, dan hipotesis. Membahas tentang ASI
eksklusif dan manajemen laktasi, hubungan antar variabel, dan mengemukakan
hipotesis.
Bab III Metode penelitian meliputi desain penelitian, lokasi dan waktu penelitian,
populasi dan sampel, definisi operasional, serta pengolahan data.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan menjelaskan tentang hasil penelitian
yang diperoleh berupa hubungan tingkat pengetahuan manajemen laktasi ibu
dengan pemberian ASI eksklusif.
5
Bab V Penutup meliputi kesimpulan hasil penelitian dan saran kepada pihak-pihak
yang bersangkutan. Bagian akhir berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan
riwayat hidup penulis.
6
Bab II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Pengetahuan
2.1.1 Definisi Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif memiliki 6 tingkatan
yaitu: 11
1. Tahu (know)
Diartikan sebagai pengingat sesuatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur orang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, mendefinisi,dan
mengatakan.
2. Memahami (comprehenension)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat diinterpretasikan materi tersebut secara
benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh menyimpulkan, meramalkan, terhadap
objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (aplication)
7
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari, aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode,
prinsip dalam konteks atau situasi lain misalnya dapat menggunakan rumus
statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat
menggunakan prinsip-prinsip siklus, pemecahan masalah.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun
formulasi baru dari formulasi yang ada.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada.
2.1.2.Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu :11
1. Sosial ekonomi, lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan
seseorang, sedang ekonomi dikaikan dengan pendidikan, ekonomi baik
8
tingkat pendidikan akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan akan tinggi
juga.
2. Kultur (budaya, agama) sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan
seseorang, karena infomasi yang baru akan disaring kira-kira sesuai tidak
dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.
3. Pendidikan, semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-
hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal baru tersebut.
Pengalaman berkaitan dengan umur dan pendidikan individu bahwa
pendidikan yang tinggi maka pengalaman akan luas sedangkan semakin tua umur
seseorang maka pengalaman akan semakin banyak.
2.2. Tinjauan Umum Manajemen Laktasi
2.2.1.Definisi Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa
kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.12
Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut:12
a. Pada masa Kehamilan (antenatal)
- Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan
ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya
pemberian susu botol.
- Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan putting susu,
apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat
badan ibu hamil.
- Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu
memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
- Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester
kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil.
9
- Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu
diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk
memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.
b. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)
- Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara
menyusui yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melakatkan
bayi pada payudara ibu.
- Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam
sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.
- Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S1) dalam
waktu dua minggu setelah melahirkan.
c. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)
- Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 4 bulan pertama usia bayi,
yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.
- Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih
banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.
- Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan
menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak
terhambat.
- Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk
menunjang keberhasilan menyusui.
- Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada
permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai demam.
- menghubungi kelompk pendukung ASI terdekat untuk meminta
pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka.
- Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan
MP ASI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.
2.2.2.Definisi Air Susu Ibu
10
Air Susu Ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa
dan garam-garam anorganik yang sekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna
sebagai makanan bagi bayinya.13
Sedangkan ASI Ekslusif adalah pemberian ASI sejak bayi dilahirkan sampai
usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapatkan tambahan cairan lain
seperti susu formula, air jeruk, air the, air putih. Pada pemberian ASI eksklusif
bayi juga tidak diberikan makanan tambahan seperti pisang, biscuit, bubur susu,
bubur nasi, tim, dan sebagainya.14
ASI eksklusif adalah pemberian ASI sedini mungkin setelah persalinan,
diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain, walaupun hanya air
putih sampai bayi berusia 6 bulan.15
Menurut ketetapan menteri kesehatan Republik Indonesia, pemberian ASI
bagi bayi di Indonesia sejak bayi lahir sampai dengan bayi berumur 6 bulan dan
dianjurkan dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun dengan pemberian makanan
tambahan yang sesuai.16
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4 bulan pertama. ASI merupakan makanan
alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh
kembang yang optimal.
2.2.3.Fisiologi Pengeluaran ASI
Pengeluaran ASI , merupakan suatu interaksi yang sangat kpomples antara
rangsang mekanik, saraf, dan bermacam-macam hormone. Pengaturan hormone
terhadap pengeluaran ASI dapat dibedakan menjadi 3 bagian, yaitu :17
1. Pembentukan kelenjar patudara
2. Pembentukan air susu
3. Pemeliharaan pengeluaran air susu
Pada seorang ibu yang sedang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-
masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu refleks
prolaktin dan refleks “let down”17.
11
a. Refleks prolaktin
Menjelang akhir kehamilan terutama hormone prolaktin memegang peranan
untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas, karena aktifitas
prolaktin dihambat oleh progesteron yang kadarnya memang tinggi. 17
Setelah partus berhubung lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus
luteum maka esterogen dan progesteron sangat berkurang, ditambah lagi dengan
adanya isapan bayi yang merangsang putting susu dan areola mamma, akan
merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang berperan sebagai reseptor mekanik. 17
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis dan
mesensephalon. Hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang
menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-
faktor yang memacu sekresi prolaktin. 17
Faktor-faktor yang memicu prolaktin akan menghambat adenohipofise
(hipofisis anterior) sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel
alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. 17
Kadar prolaktin pada ibu yang menyusui akan menjadi normal 3 bulan
setelah melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun penegeluaran air susu
tetap berlangsung. 17
Pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui, kadar prolaktin akan
menjadi normal pada minggu ke 2 -3. Pada ibu yang menyusi, prolaktin akan
meningkat dalam keadaan-keadaan seperti: 17
- Stres atau pengaruh psikis
- Anastesi
- Operasi
- Rangsangan puting susu
- Hubungan kelamin
- Obat-obatan tranqulizer hipotalamus seperti reserpin, klorpromazin,
fenotiazid
12
Sedangkan keadaan-keadaan yang menghambat pengeluaran peolaktin
adalah:17
- Gizi ibu yang jelek
- Obat-obatan seperti ergot, l-dopa
b. Refeleks let down (milk ejection reflex)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise, rangsangan
yang berasal dari isapan bayi ada yang dilanjutkan ke neurohipofise (hipofisis
posterior) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui aliran darah, hormone
ini diangkut menuju utrus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus
sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. 17
Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel mioepitelium,
kontaksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat keluar dari alveoli dan
masuk ke sistem duktulus yang umtuk selanjutnya mengalir melalui dukutus
laktiferus masuk ke mulut bayi.17
Faktor-faktor yang meningkatkan refleks let down adalah:17
- Melihat bayi
- Mendengarkan suara bayi
- Mencium bayi
- Memikirkan untuk menyusui bayi
Faktor-faktor yang menghambat refleks let down adalah stress, seperti:
keadaan bingung/ pikiran kacau, takut, cemas. 17
Bila ada stres dari ibu yang menyusui maka akan terjadi suatu blockade dari
refleks let down. Ini disebabkan karena adanya pelepasan dari adrenalin
(epinefrin) yang menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah alveoli, sehingga
oksitosin sedikit harapannya untuk dapat mencapai target organ mioepitelium. 17
Akibat dari tidak sempurnanya refleks let down maka akan terjadi
penumpukan air susu dalam alveoli yang secara klinis tampak payudara
membesar. Payudara yang besar dapat berakibat abses, gagal untuk menyusui dan
rasa sakit. Rasa sakit ini akan merupakan stres lagi bagi seorang ibu sehingga stres
13
akan bertambah. Karena refleks let down tidak sempurna maka bayi yang haus
akan menjadi tidak puas. Ketidakpuasan ini akan merupakan tambahan stres bagi
ibunya. Bayi yang haus dan tidak puas ini akan akan berusaha untuk mendapat air
susu yang cukup dengan cara menambah kuat isapannya sehingga jarang dapat
menimbulkan luka-luka pada putting susu dan sudah tentu luka-luka ini akan
dirasa sakit oleh ibunya yang juga akan menambah stresnya. Dengan demikian,
akan terbentuk suatu lingkaran setan yang tertutup (circulus vitious) dengan akibat
kegagalan dalam menyusui.17
2.2.4.Persiapan Menyusui
Persiapan menyusui pada masa kehamilan merupakan hal yang penting,
sebab dengan persiapan yang lebih baik maka ibu lebih siap menyusui bayinya.
Suatu pusat pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, rumah bersalin, atau
puskesmas harus mempunyai kebijakan yang berkenaan dengan pelayanan ibu
hamil yang dapat menunjang keberhasilan menyusui. Pelayanan tersebut terdiri
atas:18
a. Penyuluhan (audio-visual) tentang:
- Keunggulan ASI dan kerugian susu formula
- Manfaat rawat gabung
- Perawatan bayi
- Gizi ibu hamil dan menyusui
- Keluarga berencana
b. Dukungan psikologis pada ibu untuk menghadapi persalinan dan keyakinan
dalam keberhasilan menyusui.
c. Pelayanan:
- Pemeriksaan payudara
- Perawatan putting susu
- Senam hamil
2.2.5.Persiapan Psikologis
14
Persiapan psikologis ibu untuk menyusui pada saat kehamilan sangat
berarti, karena keputusan atau sikap ibu yang positif harus sudah ada pada saat
kehamilan atau bahkan jauh sebelumnya. Langkah-langkah yang harus diambil
dalam mempersiapkan ibu secara kejiwaan dalam menyusui adalah:18
- Mendorong setiap ibu untuk percaya dan yakin bahwa ia dapat sukses
dalam menyusui bayinya; menjelaskan pada ibu bahwa persalinan dan
menyusui adalah proses alamiah yang hampir semua ibu berhasil
menjalaninya; bila ada masalah dokter/ petugas kesehatan akan
menolong dengan senang hati.
- Meyakinkan ibu akan keuntungan ASI dan kerugian susu formula.
- Memecahkan masalah yang timbul pada ibu yang mempunyai
pengalaman menyusui sebelumnya, pengalaman kerabat, atau keluarga
lain.
- Mengikutsertakan suami atau anggota keluarga lain yang berperan
dalam keluarga, ibu harus dapat beristirahat cukup untuk kesehatannya
dan bayinya, sehingga perlu adanya pembagian tugas dalam keluarga.
- Setiap saat ibu diberi kesempatan untuk bertanya dan dokter/ petugas
kesehatan harus dapat memperkihatkan perhatian dan kemauannya
dalam membantu ibu sehingga hilang keraguan atau ketakutan untuk
bertanya tentang masalah yang dihadapinya.
2.2.6.Langkah-Langkah Menyusui yang Benar18
1. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada
puting dan di sekitar areola payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai
disinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
2. Bayi diletakkan menghadap perut dan payudara ibu.
a. Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik
menggunakan kursi yang rendah (agar kaki ibu tidak tergantung) dan
punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
15
b. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi
terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh menengadah dan
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan)
c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang satu di
depan
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara
(tidak hanya membelokkan kepala bayi)
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
f. Ibu menatap bayi dengan kasih sayang
3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di
bawah, jangan menekan puting susu atau areolanya saja.
4. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara
menyentuh pipi dengan puting susu ataus menyentuh sisi mulut bayi
5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke
payudara ibu dan puting serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi.
6. Usahakan sebagian besar areola payudara dapat masuk ke mulut bayi
sehingga puting susu berada di langit-langit dan lidah bayi akan menekan
ASI yang terletak dibawah areola payudara. Posisi yang salah yaitu apabila
hanya mengisap pada puting susu saja akan mengakibatkan masukan ASI
yang tidak kuat dan puting susu lecet.
7. Setelah bayi mulai mengisap payudara, tidak perlu dipegang atau disanggah
melepas isapan bayi lagi.
8. Melepas isapan bayi setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa
kosong, sebaiknya diganti dengan payudara satunya. Cara melepas isapan
bayi:
a. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayimelalui sudut mulut
b. Dagu bayi ditekan ke bawah
c. Setelah selesai menyusui ASI dikeluarkan sedikitkemudian diolsekan
pada puting susu dan disekitar areola payudara, biarkan kering dengan
sendirinya.
16
9. Menyendawakan bayi. Tujuannya adalah mengeluarkan udara dari lambung
supaya bayi tidak muntah setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi:
a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu, kemudian
punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
b. Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk
perlahan.
Untuk mengetahui bayi telah menyusui dengan teknik yang benar atau tidak
dapat dilihat dengan:18
1. Bayi tampak tenang
2. Badan bayi menempel pada ibu
3. Mulut bayi terbuka lebar
4. Dagu menempel pada payudara ibu
5. Sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi
6. Bayi tampak mengisap kuat dengan irama perlahan
7. Puting susu ibu tidak terasa nyeri
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
9. Kepala tidak menengadah
2.2.7.Posisi dan Perlekatan Menyusui
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong
biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring. Berikut
adalah gambar-gambar posisi menyusui: 19
Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar
17
Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar
Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar
Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal
18
Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir di ruang perawatan
Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir di rumah
Gambar 7. Posisi menyusui bila ASI penuh
Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan
19
Gambar 9. Cara meletakkan bayi
Gambar 10. Cara memegang payudara
Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi
20
Gambar 12. Perlekatan benar
Gambar 13. Perlekatan salah
Gambar 14. Teknik menyusu yang benar
21
Gambar 15. Bra yang baik untuk ibu menyusui
2.2.8.Hal Penting yang Harus Diperhatikan Saat Memberikan ASI 20
1. Menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir
2. Memberikan kolostrum pada bayi
3. Tidak memberikan makanan pralaktal seperti air gula atau air tajin kepada
bayi baru lahir sebelum ASI keluar, tetapi mengusahakan bayi mengisap
untuk merangsang produksi ASI
4. Menyusui bayi pada kedua payudara secara bergantian sampai tetes terakhir,
masing-masing 15 menit.
5. Memberikan ASI saja selama 4-6 bulan pertama (on demand)
6. Memperhatikan posisi tubuh bayi, cara menyusui dan mengisap agar puting
dan areola masuk ke mulut untuk menghindari lecet puting.
7. Menyusui sesuai kebutuhan bayi, sedikitnya lebih dari 8 kali dalam 24 jam.
8. Setelah berumur 4 bulan, selain ASI memberikan MP-ASI kepada bayi
dalam bentuk makanan lumat secara bertahap.
9. Meneruskan menyusui bat=yi dengan tambahan MP-ASI sampai anak
berusia 2 tahun. Berikan ASI lbih dahulu, baru MP-ASI.
10. Setelah usia 2 tahun, menyapih dilakukan secara bertahap.
11. Kebersihan ibu dan bayi, lingkungan dan peralatan yang digunakan waktu
memberi makan anak perlu diperhatikan.
12. Memperhatikan gizi/ makanan ibu waktu hamil dan menyusui, ibu
memerlukan ekstra.
13. Makanan dan minuman lebih banyak dari keadaan sebelum hamil.
14. Bagi ibu yang bekerja memberikan ASI sebelum dan sesudah pulang kerja.
22
2.2.9.Pengeluaran ASI
Apabila ASI berlebihan sampai keluar memancar, maka sebelum menyusui
sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu, untuk menghindari bayi tersedak atau
enggan menyusu. Pengeluaran ASI juga dilakukan: pada ibu bekerja yang akan
meninggalkan ASI bagi bayinya di rumah, ASI yang merembes karena payudara
penuh, pada bayi yang mempunyai masalah mengisap (missal BBLR = Bayi Berat
Lahir Rendah), menghilangkan bendungan atau memacu produksi ASI saat ibu
sakit dan tidak dapat langsung menyusui bayinya.18
Pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara:18
1. pengeluaran ASI dengan tangan.
Cara ini yang lazim digunakan karena tidak banyak membutuhkan sarana
dan lebih mudah.
a. Tangan dicuci sampai bersih
b. Siapkan cangkir/gelas bertutup yang telah dicuci dengan air mendidih.
c. Payudara dikompres dengan kain handuk yang hangat dan dimasase
dengan kedua telapak tangan dari pangkal ke areola payudara, ulangi
pemijatan ini pada sekitar payudara secara merata.
d. Dengan ibu jari di sekitar kalang payudara bagian atas dan jari telunjuk
pada sisi yang lain, lalu daerah kalang payudadara ditekan kea rah dada.
e. Daerah kalang payudara diperas dengan ibu jari dan jari telunjuk, jangan
memijat/menekan puting, karena dapat menyebabkan rasa nyeri/lecet.
f. Ulangi tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas, pada mulanya ASI tak keluar,
setelah beberapa kali maka ASI akan keluar.
g. Gerakan ini diulang pada sekitar kalang payudara pada semua sisi, agar
yakin bahwa ASI telah diperas dari semua segman payudara.
2. Pengeluaran dengan pompa.
Bila payudara bengkak/terbendung (engorgement) dan puting susu terasa
nyeri, maka akan lebih baik bila ASI dikeluarkan dengan pompa payudara. Pompa
dapat digunakan bila ASI benar-benar penuh, tapi pada payudara yang lunak akan
23
lebih sukar. Ada 2 macam pompa yang dapat digunakan yaitu pompa tangan dan
listrik, yang biasa digunakan adalah pompa tangan.
Cara pengeluran ASI dengan pompa payudara:18
a. Tekan bola karet untuk mengeluarkan udara
b. Ujung leher tabung diletakkan pada payudara denganputing susu tepat di
tengah, dan tabung benar-benar melekat pada kulit
c. Bola karet dilepas, sehingga puting susu dan areola payudara tertarik ke
dalam
d. Tekan dan lepas beberapa kali, sehingga ASI akan keluar dan terkumpul
pada lekukan penampung pada sisi tabung
e. Setelah selesai dipakai atau akan dipakai, maka alat harus dicuci bersih
dengan menggunakan air mendidih. Bola karet sukar dibersihkan, oleh
karenanya bila memungkinkan lebih baik pengeluaran ASI dengan
menggunakan tangan.
2.2.10. Penyimpanan ASI
ASI yang dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan syarat:18
- Di udara terbuka/ bebas : 6 - 8 jam
- Di lemari es (4oC) : 24 jam
- Di lemari pendingin/ beku (-18oC) : 6 bulan
ASI yang telah didinginkan tidak boleh direbus, karena kualitasnya akan
menurun, yaitu unsur kekebalannya. ASI tersebut cukup didiamkan beberapa saat
di dalam suhu kamar agar tidak terlalu dingin, atau dapat pula direndam dalam
wadah yang berisi air panas.18
2.2.11. Pemberian ASI Perasan
ASI yang telah dikeluarkan, jangan diberikan dengan botol/ dot, karena hal I
ini akan menyebakan bayi “bingung puting” . berikan pada bayi dengan
menggunakan cangkir atau sendok, sehingga bila saatnya ibu menyusui langsung,
bayi tidak menolak menyusu.18
24
Cara pemberian dengan menggunakan cangkir:18
a. Ibu atau yang memberi minum bayi duduk dengan memangku bayi
b. Pegang punggung bayi dengan lengan
c. Letakkan cangkir pada bibir bawah bayi
d. Lidah bayi berada di atas pinggir cangkir dan biarkan bayi mengisap ASI
dari dalam cangkir (saat cangkir dimiringkan)
e. Beri sedikit waktu setiap kali bayi menelan.
Gambar 16. Pemberian ASI dengan cangkir dan sendok
2.2.12. Kendala Pemberian ASI Eksklusif 21
a. Produksi ASI berkurang
Ibu merasa ASI nya kurang, padahal sebenarnya cukup, hanya ibu yang
kurang yakin dapat memproduksi ASI yang cukup. Payudara makin sering
dihisap menyebabkan ASI akan makin sering dikeluarkan dan produksi ASI
makan bertambah banyak.
b. Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar
Ibu sering kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, misalnya
pentingnya memberikan ASI, bagaimana ASI keluar (fisiologi menyusui),
bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat
menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal, termasuk
cara memberikan ASI bila ibu harus berpisah dari bayinya.
c. Ibu ingin melakukan relaktasi
Relaktasi merupakan suatu keadaan ibu yang telah berhenti menyusui ingin
memulai menyusui kembali. Biasanya setelah tidak menyusu beberapa
lama, produksi ASI akan berkurang, dan bayi akan malas menyusu dari
25
ibunya apalagi jika ia sudah diberikan minuman melalui botol. Untuk
mengembalikan agar bayi dapay menyusui kembali, dapat digunakan alat
yang disebut “suplementer”.
d. Bayi sudah terlanjur mendapat prelaktasi feeding
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air
madu, atau susu formula dengan dot. Hal ini tidak diperbolehkan karena
selain akan menyebabkan bayi malas menyusu, bahan tersebut mungkin
menyebabkan reaksi intoleransi atau alergi.
e. Kelainan ibu
Kelainan ibu yang sering dijumpai adalah puting lecet, puting datar, puting
luka, payudara bengkak, mastitis, dan abses.
f. Ibu hamil saat masih menyusui
Bila ibu hamil saat masih menyusui, maka dianjurkan:
- Bila bayi belum berusia 6 bulan, terus menyusui karena ASI masih
merupakan makanan tunggal.
- Bila bayi berusia 6-12 bulan, terus menyusui karena ASI masih
merupakan makanan utama
- Bila bayi sudah berusia lebih dari 12 bulan, boleh disapih
g. Ibu bekerja
Ibu bekerja bukan merupakan alas an untuk menghentikan pemberian ASI
eksklusif. Langkah-langkah bila ibu ingin kembali bekerja:
- Siapkan pengasuh bayi (nenek,kakek, anggota keluarga lain, baby sitter,
pembantu) sebelum ibu mulai bekerja kembali.
- Berlatihlah memerah ASI sebelum ibi bekerja kembali.
- Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI dengan cangkir.
- Hindari pemakaian dot/empeng karena kemungkinan bayi akan menjadi
“bingung puting”
- Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, dan pada sore hai setelah
ibu pulang, dan doteruskan apda malam hari.
26
- Selama di kantor, perah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan di lemari es,
diberi label tanggal dan jam ASI diperah. ASI yang diperah terdahulu
diberikan terdahulu.
- ASI yang disimpan dilemari es perlu dihangatkan sebelum diberikan
kepada bayi dengan merendamnya dalam air hangat.
- Apabila ASI yang diperah kemarin tidak mencukupi kebutuhan bayi
sampai ibu kembali bekerja, dapat digunakan ASI beku yang sudah
disipakan sebelumnya.
h. Kelainan bayi
Bayi yang menderita sakit atau kelainan congenital mungkin akan
mengganggu proses menyusu. Kelainan ini perlu ditatalaksana dengan benar
agar tidak menjadi penghambat dalam proses menyusu.
2.3. Tinjauan Umum ASI
2.3.1.Komposisi ASI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose, dan garam-
garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai
makanan utama bayi.22
Komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu, sesuai
dengan stadium laktasi.22
a. Kolostrum22
- Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara,
mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam
alveoli dan duktus kelenjar payudara sebelum dan setelah masa
puerperium.
- Disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari ketiga
atau keempat.
- Komposisi kolostrum dari hari ke hari selalu berubah.
- Merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan,
lebih kuning dibandingkan dengan susu yang matur.
27
- Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari
usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan
makanan bayi bagi makanan yang akan datang.
- Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI yang matur, tetapi
berlainan dengan ASI yang matur pada kolostrum protein yang utama
adalah globulin (gamma globulin).
- Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan dengan ASI yang
matur, dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan.
- Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibandingkan dengan ASI
matur. Mineral, terutama natrium, kalium, dan klorida lebih tinggi jika
dibandingkan dengan ASI matur.
- Total energy lebih rendah jika dibandingkan dengan ASI matur, hanya
58 Kal/100 ml kolostrum.
- Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi jika dibandingkan dengan
ASI matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi
atau lebih rendah.
- Bila dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI matur tidak.
- pH lebih alkalis dibandingkan dengan ASI amtur.
- Lipidnya lebih banyak mengandung kolestrol dan lesitin dibandingkan
dengan ASI matur.
- Terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolsis protein di dalam usus bayi
menjadi kurang sempurna. Jail ini akan menambah kadar antibosdi pada
bayi.
- Volume berkisar 150-300 ml/24 jam.
b. Air Susu Masa Peralihan22
- Merupakan ASI dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur.
- Disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada
pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada
minggu ketiga sampai meinggu kelima.
- Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak
makin tinggi.
28
- Volume akan meningkat.
c. Air Susu Matur22
- Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya,
komposisi relatif konstan (ada pula yang mnyatakan bahwa komposisi
ASI relatif spontan baru mulai minggu ke-3 sampai minggu ke-5.
- Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI ini merupakan
makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai
usia 6 bulan.
- Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang
diakibatkan warna dari garan Ca-caseinat, riboflavin, dan karoten yang
terdapat didalamnya.
- Tidak menggumpal jika dipanaskan,
- Terdapat antimikrobial.
d. Kandungan Makro dan Mikro Nutrien pada ASI
- Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai
salah satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI
hampir 2 kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan pada susu sapi atau
susu formula.23
Kadar laktosa yang tinggi ini sangat menguntungkan karena laktosa ini
oleh fermentasi akan diubah menjadi asam laktat. Adanya asam laktat ini
memberikan suasana asam dalam usus bayi. Dengan suasana asam di dalam
usus bayi ini memberi beberapa keuntungan:22
- Penghambatan pertumbuhan bakteri patologis
- Memacu pertumbuhan mikroorganisme yang memproduksi asam
organik dan mensintesis vitamin
- Memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat
- Mumudahkan absorpsi dari mineral misalnya kalsium, fosfor, dan
magnesium.
29
Laktosa ini juga relatif tidak larut sehingga waktu proses digesti di
dalam usus bayi lebih lama tetapi dapat diabsorpsi dengan baik oleh usus
bayi.22
- Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda
dengan protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam dalam ASI dan
susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Rasio protein whey : casein =
60 : 40 dalam ASI, sedangkan pada susu sapi whey : casein = 20 : 80. Hal
ini menguntungkan bagi bayi karena pengendapan dari protein whey lebih
halus daripada casein sehingga protein whey lebih mudah dicerna.22
Disamping itu, beta laktoglobulin yaitu fraksi dari protein whey yang
banyak terdapat di protein susu sapi tidak terdapat dalam ASI. Beta
laktoglobulin ini adalah jenis protein yang potensial menyebabkan alergi.23
ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi, yang penting
untuk pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin. Taurin adalah asam
amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-
transmitter dan berperan penting untuk proses maturasi sel otak.22
Kadar methionin dalam ASI lebih rendah dari air susu sapi, sedangkan
sistin lebih tinggi. Hal ini sangat menguntungkan karena sistationase yaitu
enzim yang akan mengubah methionin menjadi sistin pada bayi sangat
rendah atau tidak ada. Sistin ini merupakan asam amino yang sangat penting
untuk pertumbuhan otak bayi.22
Kadar tirosin dan fenilalanin pada ASI rendah, suatu hal yang sangat
menguntungkan untuk bayi terutama bayi premature karena pada bayi
premature kadar tirosin yang tinggi dapat menyebabkan gangguan
pertumbuhan otak.22
ASI juga kaya akan nukleotida dan lebih berkualitas dibanding dengan
susu sapi. Nukleotida ini mempunyai peran dalam meningkatkan
pertumbuhan dan kematangan usus dan meningkatkan penyerapan besi dan
daya tahan tubuh.23
- Lemak
30
Bentuk emulsi lemak dalam ASI lebih sempurna jika dibandingkan
dengan susu sapi. Hal ini disebabkan karena ASI mengandung enzim lipase
yang memecah trigliserida menjadi digliserida dan kemudian menjadi
monogliserida sebelum pencernaan di usus terjadi.22
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibanding dengan susu sapi dan
susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung
pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Lemak omega 3 dan omega
6 yang berperan dalam perkembangan otak bayi banyak dotemukan dalam
ASI. Disamping itu ASI juga mengandung banyakn asam lemak rantai
panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam arakidonat
(AA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina
mata.23
- Karnitin
Karnitin mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang
diperlukan untuk mempertahankan metabolism tubuh. ASI mengandung
kadar karnitin yang tinggi terutama pada 3 minggu pertama menyusui,
bahkan di dalam kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi lagi.konsentrasi
karnitin bayi yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang
mendapat susu formula.23
- Air
Kira-kira 88% dari ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk melarutkan
zat-zat yang terdapat didalamnya.22
ASI merupakan sumber air yang secara metabolik adalah aman. Air
yang relatif tinggi dalam ASI ini akan meredakan rangsangan haus dari
bayi.22
- Vitamin A
Selain berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk
mendukung pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. ASI
mengandung dalam jumlah tinggi tidak saja vitamin A dan tetapi juga bahan
bakunya yaitu beta karoten.23
- Vitamin D
31
ASI hanya mengandung sedikit vitamin D, namun dengan menjemur
bayi pada pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang
berasal dari sinar matahari.23
- Vitamin E
Salah satu fungsi penting vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel
darah merah. ASI mengandung vitamin E yang tinggi terutama pada
kolostrum dan ASI transisi awal.23
- Vitamin K
Viyamin K berfungsi sebagai faktor pembekuan. Kadar vitamin K ASI
hanya seperempatnya kadar dalam susu formula. Oleh karena itupada bayi
baru lahir perlu diberikan vitamin K yang pada umumnya melalui
suntikan.23
- Vitamin yang Larut dalam Air
Hampi semua vitamin yang larut dalam air seperti vitamin B, asam folat,
vitamin C terdapat dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi
dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12, dan asam folat mungkin rendah
pada ibu dengan gizi kurang.23
- Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap. Walaupunn kadarnya relatif
rendah tetapi cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. Total mineral selama
masa laktasi adalah konstan, tetapi beberapa mineral yang spesifik kadarnya
tergantung dari diit dan stadium laktasi. Fe dan Ca paling stabil, tidak
dipengaruhi oleh diit ibu. Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama
adalah kalsium, kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Yang
terbanyak adalah kalium, sedangkan kadar Cu, Fe, dan Mn yang merupakan
bahan untuk pembuat darah relatif sedikit. Ca dan P yang merupakan bahan
pembentuk tulang kadarnya dalam ASI cukup.23
2.3.2.Manfaat ASI
1. Manfaat ASI untuk Bayi 24
a. Komposisi sesuai dengan kebutuhan bayi.
32
b. Mengandung zat protektif, seperti:
- Lactobacillus bifidus, berfungsi mengubah laktosa menjadi asam
laktat dan asam asetat. Kedua asam ini menjadikan saluran
pencernaan bersifat asam sehingga menghambat pertumbuhan
mikroorganisme.
- Laktoferin, yaitu protein yang berikatan dengan zat besi. Dengan
mengikat zat besi, maka laktoferin bermanfaat menghambat
pertumbuhan kuman tertentu, yaitu Staphylococcus, E. coli, dan
Entamoeba hystolitica yang juga memerlukan zat besi untuk
pertumbuhannya. Laktoferin dapat pula menghambat pertumbuhan
jamur candida.
- Lisozim, yaitu enzim yang dapat memecah dinding bakteri dan
antiinflamasi, bekerja bersama peroksida dan askorbat untuk
menyerang bakteri E. coli dan sebagian keluarga Salmonella.
- Komplemen C3 dan C4,walaupun kadarnya rendah, mempunyai daya
opsonik, anafilaktoksik, dan kemotaktik, yang bekerja bila dialtifkan
oleh IgA dan IgE yang juga terdapat dalam ASI.
- Faktor antistreptokokkus, yang melindungi bayi terhadap infeksi
kuman streptokokkus.
- Antibodi, ASI, terutama kolostrum mengandung immunoglobulin,
yaitu IgA sekretorik (SIgA), IgE, IgM, dan IgG.
- Imunitas seluler
- Tidak menimbulkan alergi.
c. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan.
d. Mengupayakan pertumbuhan yang baik.
e. Mengurangi kejadian karies dentis dan maloklusi.
f. Mengurangi risiko terjadinya penyakit kronik seperti kencing manis
yang bergantung pada insulin dan keganasan.
2. Manfaat ASI untuk Ibu 24
a. Mencegah perdarahan pasca persalinan
b. Mempercepat pengecilan kandungan
33
c. Mengurangi anemia
d. Dapat digunakan sebagai metode KB sementara
e. Mengurangi risiko kanker indung telur dan kanker payudara
f. Memberikan rasa dibutuhkan
g. Mempercepat kembali ke berat semula
2.4. Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dapat digambarkan kerangka teori sebagai berikut:
34
Keberhasilan pemberian ASI eksklusif
Tingkat pengetahuan manajemen laktasi ibu
Faktor- Faktor yang mempengaruhi pengetahuan :
1. sosial ekonomi
2. kultur (budaya, agama)
3. pendidikan
Faktor pendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif :
1. Faktor Internal
2. Faktor eksternal
Faktor penghambat pemberian ASI eksklusif
2.4. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui
hubungan tingkat pengetahuan manajemen laktasi ibu dengan keberhasilan
pemberian ASI eksklusif di RSKD Siti Fatimah Makassar.
Variabel Independen Variabel Dependen
Variabel Moderator
Variabel Moderator
: variabel independen
: variabel dependen
: variabel moderator
2.5. HipotesisAdapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan antara tingkat
pengetahuan manajemen laktasi ibu dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif.”
BAB III
35
Keberhasilan pemberian ASI
eksklusif
Tingkat pengetahuan manajemen laktasi ibu
- Sosial ekonomi- Pendidikan- Budaya- Agama- Produksi ASI- Kelainan ibu- Ibu hamil saat masih menyusui- Relaktasi- Bayi terlanjur mendapat prelaktasi
feeding- Ibu bekerja
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain analitik
observasional dengan studi Cross-sectional untuk mengetahui hubungan antara
tingkat pengetahuan laktasi ibu dengan keberhasilan ASI eksklusif di RSKD Siti
Fatimah Makassar.
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSKD Siti Fatimah di kota Makassar. Adapun
alasan pemilihan lokasi ini karena rumah sakit ini memiliki poli anak yang berarti
terdapat populasi ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan .. 2012 sampai …2012. Dimulai dari
penelusuran pustaka, survei awal, pengumpulan data sampai penulisan laporan.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi berusia
6-12 bulan yang ada di RSKD Siti Fatimah Makassar pada bulan ….. 2012.
3.3.2.Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili, dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki bayi
berusia 6-12 bulan, yang memenuhi kriteria inklusi, yang datang di RSKD Siti
Fatimah Makassar saat penelitian berlangsung. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini dilakukan secara purposive sampling, yaitu pengambilan sampel
yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan.
36
Kriteria pemilihan sampel pada penelitian ini adalah:
Kriteria inklusi:
a. Ibu sehat fisik dan mental
b. Ibu dengan bayi usia 6-12 bulan
c. Menyatakan bersedia menjadi responden
Kriteria eksklusi :
a. Ibu dengan bayi usia kurang dari 6 bulan dan lebih dari 12 bulan
b. Ibu tidak dapat membaca dan menulis.
Jumlah sampel minimal :
n=Z2 a/2 p (1−p ) N
d2 ( N−1 )+Z2 a/2 p (1−p )
n=1,960,55 (1−0,55 ) 480
0.12 (480−1 )+1,960,55 (1−0,55 )
n=232,8485,2751
n=44
dimana
n = besar sampel
Z2a/2 = nilai pada derajat kepercayaan 1- a/2 (1,96)
p = proporsi hal yang diteliti (0,55)
d = tingkat kepercayaan atas ketepatan yang diinginkan (0,1)
N = jumlah populasi (480)
3.4. Definisi Operasional
3.4.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi adalah hasil
dari tahu setelah melakukan pengindraan pada suatu obyek, pengetahuan ibu
37
tentang manajemen laktasi yang meliputi pengertian, tujuan, manfaat, dan cara
pengaplikasiannya.
Alat ukur: Kuesioner, dengan cara pengukuran mencatat jawaban dari
kuesioner yang diajukan. Pengetahuan responden diukur melalui beberapa
pertanyaan. Seperti yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya bahwa tingkatan
pengetahuan adalah mengetahui, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan
evaluasi. Sehingga dalam mengukur tingkatan pengetahuan responden, kuesioner
berisi pertanyaan dengan kesulitan yang bertingkat dimulai dari definisi, jenis,
manfaat dan cara pengaplikasiannya.
Cara Ukur: Menggunakan skala Guttman dengan memberikan nilai pada
setiap jawaban pertanyaan, yaitu:
Benar = dengan nilai bobot 1
Salah = dengan nilai bobot 0
skala ukur yang digunakan adalah skala ordinal.
Hasil Ukur: Untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh
seseorang dapat dibagi menjadi empat tingkat yaitu:25
1. Tingkat pengetahuan tinggi bila skor 76-100 %.
2. Tingkat pengetahuan cukup bila skor 56-75 %.
3. Tingkat pengetahuan kurang bila skor atau nilai 40-55%.
4. Tingkat pengetahuan rendah bila skor atau nilai < 40 %.
3.4.2. Manajemen laktasi
Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa
kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
Untuk mengetahui bagaimana ibu menerapkan manajemen laktasi dan
pemberian ASI eksklusif pada bayinya, ibu diberikan beberapa pertanyaan dalam
38
kuisioner dengan pilihan jawaban “Ya” atau “Tidak” disertai permintaan
penjelasan pada beberapa pertanyaan atas jawaban yang dipilihnya.
3.5 Pengolahan Data
Setelah data dikumpulkan, data diperiksa secara manual, kemudian diedit
dan diolah dengan menggunakan program SPSS (Statistical Package for the
Social Sciences) versi 18.0 for Windows. Setelah dilakukan pengolahan data, data
tersebut disajikan dalam bentuk tabel.
39
Top Related