35 Universitas Indonesia
BAB 3 PENERAPAN COLLECTIVE ACTION DI INDONESIA
Di Indonesia, setelah reformasi tahun 1998 semakin banyak upaya yang
dilakukan baik dari pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk melawan
korupsi. Upaya yang dilakukan oleh dunia usaha biasanya dilakukan secara
internal melalui penerapan Good Corporate Governance.
Salah satu perusahaan yang aktif melakukan upaya melawan korupsi adalah
Siemens. Siemens sebagai salah satu perusahaan multinasional di Indonesia juga
terus mendukung upaya melawan korupsi dengan menerapkan program kepatuhan
di dalam perusahaan dan membagi pengalaman kepada pihak-pihak lain. Siemens
telah mendapatkan skor tertinggi (100) di dalam Dow Jones Sustainability Index
200817 setelah melakukan perubahan mendasar di dalam program kepatuhannya.
Program Kepatuhan Siemens yang diterapkan saat ini dibuat pada tahun 2007 dan
2008, yang awalnya dibuat sehubungan dengan skandal korupsi yang banyak
terjadi di unit bisnis Siemens dan perusahaan-perusahaan regional Siemens.
Program kepatuhan baru tersebut didasarkan pada sebuah sistem yang secara jelas
menetapkan langkah-langkah Kepatuhan Siemens di seluruh dunia yang terdiri
dari Pencegahan, Deteksi dan Tanggapan.
Sebagai bagian dari program kepatuhan Siemens juga melaksanakan
program Collective Action untuk melawan korupsi demi terciptanya iklim usaha
yang bersih.
17Siemens, Compliance In-Person Training, Maret 2009, hal. 60
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
36
Universitas Indonesia
Gambar 3.1 Program Kepatuhan Siemens Sumber: The Siemens Compliance Program, hal.3
3.1 Penerapan Collective Action di Siemens
3.1.1 Profil Siemens AG dan PT Siemens Indonesia18
Siemens AG didirikan pada tahun 1847 di Berlin dan berkantor pusat di
Munich, Jerman. Siemens AG merupakan pionir dalam teknik elektrik dan
elektronik dimana hal tersebut merupakan salah satu kekuatan terbesar dalam
industrialisasi. Sebagai salah satu pionir, Siemens AG memiliki pencapaian yang
ambisius terutama dalam mengkapitalisasi perkembangan kesempatan yang ada di
seluruh dunia seperti pada pasar-pasar yang sedang berkembang di dunia melalui
solusi dan produk yang inovatif. Visi Siemens AG di masa depan adalah menjadi
pionir dalam pemasok energi yang efisien, produktifitas industri, sistem kesehatan
yang dapat disesuaikan, dan solusi infrastruktur yang cerdas.
Siemens AG memiliki kurang lebih 405.000 karyawan. Siemens AG
mengutamakan lingkungan kerja yang sehat dan seimbang serta membantu para
18 Website Siemens <http://id.siemens.com/AboutUs/Pages/Default.aspx>
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
37
Universitas Indonesia
karyawannya dalam mengintegrasikan kreativitas dan kemampuannya. Siemens
AG hadir di 109 negara dengan 1.640 lokasi yang tersebar di seluruh dunia,
termasuk 176 fasilitas Research and Development (R&D). Pusat riset yang
terbesar berada di Jerman, Amerika Serikat, dan Cina. Siemens AG
menginvestasikan EUR 3,9 milyar atau 5,1 persen dari total pendapatan kepada
riset dan pengembangan di tahun fiskal 2009.
Siemens AG memiliki fokus bisnis di sektor industri, energi, dan healthcare.
Sektor industri Siemens AG merupakan pemasok terbesar di dunia dalam kategori
manufaktur, transportasi, serta sistem pencahayaan dan bangunan. Sektor ini
bertujuan untuk meningkatkan fleksibilitas produksi dan memenuhi kepuasan
konsumen. Sektor energi Siemens AG merupakan salah satu pemasok terdepan di
dunia bagi berbagai macam produk, solusi dan jasa pembangkit tenaga, transmisi
dan distribusi sekaligus produksi, konversi, dan transportasi bahan bakar minyak
utama dan gas. Sektor ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi transmisi dan
pembangkit tenaga sekaligus mengurangi emisi CO2. Sektor healthcare Siemens
AG merupakan salah satu pemasok terbesar di dunia dalam industri kesehatan.
Sektor ini menawarkan solusi dan inovasi teknologi dalam dunia kesehatan
sekaligus integrasi sistem dan diagnosa laboratorium. Tujuannya untuk
memberikan layanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas tinggi.
Pada tahun 1909, Siemens AG membuka kantor pertamanya di Indonesia
pada tahun 1909 yang terletak di Surabaya, Jawa Timur. Kemudian pada tahun
1973 didirikan PT Siemens Indonesia. Menyusul era globalisasi, PT Siemens
Indonesia melakukan pengembangan antara lain dengan pembangunan pabrik di
daerah Pulomas pada tahun 1975, pembangunan pabrik kedua untuk kegiatan
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
38
Universitas Indonesia
manufaktur yang berlokasi di Cilegon pada tahun 1989, pembentukan PT Indo
VDO pada tahun 1995 yang menyediakan sistem otomotif, pembentukan PT Jawa
Power pada tahun 1997 yang merupakan pembangkit listrik yang berada di Jawa
Timur dimana PT Siemens Indoensia memiliki kepemilikan 50%, pembentukan
PT Osram Indonesia pada tahun 1998 yang menyediakan sistem penerangan serta
pada tahun yang sama PT Siemens Indonesia juga mendirikan PT S Cerberus
yang menyediakan sistem keamanan bagi gedung.
Pada tahun 2009 PT Siemens Indonesia merayakan 100 tahun hadirnya
Siemens di Indonesia. Saat ini sekitar seperenam energi yang dikonsumsi di
Indonesia dihasilkan, ditransmisikan, dan didistribusikan dengan teknologi milik
PT Siemens Indonesia. Pada tahun fiskal 2009 (1 Oktober 2008 hingga 30
September 2009), penjualan PT Siemens Indonesia pada konsumen di Indonesia
mencapai EUR 155 juta. Sedangkan pemesanan baru mencapai nilai EUR 201 juta.
Hingga saat ini Siemens memiliki kurang lebih 3000 karyawan di Indonesia
dengan 4 buah perusahaan, 4 fasilitas manufaktur, dan 3 kantor cabang di
Indonesia. Sekitar 80% dari hasil produksi pabrik PT Siemens Indonesia yang
berlokasi di Pulomas dan Cilegon merupakan produk ekspor. PT Siemens
Indonesia juga memiliki pelatihan yang disebut The Vocational Training yang
telah melatih 735 teknisi ahli dalam bidang industri elektrik, industri mekanik, dan
mekatronik sejak tahun 1977. Pada tahun 2008 PT Siemens Indonesia menerima
penghargaan dari Menteri Tenaga Kerja berupa Gold Flag Award 2008 dengan
Zero Accident Certificate yang merupakan bentuk pencapaian PT Siemens
Indonesia karena tidak terjadinya kecelakaan sama sekali di tempat kerja dalam
jangka waktu 3 tahun.
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
39
Universitas Indonesia
3.1.2 Kerjasama Siemens dan World Bank Institute19
Pada dasarnya, tindakan kolektif sangat efektif untuk memerangi korupsi
sebagai upaya yang dilakukan oleh masing-masing kantor cabang perusahaan.
Siemens telah menjalin kerjasama dengan World Bank Institute dan mitra lainnya
untuk membuat sebuah Collective Action Guideline dalam rangka mengatasi
masalah korupsi yang diterbitkan pada bulan Juni 2008. Ini adalah panduan
praktek dalam menggagas dan memberlakukan pakta integritas dengan para
pesaing dan pelanggan yang bertujuan untuk menciptakan persaingan yang bebas
korupsi. Siemens telah menerapkan tujuan dan bekerja secara aktif untuk
melaksanakan aturan ini.
3.1.3 Analisa Pemangku Kepentingan20
Untuk memerangi korupsi secara efektif dan berkesinambungan, perusahaan
harus menggabungkan kekuatan dengan pemangku kepentingan dari bisnis,
pemerintah dan masyarakat. Upaya bersama memastikan perilaku anti korupsi
yang sama dan oleh karena itu menghindari kerugian dalam persaingan usaha
karena menjadi perusahaan yang bersih.
Proses analisa pemangku kepentingan membuka jalan bagi budaya anti
korupsi yang sebenarnya dan mendorong pembentukan hubungan jangka panjang
dan kerjasama dengan pemain anti korupsi lainnya. Ini merupakan bagian yang
mendasar dari aktivitas collective action. Memetakan pemangku kepentingan
19 Pohlmann, Andreas & Moosmayer, Klaus, Siemens Corporate Legal and Compliance: The Siemens Compliance Program, Aug 11, 2009
20 Zindera, Sabine & Kues, Anna-Christina, Siemens Corporate Legal and Compliance: Collective Acion, Stakeholder Mapping Process, Oct 14, 2009
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
40
Universitas Indonesia
berarti mengidentifikasi harapan dan kekuatan dari semua rekan atau grup. Hal ini
membantu membangun prioritas pemangku kepentingan sambil menjaga visi
global interaksi antar rekan-rekan.
Proses pemetaan pemangku kepentingan antara lain memastikan analisa
menyeluruh terhadap situasi dan memberikan pendekatan terstruktur kepada
pemangku kepentingan anti korupsi yang potensial, membantu anda untuk
mengidentifikasi rekan collective action yang tepat, mendukung terbentuknya
hubungan yang kuat dengan pemangku kepentingan, memacu keyakinan iklim
yang menfasilitasi dialog, akan membantu untuk memampukan pemahaman
harapan pemangku kepentingan tertentu dan perhatian berbagai pemain,
memampukan pembagian keahlian dan kegiatan anti korupsi, bertujuan
membangun komunitas anti korupsi dan jaringan di masing-masing negara,
melibatkan pemain utama dalam bisnis global di negara-negara, tanpa
komitmennya aturan main yang adil tidak akan efektif.
Penyusunan peta pemangku kepentingan memberikan gambaran pemain-
pemain anti korupsi di negara yang bersangkutan. Mengenal pemangku
kepentingan adalah pra-syarat untuk memilih rekan bagi aksi bersama melawan
korupsi, keberhasilan pelaksanaan inisiatif jangka panjang dan kerjasama. Yang
terakhir memberikan dasar untuk memfasilitasi pakta integritas dan pakta
kepatuhan/compliance di negara masing-masing, dimana mereka memperkuat
pemikiran tentang anti korupsi, melibatkan secara aktif pemangku kepentingan
dalam jangka panjang walaupun tidak berhasil menjalin hubungan dengan
pemangku kepentingan sekarang, sangat berharga tetap menjalin hubungan dan
mencari peluang bagi collective action di masa depan.
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
41
Universitas Indonesia
Mengenal pemangku kepentingan akan membantu membangun peluang
collective action di masa depan. Pemangku kepentingan adalah kelompok yang
dipengaruhi oleh, atau memiliki dampak terhadap, sebuah aktivitas organisasi,
produk atau jasa dan kinerja yang saling berhubungan. Organisasi memiliki
banyak pemangku kepentingan, masing-masing dengan tipe dan tingkat
keterlibatan yang berbeda-beda, dan seringkali dengan konflik kepentingan dan
perhatian yang berbeda-beda.
Kerjasama dengan pemangku kepentingan sebagai dasar collective action.
Hipotesa yang mendasari pendekatan kerjasama adalah bahwa hanya dengan
kolaborasi kita dapat memastikan bahwa collective action terus berjalan.
Kerjasama yang paling kuat adalah yang berasal dari organisasi rekanan yang
terbaik. Oleh karena itu sangat penting untuk mengidentifikasi jenis organisasi
rekanan yang akan menambah nilai, mengeksplorasi berbagai pilihan yang
tersedia dengan membangun kontrak yang ada dan telah terbukti atau dengan
mencari peranan yang baru. Pilih rekan yang paling sesuai dan mengamankan
keterlibatan aktifnya.
Proses pemetaan pemangku kepentingan dapat dibagi dalam empat tahap:
1. Identifikasi Semua Pemangku Kepentingan
Tahap ini melibatkan penelitian dalam rangka mengidentifikasi kekuatan
pelaku anti korupsi di negara bersangkutan. Dalam rangka melawan korupsi pada
tingkat global, Siemens telah membuat kolaborasi mendalam yang aktif dengan
organisasi seperti: World Bank Instititute, UN Global Compact, World Economic
Forum’s PACI, International Chamber of Commerce (ICC), Center for
International Private Enterprise (CIPE), International Business Leader Forum,
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
42
Universitas Indonesia
Transparency International. Kolaborasi di tingkat korporat Siemens dengan
organisasi tersebut dapat digunakan untuk menjembatani kerjasama dengan
perwakilan lokal dari organisasi ini di negara bersangkutan.
Sebagai tambahan pemangku kepentingan internasional dan non pemerintah,
rekan dalam collective action dapat termasuk: pemerintah dan kementrian, otoritas
dan organisasi publik, LSM lokal yang aktif atau asosiasi, perusahaan lokal besar
lainnya atau lembaga konsultan, asosiasi bisnis atau perdagangan, kamar dagang,
universitas atau pusat penelitian
Peta pemangku kepentingan kelihatan seperti jaring laba-laba dan
memberikan gambaran grafis dari kerjasama dengan pemangku kepentingan.
Idealnya, peta tersebut juga menggambarkan tahapan kerjasama (aktif, sudah
didekati, belum aktif).
Gambar 3.2 Peta Pemangku Kepentingan Sumber: Departemen Compliance PT Siemens Indonesia
Accountant
NGO’s
Public
Customers
Universities
Chamber
Local
International
Kemitraan
ICW
Grant Thronton
Deloitte
Ernst-Young
PWC
KPMG
Competitor
PLN
Krakatau Steel
Pertamina
UI
UNPAD
IPMI
PPM
Kadin
Ekonid
ABB
Philips Indonesia
Schneider Indonesia
Areva T&D
GE Indonesia
Toshiba Indonesia
Collective Action
KPK
LKDI
Finance Department
Legal Department and Human Rights
TI
World Bank
Tifa
IBL
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
43
Universitas Indonesia
2. Prioritaskan Pemangku Kepentingan
Begitu anda mengetahui pemangku kepentingan lokal, sangatlah penting
untuk memberi mereka peringkat berdasarkan relevansi dan keinginan mereka
menjadi rekan collective action yang bernilai. Kriteria yang mendasari tingkatan
tersebut termasuk reputasi pemangku kepentingan dan kredibilitasnya dalam
kegiatan anti korupsi, kesuksesan mereka dalam anti korupsi dan kepatuhan, area
fokusnya, dan harapan atau risiko yang berkaitan dengan penugasan selanjutnya.
3. Kunjungi dan Validasi Pemangku Kepentingan
Pada tahap ini mulailah membangun hubungan daengan pemangku
kepentingan yang telah diprioritaskan dalam rangka menyebarkan minat dalam
collective action. Bertujuan mempersiapkan rapat untuk mendiskusikan peluang
collective action atau kolaborasi secara umum. Dengan syarat mereka mau
menyumbangkan sumber daya, dukungan atau ide, yang dapat anda validasi
sebagai rekan collective action. Akan tetapi, selalu pastikan bahwa aturan
persaingan usaha selalu diperhatikan.
4. Sepakati Peta Jalan Collective Action
Dalam tahap final ini, hasil pertemuan tersebut dikumpulkan. Identifikasi
langka selanjutnya menuju pelaksanaan Collective Action dan menyarankan
kepada pemangku kepentingan tersebut siapa yang ingin memberikan sumbangan
dan memiliki sumber daya yang cukup.
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
44
Universitas Indonesia
Berikut hasil analisa pemangku kepentingan yang dilakukan Siemens
Indonesia sebagai berikut:
Perusahaan Pesaing
Seperti telah disebutkan di bagian 3.1.1, Siemens bergerak di bidang industri
elektronik yang terdiri dari 3 sektor, yaitu Energi, Industri dan Kesehatan. Dari
analisa pemangku kepentingan tersebut diidentifikasi perusahaan multinasional
yang bergerak di bidang yang sama antara lain: Asea Brown Bovery (ABB) untuk
sektor otomatisasi industri, Philips Indonesia untuk sektor alat kesehatan,
Schneider untuk sektor energi dan otomatisasi industri, Areva untuk sektor energi,
GE Indonesia untuk sektor energi dan industri khususnya transportasi, Toshiba
Indonesia untuk sektor alat kesehatan.
Pelanggan
Untuk pelanggan di ketiga sektor dimana Siemens bergerak, dapat
diidentifikasi beberapa perusahaan nasional maupun multinasional, swasta
maupun pemerintah, besar maupun kecil dan menengah untuk menjadi mitra
dalam collective action, seperti PLN, Pertamina, BP, Chevron di bidang energi,
Krakatau Steel di sektor industri otomatisasi, PT Kereta Api Indonesia di sektor
industri transportasi.
Kamar Dagang
Kamar Dagang dan asosiasi bisnis yang tergabung merupakan wadah
berkumpulnya pengusaha-pengusaha. Oleh karena itu peranan Kamar Dagang dan
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
45
Universitas Indonesia
asosiasi bisnis sangatlah penting untuk mendorong terlaksananya collective action
ini. Seperti kewajiban untuk melakukan sertifikasi terhadap setiap anggotanya,
sehingga mempunyai standar tata kelola perusahaan yang baik demi tercapainya
praktek bisnis yang bersih.
Akuntan
Peran akuntan di dalam collective action ini dapat membantu memberikan
sumber daya untuk melakukan penilaian atas pelaksanaan good corporate
governance yang melandasi collective action di setiap perusahaan yang ikut serta
di dalam collective action ini. Dalam hal sertifikasi, peran akuntan dapat menjadi
pihak yang independen untuk melakukan penilaian tersebut.
Universitas dan Akademisi
Dunia pendidikan dapat menjadi mitra dalam collective action ini dalam hal
penelitian dan pelatihan. Mulai dari tingkat dasar hingga tingkat perguruan tinggi.
Dalam hal ini beberapa perguruan tinggi baik negeri maupun swasta telah
diidentifikasi untuk menjadi mitra dalam collective action ini seperti: Universitas
Indonesia, Universitas Padjadjaran, Universitas Gadjah Mada, IPMI Business
School, PPM, Prasetya Mulya.
Pemerintah
Lembaga pemerintah perlu juga ikut serta dalam collective action ini demi
menunjang efektifitas upaya dari sektor swasta tersebut. Peranan KPK yang
merupakan lembaga pemerintah yang khusus menangani kasus-kasus korupsi
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
46
Universitas Indonesia
merupakan mitra yang sangat penting dalam mendukung collective action ini.
Selain itu kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, Badan Perencanaan
Nasional (Bappenas), Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah (LKPP),
Kementerian Keuangan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Pekerjaan
Umum dan lain-lain.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
Lembaga swadaya masyarakat merupakan salah satu pilar utam di dalam
collective action. Selama ini, LSM giat mendukung upaya pemberantasan korupsi.
Oleh karena itu LSM tersebut perlu dijadikan mitra di dalam collective action ini
dimana mereka dapat memerankan fungsi pengawas independen ataupun
fasilitator di dalam collective action tersebut. Dari penelitian yang penulis lakukan
diperoleh beberapa LSM yang memiliki reputasi baik di dalam bidang good
corporate governance maupun anti korupsi antara lain: KNKG, LKDI, ICW, Tifa,
IBL, Kemitraan, Transparency International Indonesia, IICG, IICD, FCGI,
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)21 didirikan pada
tanggal 30 Nopember 2004 dengan Keputusan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian No: KEP-49/M.EKON/11/TAHUN 2004 untuk menggantikan
Komite Nasional Kebijakan Good Corporate Governance yang dibentuk tahun
1999. Baru-baru ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian telah
mengesahkan Keputusan No. KEP-14/M.EKON/03/TAHUN 2008. Tujuan
KNKG adalah untuk mempropagandakan penerimaan dan pelaksanaan prinsip
Good Corporate Governance secara nasional dan membangun reputasi Indonesia
21Website KNKG <http://www.knkg-indonesia.com/KNKG/index.asp>
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
47
Universitas Indonesia
sebagai sebuah negara dimana standar tata kelola baik yang tinggi melekat di
seluruh perekonomian masyarakat dan administrasi perusahaan. Karena tata kelola
perusahaan mengandung masalah sosial, hukum dan ekonomi, KNKG menempuh
aktivitas program yang luas yang termasuk informasi, penelitian dan pelatihan,
semuanya bertujuan menyentuh opini publik terhadap kebutuhan kode etik tata
kelola perusahaan yang baik dan membantu organisasi menerapkan prinsip-prinsi
ini dengan bantuan informasi, penelitian dan fasilitas pelatihan dari KNKG. Tata
kelola perusahaan mempengaruhi semua lapisan masyarakat. Kode dan prinsip
memiliki dampak politik, hukum, ekonomi dan sosial. KNKG melakukan
penelitian ke dalam aspek tata kelola yang luas dan memantau penerapan dan
penyebarannya melalui sistem pengendaliannya.
Lembaga Komisaris dan Direktur Indonesia (LKDI)22 didirikan oleh
Komite Nasional Kebijakan Governance pada tahun 2000 untuk meningkatkan
kompetensi profesional direktur perusahaan dan komisaris di Indonesia dan
memberikan mereka pengetahuan dan keahlian untuk memperkenalkan dan
menerapkan Good Corporate Governance di dalam organisasi mereka. LKDI
memberikan kursus pelatihan dan program pendidikan yang mengarah kepada
sertifikat LKDI dalam Good Corporate Governance. KNKG sedang membangun
alat E-learning yang menawarkan kursus Good Corporate and Public Governance
kepada siswa di seluruh Indonesia dengan menggunakan Internet. LKDI
menjalankan kursus pelatihan Good Governance (e-learning) dan memberikan
sertifikasi yang akhirnya dapat menghasilkan keanggotaan LKDI. Kursus
22Website KNKG <http://www.knkg-indonesia.com/KNKG/index.asp>
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
48
Universitas Indonesia
pelatihan, isi, interasi dengan pembimbing dan pelatih dilakukan melalui website
LKDI.
TIFA23 didirikan pada tanggal 18 Desember 2000 dengan dasar pemikiran
bahwa DEMOKRATISASI yang mulai berjalan seiring dengan jatuhnya rejim
Soeharto, meninggalkan banyak pekerjaan. Salah satu yang dianggap penting
adalah dengan mendorong Indonesia dan masyarakatnya menjadi lebih terbuka,
tidak lagi tertutup seperti yang terjadi pada masa rejim sebelumnya. Misi Tifa
adalah memperjuangkan masyarakat terbuka di Indonesia, yang menghormati
keragaman serta menjunjung tinggi penegakan hukum, keadilan, dan persamaan.
Visi Tifa adalah sebuah komunitas dimana penduduk, pemerintah, dan sektor
bisnis mendukung hak-hak individu khususnya hak dan pandangan kaum
perempuan, kaum minoritas, dan kelompok marjinal lainnya, serta mendukung
dan memupuk solidaritas dan tata pemerintahan yang baik. Untuk mewujudkan
misi dan visi di atas, Tifa berupaya untuk memperkuat dan memberdayakan
masyarakat sipil. Tifa meyakini solidaritas, kejujuran, kesetaraan,apresiasi dan
pengembangan kapasitas individu merupakan nilai inti yang menjadi jiwa dan
prinsip pemandu dalam setiap tindakan dan pencapaian Tifa.
Indonesian Corruption Watch (ICW)24 adalah lembaga nirlaba yang terdiri
dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas korupsi
melalui usaha-usaha pemberdayaan rakyat untuk terlibat/berpartisipasi aktif
melakukan perlawanan terhadap praktek korupsi. ICW lahir di Jakarta pada
tanggal 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang menghendaki
23Website TIFA <http://www.tifafoundation.org/visi.pl> 24Website ICW <http://www.antikorupsi.org/>
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
49
Universitas Indonesia
pemerintahan pasca Soeharto yang demokratis, bersih dan bebas korupsi. Visi
ICW adalah menguatnya posisi tawar rakyat untuk mengontrol negara dan turut
serta dalam keputusan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang
demokratis, bebas dari korupsi, berkeadilan ekonomi, sosial, serta jender. Misi
ICW adalah memberdayakan rakyat dalam: Memperjuangkan terwujudnya sistem
politik, hukum, ekonomi dan birokrasi yang bersih dari korupsi dan berlandaskan
keadilan sosial dan jender. Memperkuat partisipasi rakyat dalam proses
pengambilan dan pengawasan kebijakan publik. Dalam menjalankan misi tersebut,
ICW mengambil peran sebagai fasilitator penyadaran dan pengorganisasian rakyat
dibidang hak-hak warganegara dan pelayanan publik. Memfasilitasi penguatan
kapasitas rakyat dalam proses pengambilan dan pengawasan kebijakan publik.
Mendorong inisiatif rakyat untuk membongkar kasus-kasus korupsi yang terjadi
dan melaporkan pelakunya kepada penegak hukum serta ke masyarakat luas untuk
diadili dan mendapatkan sanksi sosial. Memfasilitasi peningkatan kapasitas rakyat
dalam penyelidikan dan pengawasan korupsi. Menggalang kampanye publik guna
mendesakkan reformasi hukum, politik dan birokrasi yang kondusif bagi
pemberantasan korupsi. Memfasilitasi penguatan good governance di masyarakat
sipil dan penegakan standar etika di kalangan profesi.
Indonesia Business Link25 adalah sebuah yayasan nirlaba yang didirikan
pada saat kebangkitan Indonesia dari krisis ekonomi. Tujuan utama dari organisasi
ini adalah untuk memberikan sumbangan melalui penciptaan praktek bisnis yang
beretika di negara ini. Organisasi ini merupakan afiliasi dari International
Business Leaders Forum yang didirikan oleh Pangeran Charles dari Inggris.
25Website IBL <http://www.ibl.or.id/index.php?id=static&page=About&lang=en>
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
50
Universitas Indonesia
Pendiri IBL adalah pimpinan bisnis dari Rio Tinto, Accenture dan Ernst & Young.
Sponsor perusahaan sekarang termasuk perusahaan global seperti BP, B&M
Consultant (HHP), Coca Cola, DHL, ERM Indonesia, PricewaterhouseCoopers,
Shell, Standard Chartered, McKinsey, Unilever, termasuk juga perusahaan dari
Indonesia seperti Bogasari Fluor Mills, PPM Institute of Management, dan Grup
Rajawali. Donor Internasional merupakan donor utama dari IBL antara lain
UNDP, Department for International Development (DfID) dari Inggris dan Ford
Foundation. IBL merupakan cabang dari diskusi oleh berbagai pemangku
kepentingan pada saat Annual Worldbank Conference di bulan Oktober 1998 di
Washington DC. Rapat ini menuju kepada suatu consensus akan kebutuhan untuk
mendirikan organisasi swasta dengan tujuan membantu memperbaiki corporate
governance di Indonesia. Diskusi tersebut difasilitasi oleh perwakilan dari Bank
Dunia (World Bank), ADB, UNDP dan PW-IBLF demikian juga lembaga non-
pemerintah dan organisasi. Diskusi selanjutnya diadakan di Indonesia, atas
inisiatif PW-IBLF dan partisipasi oleh perusahaan multinasional, lembaga
multilateral dan lembaga non pemerintah lokal, melahirkan terbentuknya IBL.
Program pertama diawali pada saat resepsi yang diadakan oleh Duta Besar Inggris
pada tanggal 9 Desember 1999 di Jakarta. Status hukum IBL adalah sebuah
yayasan yang didirikan berdasarkan akta notaris pada bulan Agustus 2001 di
Jakarta. Sampai saat ini terdapat 20 perusahaan yang menjadi anggota,
kebanyakan perushaan multinasional, dari berbagai industri. Sejak tahun 1999,
IBL telah aktif mempromosikan praktek etika bisnis di Indonesa melalui 2 (dua)
macam kegiatan utama antara lain rapat kerja etika bisnis dan pembentukan
kapasitas Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Pendanaan pertama bagi kegiatan
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
51
Universitas Indonesia
tersebut disediakan oleh perusahaan yang menjadi pendiri, UNDP dan DfID.
Pendanaan selanjutnya dilakukan melalui PW-IBLF yang merupakan mitra
internasional dari IBL. Menanggapi meningkatnya dukungan dari anggotanya dan
donor internasional, demikian juga meningkatnya kesadaran dan kebutuhan di
dalam komunitas bisnis lokal akan pentingnya good corporate governance. IBL
berencana memperluas programnya untuk memasukkan masalah good corporate
citizenship atau dikenal dengan istilah corporate social responsibility (CSR).
Akhir-akhir ini program-program baru yang dijalankan IBL seperti program
pengusaha muda, dan inisiatif Kemitraan bagi Pembangunan Berkelanjutan adalah
contoh transformasi tersebut.
Partnership for Governance Reform (Kemitraan)26 berawal dari krisis
ekonomi dan politik di akhir 90-an, yang berpuncak pada kejatuhan rezim Order
Baru Soeharto pada tahun 1998. Di tengah-tengah kebingungan politik pada era
sesudah Soeharto, pemilihan umum pertama di bulan Juni 1999, diadakan dengan
dukungan komunitas internasional dibawah payung Program PBB, menandai batu
loncatan besar pada jalan reformasi tata kelola. Sukses pelaksanaan pemilu
tersebut merupakan tahap perluasan kerjasama masyarakat sipil, sector swasta,
pemerintah dan donor untuk memajukan reformasi tata kelola. Pada saat itu
pemerintah kurang berminat memperbaiki struktur dan proses tata kelola. Rakyat
sangat tidak mempercayai pemerintah dan masyarakat sipil lemah. Tidak ada
agenda reformasi yang dibicarakan. Untuk mempromosikan reformasi diperlukan
sebuah mekanisme kelembagaan yang independen. Idenya adalah membangung
sebuah mekanisme yang tumbuh dari diskusi antara berbagai pemangku
26Website Partnership <http://www.kemitraan.or.id/about-partnership/our-history/partnership-history/>
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
52
Universitas Indonesia
kepentingan yang telah bekerjasama di dalam proses pemilu. Hal itu mengarah
pada keputusan di akhir tahun 1999 untuk melakukan proses konsultasi di bawah
kepemipinan UNDP yang melahirkan Partnership for Governance Reform di
Indonesia pada bulan Maret 2000, yang juga dikenal sebagai Partnership atau
Kemitraan or the Partnership.
3.1.4 Siemens Integrity Intiative27
Pada tahun 2009, Siemens meluncurkan proyek Siemens Integrity Initiative
senilai EUR 100 juta untuk jangka waktu 15 tahun sebagai bagian komitmen
dengan Wolrd Bank. Proyek tersebut berfokus pada Collective Action dan
Pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan upaya untuk memberantas
kecurangan dan korupsi di negara-negara dimana tingkat korupsi masih tinggi.
Selanjutnya pada 9 Desember 2009, Siemens AG telah mengumumkan sebuah
call for expressions of interest secara global untuk menerima proposal dari
berbagai organisasi yang luas.
Pengumuman hasil seleksi sekaligus peluncuran secara global program SII
telah dilakukan tanggal 9 Desember 2010 di kantor pusat Siemens AG di Munich,
Jerman. Telah terpilih 30 lembaga yang tersebar di 20 negara yaitu Indonesia,
Angola, Brazil, China, Mesir, India, Italia, Meksiko, Nigeria, Philipina, Rusia,
Republik Slovakia, Afrika Selatan, Republik Czech, Amerika Serikat, Vietnam,
dan beberapa negara di Timur Tengah dengan total dana USD 40 juta untuk tahap
pertama.
Di Indonesia, Kemitraan bagi Tata Pembaruan Pemerintahan (Partnership
for Governance Reform) telah terpilih menjadi satu-satunya partner melalui
27 Press Release Siemens Integrity Initiative, 13 Desember 2010
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
53
Universitas Indonesia
program CLEANING (Collaborative Leveraging of E-Procurement
Accountability, Nexus and Integrity for the Newfound Governance). Dengan total
biaya sebesar USD 1,5 juta, program ini akan berlangsung selama 3 tahun.
Presiden Direktur dan CEO, PT Siemens Indonesia, Hans Peter Haesslein
menyampaikan dalam pertemuan dengan Kemitraan:
“We hope that our contribution in the CLEANING project by the Partnership as our CSR-focused business will proactively promote public interest by encouraging community growth and development, as well as voluntarily eliminating practices that harm the public interest, including corruption.”
Kemitraan mengajukan program ini dilatarbelakangi oleh adanya potensi
kehilangan uang negara pada pengadaan barang dan jasa masih sangat besar. Data
pendukung misalnya bahwa 70%-80% dari total kasus korupsi yang ditangani
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sampai saat ini adalah penyimpangan di
bidang penyediaan barang atau jasa. Sementara itu, anggaran untuk Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah selalu meningkat secara signifikan dan potensi
kebocorannya bila proses pengadaannya secara manual sampai sepertiga dari total
APBN dan APBD.
Melalui program ini, Kemitraan bersama dengan Lembaga Kebijakan
Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP), Magister Ekonomika Pembangunan
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gajah Mada (MEP UGM), Asosiasi
Pengusaha Indonesia (APINDO), dan lembaga-lembaga pemerintah serta
masyarakat sipil lainnya akan mendorong terjadinya iklim pengadaan barang dan
jasa yang lebih adil, transparan, akuntabel, dan menjamin persaingan sehat antar
pelaku usaha.
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
54
Universitas Indonesia
Dalam kesempatan yang sama Direktur Eksekutif Kemitraan, jelas
Wicaksono Sarosa menyampaikan:
“Tujuan utamanya adalah untuk menyesuaikan dan mengarusutamakan prinsip-prinsip anti korupsi, nilai-nilai dan standar sebagaimana diarahkan oleh Konvensi Anti Korupsi (UNCAC) dan instrumen hukum internasional, yang sudah diadopsi dalam peraturan hukum di level nasional maupun daerah. Selain itu program ini bertujuan untuk membangun kapasitas para pihak, yang berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa secara elektronik (e-procurement) baik individu maupun kolektif, tentang pencegahan korupsi dan penuntutan demi sebuah sistem pengadaan barang dan jasa yang efektif dan mekanisme umpan balik yang realiable melalui Monitoring dan Evaluasi,”
Untuk mencapai tujuan ini, maka kegiatan pokok yang akan dilaksanakan
dalam program ini adalah pertama, menganalisa gap antara instrumen hukum
nasional dan hukum internasional, menyesuaikan standar pengadaan internasional
ke dalam hukum nasional melalui penyusunan peraturan hukum dan standar
pengadaan yang baru, kedua, mendampingi sektor privat dan vendor atau
pengusaha kecil dan menengah untuk melaksanakan kerangka hukum nasional
yang telah disesuaikan. Proyek ini juga akan menguatkan kapasitas pengusaha
atau vendor, pegawai pemerintahan yang bertugas sebagai agen e-procurement
melalui pelatihan, mendiseminasikan ke organisasi yang peduli pada pemantauan
praktek pengadaan dan memberikan pendampingan teknis kepada pemerintah
daerah dalam mengimplementasikan prinsip anti korupsi dan sistem integritas
dalam pengadaan barang dan jasa.
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
55
Universitas Indonesia
3.2 Penerapan Collective Action di Indonesia
3.2.1 Pakta Integritas menurut Peraturan Pengadaan Pemerintah
Pengadaan pemerintah diatur dengan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun
2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang
merupakan penyempurnaan dari Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2000
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah.
Keputusan Presiden ini bertujuan agar pengadaan barang/jasa pemerintah yang
dibiayai dengan APBN/APBD dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien
dengan prinsip persaingan sehat, transparan, terbuka dan perlakuan yang adil bagi
semua pihak, sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi fisik,
keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas Pemerintah dan pelayanan
masyarakat.28
Menurut Kepres 80, Pakta Integritas adalah surat pernyataan yang
ditandatangani oleh pengguna barang/jasa/panitia pengadaan/pejabat
pengadaan/penyedia barang/jasa yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak
melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN) dalam pelaksanaan pengadaan
barang/jasa.28
Keppres No. 80 ini telah direvisi beberapa kali dan terakhir dengan
Peraturan Presiden No. 54 dimana pengadaan barang dan jasa pemerintah wajib
menggunakan sistem elektronik yaitu e-procurement mulai 1 Januari 2011.
Namun konsep pakta integritas antara Keppres No. 80 dengan Perpres No. 54
tidak memiliki perkembangan yang signifikan.
28 Transmedia Pustaka, Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, 2008
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
56
Universitas Indonesia
3.2.2 Aksi Bersama Berdasarkan Prinsip Moral
Tiga Pilar Kemitraan (3PK)29
3 Pilar Kemitraan dibentuk pada tanggal 16 Desember 2003. Tiga Pilar
Kemitraan merupakaan kemitraan dari tiga komponen yang terdiri dari
Penyelenggara Negara, Dunia Swasta dan Masyarakat yang berkomitmen
menciptakan Good Governance. Tiga Pilar Kemitraan dideklarasikan pada tanggal
27 September 2002 oleh Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara,
Kadin Indonesia dan Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI).
Pada tanggal 27 September 2002 atas prakarsa Kementrian Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara, Kadin Indonesia dan Masyarakat Transparansi
Indonesia dibentuklah koalisi kebersamaan dengan sebutan Tiga Pilar Kemitraan.
Wujud kemitraan dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi
dituangkan melalui Nota Kesepakatan Kerjasama yang ditandatangani tanggal 16
Desember 2003, di Hotel Meridien Jakarta antara Menpan sebagai unsur
Pemerintah, Ketua Umum Kadin Indonesia yang mewakili Dunia Usaha serta
empat Lembaga Swadaya Masyarakat yang mewakili Unsur Masyarakat, yaitu
Masyarakat Transparansi Indonesia (MTI), Indonesia Procurement Watch (IPW),
Transparency International Indonesia (TII) dan Kemitraan untuk Pembaharuan
Tata Pemerintahan di Indonesia (Partnership for Good Governance). Nota
Kesepakatan Kerjasama Tahun 2003 tersebut berlaku selama 5 tahun dan telah
berakhir pada tanggal 16 Desember 2008. Sesuai hasil pertemuan tanggal 4
Desember 2008, telah disepakati untuk diperpanjang 5 tahun lagi yang pada hari
ini Insya Allah akan ditandatangani bersama.
29 Website Tiga Pilar <http://www.tigapilar.org/>
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
57
Universitas Indonesia
Koalisi ini dibentuk dengan tujuan untuk melakukan upaya-upaya
pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia. Organisasi ini bertujuan
untuk mendukung INPRES No. 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi dalam rangka menuju Indonesia Baru yang Bersih Transparan Profesional
melalui pembentukan PULAU-PULAU INTEGRITAS (Islands of Integrity)
antara lain Kota, Kabupaten, Provinsi (Pemda), Departemen, Kementerian Negara,
LPND. Sasaran dari 3 Pilar Kemitraan ini adalah meningkatkan Indeks Persepsi
Korupsi (IPK) Indonesia dari 2,2 pada tahun 2005 menjadi 5,0 pada tahun 2010
(sama dengan IPK Malaysia tahun 2004). Tanggal 1-8-2006. Jumlah anggota Tiga
Pilar Kemitraan baru mencapai 60 instansi yang terdiri dari unsur Pemerintah/
Perusahaan/ Asosiasi/ LSM/ lembaga pendidikan, yang diharapkan ke depan akan
terus semakin bertambah.
Hal-hal yang telah diperbuat melalui Forum Tiga Pilar Kemitraan ini melalui
gerakan-gerakan yang intinya mengarah kepada pemberantasan korupsi, kolusi,
dan nepotisme dengan menekankan upaya pencegahan, antara lain:
1. Sosialisasi atau kampanye anti korupsi berupa Peringatan Hari Anti
Korupsi Sedunia, Saresehan, Seminar, Workshop, dialog nasional dan
Pelatihan Metodologi dan Aplikasi Pencegahan Perilaku Korupsi.
2. Penyusunan modul-modul 3 PK yang dapat digunakan sebagai acuan
dalam melaksanakan program-program anti korupsi oleh instansi
Pemerintah maupun institusi non pemerintah.
3. Mendorong, memfasilitasi dan menyaksikan penandatanganan Pakta
Integritas pada Instansi pemerintah pusat antara lain seperti Dep. Agama,
Dep. Kominfo, Dep. Pertanian, Dep. Kehutanan, pada Pemerintah Daerah
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
58
Universitas Indonesia
seperti Bupati Solok, Bandung, Sukabumi, Bogor dan juga para walikota
seperti walikota Jogjakarta, Bandung, Cimahi, Depok serta direksi BUMN
dan jajarannya seperti Pertamina, Perum Bulog, BP Migas, PT. Jamsostek,
PT. Pusri.
4. Memfasilitasi pembentukan Tim Pemantau Independen untuk memonitor
pelaksanaan Pakta Integritas sesuai dengan Modul Pakta Integritas yang
ditetapkan Instansi bekerjasama dengan Unit Pengawas Intern Instansi.
Meskipun terdapat beberapa kekurangan, namun secara keseluruhan
kerjasama antar anggota Tiga Pilar Kemitraan telah memberikan andil yang cukup
signifikan dalam melaksanakan gerakan anti korupsi di Indonesia.
Paska Inpres No. 5 Tahun 2004, IPK Indonesia meningkat dari 2,0 pada
2004, menjadi 2,2 pada 2005, menjadi 2,4 pada 2006, turun menjadi 2,3 pada
2007, naik kembali menjadi 2,6 pada 2008. Sementara sebelum diterbitkannya
Inpres Nomor 5 Tahun 2004, IPK Indonesia hanya meningkat dari 1,7 pada 1999
menjadi 2,0 pada 2004. Dengan kata lain, penerbitan Inpres No. 5 Tahun 2004
telah mendongkrak peningkatan IPK Indonesia secara signifikan.
Oleh karena itu dalam beberapa kali pertemuan telah disepakati untuk
melanjutkan dan memperbaharui kerjasama ini dalam melaksanakan gerakan
nasional menuju Masyarakat Indonesia Baru yang bersih, transparan, profesional,
anti suap dan bebas KKN. Untuk itulah, Nota Kesepakatan Kerja Sama Tiga Pilar
Kemitraan ditanda tangani, yang menandai dilanjutkannya kerja sama dalam
pemberantasan korupsi secara bersama-sama antara unsur Penyelenggara Negara,
Dunia Usaha dan Masyarakat. Setelah acara penandatangan Nota Kesepakatan
Kerjasama ini, dilanjutkan dengan acara pelatihan metodologi dan aplikasi
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
59
Universitas Indonesia
pencegahan perilaku korupsi yang diselenggarakan oleh Dewan Pengurus
Nasional Korpri.
Kelompok Pengusaha Anti Suap (KUPAS)30
Kelompok Pengusaha Anti Suap dibentuk oleh KNKG bersama dengan
Kamar Dagang Indonesia dengan melibatkan berbagai perusahaan BUMN, swasta,
multinasional, asosiasi dan himpunanan, pengusaha kecil dan menengah serta
koperasi. Masing-masing bidang dipimpin oleh koordinator seperti Koordinator
BUMN oleh PT Jamsostek, Koordinator Swasta oleh PT Recapital, Koordinator
Multinasional oleh PT Chevron Indonesia, Koordinator Asosiasi dan Himpunan
oleh APINDO, Koordinator Pengusaha Kecil dan Menengah oleh AUMI.
Pada tahap awal berdirinya KUPAS masih berbentuk Kelompok Kerja dan
di tahun yang kedua, KUPAS ini akan berubah menjadi suatu organisasi
permanen yang dipimpin oleh seorang Ketua Umum dan tim pengurus yang terdiri
dari wakil ketua umum dan disamping itu terdapat Dewan Advokasi KUPAS yang
bertugas memberikan advokasi kepada anggota KUPAS apabila menemui
masalah di lapangan yang berkaitan dengan suap. Siemens ikut berpartisipasi di
dalam KUPAS dengan menjadi pengurus Dewan Advokasi KUPAS.
KUPAS merupakan salah satu contoh pengejawantahan dari inisiatif
berdasarkan prinsip moral. Penerapan disiplin masih berupa sanksi dari kelompok,
belum ada sanksi yang lebih kuat karena masih bersifat kewajiban moral anggota.
Untuk memperkuat inisiatif ini diperlukan perjanjian yang disertakan dengan
sanksi yang lebih serius dan diberikan sertifikasi kepada anggota yang dapat
30 Kumpulan Hasil Rapat Koordinasi Kupas, 2010
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
60
Universitas Indonesia
menerapkan prinsip anti korupsi dalam organisasinya.
KUPAS telah menyusun Roadmap Anti Suap hingga tahun 2015 yang
dimulai dari internal, eksternal dan collective action. Saat ini sudah terdapat
kurang lebih 73 perusahaan yang bergabung di dalam KUPAS. Diharapkan
kontribusi dari dunia usaha dapat menyumbang perbaikan rating dari
Transparency Internation terhadap Indonesia.
3.2.3 Penghargaan Anti Korupsi
Penghargaan tata kelola perusahaan yang baik sudah banyak dilakukan oleh
Corporate Governance Organization seperti: KNKG dengan Annual Report
Award, Indonesia Institute for Corporate Directorship (IICD) dengan Good
Corporate Governance Award, Indonesian Institute of Corporate Governance
(IICG) dengan Corporate Governance Perception Index (CGPI) , KNKG bersama
Bapepam melalui Annual Report Award.
Penghargaan dalam penerapan tata kelola perusahaan yang baik ini dapat
memberikan insentif bagi perusahaan untuk menerapkan good corporate
governance termasuk di dalamnya program anti korupsi. Di dalam pedoman
World Bank Institute, hal ini termasuk dalam Koalisi Bisnis yang Bersertifikat
(Certifying Business Coallition).
Annual Report Award (ARA)31
Annual Report Award (ARA) merupakan pemberian penghargaan tertinggi
atas kualitas laporan tahunan yang diterbitkan secara berkala oleh perusahaan.
31Ikatan Akuntan Indonesia, Transparansi Informasi untuk Pertumbuhan Bisnis yang Berkelanjutan, 31 Maret 2010 <http://www.iaiglobal.or.id/berita/detail.php?catid=&id=131>
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
61
Universitas Indonesia
Kegiatan ini diselenggarakan atas kerjasama BAPEPAM-LK, Kementerian
BUMN, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Bank Indonesia, PT. BEI, Ditjen Pajak
serta Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG).
Laporan tahunan kini tidak lagi sebatas pelaporan pertanggungjawaban
dalam RUPS, namun telah menjadi media komunikasi yang efektif kepada semua
pihak tentang kinerja dan prospek perusahaan kedepan. Keikutsertaan dalam
Annual Report Award merupakan wujud penerapan Good Corporate Governance
serta dapat menjadi sarana bagi perusahaan untuk memperoleh masukan dari
berbagai kalangan tentang seberapa baik laporan tahunan tersebut sekaligus
semakin memantapkan keberadaan perusahaan di komunitas keuangan.
ARA sudah diselenggarakan delapan kali sejak tahun 2002. ARA berlaku
untuk semua perusahaan termasuk BUMN/BUMD, baik perusahaan publik
maupun perusahaan non-publik. Masing-masing perusahaan tersebut wajib
menyerahkan Laporan Tahunan kepada tim penilai. Sebanyak 176 perusahaan
menjadi peserta dalam ARA 2009. Jumlah peserta meningkat 17,4% dari tahun
sebelumnya 163 peserta. Sebanyak 23 perusahaan berhasil meraih penghargaan
laporan keuangan (Annual Report Award) periode 2009.26
Kriteria yang digunakan, disusun dengan memberi penekanan pada kualitas
dari informasi yang tercantum di dalam Laporan Tahunan, khususnya menyangkut
aspek tranparansi dan good corporate governance antara lain:
Memberikan gambaran yang baik dan jelas mengenai kegiatan operasional
perusahaan dan penjelasan mengenai kinerja perusahaan serta indikasi
arah perusahaan di masa yang akan datang;
32detikfinance, 23 Perusahaan Raih Annual Report Award 2009, 22 Sep 2010 <http://www.detikfinance.com/read/2010/09/22/224046/1446206/6/23-perusahaan-raih-annual-report-award-2009>
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
62
Universitas Indonesia
Penyajian informasi keuangan yang baik dan informatif sesuai dengan
ketentuan akuntansi yang berlaku di Indonesia;
Informasi yang jelas mengenai kepemilikan dan penerapan Good
Corporate Governance;
Kepatuhan terhadap peraturan perundangan yang berlaku.
Penghargaan yang diberikan di dalam ARA ini memberikan insentif bagi
peserta untuk meningkatkan penerapan Good Corporate Governance di dalam
perusahaan masing-masing. Adapun bentuk penghargaan yang diberikan antara
lain:
1. Sertifikat yang ditandatangani Menteri Keuangan (semua pemenang);
2. Tidak dilakukan pemeriksaan pajak (pemenang 1 -3);
3. Pemotongan biaya pencatatan/listing fee sebagai Emiten di Bursa Efek
Indonesia (pemenang 1-3);
4. Publikasi pemenang di media massa (semua pemenang);
5. Pengurangan Initial Fee Corporate Member, free pelatihan dan anggota
perorangan IAI (semua pemenang);
6. Penghargaan dari Komite Nasional Kebijakan Governance (pemenang
1 -3);
7. Penghargaan dari Bank Indonesia (semua pemenang);
8. Pengurangan biaya pemeringkatan perusahaan oleh Pefindo (semua
peserta ARA);
9. Pengurangan biaya riset ekuitas oleh Pefindo (semua peserta ARA);
10. Kumpulan peraturan, dan bentuk lain yang dipandang perlu.
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
63
Universitas Indonesia
Corporate Governance Perception Index33
Corporate Governance Perception Index merupakan program tahunan sejak
2001 yang diselenggarakan oleh IICG bekerjasama dengan majalah SWA
Sembada. CGPI adalah program riset dan pemeringkatan penerapan GCG (Good
Corporate Governance) pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. CGPI diikuti
oleh Perusahaan Publik (Emiten), BUMN, Perbankan dan Perusahaan Swasta
lainnya. Program CGPI dirancang untuk mendorong perusahaan dalam
meningkatkan kualitas penerapan konsep Corporate Governance melalui
perbaikan yang berkesinambungan dengan melaksanakan evaluasi dan studi
banding (benchmarking).
Aspek yang dinilai meliputi 13 aspek penilaian, antara lain: komitmen,
transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, keadilan, kompetensi,
kepemimpinan, kemampuan bekerjasama, visi misi dan tata nilai, nilai moral dan
etika, strategi dan kebijakan, budaya.
Skala pemeringkatan terdiri dari: sangat terpercaya (skor 86-100), terpercaya
(70-85), cukup terpercaya (55-69).
Tahapan penilaian CGPI terdiri dari:
1. Self Assessment
Pengisian kuesioner self-assessment oleh organ perusahaan dan stakeholders.
2. Penilaian Dokumentasi
Pemeriksaan dokumen perusahaan terkait dengan implementasi Corporate
Governance.
33Indonesian Institute of Corporate Governance, Corporate Governance Perception Index, 2009
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
64
Universitas Indonesia
3. Penilaian Sajian Paparan
Penelaahan paparan informasi perusahaan terkait Good Corporate Governance.
4. Observasi
Tinjauan langsung perusahaan oleh Tim Penilai.
Program CGPI akan memberikan apresiasi dan pengakuan kepada
perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan Good Corporate Governance
melalui CGPI Awards dan penobatan sebagai “Perusahaan Terpercaya” (The
Trusted Company). Program CGPI akan dipaparkan di Majalah SWA dalam sajian
utama dan setiap perusahaan peserta akan mendapatkan Laporan Hasil Riset CGPI.
Good Corporate Governance Award34
Good Corporate Governance Award diberikan oleh Indonesian Institute for
Corporate Directorship (IICD) yang didirikan oleh beberapa akademisi atas
bantuan dari Center for Internation Private Enterprise (CIPE).
Good Corporate Governance Award ini merupakan bagian dari komitmen
IICD untuk mempromosikan Good Corporate Governance dan
menginternalisasikan Good Corporate Governance ke dalam perusahaan publik di
Indonesia. Semakin meningkatnya kesadaran tentang Good Corporate
Governance berdasarkan standar internasional oleh perusahaan terbuka di
Indonesia juga mendorong lahirnya penghargaan ini. Selain itu adanya kebutuhan
untuk meningkatkan kerangka kerja Good Corporate Governance termasuk
kerangka hukumnya.
34Indonesian Institute for Corporate Directorship, Good Corporate Governance Award, 2010
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
65
Universitas Indonesia
Tujuan dari GCG Award ini adalah untuk memberikan informasi tentang
perkembangan praktek Good Corporate Governance di Indonesia. Selain itu
untuk menimbulkan kesadaran, terutama di antara perusahaan publik untuk
mengadopsi praktek Good Corporate Governance berdasarkan standar
internasional. Untuk memberikan rekomendasi kepada pembuat kebijakan dalam
memperkuat kerangka hukum.
Metode penilaian berdasarkan kuesioner yang disusun oleh Thai IOD yang
terdiri dari 117 pertanyaan. Modifikasi dilakukan untuk menyesuaikan dengan
sistem two tier di Indonesia.
Penilaian didasarkan pada dua periode laporan yakni laporan/data 2008 dan
2009, atau data yang dikeluarkan oleh emiten dan sumber ‐sumber lain yang
tersedia di publik tanpa ada interaksi langsung dengan subyek, termasuk perkara
hukum yang pernah dan sedang dihadapi oleh emiten pada saat periode penilaian.
Penilaian dilakukan oleh penilai yang terlatih yang direkrut dari dosen‐dosen
perguruan tinggi/sekolah bisnis pendiri IICD dan sudah berpengalaman
melakukan asessment selama lima tahun. Penilai ditugaskan kedalam kelompok,
yang disebut sebagai TWO‐PERSON ASSESSOR CELLS. Verifikasi dilakukkan
oleh group peneliti.
Pembiayaan penilaian diperoleh lewat grant dari Center for International
Private Enterprises (CIPE) dan tidak ada sumber pembiayaan dari emiten selama
proses penilaian berlangsung, kecuali untuk pelaksanaan konferensi dan GCG
Award ini. Keputusan pemenang dilakukan sebelum permohonan menjadi sponsor
diajukan ke emiten. Sponsorship bersifat sukarela dan tidak berkaitan dengan
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
66
Universitas Indonesia
pemenang dan secara eksplisit dan tegas disebutkan dalam permohonan menjadi
sponsor.
Skala pemeringkatan terdiri dari: Excellent (90%-100%), Good (80%-89%),
Fair (60%-79%), Poor (kurang dari 60%). Berikut hasil dari GCG Award 2010:
Gambar 3.3 Hasil GCG Award 2010 Sumber: IICD
3.3 Kendala dan Solusi dalam Penerapan Collective Action
Penerapan Collective Action ini masih mengalami berbagai kendala
terutama dikarenakan belum seimbangnya penerapan Good Corporate
Governance di masing-masing perusahaan. Perusahaan BUMN sudah banyak
yang menerapkan prinsip tata kelola yang baik namun tingkat pelaksanaannya
masih bervariasi. Selain itu prioritas terhadap keuntungan perusahaan lebih tinggi
dibandingkan Good Corporate Governance. Pemahaman bahwa perusahaan
masih tetap untung dan malah akan merugi apabila menerapkan Good Corporate
Governance masih banyak terdapat di dalam perusahaan di Indonesia, terutama
perusahaan pribadi.
Pengusaha muda Indonesia, Sandiaga Uno sebagai pendiri Saratoga Capital
dalam paparannya pada Seminar 2nd Annual IICD Corporate Governance Award
di Bali pada tanggal 19 Nopember 2010 menyampaikan masih terdapat beberapa
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
67
Universitas Indonesia
kendala dalam penerapan Good Corporate Governance di Indonesia antara lain
perusahaan masih fokus pada kinerja perusahaan, kepatuhan masih merupakan
syarat untuk beroperasi saja, penerapan etika bisnis masih merupakan wacana,
penerapan GCG belum terasa mendesak (masih dapat ditunda), masih banyak
perusahaan yang belum faham betul mengenai apa, mengapa dan bagaimana GCG.
Ketertutupan diri pengusaha, baik pemilik maupun manager, tidak mepergunakan
kaedah-kaedah usaha dengan baik dalam mengerjakan usaha melainkan lebih
menyenangi lobu, kurangnya kesiapan menjadi enterpreneur yang mampu
membawanya ke dunia usaha murni.
Selain itu aturan dalam pengadaan pemerintah masih berupa Peraturan
Presiden dimana pelanggaran dalam pengadaan pemerintah merupakan
pelanggaran administratif. Pakta Integritas di dalam aturan pengadaan pemerintah
belum memberikan sanksi yang jelas, sehingga masih kelihatan sekedar formalitas.
Pengawas independen di dalam proses pengadaan pemerintah belum diatur secara
formal, sehingga menimbulkan kelemahan di dalam proses pengawasan.
Dengan kondisi tersebut, apabila kita menilik tahapan dalam perjuangan
melawan korupsi oleh perusahaan, yang dimulai dari proses internal, eskternal
sampai Collective Action, sepertinya upaya Collective Action ini masih jauh untuk
dicapai apabila pemahaman tentang Good Corporate Governance belum begitu
penting di kalangan perusahaan.
Berdasarkan kendala tersebut diatas, diperlukan sosialisasi secara terus
menerus mengenai pentingnya pelaksanaan Good Corporate Governance beserta
manfaat yang diperoleh dari penerapan Good Corporate Governance. Selain itu
perlu disusun suatu standar dalam penerapan good corporate governance yang
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
68
Universitas Indonesia
secara rutin dilakukan evaluasi sehingga menjadi dorongan bagi perusahaan-
perusahaan untuk terus memperbaiki tata kelola perusahaannya.
Peranan pilar lainnya, selain pengusaha, yaitu pemerintah dan masyarakat
juga tidak boleh dilupakan, reformasi birokrasi yang sedang dijalankan oleh
pemerintah perlu disinergikan dengan upaya yang dilakukan oleh pengusaha dan
masyarakat. Collective Action yang melibatkan 3 pilar kemitraan yaitu pengusaha,
pemerintah dan masyarakat akan memberikan dampak yang lebih luas
dibandingkan dengan Collective Action yang dilakukan masing-masing pilar tanpa
adanya sinergi.
Transparency International di dalam Global Corruption Report
menyebutkan beberapa hal yang dapat memperkuat integritas perusahaan antara
lain risiko korupsi bagi bisnis berhubungan dan saling menguatkan (seperti suap
dan penetapan harga) dan tidak dapat diatasi secara terpisah. Kerangka hukum
harus menjawab masalah bisnis spesifik dan mekanisme penelaahan yang efektif
dari United Nations Conventions against Corruption (UNCAC) perlu dibentuk.
Upaya untuk integritas korporasi harus mengatasi risiko korupsi di pasar yang
baru seperti negara-negara BRIIC. Kesadaran, pelatihan dan pengawasan perlu
didukung oleh semua pemangku kepentingan. Sebagai warga negara yang baik,
perusahaan harus membuat komitmen moral yang membentuk organisasi secara
keseluruhan, dari misi dan tujuan hingga struktur, kebijakan dan budaya, hingga
turun dalam pelaksanaan sehari-hari, evaluasi dan pelaporan. Komitmen moran ini
harus konsisten dan dibuat transparan kepada publik. Tanpa komitmen dari
pemain-pemain besar dalam bisnis global, aturan main yang adil tidak akan efektif.
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
69
Universitas Indonesia
Untuk membawa integritas korporasi ke tingkat berikutnya, perlu lebih
banyak pemangku kepentingan yang ikut bersama eksekutif bisnis dan regulator
dalam mengatasi korupsi di dalam dunia bisnis: persekutuan termasuk pemilik,
investor dan pekerja, perantara keuangan dan auditor, media, warga negara
sebagai konsumen dan masyarakat sipil. Secara bersama-sama mereka
membentuk sistem integritas korporasi, menyediakan jaringan pemeriksaan vital,
seimbang dan insentif yang membuat integritas korporasi yang baik dan
berlangsung terus. Fokus harus berkembang dari membuat aturan hingga masalah
penerapan, pengawasan dan pertanggungjawaban terhadap hasilnya. Collective
Action perlu dijadikan sebagai prinsip dasar dalam mengatasi tantangan korupsi
dalam dunia bisnis. Collective Action dapat menstimulasi pembelajaran,
mengandung prolifirasi laporan dan kepatuhan terhadap standar. Collective action
dapat melindungi penunggangan dan menciptakan tekanan dari rekan yang
penting untuk mencabut akar penyuapan dalam persaingan untuk mendapatkan
kontrak.
Tindakan yang disarankan oleh Transparansi International dalam Global
Corruption Report 200935 antara lain laporan atas Aspek Kunci Corporate
Citizenship termasuk aktivitas anti korupsi dan kepatuhan perusahaan, kegiatan
lobby dan pembiayaan politik, pendapatan dan pembayaran kepada pemerintah
untuk setiap negara. Membuat semua komitmen mengikat, dapat diverifikasi dan
terbuka untuk pengawasan kepatuhan. Pengawas independen dan verifikasi
kepatuhan terhadap berbagai kode etik dan komitmen untuk memperkuat
integritas korporasi. Mendukung standar ada dan kerangka kerja collective action.
35Transparency International, Global Corruption Report, Executive Summary, hal.xxviii-xxx dan hal.46.
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
70
Universitas Indonesia
Bisnis harus mengadopsi, mendukung dan secara aktif terlibat di dalam
pembentukan standar yang terkait, seperti Global Reporting Initiative. Sebagai
tambahan, bisnis harus bergabung dan secara aktif mempromosikan kerangka
kerja collective action bagi integritas korporasi, yang muncul mulai dari proses
tender individual dan sektor hingga integritas pengadaan, atau berbagai aksi
pemangku kepentingan di dalam bidang pengembangan.
Aspek hukum..., Ernest Alto, FH UI, 2010.
Top Related