8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Hotel
2.1.1 Definisi Hotel
Kata hotel memiliki pengertian atau definisi yang cukup banyak,
masing – masing orang berbeda dalam menguraikannya. Berikut ini adalah
beberapa pengertian hotel (Tam C., Fonny, 2008) :
1. Menurut Menteri Perhubungan, hotel adalah suatu bentuk akomodasi
yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk
memperoleh pelayanan penginapan berikut makan dan minum (SK.
MenHub. RI. No. PM 10/PW.391/PHB-77).
2. Menurut AHMA (American Hotel & Motel Association), hotel adalah
suatu tempat dimana disediakan penginapan, makanan, dan minuman,
serta pelayanan lainnya, untuk disewakan bagi para tamu atau orang –
orang yang tinggal untuk sementara waktu.
3. Menurut Webster, hotel adalah suatu bangunan atau lembaga yang
menyediakan kamar untuk menginap, makanan, dan minuman, serta
pelayanan lainnya untuk umum.
Dengan mengacu pada pengertian di atas, dan untuk menertibkan
perhotelan di Indonesia, pemerintah menurunkan peraturan yang dituangkan
dalam Surat Keputusan Menparpostel No. KM 37/PW.340/MPPT-86, tentang
peraturan Usaha dan Penggolongan Hotel. Bab I, pasal 1, Ayat (b) dalam SK
tersebut menyebutkan bahwa hotel adalah suatu jenis akomodasi yang
mempergunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa
9
penginapan, makanan dan minuman serta jasa penunjang lainnya bagi umum
yang dikelola secara komersial.
2.1.2 Pengertian Hotel Bisnis
Definisi Hotel Bisnis mengacu pada Marlina Endy dalam bukunya
Panduan Perancangan Bangunan Komersial (2008, p.52), hotel bisnis
merupakan hotel yang dirancang untuk mengakomodasi tamu yang mempunyai
tujuan bisnis. Lokasi hotel bisnis relatif berada di pusat kota, berdekatan
dengan area perkantoran atau area perdagangan. Hotel Bisnis dikenal juga
dengan nama Commercial Hotel ataupun dengan nama City Hotel.
Fasilitas yang disediakan hotel bisnis akan menyediakan fasilitas
lengkap yang berkaitan dan mendukung untuk kegiatan bisnis terutama untuk
kegiatan Meeting, Incentive, Convention, dan Exhibition (MICE). Fasilitas
yang tersedia antara lain ballroom, banquet room, dan business center dengan
fasilitas pendukung lainnya seperti restoran, bar & café, pusat kebugaran &
spa, kolam renang, dan sebagainya (Kusumo, 2012).
Ditinjau dari karakteristik tamu pada hotel bisnis relatif tinggal berkisar
antara 1 – 3 malam perkunjungan. Berikut karakteristik tamu baik perseorangan
maupun grup berdasarkan tujuan dan tipe kamar yang dipesan menurut buku
hotel planning and design dalam jurnal Ristya Vidyatama Kusumo (2012):
Tabel 2.1. Karakter Pengunjung Hotel Jenis
Pengunjung
Karakter Pengunjung Tujuan Tipe Kamar
Perseorangan Berprofesi sebagai eksekutif
muda
Memilih harga menengah
keatas
Tours, Club,
perkumpulan
Budaya, seni, teater
Berbelanja
Queen Size
Adanya area
makan & kerja
Kamar mandi
Standar
10
Jenis
Pengunjung
Karakter Pengunjung Tujuan Tipe Kamar
Grup Menginap 2 – 4 malam
Pemilihan harga tidak
masalah
Konvensi dan
konferensi
Perkumpulan
profesional
Rapat pelatihan dan
perdagangan
King, Twin,
double – double
size
Kamar mandi
memiliki area
ganti pakaian
Terdapat area
kerja yang baik
sumber :Hotel Planning and Design, Kusumo, 2012
2.1.3 Klasifikasi Hotel
Hotel dapat diklasifikasikan menurut bintang yang ditentukan oleh
Dinas Pariwisata Daerah (Diperda) sesuai persyaratan fasilitas yang terdapat
dalam hotel setiap tiga tahun sekali dalam bentuk sertifikat (Kusumo, 2012).
Berdasarkan Keputusan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata ni. KM
3/KW 001/ MKP 02, hotel dikelelompokan dalam 5 golongan kelas (bintang)
berdasarkan kelengkapan fasilitas dan kondisi bangunan, perlengkapan dan
pengelolaan, serta mutu pelayanan. Kategori hotel tersebut dibagi menjadi :
• Hotel melati 1
• Hotel melati 2
• Hotel bintang 3
• Hotel bintang 4
• Hotel bintang 5
Kriteria klasifikasi hotel di Indonesia secara resmi dikeluarkan oleh
peraturan pemerintah dan menurut Dirjen Pariwisata dengan SK: Kep-
22/U/VI/78. Untuk mengklasifikasikan sebuah hotel, dapat ditinjau dari
beberapa faktor yang satu sama lainnya ada kaitannya. Berikut adalah tabel
11
pembagian hotel menurut Keputusan Direktur Jendral Pariwisata (1988)
berdasarkan fasilitas dan jumlah kamar hotel dalam Bernadete Monica (2012).
Tabel 2.2. Klasifikasi Hotel Berbintang Jenis Fasilitas ***** **** *** ** *
Kamar Tidur Min. 100 Min. 50 Min. 30 Min. 20 Min. 15
Suite 4 kamar 3 kamar 2 kamar 1 kamar -
Luas kamar 20-28 m² 18-28 m² 18-26 m² 18-24 m² 18-20
m²
Luas kamar
Suite 52 m² 48 m² 48 m² 44 m² 20 m²
Ruang Makan Min. 2 Min. 2 Min. 2 Min. 2 Min. 1
Restaurant &
Bar Min. 1 Min. 1 Min. 1 Min. 1
*tidak
wajib
Function
Room
Min. 1
dan pre-
function
room
Min. 1
dan pre-
function
room
Min. 1
dan pre-
function
room
- -
Rekreasi &
Olahraga
Kolam
renang
dan
ditambah
dengan 2
sarana
lain
Kolam
renang
dan
dianjurkan
ditambah
dengan 2
sarana lain
Kolam
renang
dan
dianjurkan
ditambah
dengan 2
sarana
lain
Kolam
renang
dan
dianjurkan
ditambah
dengan 2
sarana
lain
Min. 1
sarana
Ruang yang
disewakan
Min. 3
ruangan
Min. 3
ruangan
Min. 3
ruangan
Min. 3
ruangan
Min. 3
ruangan
Lounge Wajib Wajib Wajib - -
Taman Wajib Wajib Wajib Wajib Wajib
sumber : Dirjen Pariwisata 1988, Monica, 2012
12
2.1.4 Pembagian Area Hotel
Secara fungsional, hotel dapat dibagi menjadi 4 bagian utama yaitu area
tamu, area publik, bagian administrasi (front of the house), dan back of the
house dikutip dari The Architects Handbook oleh Quentin Pickard (Quentin P.,
2002). Adapun area Front of The House dan Back of The House meliputi ruang
(Monica B., 2012) :
1. Front of the house adalah area karyawan yang berhadapan langsung
dengan tamu, yang termasuk area front of the house adalah :
• Front desk & Concierge
• Area reservasi dan kasir
• Room service
• Area lift
• Retail
• Restoran
• Function room
2. Back of the house adalah area karyawan yang berada di area servis dan
terpisah dengan area tamu. Yang termasuk dalam area back of the house
adalah:
• Dapur dan gudang
• Area bongkar muat
• Area pegawai
• Laundry dan housekeeping
• Mekanikal dan elektrikal
13
2.2 Compact City
2.2.1 Definisi Compact City
Pertumbuhan penduduk yang terjadi sekarang ini dapat menimbulkan
berbagai permasalahan yang mendorong untuk terjadinya fenomena Urban
Sprawl, yaitu perpindahan penduduk ke daerah pinggiran (mungkasa, 2012).
Menanggapi fenomena tersebut muncul konsep Compact City. Adapun
Compact City mempunyai beberapa definisi seperti yang dikemukakan oleh J.
Arbury, Compact City yaitu sebuah model pengembangan kota yang terfokus
pada intensifikasi perkotaan, menetapkan batas pertumbuhan kota, mendorong
pengembangan campuran (mixed use) dan mengedepankan peran angkutan
umum dan kualitas desain perkotaan. Burton (2000) menjelaskannya Compact
City sebagai kota dengan dimensi ‘kepadatan yang tinggi’. Dapat disimpulkan
bahwa Compact City adalah suatu konsep perencanaan kota terfokus kepada
kepadatan hunian yang relatif tinggi pada guna lahan campuran, lebih
mengandalkan sistem transportasi umum yang efisien, termasuk aktivitas
pejalan kaki dan bersepeda sehingga penggunaan kendaraan bermotor pribadi
berkurang intensitasnya, penggunaan energi menurun rendah dan polusi
berkurang (Mungkasa, 2012)
Sebagai sebuah tanggapan terhadap fenomena Urban Sprawl, secara
umum dapat disarikan beberapa perbedaan antara Urban Sprawl dengan model
Compact City, berdasarkan 12 aspek yaitu kepadatan, pola pertumbuhan, guna
lahan, skala, layanan komunitas, tipe komunitas, transportasi, disain jalan,
disain bangunan, ruang publik, biaya pembangunan, proses perencanaan
(Roychansyah, 2006).
14
Menurut Burton (2001) dalam Buletin Tata Ruang dan Pertanahan
edisi 2 tahun 2012, manfaat dari model Compact City adalah pengurangan
konsumsi energi (fasilitas terjangkau dengan jalan kaki), pelayanan transportasi
lebih baik, peningkatan aksesibilitas secara keseluruhan, regenerasi kawasan
perkotaan dan vitalitas perkotaan, kualitas hidup yang lebih tinggi, preservasi
ruang terbuka hijau. Menurut Jenks (2000), bentuk kota yang kompak mampu
mengurangi jarak tempuh perjalanan sehingga menurunkan tingkat mobilitas
penduduk. Tingkat kepadatan tinggi juga memberi keuntungan dalam
penyediaan layanan dasar, transportasi umum, pengelolaan sampah, pelayanan
kesehatan dan pendidikan.
Dapat disimpulkan konsep Compact City menekankan pada sebuah
kawasan dengan fasilitas – fasilitas yang sudah tersedia (mix use) untuk
memenuhi kebutuhan penduduk di dalamnya sehingga penggunaan transportasi
dapat ditekan yang berpotensi pada pengurangan ecological foot print (ruang
yang diperlukan manusia untuk menghasilkan sumber daya yang mereka
habiskan) (wwf.or.id) yang secara tidak langsung berdampak pada penurunan
polusi akibat penggunaan kendaraan (Mungkasa, 2012).
2.2.2 Peranan Building Farming
Jika diterjemahkan, kata Building berarti bangunan. Pengertian
bangunan, menurut kamus besar bahasa Indonesia bangunan mempunyai
sesuatu yang didirikan atau sesuatu yang dibangun.
Kata “bangunan” juga dapat diartikan sebagai rumah, gedung ataupun
segala sarana, prasarana atau infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan
manusia dalam membangun peradabannya seperti halnya jembatan dan
15
konstruksinya serta rancangannya, jalan, sarana telekomunikasi. Umumnya
sebuah peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari teknik teknik bangunan
maupun sarana dan prasarana yang dibuat ataupun ditinggalkan oleh manusia
dalam perjalanan sejarahnya.
Jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia kata Building mempunyai
arti pertanian, peternakan, dan budidaya. Jika didefinisikan Building juga dapat
diartikan sebagai praktek budidaya lahan atau meningkatkan stok, usaha
budidaya lahan. Building sendiri dapat dikategorikan lagi ke pertanian atau ke
peternakan.
Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan Building Farming
adalah suatu kegiatan membudidayakan tumbuhan atau hewan pada sebuah
bangunan. Pada era modern ini konsep menanam secara vertikal sudah mulai
dikembangkan, menurut Ken Yeang dalam bukunya yang berjudul The
Skyscreaper Bioclimatically Considered menjelaskan praktik menanam secara
vertikal akan membantu menciptakan iklim mikro. (Yeang, 1996). Praktik
memasukan tanaman kedalam bangunan, mulai berkembang dari waktu ke
waktu hingga sekarang ini praktik menanam dilakukan pada bangunan dalam
bidang vertikal (Green Wall) (Canevaflor, 2013).
Praktik menanam dapat membantu menciptakan iklim mikro seperti
yang diungkapkan oleh Ken Yeang juga dikemukakan oleh Sukawi (2008)
dalam seminar nasional untuk tema Taman Kota dan Upaya Penurunan Suhu
Lingkungan menjelaskan pada dasarnya tanaman dapat mempengaruhi iklim
mikro di sekitarnya. Secara keseluruhan Building Farming berperan dalam
mewujudkan Compact City, dimana dengan adanya penanaman dan produksi
sayur dan buah di kota, distribusi sayur dan buah dari luar kota dapat dikurangi
16
sehingaa penggunaan energi dan polusi yang diakibatkan distribusi
menggunakan kendaraan bermotor dapat dikurangi (Mungkasa, 2012).
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman
2.3.1 Faktor Lingkungan
Budidaya tanaman menggunakan sistem aeroponik umumnya dilakukan
dalam greenhouse yang mempunyai fungsi selain untuk melindungi tanaman
dari sinar matahari berlebih dan gangguan hama dan penyakit, greenhouse
digunakan untuk memanipulasi iklim agar sesuai dengan persyaratan tumbuh
tanaman yang ditanam (Suhardiyanto H., 2009). Dalam perkembangannya
aeroponik dapat dilakukan di luar bangunan, hanya saja perlu diperhatikan
beberapa hal yang merupakan persyaratan tanaman itu sendiri untuk tumbuh.
Keberhasilan penanaman di luar bangunan dipengaruhi oleh faktor lingkungan
(Rahimah, 2010).
Berikut ini rangkuman faktor – faktor yang perlu diperhatikan agar
tanaman dapat tumbuh secara optimal (Rahimah, 2010; Diansari M.,2008;
Suhardiyanto 2009; Sari, 2012):
Tabel 2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman No Faktor Pengaruh Manipulasi Penerapan
1 Curah Hujan Curah hujan tinggi
menyebabkan lingkungan
lembab sehingga tanaman
mudah terserang hama dan
penyakit
Melindungi tanaman
dengan plastik / dalam
greenhouse
Sistem,
melindungi
tanaman
dengan plastik
atau naungan
2 Kelembaban
(RH)
Kelembaban baik berkisar
70%. Kelembaban
mempengaruhi
evapotranspirasi. RH tinggi
menyebabkan daya serah
akar berkurang sehingga
Ventilasi alami atau
menggunakan blower,
Menyemprotkan air
dengan sprinkler
Sistem, dengan
pemasangan
sprinkler atau
blower
17
mudah terserang penyakit,
RH rendah menyebabkan
daya serap tinggi, apabila
kurang air tanaman layu.
3 Intensitas
Cahaya
Mempengaruhi fotosintesis,
kurang cahaya tanaman
menjadi kurus, pucat, dan
rentan terserang penyakit.
Berlebihan cahaya tanaman
dapat hangus atau terbakar.
Penggunaan plastik UV Perletakan
tanaman di
daerah yang
terkena cahaya
4 Elevasi Merupakan keberhasilan
tanaman di daerah tertentu
Pemilihan jenis
tanaman yang sesuai
persyaratan lokasi
Pemilihan
Jenis tanaman
yang sesuai
5 Suhu Suhu optimal tanaman adalah
250C – 270C, suhu terlalu
tinggi dapat menyebabkan
proses pertumbuhan tanaman
terganggu. Pada sistem
hidroponik temperatur yang
digunakan umumnya berkisar
280C - 300C.
Penentuan lokasi,
penggunaan sprinkler
Pemilihan
Jenis tanaman
yang sesuai,
sistem
penggunaan
sprinkler.
6 Keasaman
(pH)
Pengaruh pertumbuhan
tanaman
Penyesuaian pemberian
larutan nutrisi dengan
kebutuhan tanaman
untuk mencapai pH
yang sesuai
Sistem, dengan
pemberian
larutan nutrisi
yang sesuai
Sumber : Jurnal – Jurnal Pertanian, Rahimah, 2010; Diansari M.,2008; Suhardiyanto, 2009
Faktor yang perlu diperhatikan dalam perancangan ini adalah penentuan
jenis tanaman yang digunakan yang akan dikaitkan dengan persyaratan suhu
dan elevasi tanaman untuk tumbuh, jenis tanaman yang hidup pada suhu yang
terlalu rendah tidak akan digunakan. Faktor peryaratan seperti intensitas cahaya
yang dibutuhkan tanaman akan disesuaikan dengan zoning atau posisi letak
tanaman dalam bangunan. Sedangkan pH, suhu, kelembaban dan curah hujan
merupakan faktor – faktor yang dapat dimanipulasi dengan perencanaan sistem
18
(pemberian sprinkler, pemberian larutan nutrisi, atau pemberian naungan)
(Diansari M, 2008).
2.3.2 Pengaruh Cahaya Matahari Terhadap Tanaman
Pada dasarnya setiap mahluk hidup membutuhkan asupan atau makanan
untuk dapat melanjutkan hidupnya, begitu juga dengan tumbuhan. Tumbuhan
melakukan pembentukan zat makanan atau energi dengan menggunakan zat
hara, karbondioksida, air dan cahaya matahari. Proses pembentukan zat
makanan oleh tumbuhan tersebut disebut fotosintesis (Juwilda, 2011).
Kebutuhan cahaya pada proses fotosintesis tumbuhan dapat dijelaskan
melalui reaksi yang terjadi saat fotosintesis. reaksi fotosintesis terbagi menjadi
2 yaitu reaksi terang (membutuhkan cahaya) dan reaksi gelap (tidak
membutuhkan cahaya tetapi karbondioksida). Dalam reaksi terang energi
cahaya dibutuhkan untuk dikonversi menjadi energi kimia yang menghasilkan
oksigen (Juwilda, 2011). Kurangnya cahaya matahari yang diterima tanaman
akan berpengaruh terhadap fotosintesis tanaman sehingga dapat menjadi kurus,
warna daun pucat, dan rentan terhadap penyakit (Rahimah, 2010). Untuk itu
perlu diketahui persyaratan utama tanaman untuk tumbuh berupa kebutuhan
cahaya matahari yang nantinya digunakan sebagai acuan dalam menentukan
posisi atau lokasi penanaman tanaman pada bangunan. Penanaman sayur
berdasarkan lama cahaya yang dibutuhkan secara umum dapat dibagi menjadi 3
yaitu (Shafer K, 2012).:
• Full Sun, membutuhkan paling sedikit 6 jam matahari langsung dari 8 –
12 jam cahaya matahari selama 1 hari.
19
• Partial Sun / Partial Shade, membutuhkan paling sedikit 3 jam
matahari langsung dari 4 – 8 jam cahaya matahari selama 1 hari. Jenis
tanaman dalam kelompok ini hanya sedikit membutuhkan cahaya pagi
hari, tanaman dapat hidup di bawah pembayangan pada siang hari.
• Full Shade, membutuhkan kurang dari 3 jam cahaya langsung
perharinya. Tanaman dalam kelompok ini membutuhkan hanya sedikit
intensitas cahaya pada pagi hari atau sore hari, beberapa tanaman dapat
hidup dalam pembayangan secara penuh.
Adapun lokasi perletakan tanaman akan dipengaruhi oleh cahaya
matahari, pada dasarnya posisi matahari menyinari bumi akan berpindah –
pindah karena bumi yang berotasi dan juga berevolusi terhadap matahari yang
membentuk bidang ekliptika, hal tersebut dikenal sebagai konsep heliosentris
(Purwanto A., 2011).
Gambar 2.1. Rotasi & Revolusi Bumi Sumber : Laboratorim Falak : Laboratorium Alternatif yang Murah dan Terpadu, Purwanto,
2011
Pada bulan desember bumi berada di atas matahari, bumi berotasi dan
berevolusi sehingga sejajar dengan matahari pada bulan maret, kemudian
berada di bawah matahari pada bulan juni, dan kembali sejajar dengan matahari
pada bulan September (Purwanto A., 2011).
20
Gambar 2.2. Gerak Semu Matahari Sumber : Laboratorim Falak : Laboratorium Alternatif yang Murah dan Terpadu, Purwanto,
2011
Revolusi bumi mengelilingi matahari tersebut memberi gerak semu
tahunan matahari mengitari bumi dengan posisi matahari yang berubah dari
selatan ke utara secara terus menerus. Matahari akan berada pada 23,50 lintang
selatan pada sekitar tanggal 21 bulan Desember, berada pada 23,50 lintang utara
pada sekitar tanggal 21 Juni, dan berada pada ekuator sekitar tanggal 21 bulan
Maret dan September (Purwanto A., 2011). Karena itu pemilihan lokasi
perletakan tanaman perlu melihat seberapa lama cahaya matahari menyinari
daerah tersebut dengan mempertimbangkan adanya gerak semu matahari.
2.3.3 Pengaruh Suhu Terhadap Tanaman
Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan
tanaman adalah suhu udara, suhu udara yang terlalu tinggi dapat menyebabkan
kelembaban lingkungan rendah akibatnya tanaman akan menjadi layu atau
mengalami gosong pucuk pada tepi daun (Diansari, 2008). Adapun suhu lokasi
tapak perlu diketahui sebagai salah satu acuan untuk menentukan jenis tanaman
yang ditanam dapat tumbuh. Suhu udara rata – rata Jakarta menurut data dari
Badan Pusat Statistik dengan data survei tahun 2011.
Tabel 2.4. Suhu Udara Rata – Rata Bulanan No Bulan Suhu (0C) 1 Januari 27,3 2 Februari 27,4 3 Maret 27,9
21
4 April 28,6 5 Mei 28,8 6 Juni 28,7 7 Juli 28,3 8 Agustus 28,8 9 September 29,0 10 Oktober 29,2 11 November 28,9 12 Desember 28,9
Sumber : www.bps.go.id
Suhu Udara yang disurvei mewakili untuk wilayah Jakarta dengan suhu
udara rata – rata berdasarkan data tersebut berkisar 280C.
2.4 Aeroponik
2.4.1 Aeroponik Dalam Hidroponik
Pada Dasarnya aeroponik merupakan turunan dari sistem hidroponik
larutan nutrisi. Budidaya tanaman hidroponik merupakan budidaya dimana
tanaman memperoleh unsur hara dan larutan nutrisi yang dipersiapkan secara
khusus. Tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik dapat tumbuh dengan
baik apabila memperoleh unsur hara, air, dan oksigen yang diperlukan. Berikut
ini pengelompokan sistem hidroponik (Suhardiyanto, 2010).
Gambar 2.3. Skema Kategori Sistem Hidroponik Sumber : Teknologi Hidroponik Untuk Budidaya Tanaman, Herry S, 2010
22
1. Kultur media tanam (menggunakan media padat berpori, dapat berupa
media organik, anorganik, atau campuran keduanya). Kultur media tanam
dibagi menjadi 2 kelompok :
� Sub irrigation (irigasi bawah permukaan)
� Passive sub irrigation system (sistem irigasi dengan prinsip
kapiler)
� Ebb and flow (sistem irigasi genang dan alir)
� Top irrigation / drip irrigation system (irigasi permukaan / sistem
irigasi tetes).
2. Kultur larutan nutrisi (menggunakan larutan nutrisi). Kultur media tanam
dibagi menjadi 3 kelompok :
� Continuous flow (hidroponik yang disirkulasikan)
� Deep Flow Technique (DFT). Metode dengan cara tanaman
ditopang menggunakan Styrofoam dan akarnya terendam dalam
larutan nutrisi yang mengalir dalam bak.
� Nutrisit Film Technique (NFT). Metode budidaya dimana akar
tumbuh di larutan nutrisi sangat dangkal yang membentuk lapisan
tipis nutrisi dan tersirkulasi
� Static Flow (hidroponik larutan diam)
� Unaerated Technique. Metode tanam dengan cara tanaman
ditopang menggunakan Styrofoam dan akarnya terendam dalam
larutan nutrisi yang tidak dialiri oksigen.
� Aerated Technique. Metode tanam dengan cara tanaman ditopang
menggunakan Styrofoam dan akarnya terendam dalam larutan
nutrisi yang dialiri oksigen.
23
� Aeroponik (pengkabutan). Larutan nutrisi yang disemprotkan ke akar
tanaman yang menggantung dalam wadah tertutup.
2.4.2 Definisi Aeroponik
Aeroponik berasal dari kata latin yaitu aero yang berarti udara dan
ponic yang artinya pekerjaan, artinya aeroponik adalah membudayakan
tumbuhan di udara. (Lakkireddy K.K.R., Kasturi K., Sambasiva Rao K.R.S.,
2012). Dalam Makalah ilmiah Anies Ma’rufatin mengenai respon pertumbuhan
tanaman kentang dalam sistem aeroponik terhadap periode penyinaran, juga
menjelaskan bahwa aeroponik merupakan media udara yang diberdayakan
untuk bercocok tanam dengan metode tanaman digantung pada suatu media
sehingga akar tersebut akan menggantung di udara untuk mendapatkan air dan
nutrisi (Ma’rufatin, 2011). Begitu pula dengan penjelasan yang terdapat dalam
makalah ilmiah teknik hidroponik untuk budidaya tanaman oleh Herry
Suhardiyanto juga menjelaskan hal serupa bahwa aeroponik merupakan
budidaya tanaman dengan sistem pengkabutan. Sistem pengkabutan yang
dimaksud adalah penyemprotan larutan nutrisi pada akar tanaman yang
menggantung di udara dalam suatu wadah tertutup pada durasi tertentu
(Suhardiyanto, 2010).
2.4.3 Keuntungan Sistem Aeroponik
Jika dibandingkan dengan sistem tanam konvensional, sistem aeroponik
memiliki beberapa keuntungan seperti yang dijabarkan pada tabel berikut.
24
Tabel 2.5. Perbandingan Aeroponik dengan Tanam Konvensional Perbandingan Aeroponik Tanam Konvensional
Kebutuhan lahan Luasan Sempit, Kontur tidak harus
datar, tidak menggunakan tanah
Luas, relative datar, perlu
rotasi, produktivitas lahan
tergantung jenis tanah
Musim Tidak tergantung musim Tergantung musim
Ketersediaan Barang Ada sepanjang tahun Tidak ada sepanjang tahun
Kualitas Barang Bersih, sehat, renyah, aroma kurang Tidak terlalu bersih, belum
tentu sehat, relative alot, aroma
kuat
Sarana & Prasarana Butuh green house & suplai listrik
relatif besar
Tidak butuh sarana yang mahal
Teknologi Teknologi menengah - tinggi Teknologi sederhana
Operator Sedikit, perlu mengerti teknologi Banyak, tidak perlu mengerti
teknologi
Investasi Awal Sedang – besar Kecil – sedang
Waktu Pendek (1 bulan panen), tanpa
pengolahan lahan, setiap hari tanam
– setiap hari panen
Sedang – panjang (1,5 – 2
bulan panen), ada waktu untuk
pengolahan lahan, tidak bisa
setiap saat tanam dan panen
Kepenuhan Nutrisi Terpenuhi, karena bisa mengatur
dengan ukuran formula pasti
Tidak selalu (pemenuhan
nutrisi sulit diukur dengan
tepat)
Hama & Penyakit Relatif aman, terlindung green house Beresiko karena ruang terbuka
Fleksibilitas Tanaman dapat dipindah – pindah
tanpa mengganggu pertumbuhan
Tanaman tidak bisa dipindah –
pindah, tanaman akan stress
Kecepatan Adaptasi Saat pindah tanam, bibit bisa
langsung tumbuh tanpa aklimatisasi
Aklimatisasi lama
Penggunaan Pupuk Lebih efisien
(Suhardiyanto, 2010)
Kurang efisien
(Suhardiyanto, 2010)
Penggunaan Air Lebih efisien 3,57% dari sistem
konvensional (Agustina, 2009)
0%
Produktivitas Lebih banyak 45% - 75% (Plant
Factory by Aeroponic & LED, 2010,
NextFarm In The City Co., Ltd)
0%
Sumber : Implementasi Sistem Pertanian Aeroponik Pada Fasade Bangunan di Pusat Kota, Sylvia, 2012
25
Dari data tabel tersebut dapat dilihat bahwa sistem aeroponik sangat
menguntungkan dibandingkan dengan sistem tanam konvensional, dimana
dengan sistem aeroponik tanaman bisa ditanam dan dipanen setiap saat,
tempatnya fleksibel, penggunaan air lebih efisien, waktu panen lebih cepat.
Apabila dibandingkan dibandingkan dengan sistem hidroponik lainnya, sistem
aeroponik memiliki beberapa keuntungan diantaranya :
1. Sistem aeroponik mampu menghasilkan produksi 70% lebih banyak tetapi
dengan bobot 30% lebih rendah dalam penelitian perbandingan sistem
hidroponik dan aeroponik pada tanaman kentang oleh E. Ritter (E. Ritter,
et al, 2001).
2. Sistem aeroponik tidak memiliki limbah karena larutan nutrisi yang
disemprotkan digunakan kembali, sedangkan sistem hidroponik fertigasi
terbuka menggunakan media arang sekam menghasilkan limbah dari
pupuk yang berlebih (Pemanfaat Limbah Hidroponik Sistem Fertigasi
Terbuka, UNPAD, 2012 dalam youtube, diakses 30 mei 2013).
3. Sistem aeroponik tidak menggunakan media tanam, sedangkan sistem
hidroponik fertigasi terbuka yang menggunakan media arang sekam tidak
dapat dibuang sembarangan karena tidak lapuk dalam tanah (Pemanfaat
Limbah Hidroponik Sistem Fertigasi Terbuka, UNPAD, 2012 dalam
youtube, diakses 30 mei 2013).
26
2.4.4 Cara kerja Sistem Aeroponik
Gambar 2.4. Skematik Sistem Aeroponik
Sumber : Makalah Ilmiah Herry Suhardiyanto, 2012
Pada dasarnya yang dibutuhkan untuk sistem aeroponik ini antara lain
chamber, yaitu wadah tertutup tempat tumbuh akar, sprinkler untuk
menyemprotkan larutan nutrisi yang disesuaikan dengan timer, tanaman yang
ditopang oleh styrofoam atau kawat disesuaikan dengan berat tanaman
(Suhardiyanto, 2010). Berikut ini cara kerja sistem aeroponik (Rahimah D.S.,
2010; Diansari M, 2008).
• Merangkai sprinkler dengan selang plastik
• Menyiapkan media untuk meletakan tanaman menggunakan Styrofoam,
kawat dapat digunakan apabila berat biomassa melebihi 3 kg/m2.
• Melubangi media tanam dengan diameter dan jarak antara lubang yang
disesuaikan dengan jenis tanaman yang diatanam
• Menyiapkan timer dan mengatur interval waktu dan durasi untuk
penyemprotan nutrisi ke akar. Interval waktu dan durasi disesuaikan
dengan jenis tanaman yang akan ditanam. Timer dihubungkan dengan
pompa.
• Merangkai sistem pengairan dengan mencampur nutrisi yang diperlukan
• Meletakan bibit tanaman dari hasil penyemaian dalam lubang Styrofoam
kemudian diisi dengan busa atau rockwool.
27
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan peralatan yang diperlukan
dalam sistem aeroponik (Suhardiyanto, 2010; Rahimah, 2010) :
1. Chamber, wadah tertutup tempat tumbuh akar dan penyemprotan
larutan nutrisi.
2. Sprinkler atau nozzle dan selang, digunakan untuk menyemprotkan
larutan nutrisi ke akar tanaman.
3. Media meletakan Tanaman, biasa menggunakan styrofoam atau plastik
pvc yang didesain khusus.
4. Pompa air dan timer, digunakan untuk memompa air untuk
disemprotkan ke akar tanaman dan timer digunakan untuk mengatur
waktu penyemprotan larutan nutrisi
5. Reservoir, digunakan untuk menampung persediaan air dan larutan
nutrisi.
6. Suplai listrik, digunakan untuk menjalankan pompa (diperlukan genset
untuk keadaan mati listrik karena tanaman harus disiram secara
berlanjut)
7. Larutan Nutrisi, digunakan untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman
sehingga tanaman dapat tumbuh.
Adapun proses penanaman yang dilakukan dalam sistem aeroponik
pada umumnya adalah (Ma’rufatin, 2011; Agustina, 2009) :
1. Penyemaian, yaitu proses menanam benih untuk ditanam kembali di
tempat lain. Proses penyemaian dimaksudkan agar tanaman lebih tahan
terhadap gangguan hama atau penyakit.
2. Penanaman, merupakan proses pindah – tanam anak semai ke media
aeroponik.
28
3. Panen, proses pengambilan (panen) hasil produk yang sudah ditanam.
Dengan kemajuan teknologi di bidang pertanian sistem aeroponik dapat
dilakukan secara vertikal, seperti yang dilakukan oleh Reinhold Ziegler. Sistem
aeroponik yang digunakan pada dasarnya sama dengan sistem yang digunakan
pada umumnya, perbedaannya adalah wadah tanaman diletakan satu sama lain
secara vertikal dan di rotasikan dengan posisi tanaman muda berada di bagian
paling atas karena pada dasarnya tanaman membutuhkan matahari pada fase
vegetatif awal. Sedangkan nutrisi diberikan dengan cara disemprotkan ke
bawah melewati tabung dimana akar tanaman tumbuh (Ziegler, 2005).
Gambar 2.5. Skema Rotasi Tanaman Ziegler Sumber : Vertical Aeroponic System, Ziegler, 2005
Gambar 2.6. Modul Vertical Aeroponic System Sumber : Vertical Aeroponic System, Ziegler, 2005
29
Pemberian nutrisi dilakukan dengan sirkulasi tertutup karena yang
diserap tanaman terbatas jumlahnya, hal tersebut akan menghemat penggunaan
air (Ziegler, 2005). Sistem aeroponik tersebut dilakukan dalam greenhouse
untuk melindungi tanaman dari hujan badai dan mengontrol suhunya untuk
mendapatkan hasil produksi yang optimal. Persyaratan utama untuk melakukan
sistem aeroponik secara vertical ini adalah terdapat matahari, lokasi tanam
tidak dibawah pembayangan bangunan, membutuhkan air dan sedikit energi
listrik (Ziegler, 2005).
Gambar 2.7. Vertical Aeroponic Tomat Sumber : Vertical Aeroponic System, Ziegler, 2005
Adapun keuntungan dari sistem aeroponik secara vertikal oleh Reinhold
Ziegler ini dibandingkan dengan sistem aeroponik biasa adalah kemampuan
produksi dalam jumlah banyak karena disusun sebanyak 6 tingkat (Ziegler,
2005).
Inovasi lain dikembangkan menggunakan sistem aeroponik secara
vertikal yaitu Tower Garden yang dikembangkan oleh Tim Blank. Sistem
tersebut hampir serupa dengan yang dikembangkan oleh Ziegler, perbedaannya
sistem aeroponik secara vertikal tersebut sudah dikemas dalam bentuk tower
memiliki ukuran 76.2 cm x 76.2 cm dengan tinggi 152.4 cm dan dapat
menampung 20 tanaman (Blank T., 2011).
30
Gambar 2.8. Aplikasi Tower Garden Sumber : www.towergarden.com, Tim Blank, diakses 14 Juni 2013
Gambar 2.9. Sistem Aeroponik Tower Garden Sumber : www.towergarden.com, Tim Blank, 2012
Sistem aeroponik yang digunakan pada Tower Garden ini adalah
dengan semprotan larutan nutrisi ke bagian teratas kemudian larutan nutrisi
akan menetes ke bagian – bagian bawah mengenai akar tanaman yang
menggantung.
Pemberian larutan nutrisi dilakukan dengan mencampurkan larutan
nutrisi dengan air dalam wadah di bawahnya yang kemudian akan dipompa ke
atas. Adapun jenis tanaman yang dapat dilakukan dengan sistem tersebut
Air
dipompa
31
meliputi berbagai jenis sayur dan buah, rempah – rempahan, dan bunga (Tower
Garden, Tim Blank, 2012).
Dari kedua sistem tersebut dapat disimpulkan bahwa sistem aeroponik
dapat dimodifikasi menjadi berbagai bentuk yang inovatif, modifikasi bentuk
tersebut tetap menerapkan sistem aeroponik yang berlaku pada umumnya yaitu
dengan penyemprotan larutan nutrisi ke akar tanaman pada wadah tertutup
sehingga larutan nutrisi dapat digunakan terus menerus.
2.4.5 Jenis Tanaman Aeroponik
Adapun jenis tanaman yang dapat dilakukan pada sistem hingga
sekarang ini sudah sangat banyak meliputi sayuran, rempahan, buah dan bunga.
Berikut ini daftar tanaman yang dapat digunakan mengikuti jenis tanaman yang
dapat digunakan pada sistem aeroponik Tower Garden (Blank T, 2012) :
Tabel 2.6. Jenis Tanaman Aeroponik No Fruits & Vegetables No Fruits & Vegetables 1 Amaranth (jenis sayuran) 22 Kolrabi 2 Arugula 23 Kamatsuna 3 Bayam 24 Daun Bawang 4 Kacang : Lima, Bush, Pole, Shell,
Fava, Green 25 Selada, semua jenis
5 Brokoli 26 Mesclun Varieties 6 Brokoli Raab 27 Melon, semua jenis 7 Brussels Sprouts 28 Misome 8 Kubis 29 Mizuna 9 Couliflower (Kembang Kol) 30 Mustard Greens 10 Chard 31 Ngo Gai 11 Sawi Putih 32 Okra 12 Timun 33 Pak Choy 13 Cress 34 Perilla 14 Dandelion, italia 35 Kacang Polong, semua jenis 15 Terong, eropa & asia 36 Paprika, semua jenis 16 Andewi 37 Radicchio 17 Escarole 38 Sorrel 18 Garbanzo Beans 39 Stroberi 19 Gourds, dapat dimakan dan hias 40 Tomat, semua jenis 20 Kangkung 41 Labu 21 Kinh Gioi
No Herbs No Herbs 42 Angelica 68 Lemon Balm
32
43 Anise Hyssop 69 Serai 44 Basil (kemangi), semua jenis 70 Lovage 45 Bee Balm 71 Marjoram 46 Borage 72 Mexican Mint marigold 47 Celendula 73 Milk Thistle 48 Catmint 74 Mint, semua varietas 49 Catnip 75 Nettle 50 Kamomil 76 Oregano 51 Cervil 77 Peterseli (jenis berdaun saja) 52 Daun Bawang 78 Passion Flower No Herbs No Herbs 53 Cilantro (ketumbar) dan cilantro 79 Pleurisy Root 54 Citrus Basil 80 Pyrethrum 55 Jinten 81 Rosemary 56 Seledri 82 Rue 57 Dandelion 83 Sage 58 Dill 84 Salad Burnet 59 Echinacea (Coneflower) 85 Saltwort 60 Epazote 86 Savory 61 Feverfew 87 Shiso 62 Flax 88 Stevia 63 Bawang putih 89 Thyme 64 Goldenseal 90 Valerian 65 Hisop 91 Apsintus 66 Lavender 92 Mibura 67 Daun Adas
Sumber : Tower Garden, Tim Blank, 2012
2.4.6 Kebutuhan Tanaman Aeroponik di Hotel
Berkaitan dengan perancangan hotel bisnis menggunakan sistem
aeroponik untuk menghasilkan sayur yang dapat dimanfaatkan untuk restoran,
perlu diketahui jenis sayur atau buah yang akan digunakan pada restoran hotel.
Untuk mengetahui jenis tanaman yang digunakan dalam restoran ditelusuri
dengan mencari resep masakan hotel untuk mengetahui bahan yang dapat
digunakan (sayur, buah, atau rempah). Berikut ini beberapa resep masakan
standar yang terdapat dalam makalah ilmiah Mukhtar (2004) mengenai Usaha
Pengolahan Dapur Dalam Peningkatan Kualitas Makanan Pada Hotel dan
resep masakan oleh chef Jethro Ido Pasaribu yang berpengalaman sebagai chef
di Novotel Bandung (2012).
33
Gambar 2.10. Resep Nasi Goreng & Mihun Goreng Sumber : Usaha Pengolahan Dapur Dalam Peningkatan Kualitas Makanan Pada Hotel,
Muktar, 2004
Tabel 2.7. Tanaman Aeroponik pada Makanan Hotel Kategori Nama Masakan Porsi Kuantitas Tanaman
aeroponik Bahan Dasar Kaldu - 100 g
Secukupnya Secukupnya
Seledri Thyme
Rosemary Appertizers Orange-Garlic
Marinated Shrimp 1-2 2 siung
1 sdm
Bwg Putih Thyme
Fresh-look Salad 1-2 20 g
20 g
Mentimun Paprika
Toasted Baked
Potatoes 2 50 g
5 g 5 g
Brokoli Oregano Peterseli
Stuffed Tofu 2 1 siung
Bwg Putih
Baked Home-made
Bruschetta 2 150 g
5 g 30 g
Tomat Ketumbar Paprika
Egg Florentine 2-3 40 g
2 siung
Bayam Bwg putih
Soup Broccoli Soup 2 400 g
Brokoli
Shrimp Bisque 2-3 10 g
3 g 3 g
Seledri Thyme
Peterseli
Mixed Seafood Chowder
2 200 g 3 g
Tomat Thyme
Red Beans & Tomato Soup
2 30 g 1/8 sdt ¼ sdt
Paprika Jintan
Ketumbar
Main Course Squid Ink Spaghetti 2 ½ sdm ½ sdm 25 g
Thyme Oregano
Bwg Putih Tuna Fettuccine 2 15 g Bwg Putih
34
1 sdt 1 sdt 40 g
Thyme Peterseli Paprika
Veggie Calzone Puzza Dough
2 30 g 30 g 3 g
Brokoli Terung Thyme
Baked Pasta 2 1 sdm 1 g
Peterseli Oregano
Roasted Beef With Lemon Sauce
1 20 g ¼ sdt ¼ sdt
Terung Rosemary
Thyme Steam-Stir Angry
Crab 1 3 g
2 ruas Ketumbar
Serai Shrimp & Broccoli
Pasta 2 1 tangkai
150 g 5 g
1/8 sdt
Thyme Brokoli Peterseli Oregano
Stuffed Baked Squid Pasta
1 100 g 2 siung 200 g
Bayam Bwg Putih
Paprika Soy Glazed Fish 1 2 g
1 siung Ketumbar Bwg Putih
Chicken With Herb Cheese
1 10 g 1 sdm
5 g 15 g
Seledri Thyme
Perterseli Paprika
Baked Fish With Grilled Tomatoes &
Mustard Sauce
1 40 g 1 g
Tomat Thyme
Spiced Grilled
Chicken 1 1 sdt
2 siung 30 g
Ketumbar Bwg Putih
Terung
Desserts Fruity Redish Pavlova
4-6 50 g Stroberi
Sumber : Buku Resep Makanan ala Hotel Bintang 5, Jethro Ido Pasaribu, 2012
Dari masakan tersebut didapat 19 jenis tanaman yang dapat ditanam
menggunakan sistem aeroponik dan digunakan di restoran hotel, tanaman
tersebut antara lain selada, tomat, timun, terung, paprika, sawi, brokoli,
stroberi, bawang putih, daun bawang, serai, jintan, peterseli, oregano, thyme,
rosemary, seledri, ketumbar.
2.4.7 Persyaratan Tumbuh Tanaman yang Digunakan
Berikut ini daftar tanaman yang dapat tumbuh dan juga digunakan
dalam hotel dan dapat diproduksi menggunakan sistem aeroponik berikut
35
dengan persyaratan tanaman untuk tumbuh berupa elevasi tanaman, kebutuhan
cahaya langsung, dan suhu (Jurnal Pertanian; Litbang Departemen Pertanian;
Departemen Kehutanan).
Tabel 2.8. Persyaratan Tanaman Tumbuh No Jenis Tanaman Ketinggian Kebutuhan
Direct Sun Suhu
1 Tomat (Lycopersicon esculentum)
Dataran Rendah – Tinggi (0 – 1250 m)
6 jam 24 – 28
2 Selada (Lactuca sativa L.)
Dataran Rendah – Tinggi (5 – 2200 m)
3 jam 22 - 27
3 Mentimun (Cucumis sativus L.)
Dataran Rendah – Tinggi (0 – 1000 m)
6 jam 21 – 26
4 Seledri (Apium graveolens)
Dataran Rendah – Tinggi (1000 - 1200 m)
3 jam 18 – 24
5 Paprika (Capsicum annuum L.)
Dataran Menengah – Tinggi (700 – 1500 m)
6 jam (naungan)
16 – 25
6 Sawi (Brassica juncea)
Dataran Rendah – Tinggi (100 – 500 m)
3 jam 22 – 33
7 Kubis (Brassica oleracea L.)
Dataran Rendah – Tinggi (0 – 1200 m )
3 jam 15 - 25
8 Terung (Solanum melongena)
Dataran Rendah - Tinggi (1 - 1200 m)
6 jam 22 - 30
9 Brokoli (Brassica oleracea ver italica)
Dataran Rendah – Tinggi (1 – 1000 m)
3 jam 15 - 24
10 Stroberi (Fragaria vesca)
Dataran Tinggi (1000 – 1500 m)
6 jam 17 - 20
11 Jinten (Nigella sativa)
6 jam 5 - 25
12 Ketumbar (Coriandrum sativum)
- 3 jam 15 - 23
13 Rosemary (Rosmarinus officinalis L.)
- 6 jam 20 - 25
14 Peterseli (Petroselinum cripcum)
Dataran Rendah – Tinggi (450 – 1100 m)
6 jam (naungan)
18 - 21
15 Oregano (Origanum vulgare L.)
- 6 jam 10 - 13
16 Thyme (Thymus vulgaris)
- 6 jam 21 - 24
17 Kemangi (Ocinum basilicum)
Dataran Rendah -Tinggi (1 - 1100 m)
6 jam 5 - 30
18 Bawang Putih (Allium sativum)
- 3 jam 15 – 20
19 Serai (Cymbopogon Nardus)
3 jam 18 - 25
Sumber : Jurnal Pertanian; Litbang Departemen Pertanian; Departemen Kehutanan
Top Related