7
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Umum
2.1.1 Pengertian Judul
1. Perancangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1164),
perancangan adalah proses, cara, perbuatan merancang.
Perancangan merupakan bukan sekedar menyatukan susunan dari
benda-benda yang telah standar, melainkan merupakan kreasi baru dari
bentuk-bentuk benda yang diciptakan dan dipadukan dengan fungsi,
bentuk ruang, dan elemen-elemen lain dari ruang. (Suptandar, 1999: 12)
2. Interior
Interior adalah bagian di dalam gedung/ruang yang dibatasi oleh
lantai, dinding, dan plafon. (KBBI, 2008: 560)
Desain interior adalah karya arsitek atau desainer yang khusus
menyangkut bagian dalam dari suatu bangunan, bentuk-bentuknya
sejalan perkembangan ilmu dan teknologi yang dalam proses
perancangan selalu dipengaruhi unsur-unsur geografi setempat dan
kebiasaan-kebiasaan sosial yang diwujudkan dalam gaya-gaya
kontemporer. (Suptandar, 1999: 11)
3. One Stop
One Stop yang berarti suatu pemberhentian adalah sebuah
penyedia sumber tunggal barang atau jasa.
(http://id.termwiki.com/EN:one-stop)
One Stop merupakan tempat yang menyediakan berbagai barang
dan jasa, sehingga tidak harus pergi ke tempat yang berbeda atau
meminta orang yang berbeda (Cambridge Business English Dictionary)
4. Wedding
8
Wedding atau pernikahan adalah ikatan (akad) perkawinan yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan hokum dan ajaran agama. (kamus
besar bahasa Indonesia)
Perkawinan ialah lahir bathin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yanga Maha
Esa (UU. No 1 Tahun 1974)
5. Center
Center atau pusat adalah pokok pangkal atau yang menjadi
pumpunan (berbagai urusan hal, dan sebagainya). (Kamus Besar Bahasa
Indonesia tahun 1988)
Pusat pertokoan berarti tempat yang diperuntukkan bagi
pertokoan yang mudah di kunjungi pembeli dari berbagai lapisan
masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
2.2 Tinjauan Perancangan
2.2.1 Persyaratan Pembangunan Toko
Beradasarkan Pasal 1 butir 5 Perpres 112/2007 jo Pasal 1 butir 5
Permendag 53/2008 yang dimaksud dengan ritel modern atau toko modern yaitu
toko dengan system pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang secara
eceran yang berbentuk Minimarket, Supermarket, Department Store,
Hypermarket, ataupun grosir berbentuk Perkulakan.
Sedangkan, ritel tradisional dapat didefinisikan sebagai perusahaan yang
menjual barang eceran selain berbentuk ritel modern. Bentuk dari perusahaan
ritel tradisional adalah perusahaan kelontong yang menjual barang-barang
kebutuhan sehari-hari yang berada di wilayah perumahan, pedagang kaki lima,
pedagang yang berjualan di pasar tradisional.
Izin yang diperlukan untuk mendirikan ritel modern/toko modern atau
ritel tradisional adalah sebagai berikut :
A. RITEL MODERN/ TOKO MODERN
a. Mendirikan badan hukum untuk yang akan menjalankan toko modern
9
Setiap toko modern dapat berbentuk suatu badan usaha badan
hukum atau badan usaha bukan badan hukum.
Adapun, karakteristik badan usaha berbadan hukum atau badan
usaha tidak berbadan hukum dapat Anda lihat pada jawaban kami
sebelumnya yaitu Jenis-jenis Badan Usaha dan Karakteristiknya.
b. Izin Usaha Toko Modern ("IUTM")
Persyaratan IUTM berdasarkan Pasal 12 dan 13 Perpres 112/2007
jo Pasal 12 Permendag 53/2011, yaitu:
(i) Copy Surat Izin Prinsip dari Bupati/Walikota atau Gubernur
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta;
(ii) Hasil Analisa Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat serta
rekomendasi dari instansi yang berwenang;
(iii) Copy Surat Izin Lokasi dari Badan Pertanahan Nasional;
(iv) Copy Surat Izin Undang-Undang Gangguan (HO);
(v) Copy Surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
(vi) Copy Akta pendirian perusahaan dan pengesahannya;
(vii) Rencana Kemitraan dengan Usaha Mikro dan Usaha kecil;
(viii) Surat Pernyataan kesanggupan melaksanakan dan
mematuhiketentuan yang berlaku; dan
(ix) Studi Kelayakan termasuk analisis mengenai dampak
lingkungan, terutama sosial budaya dan dampaknya bagi pelaku
perdagangan eceran setempat.
c. Surat Izin Usaha Perdagangan (“SIUP”)
Setiap perusahaan perdagangan wajib memiliki SIUP, SIUP itu
sendiri dibagi menjadi SIUP Kecil, SIUP Menengah, SIUP Besar.
d. Tanda Daftar Perusahaan (“TDP”)
Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) Permendag 36/2007, setiap
perusahaan wajib untuk mendaftarkan daftar perusahaannya yang
disahkan oleh pejabat yang berwenang dari kantor pendaftaran
10
perusahaan. Perusahaan dapat berbentuk, antara lain :
(i) PT;
(ii) Persekutuan Komanditer (CV);
(iii) Firma;
(iv) Perorangan;
(v) Bentuk lainnya; dan
(vi) Perusahaan asing dengan status Kantor Pusat, Kantor
Tunggal, Kantor Cabang, Kantor Pembantu, Anak
Perusahaan, dan Perwakilan Perusahaan yang berkedudukan
dan menjalankan usahanya di wilayah Republik Indonesia.
e. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atas toko Modern
Setiap orang yang akan mendirikan bangunan wajib mengikuti
persyaratan administratif yaitu salah satunya memiliki Izin Mendirikan
Bangunan gedung sebagaimana dimaksud Pasal 7 UU 28/2002 dan
peraturan pelaksanaannya pada Pasal 14 PP 36/2005. Izin Mendirikan
Bangunan gedung diberikan oleh pemerintah daerah.Setiap daerah
memiliki peraturannya masing-masing.Sebagai contoh untuk Provinsi
Jakarta diatur oleh Peraturan Daerah Provinsi Khusus Ibukota Jakarta No.
7 Tahun 2010.
f. Surat Keterangan Domisili Perusahaan
Diajukan permohonan Surat Keterangan Domisili Perusahaan
kepada kelurahan setempat lokasi toko modern.
g. Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (bila pendirian dilakukan melalui
perjanjian waralaba)
Apabila dalam membangun ritel modern/toko modern yang
merupakan hasil dari perjanjian waralaba maka berdasarkan PP 42/2007
harus memiliki Surat Tanda Pendaftaran Waralaba.
h. Izin Gangguan
Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Permendagri 27/2009, yang
dimaksud dengan Izin Gangguan adalah pemberian izin tempat
11
usaha/kegiatan kepada orang pribadi/badan di lokasi tertentu yang dapat
menimbulkan bahaya, kerugian, dan gangguan, tidak termasuk
tempat/kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah.
B. TOKO RITEL TRADISIONAL
a. Mendirikan badan usaha yang akan menjalankan toko ritel tradisional
Pada dasarnya, tidak ada kewajiban bentuk badan usaha untuk
menjalani toko ritel tradisional. Bentuk badan usaha yang akan didirikan
yaitu sesuai dengan visi misi toko ritel yang akan didirikan, bahkan
perusahaan perorangan pun dapat melakukan usaha ritel tradisional.
b. Surat Izin Usaha Perdagangan ("SIUP")
Setiap Perusahaan yang melakukan usaha perdangangan wajib
untuk memilki SIUP. Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) huruf c Permendag
46/2009, terdapat pengecualian kewajiban memiliki SIUP terhadap
Perusahaan Perdagangan Mikro dengan kriteria:
(i) Usaha Perseorangan atau persekutuan;
(ii) Kegiatan usaha diurus, dijalankan, atau dikelola oleh
pemiliknya atau anggota keluarga terdekat; dan
(iii) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000, tidak
termasuk tanah dan bangunan.
c. TDP
Apabila bentuk perusahaan yang akan dibentuk adalah perusahaan
perorangan, maka berdasarkan Pasal 6UU 3/1982 jo Pasal 4 Permendag
36/2007 terdapat pengecualian kewajiban untuk mendaftarkan daftar
perusahaan bagi perusahaan perorangan yang merupakan perusahaan
kecil, namun apabila perusahaan kecil tetap dapat memperoleh TDP untuk
kepentingan tertentu, apabila perusahaan kecil tersebut menghendaki.
Lebih lanjut yang dimaksud dengan perusahaan kecil adalah:
(i) Perusahaan yang dijalankan perusahaan yang diurus, dijalankan,
12
atau dikelola oleh pribadi, pemiliknya sendiri, atau yang
mempekerjakan hanya anggota keluarganya sendiri;
(ii) Perusahaan yang tidak diwajibkan memiliki izin usaha atau surat
keterangan yang dipersamakan dengan itu yang diterbitkan oleh
instansi yang berwenang; atau
(iii) Perusahaan yang benar-benar hanya sekedar untuk memenuhi
keperluan nafkah sehari-hari pemiliknya.
d. Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atas toko ritel tradisional
Setiap orang yang akan mendirikan bangunan wajib mengikuti
persyaratan administratif yaitu salah satunya memiliki Izin Mendirikan
Bangunan gedung sebagaimana dimaksud Pasal 7 UU 28/2002 dan
peraturan pelaksanaannya pada Pasal 14 PP 36/2005. Izin Mendirikan
Bangunan gedung diberikan oleh pemerintah daerah.Setiap daerah
memiliki peraturannya masing-masing.Sebagai contoh untuk provinsi
Jakarta diatur oleh Peraturan Daerah Provinsi Khusus Ibukota Jakarta
No. 7 Tahun 2010.
e. Surat Keterangan Domisili Perusahaan
Diajukan permohonan Surat Keterangan Domisili Perusahaan
kepada kelurahan setempat lokasi toko ritel tradisional.
f. Izin Gangguan Berdasarkan Pasal 1 angka 3 Permendagri 27/2009, yang
dimaksud dengan Izin Gangguan adalah pemberian izin tempat
usaha/kegiatan kepada orang pribadi/badan di lokasi tertentu yang dapat
menimbulkan bahaya, kerugian, dan gangguan, tidak termasuk
tempat/kegiatan yang telah ditentukan oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah.
13
2.3 Tinjauan Umum Pernikahan
2.3.1 Pengertian Pernikahan
Terdapat beragam pendapat dari para ahli yang menjelaskan tentang
pengertian pernikahan. Duvall & Miller (1985) mendefinisikan pernikahan
sebagai berikut :
“Marriage is a socially recognized relationship between a man and
awoman that provides for sexual relation, legitimized childbearing and
establishing a division of labour between spouses”
Pernikahan dikenali sebagai hubungan antara pria dan wanita yang
yang memberikan hubungan seksual, keturunan, membagi peran antara
suami-istri.
Dalam dalam Undang-undang No.1 tahun 1974 ( Undang-undang
perkawinan, www.sdm.ugm.ac.id) Bab I pasal 1, perkawinan diartikan
sebagai:“Perkawinan adalah ikatan batin antara laki-laki dan perempuan
sebagai suami-istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.”
Beberapa sumber lain menjelaskan bahwa pernikahan adalah ikatan
atau komitmen emosional dan legal antara seorang pria dengan seorang
wanita yang terjalin dalam waktu yang panjang dan melibatkan aspek
ekonomi, sosial, tanggungjawab pasangan, kedekatan fisik, serta hubungan
seksual. (Regan, 2003; Olson & DeFrain, 2006; Seccombe & Warner,
2004)
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, peneliti membatasi
pengertian pernikahan sebagai ikatan yang bersifat kontrol sosial antara
pria dan wanita yang didalamnya diatur mengenai hak dan kewajiban,
kebersamaan emosional, juga aktivitas seksual, ekonomi dengan tujuan
untuk membentuk keluarga serta mendapatkan kebahagiaan dan kasih
berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.
a. Alasan Melakukan pernikahan
14
Menurut Stinnett (dalam Turner & Helms, 1987) terdapat
Berbagai alasan yang mendasari mengapa seseorang melakukan
pernikahan. alasan-alasan tersebut antara lain :
1. Komitmen.
Pernikahan sebagai suatu simbol dari komitmen, dengan
melakukan pernikahan seseorang ingin menunjukkan kepada
pasangannya mengenai komitmennya terhadap hubungan
yang ada.
2. One-to-one relationship.
Melalui pernikahan seseorang membentuk one-to-one
relationship. Individu dapat memberikan afeksi, rasa hormat
pada pasangannya.
3. Companionship and sharing.
Dengan pernikahan seseorang dapat mengatasi rasa
kesepiannya dengan berbagi segala hal pada pasangannya.
4. Love.
Hal ini merupakan alasan utama seseorang melakukan
pernikahan. Karena pada dasarnya pernikahan adalah sarana
untuk memenuhi kebutuhan dasar tentang cinta.
5. Kebahagiaan.
Banyak orang yang menganggap bahwa dengan melakukan
pernikahan mereka akan mendapatkan kebahagiaan
6. Legitimasi hubungan seks dan anak.
Pernikahan memberikan status legitimasi sebuah hubungan
seksual hingga akhirnya memperoleh keturunan.
b. Fungsi-fungsi Pernikahan
Dalam sebuah pernikahan perlu adanya fungsi-fungsi yang harus
dijalankan dan bila fungsi-fungsi tersebut tidak berjalan atau tidak
terpenuhi maka tidak ada perasaan bahagia dan puas pada pasangan
(Soewondo, dalam 2001). Duvall & Miller (1985) menyebutkan
15
setidaknya terdapat enam fungsi penting dalam pernikahan, antara
lain:
1. Menumbuhkan dan memelihara cinta serta kasih sayang.
Pernikahan memberikan cinta dan kasih sayang diantara suami
dan istri, orang tua dan anak, dan antar anggota keluarga lainnya.
Idealnya pernikahan dapat memberikan kasih sayang pada kedua
orang tua dan anaknya sehingga berkontribusi terhadap
perkembangan kesehatan mereka.
2. Menyediakan rasa aman dan penerimaan.
Mayoritas orang mencari rasa aman dan penerimaan, serta saling
melengkapi bila melakukan kesalahan sehingga dapat belajar
darinya dan dapat menerima kekurangan pasangannya.
3. Memberikan kepuasan dan tujuan.
Berbagai tekanan yang terdapat pada dunia kerja terkadang
menghasilkan ketidakpuasan. Ketidakpuasan tersebut dapat
diatasi dengan pernikahan melalui kegiatan-kegiatan yang
dilakukan bersama-sama anggota keluarga. Dengan pernikahan
juga seseorang dipaksa untuk memiliki tujuan dalam hidupnya.
4. Menjamin kebersamaan secara terus-menerus.
Melalui pernikahan rasa kebersamaan diharapkan selalu
didapatkan oleh para anggota keluarga.
5. Menyediakan status sosial dan kesempatan sosialisasi
Sebuah keluarga yang diikat oleh pernikahan memberikan status
sosial pada anggotanya. Anak yang baru lahir secara otomatis
mendapatkan status sosial sebagai seorang anak yang berasal dari
orang tuanya.
6. Memberikan pengawasan dan pembelajaran tentang kebenaran
Dalam pernikahan, individu mempelajari mengenai aturan-
aturan, hak, kewajiban serta tanggungjawab. Pada
pelaksanaannya individu tersebut akan mendapatkan pengawasan
dengan adanya aturan-aturan tersebut. Individu dalam
16
pernikahan juga mendapatkan pendidikan moral mengenai hal
yang benar atau salah.
2.3.2 Sejarah Pernikahan di Indonesia
Keinginan masyarakat Indonesia untuk memiliki hukum perkawinan
secara tertulis yang isinya merupakan wujud dari hukum-hukum perkawinan
yang telah berlaku di dalam masyarakat tersebut, baik itu hukum perkawinan
adat maupun hukum perkawinan menurut ketentuan agama yang ada. Keinginan
ini sudah muncul pada masa penjajahan Belanda, masa penjajahan Jepang, dan
seterusnya sampai pada masa kemerdekaan. Harapan memiliki hukum
perkawinan tertulis tersebut baru dapat terwujud pada awal tahun 1974, dengan
disahkannya Undang-Undang No: 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
A. Masa Kerajaan di Indonesia
Sebagai mana kita ketahui bersama bahwa dahulu di Indonesia
pernah berdiri kerajaan-kerajaan Hindu yang mempunyai pengaruh
di pulau Jawa, Sumatera dan Bali, sedangkan di daerah lain
mendapat pengaruh dari zaman “Malaio polynesia”, yaitu : Suatu
zaman dimana nenek moyang kita masih memegang adat istiadat asli
yang dipengaruhi oleh alam yang serba kesaktian. Pada zaman Hindu
ini tumbuh beberapa kerajaan yang dipengaruhi oleh hukum agama
Hindu serta hukum agama Budha yang dibawa oleh para pedagang
(khususnya dari Cina).
Di antara kerajaan-kerajaan tersebut adalah kerajaan Sriwijaya,
Singosari dan Majapahit. Pada zaman Majapahit hukum adat
mendapat perhatian berkat usaha Mahapatih Gajah Mada, diantara
usaha yang dilakukan patih Gajah Mada yaitu : membagi bidang-
bidang tugas pemerintahan dan keamanan negara. Misal : soal
perkawinan, peralihan kekuasaan, ketentaraan Negara. Keputusan
pengadilan pada masa itu disebut : Jayasong (Jayapatra), Gajahmada
mengeluarkan suatu kitab UU, yaitu : “Kitab Hukum Gajah Mada”.
17
Setelah kerajaan-kerajan bercorak hindu dan budha tersebut
runtuh, kemudian di Nusantara berdiri kerajaan-kerajaan bercorak
Islam. Agama Islam masuk ke bumi Nusantara ini secara damai pada
abad ke – 7 masehi atau bertepatan dengan abad ke- 1 hijriah, ada
juga yang berpendapat pada tahun ke-30 hijriah atau bertepatan
dengan tahun 650 masehi. Ketika wilayah Nusantara dikusai oleh
para sultan, hukum Islam diberlakukan di dalam wilayah
kekuasaanya dan sultan sendiri sebagai penanggung jawabnya.
Sultan berperan aktif sebagai piñata agama Islam dengan cara
mengangkat penghulu sebagai kadi syariah dan pemberi fatwa –
fatwa agama. Manifestasi dari ketentuan ini dapat dilihat dari bentuk
pemerintahan pada waktu itu, yaitu adanya alun-alun yang dikelilingi
oleh pendopo kabupaten, Masjid Agung dan Lembaga
Pemasyarakatan.
Hukum Islam sebagai hukum yang bersifat mandiri telah menjadi
satu kenyataan yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Bahwa
kerajaan-kerajaan Islam yang berdiri di Indonesia telah
melaksanakan Hukum Islam dalam kekuasaannya masing-masing.
Pada abad ke 13 M, Kerajaan Samudra Pasai di Aceh Utara
menganut hukum Islam Mazhab Syafi’i. Kemudian pada abad ke 15
dan 16 M di pantai utara Jawa, terdapat Kerajaan Islam, seperti
Kerajaan Demak, Jepara, Tuban, Gresik dan Ngampel. Fungsi
memelihara agama ditugaskan kepada penghulu dengan para
pegawainya yang bertugas melayani kebutuhan masyarakat dalam
bidang peribadatan dan segala urusan yang termasuk dalam hukum
keluarga/perkawinan. Sementara itu, di bagian Timur Indonesia
berdiri pula kerajaan-kerajaan Islam seperti Gowa, Ternate, Bima
dan lain-lain. Masyarakat Islam di wilayah tersebut diperkirakan juga
menganut hukum Islam Mazhab Syafi’i.
18
B. Masa Penjajahan di Indonesia
Ketika Belanda masuk ke Indonesia pada tahun 1596 melalui
Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC), kebijakan yang telah
dilaksanakan oleh para sultan tetap dipertahankan pada daerah-derah
kekuasaanya sehingga kedudukan hukum (keluarga) Islam telah ada
di masyarakat sehingga pada saat itu diakui sepenuhnya oleh
penguasa VOC. Bahkan dalam banyak hal VOC memberikan
kemudahan dan fasilitas agar hukum Islam dapat terus berkembang
sebagaimana mestinya. Bentuk-bentuk kemudahan yang diberikan
oleh VOC adalah menerbitkan buku-buku hukum Islam untuk
menjadi pegangan para Hakim Peradilan Agama dalam memutus
perkara. Adapun kitab-kitab yang diterbitkan adalah “al-Muharrar”
di Semarang, “Shirathal Mustaqim” yang ditulis oleh Nuruddin ar-
Raniry di Kota Raja Aceh dan kitab ini diberi syarah oleh Syekh
Arsyad al-Banjary dengan judul “Sabilul al-Muhtadin” yang
diperuntukkan untuk para Hakim di Kerapatan Kadi di Banjar Masin,
kemudian kitab “Sajirat al- Hukmu” yang digunakan oleh Mahkamah
Syar’iyah di Kesultanan Demak, Jepara, Gresik dan Mataram.
Terakhir VOC menghimpun hukum Islam yang disebut dengan
Compendium Freijer, mengikuti nama penghimpunnya.
Kemudian membuat kumpulan hukum perkawinan dan kewarisan
Islam untuk daerah Cirebon, Semarang, dan Makasar (Bone dan
Gowa).
Pada awalnya Belanda melalui VOC masuk ke Indonesia dengan
membawa serta hukum negaranya utuk menyelesaikan masalah
diantara mereka sendiri. Untuk lebih memantapkan posisinya,
mereka berupaya pula untuk menundukkan masyarakat jajahannya
pada hukum dan badan peradilan yang mereka bentuk. Namun pada
kenyataannya badan peradilan bentukan Belanda ini tidak dapat
berjalan, maka akhirnya Belanda membiarkan lembaga-lembaga asli
yang ada dalam masyarakat terus ber jalan, sehingga selama hampir
19
2 abad masa VOC hukum perkawinan dan hukum kewarisan Islam
dalam masyarakat muslim berjalan sebagaimana mestinya.
Masa VOC berakhir dengan masuknya Inggris pada tahun1800-
1811. Setelah Inggris menyerahkan kembali kekuasaannya kepada
pemerintahan Belanda, pemerintah kolonial Belanda kembali
berupaya mengubah dan mengganti hukum di Indonesia dengan
hukum Belanda. Namun melihat kenyataan yang berkembang pada
masyarakat Indonesia, muncul pendapat dikalangan orang Belanda
yang dipelopori oleh L.W.C. Van Den Berg bahwa hukum yang
berlaku bagi orang Indonesia asli adalah undang-undang agama
mereka, yaitu Islam. Teori ini kemudian terkenal dengan nama teori
“Recepcio in Complexu” yang sejak tahun 1855 didukung oleh
peraturan perundang-undangan Hindia Belanda melalui pasal 75, 78
dan 109 RR 1854 (Stbl. 1855 No.2).
Dalam perjalanannya ternyata Cristian Snouck Hurgronje tidak
sependapat dengan teori ini, menurutnya hukum yang berkembang di
tengah-tengah masyarakat Indonesia bukan hukum Islam, melainkan
hukum adat. Teori Hurgronje ini terkenal dengan nama teori
“Receptie”.
Dampak dari teori ini, Pemerintah Kolonial Belanda tidak lagi
mengakui hukum Islam yang berlaku untuk masyarakat Indonesia,
melainkan hukum adatlah yang diakui. Dalam Indesche
Staatsregeling pasal 131 ayat 6 ditulis :
”Sebelum hukum untuk bangsa Indonesia ditulis di dalam
undang-undang, bagi mereka itu akan tetap berlaku yang
sekarang berlaku bagi mereka, yaitu hukum adat”
Pada saat itu walaupun wewenang Penghoeluegerecht
(Pengadilan Agama) dalam bidang munakahat (perkawinan) tidak
turut dihapus, namun dengan lahirnya peraturan ini jelas sangat
merugikan umat Islam Indonesia. Seandainya ajaran Islam telah
menjadi adat kebiasaan di suatu daerah, maka tentu tidak terlalu
20
banyak menjadi persoalan. Seorang Muslim juga masih bisa
melangsungkan pernikahan melalui Penghoeluegerecht. Namun
bagimana dengan seorang muslim atau muslimah yang tinggal di
lingkungan yang tidak agamis atau tinggal di daerah yang mayoritas
penduduknya non muslim, maka apakah juga harus melangsungkan
pernikahan menurut adat daerah tersebut yang mungkin bertentangan
dengan hukum Islam?
Dalam Indesche Staatsregeling (IS) pasal 131 ayat 2 ditulis;
”Untuk golongan bangsa Indonesia asli dan Timur Asing, jika
ternyata kebutuhan kemasyarakatan mereka menghendakinya,
dapatlah peraturan-peraturan untuk bangsa Eropa (Burgerlijk
Wetboek/ BW/ Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) dinyatakan
berlaku bagi mereka, baik seutuhnya maupun dengan perubahan-
perubahan...”. Kemudian dalam ayat 4 disebutkan; ”Orang Indonesia
asli dan orang Timur Asing, sepanjang mereka belum ditundukkan
dibawah suatu peraturan bersama dengan bangsa Eropah,
diperbolehkan menundukkan diri pada hukum yang berlaku untuk
bangsa Eropa...”
Menurut peraturan ini siapapun bisa menundukkan diri terhadap
undang-undang Eropa, baik karena kehendak mereka sendiri maupun
secara bersama. Ini artinya seorang muslim atau muslimah boleh
menikah dengan menggunakan BW sebagai landasan hukumnya,
sementara BW/ KUH-Perdata sendiri tidak mengatur tentang
hukum nikah beda agama. Maka dapat disimpulkan bahwa undang-
undang yang ada ketika itu tidak protektif terhadap umat Islam,
karena membuka peluang bagi terjadinya nikah beda agama dan
pemurtadan melalui pernikahan, baik untuk muslim maupun
muslimah.
Walaupun wewenang Penghoeluegerecht (Pengadilan Agama)
dalam bidang munakahat (perkawinan) tidak turut dihapus, namun
tidak ada peraturan yang bersifat megikat dan memaksa bahwa umat
21
Islam harus mengurus masalah pernikahannya melalui
penghoeluegerecht. Yang ada malah kelonggaran untuk menundukan
diri pada hukum Belanda/BW/ KUH Perdata sendiri adalah kitab
undang-undang yang secara asal dibuat untuk golongan warga negara
bukan asli (Indonesia), yaitu untuk golongan warga yang berasal dari
Tionghoa dan Eropa yang mana perundang-undangannya disesuaikan
dengan undang-undang yang berlaku di Negeri Belanda. Dalam
Indesche Staatsregeling pasal 131 diantaranya berbunyi; ”Untuk
golongan bangsa Eropah dianut (dicontoh) perundang-undangan
yang berlaku di Negeri Belanda (asas konkordansi)”. Sementara
Belanda sendiri mayoritas penduduknya beragama Kristen, sehingga
baik secara langsung maupun tidak langsung, kebijakan hukumnya
pasti terpengaruh/ mendukung dengan ajaran Kristen.
Sebagai contoh kita bisa lihat dalam Bab IV (Tentang
Perkawinan) dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Bagian
Kedua (tentang acara yang harus mendahului perkawinan), pasal 53
berbunyi; ”...Pengumuman tidak boleh dilangsungkan pada hari
Minggu; dengan hari Minggu dalam hal ini dipersamakan: hari
Tahun Baru, hari Paskah dan Pantekosta kedua, kedua-duanya hari
Natal dan hari Mikhrad Nabi”. Contoh lain adalah pada pasal 27
dalam bab yang sama pada bagian pertama (tentang syarat-syarat
perkawinan) yang intinya sama sekali melarang poligami.
Pada Kongres Perempuan Indonesia I pada tanggal 22-25
Desember 1928 di Yogyakarta mengusulkan kepada Pemerintah
Belanda agar segera disusun undang-undang perkawinan, namun
mengalami hambatan dan mengganggu kekompakan dalam mengusir
penjajah.
Pada permulaan tahun 1937 Pemerintahan Hindia Belanda
menyusun rencana pendahuluan Ordonansi Perkawinan tercatat
(onwerpordonnantie op de ingeschrevern huwelijken) dengan pokok-
pokok isinya sebagai berikut: Perkawinan berdasarkan asas
22
monogami dan perkawinan bubar karena salah satu pihak meninggal
atau menghilang selama dua tahun serta perceraian yang diputuskan
oleh hakim.
Menurut rencana rancangan ordonansi tersebut hanya
diperuntukkan bagi golongan orang Indonesia yang beragama Islam
dan yang beragama Hindu, Budha, Animis. Namun rancangan
ordonansi tersebut di tolak oleh organisasi Islam karena isi ordonansi
mengandung hal-hal yang bertentangan dengan hukum Islam. Suara
perkumpulan-perkumpulan kaum Ibu yang setuju ternyata tidak
cukup kuat hingga rencana ordonansi tersebut tidak jadi dibicarakan
dalam Volksraad (Dewan Rakyat).
Sampai berakhirnya masa penjajahan, Pemerintah Hindia
Belanda tidak berhasil membuat undang-undang yang berisi hukum
material tentang perkawinan yang berlaku bagi seluruh bangsa
Indonesia. Perturan hukum materiil tentang perkawinan yang dibuat
dan ditinggalkan oleh Pemerintah Kolonial, hanyalah berupa perturan
hukum perkawinan yang berlaku untuk golongan-golongan tertentu
yaitu : Ordonansi Perkawinan Kristen (HOCI) yang berlaku bagi
orang-orang Indonesia asli yang beragama Kristen, Kitab undang-
undang Hukum Perdata (BW) yang berlaku bagi warga keturunan
Eropa dan Cina, kemudian peraturan perkawinan Campuran
(Staatsblad 1898 No. 158) atau GHR.
Sedangkan peraturan hukum perkawinan bagi umat Islam yang
sempat ditinggalkan oleh Pemerintah Kolonial hanyalah berupa
peraturan hukum formal yang mengatur tata cara perkawinan sebagai
mana terdapat dalam kitab-kitab fikih yang dikarang oleh ulama-
ulama di kalangan ummat Islam.
C. Masa Setelah Kemerdekaan
1. Masa Orde Lama
23
Pemerintahan dimasa pasca kemerdekaan adalah pemerintahan
dalam kepemimpinan orde lama (1945 – 1965), di era orde lama ini
keinginan memiliki undang-undang perkawinan yang berlaku bagi
seluruh bangsa Indonesia, ternyata belum juga terwujud. Beberapa
peraturan hukum perkawinan peninggalan pemerintah Kolonial
Belanda masih tetap diberlakukan bagi bangsa Indonesia menurut
golongannya masing-masing. Hukum perkawinan yang berlaku
adalah sebagai berikut :
1. Bagi orang-orang Indonesia asli berlaku hukum Adat.
2. Bagi orang-orang Indonesia asli beragama Islam berlaku hukum
perkawinan Islam.
3. Bagi orang-orang Indonesia asli beragama Kristen berlaku
Ordonansi Perkawinan Kristen (HOCI).
4. Bagi warga Negara keturunan Eropa dan Cina berlaku Kitab
undang-undang Hukum Perdata (BW).
5. Bagi perkawinan campuran berlaku peraturan perkawinan
Campuran (Staatsblad 1898 No. 158) atau GHR.
Karena golongan Kristen dan warga Negara keturunan (Eropa
dan Cina) telah memiliki kodifikasi hukum perkawinan, maka dalam
peraktik, jarang dijumpai permasalahan-permaslahan yang sulit
dalam perkawinan mereka. Ini berbeda dengan golongan Islam yang
belum memiliki kodofikasi hukum perkawinan. Hukum perkawinan
yang dipedomani oleh ummat Islam masih tersebar dalam beberapa
kitab fikih munakahat karya mujtahid dari Timur Tengah seperti
imam Syafi’I misalnya. Pemahaman ummat Islam Indonesia terhadap
kitab-kitab fikih munakahat tersebut sering tidak seragam, sehingga
muncul kasus-kasus perkawinan seperti misalnya, perkawinan anak-
anak, kawin paksa, serta penyalah gunaan hak talak dan poligami.
Tahun 1952 akhir, panitia telah membuat suatu Rancangan
Undang- Undang Perkawinan yang terdiri atas peraturan umum, yang
berlaku untuk semua golongan dan agama dan peraturan-perraturan
24
khusus yang mengatur hal-hal yang mengenai golongan agama
masing-masing. Selanjutnya pada tanggal 1 Desember 1952 panitia
menyampaikan Rancangan Undang-Undang Perkawinan Umum
kepada semua organisasi pusat dan lokal dengan permintaan supaya
masing-masing memberikan pendapat atau pandangannya tentang
soal-soal tersebut paling akhir pada tanggal 1 Februari 1953.
Rancangan yang dimajukan itu selain berusaha kearah kodifikasi
dan unifikasi, juga telah mencoba memperbaiki keadaan masyarakat
dengan menetapkan antara lain :
1. Perkawinan harus didasarkan kemauan bulat dari kedua belah
pihak, untuk mencegah kawin paksaan ditetapkan batas-batas umur
18 bagi laki-laki dan 15 bagi perempuan Suami isteri mempunyai
hak dan kedudukan yang seimbang dalam kehidupan rumah tangga
dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.
2. Poligami diizinkan bila diperbolehkan oleh hukum agama yang
berlaku bagi orang yang bersangkutan dan diatur sedemikian hingga
dapat memenuhi syarat keadilan;
3. Harta bawaan dan harta yang diperoleh selama perkawinan
menjadi milik bersama;
4. Perceraian diatur dengan keputusan Pengadilan Negeri,
berdasarkan alasan-alasan yang tertentu, mengenai talak dan rujuk
diatur dalam peraturan Hukum Islam;
5. Kedudukan anak sah atau tidak, pengakuan anak, mengangkat
dan mengesahkan anak, hak dan kewajiban orang tua terhadap anak,
pencabutan kekuasaan orang tua dan perwalian.
6. Kedudukan anak sah atau tidak, pengakuan anak, mengangkat
dan mengesahkan anak, hak dan kewajiban orang tua terhadap anak,
pencabutan kekuasaan orang tua dan perwalian.
Tanggal 24 April 1953 diadakan hearing oleh Panitia Nikah,
Talak dan Rujuk dengan organisasi-organisasi kemasyarakatan,
yang dalam rapatnya bulan Mei 1953 Panitia memutuskan untuk
25
menyusun Undang-Undang Perkawinan menurut sistem yang
berlaku :
1. Undang-Undang Pokok yg berisi semua peraturan yang
berlaku bagi umum bersama-sama (uniform), dengan tidak
menyinggung agama.
2. Undang-Undang Organik, yang mengatur soal perkawinan
menurut agama masing-masing, yaitu bagi golongan Islam,
Kristen Katolik, dan golongan Kristen Protestan;
3. Undang-Undang untuk golongan netral, yaitu yang tidak
termasuk suatu golongan agama agama.
Sampai pemerintahan orde lama berakhir, undang-undang
perkawinan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia belum juga
terbentuk, kendatipun tuntutan untuk segera dibentuk undang-
undang perkawainan terus bermunculan, baik yang dating dari
pihak pemerintah sendiri maupun yang datang dari organisasi
kemasyarakatan seperti misalnya dari Kongres Wanita Indonesia,
Musyawarah Nasional Untuk Pekerja Sosial (1960), Musyawarah
Kesejahteraan Keluarga (1960), dan Konferensi BP4 Pusat (1962).
2. Masa Orde Baru
Pada periode orde baru, dalam masa sidang 1967-1971
Parlemen (DPR-GR) membahas kembali RUU perkawinan, yaitu :
i. RUU Perkawinan Umat Islam berasal dari Departemen Agama,
yang diajukan kepada DPR-GR bulan Mei 1967.
ii. RUU ketentuan-ketentuan Pokok Perkawinan dari Departemen
Kehakiman, yang diajukan kepada DPR-GR bulan September
1968.
Setelah mengalami perubahan-perubahan atas amandemen yang
masuk dalam panitia kerja maka RUU tentang perkawinan yang
diajukan oleh pemerintah pada tanggal 22 Desember 1973 tersebut
diteruskan dalam Sidang Paripurna DPR-RI, sebagaimana
26
pembicaraan tingkat empat di atas, untuk disahkan menjadi undang-
undang. Dalam sidang tersebut semua Fraksi mengemukakan
pendapatnya, demikian juga pemerintah yang diwakili menteri
Kehakiman meberikan kata akhirnya. Pada hari itu juga RUU
tentang perkawinan itu disahkan oleh DPR-RI setelah memakan
waktu pembahasan tiga bulan lamanya. Pada tangga 2 Januari 1974
diundangkan sebagai Undang-Undang Nomor : 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan. LN Nomor 1 tahun 1974, tambahan LN
Nomor 3019/1974.
Untuk terlaksananya UU tersebut maka pemerintah
mengeluarkan PP Nomor 9 Tahun 1975 sebagai peraturan pelaksana
dari UU perkawinan tersebut. Pada tahun-tahun berikutnya ternyata
Pengadilan Agama sebagai lembaga yuridis yang menangani
masalah perkawinan antara orang-orang Islam ternyata dalam
putusannya banyak yang disparitas dalam menerapkan hukum, oleh
karena ada hal-hal yang tidak tercover dalam UU perkawinan dan PP
peraturan pelaksananya, untuk menghendel hal tersebut maka melaui
Inpres Nomor 1 Tahun 1991 tentang pemberlakuan Kompilasi
Hukum Islam sebagai acuan baku bagi para Hakim Peradilan Agama
dalam memutus perkara.
3. Masa Reformasi
Pada era reformasi hukum perkawinan mendapat suatu
perubahan yang sangat fenomenal dengan diubahnya bunyi pasal 43
ayat (1) Undang-undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 oleh
Mahkamah Konstitusi.
Tepatnya Jumat 17 Februari 2012 Masehi, bertepatan dengan
tanggal 24 Rabiul Awal 1433 Hijriah, Mahkamah Konstitusi (MK)
mengeluarkan putusan yang revolusioner sepanjang sejarah MK di
Republik ini. Sebagaimana dilangsir vivanews.com, Mahfud menilai
putusan MK ini sangat penting dan revolusioner. Sejak MK
27
mengetok palu, semua anak yang lahir di luar perkawinan resmi,
mempunyai hubungan darah dan perdata dengan ayah mereka. Di
luar pernikahan resmi yang dimaksud Mahfud ini termasuk kawin
siri, perselingkuhan, dan hidup bersama tanpa ikatan pernikahan atau
samen leven.
Dalam daripada itu pemerintah sebagai penggagas sejak enam
tahun yang lalu telah mengusulkan RUU tentang Hukum Materiil
Peradilan Agama bidang Perkawinan dan baru dimasukkan dalam
Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Tahun 2010. RUU tentang
Hukum Materiil Peradilan Agama (RUU HMPA) terdiri dari 25 BAB
dan 156 pasal, yang pada pokoknya mengatur tentang Perkawinan,
dalam RUU ini akan terjadi perubahan yang cukup signifikan karena
ada beberapa hal yang tidak diatur dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 jo PP Nomor 9 tahun 1975 tetapi diatur dalam RUU
tersebut.
2.3.3 Tradisi Pernikahan di Indonesia
Tradisi pernikahan secara garis besar dibagi menjadi 2 (dua), yaitu
tradisional dan internasional. Untuk pernikahan secara adat tradisional sendiri
tidak dapat dikatakan sedikit mengingat banyaknya suku bangsa yang ada di
negara kita, Indonesia ini
A. Tradisional
Momen pernikahan yang dikemas dengan tata adat senantiasa
memancarkan pesona tersendiri. Keunikan citra seni budaya dalam
kekayaan nilai filosofi dan histori yang membentuk daya tarik abadi
sepanjang masa, yang tentunya akan diminati setiap pasangan pengantin
pada dasarnya terdiri dari bebrapa tahap, yaitu Tahap Awal,
Tahap Persiapan, Tahap Puncak Acara dan Tahap Akhir. Tetapi kini tak
semua orang yang menyelenggarakan pesta pernikahan selalu melakukan
semua tahapan itu. Beberapa rangkaian dari tahapan itu saat ini sudah
mengalami perubahan seiring dengan tata nilai yang berkembang saat ini.
28
Adapun berbagai, macam acara serta upacara yang harus dilakukan
menurut perkawinan ada Jawa adalah:
1. Lamaran
Jika keduanya sudah merasa cocok, maka orangtua pengantin
laki-laki mengirim utusan ke orangtua pengantin perempuan
untuk melamar puteri mereka. Orangtua dari kedua pengantin
telah menyetujui lamaran perkawinan. Biasanya orangtua
perempuan yang akan mengurus dan mempersiapkan pesta
perkawinan. Mereka yang memilih perangkat dan bentuk
pernikahan. Setiap model pernikahan itu berbeda dandanan
dan pakaian untuk pengantin laki-laki dan pengantin
perempuan. Kedua mempelai harus mengikuti segala rencana
dan susunan pesta pernikahan.
2. Persiapan Perkawinan
Segala persiapan tentu harus dilakukan, seperti mengurus
dandanan dan pakaian pengantin laki-laki dan pengantin
perempuan yang bentuknya berbeda selama pesta pernikahan.
Karena upacara pernikahan adalah pertunjukan yang besar,
maka dibentuk pula Panitia kecil terdiri dari teman dekat,
keluarga dari kedua mempelai.
3. Pemasangan Dekorasi
Biasanya sehari sebelum pesta pernikahan, pintu gerbang
dari rumah orangtua wanita dihias dengan dekorasi
tumbuhan, Yang terdiri dari pohon pisang, buah pisang,
tebu, buah kelapa dan daun beringin yang memiliki arti agar
Pasangan pengantin akan hidup baik dan bahagia dimana
saja. Pasangan pengantin saling cinta satu sama lain dan
akan merawat keluarga mereka. Dekorasi yang lain yang
disiapkan adalah kembang mayang, yaitu suatu karangan
bunga yang terdiri dari sebatang pohon pisang dan daun
pohon kelapa.
4. Serah-Serahan
29
Kedua keluarga menyetujui pernikahan. Mereka akan
menjadi besan. Keluarga dari pengantin laki-laki
berkunjung ke keluarga dari pengantin perempuan sambil
membawa hadiah. Dalam kesempatan ini, kedua keluarga
beramah tamah.
Gambar 2.1 Serah-serahan
Sumber : (Google Search)
5. Upacara Ijab Kabul
Upacara Ijab merupakan syarat yang paling penting dalam
mengesahkan pernikahan. Pelaksanaan dari Ijab sesuai
dengan agama dari pasangan pengantin. Pada saat ijab
orang tua pengantin perempuan menikahkan anaknya
kepada pengantin pria. Dan pengantin pria menerima
nikahnya pengantin wanita yang disertai dengan
penyerahan mas kawin bagi pengantin wanita. Pada saat
ijab ini akan disaksikan oleh Penghulu (bagi umat Islam) atau
pendeta/pastur/biksu atau pejabat pemerintah yang akan
mencatat pernikahan mereka.
30
Gambar 2.2 Ijab Kabul
Sumber : (Google Search)
6. Tukar cincin
Pertukaran cincin pengantin simbol dari tanda cinta.
Gambar 2.3 Tukar Cincin
Sumber : (Google Search)
7. Pesta pernikahan
Setelah upacara pernikahan selesai, selanjutnya diakhiri
dengan pesta pernikahan. Menerima ucapan selamat dari para
tamu dan undangan. Mungkin ini bagian dari kebahagiaan ke
dua mempelai dengan para tamu, keluarga serta para
undangan.
B. Internasional Gaya pernikahan internasional biasanya tidak terikat dengan
adat tradisional daerah manapun. Tetapi kadang juga masih ada
pengantin yang memilih untuk tetap memasukkan sedikit tata cara
31
dalam upacara tradisional dan ketika resepsi mereka mengambil tema
internasional. Hal itu dikarenakan di satu sisi mereka masih ingin
tetap bisa menikmati kesakralan dan kekhidmatan upacara tradisional,
namun di sisi lain mereka tidak ingin terlalu menghamburkan banyak
waktu, tenaga serta dana untuk menjalani tata cara dalam upacara
tradisional yang terkesan cukup rumit.
Gambar 2.4 Pernikahan Internasional
Sumber : (Google Search)
C. Pernikahan Menurut Agama-agama yang Diakui di Indonesia
1. Islam
Dalam pandangan Islam pernikahan adalah akad yang sangat kuat
(mitsaqan ghalidzan) yang dilakukan secara sadar oleh seorang laki –
laki dan seorang perempuan untuk membentuk keluarga yang
pelaksanaannya didasarkan pada kerelaan dan kesepakatan kedua belah
pihak. Karena itu, pernikahan bukanlah ibadah dalam arti kewajiban,
melainkan hubungan sosial kemanusiaan semata. Pernikahan akan
bernilai ibadah, jika diniatkan untuk mencari rida Allah Swt.
Pandangan ini didasarkan pada :
a. Imam Syafi’i berpendapat bahwa nikah itu bukanlah ibadah (
la min al-qurubat ), tetapi sesuatu kebutuhan dasar manusia
untuk memenuhi kebutuhan dan hasrat seksualnya ( min al-
syahwat ). Pendapat Imam Syafi’i ini didasarkan pada
Al’Quran, yang menyatakan : ”Dijadikan indah pada
32
(pandangan) manusia kecintaan kepada apa – apa yang
diingini, yaitu perempuan – perempuan, anak-anak, harta yang
banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang –
binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga).”
(QS. Ali Imran [3] : 14)
b. Pernikahan hanyalah transaksi sosial biasa seperti makan dan
minum, bernilai ibadah apabila diniatkan untuk rida Allah Swt.
c. Pernikahan bukan wajib, tetapi sebuah pilihan hidup yang
sangat asasi (hak nonderongable). Seseorang bebas untuk
menikah atau tidak. QS.Al- Ahzab [33] : 7, dan al-
Nisaa’[4]:154.
Dalam pernikahan Islam, disyaratkan adanya wali bagi
wanita. Islam mensyaratkan adanya wali bagi wanita sebagai
penghormatan bagi wanita, memuliakan dan menjaga masa depan
mereka. Apabila tidak ada wali, maka pernikahan tidak sah. Dalam
upacara perkawinan, suatu perjanjian antara pengantin laki-laki dan
pengantin perempuan ditandatangani dengan disaksikan oleh dua saksi
laki-laki. Pernikahan juga dianggap tidak sah apabila tidak ada saksi
dalam pernikahan tersebut, oleh dua saksi laki-laki. Pernikahan juga
dianggap tidak sah apabila tidak ada saksi dalam pernikahan tersebut.
2. Katolik
Perkawinan adalah persatuan seumur hidup, yang diikat oleh
perjanjian, antara seorang pria dan seorang wanita. Melalui
perkawinan mereka menjadi suami-istri, berbagi kehidupan secara
utuh, saling mengembangkan diri secara penuh dan dalam cinta
melahirkan dan mendidik anak-anak
Pengertian pernikahan Kristiani secara lebih spesifik adalah
suatu persekutuan hidup antara seorang pria dan seorang wanita
yang terjadi karena persetujuan pribadi, yang tak dapat ditarik
kembali dan harus diarahkan kepada saling mencintai sebagai suami
33
isteri dan kepada pembangunan keluarga dan oleh karenanya
menuntut kesetiaan yang sempurna, dan tidak mungkin dibatalkan
lagi oleh siapapun, kecuali oleh kematian5
Pernikahan dalam
pandangan iman Katolik memiliki sifat-sifat yaitu:
a. Monogami
Satu isteri satu suami dengan cinta yang utuh dan tidak
terbagi
b. Tak terceraikan
Menghindari perceraian dan menyadari hakekat pernikahan
Katolik sebagai persekutuan hidup sampai mati
c. Heteroseksual
Penyatuan dua orang berbeda jenis kelamin sehingga bisa
saling melengkapi dan menyempurnakan
d. Terbuka akan hadirnya anak:
anak adalah anugerah dari Tuhan tetapi bukan sebagai
keharusan. Tidak adanya anak tidak bisa dijadikan alasan
untuk bercerai atau berpoligami Pernikahan Katolik
merupakan sebuah sakramen, artinya perkawinan tersebut
terlaksana antar dua orang yang sudah dibaptis (sah).
3. Kristen Protestan
Dalam pandangan Kristen, pernikahan secara hakiki bukan hanya
sesuatu yang bersifat kemasyarakatan, tapi juga mempunyai aspek
kekudusan. Pernikahan dilihat sebagai suatu persekutuan badaniah dan
rohaniah antara seorang laki-laki dan perempuan untuk membentuk
suatu lembaga. Dalam pandangannya, saat sepasang suami-isteri
Kristen menikah, mereka sedang membuat sebuah statement kepada
dunia bahwa dengan pernikahan tersebut terlihatlah kasih perjanjian
Allah yang Ia nyatakan pada gerejaNya, kasih yang tak akan dapat
dipatahkan. Dengan pernikahan, sepasang suami-isteri dianggap
memberitakan kasih Allah yang tak berkesudahan terhadap umatNya.
Pada prinsipnya makna perkawinan dalam agama Kristen (Protestan)
34
memiliki makna kesamaan, namun dalam ritus dan peraturannya
berbeda.
4. Hindu
Dalam pandangan Hindu, sebagaimana tercantum dalam Kitab
Manusmriti, pernikahan bersifat religius karena ia adalah ibadah dan
sebuah kewajiban. Pernikahan dikaitkan dengan kewajiban seseorang
untuk mempunyai keturunan maupun untuk menebus dosa-dosa orang
tua dengan menurunkan seorang putra. Pernikahan, yang dikenal
dengan wiwaha, diidentikkan dengan samskara (mirip sakramen dalam
Katolik). Ia merupakan sesuatu yang religius, sehingga lembaga
pernikahan ditempatkan sebagai lembaga yang tidak terpisah dengan
hukum agama atau dharma. Pengesahan suatu pernikahan dalam
agama Hindu harus dilakukan oleh seorang Pedande yang memenuhi
syarat untuk itu.
5. Budha
Dalam pandangan Biksu Prajnavira Mahasthavira, sesuai dengan
ajaran Buddha yang universal, perkawinan adalah sebuah dharma.
Yang paling diutamakan adalah agar perkawinan tidak lepas dari ajaran
moral.
Konsep perkawinan dalam agama Budha tidak secara tegas
dibahas. Perjodohan atau pernikahan tidak begitu dipaksakan. Masalah
perjodohan dan perkawinan diserahkan kepada pribadi masing-masing.
Bagi pribadi yang mau melaksanakan perjodohan, pernikahan,
dipersilahkan dan bagi pribadi yang tidak mau, juga tidak ada paksaan.
Karena ada pandangan dalam agama Budha yang menyatakan bahwa
untuk memutus siklus reinkarnasi atau mempercepat hilangnya daur
samsara dalam kehidupan dunia, maka salah satunya adalah dengan
tidak menikah. Namun perkawinan dalam Budha dapat dirumuskan
sebagai hubungan suami-istri untuk memperoleh kesucian (vimakirti
35
sutra). Salah satu pesan moral dari Lima Aturan yang menjadi
pedoman moral setiap umat Budha adalah “Mereka tidak boleh
menyalahgunakan seks”.
2.4. Tinjauan Umum One Stop Wedding Center
Dalam merencanakan sebuah upacara pernikahan banyak hal
yangharus diperhatikan. Tidak hanya persiapan (pra pernikahan) tetapi juga
pelaksanaan upacara pernikahan, yaitu berkaitan dengan dimana upacara
tersebut akan dilangsungkan.
Tuntutan gaya hidup serba praktis, namun efektif dan efisien yang
berkembang dalam masyarakat saat ini, khususnya Yogyakarta, menjadikan
segala aspek pemenuhan kebutuhan diharapkan dapat berjalan selaras.
Tidak terkecuali kebutuhan akan pernikahan. Bisnis pernikahan yang mulai
banyak berkembang di kota Yogyakarta membutuhkan sarana fasilitas yang
menunjang, sehingga bisnis pernikahan dapat lebih merespon kebutuhan
masyarakat akan efisiensi waktu, tenaga dan biaya.
Persiapan dan pelaksanaan pernikahan merupakan dua kegiatan yang
penting, namun kedua kegiatan ini sangat berhubungan erat. Pra pernikahan
termasuk di dalamnya kegiatan memilih, memesan, atau menyewa segala
perlengkapan pernikahan dari beberapa vendor yang ada. Sedangkan
pelaksanaan yaitu tempat dimana upacara pernikahan dilangsungkan. Untuk
itu dibutuhkan suatu wadah yang dapat menampung seluruh rangkaian
kegiatan pernikahan tersebut dalam konsep One Stop Service yaitu Wedding
Center. Wedding Center merupakan sebuah wadah dengan konsep One Stop
Service yang dapat menjadi alternatif bagi pasangan yang akan menikah
untuk melangsungkan seluruh kegiatan pernikahan secara terpadu dan
praktis mulai dari kegiatan persiapan hingga perayaan pernikahan. Dalam
Wedding Center terdapat berbagai fasilitas, di antaranya :
• Bridal Store
• Wedding Organizer
• Studio Foto
36
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seseorang untuk
datang ke One Stop Wedding Center, yaitu :
• Faktor Gaya Hidup
Dimasa gaya hidup seperti sekarang dimana masyarakat Indonesia lebih
modern, lebih mementingkan pekerjaannya sehingga tidak perlu
memusingkan urusan-urusan pernikahan yang memiliki aspek yang
kompleks. Serta pola dan gaya hidup masyarakat yang semakin sibuk
dan individualis. Karena hal tersebut banyak calon pengantin yang
menyewa jasa di Wedding center . Namun dari gaya hidup tersebut
masyarakat Indonesia tidak melupakan gaya hidup classic atau
tradisional. Untuk mewujudkan hal tersebut maka wedding center lah
yang menjadi jawabannya.
• Faktor Psikologis
Pada saat kan melksanakan pernikahan pasangan calon pengantin
memiliki mental yang kurang baik, sepert gugup menjelang hari
pernikahn, gugup jika ada aspek dalam pernikahan yang tertinggal,
belum lagi memikirkan pekerjaan yang belum terselesaikan dan lain-
lain. Untuk menghindari hal tersebut di butuhkan lah jasa di wedding
center untuk mengurangi beban sang calon pengantin.
• Faktor Ekonomi
Semakin tinggi ekonomi seseorang maka semakin tinggi pula eksepetasi
dalam pernikahan mereka, atau disebut dengan dream wedding. Karena
mereka menganggap dengan ekonomi mapan, mereka dapat membiayai
semua biaya pernikahan sehingga tercapai lah pernikahan yang di ingin-
inginkan oleh kedua calon pengantin.
2.4.1 Bridal Store
Store atau toko adalah sebuah tempat tertutup yang di dalamnya
terjadi kegiatan perdagangan dengan jenis benda atau barang yang
khusus, misalnya toko buku, toko buah, dan sebagainya. Secara fungsi
37
ekonomi, istilah “toko” sesungguhnya hampir sama dengan “kedai” atau
“warung”. Akan tetapi pada perkembangan istilah, kedai dan warung
cenderung bersifat tradisional dan sederhana, dan warung umumnya
dikaitkan dengan tempat penjualan makanan dan minuman. Secara fisik,
toko lebih terkesan mewah dan modern dalam arsitektur bangunannya
daripada warung. Toko juga lebih modern dalam hal barang-barang yang
dijual dan proses transaksinya.
Bridal store sendiri merupakan sebuah toko retail
yang menyediakan berbagai macam gaun pengantin mulai dari yang
tradisional atau adat maupun internasional. Pelayanan yang tersedia
dalam sebuah bridal store bermacam-macam tergantung dari toko itu
sendiri, ada beberapa bridal store yang hanya menyediakan gaun untuk
disewakan tapi ada juga bridal store yang bersedia untuk membuat
design gaun yang baru. Pada umumnya, gaun-gaun yang tersedia pada
sebuah bridal store bukanlah design dari bridal store itu sendiri,
melainkan design dari designer lain yang sudah bekerja sama dan
menaruh busana pengantinnya pada bridal store tersebut. Pelayanan
yang diberikan oleh karyawan bridal store mempunyai peranan yang
penting agar pelanggan merasa senang. Karyawan juga harus
berinteraksi kepada pelanggan dengan baik dan menawarkan gaun
pengantin yang cocok untuk calon pengantin tersebut. Pelayanan dari
karyawan dimulai dari mengetahui karakteristik dari calon pengantin dan
apa jenis yang diinginkan agar bisa menemukan busana pengantin yang
cocok untuk digunakan oleh calon pengantin tersebut. Serta bridal store
jga menyediakan mini salon, yang digunakan untuk merias wajah dan
rambut untuk kebutuhan pre wedding atau pun pada saat hari pernikahn.
2.4.2 Wedding Organizer
Wedding Organizer atau lebih sering disingkat sebagai WO
adalah sebuah bisnis yang saat ini menjadi tren. Pernikahan sebagai
sebuah perayaan yang diharapkan berlangsung sekali seumur hidup
untuk calon pengantin rela mengeluarkan dana yang tidak sedikit.
38
Memberikan detail yang terjaga rapih agar setiap tamu dan juga
pengantin sendiri menyimpan kesan yang mendalam dan tidak
terlupakan. Detail ini membutuhkan perhatian yang tidak sedikit.
Sementara calon pengantin sendiri membutuhkan ketenangan batin dan
pikiran agar bisa mempersiapkan mental dalam menyongsong rumah
tangganya. Maka disinilah letak peranan pentingkehadiran sebuah jasa
Wedding Organizer.
Wedding Organizer adalah sebuah kegiatan manajemen berprofit
yang menggagas kegiatan dalam dunia pernikahan dan membuatnya
menjadi sebuah acara yang terkonsep dan terorganisir. Seperti membantu
mencari tempat resepsi pernikahan, entertainment saat pernikahan,
dekorasi, catering, mengatur vendor busana serta vendor photography.
Banyak detail dari keinginan pasangan pengantin haruslah
terwujud sempurna, sebab untuk inilah mereka dipekerjakan. Wedding
organizer merupakan usaha yang dijalankan bersamaan dengan
kebutuhan manusia akan segala sesuatu yang tak merepotkan dan
dianggap membantu.
a. Tujuan Wedding Organizer
Tujuan dari sebuah wedding organizer adalah membuat
customer lebih tenang karena memiliki pendamping dengan
tim yang berpengalaman untuk diajak diskusi, dimintai
saran, dan masukan. Untuk itu tim dari wedding organizer
ini sendiri harus mengerti dan mengutamakan keinginan
klien, agar tercipta hubungan kerja yang baik.
b. Tugas Wedding Organizer
Tugas wedding organizer pada sebuah pernikahan
adalah sebagai berikut :
1. Melakukan perencanaan acara (Planning), membantu
rundown acara.
2. Melakukan perencanaan anggaran (Budgeting).
39
3. Mendampingi dan mengatur jalannya acara
(Directing) dari acara lamaran sampai ke resepsi.
4. Perencanaan dan peimilihan vendor seperti gedung,
catering, dekorasi, make-up dan busana pengantin,
make-up dan busana keluarga, undangan,
dokumentasi, fotografi, video, souvenir, pengisi acara,
live music, upacara adat, dan lain sebagainya.
5. Mengawasi jalannya acara dan kesiapan vendor dalam
mendukung jalannya acara (Directing, Monitoring,
time-keeping, dan check-listing).
Dalam setiap saatnya menuju lajur acara seperti
yang disebutkan pada poin fasilitas wedding, panitia
yang berasal dari tim dan pihak keluarga juga
melakukan rembukan di beberapa pertemuan sebelum
hari H seperti technical meeting yang dipimpin dan
dipersiapkan oleh pihak wedding organizer,
mengkoordinasi acara dengan pihak keluarga (Family
briefing), dan melakukan gladi resik.
2.4.3 Fotografi
Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari
kata Yunani yaitu "photos" yang berarti cahaya, dan "Grafo" yang
berarti melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan
menggunakan media cahaya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fotografi adalah seni
menghasilkan gambar dan cahaya pada film atau permukaan yg
dipekakan.
Fotografi juga diartikan sebagai proses pembuatan gambar dengan
lensa atau film, atau alat peka cahaya. (Ensiklopedi Nasional Indonesia
Jilid 5. 1989:371)
40
Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk
menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam
pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka
cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah
kamera.
a. Prinsip Fotografi
Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan
pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya.
Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang
tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang
memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).
Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk
menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter.
Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer
bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan mengubah kombinasi
ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan
rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut
sebagai pajanan (exposure). Di era fotografi digital dimana film tidak
digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang
menjadi Digital ISO.
Pada pernikahan, tentu nya fotografi sangat di butuhkan, untuk
mengabadikan moment. Di mulai dr pre wedding, upacara adat,
pemberkatan serta saat resepsi pernikahn.
41
2.5 Tinjauan Interior
2.5.1 Data Kebutuhan Ruang
NO AREA PERENCANAAN RUANG 1 Entrance Entrance ditempatkan di depan sebagai
sirkulasi/pintu keluar masuk utama dan penghubung antara ruang luar dan ruang dalam. Entrance ditempatkan berdekatan dengan lobby.
2 Lobby Area Lobby Area ditempatkan berdekatan dengan Entrance, Ketika orang baru masuk yang dilihat pertama adalah lobby. Di lobby terdapat kasir atau receptionist dimana pengunjung dapat menanyakan informasi tentang pakaian pengantin dan informasi lainnya.
3 Receptionist & Cashier Area Receptionist dan Cashier Area ditempatkan di Area Publik agar memudahkan pengunjung bertanya tentang informasi one stop wedding center dan membayar one stop wedding center.
4 Display Accessories Wedding Area
Display Accessories wedding Area ditempatkan di Area Publik agar memudahkan pengunjung melihat – lihat model – model perhiasan dan pakaian pengantin yang ingin dipakai saat wedding maupun foto – foto.
5 Wedding Consultation Area Wedding Consultation Area ditempatkan pada area semi privat agar pengunjung nyaman dalam berkonsultasi tentang konsep pakaian maupun wedding party.
6 Area Salon Area Salon dekat dengan area Fitting Room dan Studio Foto
7 Fitting Area Fitting room Area berdekatan dengan Studio Foto .
8 Area Studio Foto Area Studio Foto berdekatan dengan area Fitting Room.
9 Office Area Office Area berada digedung 2 dengan room general manajer, supervisor, ruangan karyawan, ruang istirahat pegawai dan gudang.
Tabel 2.1 Data Kebutuhan Ruang
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014)
42
2.5.2 Pembagian Zona Ruang
Pembagian zona ruang adalah pembagian area-area tertentu
untuk menunjukkan wilayah.
1. Area Publik
a. Merupakan area yang sering dikunjungi oleh umum baik
orang dalam maupun orang luar.
b. Umumnya area ini berada pada sirkulasi terdepan agar mudah
dijangkau oleh umum.
c. Merupakan ruang antara sebelum masuk ke area selanjutnya.
d. Di dalam One Stop Wedding Center, area-area yang
tergolong dalam area publik ialah area resepsionis, area
tunggu, dan area display.
2. Area Semi Privat
a. Merupakan area yang bisa dikunjungi oleh orang luar tetapi
banyak dikunjungi oleh orang dalam.
b. Umumnya area ini berada pada sirkulasi tengah-tengah ruang
sebagai terusan dari area publik.
c. Merupakan ruang antara sebelum masuk ke ruang privat.
d. Biasanya area ini digunakan sebagai area pertemuan antar
pribadi.
e. Di dalam One Stop Wedding Center, area-area yang
tergolong dalam area semi publik ialah ruang presentasi
besar, window display, ruang konsultasi bridal shop, display
wedding dress, storage wedding dress, storage accessories,
fitting room, mini salon, ruang konslutasi foto, dan studio
foto.
3. Area Privat
a. Merupakan area yang hanya dikunjungi oleh orang tertentu.
b. Umumnya area ini berada pada sirkulasi belakang atau
tengah-tengah agar tidak mudah dijangkau oleh umum
sekaligus menjaga ketenangan suasana ruang.
43
c. Di dalam One Stop Wedding Center, area-area yang
tergolong dalam area privat ialah storage studio, ruang staff
bridal, ruang staff wedding organizer, ruang staff fotografi,
ruang CEO, dan ruang meeting besar.
4. Area Servis
a. Merupakan area yang dikunjungi oleh orang dalam maupun
orang luar karena dibutuhkan fungsi dari ruang itu sendiri.
b. Umumnya area ini berada pada sirkulasi depan atau belakang
tergantung pada sirkulasi dan kondisi ruangan.
c. Biasanya area ini digunakan sebagai area basah karena sering
berhubungan dengan air, misalnya ruang istirahat, gudang,
pantry, dan musholla.
2.5.3 Desain Interior
Desain interior termasuk perabotan, gaya, warna, tekstur, suasana, persepsi dan
rasa. Hal ini dapat membantu pengunjung untuk bersantai dan mengurangi suasana
yang kaku. Desain interior harus berusaha untuk meminimalkan lingkungan kaku
dengan penggunaan yang tepat dari warna, kain, dan karya seni.
A. Ergonomi
Bidang ergonomi mencakup beberapa aspek objek desain untuk
penggunaan umum. Penelitian menunjukkan bahwa ada ketidaksepakatan pada
beberapa aspek standar ergonomis seperti postur duduk terbaik atau sudut
pandang untuk monitor tetapi pada sebagian besar ada kesepakatan yang luas
terhadap masalah ergonomi.
Sebuah tempat kerja yang ditempati oleh satu pengguna untuk waktu
yang lama harus mampu menyesuaikan atau memodifikasi sesuai dengan
pengguna tersebut. Fasilitas yang digunakan lebih santai oleh berbagai
pengguna harus dirancang untuk mengantisipasi berbagai kebutuhan pengguna.
Pendapat ahli ergonomi atau seorang profesional mungkin diperlukan dalam
kasus-kasus tertentu.
44
Ketinggian permukaan duduk pengguna pada umumnya tidak cocok
untuk orang-orang yang menggunakan kursi roda dan dalam hal ini permukaan
tinggi rangkap harus disediakan. Ketinggian dan lebar area kerja yang sama
harus dirancang dengan mempertimbangkan jenis pekerjaan yang akan
dilakukan.
Ergonomi memerlukan pencocokan desain tempat kerja dan tata letak
manusia termasuk kemampuan fisik dan kognitif. Contoh ini meliputi:
• Tinggi, kedalaman, serta lebar meja counter dan meja kerja,
termasuk memperhitungkan peralatan yang dapat digunakan..
• Posisi tampilan panel di pintu
• Posisi lampu, gagang pintu dan pegangan tangan
• Kekuatan Push / Pull untuk pintu dan barang yang serupa
• Memastikan ketinggian yang tepat dari monitor
• Menyesuaikan display dengan ketinggian mata manusia
• Memastikan ketinggian rak display baju yang tepat sehingga dapat
dicapai dengan mudah
• Menyesuaikan aktifitas pada area kerja make up & hair do
• Menyesuaikan posisi fotografer ke arah objek pada ruangan studio
foto
• Kemampuan untuk mengakomodasi pengunjung yang mungkin
membutuhkan sirkulasi besar
• Desain unit untuk orang dengan demensia
45
Gambar 2.5 Receptionist Counter
(Sumber : Human Dimension & Interior Space, 2014)
Gambar 2.6 Pos Kerja
(Sumber : Human Dimension & Interior Space, 2014)
46
Gambar 2.7 Pos Kerja dengan Tempat duduk tamu
(Sumber : Human Dimension & Interior Space, 2014)
Gambar 2.8 Pos penataan rambut
(Sumber : Human Dimension & Interior Space, 2014)
47
Gambar 2.9 Hubungan Display / visual
(Sumber : Human Dimension & Interior Space, 2014
Gambar 2.10 Tempat Barang yang Tergantung
(Sumber : Human Dimension & Interior Space, 2014)
B. Elemen Interior
48
1. Dinding
Dinding mempunyai fungsi melindungi manusia dari gangguan alam,
baik dari matahari, hujan, angin, banjir, dsb. Fungsi dinding:
a. Struktural
• Bearing walls
Dibangun untuk menahan tepi dari tumpukkan tanah
• Load bearing walls
Dibangun untuk menopang balok, lantai, atap, dll
• Foundation walls
Dibangun untuk dipakai dibawah lantai, tingkat, serta
berfungsi untuk menopang balok-balok lantai pertama.
b. Non Struktural
• Party walls
Dinding pemisah antara dua bangunan dan bersandar pada
masing-masing bangunan.
• Fire walls
Dinding yang dipergunakan untuk pelindung dari pancaran
api karena kebakaran.
• Curtain/panel walls
Dinding yang digunakan sebagai pengisi pada suatu
konstruksi yang kaku, misalnya konstruksi rangka baja dan
beton.
• Partion walls
Digunakan sebagai pemisah dan pembentuk ruang yang
lebih besar dalam ruangan.
Efek psikologis dinding sebagai penutup ruang :
• Plafon rendah
Pola penutup dinding dapat mengundang mata untuk
melihat keatas; sebaiknya digunakan warna pucat/muda.
Pola kecil/gariskvertical untuk memberikan kesan ruang
yang lebih tinggi.
49
• Plafon tinggi
Agar ruangan tidak terasa terlalu tinggi, digunakan penutup
dinding dengan pola horizontal, yang bentuknya besar-
besar, tambahan pola yang kuat serta pemberian warna yang
gelap pada plafon.
• Ruangan yang terlalu kecil
Agar ruang kecil terlihat besar, gunakan warna-warna sejuk
pada dinding.
• Ruangan yang terlalu besar
Agar ruangan terasa lebih kecil, gunakan warna-warna
hangat pada dinding. Dinding dengan warna gelap dapat
digunakan untuk membatasi luas area.
• Ruangan yang terlalu sempit
Ruangan yang sempit dapat dibuka dengan menggunakan
warna yang muda/ dengan desain dua dinding yang rendah
untuk dinding yang panjang. Harus diberi permukaan yang
berefleksi seperti kaca, foil paper/kertas yang menciptakan
perspektif yang dalam.
• Pola dinding yang terpecah
Penggunaan pola penutup dinding akan menyembunyikan
gangguan-gangguan yang tidak enak dilihat.
• Ruangan yang sejuk
Penggunaan warna hangat, seperti merah dadu, merah bata,
coklat muda, dsb.
(Suptandar, 1999: 145-150)
JENIS KARAKTERISTIK KELEBIHAN KEKURANGAN CAT • Sederhana
• Bersih • Indah
• Mudah pemeliharaan dan murah
• Beragam corak dan warna.
• Tahan api (pada
• Kurang tahan panas • Tidak tahan udara
lembab
50
jenis tertentu) PANEL KAYU
• Kesan formil/non formil
• Dekoratif • Alami/natural • Kesan hangat • Kedap suara
• Bisa dicat • Harga murah • Tahan zat kimia • Pemasangan cepat • Mudah diperoleh • Ukuran disesuaikan • Mudah dipelihara • Bisa menyerap suara
• Tidak tahan api • Tidak tahan rayap • Tidak tahan gores • Mulai sudur besar • Tidak tahan lama • Pemantulan suara
kurang baik
WALL PAPER
• Non formil • Dekoratif
• Motif dan warna beragam
• Mudah pemasangan • Tidak menyambar
api
• Tidak tahan gores • Sulit dalam
perawatan
KAIN • Elegan • Klasik
• Tahan panas • Penyerapan suara
baik
• Pemantulan suara kurang baik
• Mudah kotor • Tidak tahan gores • Tidak tahan air
GELAS/KACA
• Eksklusif • Bersih • Kesan dingin
• Tahan AC • Tidak mudah luntur • Memantulkan suara • Tahan zat kimia • Kuat • Pemeliharaan
mudah
• Penyerapan suara kurang baik
FIBERGLASS
• Kesan dingin • Berefleksi • Dekoratif • Kesan modern
• Tahan panas dan dingin
• Tahan getaran keras • Tahan benturan • Tahan air • Kuat • Mudah dibersihkan
• Mudah tergores • Tidak tahan api
Tabel 2.2 Bahan-bahan Penutup Dinding
(Sumber : Suptandar, 1999)
2. Lantai
Lantai merupakan salah satu bagian yang penting dari ruang.
Lantai dapat menunjang fungsi atau kegiatan yang terjadi dalam
ruang, dapat memberi karakter dan dapat memperjelas sifat
ruang.
51
Fungsi lantai :
• Struktur penguat
Penunjang kegiatan manusia, penunjang furniture, lalu
lintas (sirkulasi) dan kekuatannya sangat tergantung dari
konstruksi dan pemilihan materialnya.
• Pengontrol lingkungan
Terhadap air, tanah, iklim, panas, suara (transmisi suara,
penghantar dan peredam suara serta penyekat vibrasi /
getaran)
• Memberikan penampilan yang baik
(Suptandar, 1999: 123)
JENIS KARAKTERISTIK KELEBIHAN KEKURANGAN
KERAMIK • Memantulkan
suara
• Tahan gores
• Agak licin
• Kaya pilihan
warna dan tekstur
• Mudah
dibersihkan
• Kedap air
• Tahan terhadap
kimia
• Mudah
pemasangan
• Hargga relatif
murah
• Tidak kuat
menahan beban
berat
• Mudah retak
atau pecah
• Tidak tahan
benturan
RUBBER
TILE
• Kaya akan warna
• Kedap suara
• Tahan terhadap
noda
• Lunak, lentur
• Tersedia dalam
banyak warna
• Dapat dibuat
dengan gambar
sesuai
keinginan
• Menarik
• Mahal
• Licin jika
permukaan
basah
• Dapat dirusak
oleh deterjen
karena
permukaan
52
• Tahan lama
• Bersifak
akustik, tidak
berisik
lemas (jadi
derbesihkan
dengan deterjen
halus)
KAYU • Kesan alami
• Natural
• Dapat di cat
• Kedap suara
• Tahan lama
• Lentur
• Bersifat
akustik
• Mudah
dibersihkan
• Tidak tahan
rayap/insekta
KARPET • Menyerapbunyi
atau suara
• Kaya pilihan
corak dan warna
• Hangat
• Elemen akustik
• Sedikit
kemungkinan
rusak/pecah
untuk barang
yang jatuh
• Pemeliharaan
mudah
• Corak dan
warna bebas
• Mudah terbakar
• Bisa rusak oleh
deterjen
BETON • Kesan belum
selesai
• kokoh
• Mudah dibuat
• Tahan api
• Tahan zat
kimia
• Tahan rayap
• Kuat
• Sulit
dibersihkan
• Kurang indah
dari segi estetis
Tabel 2.3 Bahan-bahan Penutup Lantai
(Sumber : Suptandar, 1999)
53
Finishing lantai harus sangat sesuai dengan fungsi ruang.
Pertimbangan harus diberikan oleh desainer untuk penampilan
bahan yang dipilih dan kualitas lingkungan diperlukan, seperti
kelembagaan, kinerja non akustik, slip resistensi, konsekuensi
dari kemungkinan klien terjatuh, pengendalian infeksi,
pergerakan troli dan pemeliharaan, dan lain-lain.
Pastikan lantai memenuhi semua persyaratan yang relevan,
peraturan, standar dan pedoman kebijakan dalam setiap
yurisdiksi. Material lantai harus cukup mengatasi kemungkinan
berikut :
• Keselamatan Staf - OHS dan penanganan manual
• Keselamatan pasien dan pengunjung tergelincir/jatuh
• Efisiensi biaya fungsi Area, keberlanjutan dan siklus hidup
• Kebutuhan kelompok pengguna khusus
• Akustik dan pertimbangan estetika
Pemilihan penutup lantai dapat berdampak pada praktek kerja
staf dengan cara berikut :
• Prosedur pembersihan / pemeliharaan misalnya permukaan
terlalu kasar dapat menyebabkan lengan dan cedera bahu
ketika menggunakan kain pel
• Manuver peralatan roda berkaitan dengan tingkat resistensi
untuk mendorong / tarik dan mengubah kekuatan
• Risiko tergelincir atau tersandung dan cedera karena jatuh
• Kelelahan pada kaki dari berdiri dan berjalan - dalam hal ini,
jenis sepatu yang dikenakan oleh staf juga harus
dipertimbangkan.
Finishing lantai juga memiliki dampak langsung terhadap
seluruh biaya hidup setiap bangunan dimana pembersihan dan
pemeliharaan yang bersangkutan. Pemilihan finishing lantai
memerlukan pertimbangan dari beberapa faktor. Selidiki bahan
54
alternatif, mengatur pengujian realistis di tempat, dan periksa
instalasi lain yang sudah ada.
(Xiaobo, 2013)
3. Plafon
Plafon atau ceiling adalah salah satu unsur penting dalam
interior, yaitu sebagai pembentuk dari ruang. Secara umum dapat
dikatakan, plafon adalah sebuah bidang atau permukaan yang
terletak diatas garis pandangan normal manusia, berfungsi
sebagai pembentuk ruang dengan bidang yang ada di bawahnya.
(Suptandar, 1999: 160)
Fungsi ceiling :
• Penutup pada bagian atas bangunan atau ruang
• Sebagai pelindung kegiatan manusia yang berada di
bawah langit-langit
• Sebagai pembentuk ruang
• Sebagai bidang penempelan titik-titik lampu
• Sebagai peredam suara/akustik
• Sebagai penunjang unsur dekorasi
Faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan material plafon :
• Fungsi ruang
• Kondisi alam
• Keindahan / estetika
• Selera
• Ekonomi
• Persyaratan pendukung
Material Ceiling Jenis Karakteristik Kelebihan Kekurangan Gypsum board • Mudah pecah
• • Meredam suara • Mudah di dapat • Mudah dipasang • Tahan api
• Mudah pecah • Tidak tahan air dan
kelembaban • Tidak tahan api
55
• Beragam warna dan bentuk
• Bisa dicat Acustic tile
• Kedap suara • Tdk tahan air • Tdk tahan api • Ukuran terbatas
• Baik meredam suara • Mudah dipasang
• Mudah pecah • Tidak tahan air
dan kelembaban • Tidak tahan api
Plywood
• Tdk tahan air • Tdk tahan api • Ukuran terbatas
120x140cm • Mudah didapat • Mudah
pengerjaannya
• Mudah didapat • Mudah dikerjakan • Relatif murah • Finishing bisa
berbagai macam
• Mudah dimakan Rayap
Asbestous
• Sedikit meredam suara
• Panas • Mempunyai
banyak motif
• Mudah pemasangannya
• Murah harganya
• Beracun • Mudah pecah
Beton
• Keras & kokoh • Tahan terhadap
api, air, rayap, dan bahan kimia
• Mudah dibuat • Tahan api • Tahan rayap • Tahan zat kimia • Kuat
• Mahal
Kaca
• Mudah pecah • Tdk tahan api • Tahan terhadap
air, rayap & bahan kimia
• Pencahayaan alami • Kesan luas • Tahan air • Tahan rayap • Tahan zat kimia
• Mudah Pecah
Metal
• Warna banyak • Mudah dibersihkan
• Berkesan dingin
• Banyak pilihan warna
• Mudah dibersihkan
• Mahal
Tabel 2.4 Jenis Material Ceiling
(Sumber : Suptandar, 1999)
Finishing plafon harus dipilih berkaitan dengan penampilan,
pembersihan, pengendalian infeksi, akustik dan akses ke layanan.
Dalam merencanakan plafon, perlu diperhatikan beberapa hal
yaitu :
1. Fungsi
56
Sebagai penutup ruang, juga dapat dimanfaatkan untuk
pengaturan udara panas, pengaturan lampu dan elemen-
elemen mekanikal.
2. Penentuan ketinggian
Dengan pertimbangan fungsi plafon itu sendiri, dapat juga
dilakukan berdasarkan pertimbangan proporsi dari ukuran
ruang (panjang, besar, tinggi). Terlebih lagi jika ingin dibuat
permainan pada plafon (drop ceiling)
3. Bentuk penyelesaian
Dapat berdasarkan fungsinya, jika sebagai ventilasi udara
panas, maka bentuk lubang atau penurunan plafon dapat
dibentuk sesuai sebagaimana plafon itu diselesaikan seperti
bentuk-bentuk polos, rata, grid, garis geometric/lurus,
berpola, struktural.
4. Konstruksi pemasangan
Perlu diperhatikan bagaimana pemasangannya atau
bagaimana menempel pada dinding misal dengan rangka
kayu, besi, digantungkan atau disangga. Perlu diperhatikan
juga konstruksi pemasangan bidang penutup plafon.
(Xiaobo, 2013)
2.5.4 Fisika Bangunan
A. Pencahayaan
Cahaya adalah faktor utama yang menghidupkan ruang interior.
Tanpa cahaya, tidak ada nada bentuk, warna, atau tekstur, tidak juga
penampakan ruang interior itu sendiri. Oleh karena itu, fungsi pertama
desain pencahayaan adalah menyinari bangunan dan ruang suatu
lingkungan interior, memungkinkan pemakaiannya melakukan aktivitas
dan menjalankan tugasnya dengan kecepatan, akurasi dan kenyamanan
yang tepat. (Ching, 1996)
57
Terang cahaya suatu penerangan dapat ditentukan oleh
beberapa faktor :
• Kondisi ruang (tertutup atau terbuka)
• Letak penempatan lampu
• Jenis dan daya lampu
• Jenis permukaan benda-benda dalam ruang (memantulkan atau
menyerap)
• Warna-warna dinding (gelap atau terang)
• Udara dalam ruang (asap rokok, asap dapur, dsb)
• Pola diagram dari tiap lampu.
Pencahayaan terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
• Pencahayaan Alami
Adalah pencahayaan yang berasal dari sinar matahari, sinar api,
dan sumber-sumber lain dari alam (fosfor, dsb).
Pencahayaan alami dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
o Pencahayaan Langsung
Pencahayaan yang berasal dari matahari atau secara
langsung melalui atap, jendela, genting kaca, dan lain-
lain.
o Pencahayaan Tidak Langsung
Pencahayaan yang diperoleh dari sinar matahari secara
tidak langsung. Sistem pencahayaan tersebut banyak
ditemui dalam perancangan ruang dalam melalui skylight,
permainan bidang kaca, dan lain-lain.
• Pencahayaan Buatan
Adalah pencahayaan yang berasal dari cahaya buatan manusia.
Misalkan melalui cahaya lilin, sinar lampu, dan lain-
lain.Berdasarkan jenisnya sistem pencahayaan dapat dibedakan
menjadi beberapa macam, yaitu :
o General lighting
58
General lighting atau penerangan merata adalah
penerangan yang mutlak ada dan harus rata menerangi
seluruh ruang.
o Task Lighting
Task lighting adalah pencahayaan setempat. Yang
berfungsi untuk mendukung kegiatan tertentu yang butuh
cahaya lebih terang seperti membaca, memasak atau
menulis.
o Decorative lighting
Merupakan penerangan tambahan yang lebih berperan
dalam segi estetika.
o Accent lighting
Jenis penerangan yang hanya menerangi suatu objek yang
dikhususkan umumnya digunakan untuk menerangi objek
seperti lukisan, mannequins, barang dagangan ataupun
tanaman.
Berdasarkan tekniknya pencahayaan dapat dibedakan menjadi
beberapa macam, yaitu :
o Indirect Lighting
Menciptakan kesan ketinggian pada langit-langit ruang
yang luas, cahaya yang terefleksi dari langit-langit dan
dinding dapat mempertegas struktur, mengurangi
kesuraman langit-langit yang gelap dan menjadikan
terjadinya bayangan.
o Direct Lighting
Sistem pencahayaan langsung yang digunakan untuk
memfokus dan memberi tekanan atau perhatian pada
suatu obyek.
• Jenis – Jenis Lampu
59
o Pendant Lamp
Lampu gantung dengan kap penerangan. Bersifat
setempat atau penyebaran terbatas. Memiliki model
beraneka ragam.
o Wall Washer
Lampu tanam spotlight yang mengarah ke dinding. Baik
untuk penerangan objek tertentu. Modelnya kurang
bervariasi.
o Down Light
Lampu tanam di ceiling. Penerangannya terbatas dan
pemasangan dengan modul letak untuk jarak ± 2 meter.
o Spot Light
Lampu sorot yang dapat diarahkan sesuai keinginan. Baik
untuk memberi pencahayaan pada objek tertentu.
Pemasangan digantungkan atau dikaitkan pada track
metal.
o Table Lamp
Lampu meja yang cahayanya memberi efek khusus pada
sekitarnya. Jangkauan penerangan terbatas. Baik untuk
kegiatan membaca dan menulis.
o Strip Light
Lampu untuk ditanamkan pada unit lemari atau rak.
Memberi penerangan untuk objek yang berada tepat di
bawahnya.
o Wall Lamp
Lampu yang digantungkan atau ditempelkan pada
dinding. Pencahayaan bersifat tidak langsung, karena
memantul ke dinding. Baik untuk elemen estetis.
o Standing Lamp
60
Dengan tinggi ± 120-150 cm. untuk penerangan langsung
dibawahnya dan memberi efek tertentu. Penyebaran
cahaya kurang baik dan baik untuk elemen estetis.
o Central Lamp
Sebagai lampu pusat untuk ruangan yang relatif besar.
Dapat berupa lampu yang ditempel di ceiling atau lampu
gantung. Cahayanya menyebar.
• Hal yang harus diperhatikan dalam menata pencahayaan :
o Intensitas cahaya
Bisa ditentukan dari kebutuhan yang ada di dalam suatu
ruang. Penyinaran yang penting dalam suatu ruang yaitu
penyinaran uang sesuai untuk pekerjaan tertentu dan
penyinaran untuk keindahan. Masing-masing kegiatan
memerlukan intensitas cahaya yang berlainan.
o Warna cahaya
Tergantung kesan yang ingin ditampilkan suatu objek
o Komposisi
Penataan dan komposisi yang tepat dari pemakaian
general lighting, task lighting dan decorative lighting. Hal
ini butuh kepekaan, kreativitas dan rasa seni yang tinggi.
• Arah cahaya
o Downlight
Jenis pencahayaan ini banyak aplikasinya. Arah
pencahayaan datang dari atas dan menyinari objek
dibawahnya. Hampir setiap ruangan di rumah
memerlukan pencahayaan downlight yang berfungsi
sebagai pencahayaan secara merata. Arah cahaya berasal
dari atas ke bawah.
61
o Uplight
Arah cahaya datang dari bawah ke atas, dimana posisi
lampu dihadapkan ke atas. Efek cahaya yang ditimbulkan
yaitu kesan megah, dan memunculkan dimensi. Jenis
pencahayaan ini cenderung merupakan pencahayaan
dekoratif.
o Backlight
Backlight berarti cahayanya berasal dari belakang objek.
Hal ini dilakukan untuk memberi aksentuasi pada objek,
misalnya untuk memunculkan siluet. Pada objek tertentu,
pencahayaan backlight ini memberikan cahaya pinggir
yang memesona, membuat bentuk-bentuk objek lebih
jelas terlihat.
o Sidelight
Arah pencahayaan berasal dari samping yang
dimaksudkan memberikan penekanan pada elemen-
elemen interior tertentu yang menjadi aksen. Kebanyakan
arah cahaya ini dipakai pada artwork, atau benda-benda
seni lainnya.
o Frontlight
Untuk lukisan dan foto yang berwujud dua dimensi,
frontlight diaplikasikan. Cahaya yang datangnya dari
depan objek ini sebaiknya merata. Cahaya yang tersebar
rata membuat foto/lukisan tersebut terlihat apa adanya.
(Suptandar, 1999)
Cahaya alami berkontribusi terhadap rasa kesejahteraan,
membantu orientasi pada pengguna bangunan, dan juga meningkatkan
62
hasil pelayanan. Penggunaan cahaya alami harus dimaksimalkan di
seluruh unit. Akses cahaya alami dan pemandangan yang nyaman akan
mengurangi stres dan ketidaknyamanan pada pengunjung dan staf.
(Xiaobo, 2013)
B. Penghawaan
Merupakan pengaturan sirkulasi udara dalam ruang. Tujuan dari
direncanakan penghawaan ini adalah terwujudnya kenyamanan
pengguna dengan standar kenyamanan ruang, yaitu :
a. Temperatur udara : 18°- 26° celcius
b. Pergerakan udara : 0,1 – 0.15 m/s
c. Kelembaban relatif : 50% - 55%
d. Kebutuhan udara bersih :0,85 m3 /s/orang
Kenyamanan dan perasaan nyaman adalah penilaian
komprehensif seseorang terhadap lingkungannya. Oleh karena itu
kenyamanan tidak dapat diwakili oleh satu angka tunggal. Beberapa
faktor lain yang sering dikaitkan dengan kenyamanan tertentu, yaitu :
a. Ras, sebenarnya tidak ditemukan bukti bahwa ras
mempengaruhi penilaian kenyamanan. Manusia mempunyai
kemampuan adaptasi terhadap iklim (aklimatisasi) dengan
baik. Normalnya orang dapat menyesuaikan diri dalam 2
minggu.
b. Jenis kelamin, perempuan pada umumnya menyukai
lingkungan yang 1°C lebih hangat daripada laki-laki.
c. Usia, orang berusia anjut lebih suka di ligkungan yang lebih
hangat dan tidak berangin. Hal ini disebabkan metabolism
pada orang usia lanjut cenderung menurun.
Dari beberapa hal diatas, maka dapat dibedakan jenis
penghawaan, yaitu :
a. Penghawaan Alami : sistem penghawaan yang menggunakan udara
alam sebagai sumber penghawaan. Sifat penghawaan alami adalah
permanen, karena udara yang dihasilkan oleh alam tidak akan habis,
63
sehingga penggunaanya bisa kapan saja kita menginginkan tanpa ada
batasnya. Untuk penghawaan alami ini dapat dimanfaatkan melalui
bukaan-bukaan dan ventilasi udara yang lain, seperti jendela, pintu,
ventilasi udara serta bukaan-bukaan yang lain. Untuk merancang
sistem penghawaan alami diperlukan beberapa syarat yaitu
tersedianya udara luar yang sehat, suhu udara luar tidak terlalu tinggi
(maksimal 28°C), tidak banyak bangunan di sekitar yang akan
menghalangi aliran udara horizontal, lingkungan tidak bising.
b. Pengahawaan Buatan : sistem penghawaan yang menggunakan udara
buatan. Sifat dari penghawaan bautan ini hanya sementara saja, tidak
dapat digunakan untuk selamanya. Artinya tergantung pada adanya
sumber listrik yang ada, apabila energy listrik yang digunakan itu
habis atau padam maka udara buatan tersebut tidak dapat
dipergunakan. Hanya saja untuk penggunaaan penghawaan buatan ini
dapat diatur atau disesuaikan sesuai kebutuhan kita. Alat yang
digunakan untuk memperoleh penghawaan buatan itu adalah AC.
Sistem AC dibagi menjadi tiga tipe, yaitu :
• AC window
Umumnya dipakai pada perumahan dan dipasang pada salah satu
dinding ruang dengan batas ketinggian yang terjangkau dan
penyemprotan udara tidak mengganggu si pemakai.
• AC central
Biasanya digunakan pada unit-unit perkantoran, hotel,
supermarket dengan pengontrolan atau pengendalian yang
dilakukan dari satu tempat.
• AC split
Hampir sama bentuknya dengan AC window bedanya hanya
terletak pada konstruksi dimana alat condensator terletak di luar
ruang.
(Suptandar, 1999)
64
C. Akustik
Banyak fungsi yang dilakukan dalam ruangan yang memerlukan
pertimbangan privasi akustik termasuk :
• Diskusi / wawancara dengan pengunjung
• Membatasi suara yang mengganggu selama pengunjung
berkonsultasi
• Pemisahan daerah yang bising seperti ruang tunggu publik
Berdasarkan pertimbangan privasi akustik tersebut, solusi yang
harus dipertimbangkan antara lain:
• Pemilihan material dan finishing yang menyerap suara
• Penggunaan konstruksi pemisah suara
• Perencanaan pemisahan daerah yang tenang dengan daerah bising
• Perubahan manajemen operasional
Di dalam ruangan, sebagian besar dari suara dipantulkan kembali
oleh dinding-dinding, langit-langit dan permukaan benda-benda lain di
dalam ruangan.
a. Penyerapan nada-nada tinggi
b. Bahan penyerap nada-nada tinggi adalah bahan yang mengandung
banyak udara/ berpori-pori lembut, proses penyerapan nada-nada
tinggi adalah perubahan energi menjadi kalor, bahan-bahannya:
− Serabut kayu
− Bahan-bahan organic, sekaman kayu, serabut kayu, merang
jerami
− Bahan-bahan sintetis, novelen, Styrofoam geltorfen, batu apung
c. Penyerapan nada-nada rendah
Proses penyerapan nada-nada rendah adalah mengubah energi bunyi
menjadi energi mekanik, bahan-bahan yang dipakai adalah:
− Pelat-pelat tipis
− Kulit-kulit tipis yang elastis dan mudah bergendang
Tetapi agar teratan pelat-pelat resonator itu jangan sampai ikut
menambah bunyi, maka dibelakang pelat/selaput kita pasang lapisan
65
bantalan udara/ bahan penyerap bunyi. Selain kayu, bambu juga
merupakan bahan akustik yang baik, misalnya: dibuat dalam bentuk
lampu/ tikar lampu.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan dan
konstruksi akustik:
1. Koefisien penyerapan bunyi
2. Penampilan (ukuran, warna, dll)
3. Daya tahan terhadap kebakaran
4. Biaya instalasi
5. Kemudahan instalasi
6. Keawetan (goresan, tumbukan,dsb)
7. Pemantulan cahaya
8. Perawatan
9. Kondisi pekerjaan
10. Kesatuan elemen-elemen ruang.
D. Privasi
Perhatian pada kenyamanan dan privasi umumnya akan
mengurangi stres dan ketidaknyamanan.Harus ada keseimbangan antara
kebutuhan untuk observasi pengunjung, kebutuhan untuk meminimalkan
stres dan ketidaknyamanan yang disebabkan oleh suara mengganggu,
dan kebutuhan untuk mempertahankan tingkat privasi untuk pengunjung.
Fasilitas ini harus dirancang untuk menjamin kerahasiaan diskusi. Lokasi
jendela dan pintu harus tepat untuk menjaga privasi, dengan tetap
menjaga keamanan staf. (Xiaobo, 2013)
F. Keselamatan
Dalam sebuah bangunan publik termasuk fasilitas kesehatan
dianjurkan untuk merancang sistem pencegahan kebakaran. Sistem
pencegahan kebakaran tersebut memiliki beberapa tahap, yaitu :
1. Tahap Pencegahan
66
• Smoke Detector, mendeteksi asap pada temperatur 40-50° C
• Heat Detector, mendeteksi panas pada temperatur 60-70° C
2. Tahap Penyelamatan
• Tangga Darurat, jarak pencapaian terjauh ± 25 – 40 meter.
• Exhaust Fan, menyala secara otomatis pada saat kebakaran untuk
menghisap asap terdapat pada setiap tangga darurat.
3. Tahap Pemadaman Api
• Sprinkler, otomatis berupa liquid atau gas pada setiap jarak radius
4m2dengan jangkauan 25m2/ unit, bekerja pada suhu 135° - 160°
C.
• Fire Extinguisher, setiap daya jangkau ± 200 m2dengan jarak 20
meter/unit.
• Fire House, selang yang disambungkan ke hydrant regulator,
panjang 10-15 meter.
• Hydrant Pillar, pada daerah strategis dalam atau luar tapak,
mudah dijangkau dengan mobil.
Pencegahan Jenis Persyaratan Keterangan
Aktif Fire hydrant Jarak maks 30m Luas pelayanan 8m
Ditempatkan di koridor dan tempat lain yang mudah dicapai
Pylar hydrant Jarak maks 1m Dihalaman yang mudah dicapai oleh pemadam kebakaran
Sprinkle Jarak 6-9m Luas pelayanan 25m
• Digunakan untuk penanggulangan kebakaran tingkat awal
• Bekerja secara otomatis pada suhu 135-160F
• Mencurahkan air dari ketinggian sehingga dapat menjangkau seluruh ruangan
Heat detector Luas pelayanan 75m
Dihubungkan dengan alarm untuk pendeteksian awal
67
Pasif Tangga darurat (dilengkapi pintu tahan api)
Jarak maks 45m lebar min 1.2m
Kedap asap (ada cerobong asap) dan dilengkapi oleh penerangan independent
Koridor Lebar min 180cm jarak dari koridor ke pintu keluar 45m
Dilengkapi penerangan darurat dengan sumber daya baterai
Pintu keluar Lebar min 90cm
Membuka kearah luar
Sumber daya listrik darurat
Bekerja untuk penerangan darurat (sprinkle, hydrant, smoke detector)
Tabel 2.5 Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
(Sumber : Andrews, 1976. Building&Mechanical System)
G. Studi Warna & Bentuk
1. Studi Warna
Warna Arti Positif Arti negatif Keterangan Merah • kegembiraan,
• agresif, • impulsif, • optimis, • kekuatan, • maskulin, • dinamis, • mobilitas, • asmara.
• Ledakan, • kematian, • terang, • anarki, • mengusik, • terkesiap.
• Warna merah merupakan warna yang terkuat dan paling menarik perhatian
• Warna merah dengan skala kecil dapat diimbangi dengan warna hijau dan biru untuk memberi kesan semangat hidup. Tetapi bila dalam skala besar akan memberi kesan tidak nyaman/tegang
Jingga • Komunikasi, • organik, • ambisi, • keceriaan, • kekayaan, • dermawan, • penerimaan.
• Dendam • Warna turunan dari sifat warna merah, dengan tingkatan yang lebih rendah
• Dalam skala kecil dapat bermanfaat dalam merangsang suasana pada susunan netral maupun dingin
Kuning • Ceria, • harapan, • bersinar,
• Takut, • Penge • cut,
• merupakan warna teringan yang melambaikan kegembiraan dan menghasilkan efek cahaya yang kuat dalam usaha mengatasi
68
• kepandaian, • aksi, • muda.
• pengkhianat, • kematian.
ketegangan • pemakaian warna kuning ini bila
berlebihan akan menimbulkan kesan tidak menarik, jenuh, dan hambar
• dapat diartikan sebagai ucapan selamat datang, cita-cita tinggi dan semangat yang gembira
Hijau • Alam, • kesuburan, • hidup, • harapan, • makmur, • stabilitas, • aman, • tenang
• Kerusakan, • kebusukan, • iri, • cemburu, • tabiat.
• merupakan warna netral yang memberikan keseimbangan bagi susunan warna yang mencari kesan ketenangan, ketentraman dan kedamaian.
• Dapat diartikan juga sebagai lambang pohon yang berakar dalam dan teguh, kepribadian yang keras dan berkuasa serta kekerasan hati.
Biru • Spiritual, • semangat, • kewanitaan, • konservatisme, • kesetiaan, • adil, • rasionalitas, • pasif, • tenang, • kepuasan, • higienis.
• Melankolis, • ketakutan, • ragu.
• Warna biru merupakan warna terdingin yang melambanngkan ketenangan yang sempurna, kesunyian, tentram, sabar, dan kebebesan.
• Dapat juga digunakan untuk melambangkan loyalitas, ketenangan seperti air dan tingkah yang tenang dan lembut.
Ungu • Loyalitas, • kesetiaan, • kekuatan, • memori, • kebenaran, • agama
• Nafsu, • kemunduran • penyesalan, • berkabung, • kerahasiaan, • misteri
• Warna ungu terletak diantara warna-warna dingin dan panas
• Sering terlihat artistik dan menyiratkan kehalusan, kebijakan, ketajaman, kepekaan tetapi dalam hal menyampaikan arti/pesan, ungu lebih keras dan kuat dalam menunjukan ketegangan, kesedihan, dukacita, kemurungan, tertekan walaupun juga memancarkan kehormatan dan kemuliaan
Cokelat • Organik, • kekuatan, • maskulin, • tanah,
• Vulgar, • kering, • mandul, • miskin.
• Apabila dalam kapasitas warna yang lebih cerah maka cenderung melambangkan kelemahan. Dapat juga melambangkan sifat yang
69
• ramping, • kesehatan, • serba guna.
pasif, menerima dan penuh perasaan.
Hitam • Solid, • tegas, • nyata, • elegan, • gelap, • mulia.
• Kematian, • sakit, • putus • asa.
• Lambang kehidupan yang terhenti, karena itu menimbulkan kesan kematian, kehampaan, kegelapan, kerusakan, dan kepunahan.
Abu-abu • Otonomi, • netral, • teknologi.
• Bimbang • monoton
• Warna abu-abu ini tidak gelap dan juga tidak terang karena merupakan warna yang netral
Putih • Kemurnian, • penyegaran, • perfect, • bijaksana, • kebenaran, • higienis, • bersih.
• Kekosongan • sunyi, • setan, • sia-sia, • tampan.
• Akan aman dipakai dalam skala besar untuk mendapatkan hasil yang maksimal
• Berhubungan dengan kebersihan dan sanitasi
Silver / emas
• Dewasa • Kaku • Kemegahan • Kaya • Netral
•
Tabel 2.6 Studi Warna
(Sumber : Pile, 1997. Color in Interior Design)
2. Studi Bentuk
a. Garis
Garis Lurus
• Vertikal : mengungkapkan kekuatan dan suasana berharga
dan memiliki ilusi. digunakan untuk menciptakan karakter
permainan ketinggian ceiling, lantai dan mezzanine.
• Horizontal : berkesan lebar, leluasa dan santai. Membuat
mata bergerak, tetapi jika digunakan secara berlebihan
akan melemahkan kesatuan desain secara keseluruhan.
Untuk keefektifan dan efisiensi dalam ruang.
70
• Diagonal : memberi kesan tidak stabil atau tidak
seimbang, penuh energi, dan tampil muda. Memberi
kesan kuat, dinamis, gesit dan lincah.
Garis Lengkung
• Lingkaran & lengkung penuh : menimbulkan semangat
terutama warna cerah. Jika berlebihan menimbulkan
kegelisahan. Bentuk bundar digunakan untuk
penyelesaian antar pojok ruang.
• Lengkung dengan komposisi penuh : bentuk garis yang
berliku memberi kesan mewah dan megah.
• Bentuk lengkung yang halus : lengkung yang halus atau
landai dengan perbandingan yang baik berkesan anggun
dan murni.
b. Bentuk
• Segitiga / limasan : melambangkan kestabilan bentuk,
dengan posisi memusat menuju satu titik.
Memberi kesan stabil, seimbang, dan condong jauh.
• Lingkaran : bentuk lingkaran atau bulat menunjukkan
sesuatu yang terpusat, berarah kedalam dan bersifat stabil,
dengan sendirinya menjadi pusat dari lingkungannya.
Memberi kesan stabil, menguasai lingkungan sekitar,
memberi kesan bergerak.
• Bujur sangkar : merupakan bentuk yang tidak memiliki
arah tertentu, stabil berdiri pada salah satu sisinya dan
dinamis pada salah satu sudutnya. Memberi kesan murni,
rasional, statis, netral, dan stabil.
• Bentuk organik : merupakan bidang yang dibatasi oleh
lengkung bebas, tidak terukur, dan berkesan tumbuh.
71
2.6 Tinjauan Khusus
2.6.1 Varia Bridal & Picture House
Gambar 2.11 Gedung Varia Bridal & Picture House
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014)
Varia Bridal mulai dibangun pada tahun 2008. Varia merupakan bisnis
keluarga dari Benny Bong dimana pada awalnya Benny Bong merupakan
photographer yang mempunyai studio foto yang diberi nama Picture House.
Picture House sering mendapatkan pekerjaan untuk memotret pasangan calon
pengantin untuk kebutuhan pre wedding. Karena melihat perkembangan zaman
dimana calon pengantin sering membutuhkan tempat untuk membantu membuat
atau memilih busana pengantin, Benny Bong akhirnya memutuskan untuk
membuat sebuah bridal house yaitu Varia Bridal. Benny Bong pun mengajak
saudara-saudaranya untuk bekerja sama membuat bridal house ini. Sehingga
seluruh karyawan yang bekerja pada struktur organisasi dari Varia Bridal dan
Picture House adalah saudaranya sendiri.
Varia Bridal bertempat di ruko INKOPAL Kelapa Gading, memiliki 3
lantai yang dibagi rata. Yaitu lantai 1 menjadi tempat untuk Picture House, lantai
72
2 menjadi tempat untuk Varia Bridal, dan lantai 3 menjadi tempat untuk Billy
Tjong.
Varia Bridal hanya menyediakan busana pengantin untuk disewakan,
tidak bisa mendesign custom. Hal ini merupakan hal yang inovatif dimana ketika
kliennya tidak ingin mengeluarkan banyak biaya untuk membuat busana
pengantin yang hanya akan dipakai sekali, klien akan sangat senang apabila
mengatahui ada jasa penyewaan baju pengantin. Varia hanya menyediakan
busana pengantin modern yaitu dress, Varia tidak menyediakan busana
pengantin tradisional. Namun, tidak semua klien yang ingin hanya menyewa
saja. Maka dari itu Varia bekerja sama dengan Billy Tjong designer khusus
untuk busana pengantin. Ketika kliennya tidak ingin hanya menyewa busana
pengantin, tapi ingin mendesign secara custom maka Varia akan mengalihkan
pekerjaan tersebut ke Billy Tjong yang showroomnya diletakkan di lantai 3.
Pada Picture House sendiri, mereka menawarkan berbagai macam paket
yang tersedia pada kliennya. Dimana ada paket untuk foto pre wedding dan pada
hari pernikahan. Untuk paket pre wedding pun mereka menawarkan dengan
harga tertentu maka sudah bisa melakukan pemotretan di luar negri tergantung
budget dari klien itu sendiri.
Karena kerja Varia Bridal dan Picture House yang professional, maka
mereka mulai dikenal menjadi salah satu penyedia jasa pernikahan yang bagus.
Dari itu target pasar mereka pun mulai naik level menjadi menengah ke atas.
Mereka pun tidak perlu menyebarluaskan tentang pekerjaan mereka, karena saat
ini klien yang mencari-cari dan menghubungi mereka terlebih dahulu.
A. Jam Operasional
Senin – Jumat : 10.00 – 19.00
Sabtu : 10.00 – 20.00
B. Pelayanan & Produk
Pelayanan yang diberikan oleh Varia Bridal & Picture House terdiri dari :
1. Penyewaan busana pengantin pria dan wanita
73
2. Design busana pengantin pria dan wanita
3. Foto pre wedding dan hari pernikahan
4. Tata rias pengantin wanita dan pria
5. Tata rambut pengantin wanita dan pria
6. Perhiasan dan aksesoris
C. Struktur Organisasi
Bagan 2.1 Struktur Organisasi Varia
(sumber : Dokumen Pribadi)
D. Deskripsi Pekerjaan
• Owner : Memimpin perusahaan dengan menetapkan kebijakan bagi
perusahaan serta mengawasi kinerja karyawan
• Supervisor : Yang berhubungan langsung dengan manajer lalu terjun
langsung ke lapangan. Menentukan selesai/tidaknya proyek.
Mengelola anak buahnya/ staff
• Marketing : Merencanakan, mengontrol proses penjualan dan
pemasaran untuk mencapai target penjualan dan mengembangkan
pasar secara efektif dan efisian.
• Photographer : Menjalankan tugas produksi, mengabadikan moment
saat hari H atau pre wedding.
74
• Editor : Membantu tugas Photografer untuk memproduksi hasil foto
E. Aspek Lingkungan
1. Lokasi
Gambar 2.12 Letak Varia Bridal & Picture House
(Sumber : Google, 2014)
2. Geografis
Terletak di ruko INKOPAL, Jalan Boulevard Barat Raya Blok B
nomor 15 Jakarta Utara yang merupakan kawasan pemukiman serta
terdapat beberapa tempat usaha seperti rumah makan, bakery, dan lain-
lain. Kawasan ini merupakan kawasan dengan tingkat keramaian dan
kepadatan lalu lintas yang tinggi.
3. Lingkungan
a. Faktor Cahaya Alami
Bangunan Varia Bridal & Picture House dibangun
menghadap ke utara dengan pintu masuk menghadap ke sebelah
barat. Pada bagian barat bangunan dominan menggunakan
material kaca, sehingga pada siang – sore hari akan mendapat
banyak pencahayaan alami. Sedangkan pada bagian utara gedung
tidak mendapatkan pencahayaan alami karena bagian belakang
gedung menempel dengan gedung lainnya.
b. Faktor Udara
75
Padatnya kegiatan serta lalu lintas pada kawasan tersebut
mengakibatkan kecilnya kemungkinan untuk mendapat
penghawaan alami yang baik. Hal itu menyebabkan Varia Bridal
& Picture House mngandalkan penghawaan buatan.
c. Faktor Kebisingan
Ruko Varia Bridal & Picture House tidak berada persis di
pinggir jalan raya, sehingga aktivitas di dalam ruko pun tidak
terganggu dengan kebisingan kendaraan di jalan raya.
4. Aspek Bangunan
a. Arsitektur
Bangunan Varia Bridal terletak di daerah ruko yang terdiri
dari 3 lantai. Dengan window display pada latai 2. Bangunan
ruko berbentuk geometris dengan dominan warna abu-abu.
b. Interior
Interior pada Varia bergaya modern dengan perpaduan
berbagai macam furniture, terdapat furniture bergaya modern
dan modern classic. Warna- warna yang di gunakan
menggunakan warna-warna yang cerah pada area greeting, dan
pada area-area lainnya menggunakan warna-warna yang
natural. Konsep interior pada Varia memberikan kesan yang
berbaur dan transparan, karena tidak ada nya partisi atau sekat
pada setiap area, kecuali pada area staff. Menggunakan
bentuk-bentuk geometris dan garis-garis lurus.
5. Program Ruang
Berikut ialah struktur organisasi ruang pada Varia Bridal &
Picture House.
76
Gambar 2.13 Program Ruang Varia Bridal & Picture House Lantai 1
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014)
Gambar 2.14 Program Ruang Varia Bridal & Picture House Lantai 2
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014)
77
Gambar 2.15 Program Ruang Varia Bridal & Picture House Lantai 3
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014) 6. Fisika Bangunan a. Pencahayaan
Penggunaan material kaca pada bangunan diaplikasikan
pada bagian sebelah barat bangunan. Hal tersebut dapat
mengoptimalkan masuknya cahaya alami pada siang sampai sore
hari. Pintu masuk utama yang berada di bagian sebelah barat
bangunan, area tunggu, area showroom, area resepsionis dan area
meeting (area publik) merupakan area-area yang mendapatkan
pencahayaan alami. Pada area dilantai dua pun mendapat
pencahayaan alami. Penggunaan material kacayang dijadikan
sebagai window display membuat area di lantai dua mendapat
pencahayaan alami pada siang dan sore hari.
Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan yang digunakan pada Varia Bridal &
Picture House secara keseluruhan menggunakan lampu downlight
78
b. Penghawaan
Varia Bridal & Picture House menggunakan penghawaan
buatan secara keseluruhan, karena mereka tidak mempunyai area
terbuka. Penghawaan buatan yang digunakan adalah AC central.
c. Akustik
Pada Varia Bridal & Picture House, penggunaan akustik
hanya digunakan pada area kantor staff agar mengurangi
kebisingan dari luar.
7. Sistem Keamanan & Keselamatan
a. Sistem Pengamanan Kebakaran
Meletakkan smoke detector dan sprinkler pada setiap
ruang dan area dengan pengaturan jarak tertentu. Meletakkan fire
extinguisher dan fire hydrant pada tempat yang rawan kebakaran
dan letaknya mudah dijangkau.
b. Sistem CCTV
Meletakkan CCTV di area publik, dan sudut yang
memerlukan pengawasan lebih.
2.6.2 Kharisma Nusantara
Gambar 2.16 Gedung Kharisma Nusantara
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014)
79
Kharisma Nusantara mulai dibangun pada tahun 2009. Kharisma
Nusantara merupakan bisnis keluarga. Pada awalnya salah satu dari keluarga
mereka akan melaksanakan pernikahan dan membutuhkan busana pengantin.
Setelah busana pengantin tersebut selesai, ternyata hasilnya gagal dan jauh dari
harapan mereka. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk membuat busana
pengantin sendiri dengan jumlah yang banyak untuk sanak saudara. Setelah
acara pernikahan tersebut selesai mereka bingung busana pengantin dan seragam
yang berjumlah banyak akan ditaruh mana. Dari situlah mereka memutuskan
untuk membuat tempat untuk menyewa busana pengantin.
Lama kelamaan usaha ini pun membesar sehingga Kharisma Nusantara
bukan hanya melayani penyewaan busana pengantin, tetapi juga bisa mendesign
custom. Bahkan yang disediakan saat ini bukan hanya busana pengantin saja,
melainkan juga busana untuk pesta dan berbagai macam aksesorisnya.
Kharisma Nusantara berada di daerah Daksa, merupakan rumah keluarga
yang akhirnya dijadikan lahan bisnis untuk sebagian dari lantai 1nya. Sedangkan
untuk sisanya masih dijadikan tempat tinggal keluarga mereka.
Kharisma Nusantara juga bersedia untuk menerima custom design yang hanya
akan disewa oleh klien, dengan syarat dan ketentuan dari mereka. Hal ini mereka
sebut dengan “perdana”. Mereka memperbolehkan klien mendesign busananya
sendiri yang hanya akan disewa oleh klien tersebut. Apabila hal ini terjadi maka
pihak dari Kharisma Nusantara akan mendampingi klien mulai dari memilih
bahan, memilih model, dan menggunakan penjahit dari mereka. Design dan
bahan pun harus sesuai dengan standar Kharisma Nusantara.
Karena kerja Kharisma Nusantara yang professional, maka mereka mulai
dikenal menjadi salah satu penyedia jasa busana pernikahan yang bagus. Dari itu
target pasar mereka pun mulai naik level menjadi menengah ke atas. Kisaran
harga untuk menyewa kebaya pun disesuaikan dengan target market mereka,
yaitu dari 6.500.000 – 9.000.000. Mereka pun tidak perlu menyebarluaskan
tentang pekerjaan mereka, karena saat ini klien yang mencari-cari dan
menghubungi mereka terlebih dahulu.
80
A. Jam Operasional
Senin – Sabtu : 10.00 – 17.00
Apabila klien sudah mempunyai janji dengan pihak Kharisma Nusantara,
maka mereka akan tetap membuka toko sesuai dengan jam yang disepakati.
B. Pelayanan & Produk
Pelayanan yang diberikan oleh Varia Bridal & Picture House terdiri dari
:
1. Penyewaan busana pengantin pria dan wanita
2. Design busana pengantin pria dan wanita
3. Penyewaan busana pesta wanita
4. Design busana pesta wanita
C. Struktur Organisasi
Bagan 2.2 Struktur Organisasi Kharisma Nusantara
(sumber : Dokumen Pribadi)
D. Deskripsi Pekerjaan
• Owner : Membangun perusahaan. Memimpin perusahaan dengan
menetapkan kebijakan bagi perusahaan serta mengawasi kinerja
karyawan
• Co Owner : Membantu owner membangun perusahaan dan pekerjaan
owner
81
• Owner Asisstant : membantu pekerjaan owner dan co owner dalam
menjalani perusahaan.
E. Aspek Lingkungan
1. Lokasi
Gambar 2.17 Letak Kharisma Nusantara
(Sumber : Google, 2014)
2. Geografis
Terletak di Jalan Daksa 1 nomor 3 Kebayoran Baru Jakarta
Selatan. Kharisma Nusantara terletak di tengah-tengah pemukiman
warga, dan tidak terlalu jauh dari tempat makan.
3. Lingkungan
a. Faktor Cahaya Alami
Bangunan Kharisma Nusantara tidak mendapat
pencahayaan alami pada bagian tokonya, karena jendela hanya
terletak pada lantai 2 yang merupakan tempat tinggal keluarga.
b. Faktor Udara
Meskipun jauh dari padatnya lalu lintas, Kharisma
Nusantara tetap menggunakan penghawaan buatan, karena bagian
rumahnya sangat tertutup sehingga apabila tidak menggunakan
82
penghawaan buatan maka akan sangat terasa sumpek. Dan juga
penghawaan buatan dibutuhkan agar menjaga ketahanan busana.
c. Faktor Kebisingan
Kharisma Nusantara terletak jauh dari jalan raya,
sehingga aktivitas di dalam rumah pun tidak terganggu dengan
kebisingan kendaraan di jalan raya.
4. Aspek Bangunan
a. Arsitektur
Bangunan Kharisma Nusantara merupakan rumah pribadi
yang dijadikan tempat usaha pada bagian lantai dasar dan
lantai 2 sebagai rumah pribadi. Bangunan ini bargaya modern
dengan warna dominan warna crème.
b. Interior
Interior pada Kharisma Nusantara mengaplikasikan unsur
etnik Indonesia,dengan furniture yang dominan terbuat dari
kayu dan ukiran-ukiran kayu, serta dominan dengan warna
coklat dan warna-warna natural. Menggunakan garis-garis
geometris serta organik.pada area meeting terdapat kolam ikan
yang member kenyamanan lebih pada pengunjung. Pada
interior banyak terdapat mannequin untuk memajang baju-baju
yang tersedia.
5. Program Ruang
Berikut ialah struktur organisasi ruang pada Kharisma Nusantara.
83
Gambar 2.18 Program Ruang Kharisma Nusantara
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014) 6. Fisika Bangunan a. Pencahayaan
Kharisma Nusantara tidak mendapatkan pencahayaan
alami sama sekali, sehingga pencahayaannya bergantung pada
pencahayaan buatan. Pencahayaan buatan yang digunakan pada
Kharisma Nusantara secara keseluruhan menggunakan lampu
downlight.
b. Penghawaan
Kharisma Nusantara menggunakan penghawaan buatan
secara keseluruhan, karena mereka tidak mempunyai area
terbuka. Penghawaan buatan yang digunakan adalah AC split.
c. Akustik
84
Kharisma Nusantara tidak memiliki area yang
menggunakan akustik, karena bangunannya merupakan bangunan
asli rumah tinggal.
7. Sistem Keamanan & Keselamatan
a. Sistem Pengamanan Kebakaran
Kharisma nusantara Meletakkan fire extinguisher dan fire
hydrant pada tempat yang rawan kebakaran dan letaknya
mudah dijangkau.
b. Sistem CCTV
Kharisma nusantara sama sekali tidak meletakkan CCTV.
2.6.3 Rumah Kebaya
Gambar 2.19 Gedung Rumah Kebaya
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014)
Rumah Kebaya didirikan pada tahun 1996. Ide membuat suatu jasa toko
kebaya berasal dari sebuah keisengan saat sang pemilik, yaitu Ibu Eva saat
sedang berkumpul dengan teman-temannya yaitu perkumpulan orang tua siswa
di sekolah anaknya. Ibu Eva mempunyai teman dekat yang handal merias wajah.
Ibu Eva awalnya adalah sebuah arsitek, sehingga Ia mempunyai keahlian untuk
berimajinasi dan menggambar. Pada saat sedang berkumpul ide itu tercetus dari
85
Ibu Eva dan Ia mengajak temannya untuk membuat sebuah bisnis toko kebaya.
Tanpa disadari bisnis ini terus berkembang hingga saat ini menjadi salah satu
toko busana pengantin terkemuka di kalangan pengantin.
Rumah Kebaya bertempat di Mampang Prapatan, merupakan sebuah
rumah yang dijadikan tempat bisnis secara keseluruhan, dari mulai kamar hingga
garasi.
Rumah Kebaya menyediakan busana pengantin untuk disewakan dan
juga bisa mendesign busana yang baru tergantung dengan kemauan klien.
Mereka juga bersedia untuk menerima custom design yang hanya akan disewa
oleh klien, dengan syarat dan ketentuan dari mereka. Hal ini mereka sebut
dengan “perdana”. Mereka memperbolehkan klien mendesign busananya sendiri
yang hanya akan disewa oleh klien tersebut. Apabila hal ini terjadi maka pihak
dari Rumah Kebaya akan mendampingi klien mulai dari memilih bahan,
memilih model, dan menggunakan penjahit dari mereka. Design dan bahan pun
harus sesuai dengan standar Rumah Kebaya.
Pada saat ini Rumah Kebaya merupakan salah satu toko busana
pengantin yang dikenal sangat bagus oleh klien, mulai dari kualitas busana
pengantinnya sampai keramahan para pegawai. Rumah Kebaya juga
menyediakan aksesoris-aksesoris untuk busana pengantin mulai dari perhiasan
khas jawa, konde, dll. Khusus untuk perhiasan khas jawa Rumah Kebaya bahkan
seringkali membuat design sendiri. Kisaran harga dari Rumah Kebaya adalah
mulai dari 2.000.000 hingga lebih dari 10.000.000 rupiah. Berbagai macam
variasi harga inilah yang membuat Rumah Kebaya juga sangan disenangi oleh
klien. Mereka juge melakukan segalanya di rumah ini, muai dari kantor
pegawainya hingga menjahit busana pengantinnya.
A. Jam Operasional
Senin – Jumat : 10.00 – 19.00
Sabtu : 10.00 – 20.00
B. Pelayanan & Produk
86
Pelayanan yang diberikan oleh Varia Bridal & Picture House terdiri dari :
1. Penyewaan busana pengantin pria dan wanita
2. Design busana penganti pria dan wanita
3. Penyewaan busana penerima tamu dan keluarga pengantin
4. Design busana penerima tamu dan keluarga pengantin
5. Aksesoris busana pengantin pria dan wanita
6. Tata rias wajah
7. Properti untuk prosesi adat
C. Struktur Organisasi
Bagan 2.3 Struktur Organisasi Rumah Kebaya
(sumber : Dokumen Pribadi)
D. Deskripsi Pekerjaan
• Owner : Membangun perusahaan. Memimpin perusahaan dengan
menetapkan kebijakan bagi perusahaan serta mengawasi kinerja
karyawan
• Keuangan : Mengatur keuangan, seperti pembayaran busana, dan paket-
paket yang di sediakan.
87
• Marketing : Merencanakan, mengontrol proses penjualan dan pemasaran
untuk mencapai target penjualan dan mengembangkan pasar secara
efektif dan efisian.
• Produksi : Menjalankan produksi eperti mejahit kebaya yang telah di
desain, lengkap dengan border, dan payet pada kebaya.
• Perlengkapan : Mengatur perlengkapan prosesi pernikahan.
E. Aspek Lingkungan
1. Lokasi
Gambar 2.20 Letak Rumah Kebaya
(Sumber : Google, 2014)
2. Geografis
Terletak di Wisma Mampang Asri, Jl. Mampang Prapatan XV
Jakarta Selatan. Rumah Kebaya berada di tengah-tengah pemukiman
warga yang jauh dari jalan raya, sehingga tidak terganggu kebisingan
jalan raya. Namun sisi negatifnya adalah Rumah Kebaya ini adalah
sedikit sulit untuk ditemukan.
3. Lingkungan
a. Faktor Cahaya Alami
88
Bangunan dari Rumah Kebaya mendapatkan pencahayaan
alami pada beberapa bagian rumahnyam yaitu area menunggu,
area meeting, area jahit, dan juga area kerja. Bagian area meeting
tidak terlalu mendapatkan cahaya alami secara penuh tapi pada
siang hari masih tidak butuh menyalakan lampu.
b. Faktor Udara
Rumah Kebaya memiliki area yang mempunyai jendela
cukup banyak sehingga jika udara tidak panas pun masih
mendapatkan udara segar dari luar.
c. Faktor Kebisingan
Rumah Kebaya terletak jauh dari jala raya, sehingga tidak
terganggu oleh kebisingan padatnya lalu lintas.
4. Aspek Bangunan
a. Arsitektur
arsitektur Rumah Kebaya sama dengan Kharisma
Nusantara yaitu rumah tinggal yang di jadikan tempat usaha
pada lantai dasar. Terdiri dari 2 lantai. Dengan dominan warna
natual seperti cokelat dan crème. Dengan penghijauan yang
cukup pada halaman depan.
b. Interior
interior pada bangunan ini berdominan warna-warna
natural.dengan finishing tembok seluruh nya adalah cat
tembok. Dengan lantai keramik dan karpet pada area fitting
room. Furniture yang di gunakan menggunakan ukiran-ukiran
kayu dan serba etnik Indonesia.
5. Program Ruang
Berikut ialah struktur organisasi ruang pada Rumah Kebaya.
89
Gambar 2.21 Program Ruang Rumah Kebaya
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014)
6. Fisika Bangunan a. Pencahayaan
• Pencahayaan Alami Rumah Kebaya mendapatkan pencahayaan alami yang cukup
baik, terutama pada area menunggu, area meeting, dan juga area
jahit. Sehingga pada saat pagi hingga sore hari tidak
membutuhkan pencahayaan buatan.
• Pencahayaan Buatan
Pencahayaan buatan yang digunakan pada Rumah Kebaya
secara keseluruhan menggunakan lampu downlight. Dan di
beberapa tempat display tertentu menggunakan spotlight.
b. Penghawaan
• Penghawaan Alami
Rumah Kebaya mendapatkan penghawaan alami yang
cukup baik karena banyak area yang menggunakan jendela
sehingga ketika dibuka masih mendapatkan sirkulasi udara segar
dari luar.
90
• Penghawaan Buatan
Penghawaan buatan yang digunakan oleh Rumah Kebaya
adalah AC split.
c. Akustik
Rumah Kebaya tidak memiliki area yang menggunakan
akustik, karena bangunannya merupakan bangunan asli rumah
tinggal.
7. Sistem Keamanan & Keselamatan
a. Sistem Pengamanan Kebakaran
Rumah Kebaya Meletakkan fire extinguisher dan fire
hydrant pada tempat yang rawan kebakaran dan letaknya
mudah dijangkau.
b. Sistem CCTV
Rumah Kebaya sama sekali tidak meletakkan CCTV.
2.6.4 Rina Gunawan Wedding Organizer
Gambar 2.22 Gedung Rina Gunawan Wedding Organizer
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014)
Rina Gunawan Wedding Organizer berdiri pada tahun 2002. Pada
awalnya Rina Gunawan WO hanyalah sebuah event organizer tidak melayani
91
pernikahan. Pekerjaan pertama yang diterima adalah merencanakan acara ulang
tahun Aurel Hermansyah. Setelah itu mereka mulai kedatangan pekerjaan yang
banyak untuk merencanakan sebuah event karena orang banyak yang melihat
kesuksesan dari pesta pertama yang dikerjakan.
Acara pernikahan yang pertama kali dikerjakan adalah pernikahan dari
Eko Patrio, pada awalnya mereka ragu untuk menerima pekerjaan ini, tapi
karena mereka saling mengenal dekat akhirnya Rina Gunawan menerima
pekerjaan ini. Setelah pernikahan ini pula mereka mulai seing menerima
permintaan untuk merencanakan pernikahan. Akhirnya mereka memutuskan
bahwa mereka lebih mengkhususkan ke wedding organizer.
Pada saat ini Rina Gunawan WO terlihat sering merencanakan
pernikahan untuk rekan artis. Akan tetapi ternyata mereka lebih sering
merencanakan pernikahan dari polisi, anak pejabat, dibandingkan artis. Namun
karena yang menjadi sorotan publik adalah artis, maka Rina Gunawan WO
sering dicap sebagai WO artis. Bahkan yang tidak banyak orang tahu, Rina
Gunawan juga sering menerima pekerjaan untuk merencakan event resmi seperti
gathering perusahaan-perusahaan ternama.
Rina Gunawan WO terletak di daerah pemukiman di Gandaria Jakarta
Selatan. Tempat ini merupakan rumah yang dijadikan sebagai kantor. Kantor ini
hanya memiliki 1 lantai dan terbagi menjadi beberapa ruangan kecil. Ukuran
ruangan dan sirkulasi pun tidak terlihat memadai. Ternyata setiap pertemuan
dengan klien tidak pernah dilakukan di dalam kantor, melainkan selalu bertemu
di luar. Kantor ini hanya digunakan untuk meeting dengan tim internal saja.
Rina Gunawan WO menawarkan segala macam jasa yang berhubungan
dengan pernikahan. Dimulai dari perencanaan sampai hari pelaksanaan. Mereka
juga sudah mempunyai vendor-vendor langganan yang bisa ditawarkan kepada
klien, namun hal itu tidak bersifat mengikat. Klien tidak dipaksa untuk
menggunakan vendor dari mereka. Rina Gunawan WO juga bisa menyesuaikan
perencanaan sesuai dengan budget dari klien. Target pasar mereka merupakan
92
kalangan menengah ke atas, tapi mereka tetap menerima klien yang tidak berasal
dari kalangan tersebut.
Karena kerja Rina Gunawan WO yang professional, maka mereka mulai
dikenal menjadi salah satu penyedia jasa pernikahan yang bagus. Mereka pun
tidak perlu menyebarluaskan tentang pekerjaan mereka, karena saat ini klien
yang mencari-cari dan menghubungi mereka terlebih dahulu.
A. Jam Operasional
Senin – Jumat : 10.00 – 19.00
Sabtu : 10.00 – 20.00
B. Pelayanan & Produk
Pelayanan yang diberikan oleh Rina Gunawan WO terdiri dari :
1. Merencanakan pernikahan hingga hari pelaksanaan
2. Menemani dari awal deal ke vencor-vendor yang ditentukan
3. Memasukkan budget yang diberikan klien untuk diaplikasikan ke
acara pernikahan
4. Memberi pilihan vendor dimulai dari tempat, busana, entertainment,
catering, hingga fotografi.
C. Struktur Organisasi
Bagan 2.4 Struktur Organisasi Rina Gunawan WO
(sumber : Dokumen Pribadi)
93
D. Deskripsi Pekerjaan
• Direktur Utama : Memimpin perusahaan dengan menetapkan
kebijakan bagi perusahaan serta mengawasi kinerja karyawan
• Marketing : Merencanakan, mengontrol proses penjualan dan
pemasaran untuk mencapai target penjualan dan mengembangkan
pasar secara efektif dan efisian.
• Keuangan : Mengatur keuangan dalam WO seperti pembayaran, dan
paket-paket yang di sediakan.
• Produksi : Menjalankan produksi seperti membantu tim dekorasi.
Membantu menjalankan acara pernikahan.
E. Aspek Lingkungan
1. Lokasi
Gambar 2.23 Letak Rina Gunawan Wedding Organizer
(Sumber : Google, 2014)
2. Geografis
Terletak di Jalan Haji Syahrin nomor 6 Gandaria Utara Jakarta
Selatan. Rina Gunawan WO terletak di tengah-tengah pemukiman
warga, dan jauh dari jalan raya sehingga sedikit sulit untuk ditemukan.
94
3. Lingkungan
a. Faktor Cahaya Alami
Bangunan dari Rina Gunawan Wedding Organizer
mendapatkan pencahayaan alami. Dimana terdapat jendela yang
memberikan pencahayaan ke area tunggu, istirahat, dan juga area
kerja.
b. Faktor Udara
Bangunan dari Rina Gunawan Wedding Organizer
mendapatkan penghawaan alami dari bagian belakang rumah
yaitu area istirahat. Sedangkan untuk area yang berada di depan
harus menggunakan penghawaan buatan.
c. Faktor Kebisingan
Bangunan dari Rina Gunawan Wedding Organizer berada
jauh dari jalan raya, sehingga aktivitas di dalam pun tidak
terganggu dengan kebisingan kendaraan di jalan raya.
4. Aspek Bangunan
a. Arsitektur
arsitektur dari Rina Gunawan WO adalah sebuah
bangunan rumah yang djadikan kantor WO. Terdiri dari 1
lantai yang di desain bergaya mnimalis dan warna dominan
abu-abu
b. Interior
Tidak ada yang special dari interior kantor ini, hanya
terdapat 2 kamar yang di jadikan ruang kantor direktur utama
dan staff. Dan area service pada bagian belakang rumah.
Menggunakan keramik sebagai pelapis lantas, dan seluruh
tdinding di lapisi dengan cat putih. Menggunkana furniture
yang sederhan dengan garis-garis geometris.
5. Program Ruang
Berikut ialah struktur organisasi ruang pada Rina Gunawan
Wedding Organizer.
95
Gambar 2.24 Program Ruang Rina Gunawan Wedding Organizer
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014)
6. Fisika Bangunan a. Pencahayaan
Rina Gunawan WO masih mendapatkan pencahayaan
alami dari jendela yang berada pada bagian depan rumah. Tapi
pencahaan alami pun tidak cukup sehingga masih membutuhkan
pencahayaan buatan
Pencahayaan Buatan
Rina Gunawan WO menggunakan pencahayaan buatan
secara keseluruhan dengan menggunakan lampu downlight.
b. Penghawaan
Rina Gunawan WO menggunakan penghawaan buatan
secara keseluruhan kecuali pada bagian istirahat. Selain pada area
tersebut penghawaan buatan yang digunakan adalah AC split.
c. Akustik
96
Rina Gunawan WO tidak memiliki area yang
menggunakan akustik, karena bangunannya merupakan bangunan
asli rumah tinggal.
7. Sistem Keamanan & Keselamatan
a. Sistem Pengamanan Kebakaran
Rina Gunawan WO Meletakkan fire extinguisher dan
fire hydrant pada tempat yang rawan kebakaran dan
letaknya mudah dijangkau.
b. Sistem CCTV
Rina Gunawan WO sama sekali tidak meletakkan CCTV.
2.6.5 Adhyakti Wedding Organizer
Gambar 2.25 Gedung Adhyakti Wedding Organizer
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014)
Adhyakti Wedding Organizer berdiri pada tahun 2009. Ide membuat
sebuah wedding organizer adalah karena pada saat menikah pemilik tidak
menggunakan jasa wedding organizer. Dan dia tidak merasakan bahwa itu
adalah pernikahan impiannya. Sehingga pemilik dari Adhyakti WO pun segera
97
membuat sebuah wedding organizer agar dia bisa membuat para calon pengantin
merasakan pernikahan impiannya. Salah satu acara pernikahan yang besar yang
direncanakan oleh Adhyakti WO adalah pernikahan Ruben Onsu.
Rina Gunawan Wedding Organizer berdiri pada tahun 2002. Pada
awalnya Rina Gunawan WO hanyalah sebuah event organizer tidak melayani
pernikahan. Pekerjaan pertama yang diterima adalah merencanakan acara ulang
tahun Aurel Hermansyah. Setelah itu mereka mulai kedatangan pekerjaan yang
banyak untuk merencanakan sebuah event karena orang banyak yang melihat
kesuksesan dari pesta pertama yang dikerjakan.
Adhyakti WO terletak di daerah pemukiman di Pulo Raya Jakarta
Selatan. Tempat ini merupakan rumah yang dijadikan kantor. Bahkan bagian
dari rumah tersebut yang dijadikan kantor hanyalah bagian ruang tamu saja.
Ternyata setiap pertemuan dengan klien tidak pernah dilakukan di dalam kantor,
melainkan selalu bertemu di luar. Kantor ini hanya digunakan untuk meeting
dengan tim internal saja. Bahkan walaupun hanya meeting dengan tim internal
ruangan tersebut pun masih sangat kurang. Adhyakti WO memang sedang
berusaha mencari lahan untuk membuat kantor yang lebih memadai.
Adhyakti WO menawarkan segala macam jasa yang berhubungan dengan
pernikahan. Dimulai dari perencanaan sampai hari pelaksanaan. Mereka juga
sudah mempunyai vendor-vendor langganan yang bisa ditawarkan kepada klien,
namun hal itu tidak bersifat mengikat. Klien tidak dipaksa untuk menggunakan
vendor dari mereka. Adhyakti WO mementingkan kualitas, sehingga biayanya
pun lebih mahal. Mereka juga menerima permintaan dari klien yang hanya
membutuhkan bantuan saat hari pelaksanaannya saja.
Para klien yang meminta Adhyakti WO untuk merencanakan pernikahan
dari awal akan dikenai budget yang lebih tinggi. Biasanya klien yang ingin
menggunakan jasa dari Adhyakti WO ini datang 4-6 bulan sebelum hari
pernikahan. Dan waitu yang dibutuhkan untuk perencanaan itu sendiri adalah 2-
3 bulan. Selain menjadi WO, Adhyakti juga terkadang bertindak sebagai
wedding consultant dimana mereka harus menjadi penengah antara kedua pihak
keluarga.
98
Adhyakti WO hanya mempunyai sedikit staff yang tetap, karena mereka
lebih menggunakan staff freelance karena WO ini belum terlalu besar.
Karena kerja Adhyakti WO yang professional, maka mereka mulai dikenal
menjadi salah satu penyedia jasa pernikahan yang bagus. Mereka pun tidak perlu
menyebarluaskan tentang pekerjaan mereka, karena saat ini klien yang mencari-
cari dan menghubungi mereka terlebih dahulu.
A. Jam Operasional
Senin – Jumat : 10.00 – 19.00
Sabtu : 10.00 – 20.00
B. Pelayanan & Produk
Pelayanan yang diberikan oleh Adhyakti WO terdiri dari :
1. Merencanakan pernikahan hingga hari pelaksanaan
2. Menemani dari awal deal ke vencor-vendor yang ditentukan
3. Memasukkan budget yang diberikan klien untuk diaplikasikan ke
acara pernikahan
4. Memberi pilihan vendor dimulai dari tempat, busana, entertainment,
catering, hingga fotografi.
5. Wedding consultant.
C. Struktur Organisasi
99
Bagan 2.5 Struktur Organisasi Adhayakti WO
(sumber : Dokumen Pribadi)
D. Deskripsi Pekerjaan
• Direktur Utama : Memimpin perusahaan dengan menetapkan
kebijakan bagi perusahaan serta mengawasi kinerja karyawan
• Marketing : Merencanakan, mengontrol proses penjualan dan
pemasaran untuk mencapai target penjualan dan mengembangkan
pasar secara efektif dan efisian.
• Keuangan : Mengatur keuangan dalam WO seperti pembayaran, dan
paket-paket yang di sediakan.
• Produksi : Menjalankan produksi seperti membantu tim dekorasi.
Membantu menjalankan acara pernikahan.
E. Aspek Lingkungan
1. Lokasi
100
Gambar 2.26 Letak Adhyakti Wedding Organizer
(Sumber : Google, 2014)
2. Geografis
Terletak di Jalan Pulo Raya VI nomor 25 Kebayoran Baru Jakarta
Selatan. Adhyakti WO terletak di tengah-tengah pemukiman warga, dan
jauh dari jalan raya sehingga sedikit sulit untuk ditemukan.
3. Lingkungan
a. Faktor Cahaya Alami
Bangunan dari Adhyakti Wedding Organizer
mendapatkan pencahayaan alami yang cukup baik. Dimana
terdapat jendela yang memberikan pencahayaan secara penuh ke
area kerja.
b. Faktor Udara
Bangunan dari Adhyakti Wedding Organizer
mendapatkan penghawaan alami yang penuh apabila pintu dan
jendela dibuka.
c. Faktor Kebisingan
Bangunan dari Adhyakti Wedding Organizer berada jauh
dari jalan raya, sehingga aktivitas di dalam pun tidak terganggu
dengan kebisingan kendaraan di jalan raya.
101
4. Aspek Bangunan
a. Arsitektur
arsitektur Adhayakti WO merupaka rumah tinggal yang
terdiri dari 2 lantai. Dengan dominan warna coklat. Pintu
masuk sedikit masuk kedalam, untuk akses harus melewati
garasi rumah terlebih dahulu.
b. Interior
Adhyakti WO memanfaatkan area ruang tamu sebagai
ruang kantor untuk WO nya. Menggunakan furnitur dengan
dominan warna coklat dan ukirann-ukiran kayu. Dengan lantai
keramik serta pelapis dinding cat.
5. Program Ruang
Berikut ialah struktur organisasi ruang pada Adhyakti Wedding
Organizer.
Gambar 2.27 Program Ruang AdhyaktiWedding Organizer
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014)
6. Fisika Bangunan
a. Pencahayaan
Adhyakti WO mendapatkan pencahayaan alami yang full
pada saat pagi hingga sore hari, sehingga pada saat itu tidak butuh
menyalakan lampu.
102
Adhyakti WO hanya menggunakan pencahayaan buatan
di saat malam hari. Pencahayaan buatan yang digunakan adalah
lampu downlight.
b. Penghawaan
Adhyakti WO mendapatkan penghawaan alami yang baik
apabila pintu dan jendela dibuka, sehingga saat itu penghawaan
buatan tidak perlu digunakan.
Adhyakti WO tidak terlalu membutuhkan penghawaan
buatan. Penghawaan buatan yang digunakan adalah AC split.
c. Akustik
Adhyakti WO tidak memiliki area yang menggunakan
akustik, karena bangunannya merupakan bangunan asli rumah
tinggal.
7. Sistem Keamanan & Keselamatan
a. Sistem Pengamanan Kebakaran
Adhyakti WO meletakkan fire extinguisher dan fire hydrant
pada tempat yang rawan kebakaran dan letaknya mudah dijangkau.
b. Sistem CCTV
Adhyakti WO sama sekali tidak meletakkan CCTV.
2.7.4 Hias Rias Wedding Organizer
Gambar 2.28 Gedung Hias Rias Wedding Organizer
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014)
103
Hias Rias Wedding Organizer berdiri pada tahun 2002. Dimulai karena
sang ibu dari pemilik mempunyai pekerjaan sebagai perias wajah. Pada tahun
2002 sang ibu mulai merias wajah pengantin. Dari hal tersebut mulai timbul
permintaan dari klien untuk membuat busana pengantin. Akhirnya usaha mereka
mulai bertambah menjadi penyedia busana pengantin baik mendesign sendiri
ataupun penyewaan. Dari hal tersebut usahanya pun mulai berkembang lagi
menjadi wedding organizer.
Hias Rias WO terletak di daerah pemukiman di Jalan Dili yang
bertempat di Cinere. Tempat ini merupakan rumah yang dijadikan kantor. Pada
lantai 1 digunakan menjadi area resepsionis, area meeting dan juga display dan
storage untuk busana pengantin. Sedangkan pada lantai 2 dijadikan kantor untuk
bekerja dan juga area jahit untuk busana pengantin.
Hias Rias menyediakan segala hal yang berbau pernikahan. Pada
awalnya mereka mencari vendor-vendor untuk bekerja sama. Hingga akhirnya
sekarang mereka mempunyai semuanya sendiri, termasuk dekorasi. Hias Rias
juga menyebutkan bahwa mereka bisa menjadi wedding planner dan juga
wedding organizer. Dimana pekerjaan dari wedding planner adalah membantu
pasangan calon pengantin untuk merencanakan pernikahannya dari 0. Biasa
dilakukan oleh pasangan yang susah mencari waktu ataupun juga pasangan yang
sama-sama sibuk bekerja. Sedangkan pekerjaan dari wedding organizer adalah
hanya membantu menjalankan pernikahan pada hari H. Biasa dilakukan oleh
calon pasangan pengantin yang waktunya lebih fleksibel.
Dalam company profile Hias Rias pun disebutkan bahwa mereka
bertekad untuk memberikan jasa yang sangat baik untuk membuat mimpi para
klien menjadi nyata. Mereka juga mengerti bahwa hari pernikahan adalah hari
yang sangat penting dalam hidup. Dimana pernikahan diharapkan adalah suatu
hal yang dilakukan hanya sekali dalam seumur hidup. Maka dari itu tugas dari
wedding organizer adalah membuat hari penting tersebut menjadi suatu hal yang
tidak akan terlupakan oleh klien.
Hias Rias WO sudah mengembangkan sayapnya pada usaha weding,
mereka sudah pernah merencanakan pernikahan di segala macam kota di yaitu
104
Jakarta, Bandung, Depok, Semarang, Surabaya, Pekanbaru, Palembang, hingga
ke Malaysia.
A. Jam Operasional
Senin – Jumat : 10.00 – 19.00
Sabtu : 10.00 – 20.00
B. Pelayanan & Produk
Pelayanan yang diberikan oleh Hias Rias WO terdiri dari :
1. Wedding Organizer
2. Dekorasi
3. Tata rias wajah modern dan tradisional
4. Photo dan video
5. Entertainment
6. Upacara Adat ( Jawa, Sunda, Palembang, Padang, Batak, Betawi, dll)
7. Souvenir
C. Struktur Organisasi
Bagan 2.6 Struktur Organisasi Hias Rias WO
(sumber : Dokumen Pribadi)
105
D. Deskripsi Pekerjaan
• Owner : Membangun perusahaan. Memimpin perusahaan dengan
menetapkan kebijakan bagi perusahaan serta mengawasi kinerja
karyawan
• Produksi : Menjalankan produksi seperti membantu tim dekorasi.
Membantu menjalankan acara pernikahan.
• Freelance staff : staff inti dalam menjalankan produksi. Bekerja dalam
tim inti namun meiliki tempat yang flesibel dalam bekerja.
E. Aspek Lingkungan
1. Lokasi
Gambar 2.29 Letak Hias Rias Organizer
(Sumber : Google, 2014)
2. Geografis
Terletak di Jalan Dili No 743 Blok M Mega Cinere. Hias Rias
WO terletak di tengah-tengah pemukiman warga, dan jauh dari jalan
raya tapi mudah untuk ditemukan.
106
3. Lingkungan
a. Faktor Cahaya Alami
Bangunan dari Hias Rias Wedding Organizer
mendapatkan pencahayaan alami yang cukup baik. Dimana
terdapat jendela yang memberikan pencahayaan secara penuh
ke area kerja.
b. Faktor Udara
Bangunan dari Hias Rias Wedding Organizer
mendapatkan penghawaan alami yang penuh apabila pintu dan
jendela dibuka.
c. Faktor Kebisingan
Bangunan dari Hias Rias Wedding Organizer berada
jauh dari jalan raya, sehingga aktivitas di dalam pun tidak
terganggu dengan kebisingan kendaraan di jalan raya.
4. Aspek Bangunan
a. Arsitektur
Arsitektur Hias Rias merupakan rumah tinggal yang
dijadikan sebagai ruang kantor dan produksi, dengan bangunan
minimalis yang terdiri dari 2 lantai. Dengan dominan warna-
warna natural seperti warna abu-abu dan putih.
b. Interior
Interior Has Rias merupakan interior minimalis, dengan
furnitur yang sederhana. Dengan garis-garis lurus. Menggunkan
keramik sebagai pelapis lantai dengan permainan up ceiling dan
cornice terbuat dari kayu.
5. Program Ruang
Berikut ialah struktur organisasi ruang pada Hias Rias Wedding
Organizer.
107
Gambar 2.30 Program Ruang Hias Rias Wedding Organizer Lantai 1
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014)
Gambar 2.31 Program Ruang Hias Rias Wedding Organizer Lantai 2
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014)
6. Fisika Bangunan
a. Pencahayaan
Hias Rias WO mendapatkan pencahayaan alami yang full
pada saat pagi hingga sore hari, sehingga pada saat itu tidak butuh
menyalakan lampu.
Hias Rias WO hanya menggunakan pencahayaan buatan
di saat malam hari. Pencahayaan buatan yang digunakan adalah
lampu downlight.
108
b. Penghawaan
Hias Rias WO mendapatkan penghawaan alami yang baik
apabila pintu dan jendela dibuka, sehingga saat itu penghawaan
buatan tidak perlu digunakan.
Hias Rias WO tidak terlalu membutuhkan penghawaan
buatan. Penghawaan buatan yang digunakan adalah AC split.
c. Akustik
Hias Rias WO tidak memiliki area yang menggunakan
akustik, karena bangunannya merupakan bangunan asli rumah
tinggal.
7. Sistem Keamanan & Keselamatan
a. Sistem Pengamanan Kebakaran
Hias Rias WO meletakkan fire extinguisher dan fire
hydrant pada tempat yang rawan kebakaran dan letaknya
mudah dijangkau.
b. Sistem CCTV
Hias Rias WO sama sekali tidak meletakkan CCTV.
2.7.6 The Custom Photo
Gambar 2.32 Gedung The Custom
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014)
109
The Custom berdiri pada tahun 2008. Diberi nama The Custom karena
konsep dari photography ini adalah mengikuti kemauan klien secara detail,
karena klien bisa mengcustomize sendiri apa yang mereka inginkan. Selain
memotret, mereka juga bertindak sebagai konsultan fotografi karena mereka
juga memberi ide-ide kepada klien. Klien dari The Custom ini sendiri juga lebih
banyak orang-orang terkenal.
Cara kerja dari The Custom adalah membagi menjadi 2 tim. Dimana 1
tim mobile menemani dan mengikuti kedua calon pengantin. Sedangkan tim
kedua tinggal di tempat pemotretan untuk mengurus dekorasi, setting foto, dan
lain-lain. The Custom juga memiliki keyakinan bahwa mereka bekerja dalam
bidang jasa yang bekerja 25 jam 8 hari, yang berarti mereka melayani klien
tanpa batasan waktu. Selama mereka tidak mempunyai janji dengan klien lain,
mereka akan melayani klien tersebut walaupun memberikan jam dan lokasi
secara mendadak.
The Custom pada awalnya berada di Kemang 1 tepatnya di sebelah Little
Baghdad. Mereka memutuskan untuk pindah ke Jalan Kemang Timur dimana
daerah tersebut tidak terlalu ramai. The Custom memilih menempatkan kantor
mereka di Kemang karena target pasar mereka adalah anak muda yang akan
menikah.
Pada The Custom yang berada di kemang Timur ini mereka tidak
memiliki studio, melainkan hanya kantor dan tempat showroom saja. Seluruh
property untuk foto ditempatkan di kantor pusat mereka. The Custom juga tidak
memiliki studio foto, karena klien lebih sering memilih untuk melakukan
pemotretan di outdoor. Ketika ada permintaan klien untuk foto indoor, maka The
Custom akan menyewa studio foto yang lengkap settingnya.
The Custom juga memberikan souvenir yang unik kepada setiap klien.
Bukan hanya memberikan foto album atau foto yang di print dan diberi frame
saja, melainkan mereka juga melayani pembuatan souvenir seperti side table,
koper, sampai coffeetable yang dikonsepkan seperti foto pre wedding klien
tersebut. Pada souvenir tersebut juga ada ebberapa yang dimasukkan undangan
110
pernikahan dan lain-lain, sehingga kenangan akan hari pernikahan klien selalu
diingat.
Karena kerja The Custom yang professional, maka mereka mulai dikenal
menjadi salah satu penyedia jasa foto yang sangat baik. Mereka pun tidak perlu
menyebarluaskan tentang pekerjaan mereka, karena saat ini klien yang mencari-
cari dan menghubungi mereka terlebih dahulu.
A. Jam Operasional
Senin – Jumat : 10.00 – 19.00
Sabtu : 10.00 – 20.00
B. Pelayanan & Produk
Pelayanan yang diberikan oleh The Custom terdiri dari :
1. Foto pre wedding
2. Foto hari pernikahan
3. Pembuatan album foto
4. Pembuatan souvenir
5. Konsultan Fotografi
6.
C. Struktur Organisasi
Bagan 2.7 Struktur Organisasi The Custom
(sumber : Dokumen Pribadi)
111
D. Deskripsi Pekerjaan
• Kepala Direksi : Bertanggung jawab terhadap operasional perusahaan
khususnya dalam hubungan dengan pihak ekstern perusahaan
• General Manager : Bertanggung jawab atas implementasi kebijakan
perusahaan dan memastikan berjalannya peraturan perusahaan serta
kesesuaiannya dengan objektif dan strategi perusahaan sesuai target
bisnis perusahaan secara menyeluruh
• Branch Manager : mengelola dan mengawasi seluruh aktifitas dalam
lingkup di kantor cabang.
• Keuangan : Mengatur keuangan dalam perusahaan seperti
pembayaran, dan paket-paket yang di sediakan.
• Marketing : Merencanakan, mengontrol proses penjualan dan
pemasaran untuk mencapai target penjualan dan mengembangkan
pasar secara efektif dan efisian.
• Produksi : Menjalankan produksi seperti bekerja dengan vendor
dalam pembuatan album foto dan lain-lain dalam produksi terdapat
photographer dan editor.
E. Aspek Lingkungan
1. Lokasi
Gambar 2.33 Letak The Custom
(Sumber : Google, 2014)
112
2. Geografis
Terletak di Jalan Kemang Timur Raya nomor 4 A Jakarta
Selatan. Letak dari The Custom ini berada di pinggir jalan sehingga
mudah untuk ditemukan
3. Lingkungan
a. Faktor Cahaya Alami
Bangunan dari The Custom mendapatkan pencahayaan
alami yang cukup baik. Dimana sebagian besar dari gedung
merupakan jendela yang memberikan pencahayaan secara penuh
ke area kerja.
b. Faktor Udara
Bangunan dari The Custom tidak mendapatkan
penghawaan alami karena pintu selalu tertutup dan tidak
mempunyai area terbuka.
c. Faktor Kebisingan
Bangunan dari The Custom berada di pinggir jalan raya
sehingga terkadang mendapatkan kebisingan dari padatnya
lalu lintas.
4. Aspek Bangunan
a. Arsitektur
Arsitektur The Custom terdiri dari 2 lantai bergaya
minimalis dengan sedikit permainan dinding dengan warna
dominan putih. Pada area pintu masuk menggunakan pintu
kaca yang di berikan stiker black out untuk menghalangi
pandangan melihat secara langsung kedalam ruangan. Stiker
yang digunakan berwarna ungu sesuai dengan karakter the
Custom
113
b. Interior
Interior nya menggunkan dominan warna putih yang
meberi kesan bersih pada ruangan, serta tidak lpa dengan
warna ungu yang di aplikasikan pada sofa. Terdapat bingkai-
bingkai foto yang cukup banyak pada ruangan sebagai elemen
aksesoris. Furniture yang digunakan menggunakan garis lurus
tanpa detail-detail yang berlebihan. Menggunakan keramik
sebagai pelapis lantai pada keseluruhan ruang.
5. Program Ruang
Gambar 2.34 Program Ruang The Custom
(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2014)
6. Fisika Bangunan
a. Pencahayaan
Bangunan dari The Custom mendapatkan pencahayaan
alami yang cukup baik. Dimana sebagian besar dari gedung
114
merupakan jendela yang memberikan pencahayaan secara penuh
ke area kerja.
Pencahayaan Buatan
The Custom hanya menggunakan pencahayaan buatan di
saat malam hari. Pencahayaan buatan yang digunakan adalah
lampu downlight.
b. Penghawaan
Bangunan dari The Custom tidak mendapatkan
penghawaan alami karena pintu selalu tertutup dan tidak
mempunyai area terbuka.
The Custom membutuhkan penghawaan buatan secara
keseluruhan. Penghawaan buatan yang digunakan adalah AC
split.
c. Akustik
The Custom tidak menggunakan akustik pada seluruh
areanya.
7. Sistem Keamanan & Keselamatan
a. Sistem Pengamanan Kebakaran
The Custom meletakkan fire extinguisher dan fire
hydrant pada tempat yang rawan kebakaran dan letaknya
mudah dijangkau.
b. Sistem CCTV
The Custom sama sekali tidak meletakkan CCTV.
Top Related