7
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Status Gizi
2.1.1. Pengertian Status Gizi
Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi
yang mempunyai nilai sangat penting tergantung dari macam-macam bahan
makanannya yang berguna untuk proses pemeliharaan, proses pertumbuhan dan
perkembangan maupun untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik
sehari-hari (Marsetyo dan Kartasapoetra, 1995). Makanan yang dikonsumsi
manusia harus memiliki kualitas gizi yang baik agar dapat bermanfaat maksimal
bagi tubuh. Menurut Djoko Pekik Irianto (2007) berbagai zat gizi yang diperlukan
tubuh tersebut dapat digolongkan menjadi enam macam yaitu: Karbohidrat,
Protein, Lemak, Vitamin, Mineral, dan air. Marsetyo dan Kartasapoetra (1995)
menyatakan bahwa kadar zat gizi pada setiap bahan makanan tidak sama, ada
yang tinggi ada juga yang rendah. Selanjutnya diantara beragam jenis bahan
makanan yang tersedia di alam ada yang kaya dengan satu jenis zat gizi, ada pula
yang lebih dari satu jenis zat gizi. Kemajuan ilmu dan teknologi dalam bidang
kimia, telah berhasil mengungkapkan kandungan zat gizi di dalam berbagai jenis
bahan makanan. Dengan memperhatikan pola makan empat sehat lima sempurna,
setiap bahan makanan akan saling melengkapi dalam hal kandungan zat gizinya
yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia, sehingga mampu menjamin
pertumbuhan dan perkembangan fisiknya, termasuk kebutuhan energi guna
melaksanakan kegiatan sehari-hari.
7
8
Soekirman (2000) menyatakan bahwa status gizi adalah cukupnya zat gizi
yang dikonsumsi sesuai dengan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Beliau
menambahkan bahwa status gizi berhubungan dengan sel-sel tubuh dengan
penggantian zat-zat makanan. Atau bisa dikatakan bahwa status gizi merupakan
keadaan kesehatan seseorang sebagai gambaran konsumsi zat makanan yang
dimasukkan dalam tubuh dan penggunaannya oleh tubuh. Djoko Pekik Irianto
(2007) menambahkan bahwa status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Atau dapat dikatakan bahwa status
gizi merupakan indikator baik buruknya penyediaan makanan sehari-hari. Hal ini
senada dengan pendapat Suhardjo (2008) yang menyatakan bahwa status gizi
sebagai suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh penyerapan dan penggunaan
makanan. Asupan gizi bagi anak yang kurang diperhatikan dapat mempengaruhi
perkembangan kemampuan motorik yang kurang optimal. Dalam penelitian
Samudi (2004) analisa Bivariat menunjukan variable skor z pada indeks Berat
badan/ Umur (BB/U)mempunyai hubungan bermakna terhadap tingkat
kemampuan motorik. Dari analisa tersebut disimpulkan bahwa status gizi
mempunyai hubungan yang bermakna terhadap tingkat kemampuan motorik anak
(http://www.fkm.undip.ac.id). Menurut Djoko Pekik (2007) prestasi yang optimal
seorang olahragawan didukung oleh keadaan status gizi yang optimal pula.
Sehingga perlu adanya perencanaan status gizi yang meliputi perbaikan,
pemeliharaan, maupun pemulihan status gizi seorang olahragawan.Berdasarkan
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa status gizi adalah keadaan
kesehatan tubuh seseorang sebagai pencerminan konsumsi zat makanan dan
penggunaannya oleh tubuh serta kesesuaian gizi yang dikonsumsi dengan zat gizi
9
yang dibutuhkan oleh tubuh. Jika seorang anak memiliki status gizi yang baik
memungkinkan anak akan selalu bersemangat dalam mengikuti berbagai aktifitas
sehari-hari. Dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia sekolah
dasar merupakan masa bagi seorang anak yang sangat aktif untuk melakukan
aktifitas fisik khususnya dalam aktifitas bermain. Mereka tidak bisa tinggal diam
dan selalu bergerak setiap ada rangsangan dari sekelilingnya.
Anak selalu ingin mengetahui dan mencoba sesuatu yang dilihatnya.
Dengan demikian anak usia sekolah dasar memerlukan gizi yang cukup agar
memiliki tingkat status gizi yang baik. Anak yang status gizinya baik akan
memiliki daya tahan yang baik pula, sehingga memungkinkan anak untuk selalu
aktif dalam melaksanakan tugas geraknya. Hal tersebut menjadikan anak memiliki
pengalaman gerak yang luas yang akan mempengaruhi perkembangan
motoriknya. Begitu pula buruknya status gizi pada anak dapat mengakibatkan
perkembangan motorik anak yang tidak optimal.
2.1.2. Pengukuran Status Gizi
Kita mengenal beberapa cara pengukuran status gizi anak seperti dengan
metode anthropometric, pemeriksaan klinik dan pemeriksaan laboratorik. Di
antara ketiganya, pengukuran anthropometri relatif paling sederhana, mudah,
murah dan banyak dilakukan. Pengukuran klinik biasanya dilakukan oleh dokter
untuk melihat adanya kelainan organ tubuh akibat KEP, misalnya adanya oedeem,
perubahan warna dan sifat rambut, kelainan kulit dan sebagainya. Pengukuran
laboratorik dilakukan pemeriksaan darah dan urine untuk mengetahui adanya
10
kelainan kimiawi darah dan urine akibat keperawatan (KEP). Menurut Soekirman
(2000), beberapa cara pengukuran status gizi adalah sebagai berikut :
1. Pengukuran anthropometri
Pengukuran tubuh manusia dengan anthropometric dipelopori oleh antropolog
Amerika Serikat bernama Ales Hrdlicka (1869-1943).
Dalam anthropometric dapat dilakukan beberapa macam pengukuran, yaitu
pengukuran terhadap berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan
sebagainya. Dari beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan dan
lingkar lengan sesuai dengan usia adalah yang paling sering dilakukan dalam
survei gizi. Untuk keperluan perorangan di keluarga, pengukuran berat badan
(BB) dan tinggi badan (TB) adalah yang paling dikenal. Untuk mengetahui
tingkat status gizi seorang baik tinggi, normal atau rendah, harus dibandingkan
dengan standar internasional yang ditetapkan oleh (WHO). BB terhadap TB,
LLA terhadap TB (QUAC Stick = Quacker Arm Circumference measuring),
lain-lain LLA dibandingkan dengan standar/ buku, lipatan kuulit pada trisep,
subscapular, abdominal dibandingkan dengan buku.. Kemudian hasil
pengukuran antropometrik tersebut debandingkan dengan suatu buku tertentu,
misalnya buku Harvard, NCHS, atau buku nasional. Disamping itu masi ada
ukuran antropometrik lainnya yang dipake khusus pada kasus-kasus dengan
kelainan bawaan antara lain adalah : Lingkaran dada,lingkaran perut dan
lingkaran perut. Panjang jarak antara 2 titik tubuh, seperti biakrominal untuk
lebar bahu, bitrokanterik untuk lebar pinggul, bitemporal untuk lebar kepala
dll.
11
2. Ukuran antropometrik yang lain
Ukuran antropometrik yang lain, di manfaatkan untuk menilai perawakan
(somatotype),Menurut Hippocrates. perawakan tinggi kurus, Habitus
apoplekticus perawakan gemuk pendek. Menurut Kretschmer terdapat 3 jenis
perawakan yaitu : piknikus atletikus,astenikus. Menurut Sheldon. endomorfi,
mesomorfi, ektomorfi untuk perawakan yang sesuai dengan klasifikasi dari
Kretschmer. Penilaian mengenai jenis perawakan pada mulanya digunakan
untuk meramalkan sifat (karakter) dan kepekaan terhadap beberapa penyakit,
pada anak jenis perawakan tersebut pada kasus tertentu perlu diperhitungkan,
walaupun tidak terlalu berpengaruh..gejala /tanda pada pemeriksaan fisik
a. Keseluruan fisik dilihat bentuk tubuh, perbandingan bagian kepala, tubuh
dan anggota juga dipehatikan apakah ada edema atau tidak.
b. Jaringan otot pertumbuhan otot diperiksa pada lengan atas, pantat dan paha
dengan cara cubitan tebal.
c. Jaringan lemak jaringan ini diperiksa pada kulit dibawah triseps dan
subkapular dengan cara cubitan tipis.
d. Rambut pada rambut yang diperiksa adalah pertumbuhannya warna
diameter (tebal/tipis) sifat (keriting/lurus) dan akar rambut (mudah
dicabut/tidak).
Gambar 2.1 Status Gizi Antrometri
12
3. Buku patokan
Pola tumbuh kembang anak menunjukan variasi normal yang luas,sehingga
perlu cara dan istilah statistic untuk menilainya.terdapat 3 macam cara untuk
menunjukan suatu variasi normal .Yang pada umumnya disusun dalam bentuk
tabel/dalam kartu pertumbuhan(growth chart), yaitu :
a. Mengunakan Mean dan SD
Mean adalah nilai rata-rata ukuran anak yang dianggap normal,dengan cara
ini seorang anak dapat ditentukan posisinya yaitu : Mean ± 1 SD
mencangkup 66,6%.Mean ± 2 SD mencangkup 95%. Mean ± 3 SD
mencanngkup 97,7%.
b. Menggunakan persentil
Besarnya persentil menunjukan posisi suatu hasil pengukuran dalam urutan
yang khas,yaitu dari yang terkecil sampai yang terbesar,dari 100 hasil
pengukuran (100%) persentil ke 10 berarti bahwa anak tersebut berada pada
posisi anak ke 10 dari bawah, dimana 9 anak lebih kecil darinya dan 90 anak
lebih besar darinya.sedangkan persentil ke 50 berarti bahwa anak tersebut
berada pada urutan ke 50,sehingga jumlah yang sama berada dibawah dan
diatasnya.
c. Mengunakan persentasi
Besarnya variasi normal berada diantara persentasi tertentu, terhadap suatu
nilai patokan yang dianggap 100%. Misalnya pada lokakarya Antropometri
Gizi Dep,1975 bahwa : Nilai 100% untuk berat adalah nilai persentil ke 50
dari buku Harvard.Variasi normal berada antara 80-110%.
13
4. Interpretasi hasil pemeriksaan
Proses pertumbuhan kembang lebih banyak dinilai pada pemeriksaan
antropometrik secara berkala. Anak yang normal mengikuti kurva
pertumbuhan secara mantap.suatu penyimpangan dari arah kurva yang
normal.Adalah suatu indikator terhadap kelainan akibat penyakit/hormonal/gizi
kurang. Penyimpangan menuju kebawah/lintas sentil ke bawah/downward
centile crossing untuk berat badan ,adalah indikator gagal tumbuh(failure to
thrive),yaitu jika BB terhadap TB kurang dari persentil ke 10 dalam 56 hari
untuk bayi kurang dari 5 bulan,atau selama 3 bulan untuk bayi yang lebih
tua,penyimpangan menuju keatas/lintas sentil keatas/upward centile crossing
merupakan tanda baik keadaan kejar tumbuh (catch up growth).
Indikator yang sering digunakan untuk mengetahui status gizi ada 3
macam, yaitu berat badan menurut umur yang disimbulkan dengan Berat
badan/ umur BB/U, tinggi badan menurut umur disimbulkan dengan TB/U dan
kombinasi BB dan TB yang disimbulkan dengan BB/TB. Indikator BB/U
menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah
berubah, tetapi indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan selain
dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indikator TB/U
menggambarkan status gizi masa lalu, sedangkan indikator BB/TB
menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini.
5. Indikator Berat badan/ Umur (BB/U)
Status gizi dapat diketahui dengan melihat berat badan menurut umur,
kemudian dibandingkan dengan standar WHO. Kemungkinan yang terjadi
adalah lebih rendah, lebih tinggi atau normal. BB/U normal, digolongkan pada
14
status gizi baik, BB/U lebih rendah berarti status gizi kurang atau buruk, BB/U
tinggi berarti status gizi lebih. Status gizi kurang yang diukur dengan indikator
BB/U dikelompokkan menjadi berat badan rendah (BBR). Menurut tingkat
keparahannya, BBR dibedakan menjadi ringan (mild), sedang (moderate) dan
berat (severe). BBR tingkat berat atau sangat berat sering disebut dengan status
gizi buruk. Di masyarakat gizi buruk pada orang dewasa disebut HO sedangkan
pada anak-anak disebut marasmus dan kwashiorkor. Kelebihan indikator BB/U
dalam penentuan status gizi di adalah mudah dan cepat dimengerti oleh
masyarakat umum, sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka
waktu pendek dan dapat mendeteksi kegemukan.
6. Indikator Tinggi badan/ Umur (TB/U)
Indikator TB/U dipakai untuk mengukur status gizi anak balita umur 0-24
bulan yang pengukurannya dilakukan dengan terlentang (tidak berdiri). Hasil
pengukuran dapat digolongkan menjadi TBnya normal, kurang dan tinggi
setelah dibandingkan dengan standar WHO. TB/U kurang disebut pendek tak
sesuai umurnya (PTSU). Hasil pengukuran TB/U menggambarkan status gizi
masa lalu, seorang yang tergolong PTSU kemungkinan keadaan gizi masa lalu
tidak baik. Indikator TB/U dapat digunakan untuk menggambarkan riwayat
keadaan gizi masa lalu dan dapat dijadikan indikator keadaan sosial ekonomi
penduduk.
7. Indikator Berat badan/ Tinggi badan (BB/TB)
BB/TB merupakan indikator pengukuran antropometric yang paling baik,
karena dapat meggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan
spesifik. Berat badan berkorelasi linier dengan tinggi badan, artinya
15
perkembangan berat badan akan diikuti oleh pertambahan tinggi badan. Oleh
karena itu, berat badan yang normal akan proporsional dengan tinggi badannya.
Indikator BB/U dipakai di dalam kartu menuju sehat (KMS) untuk
memantau pertumbuhan anak secara perorangan. Indikator ini digunakan
karena relatif lebih mudah dalam menentukan status gizi balita. Kartu Menuju
Sehat yang digunakan di posyandu pada dasarnya adalah penerapan
Pengukuran status gizi anak balita. Kartu menuju sehat adalah alat yang
sederhana dan murah yang digunakan untuk memantau pertumbuhan anak dan
harus selalu dibawa setiap mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan
kesehatan termasuk bidan dan dokter (Depkes, 2001).
Keadaan status gizi merupakan bagian dari pertumbuhan anak,pada
pemeriksaan dilapangan dipakai cara penilaian yang disepakati bersama untuk
keseragaman baik dalam caranya maupun baku patokan yang menjadi bahan
perbandingannya,sedangkan dalam klinik atau dalam menangani suatu kasus
tidak cukup,hanya berdasarkan fisik dan pemeriksaan penunjang
lainnya.sehingga kita dapat mendeteksi secara dini adanya kelainan/gangguan
pertumbuhan,selanjutnya mencari penyebabnya dan mengusahakan
pemulihannya.
2.1.3. Klasifikasi status gizi.
Standar baku antropometri yang paling banyak digunakan adalah standar
baku Harvard dan standar baku WHO-NCHS. Persatuan Ahli Gizi Indonesia
(PERSAGI) pada tanggal 19 Januari 2000 menetapkan bahwa penilaian status gizi
berdasarkan indeks BB/U (Berat Badan per Umur), TB/U (Tinggi Badan per
16
Umur), dan BB/TB (Berat Badan per Tinggi Badan) di sepakati penggunaan
istilah status gizi dan baku antropometri yang dipakai dengan menggunakan Z-
score dan baku rujukan WHO-NCHS (WNPG VII, 2004). Untuk menentukan
klasifikasi status gizi digunakan Z-score (simpang baku) sebagai batas ambang.
Kategori dengan klasifikasi status gizi berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau
BB/TB dibagi menjadi 3 golongan dengan batas ambang. Pertimbangan dalam
menetapkan cut off point status gizi didasarkan pada asumsi resiko kesehatan :
1. Antara -2SD sampai +2SD tidak memiliki atau beresiko paling ringan untuk
menderita masalah kesehatan
2. Antara -2SD sampai -3SD atau antara +2SD sampai +3SD memiliki resiko
cukup tinggi untuk menderita masalah kesehatan
3. Di bawah -3SD atau diatas +2SD memiliki resiko tinggi untuk menderita
masalah kesehatan.
Klasifikasi dan penentuan status gizi berdasarkan antropometri yaitu :
1. Gizi lebih : overweight dan obesity
2. Gizi baik : wellnourished
3. Gizi kurang : underweight (mild dan moderate malnutrition)
4. Gizi buruk : severe malnutrition (marasmus, kwashiorkor dan marasmic
kwasiokor)
Menurut buku pedoman pemantauan status gizi (PSG) melalui posyandu,
Depkes RI (2010) indeks dan baki rujukan yang digunakan dalam pengolahan data
adalah indeks BB menurut umur dengan menggunakan baku rujukan antropometri
WHO-NCHS, dengan menentukan 4 kategori sebagai berikut:
1. Gizi baik : ≥ 80% terhadap bakuan median.
17
2. Gizi sedang : 70-79,9% terhadap bakuan median.
3. Gizi kurang : 60-69,9% terhadap bakuan median.
4. Gizi buruk : < 60%terhadap bakuan median (Soegianto, 2007).
Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan
normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan
KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini,
sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat
sebelum masalahnya lebih berat KMS di Indonesia telah digunakan sejak tahun
1970-an, sebagai sarana utama kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan
pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari:
1. Penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan berat badan
setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status pertumbuhan berdasarkan
hasil penimbangan berat badan.
2. Menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut hasil
pemantauan pertumbuhan biasanya berupa konseling, pemberian makanan
tambahan, pemberian suplementasi gizi dan rujukan.
Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat yang sederhana
dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan
anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus
selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan
kesehatan, termasuk bidan dan dokter. KMS-Balita menjadi alat yang sangat
bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar
tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak.
Fungsi utama KMS ada 4, yaitu;
18
1. Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak. Pada KMS dicantumkan
grafik pertumbuhan normal anak, yang dapat digunakan untuk menentukan
apakah seorang anak tumbuh normal, atau mengalami gangguan pertumbuhan.
Bila grafik berat badan anakmengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya
anak tumbuh normal, kecil risiko anak untuk mengalami gangguan
pertumbuhan. Sebaliknya bila grafik berat badan tidak sesuai dengan grafik
pertumbuhan, anak kemungkinan berisiko mengalami gangguan pertumbuhan.
2. Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat riwayat
pelayanan kesehatan dasar anak terutama berat badan anak, pemberian kapsul
vitamin A, pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan dan imunisasi.
3. Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar
perawatan anak seperti pemberian makanan anak, perawatan anak bila
menderita diare
Gambar 2.2. KMS Laki-laki dan Perempuan.
19
Gambar 2.3 KMS Cara membaca KMS
Cara membaca KMS
a. Isikan bulan lahir anak pada 0 bulan lahir
b. Tulis semua kolom bulan penimbangan berikutnya secara berurutan.
c. Tulis bulan saat penimbangan pada kolom sesuai umurnya.
d. Tulis semua kolom bulan penimbangan berikutnya secara berurutan.
• Tulis berat badan di bawah kolom bulan saat penimbangan
20
• Letakkan titik berat badan pada titik temu garis tegak (umur) dan garis
datar (berat badan).
• Hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu. Jika bulan
sebelumnya anak ditimbang, hubungkan titik berat badan bulan lalu
dengan bulan ini dalam bentuk garis lurus
• Jika anak bulan lalu tidak ditimbang, maka garis pertumbuhan tidak
dapat dihubungkan.
4. Menentukan Status Pertumbuhan anak
Status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan 2 cara yaitu dengan
menilai garis pertumbuhannya, atau dengan menghitung kenaikan berat badan
anak dibandingkan dengan Kenaikan Berat Badan Minimum (KBM).
Kesimpulan dari penentuan status pertumbuhan adalah :
Gambar 2.4 KMS
21
Contoh diatas menggambarkan status pertumbuhan berdasarkan grafik
pertumbuhan anak dalam KMS: Catat setiap kejadian kesakitan yang dialami
anak. Contoh :
a. TIDAK NAIK (T); grafik berat badan memotong garis pertumbuhan
dibawahnya; kenaikan berat badan < KBM (<800 g)
b. NAIK (N), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan diatasnya;
kenaikan berat badan > KBM (>900 g)
c. NAIK (N), grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhannya; kenaikan
berat badan > KBM (>500 g)
d. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan mendatar; kenaikan berat badan <
KBM (<400 g)
e. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan menurun; grafik berat badan < KBM
(<300g)
2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi
Adapun faktor yang berhubungan dengan Status Gizi
1. Umur; Kebutuhan energi individu disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, dan
tingkat aktivitas.
2. Frekuensi Makan; Frekuensi konsumsi makanan dapat menggambarkan berapa
banyak makanan yang dikonsumsi seseorang.
3. Asupan Makanan; Kebutuhan nutrient tertinggi per kg berat badan dalam
siklus daur kehidupan adalah pada masa bayi dimana kecepatan tertinggi dalam
pertumbuhan dan metabolism terjadi pada masa ini (Kusharisupeni,2007).
Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan
potensi genetik yang dimilikinya. Akan tetapi asupan zat gizi yang dikonsumsi
dalam bentuk makanan akan mempengaruhi pertumbuhan anak. Kekurangan
zat gizi akan dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang menyimpang
22
dari standar (Khomsan,2004). Apabila anak balita intake makanannya tidak
cukup maka daya tahan tubuhnya akan menurun sehingga akan mengalami
kurang gizi dan mudah terserang penyakit infeksi. Selama masa pertumbuhan
balita memerlukan asupan energi dan protein. Protein diperlukan oleh anak
balita untuk pemeliharaan jaringan, perubahan komposisi tubuh dan
pertumbuhan jaringan baru (Robberts,et.al, 2005).
4. Penyakit Infeksi; Hubungan antara gizi kurang dan penyakit infeksi sangat
komplek. Disatu sisi kekebalan tubuh anak terhadap infeksi akan berkurang
apabila anak menderita gizi kurang. Contohnya adalah anak yang gizi kurang
selanjutnya dapat menderita penyakit pneumonia atau penyakit infeksi lainnya
sedangkan disisi lain penyakit infeksi sangat mempengaruhi status gizi anak
(Kartasapoetra, 2008). Penyakit infeksi dapat menyebabkan kehilangan nafsu
makan sehingga terjadi kekurangan gizi secara langsung. Pada anak umur 12
sampai 36 bulan khususnya mempunyai resiko penyakit infeksi
seperti gastroenteritis dan campak (WHO, 2004).
5. Pola Asuh; Pola asuh anak merupakan kemampuan keluarga dan masyarakat
untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat
tumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya baik fisik, mental dan sosial
berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya
dengan anak, memberikan makan, merawat kebersihan, dan memberi kasih
sayang. Pola asuh gizi merupakan bagian dari pola asuh anak yaitu praktik di
rumah tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan
kesehatan serta sumber lainnya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan
perkembangan anak (Zeitlin dalam WNPG VII, 2004).
23
6. Tingkat Pendidikan; Pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan
pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka sangat
diharapkan semakin tinggi pula pengetahuan orang tersebut mengenai gizi
dan kesehatan .
7. Pengetahuan; Tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi tingkat
pengetahuannya akan gizi. rendah-tingginya pendidikan seseorang juga turut
menentukan mudah tidaknya orang tersebut dalam menyerap dan memahami
pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Berdasarkan hal ini, kita dapat
menentukan metode penyuluhan gizi yang tepat. Di samping itu, dilihat dari
segi kepentingan gizi keluarga, pendidikan itu sendiri amat diperlukan agar
seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga dan
dapat mengambil tindakan
8. Pekerjaan; Pekerjaan yang berhubungan dengan pendapatan merupakan faktor
yang paling menentukan tentang kuantitas dan kualitas makanan.Ada
hubungan yang erat antara pendapatan yang meningkat dan gizi yang didorong
oleh pengaruh menguntungkan dari pendapatan yang meningkat bagi perbaikan
kesehatan dan masalah keluarga lainnya yang berkaitan dengan keadaan gizi.
9. Jumlah Anak; Urutan kelahiran merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
pada pola pertumbuhan anak balita dalam satu keluarga. Anak yang terlalu
banyak selain menyulitkan dalam mengurusnya juga kurang bisa menciptakan
suasana tenang di dalam rumah. Lingkungan keluarga yang selalu rebut akan
mempengaruhi ketenangan jiwa, dan ini secara langsung akan menurunkan
nafsu makan anggota keluarga lain yang terlau peka terhadap suasana yang
kurang mengenakkan (Apriadji, 2011). Menurut Berg rumah tangga yang
24
mempunyai anggota keluarga besar beresiko mengalami kelaparan 4 kali lebih
besar dari rumah tangga yang anggotanya kecil dan beresiko menderita gizi
kurang pada anak- anak 5 kali lebih besar. sedangkan Amos (2000) melaporkan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak dengan status
gizi.Semakin banyak jumlah anak semakin besar resiko menderita kurang
energi protein (OR=1,12) (Arisman, 2007).
10. Sanitasi Air Bersih; Kurang energi protein merupakan masalah kesehatan
terutama di Negara berkembang. Ketersediaan air bersih, sanitasi
dan hygiene member dampak pada penyakit infeksi khususnya penyakit diare.
Ketersediaan air bersih merupakan upaya pencegahan yang berkaitan dengan
status gizi. Ketersediaan air bersih sangat berhubungan dengan kejadian kurang
energy protein khususnya pada anak balita (WHO,
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi
baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi
yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat
setinggi mungkin. Gizi kurang merupakan suatu keadaan yang terjadi akibat tidak
terpenuhinya asupan makanan. Gizi kurang dapat terjadi karena seseorang
mengalami kekurangan salah satu zat gizi atau lebih di dalam tubuh (Almatsier,
2004). Akibat yang terjadi apabila kekurangan gizi antara lain menurunnya
kekebalan tubuh (mudah terkena penyakit infeksi), terjadinya gangguan dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan, kekurangan energi yang dapat
menurunkan produktivitas tenaga kerja, dan sulitnya seseorang dalam menerima
pendidikan dan pengetahuan mengenai gizi (Achmad djaeni, 2008).
25
Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi yang banyak dihadapi oleh
negara-negara yang sedang berkembang. Hal ini dapat terjadi karena tingkat
pendidikan yang rendah, pengetahuan yang kurang mengenai gizi dan perilaku
belum sadar akan status gizi. Contoh masalah kekurangan gizi, antara lain KEP
(Kekurangan Energi Protein), GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium),
Anemia Gizi Besi (AGB) (Apriadji, 2010).Faktor yang menyebabkan gizi kurang
telah diperkenalkan UNICEF dan telah digunakan secara internasional, yang
meliputi beberapa tahapan penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita, baik
penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok masalah. Menurut
Soekirman dalam materi Aksi pangan dan Gizi Nasional (Depkes, 2005),
penyebab kurang gizi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin
diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang
kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik
tetapi karena sering sakit diare atau demam dapat menderita kurang gizi.
Demikian pada anak yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh
akan melemah dan mudah terserang penyakit. Kenyataannya baik makanan
maupun penyakit secara bersama- sama merupakan penyebab kurang gizi.
2. Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan
anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan
adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh
anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola
pengasuhan adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya,
perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang
26
secara optimal baik fisik, mental dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi
lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar
yang terjangkau oleh seluruh anggota keluarga.
2.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Motorik Anak
2.2.1. Pengertian
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupn individu, yang bisa diukur dengan
ukuran berat (gram, pound, kilogram),ukuran panjang (cm, meter), umur tulang
dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam stuktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan
dapat di ramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut
adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan
sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing – masing dapat
memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Memahami pertumbuhan dan perkembangan normal membantu perawat
memperkirakan,mencegah dan mendeteksi penyimpangan dari bentuk yang
diharapkan klien. Perkembangan adalah perubahan bentuk yang dimulai saat
konsepsi dan terus berlanjut sepanjang satu masa masa kehidupan (Santrock,
2007.) bentuk ini termasuk perubahan bioligis, kognitif, dan sosioemosional yang
terjadi selama masa kehidupan individu. Perkembangan bersifat dinamis dan
melibatkan progesivitas dan penurunan. Sebagai contoh perkembangan kognitif,
27
pada usia lanjtu dapat dilihat dari sikap bijaksana dalam mengambil keputusan
karena adanya factor pengalaman, tetapi mereka sulit bertindak seperti orang
muda saat dibutuhkan kecepatan dalam memproses imformasi (Baltes dan
Kunzmann 2004 ; Santrock, 2007.) pertumbuhan mencangkup perubahan fisik
yang terjadi sejak periode prenatal sampai masa dewasa lanjut yang dapat berupa
kemajuan atau kemunduran. Anak yang berusia muda prtumbuhannya lebih cepat
dibanding anak yang lebih tua, dan pada waktu dewasa pertumbuhan tinggi badan
berhenti. Memasuki usia lanjut akan terjadi penurunan tinggi badan yang diikuti
penyusutan tulang dan otot.(Berger, 2005.)
Individu memiliki bentuk pertumbuhan dan perkembangan tertentu.
Kemajuan dalam setiap fase perkembangan akan mempengaruhi kesehatan
individu, keberhasilan atau kegagalan dalam suatu fase akan mempengaruhi
kemampuannya untuk menyelesaikan fase berikutnya. Jika individu mengalami
perkembangan yang berulang, akan terjadi kecacatan sebaliknya, jika individu
mengalami keberhasilan yang berulang, akan meningkatkan kesehatan. Seorang
anak yang belajar berjalan pada usia 20 bulan menunjukan keterlambatan
perkembangan motorik kasar. Seorang anak yang usia 10 bulan yang sudah bisa
berjalan, akan mampu meningkatkan pembelajarannya melalui eksplorasi
lingkungan. Perawat perlu mengambil suatu perspektif masa hidup dari
perkembangan manusia yang menempatkannya dalam perhitungan semua
tingkatan kehidupan. Secara tradisional perkembangan difokuskan pada masa
anak-anak tetapi secara keseluruan perkembangan mencangkup juga perubahan
yang terjadi pada usia dewasa(Elder danShanahan 2006). Perawat juga
28
mempertimbangkan pengaruh budaya dan konteksnya saat mengkaji pertumbuhan
dan perkembangan klien.
Perkembangan adalah perubahan yang dialami individu menunju ke tingkat
kedewasaan atau kematangan (maturation) yang berlangsung secara sistematis,
progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis (Yusuf,
2002). Kemudian menurut Depkes (2005) perkembangan adalah bertambahnya
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar,
gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.
Kemampuan motorik berasal dari bahasa Inggris yaitu Motor Ability. Gerak
(motor) merupakan suatu aktivitas yang sangat penting bagi manusia, karena
dengan gerak manusia dapat meraih sesuatu yang menjadi harapannya. Menurut
Rusli Lutan (1988: 96) kemampuan motorik adalah kapasitas seseorang yang
berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu keterampilan yang dipelajari,
sehingga akan memberi dampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
Kemampuan motorik lebih tepat merupakan kapasitas yang berkaitan dengan
pelaksanaan dan peragaan keterampilan yang relatif melekat pada anak. Faktor
biologis dianggap sebagai kekuatan utama yang berpengaruh terhadap motorik
dasar seseorang. Kemampuan motorik dasar itulah yang kemudian berperan
sebagai landasan bagi perkembangan keterampilan. Kemampuan motorik
mempunyai pengertian yang sama dengan kemampuan gerak dasar, yang
merupakan gambaran umum kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas.
2.2.2. Penilaian Tumbuh dan Perkembangan Anak
Perkembangan fisik motorik secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu:
motorik kasar dan motorik halus. Yang pada prakteknya merupakan dasar dari
29
perkembangan lainnya. Hal ini dikemukakan oleh Catron dan Alen, bermain
menyediakan kerangka kerja untuk anak dalam mengembangkan pemahaman
tentang diri mereka sendiri, orang lain dan lingkungannya. Bermain adalah bagian
dari fungsi kognitif selanjutnya, oleh karenanya bermain sangat diperlukan dalam
kehidupan anak (Catron dan Allen dalam Yuliani Nurani,2009). Lebih lanjut
menyoroti tentang kebutuhan anak akan bermain, tentu saja melibatkan gerakan
motorik. Dengan demikian perkembangan motorik yang baik akan berdampak
pada aspek perkembangan lainnya. Demikian pula sebaliknya, kesempatan yang
luas untuk bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan , aktivitas sensori
motor yang meliputi pengguanaan otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak
untuk memenuhi perkembangaan perseptual motorik ( Catron dan Allen dalam
Yuliani Nurani, 2009).
Meskipun setiap anak adalah unik tetapi perkembangan fisik seorang anak
berlangsung secara teratur dan memiliki pola. Pengamatan atas perkembangan
fisik mengungkapkan bahwa pertumbuhan itu adalah bersifat cephalo-caudal
(proses pertumbuhan dimulai dari kepala hingga kaki) dan juga proximo-distal
(proses pertumbuhan dimulai dari pusat badan ke arah luar), serta perkembangan
motorik kasar akan mulai berkembang terlebih dahulu sebelum motorik halus
berkembang.
Motorik Kasar beberapa pendapat ahli mengenai pengertian motorik kasar
diantaranya adalah:
1. Santrock : gerakan tubuh yang menggunakan otot besar yang dipengaruhi
oleh kematangan anak itu sendiri.
30
2. Gallahue : kemampuan motorik kasar sangat berhubungan dengan kerja otot-
otot besar pada tubuh manusia .
3. Hurlock : motorik kasar adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah
melalui syaraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi. Lebih lanjut Gallahue
menguraikan tentang macam-macam kemampuan motorik kasar yang dapat
dikembangkan pada anak usia dini, meliputi:
4. Lokomotor : Keterampilan motorik kasar melibatkan otot otot besar yang ada
pada tubuh, seperti gerakan tungkai yang digunakan secara keseluruhan oleh
anak-anak untuk berjalan, berlari dan melompat.
5. Non lokomotor: kemampuan yang digunakan tanpa berpindah tempat atau
gerak ditempat. Contoh : meregang, mendorong dan menarik, jalan ditempat,
mengayunkan satu kaki, berdiri dengan satu kaki .
6. Manipulatif : kemampuan yang dikembangkan saat anak sedang menguasai
berbagai macam objek (alat) dan kemampuan ini lebih banyak melibatkan
tangan dan kaki. Contoh : melempar, memukul bola kasti, menendan bola,
menangkap objek, memutar tali atau menggiring bola.
Telah disinggung di atas mengenai perkembangan fisik seorang anak
berlangsung secara teratur dan mengikuti pola yang berurutan (tahap-tahap
perkembangan). Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak
akan terlebih dahulu mampu berdiri sebelum berjalan dan bukan sebaliknya dapat
berjalan kemudian dapat berdiri. Meskipun dalam beberapa kasus ada anak yang
melewati tahapannya, contohnya seorang anak langsung dapat berdiri tanpa
melewati tahap merangkak. Demikian juga perkembangan terjadi lebih dahulu di
31
daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari
yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimadistal).
Tahapan belajar motorik kasar secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tahap Kognitif.
Pada tahap ini anak membutuhkan informasi tentang cara melakukan suatu
gerakan melalui contoh nyata. Tugas guru atau pelatihlah yang sangat berperan
penting dalam hal ini. Pada tahap ini anak sering mengalami kesalahan,
gerakannya masih kaku, dan kurang terkoordinasi.
2. Tahap Asosiatif.
Pada tahap ini anak sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan gerakan yang
telah dipelajarinya. Gerakan yang dihasilkan oleh anak juga sudah mulai
konsisten sehingga kesalahan dalam setiap gerakan mulai berkurang.
3. Tahap otomatis.
Sesudah melewati proses latihan, anak lalu masuk pada tahap otomatis.
Gerakan yang dilakukannya sudah tidak terganggu oleh kegiatan lainya yang
terjadi secara simultan sehingga tingkat kesalahan dalam melakukan gerakan
semakin berkurang.
Perkembangan fisik motorik kasar pada anak usia dini juga dipengaruh oleh
kondisi-kondisi tertentu, yang dapat menjadi pemacu laju perkembangan ataupun
menjadi penghambat perkembangannya tergantung dari kondisi yang dialami
anak.
1. Genetik. Secara fisik, anak akan membawa sifat yang diturunkan dari kedua
orang tuanya secara genetik. Misalnya saja bentuk raut wajah, bentuk tulang
yang menyusun rangka dan lain sebagainya. Kelengkapan fisik dan
32
kekuatannya merupakan faktor akan mendorong perkembangan motorik kasar
ke arah yang positif.
2. Pranatal. Seringkali orang hanya memperhatikan pertumbuhan anak setelah
anak itu dilahirkan, tetapi sebenarnya dapat dimulai jauh sebelum anak
dilahirkan. Dapat berupa upaya pemenuhan gizi yang baik terutama selama
masa kehamilan.
3. Proses kelahiran. Ada kalanya proses kelahiran menjadi faktor penentu dalam
perkembangan fisik motorik anak usia dini terutama di tahap awal
kehidupannya. sebagai contoh anak yang lahir prematur membutuhkan
perhatian lebih dibandingkan anak yang lahir pada usia kehamilan yang
mencukup.
4. Kondisi fisik. Kondisi fisik seseorang memang sedikit banyak membawa
pengaruh bagi kepercayaan dirinya untuk berkembang. Kondisi fisik yang baik
memungkinkan untuk mengembangkan motorik kasar sesuai dengan tahap
perkembangan dan kesiapan anak.
5. Lingkungan. Termasuk didalamnya adalah lingkungan keluarga, teman sebaya,
masyarakat sekitar dan guru. Pengaruhnya sangat signifikan mengingat
lingkungan sangat dekat dan erat serta bersentuhan langsung dengan dunia
anak.Dukungan dari orang-orang terdekat dalam memberikan kesempatan bagi
anak untuk bergerak akan melatih keterampilan motorik anak.
6. Stimulasi. Stimulasi dapat diibaratkan sebagai katalisator perkembangan
apabila diberikan secara tepat sasaran. Stimulasi yang diberikan saat anak telah
memiliki kesiapan akan membantu anak menuntaskan tugas perkembngannya
dengan baik.
33
Dalam tahapan perkembangan fisik motorik, ada hal-hal yang menjadi
kompetensi dan harus dicapai oleh seorang anak menurut usianya. Meski
demikian, hal ini bukanlah harga mati yang menentukan cepat-lambatnya
perkembangan anak. Perlu diingat bahwa setiap anak adalah unik dan kompetensi
yang harus dicapai anak memiliki rentang waktu tertentu. Berikut adalah tabel
perkembangan fisik motorik kasar yang diadaptasi dari Yuliani Nurani Sujiono,
2009.
Tabel 2.1 Perkembangan Sesuai Usia Anak
0-3 tahun 3-4 tahun 5-6 tahun 7-8 tahun
Keterampilan fisik
berkembang dengan cepat
Peningkatan
keterampilan fisik
Melompat dengan
kaki bergantian
Keterampilan fisik
menjadi hal
penting dalam
perkembangan konsep diri
Duduk dan
mereyap merangkak
Mengendarai
sepeda roda tiga
Mengendarai
sepeda roda dua
Bermain skate
Adanya
peningkatain energi yang tinggi
Mulai berjalan dan
berlari
Berlari,
Melompat dengan
dua kaki
Mengambil bagian
di dalam
permainan yang
menuntut keterampilan fisik,
Tingkat
pertumbuhan semakin melambat
Mondar- mandir
naik turun tangga
dengan kaki bergantian
Berjalan pada
balon keseimbangan
Memanjat dengan
peralatan bermain
Melakukan
putaran atau
jungkir balik,
Melakukan
lemparan yang
wajar dan teliti
Motorik kasar disebut-sebut sebagai awal perkembangan fisik motorik anak
usia dini sebelum berkembang ke ranah motorik halus. Hal ini dapat dipahami
34
karena untuk melakukan gerakan motorik halus diperlukan pengendalian terhadap
otot-otot halus pada tangan, terutama jari yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan seperti menggambar, menempel, menggunting dan lain sebagainya.
Pendapat ahli mengenai definisi motorik halus dan terangkum dalam uraian
singkat dibawah ini:
1. Teori John W Santrock
Motorik halus meliputi gerakan-gerakan yang menyesuaikan secara halus
seperti ketangkasan jari.
2. Teori Hurlock
Motorik halus merupakan gerakan yang berkaitan dengan otot-otot halus atau
sebgaian anggota tubuh tertentu, yang dalam pengembangannya dipengaruhi
oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.
Contoh : kemampuan mencoret akan semakin terarah dan memiliki bentuk bila
sering dilatih, menyusun balok akan menunjukkan bentuk bermakna dengan
keluasaan kesempatan belajar dan mengeksplorasi.
3. Teori Magil
Keterampilan motorik halus sebagai sebuah gerakan yang memerlukan kontrol
otot-otot ukuran kecil untuk mencapai tujuan tertentu. Kontrol meliputi
koordinasi mata-tangan ataupun gerakan yang melibatkan tangan dan jari untuk
pekerjaan dengan ketelitian tinggi.
Dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus seperti menggunting,
menempel, bermain puzzle, membuat kolase, bermain dengan plastisin, mewarnai
dan lain-lain, adalah keterampilan membutuhkan ketangkasan jari, tingkat
ketelitian yang tinggi serta melibatkan koordinasi mata dan jari. Dalam
35
pengembangannya diperlukan keluasaan kesempatan untuk belajar dan berlatih
agar dicapai kompetensi di aspek pengembangan motorik halus.
Berlatih untuk mempraktekan keterampilan motorik halus merupakan hal
yang penting dalam mengembangkan keterampilan anak menggunakan otot-otot
halus melakukan gerkan-gerakan motorik halus. Keterampilan tersebut dapat
diperoleh dengan melalui beberapa tahapan perkembangan motorik halus. Dave,
menguraikan tahapan yang dilalui anak sebagai berikut:
1. Tahap Imitasi
Adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana sama persis seperti yang
dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Pada tahap ini guru memberikan contoh
terlebih dahulu, kemudian anak akan meniru.
2. Tahap Manipulasi
Adalah kemampuan anak melakukan kegiatan sederhana berdasarkan petunjuk
yang diberikan guru. Pada tahap ini, guru tidak lagi memberikan contoh
pengerjaan, tetapi cukup dengan memberi instruksi kepada anak usia dini, dan
mereka akan dapat mengerjakan berdasarkan petunjuk (instruksi) tersebut.
3. Tahap Presisi
Adalah kemampuan melakukan kegiatan yang akurat sehingga mampu
menghasilkan produk kerja yang tepat. Sebagai contoh: anak dapat
mengancingkan baju tepat dengan korelasi satu-satu.
4. Tahap Artikulasi
Adalah kemampuan melakukan kegiatan lebih dari satu (kompleks) secara
berurutan sehingga dapat membuahkan hasil kerja yang merupakan suatu
kesatuan yang utuh.
36
Contoh: guru meminta anak untuk menggambar dan mewarnai gambarnya
sendiri sehingga hasil kerjanya merupakan kesatuan gambar yang berwarna
dan memiliki makna.
5. Tahap Naturalisasi
Adalah kemampuan melakukan kegiatan secara refleks (dilakukan dengan
sendirinya) tanpa adanya contoh ataupun petunjuk yang diberikan oleh guru.
Contohnya anak akan segera dengan otomatis tanpa diminta mengikat tali
sepatunya apabila terlepas simpulnya.
Pengembangan keterampilan seperti yang diuraikan di atas dan tahapannya
akan dapat dilewati oleh anak jika mendapat stimulasi yang cukup dari guru dan
orang tua serta lingkungan tempat anak tinggal. Variabel lain yang tidak kalah
penting adalah memberikan kesempatan pada anak untuk belajar dan berlatih.
Belajar dapat pula diartikan mengeksplorasi kemampuan motorik halusnya.
Seringkali kemampuan motorik halus terhambat karena tidak adanya ruang bagi
anak untuk berekspresi. Sebagai contoh saat anak mulai belajar memegang pensil
atau krayon, orang tua sering kawatir si anak akan menjadikan dinding sebagai
media pembelajaran. Atau dalam hal belajar menggunakan gunting, orang tua
sering mengambil alih pekerjaan atas dasar kekawatiran sang buah hati akan
terluka karenanya. Padahal untuk menjadi terampil dibutuhkan banyak latihan.
Agar kedua pihak, dalam hal ini orang tua dan anak, dapat sama-sama terpenuhi
keinginannya maka perlu dilakukan mediasi untuk menjembatani kebutuhan anak
untuk belajar dan orang tua juga dapat memastikan keamanan anak. Dalam kasus
belajar menggunakan gunting misalnya, perlu diberikan pemahaman pada anak
sebelum memulai kegiatan dan orang tua/guru melakukan supervisi berupa
37
pengawasan selama kegiatan berlangsung. Sedangkan dalam kasus mencoret
tembok, anak dapat diajak berkomunikasi untuk negosiasi agar mau berpindah
dari media tembok ke media kertas untuk melatih coretannya agar menjadi
bentuk-bentuk bermakna. Pada dasarnya, baik guru maupun orang tua tidak
dianjurkan menghentikan aktifitas motorik halus atas dasar pertimbangan orang
dewasa pada umumnya, akan tetapi diperlukan dukungan guru dan orang tua
untuk lebih memahami anak dan kebutuhannya untuk belajar dan bereksplorasi
karena anak adalah penjelajah ulung.
Adapun kompetensi yang secara umum dapat dicapai oleh anak usia dini
dalam aspek perkembangan motorik halus disajikan dalam bentuk tabel di bawah
ini dan merupakan adaptasi dari tabel perkembangan yang termuat dalam "Konsep
Dasar PendidikanAnak Usia Dini," yang ditulis oleh Yuliani Nurani Sujiono,
2009.
Setelah mempelajari pendapat ahli tentang definisi motorik kasar dan halus,
serta tahapan-tahapan perkembangan motorik anak usia dini yang dapat
indikatornya dapat dilihat melalui pencapaian kompetensi berdasarkan usia ,
maka untuk mendukung perkembangannya dibutuhkan intervensi pendidikan di
dalamnya. Pendidikan anak usia dini dimaksudkan agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I
pasal 1 butir 14 dinyatakan bahwa pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
38
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Selanjutnya pengaruh pendidikan bagi perkembangan fisik-motorik anak
usia dini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Fisik dapat berkembang dengan lebih baik karena mendapat perhatian dan
pemenuhan keutuhan yang memadai untuk bekal perkembangan.
2. Fisik juga akan berkembang menjadi lebih kuat karena diberikan kesempatan
seluas-luasnya bagi anak untuk melakukan aktifitas yang membuat akan
menggerakan otot-ototnya.
3. Anak lebih termotivasi untuk dapat melakukan berbagai aktifitas di dalam
lingkungannya yang bermanfaat bagi perkembangan fisiknya.
4. Anak juga akan terhindar dari hal-hal yang dapat mengganggu dan
membahayakan perkembangan fisiknya.
5. Anak akan memiliki konsep diri yang positif dengan segala kondisi yang
melekat pada dirinya.
Dalam penyelenggaraannya PAUD tidak terlepas dari peran pendidik dalam
membimbing dan membantu anak dalam melaksanakan tugas perkembangan yang
diembannya menurut tingkat perkembangan dan kesiapan anak itu sendiri.Peran
pendidik dalam mengembangkan fisik-motorik anak usia dini adalah:
Memberikan bimbingan dan pembinaan sesuai dengan kemampuan dan taraf
perkembangan anak; Memberikan rasa gembira kepada anak dengan metode
bermain, belajar di dalam kerangka bermain adalah metode efektif bagi anak usia
dini menyerap informasi; Memberi rangsangan (stimulus) dan bimbingan kepada
anak untuk menemukan teknik atau cara-cara yang baik dalam melakukan
39
kegiatan dengan bermacam-macam media kreatif; dan Memberikan sebanyak
mungkin kebebasan berekspresi melalui berbagai media belajar.
Menurut Soetjiningsih (2003) salah satu metode skrining atau pemeriksaan
untuk mengetahui kelainan perkembangan anak adalah dengan Denver
Developmental Screening Test (DDST). DDST memenuhi semua persyaratan
yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini dapat dilakukan dengan
mudah dan cepat serta dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi.
Sekarang DDST yang digunakan adalah yang sudah dilakukan revisi dan
restandarisasi, yang kemudian dinamakan Denver II.
Dalam pelaksanaan skrining dengan Denver II yang terdiri dari 125 tugas
perkembangan, usia anak ditentukan terlebih dahulu dengan menggunakan
patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun. Jika dalam
perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah dan sama dengan atau
lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
Setelah usia ditentukan, kemudian tarik garis berdasarkan usia kronologis
yang memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST.
Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang lulus (Passed = P),
dan berapa yang gagal (Fail = F). Selanjutnya berdasarkan pedoman hasil tes
diklasifikasi dalam.
1. Abnormal, jika dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan
ditambah 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatandan pada
sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan
dengan garis verikal usia.
40
2. Meragukan, jika pada 1 sektor didapatka 2 keterlambatan atau lebih. Serta pada
1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama
tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
Lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat
seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan.
3. Normal yaitu semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut diatas.
4. Tinjauan Hubungan Status Gizi dengan, Perkembangan Anak Usia 3 Sampai 5
tahun.
Macam–Macam Tes Perkembangan Dan Cara Menilaian Perkembangan.
a. Skala Intelegensi Wechsler untuk anak usia prasekolah dan sekolah Penggunaan
tes ini untuk anak usia prasekolah (4 sampai 6,5 tahun), merupakan
pengembangan dari penggunaan tes ini sebelumnya yaitu untuk anak-anak
yang lebih besar dan orang dewasa. Tes ini memberikan informasi diagnostik
yang berguna untuk penilaian terhadap perkembangan anak yang mengalami
kesulitan belajar dan retardasi mental.
b. Skala perkembangan menurut Gessel Tes ini digunakan pada anak mulai usia 4
minggu sampai 6 tahun, yang bertujuan untuk menetukan tahap kematangan
dan kelengkapan kegiatan suatu sistem yang sedang berkembang. Skala Gessel
dibagi dalam 4 kelompok utama yaitu perilaku motorik, perilaku adaptif,
perilaku bahasa dan perilaku sosial.
c. Tes skrining perkembangan menurut Denver Developmental Screening Test
(DDST) merupakan metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak
dan bukan merupakan tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua
persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah
41
dilakukan dan cepat (15-20 menit) dapat diandalkan dan menunjukkan validitas
yang tinggi.
Frakenburg melakukan revisi dan restandarisasi kembali terhadap DDST dan juga
tugas perkembangan pada sektor bahasa ditambah, yang kemudian hasil revisi dari
DDST dinamakan Denver II yang mempunyai beberapa perbaikan yaitu
peningkatan 86 % pada sektor bahasa, dua pemeriksaan untuk artikulasi bahasa,
skala umur baru, kategori baru untuk interpretasi kelainan ringan, skala penilaian
tingkah laku, dan materi training yang baru.
Denver juga mengelompokkan tugas perkembangan menjadi empat aspek, yaitu :
1. Personal Social (kepribadian atau tingkah laku sosial). Yaitu aspek yang
berhubungan dengan kemauan diri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
2. Fine Motor Adaptif (gerakan motorik halus). Yaitu aspek yang berhubungan
dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang
melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil
tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
3. Language (bahasa). Yaitu kemampuan untuk memberikan respon terhadap
suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
4. Gross Motor (perkembangan motorik kasar). Yaitu aspek yang berhubungan
dengan pergerakan dan sikap tubuh.
42
Cara Penilaian Dengan DDST
Alat peraga yang diperlukan saat melakukan prosedur DDST adalah benang
wol warna merah, manik-manik, kubus warna merah-kuning-hijau-biru,
permainan anak, botol kecil, bola tennis, bel kecil, kertas dan pensil; lembar
formulir DDST, buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara
melakukan tes dan cara penilaiannya.
Sedangkan prosedur pelaksanaan pemeriksaan DDST ada dua tahap yaitu:
Tahap pertama secara periodic dilakukan pada semua anak yang berusia 3-6
bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun dan 5 tahun.Tahap kedua dilakukan pada
mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama,
kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.
Cara melakukan penilaian DDST, peneliti menentukan usia anak, kemudian
menarik garis usia pada lembar DDST sesuai dengan usia anak. Dilakukan tes
pada keempat sektor yang dimulai dari item pada sebelah kiri garis usia, kemudian
mulai dilakukan pemeriksaan pada keempat sektor yaitu personal sosial, motorik
halus, bahasa dan motorik kasar.
Setelah dilakukan tes, dilakukan penilaian, apakah Lulus (Passed = P), gagal
tetapi belum melampaui batas umur (Fail = F), gagal karena sudah melampaui
batas umur (Delay = D) ataukah anak tidak mendapatkan kesempatan tugas atau
anak menolak melakukan tugas (No opportunity = NO). Setelah itu dihitung pada
masing-masing sector, berapa yang P, F, dan D, selanjutnya berdasarkan
pedoman, hasil itu diklasifikasikan dalam:
Abnormal bila ada dua atau lebih keterlambatan, pada dua sektor atau lebih.
Bila dalam satu sektor atau lebih didapatkan dua keterlambatan ditambah satu
43
sektor atau lebih dengan satu keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut
tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
1. Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau
meragukan.
2. Meragukan
a. Bila pada satu sektor didapatkan dua keterlambatan atau lebih.
b. Bila pada satu sektor atau lebih didapatkan satu keterlambatan dan pada
sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan
garis vertikal.
3. Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut diatas. D. Gross
Motor (Gerak Motorik Kasar) Aspek yang berhubungan dengan pergerakan
dan sikap tubuh, meliputi kemampuan dalam:
1. Gerakan seimbang, 2. Mengangkat kepala, 3. Kepala terangkat ke atas, 4.
Duduk kepala tegak, 5. Menumpu badan pada kaki, 6. Dada terangkat
menumpu satu lengan, 7. Membalik, 8. Bangkit kepala tegak, 9. Duduk
tanpa pegangan, 10. Berdiri tanpa pegangan, 11. Bangkit waktu berdiri,, 12.
Bangkit terus duduk, 13. Berdiri 2 detik, 14. Berdiri sendiri, 15.
Membungkuk kemudian berdiri, 16. Berjalan dengan baik, 17. Berjalan
dengan mundur, 18. Lari, 19. Berjalan naik tangga, 20. Menendang bola ke
depan, 21. Melompat, 22. Melempar bola, lengan ke atas, 23. Loncat, 24.
Berdiri satu kaki 1 detik, 25. Berdiri satu kaki 2 detik, 26. Melompat dengan
satu kaki, 27. Berdiri satu kaki 3 detik, 28. Berdiri satu kaki 4 detik, 29.
Berjalan tumit ke jari kaki, 30. Berdiri satu kaki 6 detik
44
Cara Mengukur Perkembangan Anak dengan DDST
Pada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa setiap kali skrining biasanya
hanya berkisar antara 20-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama,
hanya sekitar 15-20 menit saja
A. Alat yang Digunakan
1. Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-
kuning-hijau- biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas,
dan pensil.
2. Lembar formulir DDST
3. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes
dan cara menilainya.
B. Prosedur DDST terdiri dari dua tahap, yaitu:
1. Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 3
– 6 bulan, 9 – 12 bulan, 18 – 24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.
2. Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama kemudian dilarutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.
C. Cara Penilaian Dengan DDST
Alat peraga yang diperlukan saat melakukan prosedur DDST adalah
benang wol warna merah, manik-manik, kubus warna merah-kuning-hijau-biru,
permainan anak, botol kecil, bola tennis, bel kecil, kertas dan pensil; lembar
formulir DDST, buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara
melakukan tes dan cara penilaiannya.
45
Sedangkan prosedur pelaksanaan pemeriksaan DDST ada dua tahap
yaitu: Tahap pertama secara periodic dilakukan pada semua anak yang berusia
3-6 bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun dan 5 tahun.Tahap kedua dilakukan
pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap
pertama, kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.
Cara melakukan penilaian DDST, peneliti menentukan usia anak,
kemudian menarik garis usia pada lembar DDST sesuai dengan usia anak.
Dilakukan tes pada keempat sektor yang dimulai dari item pada sebelah kiri
garis usia, kemudian mulai dilakukan pemeriksaan pada keempat sektor yaitu
personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar.
Setelah dilakukan tes, dilakukan penilaian, apakah Lulus (Passed = P),
gagal tetapi belum melampaui batas umur (Fail = F), gagal karena sudah
melampaui batas umur (Delay = D) ataukah anak tidak mendapatkan
kesempatan tugas atau anak menolak melakukan tugas (No opportunity = NO).
Setelah itu dihitung pada masing-masing sector, berapa yang P, F, dan D,
selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil itu diklasifikasikan dalam:
D. Penilaian
Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak tidak
mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity: N.O). Kemudian
ditarik garis berdasarkan umur kronologis, yang memotong garis horisontal
tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-
masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan
pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam normal, abnormal, meragukan
(Questionable) dan tidak dapat dites (Untestable).
46
1. Abnormal
- Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
- Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus
1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama
tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia.
2. Meragukan
- Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
- Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor
yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan
garis vertikal usia.
3. Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal
atau meragukan.
4. Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas.
Agar lebih cepat dalam melaksanakan skrining, maka dapat digunakan tahap
pra skrining dengan menggunakan :
1. DDST Short Form, yang masing-masing sektor hanya diambil 3 tugas
(sehingga seluruhnya ada 12 tugas) yang ditanyakan pada ibunya. Bila
didapatkan salah satu gagal atau ditolak, maka dianggap “suspect” dan perlu
dilanjutkan dengan DDST lengkap.
2. PDQ (Pra-Screening Development Questionnaire)
47
Bentuk kuisioner ini digunakan bagi orang tua yang berpendidikan SLTA ke
atas dapat diisi orang tua di rumah atau pada saat menunggu di klinik. Dipilih 10
pertanyaan pada kuisioner yang sesuai dengan umur anak. Kemudian dinilai
berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan dan pada kasus yang dicurigai
dilakukan tes DDST lengkap. (Soetjiningsih, 1998).
Menurut Depkes (2005) kualitas perkembangan anak dipengaruhi, oleh
faktor dari luar dan dari dalam.Salah satu faktor luar yang mempengaruhi
perkembangan yaitu status gizi atau pemenuhan kebutuhan nutrisi. Nutrisi adalah
salah satu komponen yang penting dalam menunjang keberlangsungan proses
pertumbuhan dan perkembangan. Apabila kebutuhan nutrisi seseorang tidak atau
kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan
(Hidayat, 2007). Pada umumnya kelompok yang rentan gizi adalah anak balita,
karena anak balita mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat, sehingga
memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang relatif besar (Sediaoetama, 2000).
Menurut Soekirman (2000) status gizi baik atau normal yaitu keadaan dimana
asupan zat gizi sesuai penggunaan untuk aktivitas tubuh.
Refleksi yang diberikan adalah keselarasan antara pertumbuhan berat badan
dengan umurnya. Adapun ciri-ciri anak berstatus gizi baik dan sehat adalah
tumbuh dengan normal, tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya,
mata bersih dan bersinar, bibir dan lidah tampak segar, nafsu makan baik, kulit
dan rambut tampak bersih dan tidak kering dan mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan.
Berat badan : Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang
terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak semua
48
kelompok umur. Berat badan merupakan hasil peningkatan/ penurunan semua
jaringan yang ada pada tubuh, anatara lain : tulang, otot,lemak, cairan tubuh dan
lain-lainnya. Berat badan dipakai sebagai indicator yang terbaik pada saat ini
untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak, sensitif terhadap
perubahan sedikit saja, pengukuran obyektif dan dapat diulangi, dapat digunakan
timbangan apa saja yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak
waktu, kerugiannya. Indikator berat badan ini tidak sensitive terhadap proposi
tubuh misalnya pendek,gemuk, atau tinggi kurus. Indikator berat badan
dimanfaatkan dalam klinik untuk :
1. Bahan imformasi untuk menilai keadaan gizi baik yang akut maupun yang
kronis , tumbuh kembang dan kesehatan.
2. Memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan penyakit.
3. Dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan.
Tinggi badan : Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang
terpenting. Keistimewanya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada masa
pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maksimal dicapai. Walaupun tinggi
badan ini berfluktuasi, dimana tinggi badan meningkat pesat pada masa bayi,
kemudian melambat dan menjadi pesat kembali (pacu tumbuh adolesen),
selanjutnya melambat dan akhirnya berhenti pada umur 18-20 tahun. Tulang-
tulang anggota gerak berhenti bertambah panjang, tetapi ruas-ruas tulang belakang
berlanjut tumbuh sampai umur 30 tahun, dengan pengisian tulang pada ujung atas
dan bawah korpus-korpus ruas- ruas tulang belakang, sehingga tinggi badan
sedikit bertambah yaitu sekitar 3-5 mm. Antara umur 30-45 tahun tinggi badan
tetap statis, kemudian menyusut.
49
Keuntungan indikator TB ini adalah pengukurannya obyektif dan dapat
diulang, alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawah, merupakan
indikator yang baik untuk gangguan pertumbuhan fisik yang sudah lewat
(stunting) sebagai perbandingan terhadap perubahan- perubahan relatif, seperti
terhadap nilai BB dan LLA.kerugiannya adalah perubahan tingggi badan, relatif
pelan, sukar mengukur tinggi badan yang tepat, dan kadang- kadang diperlukan
lebih dari seorang tenaga. Disamping itu dibutuhkan 2 macam teknik pengukuran,
pada anak umur kurang dari 2 taun dengan posisi tidur terlentang (panjang
supinasi) pada umunya 1 cm lebih panjang, dari pada tinggi berdiri pada anak
yang sama meski diukur dengan teknik pengukuran yang terbaik dan secara
cermat.Peningkatan nilai rata-rata TB orang dewasa suatau bangsa merupakan
indikator peningkatan kesejahteraan/ kemakmuran (perbaikan gizi, perawatan
kesehatan dan keadaan sosial ekonomi),jika potensi genetik belum tercapai secara
optimal. Demikian pula perkawinan sebagai akibat meluasnya migrasi ke bagian-
bagian lain disuatu negeri maupun didunia, kemungkinan besar mempunyai andil
pula pada perubahan sekutar TB ini.
Lingkaran kepala: Lingkaran kepala mencerminkan volume intracranial.
Dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak,apabila otak tidak tumbuh normal
maka kepala akan kecil. Sehingga pada lingkar kepala (LK) yang lebih kecil dari
normal (mikrosefali), maka menunjukan adanya retardasi mental. Sebaliknya
kalau ada penyumbatan pada aliran cairan serebropinal pada hidrosefalus akan
meningkatkan valume kepala, sehingga LK lebih besar dari normal. Sampai saat
ini yang dipakai sebagai acuan untuk LK ini adalah kurve LK dari Nellhaus yang
diperoleh dari 14 penelitian didunia, dimana tidak terdapat perbedaan yang
50
bermakna terhadap suku bangsa, ras maupun secara geografis,sehingga kurve LK
Nellhaus (1968) tersebut dapat digunakan juga di Indonesia.
Pertumbuhan LK yang paling pesat adalah pada 6 bulan pertama kehidupan,
yaitu dari 34 cm pada waktu lahir menjadi 44 cm pada umur 6 bulan, sedangkan
pada umur 1 tahun47 cm, 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm. oleh karena itu
manfaat pengukuran LK terbatas pada 6 bulan pertama sampai umur 2 tahun
karena pertumbuhan otak yang pesat, kecuali diperlukan seperti pada kasus
hidrosefalus.LK kepala yang kecil pada umumnya sebagai : Variasi normal,bayi
kecil,keturunan,retardasi mental,kraniostenosis. Sedangkan LK yang besar pada
umumnya disebabkan oleh : Variasi normal, bayi besar,hidranensefali,tumor
selebri,keturunan,efusi subdural, hidrosefalus, penyakit canavan, megalensefali.
Lingkaran lengan atas : Lingkaran lengan atas (LLA) mencerminkan
tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh
cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan. LLA dapat dipakai untuk menilai
keadaan gizi/tumbuh kembang pada kelompok umur prasekolah.laju tumbuh
lambat, dari 11 cm pada saat lahir menjadi 16 cm pada umur 1 tahun. Selanjutnya
tidak banyak berubah selama 1-3 tahun. Keuntungan penggunaan LLA ini adalah
alatnya murah, bisa dibuat sendiri,mudah dibawah, cepat penggunaannya, dan
dapat digunakan oleh tenaga yang tidak terdidik,sedangkan kerugiannya adalah
LLA hanya untuk identifikasi anak dengan gangguan gizi/pertumbuhan yang
berat, sukar menentukan pertengahan LLA tampa menekan jaringan, dan hanya
untuk anak umur 1-3 tahun, walaupun ada yang mengatakan dapat untuk anak
mulai umur 6 bulan s/d 5/6 tahun.
51
Lipatan kulit : Tebalnya lipatan kulit pada daerah triseps dan subscapular
merupakan refleksi tumbuh kembang jaringan lemak dibawah kuit, yang
mencerminkan kecukupan energi.dalam keadaan defisiensi ,lipatan kulit menipis
dan sebaliknya menebal jika masukan energi berlebihan.tebal lipatan kulit
dimanfaatkan untuk menilai terdapatnya keadaan gizi lebih, khususnya pada kasus
obesitas.
l. Penilaian pertumbhan fisik anak
Penilaian tumbuh kembang perlu dilakukan untuk menentukan apakah tumbuh
kembang seorang anak berjalan normal atau tidak, baik dilihat dari segi medis
maupun statistic. Anak yang sehat akan menunjukan tumbuh kembang yang
optimal, apabila diberikan lingkungan bio-fisiko-spikososial yang adekuat.
Proses tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan mulai dari
konsepsi sampai dewasa, yang mengikuti pola tertentu yang khas untuk setiap
anak. Proses tersebut merupakan proses interaksi yang terus menerus serta
rumit antara faktor genetic dan faktor lingkungan bio-fisiko-psikososial
tersebut. Untuk mengetahui tumbuh kembang anak, terutama pertumbuhan
fisiknya yang digunakan parameter- parameter tertentu, yang akan dibahas
pada topik ini.
a. Ukuran antropometrik. Untuk menilai pertumbuhan fisik anak, sering
digunakan ukuran-ukuran antropometrik yang dibedakan menjadi 2
kelompok yang meliputi : Tergantung umur (age dependence). Berat badan
(BB), terhadap umur, tinggi / panjang badan (TB) terhadap umur, lingkaran
lengan atas (LLA) terhadap umur. Kesulitan mengunakan cara ini adalah
menetapkan umur anak yang tepat, karena tidak semua anak mempunyai
52
catatan mengenai tanggal lahirnya. Tidak tergantung umur. BB terhadap
TB, LLA terhadap TB (QUAC Stick = Quacker Arm Circumference
measuring), lain-lain LLA dibandingkan dengan standar/ buku, lipatan
kuulit pada trisep, subscapular, abdominal dibandingkan dengan buku..
Kemudian hasil pengukuran antropometrik tersebut debandingkan dengan
suatu buku tertentu, misalnya buku Harvard, NCHS, atau buku nasional.
Disamping itu masi ada ukuran antropometrik lainnya yang dipake khusus
pada kasus-kasus dengan kelainan bawaan antara lain adalah : Lingkaran
dada,lingkaran perut dan lingkaran perut. Panjang jarak antara 2 titik tubuh,
seperti biakrominal untuk lebar bahu, bitrokanterik untuk lebar pinggul,
bitemporal untuk lebar kepala dll.
b. Ukuran antropometrik yang lain : Ukuran antropometrik yang lain, di
manfaatkan untuk menilai perawakan (somatotype), : Menurut Hippocrates.
Habitus phthisicus/perawakan tinggi kurus, Habitus apoplekticus/perawakan
gemuk pendek. Menurut Kretschmer terdapat 3 jenis perawakan yaitu :
piknikus atletikus,astenikus. Menurut Sheldon. endomorfi, mesomorfi,
ektomorfi untuk perawakan yang sesuai dengan klasifikasi dari Kretschmer.
Penilaian mengenai jenis perawakan pada mulanya digunakan untuk
meramalkan sifat (karakter) dan kepekaan terhadap beberapa penyakit, pada
anak jenis perawakan tersebut pada kasus tertentu perlu
diperhitungkan,walaupun tidak terlalu berpengaruh.
2. Gejala /tanda pada pemeriksaan fisik
a. Keseluruan fisik dilihat benntuk tubuh, perbandingan bagian kepala, tubuh
dan anggota juga dipehatikan apakah ada edema atau tidak.
53
b. Jaringan otot pertumbuhan otot diperiksa pada lengan atas, pantat dan paha
dengan cara cubitan tebal.
c. Jaringan lemak jaringan ini diperiksa pada kulit dibawah triseps dan
subkapular dengan cara cubitan tipis.
d. Rambut pada rambut yang diperiksa adalah pertumbuhannya warna
diameter (tebal/tipis) sifat (keriting/lurus) dan akar rambut (mudah
dicabut/tidak).
3. Kemampuan pada motorik kasar :
a. Kemampuan Nonlokomotor
Kemampuan nonlokomotor dilakukan di tempat, tanpa ada ruang gerak
yang memadai. Kemampuan nonlokomotor terdiri atas menekuk dan
meregang, mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat
dan memutar, mengocok, melingkar, melambung, dan lain-lain.
b. Kemampuan Lokomotor
Kemampuan lokomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu
tempat ke tempat lain atau untuk mengangkat tubuh ke atas, seperti lompat
dan loncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan, berlari, skipping,
melompat, meluncur, dan lari seperti kuda berlari (gallop).
c. Kemampuan Manipulatif
Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak sedang menguasai
bermacam-macam objek. Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan
tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh juga dapat digunakan.
Keterampilan motorik kasar adalah kemampuan anak dalam menggerakkan
otot besar atau sebagian tubuh atau seluruh tubuh dalam aktivitas motoriknya.
54
Hurlock (1998) menyatakan dari beberapa studi perkembangan motorik yang
diamatinya, ada lima prinsip perkembangan motorik kasar. Adapun lima prinsip
perkembangan motorik kasar yaitu :
1. Perkembangan motorik kasar bergantung pada kematangan otot dan syaraf.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang
mengatur setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya
perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot, semakin baik
kemampuan motorik anak. Hal ini juga didukung oleh kekuatan otot anak yang
baik.
2. Perkembangan yang berlangsung terus menerus. Perkembangan motorik
berlangsung secara terus menerus sejak pembuahan. Urutan perkembangan
cephalocaudal dapat dilihat pada masa awal bayi, pengendalian gerakan lebih
banyak di daerah kepala. Saat perkembangan syaraf semakin baik,
pengendalian gerakan dikendalikan oleh batang tubuh kemudian di daerah
kaki. Perkembangan secara proximodistal dimulai dari gerakan sendi utama
sampai gerakan bagian tubuh terpencil. Misal bayi menggunakan bahu dan siku
dalam bergerak sebelum menggunakan pergelangan tangan dan jari tangan.
3. Perkembangan motorik memiliki pola yang dapat diramalkan. Perkembangan
motorik dapat diramalkan ditunjukkan dengan bukti bahwa usia ketika anak
mulai berjalan konsisten dengan laju perkembangan keseluruhannya. Misalnya,
anak yang duduknya lebih awal akan berjalan lebih awal ketimbang anak yang
duduknya terlambat. Breckenridge dan Vincent menyatakan cara yang cukup
teliti untuk memperkirakan padaumur berapa anak akan mulai berjalan yakni
55
dengan mengalikan umur anak mulai merangkak dengan 1,5 atau dengan
mengalikan umur anak mulai duduk dengan 2.
4. Reflek primitif akan hilang dan digantikan dengan gerakan yang disadari.
Reflek primitif ialah gerakan yang tidak disadari, berlangsung secara otomatis
dan pada usia tertentu harus sudah hilang karena dapat menghambat gerakan
yang disadari.
5. Urutan perkembangan pada anak sama tetapi kecepatannya berbeda Tahap
perkembangan motorik setiap anak sama. Akan tetapi kondisi bawaan dan
lingkungan mempengaruhi kecepatan perkembangannya.
2.2.3 Klasifikasi tumbuh dan perkembangan anak
Dengan menggunakan cara statistic dan kadang-kadang disertai gejala
klinik, maka status gizi/pertumbuhan anak ditentukan.Tujuan semua cara tersebut
adalah untuk menentukan anak-anak yang perlu mendapat perhatian karena
pertumbuhannya yang kurang baik.
1. Berat badan terhadap umur
Klasifikasi menurut Gomez : Baku Boston,cara %dari
medium,Klasifikasi : >90%:normal, 90-75% : Malnutrisi ringan (Grade 1),75-
61%:Malnutrisi sedang (Grade 2),</=60%: Malnutrisi berat (Grade 3).
Klasifikasi menurut Jelliffe, Baku boston,Cara %dari median.
Klasifikasi ,110-90%: normal,90-81%:Malnutrisi ringan (Grade 1),80-
61%:Malnutrisi sedang (Grade 2 dan 3),</=60%:Malnutrisi normal(Grade 4).
Klasifikasi menurut WHO,Baku NCHS, cara persentil ke 50-3:normal,
persentil </=3;malnutrisi.
56
Klasifikasi di Indonesia, Baku boston,cara:%dari medium + kenaikan
berat badan.klasifikasi: Menggunakan modifikasi Gomes pada KMS,kemudian
kenaikan berat badan dicatat pada KMS.bila terdapat kenaikan tiap bulan
adalah normal,bila tidak terdapat kenaikan:risiko tinggi terjadinya gangguan
pertumbuhan.
2. Tinggi badan terhadap umur
Kanawati dan McLaren, Baku: Boston,cara:% dari median,Klasifikasi:
:>/=95%:normal,95-90%:Malnutrisi ringan,90-85%:Malnutrisi sedang, 85%:
Malnutrisi berat.
CDC/WHO, Baku: NCHS,cara:% dari medium,klasifikasi:
>/=90%:normal,<90%:stunted/Malnutrisi kronis.
3. Berat terhadap tinggi badan
McLaren/Read, Baku :Boston, cara:% dari medium, Klasifikasi: 110-90%:
normal, 90-85%: Malnutrisi ringan, 85-75%: Malnutrisi sedang, < 75%:
dengan/tanpa edema:Malnutrisi berat.
Waterlow,Baku boston,cara:% dari median,Klasifikasi 110-90%:
Normal, 90-80%: Malnutrisi ringan, 80-70%: Malnutrisi sedang, <70% :
Malnutrisi berat.
NCHS, baku : NCHS,cara:% dari median,Klasifikasi persentil ke 70-
25:normal,persentil ke 10-5:malnutrisi sedang,<persentil ke 5:malnutrisi berat.
4. Lingkar lengan atas
WHO dan Shakir,baku:Wolanski 16,5 cm,cara:%dari median
Klasifikasi:>85% atau >14 cm:normal <76% atau a,12,5 cm : Malnutrisi berat.
Kartu menuju sehat (road to health chart)
57
David Morley merupakan pelopor yang menggunakan kartu pertumbuhan
anak yang disebut “road to health chart” pada tahun 1975 di desa
imesi,Nigeria.kartu ini merupakan gambar kurva berat badan anak berusia 0-5
thun terhadap umurnya.kartu ini juga dilengkapi dengan beberapa atribut
penyuluhan dan catatan yang penting untuk diingat dan diperhatikan oleh
ibu/petugas kesehatan, antara lain riwayat kelahiran,imunisasi, pemberian ASI,dll.
Maka kertu tersebut disebut juga kartu menuju sehat karena fungsinya yang begitu
lengkap. Sehingga oleh UNICEF diadopsi sebagai komponen integrasi pada
pelayanan kesehatan primer secara menyeluruh, yang sangat bermanfaat bagi
Negara-negara berkembang.
Garis pada kurva pertumbuhan pada KMS berfungsi ganda yaitu : sebagai
tanda persentasi/ persentil tertentu,petujuk arah yang harus dicapai oleh grafik BB
anak. Arah A, pertumbuhan anak baik. Arah B pertumbuhan kurang baik,
memerlukan perhatian khusus. Arah C memerlukan tindakan segera. Arah D, ibu
harus diberi pujian atas keberhasilannya menaikan kembali berat badan anaknya
searah kurva pertumbuhan normal.
KMS (kartu menuju sehat) adalah alat yang penting untuk memantau
tumbuh kembang anak. Aktifitasnya tidak hanya menimbang dan mencatat
saja,tetapi harus menginterpretasikan tumbuh kembang anak kepada ibunya.
Sehingga memungkinkan pertumbuhan anak dapat diamati dengan cara
menimbang teratur setiap bulan. Bahkan Morley juga menambahkan 4 patokan
sederhana perkembangan psiko-motorik pada KMS nya agar ibu dapat
mengetahui juga tingkat perkembangan anaknya.yaitu : Kemampuan duduk (5-
91/2 bulan), berjalan kurang lebih 10 langkah tanpa bantuan (9-18
58
1/2),mengucapkan sepata-kata (10-20 bulan),kemampuan berbahasa beberapa kata
(18 ½ bulan – 3 tahun).
KMS yang ada di Indonesia pada saat ini berdasarkan standar Harvard (pada
seminar Antropometri di Jakarta,1975),dimana 50 persentil standar Harvard
dianggap 100% yang merupakan batas atas garis hijau. Garis titik-titik merupakan
batas gizi baik dan gizi kurang (cut off point)berdasarkan median-2 SD,
mempunyai nilai yang kurang lebih sama dengan persentil ke 3,atau 80% terhadap
median,sedangkan garis merah adalah 60% terhadap median yang merupakan
batas gizi kurang dengan gizi buruk. Tiap lapis warna pada KMS adalah 5%.
Pertumbuhan anak yang baik,apabila mengikuti arah lengkungan garis pada KMS.
Perhatikan kita jangan hanya terfokus pada anak-anak yang dibawah”cut off
point” saja, tetapi juga pada anak-anak yang mempunyai ukuran antropometri
120% atau lebih, yang ada kecenderungan akan menjadi obesitas. Berdasarkan
hasil seminar Antropometri di Ciloto tahun 1991, standard NCHS akan digunakan
untuk mengantikan standar Harvard. Pada KMS, selain kurva pertumbuhan dari 0-
60 bulan,juga dilengkapi dengan petunjuk tentang pemberian makanan yang sehat
terhadap ASI,catatan pemberian imunisasi dan vitamin A, serta penatalaksanaan
diare dirumah. Sehingga fungsi KMS lebih komprehensif,dalam pelayanan
kesehatan primer. Tujuan pemantauan pertumbuhan fisik anak adalah :
1. Agar pertumbuhan mudah diamati
2. Menciptakan kebutuhan akan rasa ingin tahu terhadap pertumbuhan anak
3. Meningkatkan lingkungan yang layak untuk pertumbuhan anak
4. Melukiskan setiap kejadian yang kurang menguntungkan anak,misalnya
infeksi,musim,ibu meninggal,dll
59
5. Menemukan seawal mungkin gejala-gejala ganguan pertumbuhan
6. Merupakan sarana untuk memberikan penyuluhan kepada ibu : gizi makanan
bayi,dan anak.tumbuh kembang anak,kesehatan anak,imunisasi,keluarga
berencana,pencegahan:defisiensi vitamin A,dehidrasi,akibat diare,sanitasi
personal dan lingkungan.
Wong (2003) mengklasifikasikan keterampilan motorik kasar usia 3-5 tahun
dalam Tabel Keterampilan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Perkembangan
motorik kasar anak dinilai dari keterampilan motorik kasar anak. Sukarmin (2009)
menyatakan bahwa keterampilan motorik kasar anak usia 3 tahun terdiri atas
kemampuan : 1) berdiri pada satu kaki selama 5-10 detik, 2) berjalan mundur
lebih dari tiga langkah, berjalan maju sejauh 2 m di atas balok selebar 7,5 cm dan
mundur sejauh 1 m, 3) berjalan dengan berjinjit, 4) menaiki tangga dengan kaki
bergantian tetapi tetap turun dengan kaki yang sama pada tiap injakan, 5) berlari
dengan baik tetapi masih kesulitan saat berbelok atau berhenti secara mendadak,
berlari tanpa jatuh, 6) mencoba berdansa tetapi keseimbangan mungkin tidak
adekuat, 7) mendorong, 8) menarik, dan mengendarai mainan beroda atau sepeda
roda tiga, melompat dari langkah dasar atau tempat pijakan, 9) Melompat panjang,
10) Melompat ke depan 5-10 kali dengan dua kaki, 11) Melompat ke depan 2-5
kali dengan satu kaki, 12) membungkuk saat melompat tetapi tidak menekuk
lututnya saat mendarat, 13) melompati halangan setinggi 7,5-10 cm, 14
Menendang bola kebelakang dan ke depan dengan mengayunkan kaki, dan 14)
menangkap bola yang melambung dengan mendekapnya ke dada. Keterampilan
motorik kasar anak usia usia 4 tahun adalah meliputi kemampuan : 1) berdiri di
atas satu kaki selama 10 detik, 2) berjalan maju dan mundur dengan berjinjit
60
sejauh 6 kaki, berjalan maju sejauh 2,5 m di atasbalok selebar 7,5 cm dan mundur
sejauh 1,5 m, 3) menaiki tangga dengan kaki bergantian tetapi tetap turun dengan
kaki yang sama pada tiap injakan, 4) mulai mengendalikan awal, berhenti, dan
berbelok saat berlari, 5) lomba lari, bersalto atau berguling ke depan, 6) melompat
dan meloncat dengan satu kaki, 7) melompat ke depan 10 kali dengan dua kaki, 8)
melompat ke belakang sekali, 9) melompat ke depan 5 kali dengan lebih seimbang
tapi dengan banyak gerakan lengan, melompat dari ketinggian sekitar 80 cm, 10)
menangkap bola dengan dua tangan yang dilemparkan dari jarak 3 kaki, 11)
melempar bola kecil dengan kedua tangan kepada seseorang yang berjarak 4-6
kaki (1-2 m) darinya, 12) melempar bola bergantian tangan, dan 13) menendang
secara terkoordinasi ke belakang dan ke depan dengan kaki terayun dan tangan
mengayun ke arah berlawanan secara bersamaan.
Keterampilan motorik kasar anak usia usia 5 tahun adalah meliputi
kemampuan : 1) berdiri di atas satu kaki selama 10 detik, 2) Berjalan mundur
dengan tumit dan jari kaki, 3) berjalan maju sejauh 2,5 - 3 m di atas balok selebar
7,5 cm dan mundur sejauh 2 m, 4) menaiki tangga dengan kaki bergantian tetapi
tetap turun dengan kaki yang sama pada tiap injakan, 5) dapat berbelok saat
berlari, 6) dapat berlari dan berhenti sesuai keinginan, 7) berlari sambil meloncat
sejauh 60 – 84 cm, 8) berlari melompati halangan sejauh 23 cm, 9) lomba lari, 10)
bermain skate atau papan seluncur dengan keseimbangan yang baik, 11)
melompat dan meloncat pada kaki bergantian, 12) melompat ke depan 10 kali
dengan dua kaki, 13) melompat ke depan 7-9 kali dengan dua kaki secara
seimbang, 14) melompat ke belakang dua kali berturut-turut, 15) melompat dari
ketinggian 12 inci, 16) melompat sejauh 20– 25 cm, 17) meloncat ke atas, 18)
61
melempar dan menangkap bola dengan baik, 18) melempar bola dengan memutar
badan dan melangkah ke depan, 19) mengambil satu atau dua langkah yang
teratur sebelum menendang bola.
2.2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
Menurut Narendra (2002) ada dua faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan yaitu :
1. Faktor dalam (internal) yang mempengaruhi perkembangan menurut: Depkes
(2005) meliputi ras, keluarga atau herediter, genetik, kelainan kromosom, umur
dan jenis kelamin.
2. Faktor luar (eksternal atau lingkungan)
Faktor prenatal :Gizi yang kurang baik pada ibu hamil lebih sering
menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Berat
lahir yang rendah dapat mengakibatkan gangguan pada tahapan perkembangan
anak selanjutnya (Soetjiningsih,2003)
Faktor persalinan : Riwayat persalinan dengan vakum ekstraksi atau
forceps dapat menyebabkan trauma pada kepala bayi dan berisiko terjadinya
kerusakan jaringan otak. Kerusakan tersebut dapat menimbulkan gangguan
perkembangan anak (Nursalam, 2005).
Faktor pasca natal menurut Hidayat (2008), meliputi :
a. Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang
keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan. Apabila
62
kebutuhan nutrisi seseorang tidak ataukurang terpenuhi maka dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan.
b. Lingkungan pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak. Adanya interaksi ibu dengan anak akan menimbulkan
hubungan yang lebih erat antara keduanya, sehingga orang tua akan lebih
memperhatikan perkembangan anaknya.
c. Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi khususnya dalam
keluarga, misalnya penyediaan alat bermain, sosialisasi anak, keterlibatan
ibu dan anggota keluarga lain dalam kegiatan anak.
Kebutuhan dasar anak : Kebutuhan dasar anak menurut Soetjiningsih (2003)
secara umum ada tiga, yaitu :
1. Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)
Meliputi : Pangan / gizi merupakan kebutuhan terpenting,perawatan kesehatan
dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASIH penimbangan bayi / anak yang
teratur, pengobatan kalau sakit, papan / pemukiman yang layak. Hygiene
perorangan, sanitasi lingkungan, sandang , kesegaran jasmani, rekreasi dll.
2. Kebutuhan emosi atau kasih sayang (ASIH)
Hubungan yang erat dan selaras antara ibu dengan anak merupakan syarat
mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik secara fisik,
mental maupun psikososial. Pada tahu –tahun pertama kehidupan, hubungan
yang erat, mesra dan selaras antara ibu/pengantin ibu dengan anak merupakan
syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembangan yang selaras baik fisik,
63
mental maupun psikososial. Berperannya dan kehadiran ibu/pengantinnya
sedini dan selanggeng mungkin, akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Ini
diwujudkan dengan kontak fisik (kulit/mata) dan psikis sedini mungkin,
misalnya dengan menyusui bayi secepat mungkin segera setelah lahir.
Kekurangan kasih saying ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai
dampak negative pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun social
emosi, yang disebut “ Sindrom Deprivasi Maternal “.kasih sayang dari orang
tuanya (ayah-ibu) akan menciptakan ikatan yang erat (bonding) dan
kepercayaan dasar (basic trust).
3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH).
Stimulasi mental (asah) menunjang perkembangan mental psikososial anak
yang meliputi kecerdasan, kemandirian, kreativitas,kepribadian, produktivitas
dan sebagainya. Perkembangan anak usia 3 sampai 5 tahun :Menurut
Soetjiningsih (2003) dan Depkes (2005) menjelaskan tentang tahapan
perkembangan anak usia 3 sampai 5 tahun meliputi :
a. Kemampuan motorik kasar dan halus
Anak dapat memanjat, melompat dengan satu kaki, berjinjit
mengelilingi kursi, melempar dan menangkap bola, dan bagi bayi baru lahir
cukup bulan kontrol kepala secara sementara dapat mempertahankan
kepalanya di garis tengah dan paralel ketika badannya digantung secara
ventral dan dapat menggangkat serta menegakkan kepala dari satu sisi ke
sisi lain.berguling bayi baru lahir dapat berguling secara tidak sengaja
karena punggungnya membulat, kemampuan berguling secara sengaja dari
posisi punggung ke perut terjadi pada usia 5 bulan, dan kemampuan untuk
64
berpindah dari punggung ke abdomen terjadi pada usia 6 bulan. Duduk
kemampuan duduk mengikuti kontrol kepala dari pelurusan punggung yang
progresif selama 2 sampai 3 bualan pertama, punggung membulat secara
beraturan, lengkung konveks leher terbentuk sekitar usia 3 samapi 4 bulan,
ketika kontrol kepala terbentuk. Lokomosi melibatkan pengenalan
kemampuan menahan beban, mendorong ke depan pada keempat
ekstremitas, berdiri tegak dengan songkongan, dan pada akhirnya berjalan
sendiri. Meranggak mendorong ke depan dengan perut di lantai, menjadi
bergerak secara perlahan-lahan pada tangan dan perut(dengan perut
terangkat dari lantai)pada usia 9 bulan. Pada usia ini bayi dapat berdiri
sambil memegang furniture dan dapat menarik dirinya sendiri ke posisi
berdiri namun mereka tak mampu melakukan manuver kebelakang dan
kebawah kecuali ketika jatuh. Kemampuan motorik halus
Anak dapat membuat jembatan dengan 3 kotak, menggambar
lingkaran, dapat memilih dan mengelompokkan benda menurut jenisnya,
dapat mencocokkan gambar dan benda.namun pada bayi perilaku motoric
halus meliputi penggunaan tangan dan jari-jari dalam tindakan
(menggenggam) suatu benda. Penggenggaman terjadi selama 2 sampai 3
bulan pertama sebagai refleks dan secara bertahap menjadi volunteer. Pada
usia 1 bulan, tangan secara dominan dalam keadaan tertutup dan pada 3
bulan lebih banyak terbuka
b. Kemampuan berbicara dan bahasa
Kerateristik perkembangan bahasa yang paling mengejutkan selama masa
kanak-kanak adalah meningkatnya tingkat pemahaman. Meskipun jumblah
65
kata yang kuasai dari sekitar 4 pada usia 1 tahun menjadi sekitar 300 pada
usia 2 tahun perlu dicatat, kemampuan untuk memahami dan mengerti
percakapan jauh lebih besar disbanding jumblah kata yang dapat diucapkan
anak. Ini terjadi terutama kepada 2 keluarga yang menggunakan dua bahasa
yang perbendaharaan katanya bisa terlambat dikuasai tetapi kedua bahasa
dapat dipahami dengan tepat(Chiocca, 1998).Anak dapat menyusun kalimat,
dapat menyebut nama lengkap anak, bercerita tentang diri anak, mampu
mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang
ditujukan kepadanya.
c. Kemampuan bersosialisasi dan kemandirian.
Anak senang bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya
lingkungan lain diluar keluarganya., anak dapat memakai dan melepas
pakaian sendiri tanpa bantuan. Antara lain adalah (Soetjiningsih, 2002):
1) Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadi kehamilan maupun pada waktu
sedang hamil lebih sering menghasilkan bayi berat badan lahir rendah
(BBLR),disamping itu dapat pula menyebabkan hambatan perkembangan
otak janin yang mempengaruhi kecerdasan dan emosi.
2) Status Gizi
Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak,
dimana kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa, status
gizi yang kurang akan mempengaruhi kekuaan dan kemampuan motorik
kasar anak.
3) Stimulasi
Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak.
Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat
66
berkembang terutama dalam perkembangan motorik kasar seperti
berjalan, berlari, melompat dan naik turun tangga.
d. Pengetahuan ibu
Faktor pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku ibu dalam tumbuh kembag anaknya, dengan terbatasnya
kemampuan ibu dalam pengetahuan sehingga memungkinkan terhambatnya
perkembangan anak. Pengetahuan ibu mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan motorik kasar anak pada periode tertentu.
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak adalah gizi ibu pada
waktu hamil, status gizi anak, stimulasi dan pengetahuan ibu. Cara
mengukur perkembangan motorik kasar pada anak usia 3 – 5 tahun adalah
dengan menggunakan instrumen Denver II.
Top Related