BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

60
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Status Gizi 2.1.1. Pengertian Status Gizi Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi yang mempunyai nilai sangat penting tergantung dari macam-macam bahan makanannya yang berguna untuk proses pemeliharaan, proses pertumbuhan dan perkembangan maupun untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari (Marsetyo dan Kartasapoetra, 1995). Makanan yang dikonsumsi manusia harus memiliki kualitas gizi yang baik agar dapat bermanfaat maksimal bagi tubuh. Menurut Djoko Pekik Irianto (2007) berbagai zat gizi yang diperlukan tubuh tersebut dapat digolongkan menjadi enam macam yaitu: Karbohidrat, Protein, Lemak, Vitamin, Mineral, dan air. Marsetyo dan Kartasapoetra (1995) menyatakan bahwa kadar zat gizi pada setiap bahan makanan tidak sama, ada yang tinggi ada juga yang rendah. Selanjutnya diantara beragam jenis bahan makanan yang tersedia di alam ada yang kaya dengan satu jenis zat gizi, ada pula yang lebih dari satu jenis zat gizi. Kemajuan ilmu dan teknologi dalam bidang kimia, telah berhasil mengungkapkan kandungan zat gizi di dalam berbagai jenis bahan makanan. Dengan memperhatikan pola makan empat sehat lima sempurna, setiap bahan makanan akan saling melengkapi dalam hal kandungan zat gizinya yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia, sehingga mampu menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisiknya, termasuk kebutuhan energi guna melaksanakan kegiatan sehari-hari. 7

Transcript of BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

Page 1: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

7

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Status Gizi

2.1.1. Pengertian Status Gizi

Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi

yang mempunyai nilai sangat penting tergantung dari macam-macam bahan

makanannya yang berguna untuk proses pemeliharaan, proses pertumbuhan dan

perkembangan maupun untuk memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik

sehari-hari (Marsetyo dan Kartasapoetra, 1995). Makanan yang dikonsumsi

manusia harus memiliki kualitas gizi yang baik agar dapat bermanfaat maksimal

bagi tubuh. Menurut Djoko Pekik Irianto (2007) berbagai zat gizi yang diperlukan

tubuh tersebut dapat digolongkan menjadi enam macam yaitu: Karbohidrat,

Protein, Lemak, Vitamin, Mineral, dan air. Marsetyo dan Kartasapoetra (1995)

menyatakan bahwa kadar zat gizi pada setiap bahan makanan tidak sama, ada

yang tinggi ada juga yang rendah. Selanjutnya diantara beragam jenis bahan

makanan yang tersedia di alam ada yang kaya dengan satu jenis zat gizi, ada pula

yang lebih dari satu jenis zat gizi. Kemajuan ilmu dan teknologi dalam bidang

kimia, telah berhasil mengungkapkan kandungan zat gizi di dalam berbagai jenis

bahan makanan. Dengan memperhatikan pola makan empat sehat lima sempurna,

setiap bahan makanan akan saling melengkapi dalam hal kandungan zat gizinya

yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia, sehingga mampu menjamin

pertumbuhan dan perkembangan fisiknya, termasuk kebutuhan energi guna

melaksanakan kegiatan sehari-hari.

7

Page 2: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

8

Soekirman (2000) menyatakan bahwa status gizi adalah cukupnya zat gizi

yang dikonsumsi sesuai dengan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Beliau

menambahkan bahwa status gizi berhubungan dengan sel-sel tubuh dengan

penggantian zat-zat makanan. Atau bisa dikatakan bahwa status gizi merupakan

keadaan kesehatan seseorang sebagai gambaran konsumsi zat makanan yang

dimasukkan dalam tubuh dan penggunaannya oleh tubuh. Djoko Pekik Irianto

(2007) menambahkan bahwa status gizi adalah ekspresi dari keadaan

keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Atau dapat dikatakan bahwa status

gizi merupakan indikator baik buruknya penyediaan makanan sehari-hari. Hal ini

senada dengan pendapat Suhardjo (2008) yang menyatakan bahwa status gizi

sebagai suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh penyerapan dan penggunaan

makanan. Asupan gizi bagi anak yang kurang diperhatikan dapat mempengaruhi

perkembangan kemampuan motorik yang kurang optimal. Dalam penelitian

Samudi (2004) analisa Bivariat menunjukan variable skor z pada indeks Berat

badan/ Umur (BB/U)mempunyai hubungan bermakna terhadap tingkat

kemampuan motorik. Dari analisa tersebut disimpulkan bahwa status gizi

mempunyai hubungan yang bermakna terhadap tingkat kemampuan motorik anak

(http://www.fkm.undip.ac.id). Menurut Djoko Pekik (2007) prestasi yang optimal

seorang olahragawan didukung oleh keadaan status gizi yang optimal pula.

Sehingga perlu adanya perencanaan status gizi yang meliputi perbaikan,

pemeliharaan, maupun pemulihan status gizi seorang olahragawan.Berdasarkan

beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa status gizi adalah keadaan

kesehatan tubuh seseorang sebagai pencerminan konsumsi zat makanan dan

penggunaannya oleh tubuh serta kesesuaian gizi yang dikonsumsi dengan zat gizi

Page 3: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

9

yang dibutuhkan oleh tubuh. Jika seorang anak memiliki status gizi yang baik

memungkinkan anak akan selalu bersemangat dalam mengikuti berbagai aktifitas

sehari-hari. Dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya, anak usia sekolah

dasar merupakan masa bagi seorang anak yang sangat aktif untuk melakukan

aktifitas fisik khususnya dalam aktifitas bermain. Mereka tidak bisa tinggal diam

dan selalu bergerak setiap ada rangsangan dari sekelilingnya.

Anak selalu ingin mengetahui dan mencoba sesuatu yang dilihatnya.

Dengan demikian anak usia sekolah dasar memerlukan gizi yang cukup agar

memiliki tingkat status gizi yang baik. Anak yang status gizinya baik akan

memiliki daya tahan yang baik pula, sehingga memungkinkan anak untuk selalu

aktif dalam melaksanakan tugas geraknya. Hal tersebut menjadikan anak memiliki

pengalaman gerak yang luas yang akan mempengaruhi perkembangan

motoriknya. Begitu pula buruknya status gizi pada anak dapat mengakibatkan

perkembangan motorik anak yang tidak optimal.

2.1.2. Pengukuran Status Gizi

Kita mengenal beberapa cara pengukuran status gizi anak seperti dengan

metode anthropometric, pemeriksaan klinik dan pemeriksaan laboratorik. Di

antara ketiganya, pengukuran anthropometri relatif paling sederhana, mudah,

murah dan banyak dilakukan. Pengukuran klinik biasanya dilakukan oleh dokter

untuk melihat adanya kelainan organ tubuh akibat KEP, misalnya adanya oedeem,

perubahan warna dan sifat rambut, kelainan kulit dan sebagainya. Pengukuran

laboratorik dilakukan pemeriksaan darah dan urine untuk mengetahui adanya

Page 4: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

10

kelainan kimiawi darah dan urine akibat keperawatan (KEP). Menurut Soekirman

(2000), beberapa cara pengukuran status gizi adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran anthropometri

Pengukuran tubuh manusia dengan anthropometric dipelopori oleh antropolog

Amerika Serikat bernama Ales Hrdlicka (1869-1943).

Dalam anthropometric dapat dilakukan beberapa macam pengukuran, yaitu

pengukuran terhadap berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan

sebagainya. Dari beberapa pengukuran tersebut, berat badan, tinggi badan dan

lingkar lengan sesuai dengan usia adalah yang paling sering dilakukan dalam

survei gizi. Untuk keperluan perorangan di keluarga, pengukuran berat badan

(BB) dan tinggi badan (TB) adalah yang paling dikenal. Untuk mengetahui

tingkat status gizi seorang baik tinggi, normal atau rendah, harus dibandingkan

dengan standar internasional yang ditetapkan oleh (WHO). BB terhadap TB,

LLA terhadap TB (QUAC Stick = Quacker Arm Circumference measuring),

lain-lain LLA dibandingkan dengan standar/ buku, lipatan kuulit pada trisep,

subscapular, abdominal dibandingkan dengan buku.. Kemudian hasil

pengukuran antropometrik tersebut debandingkan dengan suatu buku tertentu,

misalnya buku Harvard, NCHS, atau buku nasional. Disamping itu masi ada

ukuran antropometrik lainnya yang dipake khusus pada kasus-kasus dengan

kelainan bawaan antara lain adalah : Lingkaran dada,lingkaran perut dan

lingkaran perut. Panjang jarak antara 2 titik tubuh, seperti biakrominal untuk

lebar bahu, bitrokanterik untuk lebar pinggul, bitemporal untuk lebar kepala

dll.

Page 5: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

11

2. Ukuran antropometrik yang lain

Ukuran antropometrik yang lain, di manfaatkan untuk menilai perawakan

(somatotype),Menurut Hippocrates. perawakan tinggi kurus, Habitus

apoplekticus perawakan gemuk pendek. Menurut Kretschmer terdapat 3 jenis

perawakan yaitu : piknikus atletikus,astenikus. Menurut Sheldon. endomorfi,

mesomorfi, ektomorfi untuk perawakan yang sesuai dengan klasifikasi dari

Kretschmer. Penilaian mengenai jenis perawakan pada mulanya digunakan

untuk meramalkan sifat (karakter) dan kepekaan terhadap beberapa penyakit,

pada anak jenis perawakan tersebut pada kasus tertentu perlu diperhitungkan,

walaupun tidak terlalu berpengaruh..gejala /tanda pada pemeriksaan fisik

a. Keseluruan fisik dilihat bentuk tubuh, perbandingan bagian kepala, tubuh

dan anggota juga dipehatikan apakah ada edema atau tidak.

b. Jaringan otot pertumbuhan otot diperiksa pada lengan atas, pantat dan paha

dengan cara cubitan tebal.

c. Jaringan lemak jaringan ini diperiksa pada kulit dibawah triseps dan

subkapular dengan cara cubitan tipis.

d. Rambut pada rambut yang diperiksa adalah pertumbuhannya warna

diameter (tebal/tipis) sifat (keriting/lurus) dan akar rambut (mudah

dicabut/tidak).

Gambar 2.1 Status Gizi Antrometri

Page 6: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

12

3. Buku patokan

Pola tumbuh kembang anak menunjukan variasi normal yang luas,sehingga

perlu cara dan istilah statistic untuk menilainya.terdapat 3 macam cara untuk

menunjukan suatu variasi normal .Yang pada umumnya disusun dalam bentuk

tabel/dalam kartu pertumbuhan(growth chart), yaitu :

a. Mengunakan Mean dan SD

Mean adalah nilai rata-rata ukuran anak yang dianggap normal,dengan cara

ini seorang anak dapat ditentukan posisinya yaitu : Mean ± 1 SD

mencangkup 66,6%.Mean ± 2 SD mencangkup 95%. Mean ± 3 SD

mencanngkup 97,7%.

b. Menggunakan persentil

Besarnya persentil menunjukan posisi suatu hasil pengukuran dalam urutan

yang khas,yaitu dari yang terkecil sampai yang terbesar,dari 100 hasil

pengukuran (100%) persentil ke 10 berarti bahwa anak tersebut berada pada

posisi anak ke 10 dari bawah, dimana 9 anak lebih kecil darinya dan 90 anak

lebih besar darinya.sedangkan persentil ke 50 berarti bahwa anak tersebut

berada pada urutan ke 50,sehingga jumlah yang sama berada dibawah dan

diatasnya.

c. Mengunakan persentasi

Besarnya variasi normal berada diantara persentasi tertentu, terhadap suatu

nilai patokan yang dianggap 100%. Misalnya pada lokakarya Antropometri

Gizi Dep,1975 bahwa : Nilai 100% untuk berat adalah nilai persentil ke 50

dari buku Harvard.Variasi normal berada antara 80-110%.

Page 7: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

13

4. Interpretasi hasil pemeriksaan

Proses pertumbuhan kembang lebih banyak dinilai pada pemeriksaan

antropometrik secara berkala. Anak yang normal mengikuti kurva

pertumbuhan secara mantap.suatu penyimpangan dari arah kurva yang

normal.Adalah suatu indikator terhadap kelainan akibat penyakit/hormonal/gizi

kurang. Penyimpangan menuju kebawah/lintas sentil ke bawah/downward

centile crossing untuk berat badan ,adalah indikator gagal tumbuh(failure to

thrive),yaitu jika BB terhadap TB kurang dari persentil ke 10 dalam 56 hari

untuk bayi kurang dari 5 bulan,atau selama 3 bulan untuk bayi yang lebih

tua,penyimpangan menuju keatas/lintas sentil keatas/upward centile crossing

merupakan tanda baik keadaan kejar tumbuh (catch up growth).

Indikator yang sering digunakan untuk mengetahui status gizi ada 3

macam, yaitu berat badan menurut umur yang disimbulkan dengan Berat

badan/ umur BB/U, tinggi badan menurut umur disimbulkan dengan TB/U dan

kombinasi BB dan TB yang disimbulkan dengan BB/TB. Indikator BB/U

menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah

berubah, tetapi indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan selain

dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indikator TB/U

menggambarkan status gizi masa lalu, sedangkan indikator BB/TB

menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini.

5. Indikator Berat badan/ Umur (BB/U)

Status gizi dapat diketahui dengan melihat berat badan menurut umur,

kemudian dibandingkan dengan standar WHO. Kemungkinan yang terjadi

adalah lebih rendah, lebih tinggi atau normal. BB/U normal, digolongkan pada

Page 8: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

14

status gizi baik, BB/U lebih rendah berarti status gizi kurang atau buruk, BB/U

tinggi berarti status gizi lebih. Status gizi kurang yang diukur dengan indikator

BB/U dikelompokkan menjadi berat badan rendah (BBR). Menurut tingkat

keparahannya, BBR dibedakan menjadi ringan (mild), sedang (moderate) dan

berat (severe). BBR tingkat berat atau sangat berat sering disebut dengan status

gizi buruk. Di masyarakat gizi buruk pada orang dewasa disebut HO sedangkan

pada anak-anak disebut marasmus dan kwashiorkor. Kelebihan indikator BB/U

dalam penentuan status gizi di adalah mudah dan cepat dimengerti oleh

masyarakat umum, sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka

waktu pendek dan dapat mendeteksi kegemukan.

6. Indikator Tinggi badan/ Umur (TB/U)

Indikator TB/U dipakai untuk mengukur status gizi anak balita umur 0-24

bulan yang pengukurannya dilakukan dengan terlentang (tidak berdiri). Hasil

pengukuran dapat digolongkan menjadi TBnya normal, kurang dan tinggi

setelah dibandingkan dengan standar WHO. TB/U kurang disebut pendek tak

sesuai umurnya (PTSU). Hasil pengukuran TB/U menggambarkan status gizi

masa lalu, seorang yang tergolong PTSU kemungkinan keadaan gizi masa lalu

tidak baik. Indikator TB/U dapat digunakan untuk menggambarkan riwayat

keadaan gizi masa lalu dan dapat dijadikan indikator keadaan sosial ekonomi

penduduk.

7. Indikator Berat badan/ Tinggi badan (BB/TB)

BB/TB merupakan indikator pengukuran antropometric yang paling baik,

karena dapat meggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan

spesifik. Berat badan berkorelasi linier dengan tinggi badan, artinya

Page 9: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

15

perkembangan berat badan akan diikuti oleh pertambahan tinggi badan. Oleh

karena itu, berat badan yang normal akan proporsional dengan tinggi badannya.

Indikator BB/U dipakai di dalam kartu menuju sehat (KMS) untuk

memantau pertumbuhan anak secara perorangan. Indikator ini digunakan

karena relatif lebih mudah dalam menentukan status gizi balita. Kartu Menuju

Sehat yang digunakan di posyandu pada dasarnya adalah penerapan

Pengukuran status gizi anak balita. Kartu menuju sehat adalah alat yang

sederhana dan murah yang digunakan untuk memantau pertumbuhan anak dan

harus selalu dibawa setiap mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan

kesehatan termasuk bidan dan dokter (Depkes, 2001).

Keadaan status gizi merupakan bagian dari pertumbuhan anak,pada

pemeriksaan dilapangan dipakai cara penilaian yang disepakati bersama untuk

keseragaman baik dalam caranya maupun baku patokan yang menjadi bahan

perbandingannya,sedangkan dalam klinik atau dalam menangani suatu kasus

tidak cukup,hanya berdasarkan fisik dan pemeriksaan penunjang

lainnya.sehingga kita dapat mendeteksi secara dini adanya kelainan/gangguan

pertumbuhan,selanjutnya mencari penyebabnya dan mengusahakan

pemulihannya.

2.1.3. Klasifikasi status gizi.

Standar baku antropometri yang paling banyak digunakan adalah standar

baku Harvard dan standar baku WHO-NCHS. Persatuan Ahli Gizi Indonesia

(PERSAGI) pada tanggal 19 Januari 2000 menetapkan bahwa penilaian status gizi

berdasarkan indeks BB/U (Berat Badan per Umur), TB/U (Tinggi Badan per

Page 10: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

16

Umur), dan BB/TB (Berat Badan per Tinggi Badan) di sepakati penggunaan

istilah status gizi dan baku antropometri yang dipakai dengan menggunakan Z-

score dan baku rujukan WHO-NCHS (WNPG VII, 2004). Untuk menentukan

klasifikasi status gizi digunakan Z-score (simpang baku) sebagai batas ambang.

Kategori dengan klasifikasi status gizi berdasarkan indeks BB/U, PB/U atau

BB/TB dibagi menjadi 3 golongan dengan batas ambang. Pertimbangan dalam

menetapkan cut off point status gizi didasarkan pada asumsi resiko kesehatan :

1. Antara -2SD sampai +2SD tidak memiliki atau beresiko paling ringan untuk

menderita masalah kesehatan

2. Antara -2SD sampai -3SD atau antara +2SD sampai +3SD memiliki resiko

cukup tinggi untuk menderita masalah kesehatan

3. Di bawah -3SD atau diatas +2SD memiliki resiko tinggi untuk menderita

masalah kesehatan.

Klasifikasi dan penentuan status gizi berdasarkan antropometri yaitu :

1. Gizi lebih : overweight dan obesity

2. Gizi baik : wellnourished

3. Gizi kurang : underweight (mild dan moderate malnutrition)

4. Gizi buruk : severe malnutrition (marasmus, kwashiorkor dan marasmic

kwasiokor)

Menurut buku pedoman pemantauan status gizi (PSG) melalui posyandu,

Depkes RI (2010) indeks dan baki rujukan yang digunakan dalam pengolahan data

adalah indeks BB menurut umur dengan menggunakan baku rujukan antropometri

WHO-NCHS, dengan menentukan 4 kategori sebagai berikut:

1. Gizi baik : ≥ 80% terhadap bakuan median.

Page 11: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

17

2. Gizi sedang : 70-79,9% terhadap bakuan median.

3. Gizi kurang : 60-69,9% terhadap bakuan median.

4. Gizi buruk : < 60%terhadap bakuan median (Soegianto, 2007).

Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan

normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan

KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini,

sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat

sebelum masalahnya lebih berat KMS di Indonesia telah digunakan sejak tahun

1970-an, sebagai sarana utama kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan

pertumbuhan adalah serangkaian kegiatan yang terdiri dari:

1. Penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan berat badan

setiap bulan, pengisian KMS, menentukan status pertumbuhan berdasarkan

hasil penimbangan berat badan.

2. Menindaklanjuti setiap kasus gangguan pertumbuhan. Tindak lanjut hasil

pemantauan pertumbuhan biasanya berupa konseling, pemberian makanan

tambahan, pemberian suplementasi gizi dan rujukan.

Kartu Menuju Sehat untuk Balita (KMS-Balita) adalah alat yang sederhana

dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan

anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus

selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan

kesehatan, termasuk bidan dan dokter. KMS-Balita menjadi alat yang sangat

bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar

tidak terjadi kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak.

Fungsi utama KMS ada 4, yaitu;

Page 12: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

18

1. Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak. Pada KMS dicantumkan

grafik pertumbuhan normal anak, yang dapat digunakan untuk menentukan

apakah seorang anak tumbuh normal, atau mengalami gangguan pertumbuhan.

Bila grafik berat badan anakmengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya

anak tumbuh normal, kecil risiko anak untuk mengalami gangguan

pertumbuhan. Sebaliknya bila grafik berat badan tidak sesuai dengan grafik

pertumbuhan, anak kemungkinan berisiko mengalami gangguan pertumbuhan.

2. Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat riwayat

pelayanan kesehatan dasar anak terutama berat badan anak, pemberian kapsul

vitamin A, pemberian ASI pada bayi 0-6 bulan dan imunisasi.

3. Sebagai alat edukasi. Di dalam KMS dicantumkan pesan-pesan dasar

perawatan anak seperti pemberian makanan anak, perawatan anak bila

menderita diare

Gambar 2.2. KMS Laki-laki dan Perempuan.

Page 13: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

19

Gambar 2.3 KMS Cara membaca KMS

Cara membaca KMS

a. Isikan bulan lahir anak pada 0 bulan lahir

b. Tulis semua kolom bulan penimbangan berikutnya secara berurutan.

c. Tulis bulan saat penimbangan pada kolom sesuai umurnya.

d. Tulis semua kolom bulan penimbangan berikutnya secara berurutan.

• Tulis berat badan di bawah kolom bulan saat penimbangan

Page 14: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

20

• Letakkan titik berat badan pada titik temu garis tegak (umur) dan garis

datar (berat badan).

• Hubungkan titik berat badan bulan ini dengan bulan lalu. Jika bulan

sebelumnya anak ditimbang, hubungkan titik berat badan bulan lalu

dengan bulan ini dalam bentuk garis lurus

• Jika anak bulan lalu tidak ditimbang, maka garis pertumbuhan tidak

dapat dihubungkan.

4. Menentukan Status Pertumbuhan anak

Status pertumbuhan anak dapat diketahui dengan 2 cara yaitu dengan

menilai garis pertumbuhannya, atau dengan menghitung kenaikan berat badan

anak dibandingkan dengan Kenaikan Berat Badan Minimum (KBM).

Kesimpulan dari penentuan status pertumbuhan adalah :

Gambar 2.4 KMS

Page 15: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

21

Contoh diatas menggambarkan status pertumbuhan berdasarkan grafik

pertumbuhan anak dalam KMS: Catat setiap kejadian kesakitan yang dialami

anak. Contoh :

a. TIDAK NAIK (T); grafik berat badan memotong garis pertumbuhan

dibawahnya; kenaikan berat badan < KBM (<800 g)

b. NAIK (N), grafik berat badan memotong garis pertumbuhan diatasnya;

kenaikan berat badan > KBM (>900 g)

c. NAIK (N), grafik berat badan mengikuti garis pertumbuhannya; kenaikan

berat badan > KBM (>500 g)

d. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan mendatar; kenaikan berat badan <

KBM (<400 g)

e. TIDAK NAIK (T), grafik berat badan menurun; grafik berat badan < KBM

(<300g)

2.1.4. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Adapun faktor yang berhubungan dengan Status Gizi

1. Umur; Kebutuhan energi individu disesuaikan dengan umur, jenis kelamin, dan

tingkat aktivitas.

2. Frekuensi Makan; Frekuensi konsumsi makanan dapat menggambarkan berapa

banyak makanan yang dikonsumsi seseorang.

3. Asupan Makanan; Kebutuhan nutrient tertinggi per kg berat badan dalam

siklus daur kehidupan adalah pada masa bayi dimana kecepatan tertinggi dalam

pertumbuhan dan metabolism terjadi pada masa ini (Kusharisupeni,2007).

Seorang anak yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan

potensi genetik yang dimilikinya. Akan tetapi asupan zat gizi yang dikonsumsi

dalam bentuk makanan akan mempengaruhi pertumbuhan anak. Kekurangan

zat gizi akan dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang menyimpang

Page 16: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

22

dari standar (Khomsan,2004). Apabila anak balita intake makanannya tidak

cukup maka daya tahan tubuhnya akan menurun sehingga akan mengalami

kurang gizi dan mudah terserang penyakit infeksi. Selama masa pertumbuhan

balita memerlukan asupan energi dan protein. Protein diperlukan oleh anak

balita untuk pemeliharaan jaringan, perubahan komposisi tubuh dan

pertumbuhan jaringan baru (Robberts,et.al, 2005).

4. Penyakit Infeksi; Hubungan antara gizi kurang dan penyakit infeksi sangat

komplek. Disatu sisi kekebalan tubuh anak terhadap infeksi akan berkurang

apabila anak menderita gizi kurang. Contohnya adalah anak yang gizi kurang

selanjutnya dapat menderita penyakit pneumonia atau penyakit infeksi lainnya

sedangkan disisi lain penyakit infeksi sangat mempengaruhi status gizi anak

(Kartasapoetra, 2008). Penyakit infeksi dapat menyebabkan kehilangan nafsu

makan sehingga terjadi kekurangan gizi secara langsung. Pada anak umur 12

sampai 36 bulan khususnya mempunyai resiko penyakit infeksi

seperti gastroenteritis dan campak (WHO, 2004).

5. Pola Asuh; Pola asuh anak merupakan kemampuan keluarga dan masyarakat

untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat

tumbuh dan berkembang dengan sebaik-baiknya baik fisik, mental dan sosial

berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya

dengan anak, memberikan makan, merawat kebersihan, dan memberi kasih

sayang. Pola asuh gizi merupakan bagian dari pola asuh anak yaitu praktik di

rumah tangga yang diwujudkan dengan tersedianya pangan dan perawatan

kesehatan serta sumber lainnya untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan dan

perkembangan anak (Zeitlin dalam WNPG VII, 2004).

Page 17: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

23

6. Tingkat Pendidikan; Pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan

pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka sangat

diharapkan semakin tinggi pula pengetahuan orang tersebut mengenai gizi

dan kesehatan .

7. Pengetahuan; Tingkat pendidikan seseorang sangat mempengaruhi tingkat

pengetahuannya akan gizi. rendah-tingginya pendidikan seseorang juga turut

menentukan mudah tidaknya orang tersebut dalam menyerap dan memahami

pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Berdasarkan hal ini, kita dapat

menentukan metode penyuluhan gizi yang tepat. Di samping itu, dilihat dari

segi kepentingan gizi keluarga, pendidikan itu sendiri amat diperlukan agar

seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga dan

dapat mengambil tindakan

8. Pekerjaan; Pekerjaan yang berhubungan dengan pendapatan merupakan faktor

yang paling menentukan tentang kuantitas dan kualitas makanan.Ada

hubungan yang erat antara pendapatan yang meningkat dan gizi yang didorong

oleh pengaruh menguntungkan dari pendapatan yang meningkat bagi perbaikan

kesehatan dan masalah keluarga lainnya yang berkaitan dengan keadaan gizi.

9. Jumlah Anak; Urutan kelahiran merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

pada pola pertumbuhan anak balita dalam satu keluarga. Anak yang terlalu

banyak selain menyulitkan dalam mengurusnya juga kurang bisa menciptakan

suasana tenang di dalam rumah. Lingkungan keluarga yang selalu rebut akan

mempengaruhi ketenangan jiwa, dan ini secara langsung akan menurunkan

nafsu makan anggota keluarga lain yang terlau peka terhadap suasana yang

kurang mengenakkan (Apriadji, 2011). Menurut Berg rumah tangga yang

Page 18: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

24

mempunyai anggota keluarga besar beresiko mengalami kelaparan 4 kali lebih

besar dari rumah tangga yang anggotanya kecil dan beresiko menderita gizi

kurang pada anak- anak 5 kali lebih besar. sedangkan Amos (2000) melaporkan

bahwa ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak dengan status

gizi.Semakin banyak jumlah anak semakin besar resiko menderita kurang

energi protein (OR=1,12) (Arisman, 2007).

10. Sanitasi Air Bersih; Kurang energi protein merupakan masalah kesehatan

terutama di Negara berkembang. Ketersediaan air bersih, sanitasi

dan hygiene member dampak pada penyakit infeksi khususnya penyakit diare.

Ketersediaan air bersih merupakan upaya pencegahan yang berkaitan dengan

status gizi. Ketersediaan air bersih sangat berhubungan dengan kejadian kurang

energy protein khususnya pada anak balita (WHO,

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi

baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi

yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,

perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat

setinggi mungkin. Gizi kurang merupakan suatu keadaan yang terjadi akibat tidak

terpenuhinya asupan makanan. Gizi kurang dapat terjadi karena seseorang

mengalami kekurangan salah satu zat gizi atau lebih di dalam tubuh (Almatsier,

2004). Akibat yang terjadi apabila kekurangan gizi antara lain menurunnya

kekebalan tubuh (mudah terkena penyakit infeksi), terjadinya gangguan dalam

proses pertumbuhan dan perkembangan, kekurangan energi yang dapat

menurunkan produktivitas tenaga kerja, dan sulitnya seseorang dalam menerima

pendidikan dan pengetahuan mengenai gizi (Achmad djaeni, 2008).

Page 19: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

25

Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi yang banyak dihadapi oleh

negara-negara yang sedang berkembang. Hal ini dapat terjadi karena tingkat

pendidikan yang rendah, pengetahuan yang kurang mengenai gizi dan perilaku

belum sadar akan status gizi. Contoh masalah kekurangan gizi, antara lain KEP

(Kekurangan Energi Protein), GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium),

Anemia Gizi Besi (AGB) (Apriadji, 2010).Faktor yang menyebabkan gizi kurang

telah diperkenalkan UNICEF dan telah digunakan secara internasional, yang

meliputi beberapa tahapan penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita, baik

penyebab langsung, tidak langsung, akar masalah dan pokok masalah. Menurut

Soekirman dalam materi Aksi pangan dan Gizi Nasional (Depkes, 2005),

penyebab kurang gizi dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang mungkin

diderita anak. Penyebab gizi kurang tidak hanya disebabkan makanan yang

kurang tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang baik

tetapi karena sering sakit diare atau demam dapat menderita kurang gizi.

Demikian pada anak yang makannya tidak cukup baik maka daya tahan tubuh

akan melemah dan mudah terserang penyakit. Kenyataannya baik makanan

maupun penyakit secara bersama- sama merupakan penyebab kurang gizi.

2. Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan

anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan

adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh

anggota keluarga dalam jumlah yang cukup dan baik mutunya. Pola

pengasuhan adalah kemampuan keluarga untuk menyediakan waktunya,

perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh dan berkembang

Page 20: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

26

secara optimal baik fisik, mental dan sosial. Pelayanan kesehatan dan sanitasi

lingkungan adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar

yang terjangkau oleh seluruh anggota keluarga.

2.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Motorik Anak

2.2.1. Pengertian

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan besar, jumlah,

ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupn individu, yang bisa diukur dengan

ukuran berat (gram, pound, kilogram),ukuran panjang (cm, meter), umur tulang

dan keseimbangan metabolic (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)

dalam stuktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan

dapat di ramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut

adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan

sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing – masing dapat

memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan

tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.

Memahami pertumbuhan dan perkembangan normal membantu perawat

memperkirakan,mencegah dan mendeteksi penyimpangan dari bentuk yang

diharapkan klien. Perkembangan adalah perubahan bentuk yang dimulai saat

konsepsi dan terus berlanjut sepanjang satu masa masa kehidupan (Santrock,

2007.) bentuk ini termasuk perubahan bioligis, kognitif, dan sosioemosional yang

terjadi selama masa kehidupan individu. Perkembangan bersifat dinamis dan

melibatkan progesivitas dan penurunan. Sebagai contoh perkembangan kognitif,

Page 21: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

27

pada usia lanjtu dapat dilihat dari sikap bijaksana dalam mengambil keputusan

karena adanya factor pengalaman, tetapi mereka sulit bertindak seperti orang

muda saat dibutuhkan kecepatan dalam memproses imformasi (Baltes dan

Kunzmann 2004 ; Santrock, 2007.) pertumbuhan mencangkup perubahan fisik

yang terjadi sejak periode prenatal sampai masa dewasa lanjut yang dapat berupa

kemajuan atau kemunduran. Anak yang berusia muda prtumbuhannya lebih cepat

dibanding anak yang lebih tua, dan pada waktu dewasa pertumbuhan tinggi badan

berhenti. Memasuki usia lanjut akan terjadi penurunan tinggi badan yang diikuti

penyusutan tulang dan otot.(Berger, 2005.)

Individu memiliki bentuk pertumbuhan dan perkembangan tertentu.

Kemajuan dalam setiap fase perkembangan akan mempengaruhi kesehatan

individu, keberhasilan atau kegagalan dalam suatu fase akan mempengaruhi

kemampuannya untuk menyelesaikan fase berikutnya. Jika individu mengalami

perkembangan yang berulang, akan terjadi kecacatan sebaliknya, jika individu

mengalami keberhasilan yang berulang, akan meningkatkan kesehatan. Seorang

anak yang belajar berjalan pada usia 20 bulan menunjukan keterlambatan

perkembangan motorik kasar. Seorang anak yang usia 10 bulan yang sudah bisa

berjalan, akan mampu meningkatkan pembelajarannya melalui eksplorasi

lingkungan. Perawat perlu mengambil suatu perspektif masa hidup dari

perkembangan manusia yang menempatkannya dalam perhitungan semua

tingkatan kehidupan. Secara tradisional perkembangan difokuskan pada masa

anak-anak tetapi secara keseluruan perkembangan mencangkup juga perubahan

yang terjadi pada usia dewasa(Elder danShanahan 2006). Perawat juga

Page 22: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

28

mempertimbangkan pengaruh budaya dan konteksnya saat mengkaji pertumbuhan

dan perkembangan klien.

Perkembangan adalah perubahan yang dialami individu menunju ke tingkat

kedewasaan atau kematangan (maturation) yang berlangsung secara sistematis,

progresif dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis (Yusuf,

2002). Kemudian menurut Depkes (2005) perkembangan adalah bertambahnya

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar,

gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian.

Kemampuan motorik berasal dari bahasa Inggris yaitu Motor Ability. Gerak

(motor) merupakan suatu aktivitas yang sangat penting bagi manusia, karena

dengan gerak manusia dapat meraih sesuatu yang menjadi harapannya. Menurut

Rusli Lutan (1988: 96) kemampuan motorik adalah kapasitas seseorang yang

berkaitan dengan pelaksanaan dan peragaan suatu keterampilan yang dipelajari,

sehingga akan memberi dampak pada pertumbuhan dan perkembangan anak.

Kemampuan motorik lebih tepat merupakan kapasitas yang berkaitan dengan

pelaksanaan dan peragaan keterampilan yang relatif melekat pada anak. Faktor

biologis dianggap sebagai kekuatan utama yang berpengaruh terhadap motorik

dasar seseorang. Kemampuan motorik dasar itulah yang kemudian berperan

sebagai landasan bagi perkembangan keterampilan. Kemampuan motorik

mempunyai pengertian yang sama dengan kemampuan gerak dasar, yang

merupakan gambaran umum kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas.

2.2.2. Penilaian Tumbuh dan Perkembangan Anak

Perkembangan fisik motorik secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu:

motorik kasar dan motorik halus. Yang pada prakteknya merupakan dasar dari

Page 23: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

29

perkembangan lainnya. Hal ini dikemukakan oleh Catron dan Alen, bermain

menyediakan kerangka kerja untuk anak dalam mengembangkan pemahaman

tentang diri mereka sendiri, orang lain dan lingkungannya. Bermain adalah bagian

dari fungsi kognitif selanjutnya, oleh karenanya bermain sangat diperlukan dalam

kehidupan anak (Catron dan Allen dalam Yuliani Nurani,2009). Lebih lanjut

menyoroti tentang kebutuhan anak akan bermain, tentu saja melibatkan gerakan

motorik. Dengan demikian perkembangan motorik yang baik akan berdampak

pada aspek perkembangan lainnya. Demikian pula sebaliknya, kesempatan yang

luas untuk bergerak, pengalaman belajar untuk menemukan , aktivitas sensori

motor yang meliputi pengguanaan otot-otot besar dan kecil memungkinkan anak

untuk memenuhi perkembangaan perseptual motorik ( Catron dan Allen dalam

Yuliani Nurani, 2009).

Meskipun setiap anak adalah unik tetapi perkembangan fisik seorang anak

berlangsung secara teratur dan memiliki pola. Pengamatan atas perkembangan

fisik mengungkapkan bahwa pertumbuhan itu adalah bersifat cephalo-caudal

(proses pertumbuhan dimulai dari kepala hingga kaki) dan juga proximo-distal

(proses pertumbuhan dimulai dari pusat badan ke arah luar), serta perkembangan

motorik kasar akan mulai berkembang terlebih dahulu sebelum motorik halus

berkembang.

Motorik Kasar beberapa pendapat ahli mengenai pengertian motorik kasar

diantaranya adalah:

1. Santrock : gerakan tubuh yang menggunakan otot besar yang dipengaruhi

oleh kematangan anak itu sendiri.

Page 24: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

30

2. Gallahue : kemampuan motorik kasar sangat berhubungan dengan kerja otot-

otot besar pada tubuh manusia .

3. Hurlock : motorik kasar adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah

melalui syaraf, urat saraf dan otot yang terkoordinasi. Lebih lanjut Gallahue

menguraikan tentang macam-macam kemampuan motorik kasar yang dapat

dikembangkan pada anak usia dini, meliputi:

4. Lokomotor : Keterampilan motorik kasar melibatkan otot otot besar yang ada

pada tubuh, seperti gerakan tungkai yang digunakan secara keseluruhan oleh

anak-anak untuk berjalan, berlari dan melompat.

5. Non lokomotor: kemampuan yang digunakan tanpa berpindah tempat atau

gerak ditempat. Contoh : meregang, mendorong dan menarik, jalan ditempat,

mengayunkan satu kaki, berdiri dengan satu kaki .

6. Manipulatif : kemampuan yang dikembangkan saat anak sedang menguasai

berbagai macam objek (alat) dan kemampuan ini lebih banyak melibatkan

tangan dan kaki. Contoh : melempar, memukul bola kasti, menendan bola,

menangkap objek, memutar tali atau menggiring bola.

Telah disinggung di atas mengenai perkembangan fisik seorang anak

berlangsung secara teratur dan mengikuti pola yang berurutan (tahap-tahap

perkembangan). Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak

akan terlebih dahulu mampu berdiri sebelum berjalan dan bukan sebaliknya dapat

berjalan kemudian dapat berdiri. Meskipun dalam beberapa kasus ada anak yang

melewati tahapannya, contohnya seorang anak langsung dapat berdiri tanpa

melewati tahap merangkak. Demikian juga perkembangan terjadi lebih dahulu di

Page 25: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

31

daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari

yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola proksimadistal).

Tahapan belajar motorik kasar secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Kognitif.

Pada tahap ini anak membutuhkan informasi tentang cara melakukan suatu

gerakan melalui contoh nyata. Tugas guru atau pelatihlah yang sangat berperan

penting dalam hal ini. Pada tahap ini anak sering mengalami kesalahan,

gerakannya masih kaku, dan kurang terkoordinasi.

2. Tahap Asosiatif.

Pada tahap ini anak sudah mulai bisa menyesuaikan diri dengan gerakan yang

telah dipelajarinya. Gerakan yang dihasilkan oleh anak juga sudah mulai

konsisten sehingga kesalahan dalam setiap gerakan mulai berkurang.

3. Tahap otomatis.

Sesudah melewati proses latihan, anak lalu masuk pada tahap otomatis.

Gerakan yang dilakukannya sudah tidak terganggu oleh kegiatan lainya yang

terjadi secara simultan sehingga tingkat kesalahan dalam melakukan gerakan

semakin berkurang.

Perkembangan fisik motorik kasar pada anak usia dini juga dipengaruh oleh

kondisi-kondisi tertentu, yang dapat menjadi pemacu laju perkembangan ataupun

menjadi penghambat perkembangannya tergantung dari kondisi yang dialami

anak.

1. Genetik. Secara fisik, anak akan membawa sifat yang diturunkan dari kedua

orang tuanya secara genetik. Misalnya saja bentuk raut wajah, bentuk tulang

yang menyusun rangka dan lain sebagainya. Kelengkapan fisik dan

Page 26: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

32

kekuatannya merupakan faktor akan mendorong perkembangan motorik kasar

ke arah yang positif.

2. Pranatal. Seringkali orang hanya memperhatikan pertumbuhan anak setelah

anak itu dilahirkan, tetapi sebenarnya dapat dimulai jauh sebelum anak

dilahirkan. Dapat berupa upaya pemenuhan gizi yang baik terutama selama

masa kehamilan.

3. Proses kelahiran. Ada kalanya proses kelahiran menjadi faktor penentu dalam

perkembangan fisik motorik anak usia dini terutama di tahap awal

kehidupannya. sebagai contoh anak yang lahir prematur membutuhkan

perhatian lebih dibandingkan anak yang lahir pada usia kehamilan yang

mencukup.

4. Kondisi fisik. Kondisi fisik seseorang memang sedikit banyak membawa

pengaruh bagi kepercayaan dirinya untuk berkembang. Kondisi fisik yang baik

memungkinkan untuk mengembangkan motorik kasar sesuai dengan tahap

perkembangan dan kesiapan anak.

5. Lingkungan. Termasuk didalamnya adalah lingkungan keluarga, teman sebaya,

masyarakat sekitar dan guru. Pengaruhnya sangat signifikan mengingat

lingkungan sangat dekat dan erat serta bersentuhan langsung dengan dunia

anak.Dukungan dari orang-orang terdekat dalam memberikan kesempatan bagi

anak untuk bergerak akan melatih keterampilan motorik anak.

6. Stimulasi. Stimulasi dapat diibaratkan sebagai katalisator perkembangan

apabila diberikan secara tepat sasaran. Stimulasi yang diberikan saat anak telah

memiliki kesiapan akan membantu anak menuntaskan tugas perkembngannya

dengan baik.

Page 27: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

33

Dalam tahapan perkembangan fisik motorik, ada hal-hal yang menjadi

kompetensi dan harus dicapai oleh seorang anak menurut usianya. Meski

demikian, hal ini bukanlah harga mati yang menentukan cepat-lambatnya

perkembangan anak. Perlu diingat bahwa setiap anak adalah unik dan kompetensi

yang harus dicapai anak memiliki rentang waktu tertentu. Berikut adalah tabel

perkembangan fisik motorik kasar yang diadaptasi dari Yuliani Nurani Sujiono,

2009.

Tabel 2.1 Perkembangan Sesuai Usia Anak

0-3 tahun 3-4 tahun 5-6 tahun 7-8 tahun

Keterampilan fisik

berkembang dengan cepat

Peningkatan

keterampilan fisik

Melompat dengan

kaki bergantian

Keterampilan fisik

menjadi hal

penting dalam

perkembangan konsep diri

Duduk dan

mereyap merangkak

Mengendarai

sepeda roda tiga

Mengendarai

sepeda roda dua

Bermain skate

Adanya

peningkatain energi yang tinggi

Mulai berjalan dan

berlari

Berlari,

Melompat dengan

dua kaki

Mengambil bagian

di dalam

permainan yang

menuntut keterampilan fisik,

Tingkat

pertumbuhan semakin melambat

Mondar- mandir

naik turun tangga

dengan kaki bergantian

Berjalan pada

balon keseimbangan

Memanjat dengan

peralatan bermain

Melakukan

putaran atau

jungkir balik,

Melakukan

lemparan yang

wajar dan teliti

Motorik kasar disebut-sebut sebagai awal perkembangan fisik motorik anak

usia dini sebelum berkembang ke ranah motorik halus. Hal ini dapat dipahami

Page 28: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

34

karena untuk melakukan gerakan motorik halus diperlukan pengendalian terhadap

otot-otot halus pada tangan, terutama jari yang diperlukan untuk melakukan

kegiatan seperti menggambar, menempel, menggunting dan lain sebagainya.

Pendapat ahli mengenai definisi motorik halus dan terangkum dalam uraian

singkat dibawah ini:

1. Teori John W Santrock

Motorik halus meliputi gerakan-gerakan yang menyesuaikan secara halus

seperti ketangkasan jari.

2. Teori Hurlock

Motorik halus merupakan gerakan yang berkaitan dengan otot-otot halus atau

sebgaian anggota tubuh tertentu, yang dalam pengembangannya dipengaruhi

oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih.

Contoh : kemampuan mencoret akan semakin terarah dan memiliki bentuk bila

sering dilatih, menyusun balok akan menunjukkan bentuk bermakna dengan

keluasaan kesempatan belajar dan mengeksplorasi.

3. Teori Magil

Keterampilan motorik halus sebagai sebuah gerakan yang memerlukan kontrol

otot-otot ukuran kecil untuk mencapai tujuan tertentu. Kontrol meliputi

koordinasi mata-tangan ataupun gerakan yang melibatkan tangan dan jari untuk

pekerjaan dengan ketelitian tinggi.

Dapat disimpulkan bahwa keterampilan motorik halus seperti menggunting,

menempel, bermain puzzle, membuat kolase, bermain dengan plastisin, mewarnai

dan lain-lain, adalah keterampilan membutuhkan ketangkasan jari, tingkat

ketelitian yang tinggi serta melibatkan koordinasi mata dan jari. Dalam

Page 29: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

35

pengembangannya diperlukan keluasaan kesempatan untuk belajar dan berlatih

agar dicapai kompetensi di aspek pengembangan motorik halus.

Berlatih untuk mempraktekan keterampilan motorik halus merupakan hal

yang penting dalam mengembangkan keterampilan anak menggunakan otot-otot

halus melakukan gerkan-gerakan motorik halus. Keterampilan tersebut dapat

diperoleh dengan melalui beberapa tahapan perkembangan motorik halus. Dave,

menguraikan tahapan yang dilalui anak sebagai berikut:

1. Tahap Imitasi

Adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana sama persis seperti yang

dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Pada tahap ini guru memberikan contoh

terlebih dahulu, kemudian anak akan meniru.

2. Tahap Manipulasi

Adalah kemampuan anak melakukan kegiatan sederhana berdasarkan petunjuk

yang diberikan guru. Pada tahap ini, guru tidak lagi memberikan contoh

pengerjaan, tetapi cukup dengan memberi instruksi kepada anak usia dini, dan

mereka akan dapat mengerjakan berdasarkan petunjuk (instruksi) tersebut.

3. Tahap Presisi

Adalah kemampuan melakukan kegiatan yang akurat sehingga mampu

menghasilkan produk kerja yang tepat. Sebagai contoh: anak dapat

mengancingkan baju tepat dengan korelasi satu-satu.

4. Tahap Artikulasi

Adalah kemampuan melakukan kegiatan lebih dari satu (kompleks) secara

berurutan sehingga dapat membuahkan hasil kerja yang merupakan suatu

kesatuan yang utuh.

Page 30: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

36

Contoh: guru meminta anak untuk menggambar dan mewarnai gambarnya

sendiri sehingga hasil kerjanya merupakan kesatuan gambar yang berwarna

dan memiliki makna.

5. Tahap Naturalisasi

Adalah kemampuan melakukan kegiatan secara refleks (dilakukan dengan

sendirinya) tanpa adanya contoh ataupun petunjuk yang diberikan oleh guru.

Contohnya anak akan segera dengan otomatis tanpa diminta mengikat tali

sepatunya apabila terlepas simpulnya.

Pengembangan keterampilan seperti yang diuraikan di atas dan tahapannya

akan dapat dilewati oleh anak jika mendapat stimulasi yang cukup dari guru dan

orang tua serta lingkungan tempat anak tinggal. Variabel lain yang tidak kalah

penting adalah memberikan kesempatan pada anak untuk belajar dan berlatih.

Belajar dapat pula diartikan mengeksplorasi kemampuan motorik halusnya.

Seringkali kemampuan motorik halus terhambat karena tidak adanya ruang bagi

anak untuk berekspresi. Sebagai contoh saat anak mulai belajar memegang pensil

atau krayon, orang tua sering kawatir si anak akan menjadikan dinding sebagai

media pembelajaran. Atau dalam hal belajar menggunakan gunting, orang tua

sering mengambil alih pekerjaan atas dasar kekawatiran sang buah hati akan

terluka karenanya. Padahal untuk menjadi terampil dibutuhkan banyak latihan.

Agar kedua pihak, dalam hal ini orang tua dan anak, dapat sama-sama terpenuhi

keinginannya maka perlu dilakukan mediasi untuk menjembatani kebutuhan anak

untuk belajar dan orang tua juga dapat memastikan keamanan anak. Dalam kasus

belajar menggunakan gunting misalnya, perlu diberikan pemahaman pada anak

sebelum memulai kegiatan dan orang tua/guru melakukan supervisi berupa

Page 31: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

37

pengawasan selama kegiatan berlangsung. Sedangkan dalam kasus mencoret

tembok, anak dapat diajak berkomunikasi untuk negosiasi agar mau berpindah

dari media tembok ke media kertas untuk melatih coretannya agar menjadi

bentuk-bentuk bermakna. Pada dasarnya, baik guru maupun orang tua tidak

dianjurkan menghentikan aktifitas motorik halus atas dasar pertimbangan orang

dewasa pada umumnya, akan tetapi diperlukan dukungan guru dan orang tua

untuk lebih memahami anak dan kebutuhannya untuk belajar dan bereksplorasi

karena anak adalah penjelajah ulung.

Adapun kompetensi yang secara umum dapat dicapai oleh anak usia dini

dalam aspek perkembangan motorik halus disajikan dalam bentuk tabel di bawah

ini dan merupakan adaptasi dari tabel perkembangan yang termuat dalam "Konsep

Dasar PendidikanAnak Usia Dini," yang ditulis oleh Yuliani Nurani Sujiono,

2009.

Setelah mempelajari pendapat ahli tentang definisi motorik kasar dan halus,

serta tahapan-tahapan perkembangan motorik anak usia dini yang dapat

indikatornya dapat dilihat melalui pencapaian kompetensi berdasarkan usia ,

maka untuk mendukung perkembangannya dibutuhkan intervensi pendidikan di

dalamnya. Pendidikan anak usia dini dimaksudkan agar anak memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I

pasal 1 butir 14 dinyatakan bahwa pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun

yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

Page 32: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

38

pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan

dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Selanjutnya pengaruh pendidikan bagi perkembangan fisik-motorik anak

usia dini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Fisik dapat berkembang dengan lebih baik karena mendapat perhatian dan

pemenuhan keutuhan yang memadai untuk bekal perkembangan.

2. Fisik juga akan berkembang menjadi lebih kuat karena diberikan kesempatan

seluas-luasnya bagi anak untuk melakukan aktifitas yang membuat akan

menggerakan otot-ototnya.

3. Anak lebih termotivasi untuk dapat melakukan berbagai aktifitas di dalam

lingkungannya yang bermanfaat bagi perkembangan fisiknya.

4. Anak juga akan terhindar dari hal-hal yang dapat mengganggu dan

membahayakan perkembangan fisiknya.

5. Anak akan memiliki konsep diri yang positif dengan segala kondisi yang

melekat pada dirinya.

Dalam penyelenggaraannya PAUD tidak terlepas dari peran pendidik dalam

membimbing dan membantu anak dalam melaksanakan tugas perkembangan yang

diembannya menurut tingkat perkembangan dan kesiapan anak itu sendiri.Peran

pendidik dalam mengembangkan fisik-motorik anak usia dini adalah:

Memberikan bimbingan dan pembinaan sesuai dengan kemampuan dan taraf

perkembangan anak; Memberikan rasa gembira kepada anak dengan metode

bermain, belajar di dalam kerangka bermain adalah metode efektif bagi anak usia

dini menyerap informasi; Memberi rangsangan (stimulus) dan bimbingan kepada

anak untuk menemukan teknik atau cara-cara yang baik dalam melakukan

Page 33: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

39

kegiatan dengan bermacam-macam media kreatif; dan Memberikan sebanyak

mungkin kebebasan berekspresi melalui berbagai media belajar.

Menurut Soetjiningsih (2003) salah satu metode skrining atau pemeriksaan

untuk mengetahui kelainan perkembangan anak adalah dengan Denver

Developmental Screening Test (DDST). DDST memenuhi semua persyaratan

yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini dapat dilakukan dengan

mudah dan cepat serta dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi.

Sekarang DDST yang digunakan adalah yang sudah dilakukan revisi dan

restandarisasi, yang kemudian dinamakan Denver II.

Dalam pelaksanaan skrining dengan Denver II yang terdiri dari 125 tugas

perkembangan, usia anak ditentukan terlebih dahulu dengan menggunakan

patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun. Jika dalam

perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah dan sama dengan atau

lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.

Setelah usia ditentukan, kemudian tarik garis berdasarkan usia kronologis

yang memotong garis horizontal tugas perkembangan pada formulir DDST.

Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang lulus (Passed = P),

dan berapa yang gagal (Fail = F). Selanjutnya berdasarkan pedoman hasil tes

diklasifikasi dalam.

1. Abnormal, jika dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan

ditambah 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatandan pada

sektor yang sama tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan

dengan garis verikal usia.

Page 34: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

40

2. Meragukan, jika pada 1 sektor didapatka 2 keterlambatan atau lebih. Serta pada

1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama

tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

Lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu untuk menghilangkan faktor sesaat

seperti rasa takut, keadaan sakit atau kelelahan.

3. Normal yaitu semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut diatas.

4. Tinjauan Hubungan Status Gizi dengan, Perkembangan Anak Usia 3 Sampai 5

tahun.

Macam–Macam Tes Perkembangan Dan Cara Menilaian Perkembangan.

a. Skala Intelegensi Wechsler untuk anak usia prasekolah dan sekolah Penggunaan

tes ini untuk anak usia prasekolah (4 sampai 6,5 tahun), merupakan

pengembangan dari penggunaan tes ini sebelumnya yaitu untuk anak-anak

yang lebih besar dan orang dewasa. Tes ini memberikan informasi diagnostik

yang berguna untuk penilaian terhadap perkembangan anak yang mengalami

kesulitan belajar dan retardasi mental.

b. Skala perkembangan menurut Gessel Tes ini digunakan pada anak mulai usia 4

minggu sampai 6 tahun, yang bertujuan untuk menetukan tahap kematangan

dan kelengkapan kegiatan suatu sistem yang sedang berkembang. Skala Gessel

dibagi dalam 4 kelompok utama yaitu perilaku motorik, perilaku adaptif,

perilaku bahasa dan perilaku sosial.

c. Tes skrining perkembangan menurut Denver Developmental Screening Test

(DDST) merupakan metode skrining terhadap kelainan perkembangan anak

dan bukan merupakan tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua

persyaratan yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah

Page 35: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

41

dilakukan dan cepat (15-20 menit) dapat diandalkan dan menunjukkan validitas

yang tinggi.

Frakenburg melakukan revisi dan restandarisasi kembali terhadap DDST dan juga

tugas perkembangan pada sektor bahasa ditambah, yang kemudian hasil revisi dari

DDST dinamakan Denver II yang mempunyai beberapa perbaikan yaitu

peningkatan 86 % pada sektor bahasa, dua pemeriksaan untuk artikulasi bahasa,

skala umur baru, kategori baru untuk interpretasi kelainan ringan, skala penilaian

tingkah laku, dan materi training yang baru.

Denver juga mengelompokkan tugas perkembangan menjadi empat aspek, yaitu :

1. Personal Social (kepribadian atau tingkah laku sosial). Yaitu aspek yang

berhubungan dengan kemauan diri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan

lingkungannya.

2. Fine Motor Adaptif (gerakan motorik halus). Yaitu aspek yang berhubungan

dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang

melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil

tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

3. Language (bahasa). Yaitu kemampuan untuk memberikan respon terhadap

suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.

4. Gross Motor (perkembangan motorik kasar). Yaitu aspek yang berhubungan

dengan pergerakan dan sikap tubuh.

Page 36: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

42

Cara Penilaian Dengan DDST

Alat peraga yang diperlukan saat melakukan prosedur DDST adalah benang

wol warna merah, manik-manik, kubus warna merah-kuning-hijau-biru,

permainan anak, botol kecil, bola tennis, bel kecil, kertas dan pensil; lembar

formulir DDST, buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara

melakukan tes dan cara penilaiannya.

Sedangkan prosedur pelaksanaan pemeriksaan DDST ada dua tahap yaitu:

Tahap pertama secara periodic dilakukan pada semua anak yang berusia 3-6

bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun dan 5 tahun.Tahap kedua dilakukan pada

mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap pertama,

kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.

Cara melakukan penilaian DDST, peneliti menentukan usia anak, kemudian

menarik garis usia pada lembar DDST sesuai dengan usia anak. Dilakukan tes

pada keempat sektor yang dimulai dari item pada sebelah kiri garis usia, kemudian

mulai dilakukan pemeriksaan pada keempat sektor yaitu personal sosial, motorik

halus, bahasa dan motorik kasar.

Setelah dilakukan tes, dilakukan penilaian, apakah Lulus (Passed = P), gagal

tetapi belum melampaui batas umur (Fail = F), gagal karena sudah melampaui

batas umur (Delay = D) ataukah anak tidak mendapatkan kesempatan tugas atau

anak menolak melakukan tugas (No opportunity = NO). Setelah itu dihitung pada

masing-masing sector, berapa yang P, F, dan D, selanjutnya berdasarkan

pedoman, hasil itu diklasifikasikan dalam:

Abnormal bila ada dua atau lebih keterlambatan, pada dua sektor atau lebih.

Bila dalam satu sektor atau lebih didapatkan dua keterlambatan ditambah satu

Page 37: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

43

sektor atau lebih dengan satu keterlambatan dan pada sektor yang sama tersebut

tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

1. Tidak dapat dites

Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau

meragukan.

2. Meragukan

a. Bila pada satu sektor didapatkan dua keterlambatan atau lebih.

b. Bila pada satu sektor atau lebih didapatkan satu keterlambatan dan pada

sektor yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan

garis vertikal.

3. Normal

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut diatas. D. Gross

Motor (Gerak Motorik Kasar) Aspek yang berhubungan dengan pergerakan

dan sikap tubuh, meliputi kemampuan dalam:

1. Gerakan seimbang, 2. Mengangkat kepala, 3. Kepala terangkat ke atas, 4.

Duduk kepala tegak, 5. Menumpu badan pada kaki, 6. Dada terangkat

menumpu satu lengan, 7. Membalik, 8. Bangkit kepala tegak, 9. Duduk

tanpa pegangan, 10. Berdiri tanpa pegangan, 11. Bangkit waktu berdiri,, 12.

Bangkit terus duduk, 13. Berdiri 2 detik, 14. Berdiri sendiri, 15.

Membungkuk kemudian berdiri, 16. Berjalan dengan baik, 17. Berjalan

dengan mundur, 18. Lari, 19. Berjalan naik tangga, 20. Menendang bola ke

depan, 21. Melompat, 22. Melempar bola, lengan ke atas, 23. Loncat, 24.

Berdiri satu kaki 1 detik, 25. Berdiri satu kaki 2 detik, 26. Melompat dengan

satu kaki, 27. Berdiri satu kaki 3 detik, 28. Berdiri satu kaki 4 detik, 29.

Berjalan tumit ke jari kaki, 30. Berdiri satu kaki 6 detik

Page 38: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

44

Cara Mengukur Perkembangan Anak dengan DDST

Pada waktu tes, tugas yang perlu diperiksa setiap kali skrining biasanya

hanya berkisar antara 20-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama,

hanya sekitar 15-20 menit saja

A. Alat yang Digunakan

1. Alat peraga : benang wol merah, kismis/manik-manik, kubus warna merah-

kuning-hijau- biru, permainan anak, botol kecil, bola tenis, bel kecil, kertas,

dan pensil.

2. Lembar formulir DDST

3. Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes

dan cara menilainya.

B. Prosedur DDST terdiri dari dua tahap, yaitu:

1. Tahap pertama : secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia 3

– 6 bulan, 9 – 12 bulan, 18 – 24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.

2. Tahap kedua : dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan

perkembangan pada tahap pertama kemudian dilarutkan dengan evaluasi

diagnostik yang lengkap.

C. Cara Penilaian Dengan DDST

Alat peraga yang diperlukan saat melakukan prosedur DDST adalah

benang wol warna merah, manik-manik, kubus warna merah-kuning-hijau-biru,

permainan anak, botol kecil, bola tennis, bel kecil, kertas dan pensil; lembar

formulir DDST, buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara

melakukan tes dan cara penilaiannya.

Page 39: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

45

Sedangkan prosedur pelaksanaan pemeriksaan DDST ada dua tahap

yaitu: Tahap pertama secara periodic dilakukan pada semua anak yang berusia

3-6 bulan, 9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun dan 5 tahun.Tahap kedua dilakukan

pada mereka yang dicurigai adanya hambatan perkembangan pada tahap

pertama, kemudian dilanjutkan dengan evaluasi diagnostik yang lengkap.

Cara melakukan penilaian DDST, peneliti menentukan usia anak,

kemudian menarik garis usia pada lembar DDST sesuai dengan usia anak.

Dilakukan tes pada keempat sektor yang dimulai dari item pada sebelah kiri

garis usia, kemudian mulai dilakukan pemeriksaan pada keempat sektor yaitu

personal sosial, motorik halus, bahasa dan motorik kasar.

Setelah dilakukan tes, dilakukan penilaian, apakah Lulus (Passed = P),

gagal tetapi belum melampaui batas umur (Fail = F), gagal karena sudah

melampaui batas umur (Delay = D) ataukah anak tidak mendapatkan

kesempatan tugas atau anak menolak melakukan tugas (No opportunity = NO).

Setelah itu dihitung pada masing-masing sector, berapa yang P, F, dan D,

selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil itu diklasifikasikan dalam:

D. Penilaian

Penilaian apakah lulus (Passed: P), gagal (Fail: F), ataukah anak tidak

mendapat kesempatan melakukan tugas (No Opportunity: N.O). Kemudian

ditarik garis berdasarkan umur kronologis, yang memotong garis horisontal

tugas perkembangan pada formulir DDST. Setelah itu dihitung pada masing-

masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan

pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam normal, abnormal, meragukan

(Questionable) dan tidak dapat dites (Untestable).

Page 40: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

46

1. Abnormal

- Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih

- Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan plus

1 sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama

tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis

vertikal usia.

2. Meragukan

- Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.

- Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor

yang sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan

garis vertikal usia.

3. Tidak dapat dites

Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal

atau meragukan.

4. Normal

Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas.

Agar lebih cepat dalam melaksanakan skrining, maka dapat digunakan tahap

pra skrining dengan menggunakan :

1. DDST Short Form, yang masing-masing sektor hanya diambil 3 tugas

(sehingga seluruhnya ada 12 tugas) yang ditanyakan pada ibunya. Bila

didapatkan salah satu gagal atau ditolak, maka dianggap “suspect” dan perlu

dilanjutkan dengan DDST lengkap.

2. PDQ (Pra-Screening Development Questionnaire)

Page 41: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

47

Bentuk kuisioner ini digunakan bagi orang tua yang berpendidikan SLTA ke

atas dapat diisi orang tua di rumah atau pada saat menunggu di klinik. Dipilih 10

pertanyaan pada kuisioner yang sesuai dengan umur anak. Kemudian dinilai

berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan dan pada kasus yang dicurigai

dilakukan tes DDST lengkap. (Soetjiningsih, 1998).

Menurut Depkes (2005) kualitas perkembangan anak dipengaruhi, oleh

faktor dari luar dan dari dalam.Salah satu faktor luar yang mempengaruhi

perkembangan yaitu status gizi atau pemenuhan kebutuhan nutrisi. Nutrisi adalah

salah satu komponen yang penting dalam menunjang keberlangsungan proses

pertumbuhan dan perkembangan. Apabila kebutuhan nutrisi seseorang tidak atau

kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan

(Hidayat, 2007). Pada umumnya kelompok yang rentan gizi adalah anak balita,

karena anak balita mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat, sehingga

memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah yang relatif besar (Sediaoetama, 2000).

Menurut Soekirman (2000) status gizi baik atau normal yaitu keadaan dimana

asupan zat gizi sesuai penggunaan untuk aktivitas tubuh.

Refleksi yang diberikan adalah keselarasan antara pertumbuhan berat badan

dengan umurnya. Adapun ciri-ciri anak berstatus gizi baik dan sehat adalah

tumbuh dengan normal, tingkat perkembangannya sesuai dengan tingkat umurnya,

mata bersih dan bersinar, bibir dan lidah tampak segar, nafsu makan baik, kulit

dan rambut tampak bersih dan tidak kering dan mudah menyesuaikan diri dengan

lingkungan.

Berat badan : Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang

terpenting, dipakai pada setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak semua

Page 42: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

48

kelompok umur. Berat badan merupakan hasil peningkatan/ penurunan semua

jaringan yang ada pada tubuh, anatara lain : tulang, otot,lemak, cairan tubuh dan

lain-lainnya. Berat badan dipakai sebagai indicator yang terbaik pada saat ini

untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh kembang anak, sensitif terhadap

perubahan sedikit saja, pengukuran obyektif dan dapat diulangi, dapat digunakan

timbangan apa saja yang relatif murah, mudah dan tidak memerlukan banyak

waktu, kerugiannya. Indikator berat badan ini tidak sensitive terhadap proposi

tubuh misalnya pendek,gemuk, atau tinggi kurus. Indikator berat badan

dimanfaatkan dalam klinik untuk :

1. Bahan imformasi untuk menilai keadaan gizi baik yang akut maupun yang

kronis , tumbuh kembang dan kesehatan.

2. Memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan penyakit.

3. Dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan.

Tinggi badan : Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang

terpenting. Keistimewanya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada masa

pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maksimal dicapai. Walaupun tinggi

badan ini berfluktuasi, dimana tinggi badan meningkat pesat pada masa bayi,

kemudian melambat dan menjadi pesat kembali (pacu tumbuh adolesen),

selanjutnya melambat dan akhirnya berhenti pada umur 18-20 tahun. Tulang-

tulang anggota gerak berhenti bertambah panjang, tetapi ruas-ruas tulang belakang

berlanjut tumbuh sampai umur 30 tahun, dengan pengisian tulang pada ujung atas

dan bawah korpus-korpus ruas- ruas tulang belakang, sehingga tinggi badan

sedikit bertambah yaitu sekitar 3-5 mm. Antara umur 30-45 tahun tinggi badan

tetap statis, kemudian menyusut.

Page 43: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

49

Keuntungan indikator TB ini adalah pengukurannya obyektif dan dapat

diulang, alat dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawah, merupakan

indikator yang baik untuk gangguan pertumbuhan fisik yang sudah lewat

(stunting) sebagai perbandingan terhadap perubahan- perubahan relatif, seperti

terhadap nilai BB dan LLA.kerugiannya adalah perubahan tingggi badan, relatif

pelan, sukar mengukur tinggi badan yang tepat, dan kadang- kadang diperlukan

lebih dari seorang tenaga. Disamping itu dibutuhkan 2 macam teknik pengukuran,

pada anak umur kurang dari 2 taun dengan posisi tidur terlentang (panjang

supinasi) pada umunya 1 cm lebih panjang, dari pada tinggi berdiri pada anak

yang sama meski diukur dengan teknik pengukuran yang terbaik dan secara

cermat.Peningkatan nilai rata-rata TB orang dewasa suatau bangsa merupakan

indikator peningkatan kesejahteraan/ kemakmuran (perbaikan gizi, perawatan

kesehatan dan keadaan sosial ekonomi),jika potensi genetik belum tercapai secara

optimal. Demikian pula perkawinan sebagai akibat meluasnya migrasi ke bagian-

bagian lain disuatu negeri maupun didunia, kemungkinan besar mempunyai andil

pula pada perubahan sekutar TB ini.

Lingkaran kepala: Lingkaran kepala mencerminkan volume intracranial.

Dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak,apabila otak tidak tumbuh normal

maka kepala akan kecil. Sehingga pada lingkar kepala (LK) yang lebih kecil dari

normal (mikrosefali), maka menunjukan adanya retardasi mental. Sebaliknya

kalau ada penyumbatan pada aliran cairan serebropinal pada hidrosefalus akan

meningkatkan valume kepala, sehingga LK lebih besar dari normal. Sampai saat

ini yang dipakai sebagai acuan untuk LK ini adalah kurve LK dari Nellhaus yang

diperoleh dari 14 penelitian didunia, dimana tidak terdapat perbedaan yang

Page 44: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

50

bermakna terhadap suku bangsa, ras maupun secara geografis,sehingga kurve LK

Nellhaus (1968) tersebut dapat digunakan juga di Indonesia.

Pertumbuhan LK yang paling pesat adalah pada 6 bulan pertama kehidupan,

yaitu dari 34 cm pada waktu lahir menjadi 44 cm pada umur 6 bulan, sedangkan

pada umur 1 tahun47 cm, 2 tahun 49 cm dan dewasa 54 cm. oleh karena itu

manfaat pengukuran LK terbatas pada 6 bulan pertama sampai umur 2 tahun

karena pertumbuhan otak yang pesat, kecuali diperlukan seperti pada kasus

hidrosefalus.LK kepala yang kecil pada umumnya sebagai : Variasi normal,bayi

kecil,keturunan,retardasi mental,kraniostenosis. Sedangkan LK yang besar pada

umumnya disebabkan oleh : Variasi normal, bayi besar,hidranensefali,tumor

selebri,keturunan,efusi subdural, hidrosefalus, penyakit canavan, megalensefali.

Lingkaran lengan atas : Lingkaran lengan atas (LLA) mencerminkan

tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh

cairan tubuh dibandingkan dengan berat badan. LLA dapat dipakai untuk menilai

keadaan gizi/tumbuh kembang pada kelompok umur prasekolah.laju tumbuh

lambat, dari 11 cm pada saat lahir menjadi 16 cm pada umur 1 tahun. Selanjutnya

tidak banyak berubah selama 1-3 tahun. Keuntungan penggunaan LLA ini adalah

alatnya murah, bisa dibuat sendiri,mudah dibawah, cepat penggunaannya, dan

dapat digunakan oleh tenaga yang tidak terdidik,sedangkan kerugiannya adalah

LLA hanya untuk identifikasi anak dengan gangguan gizi/pertumbuhan yang

berat, sukar menentukan pertengahan LLA tampa menekan jaringan, dan hanya

untuk anak umur 1-3 tahun, walaupun ada yang mengatakan dapat untuk anak

mulai umur 6 bulan s/d 5/6 tahun.

Page 45: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

51

Lipatan kulit : Tebalnya lipatan kulit pada daerah triseps dan subscapular

merupakan refleksi tumbuh kembang jaringan lemak dibawah kuit, yang

mencerminkan kecukupan energi.dalam keadaan defisiensi ,lipatan kulit menipis

dan sebaliknya menebal jika masukan energi berlebihan.tebal lipatan kulit

dimanfaatkan untuk menilai terdapatnya keadaan gizi lebih, khususnya pada kasus

obesitas.

l. Penilaian pertumbhan fisik anak

Penilaian tumbuh kembang perlu dilakukan untuk menentukan apakah tumbuh

kembang seorang anak berjalan normal atau tidak, baik dilihat dari segi medis

maupun statistic. Anak yang sehat akan menunjukan tumbuh kembang yang

optimal, apabila diberikan lingkungan bio-fisiko-spikososial yang adekuat.

Proses tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan mulai dari

konsepsi sampai dewasa, yang mengikuti pola tertentu yang khas untuk setiap

anak. Proses tersebut merupakan proses interaksi yang terus menerus serta

rumit antara faktor genetic dan faktor lingkungan bio-fisiko-psikososial

tersebut. Untuk mengetahui tumbuh kembang anak, terutama pertumbuhan

fisiknya yang digunakan parameter- parameter tertentu, yang akan dibahas

pada topik ini.

a. Ukuran antropometrik. Untuk menilai pertumbuhan fisik anak, sering

digunakan ukuran-ukuran antropometrik yang dibedakan menjadi 2

kelompok yang meliputi : Tergantung umur (age dependence). Berat badan

(BB), terhadap umur, tinggi / panjang badan (TB) terhadap umur, lingkaran

lengan atas (LLA) terhadap umur. Kesulitan mengunakan cara ini adalah

menetapkan umur anak yang tepat, karena tidak semua anak mempunyai

Page 46: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

52

catatan mengenai tanggal lahirnya. Tidak tergantung umur. BB terhadap

TB, LLA terhadap TB (QUAC Stick = Quacker Arm Circumference

measuring), lain-lain LLA dibandingkan dengan standar/ buku, lipatan

kuulit pada trisep, subscapular, abdominal dibandingkan dengan buku..

Kemudian hasil pengukuran antropometrik tersebut debandingkan dengan

suatu buku tertentu, misalnya buku Harvard, NCHS, atau buku nasional.

Disamping itu masi ada ukuran antropometrik lainnya yang dipake khusus

pada kasus-kasus dengan kelainan bawaan antara lain adalah : Lingkaran

dada,lingkaran perut dan lingkaran perut. Panjang jarak antara 2 titik tubuh,

seperti biakrominal untuk lebar bahu, bitrokanterik untuk lebar pinggul,

bitemporal untuk lebar kepala dll.

b. Ukuran antropometrik yang lain : Ukuran antropometrik yang lain, di

manfaatkan untuk menilai perawakan (somatotype), : Menurut Hippocrates.

Habitus phthisicus/perawakan tinggi kurus, Habitus apoplekticus/perawakan

gemuk pendek. Menurut Kretschmer terdapat 3 jenis perawakan yaitu :

piknikus atletikus,astenikus. Menurut Sheldon. endomorfi, mesomorfi,

ektomorfi untuk perawakan yang sesuai dengan klasifikasi dari Kretschmer.

Penilaian mengenai jenis perawakan pada mulanya digunakan untuk

meramalkan sifat (karakter) dan kepekaan terhadap beberapa penyakit, pada

anak jenis perawakan tersebut pada kasus tertentu perlu

diperhitungkan,walaupun tidak terlalu berpengaruh.

2. Gejala /tanda pada pemeriksaan fisik

a. Keseluruan fisik dilihat benntuk tubuh, perbandingan bagian kepala, tubuh

dan anggota juga dipehatikan apakah ada edema atau tidak.

Page 47: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

53

b. Jaringan otot pertumbuhan otot diperiksa pada lengan atas, pantat dan paha

dengan cara cubitan tebal.

c. Jaringan lemak jaringan ini diperiksa pada kulit dibawah triseps dan

subkapular dengan cara cubitan tipis.

d. Rambut pada rambut yang diperiksa adalah pertumbuhannya warna

diameter (tebal/tipis) sifat (keriting/lurus) dan akar rambut (mudah

dicabut/tidak).

3. Kemampuan pada motorik kasar :

a. Kemampuan Nonlokomotor

Kemampuan nonlokomotor dilakukan di tempat, tanpa ada ruang gerak

yang memadai. Kemampuan nonlokomotor terdiri atas menekuk dan

meregang, mendorong dan menarik, mengangkat dan menurunkan, melipat

dan memutar, mengocok, melingkar, melambung, dan lain-lain.

b. Kemampuan Lokomotor

Kemampuan lokomotor digunakan untuk memindahkan tubuh dari satu

tempat ke tempat lain atau untuk mengangkat tubuh ke atas, seperti lompat

dan loncat. Kemampuan gerak lainnya adalah berjalan, berlari, skipping,

melompat, meluncur, dan lari seperti kuda berlari (gallop).

c. Kemampuan Manipulatif

Kemampuan manipulatif dikembangkan ketika anak sedang menguasai

bermacam-macam objek. Kemampuan manipulatif lebih banyak melibatkan

tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh juga dapat digunakan.

Keterampilan motorik kasar adalah kemampuan anak dalam menggerakkan

otot besar atau sebagian tubuh atau seluruh tubuh dalam aktivitas motoriknya.

Page 48: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

54

Hurlock (1998) menyatakan dari beberapa studi perkembangan motorik yang

diamatinya, ada lima prinsip perkembangan motorik kasar. Adapun lima prinsip

perkembangan motorik kasar yaitu :

1. Perkembangan motorik kasar bergantung pada kematangan otot dan syaraf.

Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otak lah yang

mengatur setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya

perkembangan sistem syaraf otak yang mengatur otot, semakin baik

kemampuan motorik anak. Hal ini juga didukung oleh kekuatan otot anak yang

baik.

2. Perkembangan yang berlangsung terus menerus. Perkembangan motorik

berlangsung secara terus menerus sejak pembuahan. Urutan perkembangan

cephalocaudal dapat dilihat pada masa awal bayi, pengendalian gerakan lebih

banyak di daerah kepala. Saat perkembangan syaraf semakin baik,

pengendalian gerakan dikendalikan oleh batang tubuh kemudian di daerah

kaki. Perkembangan secara proximodistal dimulai dari gerakan sendi utama

sampai gerakan bagian tubuh terpencil. Misal bayi menggunakan bahu dan siku

dalam bergerak sebelum menggunakan pergelangan tangan dan jari tangan.

3. Perkembangan motorik memiliki pola yang dapat diramalkan. Perkembangan

motorik dapat diramalkan ditunjukkan dengan bukti bahwa usia ketika anak

mulai berjalan konsisten dengan laju perkembangan keseluruhannya. Misalnya,

anak yang duduknya lebih awal akan berjalan lebih awal ketimbang anak yang

duduknya terlambat. Breckenridge dan Vincent menyatakan cara yang cukup

teliti untuk memperkirakan padaumur berapa anak akan mulai berjalan yakni

Page 49: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

55

dengan mengalikan umur anak mulai merangkak dengan 1,5 atau dengan

mengalikan umur anak mulai duduk dengan 2.

4. Reflek primitif akan hilang dan digantikan dengan gerakan yang disadari.

Reflek primitif ialah gerakan yang tidak disadari, berlangsung secara otomatis

dan pada usia tertentu harus sudah hilang karena dapat menghambat gerakan

yang disadari.

5. Urutan perkembangan pada anak sama tetapi kecepatannya berbeda Tahap

perkembangan motorik setiap anak sama. Akan tetapi kondisi bawaan dan

lingkungan mempengaruhi kecepatan perkembangannya.

2.2.3 Klasifikasi tumbuh dan perkembangan anak

Dengan menggunakan cara statistic dan kadang-kadang disertai gejala

klinik, maka status gizi/pertumbuhan anak ditentukan.Tujuan semua cara tersebut

adalah untuk menentukan anak-anak yang perlu mendapat perhatian karena

pertumbuhannya yang kurang baik.

1. Berat badan terhadap umur

Klasifikasi menurut Gomez : Baku Boston,cara %dari

medium,Klasifikasi : >90%:normal, 90-75% : Malnutrisi ringan (Grade 1),75-

61%:Malnutrisi sedang (Grade 2),</=60%: Malnutrisi berat (Grade 3).

Klasifikasi menurut Jelliffe, Baku boston,Cara %dari median.

Klasifikasi ,110-90%: normal,90-81%:Malnutrisi ringan (Grade 1),80-

61%:Malnutrisi sedang (Grade 2 dan 3),</=60%:Malnutrisi normal(Grade 4).

Klasifikasi menurut WHO,Baku NCHS, cara persentil ke 50-3:normal,

persentil </=3;malnutrisi.

Page 50: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

56

Klasifikasi di Indonesia, Baku boston,cara:%dari medium + kenaikan

berat badan.klasifikasi: Menggunakan modifikasi Gomes pada KMS,kemudian

kenaikan berat badan dicatat pada KMS.bila terdapat kenaikan tiap bulan

adalah normal,bila tidak terdapat kenaikan:risiko tinggi terjadinya gangguan

pertumbuhan.

2. Tinggi badan terhadap umur

Kanawati dan McLaren, Baku: Boston,cara:% dari median,Klasifikasi:

:>/=95%:normal,95-90%:Malnutrisi ringan,90-85%:Malnutrisi sedang, 85%:

Malnutrisi berat.

CDC/WHO, Baku: NCHS,cara:% dari medium,klasifikasi:

>/=90%:normal,<90%:stunted/Malnutrisi kronis.

3. Berat terhadap tinggi badan

McLaren/Read, Baku :Boston, cara:% dari medium, Klasifikasi: 110-90%:

normal, 90-85%: Malnutrisi ringan, 85-75%: Malnutrisi sedang, < 75%:

dengan/tanpa edema:Malnutrisi berat.

Waterlow,Baku boston,cara:% dari median,Klasifikasi 110-90%:

Normal, 90-80%: Malnutrisi ringan, 80-70%: Malnutrisi sedang, <70% :

Malnutrisi berat.

NCHS, baku : NCHS,cara:% dari median,Klasifikasi persentil ke 70-

25:normal,persentil ke 10-5:malnutrisi sedang,<persentil ke 5:malnutrisi berat.

4. Lingkar lengan atas

WHO dan Shakir,baku:Wolanski 16,5 cm,cara:%dari median

Klasifikasi:>85% atau >14 cm:normal <76% atau a,12,5 cm : Malnutrisi berat.

Kartu menuju sehat (road to health chart)

Page 51: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

57

David Morley merupakan pelopor yang menggunakan kartu pertumbuhan

anak yang disebut “road to health chart” pada tahun 1975 di desa

imesi,Nigeria.kartu ini merupakan gambar kurva berat badan anak berusia 0-5

thun terhadap umurnya.kartu ini juga dilengkapi dengan beberapa atribut

penyuluhan dan catatan yang penting untuk diingat dan diperhatikan oleh

ibu/petugas kesehatan, antara lain riwayat kelahiran,imunisasi, pemberian ASI,dll.

Maka kertu tersebut disebut juga kartu menuju sehat karena fungsinya yang begitu

lengkap. Sehingga oleh UNICEF diadopsi sebagai komponen integrasi pada

pelayanan kesehatan primer secara menyeluruh, yang sangat bermanfaat bagi

Negara-negara berkembang.

Garis pada kurva pertumbuhan pada KMS berfungsi ganda yaitu : sebagai

tanda persentasi/ persentil tertentu,petujuk arah yang harus dicapai oleh grafik BB

anak. Arah A, pertumbuhan anak baik. Arah B pertumbuhan kurang baik,

memerlukan perhatian khusus. Arah C memerlukan tindakan segera. Arah D, ibu

harus diberi pujian atas keberhasilannya menaikan kembali berat badan anaknya

searah kurva pertumbuhan normal.

KMS (kartu menuju sehat) adalah alat yang penting untuk memantau

tumbuh kembang anak. Aktifitasnya tidak hanya menimbang dan mencatat

saja,tetapi harus menginterpretasikan tumbuh kembang anak kepada ibunya.

Sehingga memungkinkan pertumbuhan anak dapat diamati dengan cara

menimbang teratur setiap bulan. Bahkan Morley juga menambahkan 4 patokan

sederhana perkembangan psiko-motorik pada KMS nya agar ibu dapat

mengetahui juga tingkat perkembangan anaknya.yaitu : Kemampuan duduk (5-

91/2 bulan), berjalan kurang lebih 10 langkah tanpa bantuan (9-18

Page 52: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

58

1/2),mengucapkan sepata-kata (10-20 bulan),kemampuan berbahasa beberapa kata

(18 ½ bulan – 3 tahun).

KMS yang ada di Indonesia pada saat ini berdasarkan standar Harvard (pada

seminar Antropometri di Jakarta,1975),dimana 50 persentil standar Harvard

dianggap 100% yang merupakan batas atas garis hijau. Garis titik-titik merupakan

batas gizi baik dan gizi kurang (cut off point)berdasarkan median-2 SD,

mempunyai nilai yang kurang lebih sama dengan persentil ke 3,atau 80% terhadap

median,sedangkan garis merah adalah 60% terhadap median yang merupakan

batas gizi kurang dengan gizi buruk. Tiap lapis warna pada KMS adalah 5%.

Pertumbuhan anak yang baik,apabila mengikuti arah lengkungan garis pada KMS.

Perhatikan kita jangan hanya terfokus pada anak-anak yang dibawah”cut off

point” saja, tetapi juga pada anak-anak yang mempunyai ukuran antropometri

120% atau lebih, yang ada kecenderungan akan menjadi obesitas. Berdasarkan

hasil seminar Antropometri di Ciloto tahun 1991, standard NCHS akan digunakan

untuk mengantikan standar Harvard. Pada KMS, selain kurva pertumbuhan dari 0-

60 bulan,juga dilengkapi dengan petunjuk tentang pemberian makanan yang sehat

terhadap ASI,catatan pemberian imunisasi dan vitamin A, serta penatalaksanaan

diare dirumah. Sehingga fungsi KMS lebih komprehensif,dalam pelayanan

kesehatan primer. Tujuan pemantauan pertumbuhan fisik anak adalah :

1. Agar pertumbuhan mudah diamati

2. Menciptakan kebutuhan akan rasa ingin tahu terhadap pertumbuhan anak

3. Meningkatkan lingkungan yang layak untuk pertumbuhan anak

4. Melukiskan setiap kejadian yang kurang menguntungkan anak,misalnya

infeksi,musim,ibu meninggal,dll

Page 53: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

59

5. Menemukan seawal mungkin gejala-gejala ganguan pertumbuhan

6. Merupakan sarana untuk memberikan penyuluhan kepada ibu : gizi makanan

bayi,dan anak.tumbuh kembang anak,kesehatan anak,imunisasi,keluarga

berencana,pencegahan:defisiensi vitamin A,dehidrasi,akibat diare,sanitasi

personal dan lingkungan.

Wong (2003) mengklasifikasikan keterampilan motorik kasar usia 3-5 tahun

dalam Tabel Keterampilan motorik kasar anak usia 3-5 tahun. Perkembangan

motorik kasar anak dinilai dari keterampilan motorik kasar anak. Sukarmin (2009)

menyatakan bahwa keterampilan motorik kasar anak usia 3 tahun terdiri atas

kemampuan : 1) berdiri pada satu kaki selama 5-10 detik, 2) berjalan mundur

lebih dari tiga langkah, berjalan maju sejauh 2 m di atas balok selebar 7,5 cm dan

mundur sejauh 1 m, 3) berjalan dengan berjinjit, 4) menaiki tangga dengan kaki

bergantian tetapi tetap turun dengan kaki yang sama pada tiap injakan, 5) berlari

dengan baik tetapi masih kesulitan saat berbelok atau berhenti secara mendadak,

berlari tanpa jatuh, 6) mencoba berdansa tetapi keseimbangan mungkin tidak

adekuat, 7) mendorong, 8) menarik, dan mengendarai mainan beroda atau sepeda

roda tiga, melompat dari langkah dasar atau tempat pijakan, 9) Melompat panjang,

10) Melompat ke depan 5-10 kali dengan dua kaki, 11) Melompat ke depan 2-5

kali dengan satu kaki, 12) membungkuk saat melompat tetapi tidak menekuk

lututnya saat mendarat, 13) melompati halangan setinggi 7,5-10 cm, 14

Menendang bola kebelakang dan ke depan dengan mengayunkan kaki, dan 14)

menangkap bola yang melambung dengan mendekapnya ke dada. Keterampilan

motorik kasar anak usia usia 4 tahun adalah meliputi kemampuan : 1) berdiri di

atas satu kaki selama 10 detik, 2) berjalan maju dan mundur dengan berjinjit

Page 54: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

60

sejauh 6 kaki, berjalan maju sejauh 2,5 m di atasbalok selebar 7,5 cm dan mundur

sejauh 1,5 m, 3) menaiki tangga dengan kaki bergantian tetapi tetap turun dengan

kaki yang sama pada tiap injakan, 4) mulai mengendalikan awal, berhenti, dan

berbelok saat berlari, 5) lomba lari, bersalto atau berguling ke depan, 6) melompat

dan meloncat dengan satu kaki, 7) melompat ke depan 10 kali dengan dua kaki, 8)

melompat ke belakang sekali, 9) melompat ke depan 5 kali dengan lebih seimbang

tapi dengan banyak gerakan lengan, melompat dari ketinggian sekitar 80 cm, 10)

menangkap bola dengan dua tangan yang dilemparkan dari jarak 3 kaki, 11)

melempar bola kecil dengan kedua tangan kepada seseorang yang berjarak 4-6

kaki (1-2 m) darinya, 12) melempar bola bergantian tangan, dan 13) menendang

secara terkoordinasi ke belakang dan ke depan dengan kaki terayun dan tangan

mengayun ke arah berlawanan secara bersamaan.

Keterampilan motorik kasar anak usia usia 5 tahun adalah meliputi

kemampuan : 1) berdiri di atas satu kaki selama 10 detik, 2) Berjalan mundur

dengan tumit dan jari kaki, 3) berjalan maju sejauh 2,5 - 3 m di atas balok selebar

7,5 cm dan mundur sejauh 2 m, 4) menaiki tangga dengan kaki bergantian tetapi

tetap turun dengan kaki yang sama pada tiap injakan, 5) dapat berbelok saat

berlari, 6) dapat berlari dan berhenti sesuai keinginan, 7) berlari sambil meloncat

sejauh 60 – 84 cm, 8) berlari melompati halangan sejauh 23 cm, 9) lomba lari, 10)

bermain skate atau papan seluncur dengan keseimbangan yang baik, 11)

melompat dan meloncat pada kaki bergantian, 12) melompat ke depan 10 kali

dengan dua kaki, 13) melompat ke depan 7-9 kali dengan dua kaki secara

seimbang, 14) melompat ke belakang dua kali berturut-turut, 15) melompat dari

ketinggian 12 inci, 16) melompat sejauh 20– 25 cm, 17) meloncat ke atas, 18)

Page 55: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

61

melempar dan menangkap bola dengan baik, 18) melempar bola dengan memutar

badan dan melangkah ke depan, 19) mengambil satu atau dua langkah yang

teratur sebelum menendang bola.

2.2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

Menurut Narendra (2002) ada dua faktor utama yang mempengaruhi

perkembangan yaitu :

1. Faktor dalam (internal) yang mempengaruhi perkembangan menurut: Depkes

(2005) meliputi ras, keluarga atau herediter, genetik, kelainan kromosom, umur

dan jenis kelamin.

2. Faktor luar (eksternal atau lingkungan)

Faktor prenatal :Gizi yang kurang baik pada ibu hamil lebih sering

menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). Berat

lahir yang rendah dapat mengakibatkan gangguan pada tahapan perkembangan

anak selanjutnya (Soetjiningsih,2003)

Faktor persalinan : Riwayat persalinan dengan vakum ekstraksi atau

forceps dapat menyebabkan trauma pada kepala bayi dan berisiko terjadinya

kerusakan jaringan otak. Kerusakan tersebut dapat menimbulkan gangguan

perkembangan anak (Nursalam, 2005).

Faktor pasca natal menurut Hidayat (2008), meliputi :

a. Nutrisi

Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang

keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan. Apabila

Page 56: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

62

kebutuhan nutrisi seseorang tidak ataukurang terpenuhi maka dapat

menghambat pertumbuhan dan perkembangan.

b. Lingkungan pengasuhan

Pada lingkungan pengasuhan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak. Adanya interaksi ibu dengan anak akan menimbulkan

hubungan yang lebih erat antara keduanya, sehingga orang tua akan lebih

memperhatikan perkembangan anaknya.

c. Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi khususnya dalam

keluarga, misalnya penyediaan alat bermain, sosialisasi anak, keterlibatan

ibu dan anggota keluarga lain dalam kegiatan anak.

Kebutuhan dasar anak : Kebutuhan dasar anak menurut Soetjiningsih (2003)

secara umum ada tiga, yaitu :

1. Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH)

Meliputi : Pangan / gizi merupakan kebutuhan terpenting,perawatan kesehatan

dasar, antara lain imunisasi, pemberian ASIH penimbangan bayi / anak yang

teratur, pengobatan kalau sakit, papan / pemukiman yang layak. Hygiene

perorangan, sanitasi lingkungan, sandang , kesegaran jasmani, rekreasi dll.

2. Kebutuhan emosi atau kasih sayang (ASIH)

Hubungan yang erat dan selaras antara ibu dengan anak merupakan syarat

mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik secara fisik,

mental maupun psikososial. Pada tahu –tahun pertama kehidupan, hubungan

yang erat, mesra dan selaras antara ibu/pengantin ibu dengan anak merupakan

syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembangan yang selaras baik fisik,

Page 57: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

63

mental maupun psikososial. Berperannya dan kehadiran ibu/pengantinnya

sedini dan selanggeng mungkin, akan menjalin rasa aman bagi bayinya. Ini

diwujudkan dengan kontak fisik (kulit/mata) dan psikis sedini mungkin,

misalnya dengan menyusui bayi secepat mungkin segera setelah lahir.

Kekurangan kasih saying ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai

dampak negative pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental maupun social

emosi, yang disebut “ Sindrom Deprivasi Maternal “.kasih sayang dari orang

tuanya (ayah-ibu) akan menciptakan ikatan yang erat (bonding) dan

kepercayaan dasar (basic trust).

3. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH).

Stimulasi mental (asah) menunjang perkembangan mental psikososial anak

yang meliputi kecerdasan, kemandirian, kreativitas,kepribadian, produktivitas

dan sebagainya. Perkembangan anak usia 3 sampai 5 tahun :Menurut

Soetjiningsih (2003) dan Depkes (2005) menjelaskan tentang tahapan

perkembangan anak usia 3 sampai 5 tahun meliputi :

a. Kemampuan motorik kasar dan halus

Anak dapat memanjat, melompat dengan satu kaki, berjinjit

mengelilingi kursi, melempar dan menangkap bola, dan bagi bayi baru lahir

cukup bulan kontrol kepala secara sementara dapat mempertahankan

kepalanya di garis tengah dan paralel ketika badannya digantung secara

ventral dan dapat menggangkat serta menegakkan kepala dari satu sisi ke

sisi lain.berguling bayi baru lahir dapat berguling secara tidak sengaja

karena punggungnya membulat, kemampuan berguling secara sengaja dari

posisi punggung ke perut terjadi pada usia 5 bulan, dan kemampuan untuk

Page 58: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

64

berpindah dari punggung ke abdomen terjadi pada usia 6 bulan. Duduk

kemampuan duduk mengikuti kontrol kepala dari pelurusan punggung yang

progresif selama 2 sampai 3 bualan pertama, punggung membulat secara

beraturan, lengkung konveks leher terbentuk sekitar usia 3 samapi 4 bulan,

ketika kontrol kepala terbentuk. Lokomosi melibatkan pengenalan

kemampuan menahan beban, mendorong ke depan pada keempat

ekstremitas, berdiri tegak dengan songkongan, dan pada akhirnya berjalan

sendiri. Meranggak mendorong ke depan dengan perut di lantai, menjadi

bergerak secara perlahan-lahan pada tangan dan perut(dengan perut

terangkat dari lantai)pada usia 9 bulan. Pada usia ini bayi dapat berdiri

sambil memegang furniture dan dapat menarik dirinya sendiri ke posisi

berdiri namun mereka tak mampu melakukan manuver kebelakang dan

kebawah kecuali ketika jatuh. Kemampuan motorik halus

Anak dapat membuat jembatan dengan 3 kotak, menggambar

lingkaran, dapat memilih dan mengelompokkan benda menurut jenisnya,

dapat mencocokkan gambar dan benda.namun pada bayi perilaku motoric

halus meliputi penggunaan tangan dan jari-jari dalam tindakan

(menggenggam) suatu benda. Penggenggaman terjadi selama 2 sampai 3

bulan pertama sebagai refleks dan secara bertahap menjadi volunteer. Pada

usia 1 bulan, tangan secara dominan dalam keadaan tertutup dan pada 3

bulan lebih banyak terbuka

b. Kemampuan berbicara dan bahasa

Kerateristik perkembangan bahasa yang paling mengejutkan selama masa

kanak-kanak adalah meningkatnya tingkat pemahaman. Meskipun jumblah

Page 59: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

65

kata yang kuasai dari sekitar 4 pada usia 1 tahun menjadi sekitar 300 pada

usia 2 tahun perlu dicatat, kemampuan untuk memahami dan mengerti

percakapan jauh lebih besar disbanding jumblah kata yang dapat diucapkan

anak. Ini terjadi terutama kepada 2 keluarga yang menggunakan dua bahasa

yang perbendaharaan katanya bisa terlambat dikuasai tetapi kedua bahasa

dapat dipahami dengan tepat(Chiocca, 1998).Anak dapat menyusun kalimat,

dapat menyebut nama lengkap anak, bercerita tentang diri anak, mampu

mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang

ditujukan kepadanya.

c. Kemampuan bersosialisasi dan kemandirian.

Anak senang bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya

lingkungan lain diluar keluarganya., anak dapat memakai dan melepas

pakaian sendiri tanpa bantuan. Antara lain adalah (Soetjiningsih, 2002):

1) Gizi ibu pada waktu hamil

Gizi ibu yang jelek sebelum terjadi kehamilan maupun pada waktu

sedang hamil lebih sering menghasilkan bayi berat badan lahir rendah

(BBLR),disamping itu dapat pula menyebabkan hambatan perkembangan

otak janin yang mempengaruhi kecerdasan dan emosi.

2) Status Gizi

Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak,

dimana kebutuhan anak berbeda dengan kebutuhan orang dewasa, status

gizi yang kurang akan mempengaruhi kekuaan dan kemampuan motorik

kasar anak.

3) Stimulasi

Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak.

Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat

Page 60: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA - UNMERBAYA

66

berkembang terutama dalam perkembangan motorik kasar seperti

berjalan, berlari, melompat dan naik turun tangga.

d. Pengetahuan ibu

Faktor pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perilaku ibu dalam tumbuh kembag anaknya, dengan terbatasnya

kemampuan ibu dalam pengetahuan sehingga memungkinkan terhambatnya

perkembangan anak. Pengetahuan ibu mempunyai pengaruh terhadap

perkembangan motorik kasar anak pada periode tertentu.

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan motorik kasar anak adalah gizi ibu pada

waktu hamil, status gizi anak, stimulasi dan pengetahuan ibu. Cara

mengukur perkembangan motorik kasar pada anak usia 3 – 5 tahun adalah

dengan menggunakan instrumen Denver II.